Anda di halaman 1dari 9

J.

Agroland 23 (2) : 101 - 109, Agustus 2016 ISSN : 0854 – 641X


E-ISSN : 2407 – 7607

POTENSI BIOCHAR SEKAM PADI TERHADAP PERUBAHAN PH,


KTK, C ORGANIK DAN P TERSEDIA PADA TANAH SAWAH
INCEPTISOL

Potency of Rice Husk Biochar on ModifyingSoil pH, CEC, C-Organicand


Available P in Wetland Rice of Inceptisols
Salawati1), Muhammad Basir2), Indrianto Kadekoh2), Abd. Rahim Thaha2)
1)
Stip Mujahidin Tolitoli. Jl. Dr Sam Ratulangi No. 51 Tuweley Tolitoli, Email: wati.stip@yahoo.com
2)
Fakultas Pertanian Universitas Tadulako Palu, Jl Soekarno Hatta Km 9 Palu.

ABSTRACT

One main constraint for growing wetland rice in Inceptisol is low soil fertility. Soil acidity
(pH), CEC, C-organic are several indicators used to determine the level of soil fertility. To
overcome these kinds of problems, such organic materials as rice husk biochar can be added to the
soil in order to modify the soil chemical properties. This research compared treatments of
different biochar rates with various fineness degrees on soil pH, CEC, C-organic, and
available P. The research results showed that after incubation for 21 days at room temperature, the
best interactionshown by the biochar at the rate of 15 ton ha-1 with 60 mesh particle size can reduce
the soil pH by 5.19% from 7.7 to 7.3, increase the soil CECby 32.92% from 16.37 to 22.25 cmol
(+) kg-1, improve the soil C-organic by 33.94% from 1.09% to 1.46%, and enhance the soil
available phosphor by 277.08% from 12.61 ppm to 47.55 ppm.

Keywords: Incubation, Rice HuskBiochar, and Soil Chemical Properties.

