Anda di halaman 1dari 76

Rekayasa Pondasi I

Analisa Daya Dukung


Pondasi Dangkal

DOSEN :
SUPARMAN, ST.MT
Pengertian Pondasi

Suatu Struktur pada bagian dasar bangunan (sub


structure) yang berfungsi meneruskan beban yang
berasal dari bagian atas bangunan (upper
structure) ke lapisan tanah dibawahnya tanpa
mengakibatkan terjadinya keruntuhan geser dan
penurunan (settlement) yang berlebihan

2
Ch 5: Shallow Foundations

• Shallow Foundations versus Deep


Foundations
PONDASI DANGKAL
1. Menurut Terzaghi :
Apabila Perbandingan kedalaman pondasi ( Df )
dengan lebar pondasi ( B ) lebih kecil atau sama
dengan 1
3
Foundation Depth
Alasan Menggunakan Pondasi Dangkal
(Shallow Foundations)
• Lapisan tanah permukaan cukup kuat menahan strukture
diatasnya, tanpa terjadinya penurunan yang berlebihan
• Usually the more economical option
• As a general rule, consider deep foundations only when
shallow foundations do not give satisfactory design

• Types of Shallow foundations


• Spread footings atau Pad Foundation
(square, circular, rectangular)
• Combined Footings
• Continuous Footings atau Strip Foundation
• Mat or Raft Foundations
BENTUK SPREAD FOOTING / PAD FOUNDATION
DAN
CONTIN UOUS FOOTING / STRIP FOUNDATION
Combined/Strap Footing
Raft Foundation / Mat Foundation
RAFT FOUNDATION / MAT FOUNDATION

Pondasi ini berupa plat beton yang besar dan


luas, yang berfungsi meneruskan beban
melalui sekumpulan kolom atau dinding
kelapisan dibawahnya

Pondasi ini digunakan apabila pondasi


dangkal > ½ dari luas bangunan atau tanah
dasar mempunyai daya dukung yang rendah
untuk mendukung beban kolom yang besar
MODEL / BENTUK PONDASI RAFT

1. Plain Slab atau Plat Datar dengan ketebalan seragam


2. Plat datar dengan penebalan dibawah lokasi kolom
3. Plat datar dengan penebalan pada tumpuan kolom
4. Slab and beam ( plat datar dengan balok )
5. Cellular raft atau plat datar dengan dinding basement

KEUNTUNGAN PONDASI RAFT


1. Bangunan lebih kaku, sehingga lebih bertahan terhadap
perbedaan penurunan ( non uniform setlement )
2. Apabila terjadi penurunan lebih seragam
Pengertian Stabilitas Pondasi Dangkal
Ditentukan 2 hal yaitu :
1. Ultimate Bearing Capacity
Besarnya Bearing Capacity ditentukan :
a. Bentuk / model Pondasi dangkal
termasuk dimensi dan kedalaman

b. Sifat – sifat tanah yang mendukung pondasi, yang


berhubungan dengan indek properties dan
sifat mekanik

Besarnya ultimate bearing capacity ( Qult ) ini akan


dibandingkan dengan tekanan tanah dibawah dasar pondasi
atau Foundation pressure ( tegangan kontak )
2. Setlement / penurunan pondasi
Penurunan dari konstruksi pondasi yang terjadi akibat beban
struktur diatasnya

Didalam perhitungan penurunan ada 2 komponen yaitu :


a. Penurunan Seketika / Immediate setlement
Penurunan yang terjadi seketika setelah beban struktur
bekerja, besarnya penurunan ini dipengaruhi oleh
elastisitas tanah ( E )

b. Penurunan konsolidasi ( consolidation setlement )


Penurunan yang diakibatkan karena adanya proses
konsolidasi tanah dibawah pondasi .
Besarnya penurunan ini dipengaruhi langsung oleh
nilai indek compresi tanah ( cc )

Model penurunan / setlement yang terjadi dibedakan menjadi 2


macam :
1. Uniform Setlement
2. Non uniform setlement
JENIS PENURUNAN

Q Q

St St1 St2

Penurunan seragam Penurunan tidak seragam


Model of Failure ( tipe keruntuhan )
Keruntuhan biasanya terjadi bila kapasitas
daya dukung ( bearing capacity ) lebih kecil
dari tegangan yang terjadi akibat beban
diatasnya, shg akan terjadi keruntuhan
geser

Dikenal ada 2 pola keruntuhan oleh Terzagi :


1. General shear failure
2. Local shear failure
3. Punching shear failure ( Vesic )
POLA KERUNTUHAN TERZAGHI ( LAB. MODEL )
Pola atau Tipe-tipe Keruntuhan Pondasi Dangkal
KONSEP DAYA DUKUNG

Beban q diberikan secara


bertahap pada fondasi dengan
lebar B. Penurunan akibat
pertambahan beban diplot:

Jenis Keruntuhan:
(a) General shear failure
(b) Local shear failure
(c) Punching shear failure
GENERAL SHEAR FAILURE

Pola Keruntuhan ini mempunyai karakteristik adanya


suatu permukaan keruntuhan yang tertentu akibat dari
permukaan pondasi yang masuk kedalam tanah.
Terbentuk zone keruntuhan yang merupakan kumpulan
segitiga dan bidang gelincir ( seperti dalam gambar ).
Tegangan akan termobilisasi dibawah pondasi, apabila
pondasi tidak menyatu dengan struktur diatasnya, maka
pondasi akan bisa berotasi atau miring.

