Anda di halaman 1dari 83

LAPORAN TUGAS BESAR

PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR BERSIH

Disusun Oleh :

Kelompok 4

Rekha Oktavia M1D118013

Winda Nefiarani M1D118017

Fitri Suryani M1D118024

Fadhil Fairillah Dibsa M1D118036

Ekky Muhammad Audi M1D118039

Dosen Pembimbing :

Winny Laura Christina Hutagalung, S. T., M.T

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS JAMBI

2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Menurut PBB dalam World Water Development Report, air merupakan inti dari
pembangunan berkelanjutan. Pengelolaan sumber daya air dan pelayanan terhadap air bersih
mendukung pengurangan kemiskinan, pertumbuhan ekonomi dan kelestarian lingkungan. Peran
aktif pemerintah sangat dibutuhkan dalam membangun infrastruktur guna memenuhi kebutuhan
air aman bagi masyarakat. Untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat, maka telah diadakan
sistem penyediaan air bersih terutama di daerah perkotaan maupun pedesaan.

Laju pertumbuhan penduduk sangat berpengaruh dalam perencanaan air bersih. Semakin
banyak penduduk semakin besar pula pemanfaatan air yg diperlukan. Didalam perencananaan
sistem pelayanan air bersih sangat diperlukan informasi mengenai sumber air. Dimana nantinya
sumber air tersebut memiliki debit yang cukup untuk mengalirkan air kepada konsumen. Selain
informasi mengenai debit yang tersedia dari sumber air, sangat diperlukan juga data-data atau
informasi lainnya, seperti: kualitas air, jarak antara sumber air dengan konsumen, keadaan
topografi dilokasi sumber air, yang mana nantinya data-data tersebut bisa membantu didalam
pengembangan sistem pelayanan air bersih yang baru (Yasin, dkk. 2013).

Saat ini masalah penyediaan air bersih menjadi perhatian khusus bagi negara-negara maju
maupun negara-negara berkembang. Salah satu masalah pokok yang dihadapi adalah kurang
tersedianya sumber air bersih, belum meratanya pelayanan penyediaan air bersih terutama pada
daerah perdesaan dan sumber air bersih yang ada belum dapat dimanfaatkan secara maksimal.
Bahkan pada beberapa tempat di kota-kota besar, sumber air bersih yang telah dimanfaatkan oleh
PDAM telah tercemari oleh limbah industry dan limbah domestic, sehingga beban dalam segi
pengelolaan air bersihnya semakin meningkat.

Pemenuhan kebutuhan air bersih di lingkungan hunian merupakan prioritas utama.


Penyediaan air bersih di kota dikelola oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dengan
memanfaatkan air baku. Air baku bersumber dari air tanah, air permukaan, air hujan, dan mata
air (Putra, dkk. 2020). Di Indonesia ketentuan mengenai standar kualitas air bersih mengacu pada
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/ MENKES/PER/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan
Pengawasan Kualitas Air Bersih. Berdasarkan SK Menteri Kesehatan 1990 Kriteria penentuan
standar baku mutu air dibagi dalam 3 bagian yaitu :

1. Persyaratan kualitas air untuk air minum.

2. Persyaratan kuakitas air untuk air bersih.

3. Persyaratan kualitas air untuk limbah cair bagi kegiatan yang telah beroperasi.

Karena pentingnya penyediaan kebutuhan akan air bersih seperti uraian singkat diatas, sangat
wajar jika sektor air bersih mendapatkan prioritas penanganan utama karena menyangkut hajat
hidup orang banyak. Oleh karena itu dalam rangka penyediaan kebutuhan air bersih yang
memenuhi syarat kesehatan, pemerintah RI mencanangkan program peningkatan penyediaan air
bersih pada daerah perkotaan dan daerah pedesan melalui berbagai cara dan disesuaikan dengan
sarana dan prasarana yang ada sehingga pemanfaatan sumber daya air bersih dapat dilakukan
secara optimal

1.2 TUJUAN PENULISAN

Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengukur kinerja air bersih di Kota Jambi dan
menyiapkan rancangan unit pengolahan air bersih sebagai salah satu usaha pembangunan Kota
Jambi.

1.3 RUANG LINGKUP PENULISAN

Ruang lingkup penulisan laporan ini yaitu :

1. Membahas perencanaan dan pengelolaan di sektor air bersih.

2. Membahas aspek-aspek penentu pembangunan dan pengolahan air bersih..

3. Melakukan perencanaan unit pengolahan air bersih untuk Kota Jambi.

4. Dalam pengolahan ini pengambilan air baku sudah ditetapkan berasal dari Sungai
Batanghari.

1.4 RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang di atas dapat ditemukan permasalahan-permasalahan sebagai berikut:


1. Air bersih merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan masyarakat Kota Jambi,
ketergantungan masyarakat perkotaan terhadap air bersih termasuk Kota Jambi sangat
tinggi. Persoalan air bukanlah sekedar persoalan kualitas saja, tetapi persoalan kuantitas
dan kontinuitas.

2. Kota Jambi sebagai kota industri, perdagangan dan jasa berimplikasi terhadap tuntutan
kebutuhan prasarana perkotaan termasuk tuntutan kebutuhan air bersih baik untuk
keperluan domestik (keperluan rumah tangga) maupun non domestik (keperluan industri).

3. Perkembangan pengelolaan air bersih di Kota Jambi yang mana pengelolaan air bersih
yang ada hingga saat ini adalah PDAM Tirta Mayang.

4. Kondisi saat ini pelayanan air bersih di Kota Jambi masih rendah, masih banyak
penduduk yang belum mendapatkan air yang bersih dan lancar dari PDAM Tirta Mayang
Jambi.

1.5 METODE PENULISAN

Dalam penulisan makalah ini membutuhkan pendekatan metodologi. Berkaitan dengan


tujuan penulisan, maka pendekatan yang dipilih dalam penelitian ini merupakan gabungan dari
pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Metode penulisan merupakan suatu sistem untuk
memecahkan suatu persoalan yang terdapat dalam suatu kegiatan penelitian. Untuk memperoleh
hasil yang sesuai dengan tujuan penulisan, maka penulis melakukan studi kepustakaan baik dari
internet, artikel, dan perpustakaan atau institusi yang berkaitan dengan kelengkapan data Kota
Jambi. Selain itu, penulis juga melakukan analisis perhitungan yang tentu saja dilakukan
berdasarkan referensi yang diperoleh dan disesuaikan dengan kondisi lapangan.

1.6 MANFAAT PENULISAN

Manfaat dari penulisan ini adalah sebagai berikut:

a. Secara praktis, hasil studi ini dapat sebagai bahan kajian agar dapat mengoptimalkan
pelayanan air bersih di kota Jambu yang masih rendah sehingga kebutuhan air bersih
dapat dipenuhi baik secara kualitas, kuantitas dan kontinuitas;

b. Bagi pemerintah daerah, hasil studi dapat dipergunakan untuk membuka wacana
pentingnya perencanaan yang komprehensif antara perencanaan prasarana perkotaan
khususnya perencanaan pelayanan air bersih dengan perencanaan tata ruang sehingga
perencanaan tersebut menjadi terpadu.

1.7 SISTEMATIKA PENULISAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK STUDI

2.1 Sejarah Singkat

2.2 Karakteristik Fisik

2.3 Karakteristik Non Fisik

2.4 Fasilitas Umum dan Sosial

2.5 Kondisi Pengelolaan Air Bersih

BAB III KONSEP PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR BERSIH

3.1 Konsep Perencanaan

3.2 Peraturan

3.3 Proyeksi Kebutuhan Air

3.4 Sumber Air Baku

3.5 Diagram Alir

BAB IV DETAIL PERANCANGAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR BERSIH

4.1 Intake

4.2 Pompa dan Sistem Transmisi

4.3 Alat Ukur

4.4 Koagulasi (Hidrolis)

4.5 Flokulasi (Hidrolis)

4.6 Sedimentasi (Tube Settler)


4.7 Filtrasi

4.8 Desinfeksi dan Reservoar

4.9 Pengolahan Lumpur

BAB V PROFIL HIDRAULIS

BAB VI LAYOUT BANGUNAN PENGOLAHAN AIR BERSIH

BAB VII PERENCANAAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR BERSIH

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB II

GAMBARAN UMUM OBJEK STUDI

2.1 SEJARAH SINGKAT

Provinsi Jambi memiliki luas wilayah 50.058,16 km2 dengan jumlah penduduk 3.406.178
jiwa, dengan memiliki banyak suku yang mendiaminya, di antaranya adalah suku kerinci, suku
kubu, suku batin, suku Melayu, dan beberapa suku minoritas lainnya. Suku-suku tersebut
menyebar di 9 kabupaten, 2 kota, 138 kecamatan, 163 kelurahan, dan 1.398 desa, yang umumnya
mendiami di wilayah pinggiran sungai batang hari sebagai pusat perekonomian dari masa lalu
hingga masa sekarang (menurut sumber Permendagri Nomor 39 Tahun 2015).

Jambi sebagai daerah pemukiman atau pemusatan penduduk bahkan sebagai pusat
kedudukan pemerintahan telah berjalan dari masa ke masa. Sejarah Dinasti Sung menguraikan
bahwa Maharaja San-fo-tsi (Swarnabhumi) bersemayam di Chan-pi. Utusan dari Chan-pi datang
untuk pertama kalinya di istana Kaisar China pada tahun 853M. Utusan ke dua kalinya datang
pula pada tahun 871M. Informasi ini menorehkan bahwa Chan-pi (yang diidentifikasikan Prof.
Selamat Mulyana sebagai Jambi) sudah muncul diberita China pada tahun – tahun tersebut.
Dengan demikian Chan-pi atau Jambi sudah ada dan dikenal pada abad ke 9M. Berita China
Ling Pio Lui (890-905M) juga menyebut Chan-pi (Jambi) mengirim misi dagang ke China.

Silsilah Raja-raja Jambi tulisan Ngebih Suto Dilago Priayi Rajo Sari pembesar dari
kerajaan Jambi yang berbangsa 12, menulis Putri Selaro Pinang Masak anak rajo turun dari
Pagaruyung di rajakan di Jambi. Dari sebutan Pinang dalam bahasa Jawa (Sunda) dilapas sebagai
Jambe sehingga ditenggarai banyak orang sebagai asal kata Jambi. Jadi ada perubahan bunyi dan
huruf dari Jambe ke Jambi. Identifikasi ini menginformasikan kata Jambe-Jambi terbuhul pada
abad ke 15 yaitu di masa Puteri Selaro Pinang Masak memerintah dikerajaan Jambi Tahun 1460-
1480.

Raden Syarif (yang kemudian diungkapkan kembali oleh Datuk Sulaiman Hasan) dari
“Riwayat Tanjung Jabung Negeri Lamo” mencatat bahwa Puteri Selaro Pinang Masak mengilir
dari Mangun Jayo ke Tanjung Jabung di pandu oleh sepasang itik besar (Angso Duo) yang
mupur ditanah pilih pada tanggal 28 Mei 1401. Legenda Tanah Pilih ini berbeda versi dengan
Ngebi Suto Dilago. Silsilah Raja-raja Jambi menyebut Orang Kayo Hitam (salah seorang putera
dari pasangan puteri Selaro Pinang Masak dengan Ahmad Barus II/Paduko Berhalo) yang
mengilir mengikuti sepasang itik besak (Angso Duo) atas saran petuah mertuanya Temenggung
Merah Mato Raja Air Hitam Pauh.

Dari puing – puing Istana Tanah Pilih oleh Belanda dikuasai dan dijadikan tempat markas
serdadu Belanda. Praktis setelah Sultan Thaha Saifuddin gugur tangga 27 April 1904 Belanda
secara utuh menempatkan wilayah kerajaan Jambi sebagai bagian wilayah kekuasaan Kolonial
Hindia Belanda. Jambi kemudian berstatus Under Afdeling di bawah Afdeling Palembang. Pada
Tahun 1906 Under Afdeling Jambi ditingkatkan sebagai Afdeling Jambi kemudian di tahun 1908
Afdeling Jambi menjadi Kerisidenan Jambi dengan residennya O.L. Helfrich berkedudukan di
Jambi. Sampai masa Kemerdekaan pejabat Residen dari Keresidenan Jambi berkedudukan di
Jambi. Setelah Republik Indonesia di Proklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945, berdasarkan
berita RI Tahun II No. 07 hal 18 tercatat untuk sementara waktu daerah Negara Indonesia di bagi
dalam 8 Provinsi yang masing – masing dikepalai oleh seorang Gubernur diantaranya Provinsi
Sumatera. Provinsi Sumatera ini kemudian pada tahun 1946 dibagi lagi dalam 3 sub Provinsi
yaitu Sub Provinsi Sumatera Utara, Sub Provinsi Sumatera Tengah dan Sub Provinsi Sumatera
Selatan. Keresidenan Jambi dengan hasil voting dimasikan ke dalam wilayah Sub Provinsi
Sumatera Tengah.

Pada tahun 1945 tersebut sesuai Undang-undang no.1 tahun 1945 wilayah Indonesia
terdiri dari Provinsi, Karesidenan, Kewedanaan dan Kota. Tempat kedudukan Residen yang telah
memenuhi syarat, disebut Kota tanpa terbentuk struktur Pemerintahan Kota. Dengan demikian
Kota Jambi sebagai tempat kedudukan Residen Keresidenan Jambi belum berstatus dan memiliki
pemerintahan sendiri. Kota Jambi baru diakui berbentuk pemerintahan ditetapkan dengan
ketetapan Gubernur Sumatera No. 103 tahun 1946 tertanggal 17 Mei 1946 dengan sebutan Kota
Besar dan Walikota pertamanya adalah Makalam.

Tanggal penetapan Kota Jambi sebagai Kota Praja yang mempunyai Pemerintahan
sendiri sebagai Pemerintah Kota dengan ketetapan Gubernur Sumatera No. 103 Tahun 1946
tertanggal 17 Mei 1946 dipilih dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kota Jambi No. 16
Tahun 1985 dan disahkan dengan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jambi No. 156
Tahun 1986, tanggal 17 Mei 1946 itu sebagai Hari Jadi Pemerintah Kota Jambi.

Mata pencaharian masyarakat Jambi adalah bertani, berjualan, panen getah dan melaut
(istilah dalam bahasa Jambi mencari ikan di Sungai Batanghari). Di Jambi sendiri kebanyakan
daerahnya adalah berupa hutan. Sehingga mata pencaharian mereka di dominasi oleh para petani.
Dalam hal bertani, sama seperti kota-kota lainnya yang terletak di daratan rendah, adalah
bertanam padi pada lahan kosong. Sedangkan dalam hal melaut, mencari ikan di sungai
merupakan mata pencaharian tambahan, begitu juga mencari dalam hal mencari hasil hutan.
Usaha-usaha tambahan ini biasanya dilakukan sambil menunggu panen atau menunggu musim
tanam berikutnya. Karena di Jambi sendiri juga dihuni oleh masyarakat keturunan TiongHoa,
maka di zaman sekarang ini banyak pula warga masyarakat keturunan Cina di Jambi yang
mencari pendapatan melalui proses berdagang. Ada yang berdagang emas, berdagang sembako
dan ada pula yang berdagang bahanbahan material.

2.2 KARAKTERISTIK FISIK

2.2.1 Letak Geografis

Kota Jambi sebelah utara, barat, selatan dan timur berbatasan dengan kabupaten Muaro
Jambi, dengan kata lain Kota Jambi ini wilayahnya dikelilingi oleh kabupaten Muaro Jambi.
Kota Jambi berada pada ketinggian rata – rata 10 sampai 60 meter di atas permukaan laut. Secara
geografis posisi Kota Jambi berada pada : 01030’2,98” - 01040’ 1,07” Lintang Selatan dan
10340’ 1,67”- 10340’ 0,22” Bujur Timur Luas Kota Jambi 205,38 Km yang terdiri dari :

1. Kecamatan Kota Baru = 36,11 Km (17,56 %)

2. Kecamatan Alam Barajo = 41,67 Km (20,27 %)

3. Kecamatan Jambi Selatan = 11,41 Km (5,55 %)

4. Kecamatan Paal Merah = 27,13 Km (13,20 %)

5. Kecamatan Jelutung = 7,92 Km ( 3,85 %)

6. Kecamatan Pasar Jambi = 4,02 Km ( 1,96 %)

7. Kecamatan Telanaipura = 22,51 Km (10,95 %)

8. Kecamatan Danau Sipin = 7,88 Km (3,83 %)

9. Kecamtan Danau Teluk = 15,70 Km (7,64 %)

10. Kecamatan Pelayangan = 15,29 Km (7,44 %)


11. Kecamatan Jambi Timur = 15,94 Km (7,75 %)

Kota Jambi terdiri dari 11 (sebelas) kecamatan dan 62 (enam puluh dua) kelurahan. Ibu
Kota Kabupaten yang terdekat dari Kota Jambi adalah Sengeti, yaitu Ibu Kota Kabupaten Muaro
Jambi dengan Jarak 29 Km.