PEDAHULUAN rendah kandungan bahan organik rendah,


KTK rendah ketersediaan hara rendah,
Peningkatan produksi padi sawah terjadi ledakan hama akibat hilangnya
melalui perluasan areal tanam menjadi sulit musuh alami, tanah menjadi tidak sehat
dikarenakan lahan semakin sempit alih bagi pertumbuhan tanaman. (Foley et
fungsi lahan sawah produktif semakin al.2005., Hakim et al 2011., Supadma et al
tinggi, (Sindonews.com.2015) disisi lain 2013. Fatmawita.2014).
laju pertumbuhan penduduk semakian Untuk meningkatkan kandungan C
meningkat sehingga pemenuhan kecukupan organik tanah yang hilang dapat dilakukan
pangan mutlak dilakukan, penelitian-penelitan melalui pemberian bahan organik seperti
rekayasa genetika untuk meningkatkan biochar (Masulili, 2010., Ismi et al, 2011, ).
produksi tanaman juga semakin pesat, Manfaat biaochar antara lain dapat
penggunaan pupuk kimia, pestisida dalam meretensi hara, menyupalai hara menurunkan
dosis yang tinggi untuk memacu produksi /meningkatkan pH sesuai kondisi pH
telah dilakukan (Foley et al., 2005), namun tanah, meningkatkan KTK, meningkatkan
penggunaan input yang tinggi tidak sebanding ketersediaan hara (Sujana 2014).
dengan ouput yang dihasilkan. Biochar adalah arang hasil pembakaran
Penggunaan obat-obat kimia anorganik tidak sempurna dengan oksigen terbatas
yang tidak berimbang memberikan dampak atau tanpa oksigen (Lehmann, 2007., Liang
negatif bagi kesuburan tanah, diantaranya et al, 2008., Gani 2009) bahan dasar dapat
kekompkan tanah, Bd yang tinggi, porositas bersumber dari limbah pertanian, perkebunan
101
peternakan, kehutanan maupun rumah diayak menggunakan ayakan tanah 2 mm.
tangga (Shenbagavalli and Mahimairaja. Sekam padi dibakar pada kondisi oksigen
2012) yang jumlahnya melimpah, limbah terbatas dengan suhu rata - rata 2700C
pertanian seperti sekam padi, dalam 1 ha menggunakan drum pertamina yang telah
sawah dengan peroduksi rata-rata 7 ton-1 dimodifikasi. Tanah yang telah diayak
menghasilkan limbah pertanian sekitar 1,54 ditimbang sebanyak 1 kg dimasukkan
ton sekam padi per musim panen (Gani, kedalam pot, kemudian diberi biochar sesuai
2009). Limbah ini berpotensi mencemari perlakuan. Dosis perlakuan ditentukan
lingkungan jika tdak diolah lebih lanjut, dengan cara :
sekaligus berpotensi memperbaiki kesuburan 1kg
tanah jika diolah lebih lanjut seperti + 5 𝑡𝑜𝑛 (𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑃𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛)
20𝑐𝑚 ∗ 10000𝑚2 ∗ 1,54𝑐𝑚3
biochar. Dengan demikian sekam padi
berpotensi untuk diolah lebih lanjut menjadi Keterangan :
biochar yang dapat diaplikasikan sebagai 1kg` Berat Tanah dalam pot
pembenah tanah sawah. 20cm kedalam lapisan olah
10000m2 Luas tanah dalam Ha
METODE PENELITIAN
1,54cm3 Berat jenis tanah (Hasil Uji Lab)
Penelitian ini berlansung dari 5 ton Dosis Perlakuan
bulan Maret hingga Mei 2016, dilaksanakan Tanah yang sudah tercampur biochar
di Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas diaduk rata lalu ditambahkan air bebas ion
Pertanian Universitas Tadulako. Penelitian hingga kapasitas lapang kemudian pot
ini merupakan penelitian Pot. Bahan bahan ditutup dengan kertas alumunium foil
yang digunakan antara lain adalah: Tanah yang diberi lubang-lubang kecil diatasnya
diambil dari lahan persawahan kebun selanjutnya diinkubasi selama 21 hari.
pertanian tanaman sains Sidondo secara Kondisi tanah dijaga pada kondisi
komposit sampai kedalam 20 cm, biochar lapang, tiap minggu ditimbang jika terjadi
yang digunakan berasal dari sekam padi pengurangan berat, maka ditambahkan air
penggilingan kemudian dijadikan biochar bebas ion. Kebutuhan air per pot ditentukan
dengan suhu pembakaran rata-rata 2700C, dengan cara : Berat Basah tanah kering
Pot Plastik untuk inkubasi, Alumunium udara dimasukkan kedalam ring sample
foil penutup pot, air destilasi, bahan kimia yang bagian bawahnya diberi alas kain ksah
untuk pereaksi. Alat yang digunakan antara lalu direndam selama 24 jam, selanjutnya
lain, ayakan tanah, erlenmeyer, gelas ukur, ditiriskan hingga air tidak menetes atau
pH meter, AAS, biuret, Oven tanah, serta selama 24 jam, keluarkan tanah dari ring
seperangkat alat laboratorium lainnya. sample timbang sebelum di oven, kemudian
Rancangan penelitian yang digunakan dioven pada suhu 1050C selama 48 jam.
Rancangan acak lengkap pola faktorial, Selisih berat tanah sebelum di oven dan
dosis biochar 5, 10, dan 15 ton ha-1 ditempatkan sesudah dioven adalah persentase kadar air
sebagai faktor pertama, kehalusan biochar tanah. Kebutuhan air per pot dalam kondisi
tanpa diayak, diayak menggunakan ayakan lapang ditentukan dengan cara : berat basah
60 mesh, dan diayak menggunakan ayakan tanah – berat kering mutlak mutlak.
120 mesh sebagai faktor kedua, semua Berat basah : {(% Kadar Air kapasitas lapang
perlakuan diulang tiga kali. Sehingga X berat kering mutlak) + (% Kadar Air
terdapat 27 satuan percobaan. Parameter kapasitas lapang + 100)}/100.
yang diamati yaitu perubahan pH, KTK, C
Berat kering Mutlak : (100 X berat tanah
Organik dan P tersedia.
Pot)/(Persentase kadar air kering udara +100)
Prosedur penelitian. Tanah diambil dari
Keterangan :
lapangan, dikering udarakan kemudian
102
% kadar Air berat Basah : ditentukan kering udara tanah. Selisish berat setelah
dengan cara, tanah kering udara dimasukkan dioven/berat tanah setelah di oven X 100
kedalam ring sample yang bagian bawahnya 100 : Faktor koreksi
diberi alas kain kasah lalu direndam selama
24 jam, selanjutnya ditiriskan hingga air HASIL DAN PEMBAHASAN
tidak menetes atau selama 24 jam,
keluarkan tanah dari ring sample timbang Analisis tanah dilakukan sebelum
sebelum di oven, kemudian dioven pada diberi perlakuan, dari data tergambarkan
suhu 1050C selama 48 jam. Selisi berat bahwa kondisi tanah masuk kategori rendah
tanah sebelum di oven dan sesudah dioven unsur hara. Hal ini tergambarkan dengan
adalah persentase kadar air tanah kapasitas kandungan C organik yang rendah, hal ini
lapang. Selisish berat setelah dioven/berat dapat dilihat pada tabel 1.
tanah setelah di oven X 100 % kadar air
berat kering udara : ditentukan dengan cara Perubahan pH tanah. Berdasarkan sidik
timbang tanah kering udara, kemudian di ragam kemasaman tanah aktual (pH2O)
oven pada suhu 1050C selama 48 jam, lalu yang diakibatkan oleh perlakuan biochar
timbang kembali tanah setelah dioven, selisi hanya efek mandiri yang teruji nyata
antara berat sebelum di oven dan sesuda di dapat menurunkan pH sementara efek
oven adalah persentasi kadar air berat interaksinya tidak teruji nyata. Perubahan
tersebut dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 1 Sifat Fisik Kimia Tanah Sebelum Perlakuan


