Bab ini berisi pembahasan mengenai definisi dan konsep dari pengolahan limbah
domestik, pengertian dan karakteristik limbah domestik dan sistem
pengolahannya, konsep dan pengukuran nilai ability to pay (ATP) dan willingness
to pay (WTP) serta hubungan keduanya. Selain itu juga berisi bab mengenai
strategi pengambilan keputusan.
Menurut Catanese dan Snyder (1992) dalam Hidayat (2015) prasarana dalam
sebuah perkotaan merupakan barang barang modal yang secara langsung dimiliki,
disewa beli, atau dengan sesuatu cara dikendalikan oleh pemerintah dan dalam
jangka waktu panjang (lebih dari satu tahun) akan terjadi arus pendapatan dan
biaya. Prasarana perkotaan yang dimaksud terdiri dari fasilitas fasilitas umum
seperti jalan raya, jembatan, sistem saluran air limbah, air bersih, bandar udara
dan bangunan bangunan umum. Terdapat tiga prasarana kota yang sangat
berpengaruh bagi perkembangan kota yang diungkapkan oleh Chapin (1995)
dalam Hidayat (2015) yaitu prasarana transportasi, air bersih dan saluran
pembuangan. Ketiga jenis prasarana ini memiliki peran penting dalam rencana
pembangunan sebuah kota. Khusus untuk saluran pembuangan menurut Unicef
(1997), terdapat tiga tujuan utama dalam intervensi di sektor sanitasi/
pembuangan, yaitu:
9
1. memperbaiki kondisi kesehatan
penyediaan fasilitas prasarana dan sarana yang memadai dana berkelanjutan di
sebuah kawasan akan membantu memperbaiki kondisi kesehatan, walaupun
masih akan perlu di intervensi.
2. meningkatkan martabat dan kualitas hidup
sistem sanitasi yang baik dan memadai dapat menurunkan resiko terjadinya
wabah penyakit dan kematian terutama pada anak anak yang diakibatkan oleh
penyakit yang berasal dari menurunnya kualitas lingkungan karena sanitasi
yang buruk, seperti penyakit kulit, diare, cacingan, malaria, dan penyakit mata.
Kondisi ekonomi dan sosial di daerah yang rendah dapat ditingkatkan melalui
peningkatan status kesehatan dan kualitas hidup masyarakat.
3. perlindungan lingkungan
pembuangan air limbah domestik secara langsung ke lingkungan dapat
menyebabkan terjadinya degradasi sumber air permukaan maupun air tanah.
kontaminasi biologis yang masuk ke dalam sumber air dapat menyebabkan
berkurangnya kandungan oksigen dalam air. Pengadaan fasilitas sanitasi yang
memadai akan secara signifikan meningkatkan kualitas badan air.
II.2.1 Definisi
Menurut Metcalf dan Eddy (2003) limbah cair merupakan sisa buangan hasil
suatu proses yang tidak dipergunakan lagi, baik berupa sisa industri, rumah
tangga, peternakan, pertanian dan sebagainya. Adapun komponen utamanya yaitu
berupa air dengan komposisi ±99% sedangkan ±1% merupakan komponenn
lainnya tergantung sumber limbah tersebut. Salah satu yang termasuk dalam
kategori limbah cair ini merupakan air limbah yang berasal dari rumah tangga
yang biasa disebut sebagai limbah domestik.
Lebih spesifik lagi, Corcoran dkk. (2010) dalam UN Water Analytical Brief
(2014) mengungkapkan definisi dari air limbah ini sebagai air bekas yang tidak
dipergunakan sebagai tujuan semula yang berasal dari limbah domestik yang
10
berupa black water (urine dan feses) dan grey water (buangan dapur dan air
limbah mandi) ; perusahaan komersial dan lembaga termasuk rumah sakit ; serta
pertanian, holticultural dan budidaya baik yang terularutkan/teruraikan maupun
yang tersuspensi. Adapun karakteristik fisik dari limbah domestik ditunjukkan
oleh Tabel II.1.