Gambar 2.1.1 Letak Kota Jambi

Gambar 2.1.2 Pembagian Kecamatan Kota Jambi


2.2.2 Morfologi dan topografi

Dari topografinya, kota Jambi relatif datar dengan ketinggian 0–60 m di atas permukaan
laut. Bagian bergelombang terdapat di utara dan selatan kota, sedangkan daerah rawa terdapat di
sekitar aliran Batanghari, yang merupakan sungai terpanjang di pulau Sumatra dengan panjang
keseluruhan lebih kurang 1.700 km (11 km yang berada di wilayah kota Jambi dengan lebar
sungai ± 500 m), sungai ini berhulu pada Danau Di atas di provinsi Sumatra Barat dan bermuara
di pesisir timur Sumatra pada kawasan selat Berhala.

Kota Jambi beriklim tropis dengan suhu rata–rata minimum berkisar antara 22,1-23,3 °C
dan suhu maksimum antara 30,8-32,6 °C, dengan kelembaban udara berkisar antara 82-87%.
Sementara curah hujan terjadi sepanjang tahun sebesar 2.296,1 mm/tahun (rata-rata
191,34 mm/bulan) dengan musim penghujan terjadi antara Oktober-Maret dengan rata-rata 20
hari hujan/bulan, sedangkan musim kemarau terjadi antara April-September dengan rata-rata 16
hari hujan/bulan.

Berdasarkan Undang-undang nomor 6 tahun 1986, luas wilayah administratif pemerintah


kota Jambi adalah ± 205.38 km², secara geomorfologis kota ini terletak di bagian barat
cekungan Sumatra bagian selatan yang disebut sub-cekungan Jambi, yang merupakan dataran
rendah di Sumatra bagian timur.

2.2.3 Geologi

Dilihat dari struktur batuan, pada umumnya wilayah Kota Jambi terbentuk dari struktur
batuan endapan permukaan, batuan sedimen umur miosen dan batuan sedimen umur pliosen.
Struktur batuan endapan permukaan pada umumnya tersebar di sebelah utara Sungai Batanghari,
meliputi Kecamatan Danau Teluk dan Kecamatan Pelayangan. Sedangkan batuan sedimen umur
miosen tersebar di sebelah barat wilayah Kota Jambi meliputi Kecamatan Kota Baru. Dilihat
luasannya, jenis batuan endapan permukaan menempati areal seluas 10.454 hektar, batuan
sedimen umur miosen seluas 8.375 hektar dan batuan sedimen umur pliosen seluas 1.709 hektar.
Tabel 2.1
Formasi Geologi Kota Jambi
NO. FORMASI GEOLOGI LUAS (HA) %
1 Endapan Permukaan 10.454 50,90
2 Batuan Sedimen Umur miosen 8.375 40,78
3 Batuan Sedimen Umur pliosen 1.709 8,32
Jumlah 21.538 100

Jenis tanah di wilayah Kota Jambi dapat dibedakan kedalam empat jenis tanah yaitu jenis
tanah Gleisol Hidrik, Podsolik Gleiik, Alluvial dan Podsolik. Dari keempat jenis tanah tersebut
yang paling dominan adalah jenis tanah podsolik yaitu seluas 10.082 hektar, sedangkan jenis
tanah lainnya yaitu tanah alluvial, tanah gleisol hidrik dan jenis tanah podsoil gleik masing-
masing seluas 9.600 hektar, 796 hektar dan 60 hektar. Dilihat penyebarannya, jenis tanah podsoil
pada umumnya tersebar di Kecamatan Telanaipura, Kota Baru, Jelutung dan Jambi Selatan. Jenis
tanah alluvial umumnya terdapat di daerah dataran seperti di Kecamatan Danau Teluk dan
Pelayangan.

Tekstur tanah adalah gambaran perbandingan antara pembentuk tanah, yaitu fraksikot,
debu dan pasir. Pembentukan tanah terjadi karena adanya pelapukan mekanik, pelapukan kimia
dan pelapukan organisme. Akibat proses pelapukan tersebut, maka terjadi macam-macam kelas
tekstur tanah, penggolongan tekstur tanah tersebut meliputi tekstur halus, tekstur sedang dan
tekstur kasar. Komposisi ini menentukan kualitas fisik kawasan.

Tekstur tanah di wilayah Kota Jambi dapat dibedakan kedalam jenis halus, sedang dan
kasar. Tanah dengan tekstur halus menempati areal seluas 3.579 hektar atau sekitar 17,43% dari
luas wilayah keseluruhan, tekstur sedang seluas 15.381 hektar atau seluas 74,89% dan tekstur
kasar seluas 488 hektar atau seluas 2,38% dari luas wilayah keseluruhan kota Jambi.

Tabel 2.2
Jenis Tanah Kota Jambi

NO. Jenis Tanah Luas (Ha) %


1 Gleisol Hidrik 796 3,88
2 Podsolik Gleiik 60 0,29
3 Alluvial 9.600 46,74
4 Podsolik 10.082 49,09
Jumlah 21.538 100
Sebagian besar wilayah Kota Jambi mempunyai kedalaman efektif tanah lebih dari 90 cm
yaitu seluas 19.260 hektar atau sekitar 93,78% dari luas wilayah keseluruhan Kota Jambi.
Sedangkan kedalaman efektif tanah lainnya berkisar antara 60 – 90 cm seluas 188 hektar atau
sekitar 0,91% dari luas wilayah keseluruhan. Kedalaman efektif tanah lebih dari 90 cm sebagian
besar terdapat dua kecamatan yaitu Kecamatan Kota Baru seluas 7.708 hektar dan Kecamatan
Jambi Selatan seluas 3.378 hektar.

2.2.4 Iklim dan Curah Hujan


1. Musim

Pada umumnya wilayah Kota Jambi dan sekitarnya ber iklim tropis dengan dipengaruhi
oleh dua musim, yaitu Musim Barat dan Musim Timur. Pada saat Musim Barat angin bertiup ke
arah barat yang biasanya terjadi pada bulan April – bulan Oktober, sementara pada Musim Timur
angin bertiup ke arah Timur dan Selatan yang berlangsung pada bulan Oktober – bulan April.
Musim kemarau umumnya terjadi pada bulan Mei sampai bulan September dan musim hujan
terjadi pada bulan Oktober sampai bulan April.

2. Suhu

Selama beberapa tahun belakangan, terutama 2020 rata-rata suhu di Kota Jambi berkisar
antara 26,7˚C sampai 28,0˚C. Dengan suhu maksimum 33,0˚C yang terjadi pada bulan Mei dan
suhu minimum 21,8˚C terjadi pada bulan Februari.

3. Curah Hujan, Kelembapan dan Kecepatan Angin

Curah hujan di Kota Jambi selama tahun 2020 beragam serta dipengaruhi oleh keadaan
iklim, keadaan topografi dan perputaran/pertemuan arus udara. Oleh karena itu, jumlah curah
hujan jadi beragam, antara 111,9 mm sampai 389,0 mm, dengan jumlah hari hujan antara 13 hari
sampai 27 hari per bulannya. Kecepatan angin di tiap bulan hampir merata antara 9 knots hinggai
23 knots. Sedangkan rata-rata kelembaban udara berkisar 82% - 86%.

2.2.5 Penggunaan Lahan

2.2.5.1 Pertanian
1. Tanaman Pangan
Luas padi sawah yang dipanen dalam Kota Jambi pada tahun 2017 adalah sebesar 1.359 Ha
dengan produksi sebesar 5.509,5 ton. Jika dibandingkan tahun 2016 yang luas panennya sebesar
1.349 Ha produksi sebesar 4.383 ton berarti terjadi peningkatan luas panen dan produksi masing-
masing sebesar 0.7% dan 25.7%. Untuk Palawija, produksi palawija seperti jagung sebesar 351,5
ton, ubi kayu sebesar 6.294,5 ton, ubi jalar 95,28 ton, dan kacang tanah sebesar 54,08 ton. Data
produksi tanaman buahbuahan di Kota Jambi seperti jeruk siam 74,8 ton, alpukat 485,5 ton,
pepaya 3.658,04 ton, dan pisang 2.037,49 ton, mangga dan rambutan masing-masing sebesar
486,05 ton dan 1.131,57 ton

2. Perkebunan
Pemanfaatan lahan di Kota Jambi didominasi oleh kebun dengan persentase sebesar
19,31% dari total luas Kota Jambi. Selain itu, Kota Jambi juga memiliki hutan yang cukup luas
yaitu sebesar 17,19% dari total luas Kota Jambi. Hal ini mengisyaratkan bahwa Kota Jambi
masih memiliki peluang untuk dikembangkan karena ketersediaan lahan yang cenderung masih
luas, tetapi tentu saja harus ditelusuri kembali lahan-lahan yang potensial untuk dikembangkan,
hutan misalnya, apakah termasuk kategori lindung atau budidaya. Isu penyediaan RTH sebesar
minimal 30% dari total luas daerah tentunya masih sangat jauh untuk konteks pengembangan
Kota Jambi karena jika dilihat dari guna lahan kebun dan hutan saja sudah mencapai 30%, belum
lagi guna lahan lain dengan fungsi RTH yaitu ladang, belukar, sawah, dan sebagainya. Guna
lahan lain yang mendominasi adalah permukiman dengan persentase sebesar 16,61% dari total
luas Kota Jambi.

2.2.5.2 Peternakan

Jumlah ternak dalam Kota Jambi pada tahun 2017-2018 diantaranya adalah sebagai
berikut: sapi 2.967 ekor, kerbau 236 ekor, kambing 80.898 ekor, domba 1.710 ekor, babi 4.034
ekor, itik 251.789 ekor dan ayam broiler 1.655.400 ekor.

2.2.5.3 Perikanan

Produksi perikanan menurut sub sektor perikanan daerah Kota Jambi dalam tahun 2017
untuk perairan umum sebesar 751,2 ton, sedangkan tahun 2016 sebesar 908,33 ton, berarti turun
sebesar 17,3%. Untuk air tawar pada tahun 2017 sebesar 2.389,52 ton sedangkan tahun 2016
sebesar 2.566,73 ton, berarti turun sebesar 6,9%
2.2.5.4 Industri

Industri dan Perdagangan merupakan dua institusi ekonomi yang saling membutuhkan.
Industri adalah upaya mengubah suatu bentuk input sehingga mempunyai nilai jual. Sementara
perdagangan secara parsial merupakan aktivitas menjual hasil industri. Untuk itu baik industri
kecil maupun industri menengah sangat membutuhkan lembaga perdagangan sebagai sarana
untuk mempertemukan antara eksportir dan importir.

Kota Jambi karena merupakan kota lintasan perdagangan di Provinsi Jambi maka data
detail mengenai ekspor dan impor tidak dapat dirinci, karena data yang ada di Badan Penanaman
Modal Daerah dan Pelayanan Perizinan Terpadu Provinsi Jambi merupakan akumulasi semua
nilai ekspor dan impor kabupaten kota yang ada di Provinsi Jambi.

Tabel 2.3

Jumlah UMKM Per Bidang Usaha Kota Jambi

Uraian Tahun Pertum


2014 2015 2016 2017 2018 %
Usaha Mikro 10420 10505 10523 10540 10563 1,75
Usaha Kecil 200 202 202 204 208 0,84
Usaha 15 16 18 20 24 28,03
Menengah
Jumlah 10562 10723 10743 10764 10795 1,75

2.3 KARAKTERISTIK NON FISIK

2.3.1 Jumlah Penduduk Kota Saat Ini

Jumlah penduduk Kota Jambi pertahunnya kian naik, tersebar pada beberapa kecamatan.
Berikut jumlah penduduk pada tahun 2017, Kota Baru dengan 77.049 jiwa; Alam Barajo 99.329
jiwa; Jambi Selatan 62.349 jiwa; Paal Merah dengan 90641 jiwa; Jelutung 63.972 jiwa; Pasar
Jambi 12.498 jiwa; Telanaipura 50.966 jiwa; Danau SIpin 48.689 jiwa; Danau Teluk 12.123
jiwa; Pelayangan 13.694 jiwa; dan Jambi Timur sebanyak 66.973 jiwa. Hal ini merupakan
peningkatan yang signifikan sejak tahun-tahun sebelumnya. Kepadatan penduduk tertinggi ada
pada Kecamatan Kota Baru, sementara terendah ada pada Kecamatan Danau Teluk sebanyak
12.123 jiwa.
Tabel 2.4 Proyeksi Penduduk Kota Jambi 2013-2017

Tahun Total Rasio


Pria Wanita Pria+Wanita
2013 286 289 283 042 569 331 101,15
2014 285 493 282 570 568 062 101,03
2015 289 713 28 354 576 067 101,17
2016 293 217 290 270 583 487 101,01
2017 297 036 294 098 591 134 101

2.3.2 Statistik Agama

Tempat ibadah yang ada di Kota Jambi tersebar di setiap Kecamatan yang digunakan
bagi setiap penduduk sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing. Adapun jenis
tempat ibadah tersebut adalah sebagai berikut :

 Masjid = 394 buah

 Langgar& Musholla = 450 buah

Pura = 1 buah

Kelenteng = 25 buah

Pura = 1 buah

 Gereja = 53 buah

 Vihara = 39 buah

2.4 Fasilitas Umum Dan Fasilitas Sosial Perkotaan

Fasilitas umum adalah fasilitas yang diadakan oleh pemerintah atau pihak swasta yang dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat umum untuk kepentingan bersama (umum), contohnya seperti
jalan raya, tempat sampah, taman kota, hidran, pelayanan pemadaman kebakaran, RTH, dsb.
Sedangkan fasilitas sosial adalah fasilitas yang disediakan oleh pemerintah atau swasta untuk
masyarakat dalam lingkungan pemukiman, contohnya, puskesmas, klinik, tempat ibadah, pasar,
tempat rekreasi, sekolah, tempat olahraga, ruang serbaguna dan sebagainya.
Tabel 2.5 Fasilitas Pendidikan Kota Jambi
DATA PENDIDIKAN
JENIS SARANA TAHUN JUMLAH SEKOLAH JUMLAH PELAJAR
TK/RA 2017 160 5,296
SD SEDERAJAT 2017 230 63,431
SLTP SEDERAJAT 2017 66 26,170
SLTA SEDERAJAT 2017 73 31,612
PERGURUAN TINGGI 2017 34 46,124
SLB 2017 3 518
TOTAL 566 173,151
JUMLAH TENAGA
JUMLAH TENAGA PENDIDIKAN DAN
PENDIDIKAN PELAJAR
544 6,000
3,181 66,842
1,471 27,707
1,843 33,528
1,772 47,930
109 630
8,920 182,637

Tabel 2.6 Fasilitas Kesehatan Kota Jambi


DATA FASILITAS
KESEHATAN
JUMLAH TEMPAT
JENIS SARANA TAHUN JUMLAH TIDUR
RUMAH SAKIT 2017 13 1452
PUSKESMAS 2017 20 102
PUSKESMAS PEMBANTU 2017 38 127
POSYANDU 2017 460 920
TOTAL 531 2601