Lapisan Tanah Yang mempunyai keruntuhan GSF :


1. Tanah yang Incompressible dan mempunyai
kekuatan geser tertentu, pada umunya
karena terendam air

2. Tanah Liat NC yang kemudian dibebani tiba –


tiba sehingga tidak sempat terdrainase
General Shear Failure
LOCAL SHEAR FAILURE

Perbedaan dengan GSF adalah permukaan bidang


gelincir LSF tidak mencapai permukaan tanah, tetapi
berhenti disuatu tempat pada masa tanah itu. Pondasi
masuk dengan sendirinya semakin dalam pada masa
tanah.
Dilihat dari grafik beban dengan penurunan, maka tanah
yang mengalami pola keruntuhan ini, dengan
pertambahan beban akan bertambah pula penurunan
nya, sehinga beban maksimum mungkin tidak tercapai.

LapisTanah Yang mempunyai keruntuhan LSF :


1. Tanah yang compressible atau tanah lunak
LOCAL SHEAR FAILURE
PUNCHING SHEAR FAILURE

Pola keruntuhan ini mempunyai karakteristik bahwa


heave ( penggelembungan tanahpermukaan ) tidak
terjadi, akibat pembebanan pondasi bergerak kebawah
dengan cepat.

LapisTanah Yang mempunyai keruntuhan LSF :


1. Tanah yang compressible atau tanah lunak
Punching Shear Failure
Panduan Menentukan Pola Keruntuhan
Secara umum, kriteria penentuan pola keruntuhan dapat
menggunakan pedoman sbb:

 Tanah Lempung medium s/d keras ----------------


GSF
 Tanah Lempung Lunak---------------------------------
LSF
 Tanah pasir padat ( dense )(Dr > 67%) ------------- GSF
 Loose dan medium dense sand
(30% < Dr < 67%) terjadi keruntuhan --------------- LSF
 Very loose sand (Dr < 30%) terjadi keruntuhan--- pons
25
General Guidelines

 Footings in clays - general shear


 Footings in Dense sands ( D r> 67%)
-general shear
 Footings in Loose to Medium dense
(30%<
D r < 67%) - Local Shear
 Footings in Very Loose Sand ( D< r 30%)-

punching shear
MODEL KERUNTUHAN, (Vesic, 1973)

General shear failure:


Umumnya terjadi pada pasir
padat

Local shear failure :


Sering terjadi pada pasir
dengan kepadatan sedang

Punching shear failure :


Sering terjadi pada pasir lepas

Punching shear failure :


Bearing Capacity Failure

Transcosna Grain Elevator Canada (Oct. 18, 1913)

West side of foundation sank 24-ft


TERZAGHI’S
ULTIMATE BEARING CAPACITY EQUATION
ATAU
PERSAMAAN
KAPASITAS DAYA DUKUNG ULTIMATE

Karl Terzaghi at Harvard, 1940


Karl Terzaghi (1883-1963)

• Father of modern soil mechanics


• Born in Prague, Czechoslovakia
• Wrote “Erdbaumechanick” in 1925
• Taught at MIT (1925-1929)
• Taught at Harvard (1938 and after)
POLA KERUNTUHAN TERZAGHI ( LAB. MODEL )
POLA KERUNTUHAN TEORITICAL
Terzaghi Bearing Capacity
Formulas
Analisis Daya Dukung Pondasi Dangkal (Terzaghi (1943))

Asumsi yang digunakan:


1. Tanah dibawah pondasi adalah plastis ideal ( teori
plastisitas )
2. Kedalaman pondasi lebih kecil dibandingkan lebar
pondasi (D/B ≤ 1, dimana D=kedalaman pondasi,
B=lebar pondasi
3. Terjadi keruntuhan umum
4. Tidak terjadi konsolidasi
5. Pondasi sangat kaku

34
Rumusan Menghitung Kapasitas Daya Dukung Sbb :

1. Menghilangkan tahanan geser tanah diatas bidang


horisontal yang melewati dasar pondasi.
2. Mengganti butir 1 tersebut diatas dengan seolah olah
ada beban sebesar q
3. Membagi distribusi tegangan dibawah pondasi menjadi 3
bagian ( zone elastis, zone geser radial, dan Zone geser
linier )
4. Tanah Homogen dan isotropik, kekuatan geser diwakili
oleh Mhor Coulomb
5. Dasar pondasi menerus, kasar dan penyelesaianya
dalam dua dimensi
Terzaghi
DEFINISI FOUNDATION PRESURE ( tekanan pondasi )
 BEARING PRESSURE ( FOUNDATION PRESSURE ) :
This is the contact force per unit area along the bottom of the footing.
In other word, the bearing pressure of a foundation is the loading intensity imposed by the foundation on the soil