No Parameter Nilai Satuan
1 pH H20 (1:25) 7,7 -
2 pH KCL (1:25) 5,9 -
3 Pasir 42,3 %
4 Debu 35,7 %
5 Liat 22,0 %
6 Bulk Densiy 1,54 g cm3
7 C – Organik 1.09 %
8 N – Total 0,10 %
9 C/N Ratio 10,9 -
10 KTK 16,37 Cmol (+) mg-1
11 Al-dd 0,25 Cmol (+) mg-1
12 H-dd 0,50 Cmol (+) mg-1
13 Kejenuhan Alumunium 2,06 %
14 P2O5 (Olsen) 12,61 Ppm
15 P2O5 (HCL 25%) 33,16 Mg/100g
16 K2O (HCL 25%) 35,48 Mg/100g
17 Calsium (Ca) 9,13 Cmol (+) mg-1
18 Kalium (K) 0,43 Cmol (+) mg-1
19 Natrium (Na) 0,51 Cmol (+) mg-1
20 Kejenuhan Basah 69,6 %
21 Magnesium (Mg) 1,33 Cmol (+) mg-1
25 Zn Total (Ekstrak HNO3 dan HCLO4) * 18,22 Ppm
29 Zn Tersedia (Ekstrak Morgan Wolf) * 1,17 Ppm
Sumber : Hasil Analsis di Laboratorium Ilmu Tanah Untad, * hasil analisis Laboratorium LASDAL Untad

103
pH tanah alkalis turun 7,7 menjadi dengan kehalusan 60 mesh, dapat
7,3 seiring pada pemberian dosis biochar meningkatkan KTK hingga 22,55 atau
15 ton ha-1, lain halnya dengah kehalusan meningkat 32,99% bilah dibandingkan
biochar pH turun pada kehalusan 60 mesh, tanah sebelum perlakuan biochar. Perubahan
sementara 120 mesh tidak berbeda dengan KTK sesudah perlakuan nampak dalam
yang tidak diayak, hal ini disebabkan pada tabel 3.
akhir inkubasi terjadi pelapukan sehingga Terjadinya peningkatan KTK akibat
kehalusan 120 mes sudah tidak memberi pemberian biochar disebabkan oksidasi C
pengaruh terhadap perubahan pH. aromatik dan pembentukan kelompok
karboksil pada biochar. Liang et al.,
Perubahan KTK. Berdasarkan analisis
2006 menyatakan peningkatan nilai KTK
data hasil penelitian, KTK meningkat
akibat pemberian biochar dapat terjadi
seiring dengan bertambahnya dosis biochar,
melalui 2 mekanisme, yang pertama adanya
berdeda dengan tingkat kehalusan, KTK
luas permukaan yang lebih tinggi dari
menurun pada pemberian biochar lolos
permukaan biochar untuk penjerapan kation,
ayakan 120 mesh. Namun masih berbeda
yang kdua adanya kepadatan muatan yang
signifikan bilan dibandingkan dengan yang
lebih tinggi yang menyebabkan meningkatnya
tidak diayak. Terjadi interaksi diantara
derajat oksidasi.
kedua perlakuan pada dosis 15 ton ha-1