Tabel 2.7 Fasilitas Kesehatan Kota Jambi


DATA PERKANTORAN
JUMLAH
Dinas / Instansi Pemerintah TAHUN PEGAWAI
STAF AHLI 2018 3
ASISTEN 2018 3
BAGIAN PEMERINTAHAN 2018 8
BAGIAN HUKUM DAN PERUNDANG-UNDANGAN 2018 8
BAGIAN HUBUNGAN MASYARAKAT 2018 11
BAGIAN KERJASAMA 2018 8
BAGIAN EKONOMI 2018 11
BAGIAN PEMBANGUNAN 2018 12
BAGIAN KEUANGAN 2018 15
BAGIAN KESEJAHTERAAN RAKYAT 2018 15
BAGIAN ORGANISASI 2018 8
BAGIAN PROTOKOL 2018 12
BAGIAN UMUM 2018 29
SEKRETARIAT DPRD KOTA JAMBI 2018 45
INSPEKTORAT KOTA JAMBI 2018 46
SEKRETARIAT KPU KOTA JAMBI 2018 6
BADAN PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN
DAERAH 2018 41
BADAN KEPEGAWAIAN DAN PENGEMBANGAN SDM
DAERAH 2018 45
BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAN ASET DAERAH 2018 48
BADAN PENGELOLA PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH 2018 65
BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK 2018 25
BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNN) 2018 8
RSUD H. ABDUL MANAP KOTA JAMBI 2018 234
RSUD H. ABDURRAHMAN SAYOETI KOTA JAMBI 2018 4
SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA JAMBI 2018 69
DINAS PENDIDIKAN 2018 112
DINAS KESEHATAN 2018 112
DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG 2018 110
DINAS PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN
PERMUKIMAN 2018 50
DINAS SOSIAL 2018 34
DINAS PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KELUARGA
BERENCANA 2018 74
DINAS PERMBERDAYAAN MASYARAKAT,
PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK 2018 35
DINAS LINGKUNGAN HIDUP 2018 70
DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL 2018 54
DINAS PERHUBUNGAN 2018 124
DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA 2018 26
DINAS TENAGA KERJA, KOPERASI DAN USAHA KECIL
MENENGAH 2018 37
DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN
TERPADU SATU PINTU 2018 39
DINAS KEARSIPAN DAN PERPUSTAKAAN 2018 44
DINAS PEMUDA DAN OLAHRAGA 2018 30
DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN 2018 26
DINAS PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN 2018 89
DINAS PEMADAM KEBAKARAN DAN
PENYELAMATAN 2018 85
DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN 2018 145
KECAMATAN JAMBI TIMUR 2018 14
Kelurahan Tanjung Sari 2018 4
Kelurahan Tanjung Pinang 2018 4
Kelurahan Rajawali 2018 6
Kelurahan Talang Banjar 2018 7
Kelurahan Sijenjang 2018 5
Kelurahan Budiman 2018 8
Kelurahan Kasang 2018 7
Kelurahan Sulanjana 2018 6
Kelurahan Kasang Jaya 2018 5
KECAMATAN JAMBI SELATAN 2018 20
Kelurahan The Hok 2018 8
Kelurahan Pasir Putih 2018 8
Kelurahan Pakuan Baru 2018 9
Kelurahan Tambak Sari 2018 5
Kelurahan Wijayapura 2018 7
KECAMATAN TELANAIPURA 2018 17
Kelurahan Telanaipura 2018 5
Kelurahan Simpang IV Sipin 2018 5
Kelurahan Pematang Sulur 2018 8
Kelurahan Teluk Kenali 2018 6
Kelurahan Buluran Kenali 2018 5
Kelurahan Penyengat Rendah 2018 5
KECAMATAN KOTA BARU 2018 17
Kelurahan Paal V 2018 7
Kelurahan Suka Karya 2018 5
Kelurahan Kenali Asam Atas 2018 5
Kelurahan Kenali asam Bawah 2018 10
Kelurahan Simpang III Sipin 2018 9
KECAMATAN JELUTUNG 2018 19
Kelurahan Jelutung 2018 6
Kelurahan Payo Lebar 2018 5
Kelurahan Lebak Bandung 2018 8
Kelurahan Kebun Handil 2018 7
Kelurahan Handil Jaya 2018 6
Kelurahan Talang Jauh 2018 8
Kelurahan Cempaka Putih 2018 8
KECAMATAN PASAR 2018 15
Kelurahan Pasar 2018 6
Kelurahan Orang Kayo Hitam 2018 5
Kelurahan Beringin 2018 5
Kelurahan Sungai Asam 2018 6
KECAMATAN DANAU TELUK 2018 13
Kelurahan Olak Kemang 2018 6
Kelurahan Ulu Gedong 2018 6
Kelurahan Pasir Panjang 2018 6
Kelurahan Tanjung Raden 2018 5
Kelurahan Tanjung Pasir 2018 5
KECAMATAN PELAYANGAN 2018 15
Kelurahan Tengah 2018 7
Kelurahan Jelmu 2018 5
Kelurahan Arab Melayu 2018 5
Kelurahan Mudung Laut 2018 6
Kelurahan Tahtul Yaman 2018 6
Kelurahan Tanjung Johor 2018 5
KECAMATAN ALAM BARAJO 2018 22
Kelurahan Kenali Besar 2018 12
Kelurahan Rawasari 2018 5
Kelurahan Mayang Mangurai 2018 9
Kelurahan Bagan Pete 2018 10
Kelurahan Beliung 2018 8
KECAMATAN DANAU SIPIN 2018 15
Kelurahan Sungai Putri 2018 6
Kelurahan Murni 2018 7
Kelurahan Legok 2018 6
Kelurahan Selamat 2018 6
Kelurahan Solok sipin 2018 7
KECAMATAN PAAL MERAH 2018 11
Kelurahan Talang Bakung 2018 8
Kelurahan Payo Selincah 2018 5
Kelurahan Eka Jaya 2018 5
Kelurahan Lingkar Selatan 2018 8
Kelurahan Paal Merah 2018 8
PUSKESMAS se-KOTA JAMBI 2018 758
PUSTU se-KOTA JAMBI 2018 96
DINAS PENDIDIKAN (UPT / KANCAM) 2018 161
GURU SD SE KOTA JAMBI (UPT / KANCAM) 2018 1773
TK NEGERI KOTA JAMBI 2018 37
SMP NEGERI KOTA JAMBI 2018 1014
GURU PNS PADA SMP SWASTA/YAYASAN 2018 57
LAIN-LAIN 2018 31
TOTAL 6581
2.4.1 Fungsi Ruang Kawasan Kota

Dalam menentukan fungsi-fungsi penggunaan lahan berupa daerah terbangun (built up


area), daerah peralihan serta pedesaan dapat dilihat dari ciri khas lahan yang dominan (kondisi
eksisting). Dari kondisi data yang didapat menunjukkan kondisi fungsi-fungsi ruang kawasan
kota adalah sebagai berikut:

a. Pemantapan peran dan fungsi kota sebagai Pusat Pemerintahan, Perdagangan, dan Jasa
Regional;
b. Penguatan aksesibilitas kota dalam konstelasi regional;
c. Pembentukan struktur ruang kota yang optimal dan peningkatan kemampuan
infrastruktur perkotaan;
d. Peningkatan kegiatan ekonomi perkotaan yang diakomodasi dalam pola ruang internal
kota yang produktif dan berbasis ekologis;
e. Penyelenggaraan pemanfaatan ruang kota yang berkelanjutan (social and environmentally
sustainable);
f. Pembentukan ruang – ruang perkotaan yang mendukung pengembangan sumber daya
manusia;
g. Penguatan aspek pengawasan dan pengendalian di dalam penyelenggaraan penataan
ruang kota.

2.4.2 Kualitas Air

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 Tahun 2001 tentang


Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.Air adalah semua air yang terdapat
pada di atas maupun di bawah permukaan tanah termasuk dalam pengertian ini air permukaan,
air tanah, air hujan dan air laut yang dimanfaat di darat. Berdasarkan Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No : 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Kualitas Air,
definisi kualitas Mutu Air adalah tingkat kondisi kualitas air yang menunjukkan kondisi cemar
atau kondisi baik pada suatu sumber air dalam waktu tertentu dengan membandingkan dengan
baku mutu air yang ditetapkan.

Beberapa definisi yang berkaitan dengan kualitas air menurut PPRI Nomor 82 Tahun
2001 antara lain :

a. Sumber air adalah wadah air yang terdapat di atas dan di bawah permukaan tanah,
termasuk dalam pengertian ini akuifer, mata air, Sungai, rawa, danau, situ, waduk, dan
muara;
b. Mutu air adalah kondisi kualitas air yang diukur dan atau diuji berdasarkan parameter-
parameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku;

c. Kelas air adalah peringkat kualitas air yang dinilai masih layak untuk dimanfaatkan bagi
peruntukan tertentu;

d. Baku mutu air adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen
yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya di
dalam air;

e. Status mutu air adalah tingkat kondisi mutu air yang menunjukkan kondisi cemar atau
kondisi baik pada suatu sumber air dalam waktu tertentu dengan membandingkan dengan
baku mutu air yang ditetapkan;

f. Pencemaran air adalah memasuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan
atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun
sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan
peruntukannya; g. Air limbah adalah sisa dari suatu usaha dan atau kegiatan yang
berwujud cair.

Kualitas air merupakan mutu air yang diproduksi dan didistribusikan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat pelanggan, atau pemenuhan syarat yang ditetapkan oleh instansi
berwenang. Indikator yang digunakan adalah penggolongan baku mutu air bersih yang
didasarkan pada Peraturan Menteri Kesehatan No. 416/MENKES/PER/IX/1990. Sesuai dengan
kondisi saat ini, kualitas air yang dikelola oleh operator PDAM Kota Jambi sesuai kriteria
Peraturan Menteri Kesehatan No. 416/MENKES/PER/IX/1990, baru memenuhi syarat air bersih.
Dengan demikian sesuai dengan Kepmendagri No. 47/1999 tersebut di atas maka kualitas air
bersih baru memperoleh nilai 2. Untuk meningkatkan menjadi memenuhi syarat air minum
belum dapat dilaksanakan karena kesiapan teknologi pengelolaan air bersih menjadi air minum
belum mendukung.

2.4.3 Kontinuitas Air

Sebagai dasar pengukuran kriteria secara kualitatif menurut Kepmendagri No. 47/1999,
yaitu pelanggan mendapatkan distribusi air selama 24 jam, mendapatkan distribusi kurang dari
24 jam, atau bahkan tidak mendapatkan air sama sekali. Indikator pelayanan lainnya adalah
tekanan air normal sebesar + 0,75 meter atm (dapat memancar 7,5 meter). Jika tekanan yang
dihasilkan relatif tidak normal, maka hal ini sama pula dengan ketidakmampuan dalam
menyediakan pelayanan secara penuh sesuai dengan kebutuhan. kontinuitas air yang belum
maksimal, dan rendahnya cakupan pelayanan (56,16 %).

Saat ini belum semua masyarakat mendapatkan sarana air bersih PDAM dan bagi
masyarakat yang sudah berlangganan sering mengeluhkan pelayanan PDAM yang belum
memuaskan baik kualitas, kuantitas dan kontinuitas air. Seiring dengan meningkatnya taraf hidup
masyarakat menuntut PDAM memberikan pelayanan optimum kepada pelanggannya, untuk itu
perlu peningkatan kinerja PDAM. Penelitian mencakup penilaian kinerja PDAM menggunakan
Kepmendagri No. 47 tahun 1999.

2.4.4 Produktivitas Pemanfaatan

Kebutuhan akan air bersih Dikota Jambi sebagian besar dipenuhi oleh PDAM Tirta
mayang, yang merupakan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Kota Jambi. Sesuai dengan
master plan air bersih Kota Jambi 209-2030, maka pengembangan pelayanan air bersih Kota
Jambi difokuskan diwilayah Timur, Barat dan Tengah yang meliputi 8 (delapan) kecamatan di
Kota Jambi. Terdapat 8 (delapan) Intake dan IPA dengan kapasitas produksi air dari tahun ke
tahun cenderung meningkat mencapai 29.258.725 m3 dan distribusi air mencapai 28.076.039 m3
pada tahun 2014.

Ditahun 2015, dalam rangka pengembangan sistem distribusi jaringan air bersih/air
minum, telah dilaksanakan juga peningkatan kualitas dan perluasan cakupan pelayanan air
bersih, diantaranya pembangunan 2 unit Ground Reservoir, pemasangan pipa distribusi pada 3
ruas jalan dan pemasangan 1.071 sambungan rumah di 16 lokasi. Kapasitas pelayanan akan terus
ditingkatkan untuk mencapai target RPJMD Kota Jambi Tahun 2013-2018 dimana cakupan
pelayanan air minum sudah harus mencapai 80 % pada tahun 2018.

Cakupan pelayanan PDAM pada tahun 2015 telah melayani 342.540 jiwa dari total
penduduk kota jambi sebesar 557.215 jiwa (Kota Jambi dalam Angka 2015) atau sekitas 61 %,
dengan jumlah pelanggan sebesar 64.847 SL. Komsumsi terbesar digunakan oleh sektor rumah
tangag yang mencapai 78,72 % diikuti sektor usaha/niaga/industri yang mencapai 18,89%
2.4.5 Tingkat Kehilangan Air

Tingkat kehilangan air bersih dapat diketahui berdasarkan jumlah satuan air yang
didistribusikan dan jumlah satuan air yang terjual. Jumlah satuan air yang didistribusikan adalah
jumlah m3 air yang tercatat di meter induk yang dipasang pada pipa keluaran (outlet) bak
penampung air hasil produksi yang akan didistribusikan. Sedangkan jumlah satuan air yang
didistribusikan ialah 100 ltr/det 35 ltr/det x 100 % = 35 % jumlah m3 air yang tercatat di meter
air melalui rekening yang ditagihkan.

Perusahaan Daerah Air Minum Kota Jambi dalam menjalankan fungsinya sebagai
penyedia air bersih mempunyai permasalahan berupa tingkat kehilangan air yang tinggi
(36,07%). Berdasarkan Optimasi Pengelolaan air menggunaakan program lindo dengan asumsi
menurunkan kehilangan air dari 36,07 % menjadi 30% dan tariff tetap, maka akan dapat di
peroleh pendapatan PDAM Rp. 47.154.738.344 atau Laba sebesar Rp. .351.294.390 (Desmarita,
2010).

2.5 KONDISI PENGELOLAAN AIR BERSIH

2.5.1 Kondisi Umum

Pelayanan air bersih yang dilayani PDAM belum sepenuhnya melayani kebutuhan rumah
tangga di Kota Jambi. Kebanyakan masyarakat kota Jambi masih menggunakan sumber air
bawah tanah dan air permukaan, sedangkan pelayanan air bersih yang dilayani oleh PDAM yang
menurut data Tahun 2015 baru melayani 342.540 jiwa dari total penduduk kota jambi sebesar
557.215 jiwa (Kota Jambi dalam Angka 2015) atau sekitas 61 %, dengan jumlah pelanggan
sebesar 64.847 SL. Pada tahun 2019, PDAM memproduksi air bersih sebanyak 29.657.128 m3 ,
jumlah pelanggan sebesar 82.269 jiwa dan produksi yang dikonsumsi sebanyak 19.754.278
(Kota Jambi dalam Angka 2020).

Cakupan pelayanan air bersih oleh perusahaan air bersih di Provinsi Jambi pada tahun
2018 mencapai 80%. Berbeda di tahun 2015 yang hanya melayani sekitar 61%. Dengan 11
perusahaan, PDAM mampu melayani 113 dari 141 kecamatan yang ada di Provinsi Jambi. Rata-
rata pertumbuhan jumlah pelanggan PSM dari tahun 2014-2018 adalah sebesar 34,4 persen
sedangkan secara absolut jumlah pelanggan dari tahun 2014-2018 bertambah banyak sekitar
51.022 pelanggan.

Tabel 2.8

Jumlah dan Pertumbuhan Pelanggan per tahun Provinsi Jambi 2014-2018

Tahun Jumlah Pelanggan Pertumbuhan per tahun (%)

2014 148.305 6,34

2015 164.632 11,01

2016 176.695 7,33

2017 185.014 4,71

2018 199.327 7,74

Diagram 1.

Kebutuhan Air Bersih Domestik Kecamatan Kota Baru, Jambi Selatan, Jelutung,
Pasar Jambi, Telanaipura dan Danau Teluk

Diagram 2.

Kebutuhan Air Bersih Domestik Kecamatan Pelayangan, Jambi Timur, Alam


Barajo, Danau Sipin dan Paal Merah
Diagram 3.

Kebutuhan Air Non Domestik Kecamatan Kota Baru, Jambi Selatan, Jelutung,
Pasar Jambi, Telanaipura dan Danau Teluk.

Diagram 4.