 GROSS BEARING PRESSURE ( GROSS FOUNDATION PRESSURE )


The gross bearing pressure is the actual contact pressure bertween the
bottom of the spread footing and the soil below. This actual pressure is
due to the loading from the upper structure, the loading from the footing,
and the loading from any backfilled soil and water supported by the
footing.
Atau
Tegangan Pondasi Bruto :
Tegangan yang terjadi antara dasar pondasi dengan tanah dibawahnya

P = beban kerja
P  W f  Ws Wf = berat pondasi
 Brutto  qbrutto  Ws= Berat tanah timbunan
A A = luas dasar pondasi
σv = tegangan vertikal efektif
 NET BEARING PRESSURE ( NET FOUNDATION PRESSURE )
The net bearing pressure is the difference between the gross bearing pressure and the effective stress, that was present in
the soil immediately below the proposed footing before it was built.
Atau
Tegangan Pondasi Netto :
Selisih Daya Dukung Brutto dengan tegangan efektif averburden

 netto  qnetto  qbrutto   o '


P  W f  Ws
 netto  o'
A

 o '  xh
DEFINISI BEARING CAPACITY ( daya dukung )
 ULTIMATE BEARING CAPACITY (Kapasitas Daya Dukung Ultimate ):
The ultimate bearing capacity ( Qult ) is the pressure at which shear failure accure in soil

 NET ULTIMATE BEARING CAPACITY (Kapasitas Daya Dukung


Ultimate netto ):
Selisih antara Kapasitas daya dukung ultimate (Qult) dengan
Tegangan overburden efektif
Qultnet  Qult   o '
 ALLOWABLE BEARING CAPACITY ( Qall )
Tegangan yang boleh bekerja didasar pondasi agar tidak terjadi
keruntuhan geser atau
Considering the ultimate bearing capacity and the uncertainties
involved in evaluating the shear strenght parameter of the soil

Qult
Qall 
SF
 NET ALLOWABLE BEARING CAPACITY ( Qall net )
Qultnet
Qall net 
SF
1.0 m

1.5 x 1.5 m
Local shear failure mode
EFFECT OF GROUND WATER TABLE
PENGARUH MUKA AIR TANAH (Terzaghi)

Kasus I:
q =  (Df - D) + ’ D
’ = sat - w
 pada suku ke-tiga formula Terzaghi diganti ’

Kasus II:
q = .Df
 pada suku ke-tiga formula Terzaghi diganti ’

Kasus III:
q = .Df
 pada suku ke-tiga diganti formula Terzaghi 

1
B (D+'(B-D)), untuk DB
 =  untuk D>B
’ q


MEYERHOF’S BEARING CAPACITY
MEKANISME KERUNTUHAN

Keruntuhan
dibagi menjadi
3 zona
MEKANISME KERUNTUHAN MEYERHOF’S
MEKANISME KERUNTUHAN MEYERHOF’S
FAKTOR DAYA DUKUNG MEYERHOF’S
Faktor Daya Dukung (Meyerhof)

Nc

Nq N
FAKTOR DAYA DUKUNG MEYERHOF’S
General Bearing Capacity Equation
General Equation Bearing Capacity Factors
Example 2

Q=150 kN

B? SF=3
(square)
Example 3
ULTIMATE LOAD FOR SHALLOW FOUNDATION
UNDER ECCENTRIC LOAD

Untuk menghitung bearing capacity pondasi bisa


dilakukan dengan dua cara :

1. Concept of effective width ( cara konsep lebar efektif)

1. Reduction factor (cara faktor reduksi)


Concept of effective width ( cara konsep lebar efektif)

Qult  CN c cs cd ci  qN q  qs qd qi  0,5N  B ' s d i
1. Reduction factor ( Cara Faktor Reduksi)

Pada cara ini :

1. Bearing capacity dihitung dengan cara biasa, dengan


anggapan beban bekerja di titik berat pondasi

2. Harga dari bearing capacity yg diperoleh dikoreksi


dengan faktor reduksi

3. Faktor koreksi (Re) didapat dari fungsi perbandingan


eksentrisitas (e) per lebar pondasi (B) dengan jenis
tanahnya (dilihat di grafik)
Faktor koreksi

Qult ( koreksi )  Qult xRe


Contoh Soal

Ukuran pondasi tapak 2,5 m x 2,5


m, diletakan 1,5 m dibawah
permukaan, pada pondasi
bekerja gaya total 15 ton dengan
data ex : 0,2 m dan ey : 0.2
m. Tanah liat dibawah pondasi
γt : 1,6 t/m3 , c : 5 ton/m2 dan ø :
10 derajat, muka air tanah cukup
dalam.

Hitung :
1. Daya dukung dengan cara lebar
efektif
2. Daya dukung dng faktor reduksi
PENGARUH BEBAN EKSENTRIS
PADA FONDASI

Distribusi Tegangan:

B L
Q Mx x My y Q Mx 2 Mx 2
qmax/ min      
BL Ix Iy BL 112 B3L 112 BL3

Q 6Mx 6My
qmax/ min   
BL B2L BL2

Q : beban vertical
M : momen.

Anda mungkin juga menyukai