Tabel 2. Rata-rata Perubahan pH Setelah Aplikasi Biaochar yang Terinkubasi Selama 21 Hari

Kehalusan Biochar
Dosis Biochar Lolos ayakan 60 Lolos ayakan 120 Rerata
Tidak di ayak
mesh mesh
5 Ton ha-1 7,7 7,5 7,6 7,6a
10 Ton ha-1 7,6 7,5 7,6 7,6a
15 Ton ha-1 7,6 7,3 7,4 7,4b
Rata-rata 7,6a 7,5b 7,6a
Keterangan : Rataan yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji BNJ pada tingkat kepercayaan 95% .

Tabel 3. Rata-rata Perubahan KTK Tanah yang Diberi Biochar Setelah Inkubasi 21 Hari

Kehalusan Biochar
Dosis Biochar Lolos ayakan 60 Lolos ayakan
Tidak diayak Ratarata
mesh 120 mesh
20,58A 21,12A 21,03A
20,91
5 Ton ha-1 a a a
21,58A 21,54A 21,21A
21,44
10 Ton ha-1 A a a
20,47A 22,25B 22,03B
21,58
15 Ton ha-1 A a a
Rata - rata 20,88 21,64 21,42
BNJ 5% = 0,75
Keterangan : Angka sebaris yang ditandai dengan huruf kapital yang sama dan angka – angka
sekolom dengan huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNJ dengan tingkat
kepercayaan 95%.

104
Tabel 4. Rata-rata perubahan C Organik tanah yang diberi biochar setelah inkubasi 21 hari

Kehalusan Biochar
Dosis Biochar Lolos ayakan 60 Lolos ayakan
Tidak diayak Ratarata
mesh 120 mesh
1,27A 1,29AB 1,39B
1,32
5 Ton ha-1 a a ab
1,37A 1,31A 1,33A
1,34
10 Ton ha-1 b a a
1,36A 1,46B 1,42AB
1,41
15 Ton ha-1 b b b
Rata - rata 1,33 1,35 1,38
Keterangan : Angka sebaris yang ditandai dengan huruf kapital yang sama dan angka – angka
sekolom dengan huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNJ dengan tingkat
kepercayaan 95%

Perubahan C Organik Tanah. Hasil biochar yang diberikan ketensediaan P


penelitian menggambarkan bahwa semakin juga makin tinggi, namun tidak dengan
tinggi dosis biochar yang diberikan kehalusan biochar, peningkatan ketersediaan
kandungan C organik tanah meningkat pula P sampai tingkat kehalusan tertent (60
secara konsisten demikian halnya dengan mesh), pada kehalusan 120 mesh
kehalusan biochar, makin halus biochar ketersediaan P mulai menurun walaupun
makin tinggi kandungan C organik tanah, secara signifikan masi berbeda dengan
hal ini dapat dilihat pada tabel 4, diantara aplikasi biochar yang tidak diayak. Secara
perlakuan efek mandiri maupun interaksi mandiri kedua perlakuan berpengaruh dan
diantara keduanya terjadi, secara mandiri terjadi interaksi positif diantara kedua
dosis biochar mampu meningkatkan C perluan. Pemberian biochar dosis 15 ton
organik hingga 1,41% bila dibandingkan ha-1 dengan kehalusan 60 mesh dapat
sebelum perlakuan 1,09%, demikian halnya meningkatkan P tersedia hingga 277,08%
dengan kehalusan biochar, makin halus dari 12,61 ppm menjadi 47,55 ppm.
biochar makin tinggi kandungan C organik Didalam tanah P dalam bentuk P
tanah, berdasarkan data dapat dilihat bahwa organik dan P anorganik. Ketersediaan P
interaksi positif diantara kedua perlakuan dalam tanah dikendalikan oleh mineralisasi
jika dilakukan secara bersama pada dosis dan immobilisasis fraksi organik dan
biochar 15 ton-1 dengan kehalusan lolos pelarutan. Pada tanah alkalis P dijumapai
ayakan 60 mesh, dapat meningkatkan C dalam bentuk Ca-P (Alloway 2008, Nur,
organik tanah hingga 1,46 dari 1,09 atau 2014, Sujana 2014). Pada tanah sedikit
meningkat sebesar 33,94%. alkalis banyak terdapat ion Ca bebas dan
Semakin tinggi dosis yang diberikan dapat dipertukarkan dan sering mengendap
maka semakin tinggi kandungan C organik sebagai senayawa CaCO3. Jika ion P
tanah, tentu hal ini dapat dipahami terdapat dalam tanah, maka ion tersebut
karena sumbangan karbon dari biochar akan bereaksi dengan Ca2+ dan atau CaCO3
meningkatnya C organik tanah berkaitan menjadi bentuk Ca3 (PO4)2 yang tidak
dengan adanya sifat rekalsitran C (Sujana, larut. Pemberian bahan organik dapat
2014) dalam biochar sekam padi akibat menurunkan adsopsi P karena dekomposisi
dari meningkatnya derajat aromatis yang bahan organik menghasilkan asam asam
dimiliki oleh biochar. organik yang dapat menyelimuti permukaan
Perubahan P tersedia. Hasil penelitian liat(Akande et al, 2010). P dapat dilepas
menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis melalui organo kompleks pada ujung -ujung