Kebutuhan Air Bersih Non Domestik Kecamatan Pelayangan, Jambi Timur, Alam
Barajo, Danau Sipin dan Paal Merah
Tabel 2.9

Data Pengelolaan Air Bersih Di Kota Jambi

No. URAIAN SATUAN BESARAN


I. Pelayanan Penduduk
1. Jumlah Penduduk Jiwa 476.365
2. Jumlah Pelanggan Jiwa 224.200
3. Penduduk terlayani % 53
II. Data Sumber
1. Nama Pengelola : PDAM Kota Jambi
2. Sistem : BNA
3. Sistem sumber : sumur dalam
4. Kapasitas sumber Ld/dt 658
III. Data Produksi
1. Kapasitas produksi Ld/dt 540
2. Kapasitas Desain Ld/dt 675
3. Kapasitas Pasang Ld/dt 658
4. Produksi Aktual m3/th 16.796.000
IV. Data Distribusi
1. Sistem distribusi : -
2. Kapasitas distribusi Ld/dt 540
3. Asumsi kebutuhan air Lt/hr 47.636.500
m3/th 551,35
4. Ratio kebutuhan % 115,23
5. Air terjual m3/th 9.802.000
6. Air terdistribusi m3/th 16.281.000
7. Total penjualan air Rp 12.610.632.210
8. Cakupan layanan air % 53
9. Cakupan penduduk Jiwa 224.200
10. Jumlah mobil tangki Unit -
V. Data Kebocoran
1. Kebocoran administrasi % -
2. Kebocoran teknis % 40,13

Dengan asumsi kebocoran yang diperbolehkan untuk Kota Sedang sebesar 15%, dan
kebutuhan ideal adalah 100 liter/orang/hari, maka kebutuhan air bersih untuk Kota Jambi
disajikan dalam tabel berikut ini :

Tabel 2.10

Data Kebutuhan Air Bersih Di Kota Jambi

Jumlah Penduduk Kapasitas Produksi Kebutuhan Ideal Kebutuhan Selisih


(jiwa) Eksisting Kota Sedang Total (lt/hr)
(lt/or/hr) (lt/hr)
Lt/dt Lt/hr
476.356 540 46.656.000 100 47.636.500 980.500
Sumber : analisis

Dari tabel tersebut diatas, maka Kota Jambi dengan jumlah penduduk 476.365 jiwa,
membutuhkan air bersih sebesar 47.636.500 liter/hari. Jumlah ini didapatkan dari jumlah
penduduk dikalikan dengan jumlah/kebutuhan dasar penduduk untuk klasifikasi kota sedang
(100 liter/orang/hari). Namun PDAM Kota Jambi baru dapat memproduksi sebanyak 46.656.000
liter/hari. Sehingga masih dibutuhkan peningkatan kapasitas produksi sebanyak 980.500
liter/hari, atau 11,35 liter/detik.

Tabel 2.11

Data Pelayanan Air Bersih Di Kota Jambi

NO. URAIAN SATUAN BESARAN


I. Pelayanan Penduduk
1. Jumlah Penduduk Jiwa 476.365
2. Jumlah Pelanggan Jiwa 224.200
3. Penduduk terlayani % 53
II. Data Tarif
1. Rumah tangga Rp 1.876
2. Niaga Rp 3.581
3. Industri Rp 4.063
4. Instansi Rp 2.465
5. Sosial Rp 864
Tarif Rp 800
III. Data Konsumen
1. Jumlah sambungan rumah Unit 43.836
2. Jumlah sambungan rumah tangga Unit 36.687
3. Jumlah sambungan niaga Unit 6.217
4. Jumlah sambungan industri Unit 26
5. Jumlah sambungan sosial Unit 568
6. Jumlah sambungan instansi Unit 336
7. Terminal air Unit 2
8. Hidran umum Unit 28
9. Kran umum Unit -
10. Konsumsi rumah tangga m3/th -
11. Konsumsi non rumah tangga m3/th -
12. Jumlah jiwa/ sambungan rumah Jiwa/SR -
13. Jumlah jiwa/ hidran umum Jiwa/SR -
14. Tingkat pelayanan umum % -
IV. Data Administratif
1. Keuangan Rp -
2. Efisiensi penagihan % 84,85
3. Jumlah pegawai Orang 299
4. SLA Rp -
5. RDP Rp -
6. Jangka waktu pinjaman SLA Tahun -
7. Jangka waktu pinjaman RDP Tahun -
Sumber : data PDAM Kota Jambi

Jika jumlah pelanggan sebanyak 224.200 jiwa, maka jumlah sambungan rumah adalah
44.840 unit dengan asumsi 5 jiwa/SR. Namun dari data tersebut di atas jumlah sambungan rumah
sebanyak 43.386. Ini berarti setiap sambungan rumah belum tentu melingkupi kebutuhan air
sebanyak 5 orang.

2.5.2 Kondisi Sumber Air Baku

Sumber air baku yang ada saat ini dapat dibagi menjadi dua yaitu sumber air permukaan
dan sumber air tanah dalam.

1. Sumber air permukaan

Sumber air permukaan pada saat ini yaitu :

- Sungai Batanghari adalah sumber air baku utama dalam penyediaan air bersih di Kota
Jambi. Menurut data Direktorat Jendral Pengairan Tahun 1995 bahwa ketersediaan air
Sungai Batanghari adalah ± 500 m3/detik, dengan ketersediaan air baku yang tersedia
maka upaya peningkatan dan pengembangan kapasitas pelayanan air bersih bagi
masyarakat Kota Jambi sangat memungkinkan untuk dilakukan. Sungai Batanghari
berada di Provinsi Jambi sekitar 76% dan sisanya berada pada Provinsi Sumatera Barat.
Mata air sungai Batanghari berasal daru Gunung Rasan. Daerah Aliran Sungai (DAS)
Batanghari mencakup luas areal tangkapan (catchment area) ± 4.9 juta Ha.
- Anak sungai DAS Maram yang hulunya di jalan H.O.S. Cokroaminoto Kelurahan
Selamat Kecamatan Telanaipura dan hilirnya di Kelurahan Payo Lebar Kecamatan
Jelutung menuju sungai Batanghari Kota Jambi. Sungai ini relatif kecil, debit air sungai
sangat berfluktuasi, pada musim hujan, airnya dapat melimpah ke sempadan sungai
sedangkan pada musim kemarau debitnya jauh lebih kecil.
- Danau Sipin, terletak di Kelurahan Sungai Putri Kecamatan Telanaipura, Kota Jambi.
Luas Danau Sipin mencapai 40 Ha yang sumber airnya berasal dari Danau Teluk Kenali
dan banjiran dari Sungai Batanghari. Masyarakat sekitar danau memanfaatkan air danau
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti mandi, cuci, kakus (MCK), areal
penangkapan ikan, lahan budidaya keramba jaring apung (KJA), sarana transportasi dan
rekreasi masyarakat Kota Jambi.

Kota Jambi dibelah oleh sungai Batanghari dan beberapa anak sungai terdapat dalam
kota. Sungai Batanghari selain berfungsi hidrologi juga sebagai prasaran transportasi dan
penunjang kegiatan ekonomi masyarakat serta sebagai sumber air baku untuk air minum.
Sedangkan danau yang ada di Kota Jambi antara lain adalah Danau Sipin, Danau Teluk, Danau
Penyengat dan Danat Kiambang.

DAS Batanghari menjadikan Sungai Batanghari merupakan sumber air permukaan yang
sangat potensial bagi daerah alirannya khususnya Kota Jambi dan sekitarnya yang berada pada
bagian hilir. Berdasarkan pada besar DAS Batanghari serta Curah Hujan tahunan rata-rata 2.000
– 2.500 mm dan curah hujan bulanan rata-rata 150 – 300 mm yang hampir merata di seluruh
DAS Batanghari.

2. Sumber air tanah dalam

Untuk daerah Kota Jambi, air tanah bukan merupakan salah satu sumber daya air yang
utama, mengingat sampai saat ini air tanah belum dimanfaatkan secara optimal. Pemanfaatan air
tanah hanya terbatas untuk berbagai keperluan rumahtangga, sedangkan keperluan dalam skala
besar, misalnya untuk air minum perkotaan, pertanian, dan industri menggunakan air permukan
yang berasal dari sungai.
2.5.3 Perusahaan Daerah Air Minum Kota Jambi

Perusahaan Daerah Air Minum yang selanjutnya disingkat PDAM yang berada di Kota
Jambi adalah Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Mayang Kota Jambi. Perusahaan Daerah Air
Minum Kota Jambi dalam menjalankan fungsinya sebagai penyedia air bersih mempunyai
permasalahan berupa tingkat kehilangan air yang tinggi (36,07 %), kontinuitas air yang belum
maksimal, dan rendahnya cakupan pelayanan (56,16 %).

Saat ini belum semua masyarakat mendapatkan sarana air bersih PDAM dan bagi
masyarakat yang sudah berlangganan sering mengeluhkan pelayanan PDAM yang belum
memuaskan baik kualitas, kuantitas dan kontinuitas air. Seiring dengan meningkatnya taraf hidup
masyarakat menuntut PDAM memberikan pelayanan optimum kepada pelanggannya, untuk itu
perlu peningkatan kinerja PDAM.

Graha Tirta PDAM Tirta Mayang Kota Jambi merupakan bangunan yang di sediakan
oleh PDAM sebagai pusat pelayanan bagi pelanggan dan juga Masyarakat Kota Jambi yang
refresentatif dan nyaman bagi pelanggan yang ingin mendapatkan informasi pelanggan,
pembayaran tagihan rekening air, dan pengaduan gangguan layanan air maupun layanan
administrasi lainnya, sehingga pelanggan dapat dengan mudah dan cepat terlayani.

PDAM Tirta Mayang Kota Jambi merupakan Perusahaan yang bergerak di bidang jasa
penyediaan air bersih. Salah satu tujuan di bentuknya PDAM adalah untuk mencukupi kebutuhan
masyarakat akan air bersih, meliputi penyediaan, pengembangan pelayanan masyarakatakan air
bersih.

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Jambi terletak di Jalan Letkol Slamet
Riyadi Broni, Solok Sipin, Telanai Pura, Legok, Jambi, Kota Jambi, dan berada dalam satu area
kawasan dengan instalasi Pengolahan Air Benteng, bersebelahan dengan Puskesmas Putri Ayu
dan Sekolah Dasar Islam Al-Falah. Graha tirta ini juga berseberangan jalan dengan museum
perjuangan Rakyat Jambi. Graha Tirta merupakan bangunan lama yang direnovasi yang
sebelumnya merupakan rumah dinas Kepala Dinas Kesehatan Kota Jambi pada tahun 1980-an
dan pada tahun 1991 setelah diresmikannya instalasi pengelolaan air (IPA) Benteng oleh wakil
Presiden RI saat itu yaitu Bapak Try Sutrisno, gedung ini digunakan sebagai tempat pengaduan
bagi pelanggan khusus gangguan pengaliran air.
2.5.4 PDAM Tirta Mayang Jambi

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) merupakan salah satu unit usaha milik daerah,
yang bergerak dalam distribusi air bersih bagi masyarakat umum. Penyelenggaraan penyediaan
air minum perpipaan di Kota Jambi dimulai sejak tahun 1928. Dengan surat keputusan Walikota
Kepada Daerah Tingkat II Jambi Nomor: 25/X/1974 tanggal 27 Maret 1974 ditetapkan menjadi
perusahaan daerah air minum. Saat ini Kantor Pusat Perusahaan berkedudukan di Jl.Letkol
Slamet Riyadi, Solok Sipin, Telanaipura, Kota Jambi.

Tanggal 31 Juli 1974 diterbitkan Peraturan Daerah Kotamadya Jambi tentang pendirian
Perusahaan Daerah Air Minum. Peraturan Daerah ini merupakan penuangan dari Surat Keputsan
di atas dan berdasarkan pada Undang-undang No: 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah.

Pertumbuhan penduduk terus berkembang seiring dengan meningkatnya kebutuhan air


untuk pemenuhan kebutuhan hidup dan ditahun 1992 secara dimbolik diresmikan beberapa
instalasi pengolahan air antara lain :

1. IPA Sumur Bor Perumnas Kotabaru Kapasitas 5 liter/detik.


2. IPA Tanjung Johor Kapasitas 1 liter/detik.
3. IPA Pasir Panjang II Kapasitas 20 liter/detik.

Tahun 2005, pembangunan booster pump kapasitas 10 liter/detik yang berlokasi di


Tanjung Pasir Jambi Kota Seberang ditujukan untuk memperbaiki pendistribusian air kepada
pelanggan di Kecamatan Danau Teluk dan Kecamatan Pelayangan. Tahun 2006, pembangunan
pipa induk di Jambi Kota Seberang dan Kota Baru (daerah Mayang Mengurai) melalui bantuan
proyek APBD 2006 Kota Jambi ditujukan untuk meningkatkan kinerja dan mengembangkan
pelayanan air minum. Tahun 2007, pembangunan reservoir kapasitas 500 m3 pada lokasi
Mayang Mengurai yang dimaksudkan untuk memperbaiki dan memperluas jaringan di wilayah
Kecamatan Kota Baru. Tahun 2009, pembangunan reservoir dengan kapasitas 150 m3. Tahun
2013, pembangunan Intake Sijinjang dan IPA Tanjung Sari dengan kapasitas 100 liter/detik.
Gambar 3. IPA Tanjung Sari

Sistem pengolahan air bersih yang di pakai oleh PDAM Tirta Mayang Kota Jambi dalam
memberikan pelanyananya kepada pelanggan adalah dengan cara mengambil air daru sumber air
baku yaitu Sungai Batanghari dengen menggunakan pompa dan pipa transmisi dikirim ke
Instalasi Pengolahan Air untuk dibuat menjadi air bersih dan setelah itu baru dengan sistem
pompanisasi didistribusikan ke pelanggan.

Sumber air baku yang digunakan PDAM Tirta Mayang berasal dari Sungai Batanghari
terbagi menjadi dua wilayah pelayanan yaitu Jambi Kota (6 kecamatan) dan Jambi Kota
Seberang (2 kecamatan) dengan titik penyadapan air baku berlokasi di Aurduri untuk wilayah
Barat (IPA Aur Duri), di Pulau Pandan untuk wilayah Tengah (IPA Broni dan IPA Benteng), dan
di wilayah Timur (IPA Tanjung Sari), yang mana untuk tingkat pemanfaatan air bakunya belum
maksimal, sedangkan untuk Jambi Kota Seberang berlokasi di Kecamatan Pasir Panjang (IPA
Pasir Panjang) dan Kecamatan Tanjung Johor (IPA Tanjung Johor saat ini sedang dibangun IPA
Baru dengan kapasitas 20 liter/detik dengan sumber dana dari APBN 2014).

Saat ini kapasitas terpasang PDAM Tirta Mayang sebesar 1.180 liter/detik dengan
kebutuhan pelanggan sebesar (130-140) liter/orang/hari atau rata-rata (23-25) m3/bulan/SR,
sedangkan kapasitas produksi nyata saat ini sudah menurun menjadi 911 liter/detik. Sumber air
baku yang digunakan oleh PDAM Tirta Mayang adalah Sungai Batanghari, diolah melalui 5 unit
IPA seperti terlihat pada Tabel 2.12.

