TUGAS BESAR
TEKNIK PENYEDIAAN AIR MINUM 2022
(TLI 61118)
1. PETUNJUK UMUM
2. FORMAT PENULISAN
4.1. Ukuran kertas A4 70 mm dengan margin kiri 3 cm, kanan 2 cm, atas dan bawah 2 cm.
4.2. Laporan ditulis dengan font Times New Roman 12 dan spasi 1,5.
4.3. Semua kata-kata bahasa Inggris dimiringkan.
4.4. Penulisan laporan disesuaikan dengan EYD bahasa Indonesia.
4.5. Font:
a. Judul tabel dan gambar 11 bold pt 0 spasi 1
b. Isi tabel 10 spasi 1
c. Sumber tabel dan gambar 9 pt 0 spasi 1
d. Warna tabel: Aqua, Accent 5
4.6. Jarak antar paragraf 6 pt, jarak antar sub bab 12 pt;
4.7. Ukuran judul font 14 bold dan kapital;
4.8. Setiap rumus dalam bentuk matematika dibuat dengan equation editor;
4.9. Semua kata-kata bahasa asing dimiringkan/italic;
4.10. Halaman pertama setiap bab tidak diberi header & footer;
4.11. Pakai footer ditulis nama (BP) serta nomor halaman dan tidak pakai header;
Soft cover
Halaman Judul
Kartu Asistensi
Lembar Pengesahan
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Daftar Lampiran
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Maksud dan Tujuan
1.3 Ruang Lingkup
1.4 Sistematika Penulisan
VI. PENUTUP
6.1. Kesimpulan
6.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Soal Tugas
LEMBARAN ASISTENSI
TUGAS BESAR TEKNIK PENYEDIAAN AIR MINUM
(TLI 61118)
NAMA :
NO. BP :
KELOMPOK :
ASISTEN :
Menimbang:
bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 3, Pasal 7, dan Pasal 10 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974
tentang Pengairan serta untuk memenuhi tanggung jawab Negara dalam menjamin pemenuhan hak rakyat atas
air minum dan akses terhadap air minum, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Sistem Penyediaan
Air Minum.
Mengingat:
1. Pasal 5 ayat (2) dan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1974 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3046).
MEMUTUSKAN:
Menetapkan:
PERATURAN PEMERINTAH TENTANG SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:
1. Air Baku untuk Air Minum Rumah Tangga, yang selanjutnya disebut Air Baku adalah air yang berasal dari
sumber air permukaan, air tanah, air hujan dan air laut yang memenuhi baku mutu tertentu sebagai Air
Baku untuk Air Minum.
2. Air Minum adalah Air Minum Rumah Tangga yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses
pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.
3. Kebutuhan Pokok Air Minum Sehari-hari adalah air untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari yang
digunakan untuk keperluan minum, masak, mandi, cuci, peturasan, dan ibadah.
1 / 41
www.hukumonline.com
4. Penyediaan Air Minum adalah kegiatan menyediakan Air Minum untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
agar mendapatkan kehidupan yang sehat, bersih, dan produktif.
5. Sistem Penyediaan Air Minum yang selanjutnya disingkat SPAM merupakan satu kesatuan sarana dan
prasarana penyediaan Air Minum.
6. Sistem Pengelolaan Air Limbah yang selanjutnya disingkat SPAL adalah satu kesatuan sarana dan
prasarana pengelolaan air limbah.
7. Penyelenggaraan SPAM adalah serangkaian kegiatan dalam melaksanakan pengembangan dan
pengelolaan sarana dan prasarana yang mengikuti proses dasar manajemen untuk penyediaan Air Minum
kepada masyarakat.
8. Pengembangan SPAM adalah kegiatan yang dilakukan terkait dengan ketersediaan sarana dan
prasarana SPAM dalam rangka memenuhi kuantitas, kualitas, dan kontinuitas Air Minum yang meliputi
pembangunan baru, peningkatan, dan perluasan.
9. Pengelolaan SPAM adalah kegiatan yang dilakukan terkait dengan kemanfaatan fungsi sarana dan
prasarana SPAM terbangun yang meliputi operasi dan pemeliharaan, perbaikan, peningkatan sumber
daya manusia, serta kelembagaan.
10. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara
Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presiden dan menteri sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
11. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang
memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.
12. Badan Usaha Milik Negara Penyelenggara SPAM yang selanjutnya disebut BUMN adalah badan usaha
yang dibentuk khusus untuk melakukan kegiatan Penyelenggaraan SPAM yang seluruh atau sebagian
besar modalnya dimiliki oleh Negara.
13. Badan Usaha Milik Daerah Penyelenggara SPAM yang selanjutnya disebut BUMD adalah badan usaha
yang dibentuk khusus untuk melakukan kegiatan Penyelenggaraan SPAM yang seluruh atau sebagian
besar modalnya dimiliki oleh Daerah.
14. Unit Pelaksana Teknis Penyelenggara SPAM yang selanjutnya disebut UPT adalah unit yang dibentuk
khusus untuk melakukan sebagian kegiatan Penyelenggaraan SPAM oleh Pemerintah Pusat yang bersifat
mandiri untuk melaksanakan tugas teknis operasional tertentu dan/atau tugas teknis penunjang tertentu
dari organisasi induknya.
15. Unit Pelaksana Teknis Dinas Penyelenggara SPAM yang selanjutnya disebut UPTD adalah unit yang
dibentuk khusus untuk melakukan sebagian kegiatan Penyelenggaraan SPAM oleh Pemerintah Daerah
untuk melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang yang
mempunyai wilayah kerja satu atau beberapa daerah kabupaten/kota.
16. Kelompok Masyarakat adalah kumpulan, himpunan, atau paguyuban yang dibentuk masyarakat sebagai
partisipasi masyarakat dalam Penyelenggaraan SPAM untuk memenuhi kebutuhan sendiri.
17. Pelanggan adalah masyarakat atau instansi yang terdaftar sebagai penerima layanan Air Minum dari
BUMN, BUMD, UPT, UPTD, Kelompok Masyarakat, dan Badan Usaha untuk memenuhi kebutuhan
sendiri.
18. Badan Usaha untuk Memenuhi Kebutuhan Sendiri yang selanjutnya disebut Badan Usaha adalah Badan
Usaha berbadan hukum atau tidak berbadan hukum yang bidang usaha pokoknya bukan merupakan
usaha penyediaan Air Minum dan salah satu kegiatannya menyelenggarakan SPAM untuk kebutuhan
sendiri di wilayah usahanya.
19. Standar Pelayanan Minimal adalah ketentuan mengenai jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan
urusan wajib Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang berhak diperoleh warga negara secara
2 / 41
www.hukumonline.com
minimal.
20. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pekerjaan umum.
Pasal 2
(1) SPAM diselenggarakan untuk memberikan pelayanan Air Minum kepada masyarakat untuk memenuhi
hak rakyat atas Air Minum.
(2) SPAM diselenggarakan dengan tujuan untuk:
a. tersedianya pelayanan air minum untuk memenuhi hak rakyat atas Air Minum;
b. terwujudnya pengelolaan dan pelayanan Air Minum yang berkualitas dengan harga yang
terjangkau;
c. tercapainya kepentingan yang seimbang antara pelanggan dan BUMN, BUMD, UPT, UPTD,
Kelompok Masyarakat, dan Badan Usaha; dan
d. tercapainya penyelenggaraan Air Minum yang efektif dan efisien untuk memperluas cakupan
pelayanan Air Minum.
BAB II
JENIS SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 3
Jenis SPAM meliputi:
a. SPAM jaringan perpipaan; atau
b. SPAM bukan jaringan perpipaan.
Bagian Kedua
SPAM Jaringan Perpipaan
Paragraf 1
Umum
Pasal 4
(1) SPAM jaringan perpipaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a meliputi:
a. unit air baku;
b. unit produksi;
3 / 41
www.hukumonline.com
Paragraf 2
Unit Air Baku
Pasal 5
(1) Unit air baku sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a merupakan sarana pengambilan
dan/atau penyedia Air Baku.
(2) Unit air baku sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. bangunan penampungan air;
b. bangunan pengambilan/penyadapan;
c. alat pengukuran dan peralatan pemantauan;
d. sistem pemompaan; dan/atau
e. bangunan sarana pembawa serta perlengkapannya.
Pasal 6
(1) Pengambilan Air Baku sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 wajib dilakukan berdasarkan izin sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Pengambilan Air Baku sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memperhatikan keperluan konservasi
dan pencegahan kerusakan lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Air Baku wajib memenuhi baku mutu air dengan klasifikasi dan kriteria mutu Air Baku untuk penyediaan
Air Minum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Paragraf 3
Unit Produksi
Pasal 7
(1) Unit produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf b merupakan infrastruktur yang dapat
digunakan untuk proses pengolahan Air Baku menjadi Air Minum melalui proses fisika, kimia, dan/atau
4 / 41
www.hukumonline.com
biologi.
(2) Unit produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. bangunan pengolahan dan perlengkapannya;
b. perangkat operasional;
c. alat pengukuran dan peralatan pemantauan; dan
d. bangunan penampungan Air Minum.
(3) Unit produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilengkapi dengan sarana pengolahan lumpur
sisa hasil pengolahan Air Baku menjadi Air Minum.
Paragraf 4
Unit Distribusi
Pasal 8
(1) Unit distribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf c merupakan sarana pengaliran Air
Minum dari bangunan penampungan sampai unit pelayanan.
(2) Unit distribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. jaringan distribusi dan perlengkapannya;
b. bangunan penampungan; dan
c. alat pengukuran dan peralatan pemantauan.
(3) Pengaliran air pada unit distribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan menggunakan
sistem pemompaan dan/atau secara gravitasi.
Paragraf 5
Unit Pelayanan
Pasal 9
(1) Unit pelayanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf d merupakan titik pengambilan air.
(2) Unit pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. sambungan langsung;
b. hidran umum; dan/atau
c. hidran kebakaran.
(3) Unit pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dipasang alat pengukuran berupa meter air.
Bagian Ketiga
SPAM Bukan Jaringan Perpipaan
5 / 41
www.hukumonline.com
Paragraf 1
Umum
Pasal 10
SPAM bukan jaringan perpipaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b terdiri atas:
a. sumur dangkal;
b. sumur pompa;
c. bak penampungan air hujan;
d. terminal air; dan
e. bangunan penangkap mata air.
Paragraf 2
Sumur Dangkal
Pasal 11
(1) Sumur dangkal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf a merupakan sarana untuk menyadap dan
menampung air tanah yang digunakan sebagai sumber Air Baku untuk Air Minum.
(2) Pembangunan sumur dangkal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memperhatikan ketentuan
teknis tentang kedalaman muka air dan jarak aman dari sumber pencemaran.
Paragraf 3
Sumur Pompa
Pasal 12
(1) Sumur pompa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf b merupakan sarana berupa sumur yang
bertujuan untuk mendapatkan Air Baku untuk Air Minum yang dibuat dengan mengebor tanah pada
kedalaman tertentu.
(2) Pengambilan air dengan menggunakan sumur pompa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dengan menghisap atau menekan air ke permukaan dengan menggunakan pompa.
(3) Pembangunan sumur pompa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memperhatikan ketentuan
teknis tentang kedalaman muka air dan jarak aman dari sumber pencemaran.
Paragraf 4
Bak Penampungan Air Hujan
Pasal 13
(1) Bak penampungan air hujan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf c bertujuan untuk menampung
6 / 41
www.hukumonline.com
Paragraf 5
Terminal Air
Pasal 14
(1) Terminal air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf d merupakan sarana pelayanan Air Minum
yang digunakan secara komunal berupa bak penampung air yang ditempatkan di atas permukaan tanah
atau pondasi dan pengisian air dilakukan dengan sistem curah dari mobil tangki air atau kapal tangki air.
(2) Terminal air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditempatkan di daerah rawan Air Minum, daerah
kumuh, masyarakat berpenghasilan rendah, dan/atau daerah terpencil.
(3) Penempatan terminal air sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus berada di tempat yang mudah
diakses oleh masyarakat.
Paragraf 6
Bangunan Penangkap Mata Air
Pasal 15
(1) Bangunan penangkap mata air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf e merupakan sarana yang
dibangun untuk mengumpulkan air pada sumber mata air dan melindungi sumber mata air terhadap
pencemaran.
(2) Bangunan penangkap mata air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilengkapi dengan bak
penampung dan harus dilengkapi fasilitas keran umum bagi masyarakat di sekitar mata air.
Pasal 16
Ketentuan lebih lanjut mengenai SPAM jaringan perpipaan dan SPAM bukan jaringan perpipaan diatur dengan
Peraturan Menteri.
BAB III
PENYELENGGARAAN SPAM
Bagian Kesatu
Umum
7 / 41
www.hukumonline.com
Pasal 17
Penyelenggaraan SPAM dilaksanakan untuk menjamin hak rakyat atas Air Minum, akses terhadap pelayanan Air
Minum, dan terpenuhinya Kebutuhan Pokok Air Minum Sehari-hari bagi masyarakat.
Pasal 18
(1) Penyelenggaraan SPAM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 meliputi:
a. pengembangan SPAM; dan
b. pengelolaan SPAM.
(2) Penyelenggaraan SPAM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi Standar Pelayanan
Minimal yang ditetapkan oleh Menteri.
Pasal 19
Penyelenggaraan SPAM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 berlandaskan:
a. Kebijakan dan Strategi Penyelenggaraan SPAM; dan
b. Rencana Induk SPAM.
Pasal 20
(1) Kebijakan dan Strategi Penyelenggaraan SPAM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf a, terdiri
atas:
a. Kebijakan dan Strategi Nasional Penyelenggaraan SPAM;
b. Kebijakan dan Strategi Provinsi Penyelenggaraan SPAM; dan
c. Kebijakan dan Strategi Kabupaten/Kota Penyelenggaraan SPAM.
(2) Kebijakan dan Strategi Nasional Penyelenggaraan SPAM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
disusun dan ditetapkan oleh Menteri setiap 5 (lima) tahun sekali.
(3) Kebijakan dan Strategi Nasional Penyelenggaraan SPAM sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
digunakan sebagai acuan dalam penyusunan Kebijakan dan Strategi Provinsi Penyelenggaraan SPAM
dan Penyusunan Kebijakan dan Strategi Kabupaten/Kota Penyelenggaraan SPAM dengan
memperhatikan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat setempat, serta kondisi lingkungan
daerah sekitarnya.
(4) Kebijakan dan Strategi Provinsi Penyelenggaraan SPAM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
disusun dan ditetapkan oleh gubernur setiap 5 (lima) tahun sekali.
(5) Kebijakan dan Strategi Kabupaten/Kota Penyelenggaraan SPAM sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c disusun dan ditetapkan oleh bupati/walikota setiap 5 (lima) tahun sekali.
Pasal 21
(1) Rencana Induk SPAM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf b terdiri atas:
a. Rencana Induk SPAM Lintas Provinsi;
b. Rencana Induk SPAM Lintas Kabupaten/Kota; dan
8 / 41
www.hukumonline.com
Pasal 22
(1) Rencana Induk SPAM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 disusun dengan memperhatikan:
a. rencana pengelolaan sumber daya air;
b. rencana tata ruang wilayah;
c. kebijakan dan strategi Penyelenggaraan SPAM;
d. kondisi lingkungan, sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat di daerah/wilayah setempat dan
sekitarnya; dan
e. kondisi kota dan rencana pengembangannya.
(2) Rencana Induk SPAM Lintas Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a disusun dan
ditetapkan oleh Menteri.
(3) Rencana Induk SPAM Lintas Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b disusun dan
ditetapkan oleh gubernur.