105
aromatik biochar sekam padi pada gugus pertumbuhan tanaman (Litbang Pertanian,
fungsional dari asam organik, kadaan 2016), Kadar C Organik dalam tanah yang
tersebut menyebabkan luas permukan cukup akan mampu mengikat ion-ion logam
adsorsi P berkurang dengan menurunnya yang berlebih jumlahnya menjadi lebih
adsopsi P tanah yang meningkatkan sedikit dalam larutan tanah sesuai dengan
Ketersediaan P. Makin tinggi dosis yang kebutuhan tanaman. Khelat logam organik
biochar yang diberikan makan asam-asam yang terbentuk banyak memiliki sifat yang
organik makin banyak, makin halus hingga tidak mudah larut, aplikasi biochar memiliki
60 mesh biochar makin luas permukaan kemampuan menyerap tosisitas logam berat
serapan, kehalusan hingga 120 mesh bagi tanaman (Sujana, 2014).
mempercepat pelakuan data hasil penelitian Rendahnya Kandungan C Organik
menunjukkan bahwa pada kehalusan 120 dalam tanah berdampak pada penurunan
mesh biochar tidak berbeda nyata dengan KTK yang menjadi salah satu faktor
kehalusan 60 mesh. Perubahan P tersedia penyebab berkurangnya efisiensi pemupukan,
dapat dilihat pada tabel 5. karena unsur hara yang berasal dari pupuk
Hubungan Perubahan pH, KTK, C mudah tercuci, fiksasi hara meningkat
Organik dan P tersedia akibat pemberian (Rahma et al 2014). Kadar C organik yang
biochar Sekam padi. Interaksi sinergis tinggi dalam tanah akan diikuti dengan
antara dosis biochar dengan tingkat peningkatan nilai KTK, hal ini disebabkan
kehalusan 60 mesh, menurunkan pH, hal ini karena tanah yang mengandung C organik
dikarenakan sifat amfoter pada biochar umumnya mengandung koloid organik yang
karena mengandung gugus karboksil yang mampu meningkatkan kation kation, hal
berperilaku sebagai asam dan gugus amino ini terbukti pada perlakuan pemberian
yang berperilaku sebagai basah (tergantung biochar dapat meningkatkan KTK setelah
pada keadaan tanah), dapat bermuatan diinkubasi selama 21 hari. KTK meningkat
positif dan negatif (Darrman 2006). Dengan seiring dnegan peningkatan kandungan C
demikian dalam lingkungan basah amino Organik tanah.
berubah bentuk menjadi anion dan dalam Ketersediaan P dalam tanah
lingkungan asam berubah menjadi bentuk berhubungan erat dengan pH tanah, pada
kation. Selain dapat menjerap serta tanah masam (pH <5) ion P akan diendapkan
mempertukarkan anion, bentuk kation juga dalam bentuk persenyawahan kompleks
dapat berikatan dengan mineral liat yang dengan Al dan Fe yang tidak larut, P pada
bermuatan bersih negatif. Dengan demikian pH lebih >7,5 ion P akan terikat dengan
C organik dalam tanah harus tetap di jaga. Ca dalam bentuk persenyawan kompleks,
Jumlah minimum Kandungan C pada pH netral P akan tersedia bagi
Organik dalam tanah1 – 1,5% untuk tanaman jika tanah mengandung cukup P.