Proses pengolahan yang ada pada seluruh IPA tersebut merupakan proses pengolahan
lengkap yakni :

- Koagulasi (proses pencampuran bahan kimia) Flokulasi (proses pengikatan koloid (butir-
butir pengeruh) oleh bahan kimia).
- Sedimentasi (proses pemisahan koloid (butir pengeruh))
- Filtrasi (proses penyaringan)
- Klorinasi (proses penghilangan bakteri dari air terolah)

Tabel 2.12

Instalasi Pengolahan Air PDAM Tirta Mayang Kota Jambi

No. Instalasi Produksi Kapasitas Terpasang Realisasi Produksi


(lt/dt) (lt/dt)
1. Broni 600 470
2. Benteng 220 170
3. Aurduri 200 130
4. Tanjungsari 100 85
5. Pasir Panjang 40 38
6. Perumnas Aurduri 20 18
Total 1.180 911
Sumber : PDAM Tirta Mayang-Kota Jambi, 2013

Tabel. 13
Rencana Peningkatan Kapasitas Produksi 2014-2018
PDAM Tirta Mayang Kota Jambi
No. Wilayah IPA Kep. Realisasi Peningkatan Kapasitas (lt/dt)
Pelayanan Terpasang Produksi
(lt/dt) (lt/dt) 2014 2015 2016 2017 2018
1. TengahBroni 600 470 490 490 790 790 790
Benteng 220 170 185 300 300 300 300
2. Barat Aurduri 200 130 200 200 200 300 300
Perumnas 20 18 20 20 20 20 20
Aurduri
3. Timur Tanjungsari 100 85 100 200 200 300 300
4. Cab. Pasir 40 38 40 40 60 60 60
Jambi Panjang
5. Kota Tanjung 0 0 0 20 20 20 20
Seberang Johor
Total 1.180 911 1035 1270 1590 1790 1790
Sumber : PDAM Tirta Mayang – Kota Jambi, 2013
Tabel. 14
Jumlah Pelanggan PDAM Tirta Mayang Kota Jambi
Menurut Kelompok Golongan Pelanggan Tahun 2013

No. Kelompok Pelanggan Jumlah Pelanggan Persentase


(SR) Pelayanan (%)

1. Sosial 821 1,3

2. Rumah Tangga 48.806 79,2

3. Instansi Pemerintah 375 0,6

4. Usaha 10.962 17,8

5. Industri 584 0,9

6. Kelompok Khusus 35 0,1

7. Hidran Umum 77 0,1

Kota Jambi 61.660 100

Sumber : PDAM Tirta Mayang – Kota Jambi, Desember 2013

Rencana Induk Pengembangan SPAM Kota Jambi disusun untuk periode desain 20
tahun, yaitu tahun 2020 – 2040. Perencanaan akan dibagi dalam 3 (tiga) tahap perencanaan.
Berdasarkan rencana SPAM Kota Jambi yang dikelola oleh PDAM Tirta Mayang untuk periode
mendesak, maka ada 3 program utama yaitu :

1.SPAM Wilayah Tengah (IPA Broni dan Benteng)

- Pengembangan intake baru sistem pancang/ dermaga yang menjorok ± 25 meter ketengah
Sungai Batanghari untuk mengantisipasi penurunan muka air sungai pada musim
kemarau yang berdampak pada penurunan debit produksi IPA Broni.
- Rehabilitasi/ penggantian pipa transmisi air baku IPA Broni dari bahan pipa PVC
menjadi bahan pipa HDPE yang memiliki keunggulan lebih elastis, kuat dan tahan lama
sampai > 50 tahun, direncanakan diameter pipa transmisi ini juga diusulkan lebih besar
dari diameter pipa eksisiting 600 mm karena untuk mengantisipasi pengembangan IPA
Broni dalam 5 (lima) tahun kedepan.
2.SPAM Wilayah Barat (IPA Aur Duri)

Pembangunan Turap dan rehabilitasi intake yang sering mengalami erosi dan berdampak
pada ketidakstabilan konstruksi bangunan intakenya.

3.Rehabilitasi Jaringan Pipa Distribusi Utama (JDU) yang sudah berumur > 20 tahun dan
berbahan ACP (Asbestos Cement Pipe).

2.5.4.1 Cakupan Pelayanan

Pelayanan mengenai pemakaian air yang diberikan oleh PDAM Tirta Mayang Kota
Jambi berkaitan dengan hal pencatatan administrasi dari hasil pembacaan meter air konsumen
oleh petugas PDAM Tirta Mayang Kota Jambi. Pelayanan mengenai pemakaian air ini
dimaksudkan untuk memberikan pelayanan terhadap konsumen apabila terdapat ketidaksesuaian
antara pemakaian air konsumen dengan rekening tagihan pemakaian air konsumen.
Ketidaksesuaian tersebut dapat disebabkan karena kurang telitinya petugas pembaca meter air
PDAM Tirta Mayang Kota Jambi dalam mencatat besarnya pemakaian air konsumen setiap
bulannya.

Sistem pelayanan PDAM Tirta Mayang saat ini terbagi dalam 2 sistem pelayanan besar
yaitu Jambi Kota (Ada 3 pelayanan/ zona) dan Jambi Kota Seberang (ada 2 pelayanan/ zona)
yang dipisahkan oleh Sungai Batanghari, untuk pelayanan Jambi Kota di sebelah selatan Sungai
Batanghari dan Jambi Kota Seberang di sebelah Utara Sungai Batanghari.

Pelayanan Jambi Kota ada 3 zona/ wilayah mencakup 6 (enam) kecamatan yaitu :

- Wilayah Barat dilayani oleh IPA Aur Duri dengan kapasitas 200 liter/ detik melayani
kecamatan Telanaipura dan sebagian Kota Baru.
- Wilayah Tengah dilayani oleh IPA Broni kapasitas 600 lt/ det dan IPA Benteng 220 lt/
det yang mencakup sebagian Kecamatan Telanaipura, Kota Baru, Jelutung, Pasar dan
sebagian Jambi Selatan.
- Wilayah Timur dilayani oleh IPA Tanjung Sari kapasitas 100 lt/det yang mencakup
Kecamatan Jambi Timur dan Jambi Selatan.

SPAM di Kota Jambi dikelola oleh PDAM Tirta Mayang memiliki jumlah pelanggan
sebanyak 61.660 Sambungan Rumah (SR) atau sekitar 369.960 jiwa yang baru dapat melayani
64,98% dari jumlah penduduk total Kota Jambi pada akhir tahun 2013. Jumlah SR dan penduduk
terlayani terbanyak yaitu di Kecamatan Kota Baru sebesar 14.833 SR dan 74.165 jiwa, serta di
Kecamatan Telanaipura sebesar 14.218 SR atau 64.692 jiwa. Sedangkan persentase terbesar
cakupan pelayanan yaitu di Kecamatan Pasar sebanyak 100% penduduk telah dilayani. Cakupan
pelayanan selengkapnya di masing-masing kecamatan terdapat pada Tabel

Tabel. 15
Cakupan Pelayanan PDAM Tirta Mayang Kota Jambi Tahun 2013

No. Kecamatan Jumlah Jumlah Jumlah Coverage


Pend. (jiwa) Pelanggan Pend. (%)
(SR) Terlayani
(Jiwa)
1, Kota Baru 157.648 14.833 74.165 47,04
2. Jambi Selatan 134.230 7.403 40.717 30,33
3. Jelutung 62.681 10.586 58.223 92,89
4, Pasar 12.867 3.685 12.898 100
5. Telanaipura 96.516 14.218 64.692 67,03
6. Danau Teluk 12.114 1.700 10.200 84,20
7. Pelayangan 13.369 1.486 8.916 66,69
8. Jambi Timur 79.906 7.749 46.494 58,19
Kota Jambi 569.331 61.660 369.960 64,98
Sumber : PDAM Tirta Mayang – Kota Jambi, 2013

Gambar 4. Wilayah Pelayanan Kota Jambi


Tabel 16.
Tarif Air Minum Per Kelompok dan Golongan Pelanggan

Kelompok dan Golongan Tariff Air Minum Per m3 (Rp)


Pelanggan
1 s/d 10 11 s/d 20 Diatas 20

A. Kelompok Sosial

S1 Sosial 3.000 3.000 3.000

B. Kelompok Rumah Tangga

R1 Rumah Tangga 1 4.000 4.500 5.500

R2 Rumah Tangga 2 4.000 5.500 6.500

C. Kelompok Niaga

N1 Niaga 1 6.000 7.500 10.000

N1 Niaga 2 7.500 10.000 15.000

N3 Niaga 3 8.000 15.000 20.000

Kelompok Khusus Sesuai Perjanjian

Sumber : dokumen Peraturan Walikota Jambi No.59


BAB III

KONSEP PERENCANAAN SSITEM PENGELOLAAN AIR BERSIH

3.1 KONSEP PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR BERSIH

3.1.1 Daerah Pelayanan

Kota jambi merupakan kota yang dikategorikan sebagai kota besar dengan kesibukan
bidang industry yang cukup pesat. Di Kota Jambi hanya terdapat satu perusahan yang melayani
kebutuhan air bersih, yakni Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Mayang. Adapun
wilayah pelayanan dari (PDAM) Tirta Mayang meliputi seluruh wilayah yang berada di Kota
Jambi. Dalam makalah ini desain pelayanan instalasi hanya melayani sesuai ketentuan data pada
PDAM Tirta Mayang.

3.1.2. Proyeksi Penduduk

Proyeksi penduduk dalam suatu perencanaan sistem penyediaan air bersih merupakan
langkah yang sangat penting untuk mempermudah penentuan bagaimana strategi yang tepat
dalam pemenuhan air dimasa depan pada kota tersebut. Dengan proyeksi penduduk maka dapat
ditentukan didaerah mana perencaan jaringan sesuai dengan kebutuhan air ditempat tersebut.
Ada berbagai macam metode untuk menentukan proyeksi penduduk, Masing-masing metode
proyeksi penduduk memiliki tingjat ketelitian yang berbeda sesuai dengan karakteristik kota
yang akan diproyeksikan. Metode proyeksi yang digunakan dalam perencangan ini adalah :

1. Metode Geometrik
Rumus proyeksi penduduk yang digunakan dengan menggunakan metode ini adalah sebagai
berikut :

Pn = Po(1 + r)n

Po 1
r=( )n − 1
Pt

Dengan:

Pn = Jumlah penduduk tahun ke-n (jiwa)

Pt = Jumlah penduduk setelah t tahun


Po = Jumlah penduduk awal tahun

r = Rata-rata presentase pertumbuhan penduduk per tahun (%)

n = Jangka waktu tahun proyeksi

Tabel 3.1. Perhitungan Metode Geometrik

Metode Proyeksi Penduduk


Tahun Metode Geometrik
Prediksi P0 Pt t x R Pn
=P0(1+r)^x
2020 604,378 534,500 9 1 0.014 612,839
2021 604,378 534,500 9 2 0.014 621,419
2022 604,378 534,500 9 3 0.014 630,119
2023 604,378 534,500 9 4 0.014 638,941
2024 604,378 534,500 9 5 0.014 647,886
2025 604,378 534,500 9 6 0.014 656,956
2026 604,378 534,500 9 7 0.014 666,154
2027 604,378 534,500 9 8 0.014 675,480
2028 604,378 534,500 9 9 0.014 684,936
2029 604,378 534,500 9 10 0.014 694,526
2030 604,378 534,500 9 11 0.014 704,249
2031 604,378 534,500 9 12 0.014 714,108
2032 604,378 534,500 9 13 0.014 724,106
2033 604,378 534,500 9 14 0.014 734,243
2034 604,378 534,500 9 15 0.014 744,523
2035 604,378 534,500 9 16 0.014 754,946
2036 604,378 534,500 9 17 0.014 765,515
2037 604,378 534,500 9 18 0.014 776,233
2038 604,378 534,500 9 19 0.014 787,100
2039 604,378 534,500 9 20 0.014 798,119
2040 604,378 534,500 9 21 0.014 809,293
Metode Geometri
1,000,000
800,000
600,000
400,000
200,000
0
2020

2025

2030

2035

2040
2021
2022
2023
2024

2026
2027
2028
2029

2031
2032
2033
2034

2036
2037
2038
2039
Metode Geometri

Gambar 3.1. Proyeksi Penduduk Kota Jambi


2. Metode Aritmatika
Rumus proyeksi penduduk yang digunakan dengan menggunakan metode ini adalah sebagai
berikut :
𝑦(𝑡) = 𝑦(0) + 𝑞𝑥
y(0) − 𝑦 𝑎𝑤𝑎𝑙
𝑞=
t(0) − 𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙

Dimana :

y (t) = Jumlah penduduk pada tahu ke t

y (0) = Jumlah penduduk data terakhir yang diketahui

y ( awal) = Ttahun data awal yang diketahui

t ( awal) = Rata-rata pertumbuhan penduduk

q = Rata-rata perumbuhan penduduk

x = Selisih tahun proyeksi dengan tahun data terakhir

Tabel 3.2. Perhitungan Metode Aritmatika

Metode Proyeksi Penduduk


Tahun Prediksi Metode Aritmatika
y(0) q x y(t)=y(0)+qx
2020 604,378 7,764 1 612,142
2021 604,378 7,764 2 619,906
2022 604,378 7,764 3 627,670
2023 604,378 7,764 4 635,434
2024 604,378 7,764 5 643,198
2025 604,378 7,764 6 650,962
2026 604,378 7,764 7 658,726
2027 604,378 7,764 8 666,490
2028 604,378 7,764 9 674,254
2029 604,378 7,764 10 682,018
2030 604,378 7,764 11 689,782
2031 604,378 7,764 12 697,546
2032 604,378 7,764 13 705,310
2033 604,378 7,764 14 713,074
2034 604,378 7,764 15 720,838
2035 604,378 7,764 16 728,602
2036 604,378 7,764 17 736,366
2037 604,378 7,764 18 744,130
2038 604,378 7,764 19 751,894
2039 604,378 7,764 20 759,658
2040 604,378 7,764 21 767,422

Metode Aritmatika
1,000,000

800,000

600,000

400,000

200,000

-
2020

2029

2038
2021
2022
2023
2024
2025
2026
2027
2028

2030
2031
2032
2033
2034
2035
2036
2037

2039
2040

Metode Aritmatika

Gambar 3.2 Proyeksi Penduduk Metode Aritmatika


3. Metode Eksponensial
Rumus proyeksi penduduk yang digunakan dengan menggunakan metode ini adalah sebagai
berikut :
Perhitungan :

𝑃𝑛 = 𝑃𝑡 × 𝑒 (𝑟.𝑡)
Pn :
Pt :
E :
r :
t :

Tabel 3.3. Perhitungan Metode Eksponensial

Metode Proyeksi Jumlah Penduduk


Tahun Metode Eksponensial
Prediksi
P0 Pt E T R Pn=Pt.e^(r.t)
2020 534,500 604,378 2.7182818 1 0.014 612,899
2021 534,500 604,378 2.7182818 2 0.014 621,540
2022 534,500 604,378 2.7182818 3 0.014 630,302
2023 534,500 604,378 2.7182818 4 0.014 639,189
2024 534,500 604,378 2.7182818 5 0.014 648,200
2025 534,500 604,378 2.7182818 6 0.014 657,339
2026 534,500 604,378 2.7182818 7 0.014 666,606
2027 534,500 604,378 2.7182818 8 0.014 676,005
2028 534,500 604,378 2.7182818 9 0.014 685,535
2029 534,500 604,378 2.7182818 10 0.014 695,200
2030 534,500 604,378 2.7182818 11 0.014 705,001
2031 534,500 604,378 2.7182818 12 0.014 714,941
2032 534,500 604,378 2.7182818 13 0.014 725,020
2033 534,500 604,378 2.7182818 14 0.014 735,242
2034 534,500 604,378 2.7182818 15 0.014 745,608
2035 534,500 604,378 2.7182818 16 0.014 756,120
2036 534,500 604,378 2.7182818 17 0.014 766,780
2037 534,500 604,378 2.7182818 18 0.014 777,590
2038 534,500 604,378 2.7182818 19 0.014 788,553
2039 534,500 604,378 2.7182818 20 0.014 799,671
2040 534,500 604,378 2.7182818 21 0.014 810,945

Metode Eksponensial
900,000
800,000
700,000
600,000
500,000
400,000
300,000
200,000
100,000
0
2030

2035

2040
2020
2021
2022
2023
2024
2025
2026
2027
2028
2029

2031
2032
2033
2034

2036
2037
2038
Metode Eksponensial 2039

Gambar 3.3. Proyeksi Penduduk Metode Eksponensial

Dengan membandingkan hasil yang didapat dari kedua metode tersebut, maka dipilih metode
dengan rasio pertumbuhan penduduk yang terkecil, yaitu metode aritmatik sehingga proyeksi
penduduk Kota Cilegon dengan tahap lima tahunan sebagai berikut:
Tabel 3.4. Proyeksi Penduduk dengan Metode Aritmatika

Metode Proyeksi Penduduk


Tahun Prediksi
Aritmatika
2020 612,142.00
2021 619,906.00
2022 627,670.00
2023 635,434.00
2024 643,198.00
2025 650,962.00
2026 658,726.00
2027 666,490.00
2028 674,254.00
2029 682,018.00
2030 689,782.00
2031 697,546.00
2032 705,310.00
2033 713,074.00
2034 720,838.00
2035 728,602.00
2036 736,366.00
2037 744,130.00
2038 751,894.00
2039 759,658.00
2040 767,422.00

3.2 PERATURAN

Dalam membangun suatu sistem penyediaan air bersih maka harus memenuhi peraturan
dan perundang-undangan yang berlaku baik itu peraturan nasional maupun peraturan daerah.
Penyesuaian peraturan perlu dilakukan pada tahap perencanaan sistem penyediaan air bersih agar
sesuai dengan kriteria desain sehingga dapat dilakukan pendistribusian seefektif mungkin. Pada
perencanaan sistem penyediaan air bersih, peraturan yang berlaku diantaranya adalah sebagai
berikut :

1. Peraturan Terkait Air Minum


a. Permenkes 907 tahun 2002 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air
minum
b. Permen PU No. 294 tahun 2005 tentang BPP SPAM
c. PP RI No. 16 Tahun 2005 Tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air
Minum
d. PP RI No. 122 Tahun 2015 Tentang Sistem Penyediaan Air Minum
2. Peraturan Terkait Air Bersih
a. Kepmenkes RI No. 1405 tahun 2002
b. Permenkes RI No. 173 tahun 1977
c. Peraturan Pemerintah No.20 Tahun 1990
d. Permen PUPR No.37 Tahun 2015 Tentang Izin Penggunaan Air dan/atau Sumber
Air
e. Permenkes No.416 Tahun 1990 Tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas
Air
f. PP RI No. 12 Tahun 2008 Tentang Dewan Sumber Daya Air
g. PP RI No. 121 Tahun 2015 Tentang Pengusahaan Sumber Daya Air
h. UU 17 tahun 2019 tentang Sumber Daya Air
i. PP RI No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air
j. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001 Tentang Tim
Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air
k. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2002 Tentang
Perubahan atas Keputusan Presiden Nomor 123 Tahun 2001 Tentang Tim
Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air
l. Perda Provinsi Jambi No. 1 Tahun 2013 Tentang Pengelolaan Daerah Aliran
Sungai Provinsi Jambi
m. Perda Kota Jambi No. 11 Tahun 2015 Tentang Konservasi Sumber Daya Air di
Kota Jambi

3.3. PROYEKSI KEBUTUHAN AIR

Jumlah kebutuhan air yang akan dilayani pada Kota Jambi meliputi kebutuhan air
perumahan (domestik), dan pelayanan kebutuhan non domestik yang meliputi kawasan fasilitas
pendidikan, fasilitas perkantoran, fasilitas kesehatan, rumah peribadatan dan perhitungan
kebocoran jaringan serta kebutuhan air untuk kabakaran.