Selain karakteristik fisik, terdapat karakteristik kimia dan biologis dari limbah
domestik. Secara umum Rahayu and Wijayanti (2008) mengungkapkan dalam
karakteristik kimia limbah domestik terbagi atas kimia organik dan anorganik.
Dengan karakteristik kimia utama antara lain; Biochemical Oxygen Demand
(BOD) dan Chemichal Oxygen Demand (COD) yang menyebabkan turunnya
kadar oxygen serta amoniak yang menimbulkan bau pada air limbah. Aspek
11
penting dalam karakteristik biologis limbah domestik diungkapkan oleh Sperling
(2007), disebutkan bahwa organisme patogen utama yang ada dalam limbah
domestik terdiri dari bakteri, virus, protozoa dan cacing. Dalam sebuah sampel air
memang akan sulit terutama bakteri, virus dan protozoa karena konsentrasinya
yang rendah. Sehingga akan diperlukan pemeriksaan sampel dalam volume besar
untuk mendeteksi adanya patogen. Adapun alasan kebutuhan volume dalam skala
besar ini sebagai berikut :
1. dalam suatu populasi, hanya sebagian kecil yang sampai mengakibatkan water-
borne desease.
2. untuk limbah tinja / feses, kehadiran patogen mungkin tidak terjadi dalam
propossi yang tinggi.
Air limbah domestik yang berasal dari kamar mandi dan toilet secara khusus
dijelaskan oleh Mara (2003) terkait komposisi yang ada didalamnya sebagaimana
yang tercantum pada Tabel II.2.
12
Merupakan sistem pengolahan air limbah dimana dari seluruh daerah layanan,
limbah terlebih dahulu dikumpulkan melalui riol pengumpul yang kemudian
dialirkan menuju Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dan atau dengan
pengenceran tertentu pada sebuah intersepting sewer dapat langsung dialirkan ke
badan air penerima dengan catatan hasil pengenceran memang telah memenuhi
baku mutu badan air penerima. Pada Gambar II.1 memperlihatkan ilustrasi untuk
pengolahan secara terpusat.
13
Kekurangan sistem pengolahan terpusat :
- memerlukan pembiayaan yang tinggi,
- memerlukan tenaga yang terampil untuk operasional dan pemeliharaan,
- memerlukan perencanaan dan pelaksaan untuk jangka panjang
Contoh dari sistem sanitasi terpusat antara lain sistem penyaluran terpisah, sistem
penyaluran komunal, sistem penyaluran konvensional, sistem riol dangkal, riol
ukuran kecil dan sistem saluran kombinasi.
14
Bedasarkan Hidayat (2015) kelebihan dan kekurangan dari sistem pengolahan
setempat ini adalah :
Kelebihan sistem pengolahan setempat :
- biaya pembuatan relatif murah,
- dapat dibuat oleh setiap sektor atau setiap individu,
- teknologi dan sistem pembuangan yang cukup sederhana,
- operasi dan pemeliharaan merupakan tanggung jawab pribadi,
- sistem sangat privasi karena terletak pada persilnya.
Kekurangan sistem pengolahan setempat :
- umumnya tidak tersedia untuk buangan dari dapur, mandi dan cuci,
- tidak selalu cocok disemua daerah,
- dapat mencemari tanah jika syarat teknis pembuatan dan pemeliharaan
tidak dilakukan sesuai aturan.
Terdapat beberapa contoh dari sanitasi setempat, diantaranya adalah cubluk, tanki
septik, beerput dan tangki septik menggunakan up flow filter.