(4) Rencana Induk SPAM Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c disusun dan
ditetapkan oleh bupati/walikota.
Pasal 23
(1) Rencana Induk SPAM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ditetapkan untuk jangka waktu 15 (lima
belas) sampai dengan 20 (dua puluh) tahun.
(2) Rencana Induk SPAM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditinjau setiap 5 (lima) tahun sekali.
(3) Dalam penyusunan Rencana Induk SPAM sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya wajib melakukan konsultasi publik.
Pasal 24
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyusunan Kebijakan dan Strategi Penyelenggaraan SPAM dan
Rencana Induk SPAM diatur dalam Peraturan Menteri.
Bagian Kedua
Pengembangan
Pasal 25
(1) Pengembangan SPAM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) huruf a meliputi:
a. pembangunan baru;
9 / 41
www.hukumonline.com
b. peningkatan;
c. perluasan.
(2) Pembangunan baru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dapat dilakukan berdasarkan adanya
kebutuhan pengembangan pembangunan yang meliputi:
a. belum tersedia kapasitas;
b. kapasitas terpasang sudah dimanfaatkan secara optimal; dan/atau
c. kapasitas yang ada belum mencukupi kebutuhan.
(3) Peningkatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan melalui modifikasi unit komponen
sarana dan prasarana terbangun untuk meningkatkan kapasitas.
(4) Perluasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dilakukan pada unit distribusi berdasarkan
adanya kebutuhan perluasan cakupan pelayanan Air Minum kepada masyarakat.
Bagian Ketiga
Pengelolaan
Pasal 26
Pengelolaan SPAM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) huruf b meliputi:
a. operasi dan pemeliharaan;
b. perbaikan;
c. pengembangan sumber daya manusia; dan
d. pengembangan kelembagaan.
Pasal 27
(1) Operasi dan pemeliharaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf a mencakup program dan
kegiatan rutin menjalankan, mengamati, menghentikan, dan merawat sarana dan prasarana SPAM untuk
memastikan SPAM berfungsi secara optimal.
(2) Pelaksanaan operasi dan pemeliharaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh:
a. unit kerja untuk SPAM Jaringan Perpipaan; dan
b. perorangan untuk SPAM Bukan Jaringan Perpipaan.
(3) Operasi dan pemeliharaan yang dilakukan oleh unit kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
dilakukan dengan memperhatikan kualitas pelayanan dan efisiensi biaya.
(4) Operasi dan Pemeliharaan yang dilakukan oleh perorangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
dilakukan dengan memperhatikan aspek keamanan, keselamatan, dan keberlanjutan.
Pasal 28
(1) Perbaikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf b dilakukan terhadap komponen teknis yang
kinerjanya mengalami penurunan fungsi sehingga dapat berfungsi secara normal kembali.
10 / 41
www.hukumonline.com
(2) Perbaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup program dan kegiatan berkala/sewaktu yang
dilakukan terhadap:
a. sebagian komponen teknis sarana dan prasarana SPAM terbangun; atau
b. keseluruhan komponen teknis sarana dan prasarana SPAM terbangun.
(3) Perbaikan sebagian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dapat dilakukan di unit air baku, unit
produksi, unit transmisi, unit distribusi, atau unit pelayanan.
(4) Perbaikan keseluruhan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan di unit air baku, unit
produksi, unit transmisi, unit distribusi, dan unit pelayanan.
Pasal 29
(1) Perbaikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 dapat mengakibatkan penghentian sementara
pelayanan Air Minum kepada masyarakat oleh penyelenggara SPAM.
(2) Penghentian sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat dilakukan terhadap seluruh
pelayanan Air Minum kepada masyarakat.
(3) Dalam hal perbaikan mengakibatkan penghentian pelayanan Air Minum, penyelenggara SPAM harus
melakukan pemberitahuan terlebih dahulu kepada masyarakat.
Pasal 30
(1) Pengembangan sumber daya manusia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf c dilakukan melalui
program peningkatan kinerja sumber daya manusia untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang
kompeten di bidang Penyelenggaraan SPAM.
(2) Pengembangan sumber daya manusia dilakukan oleh Pemerintah Pusat dan/atau penyelenggara SPAM
dengan memperhatikan tahapan manajemen sumber daya manusia.
Pasal 31
(1) Pengembangan kelembagaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf d dilaksanakan berdasarkan
prinsip tata kelola kelembagaan yang baik.
(2) Pengembangan kelembagaan dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan/atau
penyelenggara SPAM sesuai dengan kewenangannya.
Pasal 32
Ketentuan lebih lanjut mengenai Penyelenggaraan SPAM diatur dengan Peraturan Menteri.
BAB IV
PENCEGAHAN TERHADAP PENCEMARAN AIR
Pasal 33
(1) Penyelenggaraan SPAM harus dilaksanakan secara terpadu dengan penyelenggaraan sanitasi untuk
mencegah pencemaran Air Baku dan menjamin keberlanjutan fungsi penyediaan Air Minum.
11 / 41
www.hukumonline.com
Pasal 34
(1) Penyelenggaraan SPAL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (2) huruf a meliputi pengelolaan:
a. air limbah domestik; dan
b. air limbah nondomestik.
(2) Ketentuan mengenai penyelenggaraan SPAL untuk pengelolaan air limbah domestik sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a diatur dengan Peraturan Menteri.
(3) Ketentuan mengenai penyelenggaraan SPAL untuk pengelolaan air limbah nondomestik sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b diatur dengan peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintah di bidang lingkungan hidup.
Pasal 35
Pengelolaan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (2) huruf b dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB V
WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 36
(1) Penyelenggaraan SPAM menjadi tanggung jawab Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah sesuai
dengan kewenangannya guna memenuhi kehidupan yang sehat, bersih, dan produktif sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Dalam rangka melaksanakan Penyelenggaraan SPAM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk
BUMN dan/atau BUMD oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya.
(3) Dalam hal Penyelenggaraan SPAM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di luar jangkauan pelayanan
BUMN dan/atau BUMD, maka Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah dapat membentuk UPT atau
UPTD sesuai dengan kewenangannya.
(4) Pembentukan UPT atau UPTD sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(5) Dalam rangka efisiensi dan efektivitas Penyelenggaraan SPAM, Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah dapat melakukan kerjasama.
12 / 41
www.hukumonline.com
Pasal 37
(1) Dalam rangka peningkatan Penyelenggaraan SPAM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (2),
Presiden membentuk lembaga yang menangani peningkatan penyelenggaraan SPAM.
(2) Ketentuan mengenai pembentukan, struktur organisasi, tugas dan fungsi, serta tata kerja badan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Presiden.
Bagian Kedua
Wewenang dan Tanggung Jawab Pemerintah Pusat
Pasal 38
Wewenang dan tanggung jawab Pemerintah Pusat dalam Penyelenggaraan SPAM meliputi:
a. menyusun dan menetapkan Kebijakan dan Strategi Nasional Penyelenggaraan SPAM;
b. menyusun dan menetapkan Rencana Induk SPAM Lintas Provinsi;
c. menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria;
d. melaksanakan Penyelenggaraan SPAM yang bersifat khusus, kepentingan strategis nasional, dan lintas
provinsi;
e. membentuk BUMN dan/atau UPT;
f. memberikan izin kepada Badan Usaha untuk melakukan Penyelenggaraan SPAM;
g. memberikan pembinaan dan pengawasan kepada Pemerintah Daerah;
h. menjamin ketersediaan Air Baku untuk Penyelenggaraan SPAM lintas provinsi;
i. melakukan kerja sama dengan Pemerintah Daerah; dan
j. melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap BUMN dan UPT.
Bagian Ketiga
Wewenang dan Tanggung Jawab Pemerintah Provinsi
Pasal 39
Wewenang dan tanggung jawab Pemerintah Provinsi dalam Penyelenggaraan SPAM meliputi:
a. menyusun dan menetapkan Kebijakan dan Strategi Provinsi Penyelenggaraan SPAM;
b. menyusun dan menetapkan Rencana Induk SPAM Lintas Kabupaten/Kota;
c. melaksanakan Penyelenggaraan SPAM yang bersifat khusus, kepentingan strategis provinsi, dan lintas
kabupaten/kota;
d. membentuk BUMD dan/atau UPTD provinsi;
e. memberikan izin kepada Badan Usaha untuk melakukan Penyelenggaraan SPAM;
f. melakukan pemantauan dan evaluasi Penyelenggaraan SPAM pada kabupaten/kota di wilayahnya;
13 / 41
www.hukumonline.com
g. menyampaikan laporan hasil pemantauan dan evaluasi Penyelenggaraan SPAM kepada Pemerintah
Pusat;
h. melakukan pembinaan dan pengawasan kepada pemerintah kabupaten/kota;
i. menjamin ketersediaan Air Baku untuk Penyelenggaraan SPAM lintas kabupaten/kota; dan
j. melakukan kerja sama dengan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah lain.
Bagian Keempat
Wewenang dan Tanggung Jawab Pemerintah Kabupaten/Kota
Pasal 40
Wewenang dan tanggung jawab pemerintah kabupaten/kota dalam Penyelenggaraan SPAM meliputi:
a. menyusun dan menetapkan Kebijakan dan Strategi Kabupaten/Kota Penyelenggaraan SPAM;
b. menyusun dan menetapkan Rencana Induk SPAM Kabupaten/Kota;
c. melaksanakan Penyelenggaraan SPAM di wilayahnya;
d. membentuk BUMD dan/atau UPTD;
e. melakukan pencatatan laporan yang disampaikan oleh Kelompok Masyarakat;
f. memberikan izin kepada Badan Usaha untuk melakukan Penyelenggaraan SPAM;
g. melakukan pembinaan dan pengawasan kepada pemerintah desa dan Kelompok Masyarakat di
wilayahnya dalam Penyelenggaraan SPAM;
h. melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap Penyelenggaraan SPAM di wilayahnya;
i. menyampaikan laporan hasil pemantauan dan evaluasi Penyelenggaraan SPAM kepada pemerintah
provinsi;
j. menjamin ketersediaan Air Baku untuk Penyelenggaraan SPAM di wilayahnya; dan
k. melakukan kerja sama dengan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah lain.
Bagian Kelima
Wewenang dan Tanggung Jawab Pemerintah Desa
Pasal 41
Wewenang dan tanggung jawab pemerintah desa meliputi:
a. melakukan dukungan terhadap pembinaan dan pengawasan Penyelenggaraan SPAM di tingkat Kelompok
Masyarakat;
b. memfasilitasi pelaporan Kelompok Masyarakat kepada pemerintah kabupaten/kota; dan
c. menyampaikan laporan Penyelenggaraan SPAM di wilayahnya kepada pemerintah kabupaten/kota.
BAB VI
14 / 41
www.hukumonline.com
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 42
(1) Penyelenggaraan SPAM dilaksanakan oleh:
a. BUMN/BUMD;
b. UPT/UPTD;
c. Kelompok Masyarakat; dan/atau
d. Badan Usaha.
(2) Penyelenggaraan SPAM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dapat bekerjasama dengan badan
usaha swasta.
Bagian Kedua
Pelaksanaan Penyelenggaraan SPAM oleh BUMN/BUMD
Pasal 43
(1) Pelaksanaan penyelenggaraan SPAM oleh BUMN/BUMD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat
(1) huruf a dilakukan melalui kegiatan:
a. Pengembangan SPAM dan Pengelolaan SPAM;
b. pemantauan dan evaluasi terhadap pelayanan Air Minum yang dilaksanakannya;
c. penyusunan prosedur operasional standar Pengembangan SPAM dan Pengelolaan SPAM;
d. pembuatan laporan Pengembangan SPAM dan Pengelolaan SPAM secara transparan dan
akuntabel;
e. penyampaian laporan Pengembangan SPAM dan Pengelolaan SPAM kepada Pemerintah Pusat
dan/atau Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya; dan
f. peningkatan sumber daya manusia sesuai dengan standar kompetensi Pengembangan SPAM dan
Pengelolaan SPAM.
(2) Dalam pelaksanaan Penyelenggaraan SPAM sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BUMN/BUMD
menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik.
(3) Ketentuan mengenai prosedur operasional standar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c diatur
dengan Peraturan Menteri.
(4) Ketentuan mengenai peningkatan sumber daya manusia sesuai dengan standar kompetensi
Pengembangan SPAM dan Pengelolaan SPAM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f diatur
dengan Peraturan Menteri.
Pasal 44
15 / 41
www.hukumonline.com
Pasal 45
Dalam pelaksanaan Penyelenggaraan SPAM, BUMN dan BUMD berkewajiban untuk:
a. menjamin pelayanan Air Minum yang memenuhi syarat kualitas, kuantitas, dan kontinuitas sesuai dengan
standar yang ditetapkan;
b. mengoperasikan sarana dan memberikan pelayanan kepada pelanggan yang telah memenuhi syarat,
kecuali dalam keadaan memaksa/kahar;
c. memberikan informasi yang diperlukan kepada semua pihak yang berkepentingan atas kejadian atau
keadaan yang bersifat khusus dan berpotensi menyebabkan perubahan atas kualitas, kuantitas, dan
kontinuitas pelayanan;
d. memberikan informasi berupa laporan mengenai pelaksanaan pelayanan;
e. menyiapkan sarana pengaduan bagi pelanggan dan masyarakat; dan
f. berperan serta pada upaya perlindungan dan pelestarian sumber daya air dalam rangka konservasi fungsi
lingkungan hidup.
Bagian Ketiga
Pelaksanaan Penyelenggaraan SPAM oleh UPT dan UPTD
Pasal 46
(1) Pelaksanaan Penyelenggaraan SPAM oleh UPT dan UPTD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat
(1) huruf b dilakukan untuk memberikan pelayanan Air Minum kepada masyarakat yang berada di luar
jangkauan pelayanan BUMN/BUMD.
(2) Pelaksanaan Penyelenggaraan SPAM oleh UPT/UPTD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
melalui kegiatan:
a. Pengembangan SPAM dan Pengelolaan SPAM;
b. pemantauan dan evaluasi terhadap pelayanan Air Minum yang dilaksanakannya;
c. penyusunan prosedur operasional standar Pengembangan SPAM dan Pengelolaan SPAM;
d. pembuatan laporan Pengembangan SPAM dan Pengelolaan SPAM secara transparan dan
akuntabel;
e. penyampaian laporan Pengembangan SPAM dan Pengelolaan SPAM kepada Pemerintah Pusat
dan/atau Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya; dan
16 / 41
www.hukumonline.com
f. peningkatan sumber daya manusia sesuai dengan standar kompetensi Pengembangan SPAM dan
Pengelolaan SPAM.
(3) Ketentuan mengenai prosedur operasional standar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c diatur
dengan Peraturan Menteri.
(4) Ketentuan mengenai peningkatan sumber daya manusia sesuai dengan standar kompetensi
Pengembangan SPAM dan Pengelolaan SPAM sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf f diatur
dengan Peraturan Menteri.
Pasal 47
Dalam pelaksanaan Penyelenggaraan SPAM, UPT dan UPTD berhak:
a. menerima pembayaran jasa pelayanan sesuai dengan tarif atau retribusi;
b. menetapkan dan mengenakan denda terhadap keterlambatan pembayaran tagihan;
c. memperoleh kuantitas Air Baku secara kontinu sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam izin yang
telah dimiliki;
d. memutus sambungan langsung kepada pelanggan yang tidak memenuhi kewajibannya; dan
e. menggugat masyarakat atau organisasi yang melakukan kegiatan yang mengakibatkan kerusakan sarana
dan prasarana SPAM.