3.3.1 Kebutuhan Domestik

Tabel 3.5 Kebutuhan Air Domestik


Kebutuhan Air
Domestik
Tahun Prediksi
Standar Kebutuhan Total Kebutuhan Total Kebutuhan Air
Jumlah Penduduk
air (L/Orang/Hari) Air (L/Orang/Hari) (m3/s)

612,142
2020 79,578,460 0.92
619,906
2021 80,587,780 0.93
627,670
2022 81,597,100 0.94
635,434
2023 82,606,420 0.96
643,198
2024 83,615,740 0.97
650,962
2025 84,625,060 0.98
658,726
2026 85,634,380 0.99
666,490
2027 86,643,700 1.00
674,254
2028 87,653,020 1.01
682,018
2029 88,662,340 1.03
130
689,782
2030 89,671,660 1.04
697,546
2031 90,680,980 1.05
705,310
2032 91,690,300 1.06
713,074
2033 92,699,620 1.07
720,838
2034 93,708,940 1.08
728,602
2035 94,718,260 1.10
736,366
2036 95,727,580 1.11
744,130
2037 96,736,900 1.12
751,894
2038 97,746,220 1.13
759,658
2039 98,755,540 1.14
767,422
2040 99,764,860 1.15

3.3.2 Kebutuhan Air Non Domestik

Kebutuhan air domestik Kota Jambi dihitung dari jumlah penduduk yang sebelumnya
diprediksi dengan menggunakan metode aritmatika. Pertimbangan digunakannya jumlah
penduduk dengan menggunakan metode aritmatik adalah karena perhitungan dengan metode ini
didapatkan R = 1.

Adapun kebutuhan non domestik untuk pelayanan di wilayah Kota Jambi ialah disajikan
dalam tabel di bawah ini :

Tabel 3.6 Kebutuhan Air Institusi Pendidikan

Institusi Pendidikan Jumlah Jumlah Kebutuhan Jumlah Jumlah


Institusi Siswa+ Air (L/Hari) (L/ Hari) (m3/s)
Pengajar
TK 144 7,890 76 599,640 0.007
SD 244 87,897 76 6,680,172 0.077
SMP 68 36,435 76 2,769,060 0.032
SMA 76 44,089 76 3,350,764 0.039
PT 36 63,028 76 4,790,128 0.055
SLB 4 828 76 62,928 0.001
Total 18,252,692 0.211

Tabel 3.7 Kebutuhan Air Sarana Kesehatan

Institusi Kesehatan Jumlah Jumlah Keb. Air Jumlah Jumlah


Tempat Tidur (L/Unit/ Hari) (L/hari) (m3/s)

Rumah Sakit 15 1,909 950 14,250 0.00016


Puskesmas 28 134 950 26,600 0.00031
Puskesmas Pembantu 48 167 950 540.500 0.00625
Posyandu 478 1,210 950 454,100 0.00525
Total
Tabel 3.8 Kebutuhan Air Sarana Peribadatan

Sarana Jumlah Unit Keb. Air Jumlah Jumlah


Peribadatan (L/Unit/ Hari) (L/hari) (m3/s)

Masjid 387 3000 1,161,000 0.01343


Mushola 128 2000 256,000 0.00296
Gereja 70 300 21,000 0.00024
Wihara 41 100 4,100 0.00005
Pura 3 100 300 0.00000
Kelenteng 27 100 2700 0.00003
Total 1,445,100 0.01671

Tabel 3.9 Kebutuhan Air Sarana Perkantoran

Instansi Jumlah Unit Jumlah Pegawai Keb. Air Total (L/Hari) Total
Perkantoran (L/Org/Hari) (m3/s)
Dinas/ Instansi 125 8654 10 86,540 0.001
Pemerintah

3.3.3. Kebcoran Pipa

Tabel 3.10 Tabel Kebcocoran Pipa

Tahun Tahap Jumlah Q Domestik+ Kebocoran Kebcocran


Penduduk Non Domestik (%) (m3/s)
(m3/s)
2020
612,142 0.95 20 0.19
2021
619,906 0.96 20 0.19
2022
627,670 0.97 20 0.19
2023
635,434 0.99 20 0.20
2024
643,198 1.00 20 0.20
2025
1 650,962 1.01 20 0.20
2026
658,726 1.02 20 0.20
2027
666,490 1.03 20 0.21
2028
674,254 1.04 20 0.21
2029
682,018 1.06 20 0.21
2030
689,782 1.07 20 0.21
2031
697,546 1.08 20 0.22
2032
705,310 1.09 20 0.22
2033 2
713,074 1.10 20 0.22
2034
720,838 1.11 20 0.22
2035
728,602 1.13 20 0.23
2036
736,366 1.15 20 0.23
2037
744,130 1.16 20 0.23
2038 3
751,894 1.17 20 0.23
2039
759,658 1.18 20 0.24
2040
767,422 1.19 20 0.24

3.3.4. Kebutuhan Kebakaran

Kebutuhan untuk hidarn kebakaran diasumsikan 10% dari total debit kebutuhan Kota
Jambi.

Tabel 3.11 Tabel Kebutuhan Kebakaran

Tahun Tahap Jumlah Q Domestik+ Keb. Hidran Kebakaran


Penduduk Non Domestik (m3/s)
(m3/s)
2020
612,142 0.950 0.095
2021
619,906 0.960 0.096
2022
627,670 0.970 0.097
2023
635,434 0.990 0.099
2024
643,198 1.000 0.100
2025
1 650,962 1.010 0.101
2026
658,726 1.020 0.102
2027
666,490 1.030 0.103
2028
674,254 1.040 0.104
2029
682,018 1.060 0.106
2030
689,782 1.070 0.107
2031
697,546 1.080 0.108
2032
705,310 1.090 0.109
2033 2
713,074 1.100 0.110
2034
720,838 1.110 0.111
2035
728,602 1.130 0.113
2036
736,366 1.150 0.115
2037
744,130 1.160 0.116
2038
3 751,894 1.170 0.117
2039
759,658 1.180 0.118
2040
767,422 1.190 0.119

3.3.5 Kebutuhan Air Non Domestik Total

Berdasarkan data kebutuhan air diatas maka jumlah kebutuhan air harian diprediksi pada
tahun 2040 ialah sebesar :
Tabel 3.12 Tabel Kebutuhan Total Air Non Domestik

Perkiraan Rincian Tahun 2040


Q non Domestik Keb. Air (L/Hari) Keb. Air (m3/s)

Institusi Pendidikan 18,252,692 0.211


Institusi Kesehatan 540,500 0.00625
Sarana Peribadatan 1,445,100 0.01671
Sarana Perkantoran 86,540 0.001
Total 20,324,832 0.23496
Tabel 3.13 Kebutuhan Air Bersih

Tahun Jumlah Standar Keb. Kebutuhan Kebutuhan Q Total Kebakaran Keboroan Q Ave
Prediksi Penduduk Air(L/o/Hari) Domestik Non Domestik (m3/s) (m3/s) Pipa (m3/s)
(m3/s) (m3/s) (m3/s)
2020 612142 130 0.92 0.0280 0.95 0.095 0.19 2.18
2021 619906 130 0.93 0.0280 0.96 0.096 0.19 2.20
2022 627670 130 0.94 0.0290 0.97 0.097 0.19 2.23
2023 635434 130 0.96 0.0290 0.99 0.099 0.20 2.28
2024 643198 130 0.97 0.0300 1.00 0.100 0.20 2.30
2025 650962 130 0.98 0.0300 1.01 0.101 0.20 2.32
2026 658726 130 0.99 0.0300 1.02 0.102 0.20 2.34
2027 666490 130 1 0.0310 1.03 0.103 0.21 2.37
2028 674254 130 1.01 0.0310 1.04 0.104 0.21 2.40
2029 682018 130 1.03 0.0320 1.06 0.106 0.21 2.44
2030 689782 130 1.04 0.0320 1.07 0.107 0.21 2.46
2031 697546 130 1.05 0.0330 1.08 0.108 0.22 2.49
2032 705310 130 1.06 0.0330 1.09 0.109 0.22 2.51
2033 713074 130 1.07 0.0330 1.10 0.110 0.22 2.53
2034 720838 130 1.08 0.0340 1.11 0.111 0.22 2.56
2035 728602 130 1.1 0.0340 1.13 0.113 0.23 2.61
2036 736366 130 1.11 0.0350 1.15 0.115 0.23 2.64
2037 744130 130 1.12 0.0350 1.16 0.116 0.23 2.66
2038 751894 130 1.13 0.0350 1.17 0.117 0.23 2.68
2039 759658 130 1.14 0.0360 1.18 0.118 0.24 2.71
2040 767422 130 1.15 0.0367 1.19 0.119 0.24 2.74
Tabel 3.14 Persen Pelayanan Air Bersih

Tahun Jumlah Terlayani Jumlah Penduduk % Persen Pelayanan

2018 72,965 598,103 12.19940


2019 78,259 604,378 12.94868
Selisih kenaikan 0.74928

Tabel 3.15 Persen Jumlah Penduduk yang Dilayani

Tahun Tahapan Jumlah Penduduk Jumlah Jumlah yang


(Jiwa) Pelayanan (%) Dilayani (jiwa)

2020 1 612,142 75 689.782


2021 619,906
2022 627,670
2023 635,434
2024 643,198
2025 650,962
2026 658,726
2027 666,490
2028 674,254
2029 682,018
2030 689,782
2031 2 697,546 85 728.602
2032 705,310
2033 713,074
2034 720,838
2035 728,602
2036 3 736,366 90 767.422
2037 744,130
2038 751,894
2039 759,658
2040 767,422
3.16 Jumlah Penduduk di Layani

Tahun Prediksi Jumlah Jumlah Jumlah yang


Penduduk Pelayanan (%) Dilayani
(Jiwa)
2020 612,142 13.69796 83,850.97
2021 619,906 14.44724 89,559.31
2022 627,670 15.19652 95,384.00
2023 635,434 15.94580 101,325.03
2024 643,198 16.69508 107,382.42
2025 650,962 17.44436 113,556.15
2026 658,726 18.19364 119,846.24
2027 666,490 18.94292 126,252.67
2028 674,254 19.69220 132,775.45
2029 682,018 20.44148 139,414.57
2030 689,782 21.19076 146,170.05
2031 697,546 21.94004 153,041.87
2032 705,310 22.68932 160,030.04
2033 713,074 23.43860 167,134.56
2034 720,838 24.18788 174,355.43
2035 728,602 24.93716 181,692.65
2036 736,366 25.68644 189,146.21
2037 744,130 26.43572 196,716.12
2038 751,894 27.18500 204,402.38
2039 759,658 27.93428 212,204.99
2040 767,422 28.68356 220,123.95
3.17 Kebutuhan Kota Jambi

Tahun Prediksi Jumlah Jumlah yang Standar Keb. Kebutuhan Kebutuhan Non Q Total (m3/s)
Penduduk Dilayani (Jiwa) Air(L/o/Hari) Domestik Domestik (m3/s)
(m3/s)
2020 612,142 83,850.97 130 0.126 0.0038 0.130
2021 619,906 89,559.31 130 0.134 0.0040 0.139
2022 627,670 95,384.00 130 0.143 0.0044 0.147
2023 635,434 101,325.03 130 0.153 0.0046 0.158
2024 643,198 107,382.42 130 0.162 0.0050 0.167
2025 650,962 113,556.15 130 0.171 0.0052 0.176
2026 658,726 119,846.24 130 0.180 0.0055 0.186
2027 666,490 126,252.67 130 0.189 0.0059 0.195
2028 674,254 132,775.45 130 0.199 0.0061 0.205
2029 682,018 139,414.57 130 0.211 0.0065 0.217
2030 689,782 146,170.05 130 0.220 0.0068 0.227
2031 697,546 153,041.87 130 0.230 0.0072 0.237
2032 705,310 160,030.04 130 0.241 0.0075 0.247
2033 713,074 167,134.56 130 0.251 0.0077 0.258
2034 720,838 174,355.43 130 0.261 0.0082 0.268
2035 728,602 181,692.65 130 0.274 0.0085 0.282
2036 736,366 189,146.21 130 0.285 0.0090 0.295
2037 744,130 196,716.12 130 0.296 0.0093 0.307
2038 751,894 204,402.38 130 0.307 0.0095 0.318
2039 759,658 212,204.99 130 0.318 0.0101 0.330
2040 767,422 220,123.95 130 0.330 0.0105 0.341
Dengan mengetahui data eksisting kapasitas produksi dari PDAM Tirta Mayang
didapatkan kapasitas terpasang sebesar 1.180 L/ detik sehingga dapat diketahui berapa besar
kapasitas desain yang perlu ditambahkan untuk dapat memenuhi kriteria tersebut.

Tabel 3.18 Kapasitas Desain

Tahun Q Desain Kapasitas Kapasitas


(m3/s) Eksisting (m3/s) Desain (m3/s)

2020 0.57 0.12


2021 0.6 0.15
2022 0.64 0.19
2023 0.69 0.24
2024 0.73 0.28
2025 0.77 0.32
2026 0.81 0.36
2027 0.85 0.40
0.45
2028 0.9 0.45
2029 0.95 0.50
2030 0.99 0.54
2031 1.04 0.59
2032 1.08 0.63
2033 1.13 0.68
2034 1.18 0.73
2035 1.24 0.79
2036 1.29 0.84
2037 1.34 0.89
2038 1.39 0.94
2039 1.44 0.99
2040 1.49 1.04

Tabel 3.19 Kapasitas Desain

Tahun Kapasitas
Desain
(m3/s)
2020 0.12
2021 0.15
2022 0.19
2023 0.24
2024 0.28
2025 0.32
2026 0.36
2027 0.4
2028 0.45
2029 0.5
2030 0.54
2031 0.59
2032 0.63
2033 0.68
2034 0.73
2035 0.79
2036 0.84
2037 0.89
2038 0.94
2039 0.99
2040 1.04

Berdasarkan tabel diatas maka dapat diketahui bahwa kapasitas yang perlu di desain
untuk melayani 95% penduduk pada tahun 2040 ialah sebesar 1.070 m3/s. Untuk pentahapannya
dapat berdasarkan pembagian besarnya debit sehingga menggunakan debit yang diproduksi
instalasi pengolahan tiap pembangunannya. Pada tahun 2030 akan dibuat 2 instalasi sekaligus
sehinggan kapasitasnya kedua instalasi tersebut sebesar 0.535 m3/s dan sisanya pada tahun 2035
dan 2040 pembangunan dilakukan sebanyak masing-masing 1 instalasi dengan masing-masing
kapasitas yang sama, yaitu 0.2675 m3/s sehingga total yang produksi sebesar 1.070 m3/s.
Desain Keb. Air
1.2000000

1.0000000

0.8000000
Debit (m3/s)

0.6000000

0.4000000

0.2000000

0.0000000
2020 2030 2035 2040
Tahun

Gambar 3.3. Pentahapan Desain Kota Jambi

3.4 SUMBER AIR BAKU

3.4.1 Potensi Air Permukaan

1. Sungai Batanghari

Sungai terbesar dan terpanjang di Provinsi Jambi adalah Sungai Batanghari dengan
panjang ± 1.740 km dan lebar sungai pada kisaran antara 200-650 meter mulai dari pegunungan
Bukit Barisan di Provinsi Sumatera Barat melewati Kota Jambi dan bermuara di Selat
Berhala.Diperkirakan luas Daerah Aliran Sungai (DAS) Batanghari sekitar 37.500 m2 yang
meliputi sebagian dari Provinsi Sumatera Barat, Bengkulu dan Jambi.Sungai Batanghari
merupakan sungai utama yang mengalir melewati Kota Jambi.