15
Sistem setempat harus memiliki kapasitas untuk menangani beban limbah yang
tidak stabil. Oleh karena itu, Cogger (1987) mengungkapkan bahwa ada beberapa
faktor yang mempengaruhi kinerja dari sistem setempat antara lain :
a. tanah : dalam sistem setempat tanah memiliki dua fungsi utama, mengolah
air limbah untuk mengeliminasi polutan sebelum dialirkan ke air tanah
(semacam media penyaring) dan menyalurkan air limbah yang telah terolah
menjauhi sumber limbah (menjadi ruang penyimpanan untuk limbah yang
telah terolah).
b. karakteristik air limbah : sebagian besar sistem setempat dirancanag untuk
pengolahan limbah dengan karakteristik limbah domestik yang normal yang
dinyatakan pada Tabel II.3.
c. beban pengolahan : rancangan untuk sebuah rumah berdasarkan jumlah
anggota keluarga atau individu yang menemati rumah tersebut. Dengan
menggunakan estimasi 150 liter/orang.hari
d. gaya hidup pengguna : kelebihan aliran yang masuk kedalam sistem
setempat dari kapasitasnya dapat menyebabkan overload pada sistem
hidraulik.
e. operasi dan pemeliharaan : sistem setempat dirancang sebagai sistem
dengan operasi jangka panjang, semisal sepanjang usia sebuah rumah
dihuni. Oleh karena itu, pemeliharaan menjadi tugas masing masing persil
dan biasanya ada beberapa material yang benar benar tidak boleh masuk
kedalam sistem pengolahan ini, misalnya lemak, minyak, chat, tampon,
pestisida, pelarut organik dll.
f. temperatur : pengolahan dari limbah bergantung pada aktifitas biologis yang
ada. Temperatur yang rendah akan mereduksi aktifitas biologi sampai
setengahnya untuk setiap penurunan 10oC sampai aktifiats biologi ini akan
berhenti pada temperatur sekitar 2oC (35oF), mengurangi beban pengolahan
dari penayngin fisik dan adsorbsi dalam komponen tanah dan pemisah fisik
dalam tangki septik.
g. curah hujan : mempengaruhi kinerja sistem setempatdengan menempatakan
semacam beban hirolik tambahan pada tanah, efek terbesar ketika air tanah
naik cukup tinggi dan mengurangi pemisahan vertikal.
16
h. pengembangan daerah sekitar : sebuah lokasi untuk pembangunan sistem
setempat harus dievaluasi dalam kaitannya dengan lokasi sekitarnya. Karena
akumulasi dari pengembangan yang meningkatakan beban olahan limbah
dalam beberapa kasus dapat menurunkan kinerja sistem yang sebelumnya
telah terbangun terlebih dahulu
17
yang tersebar. Tapi ketika digunakan di daerah padat penduduk, praktek-praktek
tersebut bisa sangat berbahaya.
Limbah tinja yang biasa disebut juga sebagi lumpur tinja didefisinikan oleh
Lestari and Yudhianto (2013) sebagai hasil buangan manusia yang akan terus
bertambah jumlahnya seiring dengan pertambahan penduduk, jika tidak diolah
dengan baik maka menjadi permasalahan lingkungan karena memiliki kandungan
kadar organik dan toksisitas tinggi. Namun disisi lain, kandungan organik ini
dapat dimanfaatkan sebagi bentuk kompos ataupun bahan bakar alternatif.
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) merupakan salah satu upaya terencana
untuk meningkatkan pengolahan dan pembuangan limbah yang akrab
limgkungan. IPLT adalah unsur/komponen sistem pengelolaan air limbah rumah
tangga yang dibangun di daerah perkotaan dan berfungsi mengolah lumpur tinja
(faecal sludge) sehingga hasil olahannya tidak mencemari lingkungan, bahkan
dapat digunakan kembali untuk keperluan pertanian. Bahan baku IPLT adalah
lumpur tinja yang terakumulasi di cubluk dan tangki septik yang secara reguler
dikuras atau dikosongkan kemudian diangkut ke IPLT dengan menggunakan truk
tinja. Volume lumpur tinja yang terakumulasi di dalam cubluk dan tangki septik
sekitar 40-70 liter/kapita/tahun (Pamekas, 2006).