Pasal 48
Dalam pelaksanaan Penyelenggaraan SPAM, UPT dan UPTD berkewajiban untuk:
a. menjamin pelayanan Air Minum yang memenuhi syarat kualitas, kuantitas, dan kontinuitas sesuai dengan
standar yang ditetapkan;
b. mengoperasikan sarana dan memberikan pelayanan Air Minum kepada pelanggan yang telah memenuhi
syarat, kecuali dalam keadaan memaksa/kahar;
c. memberikan informasi yang diperlukan kepada semua pihak yang berkepentingan atas kejadian atau
keadaan yang bersifat khusus dan berpotensi menyebabkan perubahan atas kualitas, kuantitas, dan
kontinuitas pelayanan Air Minum;
d. memberikan laporan mengenai pelaksanaan pelayanan Air Minum kepada Pemerintah Pusat atau
Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya;
e. menyiapkan sarana pengaduan bagi pelanggan dan masyarakat; dan
f. berperan serta pada upaya perlindungan dan pelestarian sumber daya air dalam rangka konservasi fungsi
lingkungan hidup.
Bagian Keempat
Pelaksanaan Penyelenggaraan SPAM oleh Kelompok Masyarakat
Pasal 49
(1) Pelaksanaan Penyelenggaraan SPAM oleh Kelompok Masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal
42 ayat (1) huruf c dilakukan untuk memberikan pelayanan Air Minum kepada masyarakat yang berada di
17 / 41
www.hukumonline.com
Pasal 50
Pemenuhan Kebutuhan Pokok Air Minum Sehari-hari untuk Kelompok Masyarakat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 49 yang memerlukan air dalam jumlah besar atau yang mengubah kondisi alami sumber air,
Kelompok Masyarakat wajib memperoleh izin sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 51
Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan Penyelenggaraan SPAM oleh Kelompok Masyarakat diatur
dengan Peraturan Menteri.
Bagian Kelima
Pelaksanaan SPAM oleh Badan Usaha
Pasal 52
(1) Badan Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (1) huruf d dapat melakukan
Penyelenggaraan SPAM untuk memenuhi kebutuhan sendiri pada kawasan yang belum terjangkau
pelayanan Air Minum oleh BUMN, BUMD, UPT, dan UPTD.
(2) Penyelenggaraan SPAM untuk memenuhi kebutuhan sendiri sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan untuk:
a. memenuhi Kebutuhan Pokok Air Minum Sehari-hari; dan
b. tidak melayani masyarakat umum.
(3) Dalam pelaksanaan Penyelenggaraan SPAM untuk memenuhi kebutuhan sendiri oleh badan usaha
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berlaku ketentuan:
a. izin Penyelenggaraan SPAM untuk kebutuhan sendiri dimiliki oleh Badan Usaha sebagaimana
dimaksud pada ayat (1);
b. tarif ditetapkan oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya
dengan memperhatikan kemampuan daya beli masyarakat/pelanggan; dan
c. pengawasan dilakukan oleh Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah dalam hal kualitas,
kuantitas, dan kontinuitas sesuai dengan kewenangannya.
18 / 41
www.hukumonline.com
(4) Dalam melakukan Penyelenggaraan SPAM untuk memenuhi kebutuhan sendiri sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), badan usaha wajib menjaga kelestarian sumber Air Baku.
(5) Badan Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berhak mendapatkan perlindungan atas pelaksanaan
Penyelenggaraan SPAM dari Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah.
(6) Penyelenggaraan SPAM untuk memenuhi kebutuhan sendiri oleh Badan Usaha sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) wajib dilakukan berdasarkan izin Penyelenggaraan SPAM dari Menteri, gubernur,
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan Penyelenggaraan SPAM untuk memenuhi kebutuhan
sendiri oleh Badan Usaha diatur dengan Peraturan Menteri.
BAB VII
HAK DAN KEWAJIBAN PELANGGAN
Pasal 53
(1) Pelanggan berhak untuk:
a. memperoleh pelayanan Air Minum yang memenuhi syarat kualitas, kuantitas, dan kontinuitas
sesuai dengan standar yang ditetapkan; dan
b. mendapatkan informasi tentang:
1) struktur dan besaran tarif serta tagihan; dan
2) kejadian atau keadaan yang bersifat khusus dan berpotensi menyebabkan perubahan atas
kualitas, kuantitas, dan kontinuitas pelayanan.
(2) Pelanggan wajib:
a. membayar tagihan atas jasa pelayanan;
b. menghemat penggunaan Air Minum;
c. turut menjaga dan memelihara sarana dan prasarana SPAM; dan
d. mengikuti petunjuk dan prosedur yang telah ditetapkan oleh penyelenggara SPAM.
BAB VIII
PEMBIAYAAN, TARIF, RETRIBUSI, DAN IURAN
Bagian Kesatu
Pembiayaan
Pasal 54
(1) Pembiayaan Penyelenggaraan SPAM menjadi tanggung jawab Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah
Daerah sesuai dengan kewenangannya.
(2) Pembiayaan Penyelenggaraan SPAM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk membiayai
Pengembangan SPAM dan Pengelolaan SPAM.
19 / 41
www.hukumonline.com
Pasal 55
(1) Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya dapat memberikan
pinjaman, hibah, penerusan hibah, dan/atau melakukan penyertaan modal guna meningkatkan kinerja
pelayanan BUMN dan/atau BUMD dalam Penyelenggaraan SPAM.
(2) Dalam hal pendapatan yang diperoleh dari penjualan air tidak dapat memenuhi biaya operasi dan
pemeliharaan, Pemerintah Daerah harus memberikan subsidi dalam upaya perbaikan terhadap
Penyelenggaraan SPAM yang dilakukan oleh BUMD untuk tercapainya keseimbangan antara pendapatan
dengan biaya operasi dan pemeliharaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Pemberian pinjaman, hibah, dan/atau penyertaan modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 56
(1) Dalam hal BUMN atau BUMD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 ayat (3) huruf b tidak mampu
membiayai kebutuhan Penyelenggaraan SPAM dengan jaringan perpipaan di dalam maupun di luar
pelayanan wilayah BUMN atau BUMD, BUMN atau BUMD dapat melakukan kerjasama dengan badan
usaha swasta dengan prinsip tertentu.
(2) Prinsip tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi:
a. Surat Izin Pengambilan Air dimiliki oleh BUMN atau BUMD; dan
b. Penyelenggaraan SPAM yang dilakukan dengan kerjasama mengutamakan masyarakat
berpenghasilan rendah.
(3) Kerjasama dengan badan usaha swasta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat dilakukan
dalam bentuk:
a. investasi Pengembangan SPAM dan/atau Pengelolaan SPAM terhadap unit Air Baku dan unit
produksi;
b. investasi unit distribusi yang selanjutnya dioperasikan dan dikelola oleh BUMN atau BUMD yang
bersangkutan; dan/atau
20 / 41
www.hukumonline.com
Bagian Kedua
Tarif, Retribusi, dan Iuran
Pasal 57
(1) Tarif Air Minum merupakan biaya jasa pelayanan Air Minum yang wajib dibayar oleh pelanggan untuk
setiap pemakaian Air Minum yang diberikan oleh BUMN, BUMD, dan UPT.
(2) Perhitungan dan penetapan tarif Air Minum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus didasarkan pada:
a. keterjangkauan dan keadilan;
b. mutu pelayanan;
c. pemulihan biaya;
d. efisiensi pemakaian air;
e. transparansi dan akuntabilitas; dan
f. perlindungan Air Baku.
(3) Komponen yang diperhitungkan dalam perhitungan tarif Air Minum meliputi:
a. biaya operasi dan pemeliharaan;
b. biaya depresiasi/amortisasi;
c. biaya bunga pinjaman;
d. biaya lain; dan/atau
e. keuntungan yang wajar.
(4) Tarif Air Minum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi beberapa kelompok pelanggan yang
dicantumkan dalam struktur tarif.
(5) Struktur tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (4) harus mengakomodir keterjangkauan masyarakat
yang berpenghasilan rendah untuk memenuhi Kebutuhan Pokok Air Minum Sehari-hari.
(6) BUMN, BUMD, dan UPT wajib menerapkan struktur tarif termasuk tarif progresif, dalam rangka
penerapan subsidi silang antar kelompok pelanggan dan mengupayakan penghematan penggunaan Air
Minum.
Pasal 58
(1) Tarif Air Minum untuk pelayanan yang diberikan oleh BUMN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 ayat
21 / 41
www.hukumonline.com
Pasal 59
Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian subsidi dari Pemerintah Daerah kepada BUMD sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 55 ayat (2), serta perhitungan dan penetapan tarif air minum sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 57 ayat (2) dan Pasal 58 diatur dengan Peraturan Menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang dalam negeri.
Pasal 60
(1) Dalam hal Penyelenggaraan SPAM dilaksanakan oleh UPTD, pelanggan dikenai pungutan daerah dalam
bentuk retribusi.
(2) Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan peraturan daerah.
Pasal 61
(1) Dalam hal Penyelenggaraan SPAM dilakukan oleh Kelompok Masyarakat, anggota Kelompok Masyarakat
dapat dikenakan iuran berdasarkan kesepakatan bersama.
(2) Pengelolaan iuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Kelompok Masyarakat yang
bersangkutan.
BAB IX
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Bagian Kesatu
Pembinaan
Pasal 62
(1) Menteri melakukan pembinaan terhadap Pemerintah Daerah dalam Penyelenggaraan SPAM, meliputi:
a. koordinasi dalam pemenuhan kebutuhan Air Minum;
b. proses penyusunan sampai dengan penetapan norma, standar, prosedur, dan kriteria;
c. bimbingan, supervisi, dan konsultasi;
22 / 41
www.hukumonline.com
Bagian Kedua
Pengawasan
Pasal 63
(1) Menteri melakukan pengawasan terhadap Penyelenggaraan SPAM yang dilakukan oleh BUMN dan UPT.
(2) Gubernur atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya melakukan pengawasan terhadap
Penyelenggaraan SPAM yang dilakukan oleh BUMD, UPTD, dan Kelompok Masyarakat.
(3) Pengawasan terhadap kualitas Air Minum hasil Penyelenggaraan SPAM yang dilakukan oleh BUMN,
BUMD, UPT, dan UPTD dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 64
(1) Pengawasan terhadap Penyelenggaraan SPAM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 dilakukan
dengan partisipasi masyarakat.
(2) Partisipasi masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan menyampaikan laporan
dan/atau pengaduan kepada Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.
(3) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya menindaklanjuti laporan dan/atau
pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada BUMN, BUMD, UPT, dan UPTD.
(4) BUMN, BUMD, UPT, dan UPTD harus menindaklanjuti laporan dan/atau pengaduan masyarakat
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan melaporkan pelaksanaan tindak lanjut kepada Menteri,
gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.
(5) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya mengawasi pelaksanaan tindak
lanjut terhadap laporan dan/atau pengaduan dari masyarakat yang dilakukan oleh BUMN, BUMD, UPT,
dan UPTD sebagaimana dimaksud pada ayat (4).
Pasal 65
Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan dan pengawasan Penyelenggaraan SPAM diatur dengan Peraturan
23 / 41
www.hukumonline.com
Menteri setelah berkoordinasi dengan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang dalam
negeri.
BAB X
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 66
(1) Pelaksanaan Penyelenggaraan SPAM oleh badan usaha swasta untuk kebutuhan sendiri yang telah
dilaksanakan sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini harus disesuaikan dengan Peraturan
Pemerintah ini sebelum masa berlaku Surat Izin Pengambilan Air berakhir.
(2) Pelaksanaan Penyelenggaraan SPAM yang dilakukan melalui mekanisme kerjasama antara Pemerintah
Daerah, Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah dengan badan usaha swasta yang telah
dilaksanakan sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini dinyatakan tetap berlaku sampai berakhirnya
perjanjian kerjasama.
BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 67
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan Di Jakarta,
Pada Tanggal 28 Desember 2015
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Ttd.
JOKO WIDODO
Diundangkan Di Jakarta,
Pada Tanggal 28 Desember 2015
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,
Ttd.
YASONNA H. LAOLY
24 / 41
www.hukumonline.com
PENJELASAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 122 TAHUN 2015
TENTANG
SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
I. UMUM
Pasal 28A Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa setiap
orang berhak untuk hidup serta berhak untuk mempertahankan hidup dan kehidupannya. Dalam rangka
memenuhi hak setiap warga negara untuk hidup serta untuk mempertahankan hidup, negara
berkewajiban untuk menjamin pemenuhan hak setiap warga negara, yang salah satunya adalah melalui
penyediaan Kebutuhan Pokok Air Minum Sehari-hari. Hal ini sejalan dengan ketentuan Pasal 33 ayat (2)
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa cabang-cabang
produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara
serta ketentuan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang
menyatakan bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara
dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Terkait dengan pengaturan Pengelolaan Sumber Daya Air, pada tanggal 18 Februari 2015, Mahkamah
Konstitusi mengeluarkan Putusan Nomor 85/PUU-XI/2013 atas gugatan pengujian materi yang kedua
terhadap Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. Putusan tersebut antara lain
menyatakan bahwa Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air dinyatakan tidak
berlaku dan tidak mempunyai kekuatan hukum serta untuk menghindari terjadinya kekosongan hukum,
berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi tersebut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang
Pengairan dinyatakan berlaku kembali. Sehubungan dengan dibatalkannya Undang-Undang Nomor 7
Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air maka sebagai konsekuensinya adalah peraturan pelaksanaan dari
Undang-Undang tersebut juga tidak memiliki kekuatan hukum mengikat, termasuk diantaranya adalah
Peraturan Pemerintah Nomor Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air
Minum. Untuk itu, perlu dibentuk pengaturan yang baru mengenai Sistem Penyediaan Air Minum yang
materi muatannya menyesuaikan dengan prinsip Pengelolaan Sumber Daya Air sebagaimana tertuang
dalam Putusan Mahkamah Konstitusi.
Berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi tersebut, dalam pertimbangan hukumnya dinyatakan bahwa
“sebagai kelanjutan hak menguasai oleh negara dan karena air merupakan sesuatu yang sangat
menguasai hajat hidup orang banyak maka prioritas utama yang diberikan pengusahaan atas air adalah
badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah”. Kegiatan Pengusahaan Sumber Daya Air oleh
badan usaha swasta tetap dapat dilakukan dengan persyaratan tertentu dan ketat. Terkait dengan hal
tersebut, pengaturan mengenai Sistem Penyediaan Air Minum seyogyanya membatasi penguasaan
penyelenggaraan SPAM yang dilakukan sepenuhnya oleh badan usaha swasta. Dengan demikian, agar
dalam Peraturan Pemerintah ini sejalan dengan Putusan MK sebagaimana tersebut di atas, diatur bahwa
Penyelenggaraan SPAM diprioritaskan pelaksanaannya kepada BUMN dan BUMD sebagai
penyelenggara SPAM. Dalam hal terdapat wilayah atau kawasan yang tidak terjangkau pelayanan SPAM
oleh BUMN dan BUMD tersebut maka pelaksanaan Penyelenggaraan SPAM tetap menjadi tanggung
jawab Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah dengan membentuk UPT atau UPTD untuk melayani
wilayah atau kawasan yang tidak terjangkau pelayanan BUMN dan BUMD. Apabila dalam suatu wilayah
tidak terdapat Penyelenggaraan SPAM baik oleh BUMN dan BUMD maupun UPT atau UPTD maka dapat
dilaksanakan Penyelenggaraan SPAM untuk memenuhi kebutuhan sendiri oleh Kelompok Masyarakat
dan Badan Usaha untuk Memenuhi Kebutuhan Sendiri.