Berdasarkan pada besarnya DAS Batanghari serta curah hujan tahunan rata-rata 2000–
2.500 mm dan curah hujan bulanan rata-rata 150–300 mm yang hampir merata di seluruh DAS
Batanghari, menjadikan Sungai Batanghari merupakan sumber air permukaan yang sangat
potensial bagi daerah alirannya, khususnya Kota Jambi dan sekitarnya yang berada pada bagian
hilir.

Provinsi Jambi diketahui mempunyai 22 sungai yang terdiri dari 12 sungai induk dan 10
anak sungai. Sedangkan alur sungai sebanyak 13 sungai dengan 10 sungai induk dan 3 anak
sungai sesuai dengan daerah kegiatan. Berdasarkan pos duga air yang ada di Sungai Batanghari
yang digunakan sebagai air baku PDAM Tirta Mayang Kota Jambi ada 2 (dua) pos duga air
antara lain stasiun Sungai Duren dan Tanggo Rajo dengan data teknis terdapat dalam Tabel 3.20.
Debit Sungai Batanghari Pos Duga Air Tanggo Rajo/Ancol panjang data 1986-2013, sedangkan
tinggi muka air di intake PDAM Tirta Mayang Kota Jambi Januari-Juli 2014 (dalam cm).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dian, et al (2015), di Sungai Batanghari cluster
Kabupaten Dharmasraya menunjukkan beban pencemar parameter TSS sebesar 27,02 ton/jam,
daya tampung beban pencemaran sungai parameter TSS sebesar 8,80 ton/jam sehingga telah
kelebihan beban pencemar TSS sebesar 18,22 ton/jam. Beban pencemar parameter BOD sebesar
4,49 ton/jam, daya tampung beban pencemaran sungai parameter BOD sebesar 13,91 ton/jam
jadi masih tersedia kemampuan sungai untuk menampung beban pencemar BOD sebesar 9,41
ton/jam. Beban pencemar parameter COD sebesar 50,33 ton/jam, daya tampung beban
pencemaran sungai parameter COD sebesar 29,63 ton/jam sehingga telah kelebihan beban
pencemar COD sebesar 20,70 ton/jam.

Dalam perancangan air bersih kota Jambi, Sungai Batanghari digunakan sebagai sumber
air baku. Berikut adalah karakteristik air Sungai Batanghari.
Berdasarkan data kualitas air Sungai Batanghari dari berbagai sumber menunjukkan
bahwa parameter-parameter yang mengalami peningkatan konsentrasi adalah tingkat kekeruhan,
warna,ammonia, besi, chloride BOD, COD, fecal coliform dan total coliform tinggi disebabkan
oleh limbah domestik, limbah industri sepanjang bantaran Sungai Batanghari dan peruntukan
ruang yang tidak pada tempatnya serta surfacerun off yang tinggi di daerah hulu sehingga
menyebabkan air menjadi keruh.

2.Danau

Danau merupakan sistem yang terbuka, yang di dalamnya terjadi pertukaran energi dan
massa. Kondisi atau keadaan suatu danau sangat dipengaruhi oleh proses-proses pertukaran
energi dan massa tersebut, yang sering disebut variabel luar (external variable). Variabel-variabel
tersebut antara lain berasal dari faktor klimatik seperti angin, hujan, penyinaran matahari dan
lain-lain, yang pada umumnya tidak dapat dikendalikan oleh manusia. Akan tetapi ada variabel
luar yang dapat dikendalikan, misalnya aliran keluar dan masuknya air ke danau, termasuk unsur
hara dan zat-zat beracun.

Kondisi dalam danau itu sendiri sering disebut sebagai variabel-variabel dalam (internal
variable), misalnya kelimpahan fitoplankton, konsentrasi hara dan jumlah ikan. Danau
merupakan bagian suatu DAS (watershed), oleh karenanya DTA dapat mempengaruhi keadaan
suatu danau dan sebaliknya danau juga dapat mempengaruhi keadaan DTA.
3.5 DIAGRAM ALIR
Sumber air baku memegang peranan yang sangat penting dalam industry air minum. Air
baku merupakan awal dari suatu proses dalam penyediaan dan pengolahan air bersih.
Berdasarkan SNI 6774-2008 tentang spesifikasi unit paket instalasi pengolahan air pada bagian
istilah dan definisi yang disebut dengan air baku yaitu yang berasal dari sumber air permukaan,
cekungan air tanah dan/ atau air hujan yang memenuhi ketentuan baku mutu tertantu sebagai air
baku untuk air minum. Sumber air baku berasal dari sungai, danau, sumur air dalam, mata air
dan bisa juga dibuat dengan cara membendung air buangan atau air laut.

3.2.1 Proses Pengolahan Air Sungai

Teknologi pengolahan air tanah melaui beberapa tahapan yaitu :

1. Aerasi
2. Filtrasi
3. Adsorbsi
4. Desinfeksi

Gambar 3.4 Proses Pengolahan Air Sungai


3.2.2 Diagram Alir Rancangan Air Bersih Kota Jambi

Air Baku Transmisi

Aerasi
Intake
Reserv
oir
Screen Koagulasi Flokulasi Sedimentasi Filtrasi

Sludge

Basin
Sedimentasi Disinfektan

Bak Diseinfektan

Distribusi Reservoir
Utama
Pompa

Gambar 3.5. Diagram Alir Rancangan Air Bersih Kota Jambi


Penjelasan :

1. Intake

Intake atau screem merupakan suatu konstruksi yang memiliki fungsi untuk mengambil
air dari sumber air yang berada di permukaan tanah seperti reservoir, sungai, teluk, danau atau
pun kanal. Lokasi dan peletakan intake biasanya mempertimbangkan beberapa hal berikut, yaitu
:
a. Intake dibangun pada tempat yang memiliki arus aliran tak terlalu besar, aman dan
daerah sungai yang landau dan lurus sehingga keamanan bangunan terjaga, serta tidak
rawan banjir dan bencana alam lainnya.
b. Intake wajib dibangun dengan pertimbangan peningkatan debit di masa yang akan
datang.

Intake mempengaruhi pengolahan air karena kegagalan intake dalam mengambil dan
menyediakan air berakibat buruk. Maka dari itu, posisi peletakan intake harus memiliki
akses yang aman dan mudah sehingga mampu menyediakan air dengan kuantitas dan
kualitas yang baik.

A. Jenis intake

Dikarenakan intake bersumber dari air sungai Batanghari maka jenis intake yang
digunakan dan sesuai ialah jenis Shore intake yang merupakan suatu intake yang dibangun di
lokasi yang berdekatan demgan sungai. Intake ini terdiri atas struktur bwton yang dilengkapi
dengan sebuah gate serta coarse screen. Kemudian, pada shore intake dapat dipasang saringan
atau kisi-kisi untuk mencegah partikel padat dan dedaunan untuk masuk sehingga melindungi
pompa tersebut dari sampah-sampah dan benda yang mampu menyumbat pompa. Saringan atau
screen ini biasanya memiliki ukuran yang seragam, memiliki bukaan dan digunakan untuk
mneahan benda-benda padat berukuran besar yang ada di dalam air limbah tersebut.
Gambar. Shore Intake

2. Reservoir

Reservoir adalah suatu tempat berukuran besar yang berguna untuk menampung air dan
biasa digunakan pada sistem pengolahan dan penyediaan air bersih. Kali ini untuk menampung
air hasil intake. Reservoir memiliki fungsi dan peranan yang baik dan diperlukan agar sistem
pengolahan dan penyediaan air bersih berjalan dengan baik.

Jenis reservoir yang digunakan pada perancangan pengolahan air bersih Kota Jambi ialah
reservoir permukaan atau ground reservoir, yang merupakan reservoir yang sebagian besar
tertletak di bawah permukaan tanah.

Gambar.
Reservoir dilengkapi dengan bak tempat penampungan air yangmerupakan bagian utama,
kemudian perpipaan seperti pipa air masuk (inlet); pipa air keluar (outlet) yang dilengkapi
dengan saringan atau screen; pipa peluap untuk membuang air yang berlebih pada reservoir dan
pipa penguras untuk menguras reservoir; pipa udara (vent) dengan kawat kasa yang berguna
untuk menghalang serangga atau binatang masuk ke dalam reservoir; semua pipa dilengkapi
dengan katup pengatur aliran.

3. Penyaringan (Screening)

Pada umumnya setiap sistem pengolahan air bersih mempunyai unit alat penyaring
awal/pendahuluan. Proses penyaringan awal ini disebut screening dan tujuannya adalah untuk
menyaring atau menghilangkan sampah/benda padat yang besar agar proses berikutnya dapat
lebih mudah lagi menanganinya. Dengan hilangnya sampah-sampah padat besar maka
transportasi limbah cair pasti tidak akan terganggu, misalnya bila proses transportasi limbah cair
diakomodasikan dalam sebuah saluran terbuka atau pun tertutup yang mengalir secara gravitasi,
maka tidak akan dijumpai penyumbatan di sepanjang jaringan saluran.

Disamping itu, bila air baku perlu dipindahkan dengan menggunakan pompa, maka
proses screening sungguh berfungsi menghilangkan bahan atau benda-benda yang dapat
membahayakan atau merusak pompa limbah cair tersebut. Jadi proses screening melindungi
pompa dan peralatan lainnya. Perangkat pemroses penyaringan kasar yang biasa digunakan
dikenal pula dengan sebutan bar screen atau bar racks. Alat ini biasanya diletakkan pada intake
bak penampung limbah cair untuk mencegah masuknya material besar seperti kayu atau daun-
daunan.

A. Jenis screening

Microstrainer terdiri dari bingkai berbentuk silinder yang ditutup dengan jala terbuat dari
kawat tahan karat. Pada saat silinder berputar partikel tersuspensi menempel pada bagian dalam
dari permukaan silinder yang kemudian dibersihkan dengan semburan jet air.
Gambar.

4. Aerasi

Aerasi adalah proses pengolahan air limbah dengan menambahkan udara atau oksigen di
dalam air dengan cara membawa udara dan air masuk ke dalam kontak dekat. Aerasi memiliki
fungsi dan faktor sistem pada pengolahan air bersih. Fungsi pentingnya yaitu berguna untuk
meminimalisir adanya zat pencemar yang terkandung di air; mampu menyebabkan terjadinya
proses sirkulasi oksigen pada abgian atas dan bawah air; memindahkan air dengan lebih cepat
menuju bagian yang belum terjadinya proses aerasi; serta melarutkan kadar oksigen langsung di
dalam air.

Terdapat faktor yang mempengaruhi sistem aerasi yang harus dipertimbangkan agar
proses ini berjalan dengan lancar, yaitu kejenuhan kadar osigen; temperature air; derajat
turbulensi air serta karakteristik air yang di proses. Aerasi baru dapat terlaksana dengan adanya
aerator.

Gambar.
5. Koagulasi

Koagulasi merupakan suatu proses pencampuran koagulan yang berupa bahan kimia atau
pengendap ke dalam air baku dengan kecepatan perputaran yang tinggi dengan waktu singkat.
Sementara koagulan ialah bahan kimia yang dibutuhkan pada air baku untuk membantu proses
pengendapan partikel-partikel kecil yang tidak dapat mengendap secara gravimetri. Koagulasi
merupakan proses pengolahan air dimana zat padat melayang ukuran sangat kecil dan koloid
digabungkan dan membentuk flok-flok dengan cara penambahan zat kimia (misalnya PAC dan
Tawas). Dari proses ini diharapkan flok-flok yang dihasilkan dapat di saring.
Tujuan dari koagulasi adalah mengubah partikel padatan dalam air baku yang tidak bisa
mengendap menjadi mudah mengendap. Hal ini karena adanya proses pencampuran koagulan
kedalam air baku sehingga menyebabkan partikel padatan yang mempunyai padatan ringan dan
ukurannya kecil menjadi lebih berat dan ukurannya besar (flok) yang mudah mengendap.
Proses Koagulasi dapat dilakukan melalui tahap pengadukan antara koagulan dengan air
baku dan netralisai muatan. Prinsip dari koagulasi yaitu di dalam air baku terdapat partikel-
partikel padatan yang sebagian besar bermuatan listrik negatif. Partikel-partikel ini cenderung
untuk saling tolak-menolak satu sama lainnya sehingga tetap setabil dalam bentuk tersuspensi
atau koloid dalam air. Netralisasi muatan negatif partikelpartikel padatan dilakukan dengan
pembubuhan koagulan bermuatan positif ke dalam air diikuti dengan pengadukan secara cepat.
Pada rancengan ini bak koagulasi dapat menggunakan pengaduk hidrolik yang umum digunakan.

6. Flokulasi

Fokulasi adalah penyisihan kekeruhan air dengan cara pengumpulan partikel kecil
menjadi partikel yang lebih besar. Gaya antar molekul yang diperoleh dari agitasi meruakan
salah satu faktor yang berpengaruh terhadap laju terbentuknya partikel flok. Salah satu faktor
penting yang mempengaruhi keberhailan proses flokulasi adalah pengadukan secara lambat,
keadaan ini memberi kesempatan partikel melakukan kontak atau hubungan agar membentuk
penggabungan (agglomeration). Pengadukan lambat ini dilakukan secara hati-hati karena flok-
flok yang besar akan mudah pecah melalui pengadukan dengan kecepatan tinggi.

Proses pengadukan yang dapat digunakan ialah proses pengadukan lambat yaitu proses
yang memiliki tujuan untuk mendapatkan partikel-partikel flokulan yang lebih besar dan lebih
berat sehingga dapat mempercepat proses pengendapan. Waktu yang diperlukan untuk
pengadukan lambat antara 10-30 menit, sedangkan gradien kecepatan 5- 100 detik/liter.

Dalam pengolahan air, untuk mencapai proses koagulasi-flokulasi yang optimum


diperlukan pengaturan semua kondisi yang saling berkaitan dan mempengaruhi proses tersebut.
Koodisi-kondisi yang mempengaruhi antara lain adalah pH, temperature air, konsentrasi
koagulan dan pengadukan.

Gambar.

Gambar.

7. Sedimentasi

Bak pengendap atau bak sedimentasi berperan dalam memisahkan partikel tersuspensi
(TSS) dari air limbah melalui pengendapan secara gravitasi. Ketika air limbah mengandung
suspended solid masuk ke bak sedimentasi, padatan-padatan dengan berat jenis yang lebih besar
dari air akan mengendap dan yang rnerniliki berat jenis lebih kecil dari air akan mengapung ke
permukaan air.
Gumpalan padatan yang terbentuk pada proses koagulasi masih berukuran kecil.
Gumpalan-gumpalan kecil ini akan terus saling bergabung menjadi gumpalan yang lebih besar
dalam proses flokulasi. Dengan terbentuknya gumpalan-gumpalan besar, maka beratnya akan
bertambah, sehingga karena gaya beratnya gumpalan-gumpalan tersebut akan bergerak ke bawah
dan mengendap pada bagian dasar tangki sedimentasi.