Sistem IPLT merupakan salah satu bagian dari serangkaian sistem sanitasi
setempat (on-site system) dan dikelola secara terdesentralisasi (decentralized).
18
Sistem IPLT dibangun di pinggiran kota (peri urban) atau di kota sedang dan kota
kecil, khususnya negara-negara berkembang yang pendapatannya termasuk
kategori menengah ke bawah. Pengelolaan air limbah dengan pendekatan
konvensional dan terpusat (Centralized) yang mengalirkan air limbah melalui
sistem pipa (sewerasi) ke Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) umumnya
digunakan untuk kota besar dan/atau kota-kota yang penduduknya padat.
Pengelolaan air limbah terpusat untuk kategori kota sedang dan kota kecil serta
pinggiran kota banyak mengalami kegagalan dalam memenuhi kebutuhan
masyarakat untuk mengumpulkan, membuang limbah rumah tangga dan lumpur
tinja dari tangki septik. Penyebab dari kegagalan ini yaitu mahalnya biaya operasi
serta pemeliharaan sistem terpusat. Oleh karena itu, terjadi perubahan paradigma
yang melahirkan penerapan sistem terdesentralisasi (Bakir, 2001). Dengan adanya
sistem terdesentrasisasi, masih diperlukan peningkatan kapasitas oleh lembaga
pengelola serta masyarakat pemilik tangki septik dan peningkatan teknologi
sistem sanitasi setempat untuk menjamin keberlanjutan dari sistem ini.
19
pengangkutan lumpur tinja dan tarif pengangkutan dan pengolahan
lumpur tinja.
c. Sistem pengolahan
Sistem pengolahan dalam serangkaian sistem IPLT dipengaruhi oleh
unsur-unsur tentang tepat tidaknya disain IPLT dengan kualitas lumpur
tinja yang akan diolah, kemampuan IPLT mengolah lumpur tinja,
kemampuan operator dalam mengoperasikan serta memelihara IPLT.
d. Sistem pembuangan dan pemanfaatan kembali
Kemampuan operator dalam memanfaatkan kembali hasil olahan dari
IPLT merupakan unsur penting dalam sistem pembuangan dan
pemanfaatan kembali yang merupakan bagian dalam serangkaian
sistem IPLT. Dalam pemanfaatan kembali produk hasil IPLT ini,
efisiensinya banyak dipengaruhi oleh pengemasan produk serta
pemasaran yang dilakukan oleh pihak pengelola.
Gambar II.3 Rangkaian sistem yang membentuk IPLT (Kersten dkk., 2016)
20
penentuan retribusi untuk pengolahan limbah domestik seperti pada IPLT ini
harus memperhatikan sisi konsumen dalam hal kemampuan dan kesediaan untuk
membayar pelayanan yang diberikan.
21
gambaran yang lebih lengkap tentang kemampuan finansial (Handayani, 2012).
Berdasarkan Faisal (2008) ability to pay (ATP) terkait sanitasi adalah murni
fenomena keuangan yang berasal dari pendapatan atau informasi pengeluaran
rumah tangga dan membantu dalam struktur tarif optimal layanan.
22
Penghitungan nilai WTP dapat dilakukan secara langung (direct method) dengan
melakukan survey, atau secara tidak langsung (indirect method) dengan
penghitungan terhadap nilai dari penurunan kualitas lingkungan yang telah terjadi.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Majid (2008), dikemukakan bahwa untuk
melakukan estimasi penilaian nilai lingkungan terdapat beberapa metode yang
salah satunya yaitu CVM (Contingent Valuation Method).