Penyelenggaraan SPAM oleh BUMN dan BUMD dapat bekerjasama dengan badan usaha swasta apabila
25 / 41
www.hukumonline.com
BUMN atau BUMD tidak mampu membiayai kebutuhan Penyelenggaraan SPAM. Kerjasama antara
BUMN dan BUMD dengan badan usaha swasta dalam Penyelenggaraan SPAM tersebut hanya dapat
dilakukan dengan prinsip dan bentuk kerjasama tertentu. Prinsip tertentu, yaitu Surat Izin Pengambilan Air
dimiliki oleh BUMN atau BUMD dan kerjasama dalam Penyelenggaraan SPAM mengutamakan
masyarakat berpenghasilan rendah. Bentuk kerjasama tertentu, yaitu: investasi Pengembangan SPAM
dan/atau Pengelolaan SPAM terhadap unit Air Baku dan unit produksi; investasi unit distribusi yang
selanjutnya dioperasikan dan dikelola oleh BUMN atau BUMD yang bersangkutan; dan/atau investasi
teknologi pengoperasian dan pemeliharaan dalam rangka mengupayakan Penyelenggaraan SPAM yang
efektif dan efisien dengan mekanisme kontrak berbasis kinerja.
Penyelenggaraan SPAM dilaksanakan berdasarkan asas kelestarian, keseimbangan, kemanfaatan
umum, keterpaduan dan keserasian, keberlanjutan, keadilan, kemandirian, serta transparansi, dan
akuntabilitas. Asas kelestarian mengandung pengertian bahwa SPAM diselenggarakan dengan cara
menjaga kelestarian fungsi sumber daya air secara berkelanjutan. Asas keseimbangan mengandung
pengertian keseimbangan antara fungsi sosial, fungsi lingkungan hidup, dan fungsi ekonomi terutama
dalam memberikan akses kemudahan pada masyarakat golongan rendah (miskin). Asas kemanfaatan
umum mengandung pengertian bahwa SPAM dilaksanakan untuk memberikan manfaat sebesar-besarnya
bagi kepentingan umum secara efektif dan efisien. Asas keterpaduan dan keserasian mengandung
pengertian bahwa SPAM dilakukan secara terpadu dalam mewujudkan keserasian untuk berbagai
kepentingan dengan memperhatikan sifat alami air yang dinamis. Asas keadilan mengandung pengertian
bahwa SPAM dilakukan secara merata ke seluruh lapisan masyarakat di wilayah tanah air sehingga
setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama untuk berperan dan menikmati hasilnya
secara nyata. Asas kemandirian mengandung pengertian bahwa SPAM dilakukan dengan memperhatikan
kemampuan dan keunggulan sumber daya setempat, tidak dapat dipengaruhi pihak mana pun sehingga
bisa melaksanakan amanat pelayanan. Asas transparansi dan akuntabilitas mengandung pengertian
bahwa SPAM dilakukan secara terbuka dan dapat dipertanggunggugatkan.
Penyelenggaraan SPAM meliputi pengembangan SPAM dan pengelolaan SPAM yang pelaksanaannya
berlandaskan pada Kebijakan dan Strategi Penyelenggaraan SPAM dan Rencana Induk SPAM serta
wajib memenuhi Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang ditetapkan oleh Menteri. Pengembangan SPAM
meliputi pembangunan baru, peningkatan, dan perluasan. Sedangkan pengelolaan meliputi operasi dan
pemeliharaan, perbaikan, dan pengembangan sumber daya manusia. Penyelenggaraan SPAM harus
dilaksanakan secara terpadu dengan penyelenggaraan sanitasi untuk mencegah pencemaran Air Baku
dan menjamin keberlanjutan fungsi penyediaan Air Minum. Penyelenggaraan sanitasi meliputi
penyelenggaraan SPAL dan pengelolaan sampah.
Pembinaan dan Pengawasan oleh negara terhadap penyelenggaraan SPAM bersifat mutlak. Pemerintah
Pusat dan/atau Pemerintah Daerah melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan
SPAM untuk menjamin pemenuhan kebutuhan pokok air minum sehari-hari bagi masyarakat. Menteri
melakukan pembinaan terhadap Pemerintah Daerah serta Pembinaan terhadap BUMN, BUMD, UPT,
UPTD, Kelompok Masyarakat dan Badan Usaha untuk memenuhi kebutuhan sendiri yang melaksanakan
Penyelenggaraan SPAM dilaksanakan oleh Menteri, gubernur, dan/atau bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya. Dalam hal BUMN atau BUMD tidak mampu memenuhi kinerja yang ditetapkan, Menteri,
gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya dapat mengambil alih tanggung jawab
pengelolaan sementara dengan menunjuk unit pengelola Penyelenggaraan SPAM.
Pengawasan terhadap Penyelenggaraan SPAM oleh Menteri, gubernur, dan bupati/walikota sesuai
dengan kewenangannya. Menteri melakukan pengawasan Penyelenggaraan SPAM yang dilakukan oleh
BUMN dan UPT. Pemerintah Daerah melakukan pengawasan terhadap Penyelenggaraan SPAM yang
dilakukan oleh BUMD, UPTD, dan Kelompok Masyarakat. Pengawasan terhadap Penyelenggaraan SPAM
oleh Menteri, gubernur, dan bupati/walikota dilaksanakan dengan melibatkan partisipasi masyarakat.
26 / 41
www.hukumonline.com
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “Sistem pemompaan” adalah mencakup seperangkat/beberapa peralatan pompa
dan kelengkapannya yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas
mekanisme dalam pengambilan air baku.
Pasal 6
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “memperhatikan keperluan konservasi” adalah bahwa penggunaan air tanah
untuk air baku tidak dibenarkan dalam jumlah yang melebihi kemampuan alam mengisinya kembali
(natural recharge).
Yang dimaksud dengan “memperhatikan pencegahan kerusakan lingkungan” adalah bahwa dalam hal
keadaan yang memaksa, apabila diperkirakan terjadi pengambilan air tanah untuk air baku melebihi
kemampuan natural recharge, maka harus dilakukan pengisian air tanah dengan air bersih (refill)
sehingga dapat dijamin tidak terjadinya kerusakan lingkungan berupa penurunan muka air tanah asli
(muka air tanah pada waktu air tanah belum dimanfaatkan). Penurunan muka air tanah dapat
menyebabkan kerusakan lingkungan yang tidak mungkin bisa diperbaiki, yaitu antara lain: intrusi air laut
ke dalam air tanah dan turunnya permukaan tanah.
Ayat (3)
Cukup jelas.
27 / 41
www.hukumonline.com
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “secara gravitasi” adalah dilakukan tanpa peralatan pompa dengan
memanfaatkan gaya gravitasi.
Pasal 9
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “titik pengambilan air” adalah lokasi pengambilan Air Minum yang disediakan
untuk pelanggan atau masyarakat untuk kepentingan umum dan tertentu.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
28 / 41
www.hukumonline.com
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
29 / 41
www.hukumonline.com
Huruf a
Yang dimaksud dengan “kebutuhan pengembangan” adalah kebutuhan pengembangan SPAM
yang terdapat dalam rencana induk SPAM.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “kapasitas terpasang” adalah kapasitas Air Minum yang dihasilkan oleh unit
produksi.
Yang dimaksud dengan “sudah dimanfaatkan secara optimal” adalah pemanfaatan kapasitas
terpasang sudah mencapai 80% (delapan puluh persen).
Huruf c
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “unit kerja” adalah unit yang ditugaskan untuk melaksanakan operasi dan
pemeliharaan SPAM pada BUMN, BUMD, UPT, UPTD, Kelompok Masyarakat, dan Badan Usaha
untuk memenuhi kebutuhan sendiri.
Huruf b
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas.
30 / 41
www.hukumonline.com
Pasal 29
Cukup jelas.
Pasal 30
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “manajemen sumber daya manusia” adalah sistem pengelolaan sumber daya
manusia yang mencakup: penerimaan, pelatihan, penempatan, promosi dan mutasi, dan pemberhentian
pegawai.
Pasal 31
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “tata kelola kelembagaan yang baik” adalah mengikuti prinsip tata laksana
pemerintahan yang baik untuk UPT, UPTD, dan Kelompok Masyarakat atau mengikuti prinsip tata kelola
perusahaan yang baik bagi BUMN, BUMD, dan Badan Usaha untuk pengembangan kelembagaan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 32
Cukup jelas.
Pasal 33
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “penyusunan rencana induk” adalah penyusunan rencana induk SPAM, rencana
induk SPAL, dan rencana induk pengelolaan sampah.
Pasal 34
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “Air limbah domestik” adalah air limbah yang berasal dari usaha dan/atau
kegiatan pemukiman, rumah makan, perkantoran, perniagaan, apartemen, dan asrama.
Huruf b
31 / 41
www.hukumonline.com
Yang dimaksud dengan “Air limbah nondomestik” adalah air limbah yang berasal dari industri,
pertanian dan peternakan, perikanan, pertambangan, atau yang bukan berasal dari air limbah
domestik.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 35
Cukup jelas.
Pasal 36
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Yang dimaksud dengan “efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan SPAM” adalah penyelenggaraan SPAM
dapat lebih efisien dan efektif dari sisi teknis dan ekonomis apabila dilakukan dengan kerja sama antar
daerah, misalnya pemanfaatan Air Baku melalui Penyelenggaraan SPAM regional untuk pelayanan Air
Minum lintas daerah menjadi lebih efektif dan efisien.
Pasal 37
Ayat (1)
Pembentukan badan ini merupakan revitalisasi Badan Pendukung Pengembangan Sistem Penyediaan Air
Minum yang sebelumnya dibentuk berdasarkan peraturan perundang-undangan di bidang sumber daya
air.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 38
Huruf a
Cukup jelas.
32 / 41
www.hukumonline.com
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “norma” adalah aturan atau ketentuan yang mengikat sebagai panduan dan
pengendali dalam melakukan sesuatu.
Yang dimaksud dengan “standar” adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan sebagai patokan
dalam melakukan kegiatan.
Yang dimaksud dengan “prosedur” adalah tahap dan mekanisme yang harus dilalui dan diikuti untuk
menyelesaikan sesuatu.
Yang dimaksud dengan “kriteria” adalah ukuran yang menjadi dasar penilaian atau penetapan sesuatu.
Huruf d
Yang dimaksud dengan “bersifat khusus” dapat meliputi penanganan bencana alam, kekeringan, kawasan
kumuh, wilayah perbatasan, pulau terluar, penunjang ekonomi kelautan, ekonomi khusus, dan inovasi
teknologi.
Yang dimaksud dengan “kepentingan strategis nasional” dalam ketentuan ini adalah penyelenggaraan
suatu urusan pemerintahan ditentukan berdasarkan pertimbangan dalam rangka menjaga keutuhan dan
kesatuan bangsa, menjaga kedaulatan Negara, implementasi hubungan luar negeri, pencapaian program
strategis nasional dan pertimbangan lain yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Cukup jelas.
Huruf i
Cukup jelas.
Huruf j
Cukup jelas.
Pasal 39
Cukup jelas.
Pasal 40
Huruf a
Cukup jelas.
33 / 41
www.hukumonline.com
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Yang dimaksud dengan “pencatatan laporan” adalah pendataan oleh Pemerintah Daerah kabupaten/kota
mengenai hasil laporan yang disusun oleh Kelompok Masyarakat yang melakukan Penyelenggaraan
SPAM untuk memenuhi kebutuhan sendiri, termasuk profil Kelompok Masyarakat tersebut. Data tersebut
dapat dimanfaatkan sebagai dasar informasi bagi Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah dalam
melakukan pendampingan dan dukungan pembiayaan.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Cukup jelas.
Huruf i
Cukup jelas.
Huruf j
Cukup jelas.
Huruf k
Cukup jelas.
Pasal 41
Cukup jelas.
Pasal 42
Cukup jelas.
Pasal 43
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
34 / 41
www.hukumonline.com
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Yang dimaksud dengan “kompetensi Pengembangan SPAM dan Pengelolaan SPAM” adalah
kemampuan kerja setiap individu yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap
kerja yang sesuai dengan standar dalam Pengembangan SPAM dan Pengelolaan SPAM.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 44
Cukup jelas.
Pasal 45
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan ”keadaan memaksa/kahar” atau force majeure adalah keadaan yang terjadi diluar
kehendak para pihak dan tidak dapat diperkirakan sebelumnya, sehingga kewajiban yang ditentukan
dalam kontrak menjadi tidak dapat dipenuhi, misalnya: banjir yang mengakibatkan terjadinya kebocoran
pipa atau terendamnya unit produksi.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
35 / 41
www.hukumonline.com
Cukup jelas.
Pasal 46
Cukup jelas.
Pasal 47
Cukup jelas.
Pasal 48
Cukup jelas.
Pasal 49
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan “perlindungan atas pelaksanaan Penyelenggaraan SPAM” adalah termasuk
perlindungan atas aset sarana dan prasarana SPAM.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 50
Cukup jelas.
Pasal 51
Cukup jelas.
Pasal 52
Ayat (1)
Cukup jelas.
36 / 41
www.hukumonline.com
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Yang dimaksud dengan “perlindungan atas pelaksanaan Penyelenggaraan SPAM” adalah termasuk
perlindungan atas aset sarana dan prasarana SPAM.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Pasal 53
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan ”informasi tentang struktur dan besaran tarif serta tagihan” adalah informasi
tentang pengelompokan dan penggolongan besaran tarif yang dikenakan kepada pelanggan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 54
Cukup jelas.
Pasal 55
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan”subsidi” adalah alokasi anggaran yang diberikan dari Pemerintah Daerah kepada
BUMD yang bertujuan untuk membantu biaya produksi air minum agar harga jual produksi yang
dihasilkan dapat terjangkau oleh masyarakat banyak.
Ayat (3)
Cukup jelas.
37 / 41
www.hukumonline.com
Pasal 56
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Yang dimaksud dengan “memberikan dukungan yang diperlukan” adalah Pemerintah Pusat dan/atau
Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya dapat memberikan dukungan kepada BUMN atau
BUMD, antara lain: jaminan terhadap besaran tarif yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat atau
Pemerintah Daerah.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 57
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Yang dimaksud dengan “tarif progresif” adalah tarif yang terdapat dalam struktur tarif dan dikenakan bila
pemakaian Air Minum melebihi batas Kebutuhan Pokok Air Minum Sehari-hari yang ditetapkan
penyelenggara SPAM.
Pasal 58
Cukup jelas.
38 / 41
www.hukumonline.com
Pasal 59
Cukup jelas.
Pasal 60
Cukup jelas.
Pasal 61
Cukup jelas.
Pasal 62
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “koordinasi” adalah proses kegiatan untuk memastikan dan menjamin
bahwa tujuan dan sasaran serta tugas Penyelenggaraan SPAM di daerah akan dan telah
terlaksana dengan baik sesuai dengan rencana, kebijakan, instruksi, dan ketentuan yang telah
ditetapkan, misalnya: melakukan Focus Group Discussion (FGD) kebijakan pengembangan SPAM
nasional di lintas daerah atau antar Kementerian/Lembaga Nonkementerian.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “proses penyusunan sampai dengan penetapan” adalah proses kegiatan
yang dilakukan melalui: penyediaan produk Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria (NSPK) di
tingkat pusat; sosialisasi dan diseminasi produk NSPK Nasional; konsultasi substansi rancangan
NSPK daerah; serta pendampingan penyusunan hingga ditetapkannya NSPK daerah yang sejalan
dengan kebijakan nasional di tingkat pusat maupun lintas daerah.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “bimbingan” adalah petunjuk atau penjelasan mengenai cara untuk
mengerjakan kegiatan atau hal terkait Penyelenggaraan SPAM, misalnya: workshop Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Prosedur Operasi Standar (SKKNI POS) Pengelolaan SPAM
kepada pejabat daerah pembina Penyelenggaraan SPAM.