Bak sedimentasi dapat berbentuk segi empat atau lingkaran. Pada bak ini aliran air
limbah sangat tenang untuk memberi kesempatan padatan/suspensi untuk mengendap. Kriteria-
kriteria yang diperlukan untuk menentukan ukuran bak sedimentasi adalah : surface loading
(beban permukaan), kedalaman bak dan waktu tinggal. Waktu tinggal mempunyai satuan jam,
cara perhitungannya adalah volume tangki dibagi dengan laju alir per hari. Beban permukaan
sama dengan laju alir (debit volume) rata-rata per hari dibagi luas permukaan bak, satuannya m3
per meter persegi per hari.

8. Filtrasi

Filtrasi adalah pemisahan koloid atau partikel padat dari fluida dengan menggunakan
media penyaringan atau saringan. Air yang mengandung suatu padatan atau koloid dilewatkan
pada media saring dengan ukuran pori-pori yang lebih kecil dari ukuran suatu padatan tersebut.
Filtrasi adalah suatu proses pemisahan zat padat dari fluida ( gas maupun cair ) yang
membawanya mengunakan suatu medium berpori atau bahan berpori lain untuk menghilangkan
sebanyak mungkin zat padat halus yang tersuspensi dan koloid. Disamping mereduksi
kandungan zat padat, filtrasi dapat pula mereduksi bakteri, menghilangkan warna, rasa, bau besi,
dan mangan.

Dalam proses filtrasi, partikel padatan yang tersuspensi dalam cairan dapat dipisahkan
dengan menggunakan medium berpori yang dapat menahan partikel tersebut dan dapat dilewati
oleh filtrat yang jernih. Medium berpori ini lazim disebut filter media. Partikel padat dapat
berukuran sangat kecil atau lebih besar, dan bentuknya beraneka ragam, dapat berbentuk bola
ataupun tak beraturan. Produk yang diinginkan dapat berupa filtrat yang jernih ataupun cake.
Slurry yang difiltrasi mungkin mengandung partikel padatan dalam jumlah sedikit atau banyak.
Jika konsentrasi padatan dalam slurry kecil, filter dapat beroperasi dalam waktu yang lebih lama.
Bak Filtrasi digunakan pada pengolahan untuk menyaring air yang sebelumnya sudah
terkoagulasi dan mengendap untuk menghasilakan air minum dengan kualitas yang baik.

9. Disinfeksi

Disinfeksi ialah suatu porses pembasmian mikoorganisme pathogen yang ada di dalam
air baku. Sebelum air didistribusikan, proses ini wajib dilakukan dengan agen disinfektan yang
dipilih sesuai untuk jenis mikroorganisme apa yang ingin di basmi. Bahan kimia yang digunakan
di dalam proses desinfeksi adalah senyawa kelompok halogen. Faktor-faktor yang
mempengaruhi efektivitas proses desinfeksi adalah :
1) jenis desinfektan,
2) jenis mikroorganisme,
3) konsentrasi dan lama waktu,
4) pH, dan
5) temperatur.
Maka dari itu, berikut agen kimia nya ialah Calcium Hyphochloride (CaOCl2), Chlorine
Diokside (ClO2), Bromine Chloride (BrCl), Ozon (O3), Cl2.

10. Pengolahan Lumpur


Pada proses pengolahan air bersih, gumpalan padatan yang bergabung dengan material
organic dan anorganik berkumpul menjadi residu berupa lumpur. Lumpur ini nanti dimasukkan
ke dalam bak khusus yang nantinya dapat diolah lagi sehingga terjadi pengendapan partikel-
partikel solid di bak sedimentasi dan dapat dilakukan proses disinfeksi selanjutnya. Air tersebut
akan bergabung dengan air bersih di dalam reservoir yang nantinya akan dibawa melalui pompa
dan di distribusikan.
BAB IV

DETAIL PERANCANGAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR BERSIH

Tabel 4.1 Pentahapan Pembangunan Modul IPAM

Pentahapan Q (m3/ s) Kebutuhan air (m3/ s) Jumlah modul yang dibangun


2020 0,27 0,54 2
2030 0,27 0,54 2

4.1 INTAKE
4.1.1 Petunjuk Umum dan Kriteria Desain
- Digunakan shore intake dengan pertimbangan kondisi lokasi dan jenis air
baku.
- Digunakan gate untuk antisipasi jika diperlukan pengurasan.
- Digunakan saringan kasar dan saringan halus yang dipasang di belakang gate.
- Kecepatan aliran maksimal yang melewati saringan kasar 0,08 m/s sedangkan
untuk saringan halus 0,2 m/s.
- Digunakan sumur pengumpul untuk antisipasi kondisi muka air minimum.

4.1.2 Perhitungan Desain


Diketahui :
Q desain = 0,27 m3/s
Elevasi muka air max = 4 m dpl
Elevasi rata-rata = 2,2 m dpl
Elevasi muka air min = 0,9 m dpl
a. Desain bukaan zona intake (luas gate)
Q=Axv A = Q/v
0,27 m3/s
A= = 3,375 m2
0,08 𝑚/𝑠

Tinggi ditetapkan sama dengan muka air maksimum.


3,375
Hgate = 4 m Lebar gate = = 0,84375 ≈ 0,9 m.
4
Maka luas gate = 4 x 0,9 = 3,6 m3
𝑄 0,27 𝑚
Cek vgate = 𝐴 = = 0,08
3,375 𝑠

b. Desain saringan kasar


Lebar bar saringan = 1,79 cm = 0,0179 m
Jarak antar bar = 5 cm = 0,05 m
0,9 𝑚
Jumlah bar = 𝑚 −1
0,05
𝑏𝑎𝑟

= 18 – 1 = 17 bar
Luasan bar = 17 bar x 0,0179 m x 4 m
= 1,217 m2
Luas bukaan = Luas gate – Luas bar
= 3,6 m2 – 1,217 m2 = 2,383 m2
0,27 m3/s
Cek kecepatan melewati saringan = = 0,113 𝑚/𝑠
2,383 m2

c. Desain saringan halus


Untuk ukuran saringan halus kurang lebih sama dengan saringan kasar.
v maks = 0,2 m/s, η = 60%
0,27 0,27
cek v = 4 𝑥 0,9 𝑥 0,6 = = 0,125 < 0,2 𝑚/𝑠 (sudah sesuai).
2,16

d. Desain Headloss (hL)


 Melewati saringan kasar
𝑣2 0,1132 0,012769
hL = 2 𝑔 𝑥 0,7 = = = 9,3 𝑥 10−3 m
2 𝑥 0,98 𝑥 0,7 1,372

 Melewati saringan halus


1 𝑄
hL = 2 𝑔 𝑥 (0,6 𝑥 𝐴 )2
1 0,27
hL = 2.9,8 𝑥 (0,6 𝑥 4 𝑥 0,9 𝑥 0,6)2
1 0,27
hL = 19,6 𝑥 (1,296 )2
1
hL = 19,6 𝑥 (0,2083)2
1
hL = 19,6 𝑥 0,04389

hL = 2,214 x 10-3 m
 Melewati gate
1 𝑄
hL = 2 𝑔 𝑥 (0,6 𝑥 𝐴 )2
1 0,27
hL = 2. 𝑥 (0,6 𝑥 4 𝑥 0,9)2
9,8
1 0,27
hL = 19,6 𝑥 (2,16 )2
1
hL = 19,6 𝑥(0,125)2
1
hL = 19,6 𝑥(0,016)

hL = 8,17 x 10-4 m
e. Desain Sumur Pengumpul
Waktu tinggal (td < 10 menit)
Ditetapkan td = 6 menit = 360 detik
Volume = Q x td
= 0,27 x 360
= 97,2 m3
Ditetapkan kedalam sumur pengumpul 3,5 m
Luas dasar sumur pengumpul = 97,2 m2 / 3,5 m = 27,77 m2
Ditetapkan dasar berbentuk persegi sehingga ukuran 5,26 m x 5,26 m.

4.2 KOAGULASI (HIDROLIS)


4.2.1 Petunjuk Umum dan Kriteria Desain
 Digunakan sistem koagulasi dengan sistem terjunan.
 Pembubuhan koagulan dilakukan diatas alat ukur rec. weir.
 Koagulan yang digunakan alum sulfat.
 Bak koagulasi berbentuk persegi dengan kedalaman = 1,5 x lebar.
 Inlet bak koagulasi adalah alat ukur rec.weir.
 Outlet bak koagulasi menggunakan weir pelimpah menuju unit flokulasi.
Kriteria desain koagulasi
- G = 700-1000 dt-1
- Td = 10 - 300 dt
- Gtd = 30000 – 60000
4.2.2 Perhitungan Desain
a. Desain bak koagulasi
Ditetapkan td = 100 dt
Q = 0,27 m3/s
Volume = Q x td = 0,27 m3/s x 100 dt = 27 m3

 Volume =sxsxd
27 m3 = s2 x 1,5d
27 m3 = s2 x 1,5 (s)
27 m3 = 1,5 s3
s3 = 27 m3 / 1,5
s3 = 18 m3
3
s = √18 𝑚3
s = 2,6 m
 27 m3 = (2,6 m)2 x 1,5d
27 m3 = 4,76 m2 x 1,5d
27 m3 = 10,14d
d = 27 m3 / 10,14
d = 2,6 m
b. Desain tinggi terjun
Ditetapkan G = 800 dt -1
𝑃
G = √µ 𝑡𝑑 dimana P = ρ g Qh dan µ = vρ

𝜌 𝑔 𝑄ℎ 𝑔ℎ 𝐺 2 𝑣 𝑡𝑑
G=√ sehingga G = √𝑣 𝑡𝑑 h=
𝑣𝜌 𝑡𝑑 𝑔

Dimana :
h = head loss (m)
G = Gradient Kecepatan (det-1)
Td = waktu kontak (s)
v = 10-6 m/s
g = gaya gravitasi = 9,80 m/s2
𝐺 2 𝑣 𝑡𝑑 8002 10−6 𝑥 100
h = ; = 6,5 𝑚
𝑔 9,8
Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Koagulasi

Unit Koagulasi Nilai Unit

Q 0,27 m3/s

Volume 27 m3

Td 100 s

G 800 s

v 10-6 m2/s

Panjang 2,6 m

Lebar 2,6 m

Kedalaman 2,6 m

Headloss 6,5 m

c. Desain Struktur influent/ inlet


Influent/ inlet menggunakan alat ukur rec. weir yang sudah dihitung di bagian
alat ukur.
d. Desain struktur effluent/ outlet
2
Q = 3 𝐶𝑑 𝐿 √2 𝑔𝐻3
𝑄2
H={2 }1/3
𝐶𝑑2 𝐿′2 2𝑔
3

Ditetapkan L’ = lebar bak flokulasi = 2,6 m


0,272
H={2 }1/3
0,62 2,62 2 𝑥 9,8
3

0,0729
H = ( 31,799 )1/3

H = (0,002)1/3
H = 0,12 m = 12 cm
Lebar weir = L’ + 0,2H
= 2,6 + (0,2 x 0,12) = 2,624 m
e. Desain bak penyimpanan alumunium sulfat
Kadar alumunium aktif = 45%
Massa jenis = 134 gr/ 100 ml (1340 kg/m3)
Perkiraan dosis alum = 50 mg/L
Kebutuhan alum :
M = (100/45) x Q x C
M = (100/45) x 270 L/s x 50 mg/l
M = 30.000 mg/s
M = 2592 kg/ hari

Direncakana daya tamping untuk 5 hari


Volume tangki = 2592 kg/ hari x 5 x (1/1340 m3/kg)
= 9,6 m
4.3 FLOKULASI
4.3.1 Petunjuk Umum dan Kriteria Desain
 Digunakan flokulasi hidrolis dengan sistem “around baffle channel”.
 Pengadukan dilakukan dengan memanfaatkan kehilangan energy akibat
adanya gesekan sepanjang aliran di saluran dan belokan.
 Kehilangan energy dapat dihitung dengan berbagai macam persamaan di
saluran terbuka seperti chezy atau manning.

Kriteria Desain

- Kecepatan aliran di saluran lurus vL = (0,1 – 0,4) m/s


- Kecepatan aliran di belokan vb = (0,6 – 0,8) m/s
- G = 10- 60 s
- Td total = 15 – 45 menit
- v (t= 20oC) = 10-6 m2/s
- jumlah kompartemen 3 -6
- nilai G didesain menurun
4.3.2 Perhitungan Desain
a. Desain bak flokulasi
Ditetapkan :
td = 40 menit = 2400 s = 600 s/ kompartemen
Volume = Q x td
= 0,27 m3/s x 2400 s = 648 m3
Volume tiap kompartemen = 648 m3 / 4 = 162 m3
- Desain konfigurasi kompartemen 1
Ditetapkan G1 = 505; td1 = 600 s
𝐺 2 𝑥 𝑣 𝑥 𝑡𝑑 502 𝑥 (10−6 ) 𝑥 600 1,5
H = = = = 0,153 𝑚
𝑔 9,8 9,8

𝑛1 𝑣𝐿2 (𝑛1 −1) 𝑣𝑏2


H1 = + vL = 0,4 m/s ; vb = 0,6 m/s
2𝑔 2𝑔

𝑛1 𝑣𝐿2 (𝑛1−1) 𝑣𝑏2


0,153 = +
2𝑔 2𝑔

𝑛1 (0,4)2 (𝑛1−1) (0,6)2


0,153 = +
2. 9,8 2. 9,8
0,16 𝑛1 0,36 𝑛1 −0,36
0,153 = +
19,6 19,6

0,153 = 0,0081 n1 + 0,018 n1 - 0,018


0,153 = 0,0261 n1 – 0,018
0,0261 n1 = 0,153 + 0,018
0,171
n1 = 0,0261

n1 = 6,5 ≈ 7
n1 =7 ( n1 – 1) = 6

Desain dimensi saluran di kompartemen 1


VS1 = 648 m3/ 7 = 92, 57 m2
Ditetapkan p = 12 m dan b = 1,5 m
Kedalaman di saluran ds1 = 92, 57 m2 / (12 x 15) m
= 92, 57 m2 / 18 m
= 5,14 m
Desain kemiringan saluran kompartemen 1
R = A/ P
6 𝑥 5,14
= + 1,5
2 𝑥 5,4
30,84
= + 1,5
10,8

= 2,856 + 1,5
= 4,356
V = 1/ n R2/3 S0,5
0,4 = 1/ 0,014 x 4,3562/3 x S0,5
S = 0,000004397
S = 4,4 x 10-6

4.4 SEDIMENTASI (TUBE SETTLER)


4.4.1 Petunjuk Umum
 Bak sedimentasi berfungsi untuk mengendapkan flok-flok yang terbentuk
selama proses flokulasi dalam bak pengaduk lambat. Pada umumnya bak
sedimentasi memiliki bentuk persegi panjang dan memiliki sistem aliran
horizontal.
 Inclined settling devices terdiri dari inclined tube settler dan Lamella
separator di mana kedua perangkat tersebut memiliki tingkat overflow yang jauh
lebih tinggi dibanding bak pengendapan konvensional.
 Pada sedimentasi tube settler, air yang akan dijernihkan menuju ke atas
melalui tabung, dan saat terjadi pengendapan padatan berkumpul pada bagian
bawah tabung. Tabung dipasang dengan sudut kemiringan antara 45 0 sampai 600,
yang cukup curam untuk dapat menyebabkan lumpur atau padatan mengendap
menuju bagian bawah tabung. Lumpur meluncur melewati tabung menuju ke
bagian bawah clarifier.
4.4.2 Perhitungan Desain
Diketahui :
Q = 0,27 m3/s
So = 0,62 mm/s
α = 60o
w = 50 mm = 0,05m
h = 0,8 sin α = 0,69 m
a. Rancang bak (tube settler)
𝑄 𝑤
So = 𝐴 𝑥 ℎ cos 𝛼+𝑤 𝑐𝑜𝑠 2 𝛼
0,27 𝑚 2 0,05 𝑚
= 𝑥
𝐴 0,69 (0,5)+0,05 (0,25)

𝑚4
0,0135
𝑠 0,0377 𝑚 4/𝑠
= 0,3575 𝑚 (𝐴) = 𝐴

So = (0,00062 m/s x 0,7)


A = 109,9 m2 ≈ 110 m2
b. Surface loading pada bak
𝑚3
0,27 𝑥 3600 𝑥 24 ℎ𝑎𝑟𝑖
𝑠
Q/ A = 110 𝑚 2

= 212,07 m3/m2. hari

Anda mungkin juga menyukai