Tabel 5. Rata-rata perubahan P tersedia tanah yang diberi biochar setelah inkubasi 21 hari

Kehalusan Biochar
Dosis Biochar Lolos ayakan 60 Lolos ayakan
Tidak diayak Rata-rata
mesh 120 mesh
36,62A 41,29B 39,32AB
-1 39,07
5 Ton ha a a a
37,09A 41,94B 40,74B
39,92
10 Ton ha-1 a a a
36,78A 47,55B 46,82B
46,67
15 Ton ha-1 a b b
Rata- rata 36,78 43,59 42,29

106
50.00

40.00

30.00
PH
20.00
C Organik

10.00 KTK
P tersedia
0.00
5 Ton 10 Ton 15 Ton 5 ton 10 ton 15 ton 5 ton 10 ton 15 ton
tanpa tanpa tanpa lolos lolos lolos lolos lolos lolos
diayak diayak diayak ayakan ayakan ayakan ayakan ayakan ayakan
60 60 60 120 120 120
mesh mesh mesh mesh mesh mesh

Gambar 1. Hubungan perubahan pH, KTK, C organik dan Ketersesiaan P pada tanah yang diberi
biochar setelah diinkubasi 21 hari.

A B C

Gambar 2. Biochar dengan berbagai tingkat kehalusan.


Keterangan : A. Tidak diayak. B, Lolos Ayakan 60 Mesh. C, Lolos Ayakan 120 Mesh

Pada tanah masam P akan tersedia Hubungan – hubungan tersebut dapat dilihat
dalam bentuk H2PO4-, pada tanah agak pada gambar 1.
masam hingga mendekati netral P tersedia Ketersediaan P erat kaitannyan
dalam bentuk HPO42-, pada tanah ber pH dengan pertumbuhan dan hasil tanaman hal
diatas 7,5 ion P tersedia dalam bentuk ini dikarenakan peranan P selaku pembawa
PO43-. Tanaman pada umumnya mengambil elektron atau hidrogen dalam reaksi
P dalam bentuk ion H2PO4- dan sedikit oksidasi reduksi dan secara langsung
sekali dalam bentuk HPO42-. Penyerapan terlibat dalam angkutan energi melalui
kedua bentuk ion tersebut tergantung pH ATP dalam mekanisme serapan aktif unsur
tanah. (Tisdale et al., 1993;Darman 2006). hara.(Litbang Pertanian 2016). Dengan
Hasil penelitian menunjukkan penurunan demikian P sangat penting bagi pertumbuhan
pH dari 7,7 menjadi 7,3 juga penurunan pH tanaman dan harus tersedia pada media
seiring dengan peningkatan P tersedia. tumbuh tanaman atau pada tanah. Dari data

107
hasil penelitian nampak bahwa C organik tona ha-1 dengan tingkat kehalusan 60 mesh
tanah menjadi kunci terhadap perubahan pada tanah alkalis dapat menurunkan pH
pH, KTK dan P tersedia pada tanah sawah hingga 5,19%, meningkatkan C organik
inceptisol. 34,94%, KTK 32,92% dan P tersedia
277,08%, dengan demikian biochar sekam
KESIMPULAN padi berpotensi untuk dijadikan pembenah
tanah sawah inceptisol.
Dari hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa pemberian biochar 15

DAFTAR PUSTAKA

Akande,M.O., Makinde. E.A., Oluwatoyinbo. F.I., and Adetunji. M.T. 2010.Effect Of Phosphate
Rock Application on Dry Matter Yield and Phosphorus Recovery of Maize and Cowpea
Grown in Sequence. Afrikan Journal of Environmental Sciense and Technologi. 4 (5) : 293-
303

Alloway, B.J. 2008. Zinc in soil and Crop Nutrition. International Zinc Assosiation IZA and
IFA.Brussels. Belgium and Paris France.

Darman,S. 2006. Decrease of monomeric alumunium activity, increase of phospate fertilizer


efficiency and soybean yield due to applications of compost extracs and phosphate fertilizer
on oxic dystrudepts. Disertasi. Universitas Padjadjaran.