Yang dimaksud dengan “supervisi” adalah pengawasan dalam rangka mengarahkan pelaksanaan
suatu kegiatan terkait Penyelenggaraan SPAM di daerah agar pelaksanaan sesuai dengan
perencanaan yang telah ditetapkan sesuai dengan kebijakan nasional.
Yang dimaksud dengan “konsultasi” adalah diskusi, pemberian saran, dan pertimbangan mengenai
suatu hal atau kegiatan terkait Penyelenggaraan SPAM, misalnya: konsultasi substansi
penyusunan perjanjian kerjasama antara pemerintah kabupaten/kota atau pemerintah provinsi
dengan badan usaha swasta tentang investasi unit air baku, unit produksi, unit distribusi, dan/atau
unit pelayanan.
Huruf d
Yang dimaksud dengan “bantuan teknis” adalah dukungan bersifat teknis yang diberikan oleh
Menteri kepada gubernur dan/atau bupati/walikota untuk meningkatkan efisiensi kinerja operasional
produksi air minum yang dilaksanakan oleh BUMN/BUMD sesuai dengan hasil evaluasi, misalnya:
analisa kebutuhan dan percontohan pemberian bantuan peralatan pada BUMN/BUMD tertentu.
39 / 41
www.hukumonline.com
Yang dimaksud dengan “bantuan program” adalah dukungan Menteri kepada gubernur dan/atau
bupati/walikota dalam rangka program Penyelenggaraan SPAM yang tercantum dalam kebijakan
strategis dan rencana induk dalam rangka pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM),
misalnya: bantuan peralatan dan pelatihan tenaga teknis operator dalam penyediaan SPAM
jaringan perpipaan di wilayah terpencil, pulau-pulau terluar, dan permukiman kumuh yang berada di
luar jangkauan unit pelayanan penyelenggara SPAM.
Huruf e
Yang dimaksud dengan “pendidikan dan pelatihan” antara lain serangkaian kegiatan identifikasi dan
pemetaan tenaga teknis pembina Pengelolaan SPAM di daerah, sinkronisasi database tenaga
Pengelolaan SPAM pusat dan daerah yang memenuhi standardisasi kompetensi, serta koordinasi
penyelenggaraan pendidikan kompetensi keahlian serta pelatihan tenaga pembina Pengelolaan
SPAM.
Ayat (2)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “pendampingan penerapan” adalah upaya terus menerus dan sistematis
dalam mendampingi penerapan NSPK nasional/daerah dalam Penyelenggaraan SPAM yang
dilakukan oleh BUMN, BUMD, UPT, UPTD, Kelompok Masyarakat, dan Badan Usaha melalui
proses timbal balik yang bermakna pembinaan, pengajaran, dan pengarahan dengan
mengutamakan kebersamaan dan kesejajaran antara pendampingan dan yang didampingi.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “bimbingan” adalah petunjuk atau penjelasan mengenai cara untuk
mengerjakan kegiatan atau hal terkait Penyelenggaraan SPAM yang dilakukan oleh BUMN, BUMD,
UPT, UPTD, Kelompok Masyarakat, dan Badan Usaha, misalnya: seminar penyusunan POS
Pengelolaan SPAM kepada Direktur Perusahaan Daerah Air Minum terkait Penyelenggaraan
SPAM.
Yang dimaksud dengan “supervisi” adalah pengawasan dalam rangka mengarahkan pelaksanaan
suatu kegiatan terkait Penyelenggaraan SPAM yang dilakukan oleh BUMN, BUMD, UPT, UPTD,
Kelompok Masyarakat, dan Badan Usaha agar memenuhi prinsip penyediaan air minum dan sesuai
dengan Standar Pelayanan Minimal yang ditetapkan.
Yang dimaksud dengan “konsultasi” adalah diskusi, pemberian saran, dan pertimbangan mengenai
suatu hal atau kegiatan kepada BUMN, BUMD, UPT, UPTD, Kelompok Masyarakat, dan Badan
Usaha, misalnya: konsultasi sengketa atau pengaduan pelayanan Perusahaan Daerah Air Minum
dan penyelesaian perselisihan sebelum diajukan gugatan perwakilan.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “bantuan teknis” adalah dukungan bersifat teknis yang diberikan oleh
Menteri, gubernur, dan/atau bupati/walikota kepada BUMN, BUMD, UPT, UPTD, Kelompok
Masyarakat, dan Badan Usaha dalam melaksanakan Standar Pelayanan Minimal serta memenuhi
prinsip tata kelola perusahaan yang baik. Bantuan teknis diberikan dalam bentuk fisik dan non-fisik,
misalnya: melalui penyusunan rencana aksi dan pelaksanaan pengoperasian peralatan yang lebih
efektif dan efisien.
Yang dimaksud dengan “bantuan program” adalah dukungan oleh Menteri, gubernur, dan/atau
bupati/walikota kepada BUMN, BUMD, UPT, UPTD, Kelompok Masyarakat, dan Badan Usaha
untuk memenuhi kebutuhan sendiri yang dibutuhkan dalam peningkatan kinerja pelayanan
penyediaan Air Minum sesuai dengan rencana kerja Pemerintah atau Pemerintah Daerah,
misalnya: bantuan peralatan serta pelatihan tenaga teknis operator untuk sistem pelayanan yang
lebih efisien dan efektif.
40 / 41
www.hukumonline.com
Huruf d
Yang dimaksud dengan “pendidikan dan pelatihan” antara lain serangkaian kegiatan identifikasi dan
pemetaan tenaga Pengelolaan SPAM, pemetaan kebutuhan kompetensi tenaga Pengelolaan
SPAM, penyusunan modul, penetapan target pendidikan dan pelatihan, pencatatan database
tenaga pengelolaan SPAM yang memenuhi kriteria kompetensi, penyelenggaraan pendidikan
kompetensi keahlian serta pelatihan teknis operasional Pengelolaan SPAM. Pendidikan dan
pelatihan ditujukan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia Pengelolaan SPAM pada
BUMN, BUMD, UPT, UPTD, Kelompok Masyarakat, dan Badan Usaha untuk memenuhi kebutuhan
sendiri.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “tidak mampu memenuhi kinerja yang ditetapkan” adalah ketidakmampuan
pemenuhan Standar Pelayanan Minimal kepada pelanggan BUMN/BUMD yang ditetapkan oleh
Pemerintah/Pemerintah Daerah berdasarkan hasil evaluasi kinerja dan audit sesuai dengan
kewenangannya.
Pasal 63
Cukup jelas.
Pasal 64
Cukup jelas.
Pasal 65
Cukup jelas.
Pasal 66
Cukup jelas.
Pasal 67
Cukup jelas.
41 / 41
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 27/PRT/M/2016
TENTANG
PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN
PERUMAHAN RAKYAT TENTANG PENYELENGGARAAN
SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Bagian Kesatu
Pengertian
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Air Baku untuk Air Minum Rumah Tangga, yang
selanjutnya disebut Air Baku adalah air yang berasal dari
sumber air permukaan, air tanah, air hujan dan air laut
yang memenuhi baku mutu tertentu sebagai Air Baku
untuk Air Minum.
Bagian Kedua
Maksud dan Tujuan
Pasal 2
(1) Peraturan Menteri ini dimaksudkan sebagai pedoman
bagi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan
Penyelenggara dalam menyediakan Air Minum melalui
SPAM sesuai dengan Proses Dasar Manajemen
Penyelenggaraan SPAM.
(2) Peraturan Menteri ini bertujuan untuk menyediakan
pelayanan Air Minum dalam rangka menjamin hak rakyat
atas Air Minum, terwujudnya pengelolaan dan pelayanan
air minum yang berkualitas dengan harga yang
terjangkau, tercapainya kepentingan yang seimbang
antara Pelanggan dan Penyelenggara, tercapainya
Bagian Ketiga
Ruang Lingkup
Pasal 3
Ruang Lingkup Peraturan Menteri ini meliputi:
a. Landasan Penyelenggaraan SPAM;
b. SPAM JP dan SPAM BJP;
c. Pelaksanaan Penyelenggaraan SPAM; dan
d. Pembinaan dan Pengawasan.
BAB II
LANDASAN PENYELENGGARAAN SPAM
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 4
(1) Penyelenggaraan SPAM meliputi:
a. Pengembangan SPAM; dan
b. Pengelolaan SPAM.
(2) Penyelenggaraan SPAM sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilaksanakan mengikuti proses dasar manajemen
yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan.
(3) Penyelenggaraan SPAM sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dituangkan dalam landasan Penyelenggaraan SPAM
yang mengikuti prinsip penyelenggaraan SPAM.
(4) Prinsip Penyelenggaraan SPAM sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) terdiri atas:
a. pembangunan berkelanjutan;
b. tata kelola pemerintahan yang baik dan/atau tata
kelola perusahaan yang baik.
Pasal 5
(1) Landasan Penyelenggaraan SPAM sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (1) terdiri atas:
a. Kebijakan dan Strategi SPAM; dan
b. Rencana Induk SPAM.
(2) Kebijakan dan Strategi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a, terdiri atas:
a. KSNP SPAM;
b. Jakstra SPAM Provinsi; dan
c. Jakstra SPAM Kabupaten/Kota
(3) Rencana Induk SPAM sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b terdiri atas:
a. Rencana Induk SPAM Lintas Provinsi;
b. Rencana Induk SPAM Lintas Kabupaten/Kota; dan
c. Rencana Induk SPAM Kabupaten/Kota.
(4) Rencana Induk SPAM Lintas Kabupaten/Kota
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b dan/atau
Rencana Induk SPAM Kabupaten/Kota sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf c yang di dalam lingkup
rencananya bersinggungan atau menjadi kewenangan
Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Provinsi,
Rencana Induk SPAM Lintas Kabupaten/Kota dan/atau
Rencana Induk SPAM Kabupaten/Kota dimaksud
mendapatkan persetujuan Menteri dan/atau gubernur
sesuai dengan kewenangannya.
(5) Dalam hal pemenuhan Kebutuhan Pokok Air Minum
Sehari-hari telah dipenuhi, dalam penyusunan Landasan
Penyelenggaraan SPAM sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah dapat
memperhitungkan pemenuhan kebutuhan Air Minum
Non Domestik dalam rangka mendorong laju
perekonomian.
(6) Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah
menyediakan kebutuhan Air Baku untuk kebutuhan Air
Minum Domestik dan Air Minum Non Domestik di
kawasan permukiman.
Bagian Kedua
Kebijakan dan Strategi Penyelenggaraan SPAM
Paragraf Kesatu
KSNP SPAM
Pasal 6
(1) KSNP SPAM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat
(2) huruf a disusun dan ditetapkan oleh Menteri setiap 5
(lima) tahun sekali.
(2) Dalam hal terjadi perubahan kebijakan nasional tentang
Penyelenggaraan SPAM, KSNP SPAM dapat diubah.
(3) Perubahan KSNP SPAM sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dapat ditindaklanjuti dengan perubahan Jakstra
SPAM Provinsi atau Jakstra SPAM Kabupaten/Kota.
(4) KSNP SPAM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling
sedikit memuat:
a. visi dan misi Penyelenggaraan SPAM;
b. isu strategis, permasalahan, dan tantangan
Penyelenggaraan SPAM;
c. Kebijakan dan Strategi Penyelenggaraan SPAM; dan
d. rencana tindak kebijakan dan strategi
Penyelenggaraan SPAM.
(5) KSNP SPAM sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disusun mengikuti Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(6) Isu Strategis, Permasalahan, dan Tantangan
Penyelenggaraan SPAM sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) huruf b memuat rumusan yang disesuaikan dengan
hasil pemetaan Pemerintah Pusat.
Paragraf Kedua
Jakstra SPAM Provinsi
Pasal 7
(1) Jakstra SPAM Provinsi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 ayat (2) huruf b disusun dan ditetapkan oleh
gubernur setiap 5 (lima) tahun sekali.
(2) Pemerintah Pusat melakukan koordinasi dan
memfasilitasi keterpaduan penyusunan Jakstra SPAM
Provinsi.
(3) Dalam menyusun Jakstra SPAM Provinsi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) gubernur melakukan konsultasi
substansi kepada Menteri cq. Direktur Jenderal Cipta
Karya.
(4) Jakstra SPAM Provinsi paling sedikit memuat:
a. visi dan misi Penyelenggaraan SPAM;
b. isu strategis, permasalahan, dan tantangan
Penyelenggaraan SPAM;
c. Kebijakan dan Strategi Penyelenggaraan SPAM; dan
d. rencana aksi Penyelenggaraan SPAM
(5) Jakstra SPAM Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) selaras dengan KSNP SPAM sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 dan menyesuaikan kondisi wilayah
setempat.
Paragraf Ketiga
Jakstra SPAM Kabupaten/Kota
Pasal 8
(1) Jakstra SPAM Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 ayat (2) huruf c disusun dan ditetapkan
oleh bupati/walikota setiap 5 (lima) tahun sekali.
(2) Pemerintah Provinsi melakukan koordinasi dan
memfasilitasi keterpaduan penyusunan Jakstra SPAM
Kabupaten/Kota.
Pasal 9
Ketentuan lebih lanjut mengenai dokumen standar KSNP
SPAM, Jakstra SPAM Provinsi, dan Jakstra SPAM
Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat
(2) tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Bagian Ketiga
Rencana Induk SPAM
Paragraf Kesatu
Rencana Induk SPAM Lintas Provinsi
Pasal 10
(1) Rencana Induk SPAM Lintas Provinsi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf a ditetapkan
untuk jangka waktu 15 (lima belas) sampai dengan 20
(dua puluh) tahun.
(2) Rencana Induk SPAM Lintas Provinsi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditinjau setiap 5 (lima) tahun
sekali.
(3) Dalam hal hasil tinjauan Rencana Induk SPAM Lintas
Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdapat
perubahan maka Rencana Induk SPAM Lintas Provinsi
dapat diubah.
Paragraf Kedua
Rencana Induk SPAM Lintas Kabupaten/Kota
Pasal 11
(1) Rencana Induk SPAM Lintas Kabupaten/Kota
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf b
ditetapkan untuk jangka waktu 15 (lima belas) sampai
dengan 20 (dua puluh) tahun.
(2) Rencana Induk SPAM Lintas Kabupaten/Kota
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditinjau setiap 5
(lima) tahun sekali.
(3) Rencana Induk SPAM Lintas Kabupaten/Kota
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun dan
ditetapkan oleh gubernur.
Paragraf Kedua
Rencana Induk SPAM Kabupaten/Kota
Pasal 12
(1) Rencana Induk SPAM Kabupaten/Kota sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf c disusun dan
ditetapkan oleh bupati/walikota untuk jangka waktu 15
(lima belas) sampai dengan 20 (dua puluh) tahun.
(2) Rencana Induk SPAM Kabupaten/Kota sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditinjau setiap 5 (lima) tahun
sekali.
(3) Penyusunan Rencana Induk SPAM Kabupaten/Kota
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun dalam 1
(satu) dokumen meliputi seluruh wilayah administrasi
kabupaten/kota tersebut.
(4) Penyusunan Rencana Induk SPAM sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat:
a. gambaran umum kabupaten/kota;
Pasal 13
Ketentuan lebih lanjut mengenai dokumen standar
penyusunan Rencana Induk SPAM Lintas Provinsi,
penyusunan Rencana Induk SPAM Lintas Kabupaten/Kota,
penyusunan Rencana Induk SPAM Kabupaten/Kota
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) tercantum
dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Menteri ini.
BAB III
SPAM JP DAN SPAM BJP
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 14
Jenis SPAM meliputi:
a. SPAM JP; dan
b. SPAM BJP.