Metode ini dapat mengukur dengan baik nilai pengguna (use values) dan nilai non
pengguna (non-use values). Metode CVM merupakan teknik survey mengenai
nilai atau harga yang diberikan pada sebuah layanan atau komoditi yang tidak
memiliki pasar, misalnya layanan kesehatan atau layanan sanitasi. Dalam CVM
diketahui ada 4 (empat) macam cara untuk mengajukan prtanyaan pada
responden, cara ini dungkapkan oleh Hanley and Spash (1993) sebagai berikut :
1. Metode tawar menawar (bidding game), metode dimana jumlah yang
semakin tinggidari nai awal disarankan pada responden sampai nilai
WTP maksimum dari responden diperoleh.
2. Metode referendum tertutup (dichotomous choice), metode dimana
responden diarahkan untuk menjawab setuju atau tidak terhadap alat
yang disarankan, bentuk jawaban biasa berupa “ya/tidak”. Jawaban
inilah yang akan diolah menggunakan teknik repon biner seperti
penggunaan analisa regresi logit untuk menentukan WTP.
3. metode kartu pembayaran (payment card), metode yang menggunakan
nilai yang disajikan pada sebuah kartu yang memungkinkan jenis
pengeuaran responden dalam kelompok pendapatan yang ditentukan
dengan perbandingan jenis pekerjaan mereka sehingga membantu
responden untuk menyesuaikan jawaban mereka.
4. Metode pertanyaan terbuka (open-ended question), metode dimana
responden ditanyakan nilai maksimum WTP tanpa disertai penyaranan
nilai awal terlebih dahulu. responden tanpa pengalaman terkait hal hal
yang menjadi bahan pertanyaan akan sulit menjawab jika menggunakan
metode ini.
23
A. Kelebihan Contingent Valuation Method (CVM)
Penggunaan CVM dalam memperkirakan nilai ekonomi suatu lingkungan
memiliki kelebihan-kelebihan sebagai berikut :
1. Dapat diaplikasikan dalam semua kondisi, seringkali menjadi satu
satunya teknik untuk mengestimasi manfaat dan dapat diaplikasikan
pada konteks kebijakan lingkungan
2. Dapat digunakan sebagai penilaian barang barang lingkungan di
sekitar masyarakat
3. Memiliki kemampuan mengestimasi nilai non pengguna. Dengan
CVM, seseorang mungkin dapat mengukur utilitas dari penggunaan
barang/ jasa lingkungan bahkan jika tidak digunakan.
4. Hasil penelitian tidak sulit untuk dilakukan analisis dan dijabarkan
24
- sifat informasi yang ditawarkan (nature of information provided)
3. Bias yang berhubungan dengan kondisi kejiwaan responden (mental
account bias) : bias yang terkait dengan langkah proses pembuatan
keputsan seseorang dalam memutuskan seberapa besar pendapatan,
kekayaan dan aktu yang dapat dihabiskan untuk benda lingkungan
tertentu dalam periode tertentu
4. Kesalahan pasar hipotetik (hypotetical market error) : terjadi saat fakta
yang ditanyakan di dalam pasar hipotetik membuat tanggapan
responden berbeda dengan konsep yang diinginkan peneliti. Hal ini
menyebabakan nilai WTP yang diperoleh tidak sesuai dengan WTP
yang sesungguhnya. Adapun hal ini bisa terjadi karena :
- cara penyampaian pertanyaan
- kemungkinan pemikiran tidak realistik dari responden dalam
merasakan pasar hipotetik
- penggunaan format WTP
25
4. Memperkirakan kurva WTP (Estimating Bid Curve)
Kurva WTP dibuat dengan menjadikan nilai WTP sebagai variabel
dependen dan faktor faktor yang mempengaruhi sebagai variabel
independen. Kurva ini dapat digunakan sebagi perkiraan peubah nilai
WTP karena perubahan sejumlah variabel independen yang
berhubungan dengan mutu lingkungan. Variabel independen yang
mempengaruhi WTP antara lain; tingkat pendapatan (Y), tingkat
pendidikan (E), tingkat pengetahuan (K), tingkat umur (A), dan
beberapa kualitas lingkungan (Q). Hubungan antara variabel dependen
dan independen terkait dan berkorelasi linear dengan bentuk
persamaan umum sebagai berikut :
WTPi = f(Yi, Ei, Ki, Ai, Qi) (Persamaan 2.1)
dimana i = responden ke-i
5. Menjumlahakan data (Agregating data)
Penjumlahan data merupakan proses konversi dari ratarata penawaran
terhadap total populasi yang dimaksud. Adapun keputusan dalam
penjumlahan data ditentukan oleh :
a. pilihan terhadap populasi yang relevan
b. berdasarkan rata rata contoh ke rata rata populasi
c. pilihan dari pengumpulan periode waktu yang menghasilkan
manfaat
6. Mengevaluasi CVM (Evaluating the CVM exercise)
Dilakukan dengan memberikan pertanyaan pertanyaan seperti apakah
responde benar-benar mengerti mengenai pasar hipotetik, berapa
banyak kepemilikan responden terhadap barang/jasa lingkungan yang
terdapat dalam pasar hipotetik, seberapa baik pasar hipotetik yang
dibuat dapat mencakup semua aspek barang/jasa lingkungan dan
pertanyaan lain yang sejenis.