Fatmawita.Y. 2014. Pengaruh Unsur mikro terhadap peningkatan padi sawah intensifikasi yang
diberi pupuk organik titonia plus. http://Respositori.unad.ac.id/21232/i/yulnafatmawita-BKS-
UNILA2014.pdf. diakses tanggal 4 Juli 2016.

Foley, J.A., DeFries, R., Asner, G.P., Barford, C., Bonan, G., Carpenter, S.R., Chapin, F.S., Coe,
M.T., Daily, G.C., Gibbs, H.K., Helkowski, J.H., Holloway, T., Howard, E.A., Kucharik,
C.J., Monfreda, C., Patz, J.A., Prentice, I.C., Ramankutty, N. and Snyder, P.K. 2005. Global
consequences of land use. Science309: 570-574.

Gani, A. 2009. Potensi arang hayati biochar sebagai komponen teknologi perbaikan produktivitas
lahan pertanian. Iptek tanman Pangan (4). 1 : 33-48.

Hakim, N, Rizen N and Malay Y. 2011. Uji Multilokasi Pemanfaatan Pupuk Organik Thitonia Plus
untuk mengurangi Aplikasi Pupuk Sintetik dalam meningkatkan Hasil Padi Metode SRI.
Laporan hasil penelitian Hibah Stranas tahun II. DP2M Dikti dan LP Unad.

Islami,T.,Bambang,G., Nur,B.,Agus,S. 2011. Biochar for sustaining productivity of cassava based


cropping systems in the dgraded lands of eatst Java, Indonesia. Journal of Tropical
Agriculture. 49 (1-2) : 40-46

Masulili. 2010. Rice Husk Biochar for Rice Based Cropping System in Acid Soil 1. The
Characteristics of Rice Husk Biochar and Its Influence on the Properties of Acid Sulfate Soils
and Rice Growth in West Kalimantan, Indonesia. Journal Of Agricultural sciense.volume 2
(1) : 39-47

Nur,M.S.M.2014. Aplikasi Poschar, suatu Teknologi Meningkatkan Ketersediaan Fosfor,


Kesuburan dan Produktivitas Calcarasol di Timor Barat. Orasi Ilmiah. Disampaikan pada
Rapat Senat Luar Biasa Universitas Nusa Cendana. Kupang 06 Desember 2014.

108
Lehmann, J. 2007. Bioenergy in the Black. Frontiers in Ecology and the Environment (5): 381-386

Liang, B.J., Lenham, D., Solomon, S., Sohi, J.E., Thies, J.O., Skjemstad, F.J., Luizao, M.H.,
Engelhard, E.G., Neves and Wirick. 2008. Stability of Biomass drived Black Carbon in Soil.
Geochimika et Cosmochimica Acta. 72: 6069-6078.

Litbang pertanian. 2016. http://bbpadi.litbang.pertanian.go.id/index.php/berita/info-


teknologi/content/226-pemupukan-pada-tanaman-padi. Diakses Tgl 22 September 2016

Rahma.S,Yusran, Husain Umar. 2014. Sifat kimia tanah pada berbagai tipe penggunaan lahan di
desa Bogo kecamatan Palolo kabupaten Sigi. Warta Rimba Volume 2 (1) : 88-95

Shenbagavalli.S and Mahimairaja,S. 2012. Production and characterization of biochar from


different biological wastes. International Journal of Plant, Animal and Environmental
Scienses. Volume 2 (1) : 197-201

Supadma, A.A.N.,Adnyana.I.M.,Puja,I.Y. 2013. Kajian unsur hara mikro tanah untuk produksi
pangan pada lahan sawah di kecamatan penebel, Tabanan. Agrotrop 3(1): 73-81.

Sindonews.com. 2015. Reformasi Agraria di tengah ironi. Http://


nasional.sindonews.com/read/973811/161/reformasi. Diakses tanggal 16 Desember 2015

Sujana.I.P., 2014. Rehabitasi lahan tercemar limba garmen dengan pemberian biochar. Disertasi.
Universitas udayana. Bali

Tisdale, S., W.L, Nelson, J.D.Beaton., and J.Lhavlin. 1993. Soil fertility and fertilizers. 5th
ed..Macmillan Publ., Co. New York

109

Anda mungkin juga menyukai