Bagian Kedua
SPAM JP
Pasal 15
(1) SPAM JP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf a
diselenggarakan untuk menjamin kepastian kuantitas
dan kualitas Air Minum yang dihasilkan serta kontinuitas
pengaliran Air Minum.
Bagian Ketiga
SPAM BJP
Pasal 16
(1) SPAM BJP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf
b diselenggarakan untuk mewujudkan akses aman Air
Minum pada penyediaan Air Minum yang diakses
langsung oleh pelanggan tanpa sistem perpipaan.
(2) SPAM BJP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf
b terdiri atas:
a. sumur dangkal;
b. sumur pompa;
BAB IV
PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN SPAM
Bagian Kesatu
Umum
Paragraf Kesatu
Tahapan Penyelenggaraan SPAM
Pasal 17
(1) Penyelenggaraan SPAM dilaksanakan mengikuti Proses
Dasar Manajemen yang meliputi tahapan:
a. perencanaan;
b. pelaksanaan;
c. pemantauan; dan
d. evaluasi.
(2) Tahapan Proses Dasar Manajemen sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan pada pelaksanaan
Pengembangan SPAM dan Pengelolaan SPAM.
(3) Pengembangan SPAM sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), meliputi:
a. pembangunan baru;
b. peningkatan; dan
c. perluasan.
(4) Pengelolaan SPAM sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
meliputi:
a. Operasi dan Pemeliharaan;
b. Perbaikan;
c. Pengembangan Sumber Daya Manusia; dan
d. Pengembangan Kelembagaan.
Paragraf Kedua
Izin Pengusahaan Sumber Daya Air
Pasal 18
(1) Dalam melaksanakan Penyelenggaraan SPAM,
Penyelenggara SPAM harus memiliki izin pengusahaan
sumber daya air sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(2) Penyelenggara SPAM yang berasal dari Kelompok
Masyarakat yang harus memiliki izin pengusahaan
sumber daya air sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menggunakan Air Baku untuk penyediaan Air Minum
dalam jumlah besar atau mengubah kondisi alami
sumber daya air
(3) Penentuan besaran pasokan Air Baku sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(4) Sistem pengambilan Air Baku pada Penyelenggaraan
SPAM Regional Lintas Provinsi atau SPAM Regional
Lintas Kabupaten/Kota, izin pengusahaan sumber daya
air dimiliki oleh:
a. pengelola SPAM BUMN atau BUMD yang
bertanggung jawab mengelola SPAM Regional; atau
b. BUMD pada daerah terkait yang dituangkan dalam
perjanjian kerjasama antar daerah.
(5) Selain dari pelaksanaan SPAM Regional sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) dan dalam hal unit pengambilan
Air Baku terletak di kabupaten/kota lain diluar batas
Paragraf Ketiga
Perencanaan
Pasal 19
(1) Perencanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat
(1) huruf a, yang dilakukan untuk pembangunan baru,
peningkatan, dan perluasan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 17 ayat (3) meliputi:
a. penyusunan Studi Kelayakan; dan
b. penyusunan Rencana Teknis Terinci.
(2) Perencanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat
(1) huruf a, yang dilakukan untuk operasi dan
pemeliharaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17
ayat (4) huruf a meliputi:
a. penyusunan Studi Kelayakan;
b. penyusunan Rencana Teknis Terinci; dan
c. penyusunan Prosedur Operasi Standar.
(3) Perencanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat
(1) huruf a, yang dilakukan untuk perbaikan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (4) huruf b
yaitu Rencana Teknis Terinci.
(4) Perencanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat
(1) huruf a, yang dilakukan untuk pengembangan
Sumber Daya Manusia sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 17 ayat (4) huruf c meliputi:
a. rencana strategi bisnis;
b. rencana bisnis; dan
c. rencana bisnis anggaran.
(5) Perencanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat
(1) huruf a, yang dilakukan untuk pengembangan
kelembagaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17
ayat (4) huruf d terdiri dari:
a. rencana bisnis;
Pasal 20
(1) Studi kelayakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19
ayat (1) huruf a merupakan suatu studi untuk
mengetahui tingkat kelayakan usulan pembangunan
sistem penyediaan air minum di suatu wilayah pelayanan
ditinjau dari aspek teknis teknologis, lingkungan, sosial,
budaya, ekonomi, kelembagaan, dan finansial.
(2) Studi kelayakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disusun berdasarkan:
a. Rencana Induk SPAM yang telah ditetapkan;
b. Hasil kajian kelayakan teknis teknologis,
lingkungan, sosial, budaya, ekonomi, kelembagaan,
dan finansial; dan
c. Kajian sumber pembiayaan.
Pasal 21
Ketentuan mengenai Dokumen standar studi kelayakan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) tercantum
dalam Lampiran V yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 22
(1) Perencanaan teknis terinci Penyelenggaraan SPAM
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) huruf b
yang selanjutnya disebut perencanaan teknis adalah
suatu rencana rinci pembangunan SPAM di suatu kota
atau kawasan meliputi unit air baku, unit produksi, unit
distribusi, dan unit pelayanan.
(2) Perencanaan teknis disusun berdasarkan Rencana Induk
SPAM yang telah ditetapkan, hasil studi kelayakan,
jadwal pelaksanaan konstruksi, dan kepastian sumber
serta hasil konsultasi teknis dengan dinas teknis terkait.
Pasal 23
Ketentuan mengenai Dokumen standar perencanaan teknis
terinci sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1)
tercantum dalam Lampiran VI yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Paragraf Keempat
Pelaksanaan
Pasal 24
(1) Pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat
(1) huruf b, yang dilakukan pada kegiatan pembangunan
baru, peningkatan, dan perluasan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17 ayat (3) paling sedikit memuat:
a. pengadaan;
b. pembangunan;
c. manajemen mutu; dan
d. pemanfaatan.
(2) Pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat
(1) huruf b, yang dilakukan pada kegiatan operasi dan
pemeliharaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17
ayat (4) huruf a, dan perbaikan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 17 ayat (4) huruf b meliputi:
a. pengadaan;
b. pembangunan;
c. manajemen mutu; dan
d. pemanfaatan.
(3) Pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat
(1) huruf b, yang dilakukan pada kegiatan pengembangan
Sumber Daya Manusia sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 17 ayat (4) huruf c, dan pengembangan
kelembagaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17
ayat (4) huruf d meliputi:
a. manajemen mutu; dan
b. pemanfaatan.
Pasal 25
(1) Penyelenggara SPAM harus memelihara sistem
manajemen mutu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24
ayat (1) huruf c, ayat (2) huruf c dan ayat (3) huruf a
secara terus-menerus dalam rangka meningkatkan
efektifitas sarana dan prasaran yang dilakukan sesuai
dengan dokumen standar.
(2) Ketentuan mengenai dokumen standar manajemen mutu
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam
Lampiran VII yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Menteri ini.
Paragraf Kelima
Pemantauan
Pasal 26
(1) Pemantauan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat
(1) huruf c, yang dilakukan pada kegiatan pembangunan
baru, peningkatan, dan perluasan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17 ayat (3) meliputi:
a. pendataan kinerja; dan
b. pengawasan dan pengendalian kualitas, kuantitas,
dan kontinuitas.
(2) Pemantauan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat
(1) huruf c, yang dilakukan pada kegiatan operasi dan
pemeliharaan, pengembangan Sumber Daya Manusia,
perbaikan, dan pengembangan kelembagaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (4) meliputi:
a. pendataan kinerja; dan
b. pengawasan dan pengendalian kualitas, kuantitas,
dan kontinuitas.
c.
Pasal 27
(1) Pendataan kinerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal
26 ayat (1) huruf a, dan ayat (2) huruf a dilaksanakan
secara berkala untuk mendapatkan data dan/atau
Paragraf Keenam
Evaluasi
Pasal 28
(1) Evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1)
huruf d, yang dilakukan pada kegiatan pembangunan
baru, peningkatan, dan perluasan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17 ayat (3) paling sedikit memuat:
a. evaluasi teknis; dan
b. evaluasi pelayanan Air Minum.
(2) Evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1)
huruf d, yang dilakukan pada kegiatan operasi dan
pemeliharaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17
ayat (4) huruf a, dan perbaikan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 17 ayat (4) huruf b meliputi:
a. evaluasi teknis; dan
b. evaluasi pelayanan Air Minum.
(3) Evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1)
huruf d, yang dilakukan pada kegiatan pengembangan
Sumber Daya Manusia sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 17 ayat (4) huruf c, dan pengembangan
kelembagaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17
ayat (4) huruf d meliputi:
a. evaluasi kelembagaan dan keuangan; dan
b. evaluasi pelayanan Air Minum.
Pasal 29
Ketentuan mengenai dokumen standar evaluasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 28 tercantum dalam Lampiran IX yang
Pasal 30
(1) Pemerintah Pusat melaksanakan evaluasi kinerja
Penyelenggaraan SPAM tingkat nasional dan/atau
evaluasi kinerja Penyelenggaraan SPAM dari pemerintah
provinsi.
(2) Pemerintah provinsi melaksanakan evaluasi kinerja
Penyelenggaraan SPAM tingkat provinsi dan evaluasi
kinerja Penyelenggaraan SPAM dari pemerintah
kabupaten/kota.
(3) Pemerintah kabupaten/kota melaksanakan evaluasi
kinerja Penyelenggaraan SPAM tingkat kabupaten/kota.
(4) Evaluasi Penyelenggaraan SPAM dilakukan secara
berkala.
Pasal 31
(1) Evaluasi Penyelenggaraan SPAM oleh BUMN atau BUMD
dilaksanakan dalam rangka pemenuhan standar kualitas,
kuantitas, kontinuitas Penyelenggaraan SPAM terhadap
pemenuhan hak rakyat atas air.
(2) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam
kegiatan Penyelenggaraan SPAM merupakan rumusan
rekomendasi dan skenario peningkatan kinerja
Penyelenggaraan SPAM berdasarkan hasil pemantauan
yang didapat sejak dimulainya perencanaan hingga
pemantauan kegiatan Penyelenggaraan SPAM dengan
memperhatikan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya
setempat dalam kurun waktu tertentu saat dilakukan
pemantauan.
(3) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
dari:
a. evaluasi teknis;
b. evaluasi keuangan;
c. evaluasi kelembagaan, Sumber Daya Manusia; dan
d. evaluasi pelayanan Air Minum.
Pasal 32
(1) Pelaksanaan Penyelenggaraan SPAM oleh BUMN atau
BUMD yang kinerjanya tidak memenuhi standar kualitas,
kuantitas dan kontinuitas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 31 ayat (1) berlaku ketentuan:
a. Diberikan teguran tertulis pertama untuk
melakukan upaya perbaikan;
b. Dalam hal tidak dilakukan perbaikan dalam kurun
waktu paling lambat 2 (dua) bulan sejak diberikan
teguran tertulis pertama diberikan teguran tertulis
kedua; dan
c. Dalam kurun waktu 10 (sepuluh) bulan sejak
teguran tertulis kedua tidak dilakukan perbaikan
terhadap kinerja pelaksanaan Penyelenggaraan
SPAM, Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah
memberikan tindakan administratif kepada
pengurus BUMN atau BUMD.
(2) Dalam hal berlaku ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah
sesuai kewenangannya menunjuk unit pengelola
sementara dalam rangka perbaikan kinerja
Penyelenggaraan SPAM paling lama 1 (satu) tahun dan
dapat diperpanjang paling lama satu tahun.
Bagian Kedua
Kelompok Masyarakat
Paragraf Kesatu
Umum
Pasal 33
(1) Pelaksanaan Penyelenggaran SPAM oleh Kelompok
Masyarakat dilakukan untuk memberikan pelayanan Air
Paragraf Kedua
Alih Kelola Penyelenggaraan SPAM
Pasal 34
(1) Alih kelola sarana dan prasarana yang dikelola Kelompok
Masyarakat dapat dilakukan dalam kondisi:
a. Diserahkan secara sukarela oleh Kelompok
Masyarakat; atau
b. Diterlantarkan atau dilakukan pembiaran menjadi
tidak berfungsi.
(2) Alih kelola sarana dan prasarana sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat diserahkan pengelolaannya kepada
UPTD atau BUMD di wilayah pelayanannya.
Paragraf Kedua
Proses Dasar Manajemen
Pasal 35
(1) Perencanaan dalam Penyelenggaraan SPAM oleh
Kelompok Masyarakat dilakukan dengan:
Pasal 36
Pelaksanaan Penyelenggaran SPAM oleh Kelompok
Masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (1)
yang memerlukan air dalam jumlah besar atau yang
mengubah kondisi alami sumber air, Kelompok Masyarakat
Pasal 37
Ketentuan mengenai pelaksanaan Penyelenggaraan SPAM oleh
Kelompok Masyarakat yang dibantu fasilitator sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1) huruf a dapat mengikuti
ketentuan sebagaimana tercantum pada Lampiran X yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri
ini.
BAB V
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 38
(1) Dalam rangka menjamin hak rakyat atas
Penyelenggaraan SPAM sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (2), dilakukan pengendalian atas izin
pengusahaan sumber daya air, penentuan tarif, dan
penyediaan Air Minum yang memenuhi standar kualitas,
kuantitas, dan kontinuitas bagi seluruh lapisan
masyarakat.
(2) Pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan cara:
a. Pembinaan; dan
b. Pengawasan.
Pasal 39
Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (2)
huruf a terhadap Gubernur dan/atau Bupati/Walikota dalam
penyelenggaraan SPAM dilaksanakan oleh Menteri, meliputi:
a. koordinasi dalam pemenuhan kebutuhan air minum;
b. proses penyusunan sampai dengan penetapan norma,
standar, prosedur, dan kriteria;
Pasal 40
Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (2)
huruf b terhadap Penyelenggara dilaksanakan oleh Menteri,
Gubernur, dan/atau Bupati/Walikota sesuai dengan
kewenangannya meliputi:
a. pendampingan penerapan norma, standar, prosedur, dan
kriteria;
b. bimbingan, supervisi, dan konsultasi;
c. pendidikan dan pelatihan;
d. bantuan teknis dan bantuan program; dan
e. pengawasan teknis.
Bagian Kedua
Pembinaan
Paragraf Kesatu
Pembinaan Koordinasi Dalam Pemenuhan Air Minum
Pasal 41
(1) Menteri melakukan koordinasi dengan Gubernur
dan/atau Bupati/Walikota berkaitan dengan upaya
pemenuhan kebutuhan air minum.
(2) Koordinasi dalam pemenuhan kebutuhan air minum
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi aspek
perencanaan, pelaksanaan konstruksi, pengelolaan,
pemeliharaan dan rehabilitasi, pemantauan dan evaluasi
pengembangan SPAM, baik dengan SPAM JP maupun
SPAM BJP.
(3) Koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
meliputi:
a. Rapat koordinasi; dan
b. Koordinasi regional.
Pasal 42
Pelaksanaan koordinasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
41 ayat (2) antara lain meliputi:
a. penyusunan Rencana Induk SPAM;
b. penyusunan Jakstra SPAM Provinsi dan Jakstra SPAM
Kabupaten/Kota;
c. keterpaduan penyelenggaraan SPAM dengan
penyelenggaraan infrastruktur sanitasi;
d. pemanfaatan sumber Air Baku oleh beberapa daerah
dalam rangka peningkatan efisiensi dan mencegah
benturan kepentingan;
e. penyelesaian permasalahan antara daerah terkait dengan
pemenuhan kebutuhan Air Minum;
f. penyelenggaraan infrastruktur Air Minum; dan
g. pemenuhan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
dan Rencana Strategis Penyelenggara SPAM.
Pasal 43
(1) Koordinasi pemanfaatan sumber Air Baku sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 42 huruf d dilakukan apabila:
a. sumber Air Baku bersifat lintas provinsi atau
kabupaten/kota; atau
b. sumber Air Baku dinilai lebih efektif dan efisien jika
dimanfaatkan secara regional.