26
II.4.3 Hubungan Kemampuan Membayar (ATP), Kesediaan Membayar
(WTP) dan Tarif
Terdapat tiga kondisi hubungan antara kemampuan membayar dengan kesediaan
membayar, diantaranya adalah :
1. ATP lebih besar daripada WTP
Kondisi ini menunjukkan bahwa kemampuan membayar lebih besar
daripada kesediaan membayar. Hal ini terjadi ketika pengguna mempunyai
penghasilan yang relatif tinggi tetapi utilitas terhadap pelayanan limbah
tersebut relatif rendah, pengguna pada kondisi ini disebut sebagai “choiced
rider”.
2. ATP lebih kecil daripada WTP
Keinginan penggna untuk membayar jasa tersebut lebih besar daripada
kemampuan membayarnya. Hal ini memungkinkan terjadi bagi pengguna
yang mempunyai penghasilan yang relatif rendah tetapi utilitas terhadap
pelayanan limbah tersebut sangat tinggi, sehingga keinginan pengguna
untuk membayar jasa tersebut cenderung lebih dipengaruhi oleh utilitas,
pada kondisi ini pengguna disebut sebagai “captive riders”
3. ATP sama dengan WTP
Kondisi ini menunjukkan antara kemapuan membayar dan kesdiaan
membayar jasa yang dikonsumsi sama besar, pada kondisi seperti ini terjadi
keseimbangan utilitas pengguna jasa dengan biaya yang dikeluarkan untuk
membayar jasa tersebut.
27
dikembangkan. Keuntungan, kerugian, trade-off, biaya, manfaat dari setiap
strategi harus diperhitungkan (David, 2011).
Strategi - strategi alternatif yang diajukan oleh setiap partisipan harus dijadikan
bahan pertimbangan dan didiskusikan dalam satu atau serangkaian rapat. Berbagai
strategi tersebut dapat disusun dalam bentuk terlulis. Ketika telah terkumpul
strategi - strategi yang telah diidentifikasi dan masuk akal, strategi tersebut
hendaknya diurutkan sesuai peringkat berdasarkan daya tarik masing masing
menurut semua partisipan.