(2) Pemanfaatan sumber Air Baku secara regional
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
ditindaklanjuti dengan penyusunan rencana induk SPAM
Air Baku secara regional.
Bagian Ketiga
Pemberian Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria
Pasal 44
Pemberian norma, standar, prosedur, dan kriteria
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 huruf b dan Pasal 40
huruf a mencakup seluruh aspek dalam Penyelenggaraan
SPAM.
Bagian Keempat
Pemberian Bimbingan, Supervisi, Konsultasi, dan Bantuan
Teknis
Pasal 45
Pemberian bimbingan, supervisi, konsultasi, dan bantuan
teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 huruf c dan
pemberian bimbingan, supervisi dan konsultasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 40 huruf b dapat dilakukan pada
tahap perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi
Penyelenggaraan SPAM, baik SPAM JP maupun SPAM BJP.
Pasal 46
(1) Pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi
dilaksanakan oleh:
a. Menteri kepada Gubernur dan/atau
Bupati/Walikota; atau
b. Menteri, Gubernur, dan/atau Bupati/Walikota
kepada Penyelenggara.
(2) Pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi
dilakukan secara berkala atau sesuai kebutuhan.
Pasal 47
(1) Pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi terhadap
Penyelenggaraan SPAM dengan SPAM JP sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 45 ditujukan untuk menjamin
Bagian Kelima
Pendidikan dan Pelatihan
Pasal 48
(1) Pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 39 huruf e dan Pasal 40 huruf c, merupakan
pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi yang
meliputi:
a. rumpun pendidikan dan pelatihan teknis substantif
Penyelenggaraan SPAM; dan
b. pendidikan dan pelatihan fungsional untuk jabatan
fungsional bidang Penyelenggaraan SPAM.
(2) Pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi seluruh tahap Penyelenggaraan SPAM.
(3) Pelatihan dilaksanakan sebagai media aplikasi dari
pengetahuan yang diperoleh melalui proses pendidikan,
dan merupakan pengembangan kapasitas bagi Sumber
Daya Manusia yang ada.
(4) Pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) direncanakan dengan memperhatikan komposisi
Sumber Daya Manusia, kebutuhan Sumber Daya
Manusia dan rencana jangka panjang.
(5) Rencana jangka panjang sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) disusun dalam bentuk skenario perencanaan
pengembangan kapasitas Sumber Daya Manusia yang
diperoleh dari perencanaan organisasi sesuai
pengembangan yang direncanakan dalam rencana bisnis.
Pasal 49
(1) Pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 48 harus memiliki standardisasi program.
(2) Standardisasi program pendidikan dan pelatihan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain meliputi
kurikulum, silabus, bahan ajar, tenaga pengajar, teknik
dan metode pelaksanaan pendidikan dan pelatihan,
ujian/tes akhir, sertifikat/surat tanda tamat pendidikan
dan pelatihan, atau sertifikasi dari Lembaga Sertifikasi
Profesi yang diakui, dan pendanaan/pembiayaan
pendidikan dan pelatihan.
(3) Standardisasi program pendidikan dan pelatihan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat
dikembangkan dengan mengacu pada standar
kompetensi kerja di bidang Penyelenggaraan SPAM yang
telah disahkan.
Pasal 50
(1) Dalam rangka pemenuhan kebutuhan pendidikan dan
pelatihan, Pemerintah dapat mengembangkan tempat
pendidikan dan pelatihan di tingkat regional atau tingkat
provinsi.
(2) Pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 48 dapat dilakukan dengan kerjasama antara
Pemerintah bersama Pemerintah Daerah dan/atau
dengan perguruan tinggi, Penyelenggara, serta lembaga
lainnya.
(3) Kerjasama Pemerintah bersama Pemerintah Daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan
dengan mengembangkan pusat pendidikan dan pelatihan
Pasal 51
(1) Peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia bagi
Penyelenggara SPAM dapat pula dilaksanakan melalui
kegiatan kerjasama antar Penyelenggara.
(2) Kegiatan kerjasama antar Penyelenggara sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh
Pembimbing/Mentor dengan Resipien.
(3) Pembimbing/mentor sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) diberikan dukungan oleh Pemerintah dan/atau
Pemerintah Provinsi dengan syarat Pembimbing/Mentor
mampu memberikan pendampingan kepada Resipien
sehingga kinerja pelayanan SPAM oleh Resipien menjadi
baik.
(4) Kegiatan kerjasama antar Penyelenggara sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan dengan metode
yang disepakati antara Pembimbing/Mentor dan
Resipien.
(5) Kegiatan kerjasama antar Penyelenggara sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dapat dilaksanakan dengan
memanfaatkan pendidikan dan pelatihan di Provinsi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 dan
Bagian Keempat
Bantuan Teknis dan Bantuan Program
Pasal 52
(1) Pelaksanaan bantuan teknis sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 39 huruf d dan Pasal 40 huruf d diberikan
oleh Pemerintah kepada Pemerintah Daerah atau kepada
Penyelenggara SPAM berdasarkan persetujuan
Pemerintah Daerah.
(2) Pelaksanaan bantuan teknis sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat berupa fisik maupun non-fisik yang
mencakup aspek perencanaan, pemantauan dan evaluasi
dalam Penyelenggaraan Pengembangan SPAM.
(3) Bantuan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dalam bentuk fasilitasi penyediaan sarana dan prasarana
meliputi:
a. Penyelenggaraan SPAM di kawasan Masyarakat
Berpenghasilan Rendah, ibukota kecamatan,
perdesaan, dan kawasan khusus;
b. Penyelenggaraan SPAM regional;
c. bantuan fisik dalam rangka peningkatan kinerja
pelayanan air minum oleh penyelenggara;
d. pemenuhan kebutuhan air baku; dan
e. Penyelenggaraan SPAM BJP skala individu dan skala
komunal.
(4) Bantuan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dalam bentuk fasilitasi kemanfaatan fungsi sarana dan
prasarana SPAM meliputi:
a. penyusunan perencanaan;
b. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria;
c. penguatan kapasitas kelembagaan termasuk Sumber
Daya Manusia bidang air minum;
d. pengembangan alternatif pembiayaan; dan
Pasal 53
(1) Bantuan teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52
ayat (3) diutamakan bagi:
a. provinsi dan/atau kabupaten/kota yang belum
mampu melaksanakan Penyelenggaraan SPAM
sampai dengan pemenuhan standar pelayanan
minimal; dan
b. bantuan teknis yang pernah diterima sebelumnya
telah dimanfaatkan sepenuhnya.
(2) Bantuan teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52
ayat (4) diutamakan bagi:
a. provinsi dan/atau kabupaten/kota yang belum
mampu melaksanakan penyelenggaraan
pengembangan SPAM; dan
b. rekomendasi, saran, atau rencana tindak lanjut dari
bantuan teknis yang pernah diterima sebelumnya
telah dilaksanakan.
Pasal 54
(1) Sebelum bantuan teknis sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 52 ayat (1) diberikan, Pemerintah Daerah harus
memenuhi kesepakatan.
(2) Kesepakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dituangkan dalam bentuk kesepakatan bersama atau
perjanjian kerjasama yang memuat syarat dan ketentuan
lebih lanjut atas pemberian bantuan teknis.
(3) Kesepakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) untuk
bantuan teknis dalam Pengembangan SPAM meliputi
antara lain:
a. kesiapan Rencana Induk SPAM Kabupaten/Kota;
b. ketersediaan lahan dan jalan akses;
c. kesiapan perencanaan teknis mengacu pada
Rencana Induk SPAM Kabupaten/Kota dan telah
Bagian Keenam
Pengawasan Teknis
Pasal 55
(1) Pengawasan teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal
40 huruf e dalam Penyelenggaraan SPAM dilakukan oleh:
a. Menteri kepada Gubernur dan/atau
Bupati/Walikota; atau
b. Menteri, Gubernur dan/atau Bupati/Walikota
terhadap Penyelenggara.
(2) Pengawasan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan terhadap seluruh tahapan Penyelenggaraan
SPAM.
(3) Pengawasan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan melibatkan peran masyarakat.
Pasal 56
(1) Dalam rangka melakukan pengawasan, Menteri,
Gubernur, Bupati/Walikota dapat:
a. meminta laporan pelayanan Penyelenggaraan SPAM
kepada penyelenggara;
b. melakukan pemeriksaan lapangan;
c. meminta salinan dokumen kepada penyelenggara;
dan
d. menerima pengaduan masyarakat.
(2) Berdasarkan hasil pengawasan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota
menerbitkan saran tindak lanjut untuk perbaikan
Penyelenggaraan SPAM.
(3) Menteri melakukan pemantauan atas tindak lanjut hasil
pengawasan.
(4) Gubernur, Bupati, atau Walikota bertanggungjawab atas
pelaksanaan tindak lanjut hasil pengawasan teknis.
Pasal 57
(1) Laporan tindak lanjut hasil pengawasan teknis atas
Penyelenggaraan SPAM secara nasional dikoordinasikan
oleh Menteri.
(2) Laporan tindak lanjut hasil pengawasan teknis atas
Penyelenggaraan SPAM di provinsi dikoordinasikan oleh
Gubernur.
(3) Laporan tindak lanjut hasil pengawasan teknis atas
Penyelenggaraan SPAM di Kabupaten/Kota
dikoordinasikan oleh Bupati/Walikota.
(4) Laporan hasil tindak lanjut disampaikan kepada Menteri
melalui Direktur Jenderal Cipta Karya.
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 58
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 1 Agustus 2016
ttd.
M. BASUKI HADIMULJONO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 5 Agustus 2016
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
WIDODO EKATJAHJANA
2 Pembangunan SDM
Pembangunan SDM dengan menjamin kesehatan ibu hamil, kesehatan bayi,
kesehatan balita, kesehatan anak usia sekolah, penurunan stunting-kematian ibu-
kematian bayi, peningkatan kualitas pendidikan, vokasi, membangun lembaga
manajemen talenta Indonesia, dan dukungan bagi diaspora bertalenta tinggi
3 Mendorong Investasi
5
Mengundang investasi seluas-luasnya untuk membuka lapangan pekerjaan,
memangkas perizinan, pungli dan hambatan investasi lainnya
Presiden
efisiensi lembaga
5 Penggunaan APBN
Menjamin penggunaan APBN yang fokus dan tepat sasaran, memastikan setiap
rupiah dari APBN memiliki manfaat ekonomi, memberikan manfaat untuk rakyat,
meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Tol Manado
- Bitung Pelabuhan Bitung
Perikanan..
BENDUNGAN 196.85 Juta m3
jaringan 4G (2019)
IRIGASI 20377 Hektare
Juta m3
AIR BAKU 1.304 m3/detik
wilayah telah
LISTRIK 6.56 MW
terjangkau
LOKUS Pulau kecil terluar Volume
REDUKSITotal
BANJIR 6.56
Sumur Air Tanah & Unit Air Baku m3/detik
Bendungan
1. Pelayanan maternal dan neonatal Peningkatan efektivitas intervensi 1. Penguatan pelayanan kesehatan dasar dan
berkesinambungan dengan mendorong rujukan
seluruh persalinan di fasilitas kesehatan.
spesifik, serta perluasan dan penajaman
intervensi sensitif secara terintegrasi 2. Pemenuhan dan peningkatan kompetensi
2. Perluasan dan pengembangan imunisasi dasar tenaga kesehatan
lengkap.
3. Pemenuhan sediaan farmasi dan alat
3. Peningkatan gizi remaja putri dan ibu hamil. kesehatan
• Kegiatan terkait : Rencana Aksi Peningkatan • Kegiatan terkait : Evaluasi dan Monitoring
Peringkat EODB, Koordinasi Kebijakan Implementasi Peraturan DNI
Kemudahan Berusaha dan Peningkatan K/L terkait : BKPM, Kemenko Perekonomian, Peningkatan investasi 7,3-8 persen
Daya Saing Nasional K/L terkait yang sektornya masuk dalam DNI karena naiknya tingkat kepastian hukum
K/L terkait : BKPM, Kemenko Perekonomian, dan kemudahan usaha yang ditandai
K/L terkait perizinan investasi, PTSP Prov DKI, • Kegiatan terkait : Pelaksanaan Integrasi dengan:
PTSP Kota Surabaya Sistem Perizinan Berusaha Terintegrasi
Secara Elektronik (SPBTSE), Pengembangan Meningkatnya peringkat EoDB
• Kegiatan terkait : Penyederhanaan Perizinan SPBTSE, Implementasi SPBTSE, Koordinasi Indonesia untuk aspek penegakkan
yang menghambat investasi, Pelaksanaan Kebijakan Pengembangan Investasi
kontrak, penyelesaian kepailitan, dan
simplifikasi, harmonisasi dan sinkronisasi K/L terkait : BKPM, Kemenko Perekonomian,
peraturan perizinan investasi tingkat pusat/ mendapatkan kredit
K/L terkait perizinan investasi sesuai PP 24
kementerian lembaga dan daerah Tahun 2018 tentang Kemudahan Berusaha
K/L terkait : BKPM, Kemenko Perekonomian, Terintegrasi Secara Elektrionik PTSP daerah, * Kondisi saat ini peringkat 146 dari 190 negara
K/L terkait perizinan investasi, PTSP Daerah, Kemendagri
Kemendagri
• Kegiatan terkait : Pemanfaatan tax holiday
tax allowance
K/L terkait : BKPM, Kemenko Perekonomian,
Kementerian Keuangan, K/L terkait perizinan
investasi
Perluasan pelayanan terpadu pada sektor Terwujudnya Pelayanan Publik yang Berkualitas
perijinan dan Inovatif yang ditandai dengan Indeks
Pelayanan Publik (IPP) rata-rata 3,75
1. Penyederhaan perijinan
2. Penataan struktur kelembagaan
birokrasi
antara lain:
Pembangunan waduk multiguna Percepatan Penurunan Kematian Ibu Hamil Penguatan mitigasi bencana
dan Stunting
Memperkuat Stabilitas
Polhukhankam dan
Transformasi Pelayanan Publik
Revolusi Mental dan Pembangunan Revolusi mental sebagai gerakan kebudayaan memiliki kedudukan penting
dan berperan sentral dalam pembangunan untuk mengubah cara pandang,
Kebudayaan sikap, perilaku yang berorientasi pada kemajuan dan kemodernan
Membangun Lingkungan Hidup, Pembangunan nasional perlu memperhatikan daya dukung sumber daya
Meningkatkan Ketahanan Bencana, alam dan daya tampung lingkungan hidup, kerentanan bencana, dan
perubahan iklim.
dan Perubahan Iklim
Memperkuat Stabilitas Negara wajib terus hadir dalam melindungi segenap bangsa, memberikan
Polhukhankam dan Transformasi rasa aman serta pelayanan publik yang berkualitas pada seluruh warga
negara dan menegakkan kedaulatan negara.