Dalam memilih strategi perlu adanya perumusan dari strategi yang komprehensif,
adapun teknik-teknik perumusan strategi yang penting yang diungkapkan oleh
Albanjari (2014) dapat diintegrasikan kedalam kerangka pengambilan keputusan
tiga tahap, yaitu :
1. Tahap input : berisikan informasi input dasar yang dibutuhkan untuk
merumuskan strategi
2. Tahap pencocokan : berfokus pada penciptaan strategi alternatif yang masuk
akal dengan memperhatikan faktor eksternal dan internal utama
3. Tahap keputusan : melibatkan satu teknik saja, matriks perencanaan,
strategi kualitatif
28
II.5.2 Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal Perusahaan
Dalam analisis lingkungan terbagi menjadi dua, lingkungan internal dan
lingkungan eksternal. Adapun Kotler (2009) menyatakan terkait analisa kekuatan,
kelemahan serta peluang dan ancaman yang dipaparkan sebagai berikut :
a. Analisa lingkungan internal ( kekuatan dan kelemahan)
Seorang manajer perusahaan perlu menganalisa faktor - faktor internal
perusahaan yang menjadi kemampuan menemukan peluang yang menarik
dan memanfaatkan peluang tersebut. Suatu perusahaan pasti tidak harus
memperbaiki seluruh kelemahannya atau sebaliknya perusahaan
menyombongkan seluruh kekuatan perusahaan yang dimiliki.
b. Analisa lingkungan eksternal (peluang dan ancaman)
Seorang manajer perusahaan juga perlu mengetahui dan menganalisa
bagian bagian lingkungan yang harus diperhatikan untuk mencapai tujuan
perusahaan. Lingkungan eksternal perusahaan terdiri dari kekuatan
lingkungan makro dan pelaku lingkungan mikro. Dimana seluruh variabel
tersebut dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam memperoleh
keuntungan atau laba. Kekuatan lingkungan makro perusahaan meliputi
demografi, ekonomi, teknologi, politik, hukum dan sosial budaya.
29
II.5.3 Analisis SWOT
Analisis SWOT merupakan identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada hubungan atau
interaksi lingkungan internal (kekuatan/ strength, dan kelemahan/weakness)
terhadap lingkungan eksternal (peluang/opportunity dan ancaman/threat).
Lingkungan mikro perusahaan merupakan unsur internal dari perusahaan yang
terdiri dari manjerial perusahaan, kualitas produk, finansial perusahaan,
kemampuan SDM hingga kapasitas mesin dan teknologi yang digunakan.
Lingkungan makro terdiri dari pemasok, pelanggan, pesaing, peraturan
pemerintah, faktor budaya, sosial, ekonomi dan faktor alam sekitar.
30
Setelah melihat tabel diatas, maka terdapat empat alternatif bagi perusahaan untuk
melakukan strategi pemasaran produknya atau untuk mengembangkan usahanya.
Alternatif- alternatif strategi pemasaran tersebut antara lain :
a. Strategi SO (strenght-opportunities)
Strategi ini menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk
memanfaatkan peluang eksternal. strategi SO berusaha dicapai dengan
menerapkan strategi ST, WO, dan WT. Apabila perusahaan mempunyai
kelemahan utama pasti perusahaan akan berusaha menjadikan kelemahan
tersebut menjadi kekuatan.Jika perusahaan menghadapi ancaman utama,
perusahaan akan menghindari ancaman tersebut dengan berkonsentrasi
pada peluang yang ada.
b. Strategi WO (weakness-opportunities)
Strategi yang bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal perusahaan
dengan memanfaatkan peluang eksternal yang ada. Salah satu alternatif
strategi WO adalah dengan perusahaan melakukan perekrutan dan
pelatihan staf dengan kemampuan dan kualifikasi yang dibutuhkan.
c. Strategi ST (strenght-threat)
Dilakukan menggunakan kekuatan perusahaan untuk menghindari
ancaman jika keadaan memungkinkan ata meminimumkan ancaman
eksternal yang dihadapi. Ancaman eksternal ini tidak selalu harus dihadapi
sendiri oleh perushaan tersebut, bergantung pada masalah ancaman yang
dihadpi, seperti halnya faktor perekonomian, perarturan pemerintah, gejala
alam dan lainnya.
d. Strategi WT (weakness-threat)
Perusahaan memperkecil kelemahan atau jika memungkinkan
menghilangkan kelemahan internal serta menghindari ancaman eksternal
yang ada untuk mencapai tujuan perusahaan.
31