Pelayanan Publik
Ekonomi Makro 15
SASARAN MAKRO
PEMBANGUNAN 2020-2024
Tingkat Investasi Share Industri Pengolahan Defisit Transaksi Berjalan
1 2
4 3
Ekonomi Makro 17
INDIKATOR DAN TARGET Indikator Target
KEGIATAN PRIORITAS 9. Pengembangan Kawasan Pedesaan sebagai
Kawasan Strategis Kabupaten
50
4. Peningkatan kesejahteraaan dan tata kelola di 9. Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional
5 Rancangan Perpres
kecamatan lokasi prioritas perbatasan negara 187 (KSN)
(lokasi) 10. RDTR Perbatasan Negara 12 Rancangan Perpres
5. Pengembaangan Pusat Kegiatan Strategis 11. Rencaana Detail Tata Ruaang Kabupaten/Kota
Nasional (PKSN) termasuk ekonomi kawasan 18 yang Berketahanan Bencana dan Perubahan 172 Kab/kota
sekitarnya (lokasi) Iklim
6. Daerah tertinggal yang terentaskan termasuk 12. Luas bidang tanah bersertifikat yang terdigitaasi
52.72 juta Ha
daerah tertinggal dengan karakteristik wilayah 35 (terentaskan 29) dan berkualitas baik
tertentu (kabupaten)
13. Jumlah Kantor Wilayah ATR/BPN dan Kantor 34 Kantor Wilayah
7. Persentase penduduk miskin di daerah tertinggal Pertanahan yang menerapkan pelayanan ATR/BPN dan 508
22.5 – 23%
(persentase) pertanahan modern berbasis digital Kantor Pertanahan
8. Rata-rata IPM di daerah tertinggal 62 – 62.5 14. Pembentukan dan operasionalisasi Bank Tanah 1
Ekonomi Makro 19
3 PENGEMBANGAN WILAYAH
SUMATERA
4,30%
KALIMANTAN SULAWESI
21,66% 4,33% 6,99% MALUKU & PAPUA
8,20% 6,11% 4,89%
2,43%
58,49% 3,11%
3,73%
5,61%
JAWA BALI & NUSA TENGARA
Distribusi
KEUNGGULAN: KELEMAHAN:
• Mengurangi beban Jabodetabek dan pulau Jawa • Membutuhkan biaya yang cukup besar
• Memberikan equal akses bagi seluruh wilayah NKRI • Dalam jangka pendek, kemungkinan sebagian keluarga ASN Pusat
akan tetap di Jakarta
• Mendorong pembangunan KTI untuk pemerataan wilayah, Contoh:
Brasillia (Brazil); Sejong (Korsel); Naypidyaw (Myanmar); Astana
(Kazakhstan);
• Merubah mind-set orientasi pembangunan dari Java Centris ke
Indonesia Centris
• Ketersedian lahan luas, dapat Membangun Ibu Kota, dg konsep
60% wlayah terbangun dan 40% kawasan hijau kota.
Pengembangan Wilayah 21
DAMPAK JANGKA PENDEK DARI Dalam jangka pendek, investasi infrastruktur untuk
pembangunan ibu kota baru akan menciptakan
Investasi di Kalimantan Timur akan mendorong
investasi di provinsi sekitar Kalimantan Timur,
PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA pertumbuhan ekonomi di Kalimantan dan yang antara lain:
sekitarnya
47,7%
Peningkatan
investasi riil di
Kalimantan Timur
34,5%
Peningkatan
investasi riil di
Pulau Kalimantan
DKI Jakarta akan tetap mengalami
1. Meningkatkan Investasi peningkatan investasi, supporting terhadap
pembangunan ibu kota baru
2. Meningkatkan
Perdagangan Antarwilayah
DKI akan tetap menjadi supplier utama ke Provinsi Kaltim, ketiga setelah Sulawesi
Selatan dan Jawa Barat.
Pengembangan Wilayah 23
DAMPAK JANGKA PANJANG DARI Pemindahan ibu kota negara ke Kalimantan akan meningkatkan output beberapa sektor non-
tradisional, terutama Sektor Jasa
PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA
2. Diversifikasi Ekonomi
Pengembangan Wilayah 25
DAMPAK JANGKA PANJANG DARI
PENINGKATAN KESEMPATAN KERJA PENINGKATAN FACTOR INCOME
PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA
wL rK
10,9% Sektor Sektor
Kalimantan Timur
Padat karya Padat Modal
14% 5,1%
6,0%
Pulau Kalimantan
Share pendapatan yang berasal
dari sektor padat karya mengalami
peningkatan
3. Penurunan Ketimpangan
Pendapatan
Peningkatan
Kualitas Institusi Perbaikan
Pasar Tenaga Kerja
Pendalaman
Peningkatan Investasi Pasar Keuangan
terutama FDI
Transformasi Struktural
Revitalisasi Sektor Industri
Meningkatkan
Kompleksitas Ekspor
Pengembangan
Riset & Teknologi
Pembangunan
Reformasi Fiskal: Infrastruktur
Peningkatan Penerimaan untuk
Peningkatan Belanja Produktif
Pengembangan Wilayah 27
TRANSFORMASI STRUKTURAL MENJADI KUNCI
Memperbaiki lingkungan usaha yang mendukung Meningkatkan produktivitas serta Mendorong sektor jasa dengan nilai tambah yang tinggi
modernisasi industri, termasuk melalui pendapatan petani dan nelayan didorong oleh inovasi dan teknologi
penerapan Industri 4.0
Untuk dapat mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dalam lima tahun ke depan, maka perbaikan transformasi struktural menjadi
salah satu kunci utama. Perbaikan transformasi struktural utamanya didorong oleh revitalisasi industri pengolahan, dengan tetap mendorong
perkembangan sektor lain melalui modernisasi pertanian, hilirisasi pertambangan, pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan, dan
transformasi sektor jasa.
7,3-8,0%
outsourcing.
• Penerbitan izin mempekerjakan TKA berbasis kebutuhan keahlian.
• Penyederhanaan kebijakan imigrasi untuk tenaga kerja asing terampil.
REGULASI TENAGA
KERJA
»» Contoh negara lain: pemberian visa khusus untuk investor,
enterpreneur, atau start up. (2020-2024)
Memberikan fasilitas kemudahan usaha dan
investasi, meningkatkan kepastian hukum, dan
melanjutkan pembangunan infrastruktur
50
REGULASI TENAGA • Penyederhanaan pelaporan perpajakan Stok Infrastruktur 2024 (Persen
KERJA PDB) – skenario sedang
55%
• Penyederhanaan regulasi perizinan baik di pusat dan daerah. Kontribusi sektor manufaktur
INSTITUSI • Penerapan zona integritas pada sektor perizinan. terhadap total realisasi investasi
di tahun 2024
Pengembangan Wilayah 29
PENGEMBANGAN PELAYANAN KESEHATAN
TARGET PEMENUHAN PELAYANAN DASAR
DI 2024
DASAR
Rekomendasi Kebijakan:
• Percepatan perbaikan gizi terutama pada
kelompok anak di seribu hari pertama
183 Angka kematian ibu (per
100.000 kelahiran hidup)
16
kehidupan. Angka kematian bayi (per
• Peningkatan kinerja sistem kesehatan 1.000 kelahiran hidup)
melalui penyediaan sarana, prasarana, dan
19%
tenaga kesehatan. Prevalensi stunting (pendek
• Mendorong perilaku hidup sehat didukung dan sangat pendek) pada
dengan perbaikan lingkungan dan balita (persen)
infrastruktur.
Rekomendasi Kebijakan:
• Peningkatan kualitas pengajaran dan
2,8JUTA Jumlah lulusan pelatihan
vokasi
80%
pembelajaran dengan penekanan pada
Persentase lulusan PT yang
science, technology, engineering, and
langsung bekerja
mathematics (STEM) dan kemampuan
36.500
literasi. Jumlah publikasi ilmiah dan
• Peningkatan kompetensi guru melalui
1. Sumber Daya Manusia penguatan pre-service education bagi calon
sitasi di jurnal internasional
81,75
guru dan in-service training bagi guru dalam Persentase Guru (TK, SD,
jabatan. SMP, SMA, SMK, dan PLB)
• Penguatan pendidikan dan pelatihan vokasi. yang Bersertifikat Pendidik
• Pembukaan investasi asing untuk pendidikan (Persen)
tinggi pada bidang yang dibutuhkan
Indonesia
• Pengembangan riset inovasi dan ekosistem
a. 84,46% Persentase Satuan Pendidikan
Berakreditasi Minimal B
inovasi.
• Pengembangan sistem insentif bagi b. 81,33% (Persen):
a). SD/MI
diaspora untuk kembali ke Indonesia
c. 80,86% b). SMP/MTs
c). SMA/MA
• Rumah tangga dengan akses sanitasi yang Pengelolaan Air Tanah, Air Baku
layak dan aman (air limbah) (90%) Berkelanjutan
2. Infrastruktur
Waduk Multipurpose dan Modernisasi
Pembangunan infrastruktur untuk Irigasi
pelayanan dasar diprioritaskan untuk
memastikan pemerataan pembangunan
di seluruh wilayah Indonesia dalam
Ketahanan Kebencanaan
rangka mengurangi ketimpangan
Infrastruktur
antarwilayah.
Pengembangan Wilayah 31
DEVELOPMENT CONSTRAINTS TARGET DAN SASARAN KEBIJAKAN
Tutupan Hutan dan Lahan Gambut serta Ketersediaan Air dan Energi
Habitat Spesies Kunci • Mempertahankan ketersediaan air pada
• Mempertahankan tutupan hutan primer pada setiap pulau minimal 1000m3/kapita/tahun.
luas minimal 43 juta Ha. • Meningkatkan proporsi energi baru
• Memperluas area restorasi lahan gambut terbarukan (EBT) minimal 20%.
seluas 1,5-2 juta Ha. • Peningkatan upaya penemuan sumber-
sumber energi baru.
Lingkungan
Pemanfaatan APBN
Memperluas Sumber-Sumber Pendanaan Memperkuat Evaluasi dan Pengendalian
Kapasitas Fiskal dan Pendanaan
• Skema Kerjasama Pemerintah dengan • Evaluasi berupa evaluasi kebijakan strategis,
Pembangunan Badan Usaha (KPBU) evaluasi pengukuran kinerja, dan evaluasi
• Pembiayaan Investasi Non-Anggaran pelaksanaan rencana pembangunan
(PINA), Blended Finance serta Output Based • Pengendalian kinerja disertai dengan
Transfer/Hibah ke daerah tindakan korektif
• Memperluas sumber innovative financing
lainnya
Pengembangan Wilayah 33
4 PRASYARAT PEMBANGUNAN
Prasyarat Pembangunan 35
5 KERANGKA PENDANAAN
DAN REGULASI
MASYARAKAT/
PEMERINTAH BUMN
BADAN USAHA
Diarahkan utamanya pada: • Mendorong pertumbuhan ekonomi Infrastruktur ekonomi dan sosial yang
memiliki kelayakan ekonomi.
• Fungsi absolut pemerintah (antara • Meningkatkan pelayanan pada
lain politik, hankam). masyarakat
• Pelayanan dasar (antara
lain pendidikan, kesehatan,
perumahan) dengan Standar
Pelayanan Minimal.
Benchmark diambil untuk proyek-proyek yang dimulai antara 2015-2019 di Cina, India, Malaysia,
Filipina, Afrika Selatan, Thailand, dan Vietnam
Strategic Industry
and Plantations
Manufacturing Defence Aerospace IT Integrated Plantations Smelter
Industry Industry Tourism
Energy and
Electricity
Affordable Housing Urban Housing
Major Project 45
LAMPIRAN D
PRICE LIST PIPA SPINDO (Electric Resistance Weld)
Tanggal 19 Mei 2021
V-TEE SGP V-TEE SGP V-TEE Sch-40 V-TEE Sch-40 V-SOCK Sch-40 V-SOCK Sch-40 V-SOCK SGP V-SOCK SGP
Size Harga (Rp) Size Harga (Rp) Size Harga (Rp) Size Harga (Rp) Size Harga (Rp) Size Harga (Rp) Size Harga (Rp) Size Harga (Rp)
3/4 x 1/2 23.320 6 x 2 1/2 438.350 1 1/4 x 1/2 43.340 5x3 413.930 1 1/4 x 1/2 29.810 8x2 708.730 1 1/2 x 1 1/4 33.000 10 x 5 588.390
1 x 1/2 35.200 6x3 523.600 1 1/4 x 3/4 40.590 5x4 499.950 1 1/4 x 3/4 22.770 8 x 2 1/2 575.960 2 x 1/2 59.510 10 x 6 504.130
1 x 3/4 35.310 6x4 426.800 1 1/4 x 1/2 43.780 6x1 511.610 1 1/4 x 1/2 19.030 8x3 570.020 2 x 3/4 45.430 10 x 8 434.500
1 1/4 x 1/2 46.970 6x5 563.530 1 1/2 x 1/2 47.630 6 x 1 1/2 475.860 1 1/2 x 1/2 32.010 8x4 426.800 2x1 35.200 12 x 4
1 1/4 x 3/4 47.630 8 x 1 1/2 729.850 1 1/2 x 3/4 55.110 6x2 475.860 1 1/2 x 3/4 29.810 8x5 505.340 2 x 1 1/4 41.140 12 x 5 1.036.970
1 1/4 x 1/2 42.020 8 x 2 1/2 773.410 1 1/2 x 1/2 50.380 6 x 2 1/2 511.830 1 1/2 x 1 23.320 8x6 390.280 2 x 1 1/2 29.260 12 x 6 981.310
1 1/2 x 1/2 61.600 8x3 820.930 1 1/2 x 1 1/4 68.640 6x3 538.230 1 1/2 x 1 1/4 27.060 10 x 4 1.068.210 2 1/2 x 3/4 81.620 12 x 8 765.050
1 1/2 x 3/4 68.200 8x4 904.640 2 x 1/2 74.140 6x4 570.570 2 x 1/2 49.170 10 x 5 854.920 2 1/2 x 1 80.520 12 x 10 657.470
1 1/2 x 1 61.050 8x5 973.060 2 x 3/4 61.600 6x5 558.690 2 x 3/4 45.430 10 x 6 660.220 2 1/2 x 1 1/4 51.920 14 x 6
1 1/2 x 1 1/4 65.230 8x6 982.300 2 x 1/2 64.350 8 x 1 1/2 1.182.610 2x1 35.750 10 x 8 649.330 2 1/2 x 1 1/2 45.980 14 x 8 1.826.880
2 x 1/2 67.100 10 x 4 1.369.830 2 x 1 1/4 91.850 8 x 2 1/2 2 x 1 1/4 35.750 12 x 4 2 1/2 x 2 48.070 14 x 10 1.389.740
2 x 3/4 77.330 10 x 5 2 x 1 1/2 67.540 8x3 978.010 2 x 1 1/2 30.250 12 x 5 3x1 77.770 14 x 12 1.258.180
2x1 68.200 10 x 6 1.309.440 2 1/2 x 3/4 123.090 8x4 935.880 2 1/2 x 1 82.170 12 x 6 1.097.910 3 x 1 1/4 68.200 16 x 8 2.481.380
2 x 1 1/4 75.130 10 x 8 1.562.440 2 1/2 x 1 113.960 8x5 857.120 2 1/2 x 1 1/4 63.250 12 x 8 973.720 3 x 1 1/2 61.600 16 x 10 2.274.910
2 x 1 1/2 73.480 12 x 4 1.796.190 1 1/2 x 1 1/4 112.420 8x6 825.330 2 1/2 x 1 1/2 64.900 12 x 10 1.020.140 3x2 55.110 16 x 12 1.801.360
2 1/2 x 3/4 136.730 12 x 5 1.884.520 2 1/2 x 1 1/2 118.910 10 x 4 1.455.190 2 1/2 x 2 53.570 14 x 8 1.938.090 3 x 2 1/2 53.570 16 x 14 2.018.500
2 1/2 x 1 101.090 12 x 6 2.819.410 2 1/2 x 2 140.910 10 x 5 3x1 92.290 14 x 10 2.362.800 4x1 187.880 18 x 10
2 1/2 x 1 1/4 100.540 12 x 8 2.695.880 3x1 150.150 10 x 6 1.508.980 3 x 1 1/4 74.580 14 x 12 1.840.410 4 x 1 1/4 142.560 18 x 12
2 1/2 x 1 1/2 107.030 12 x 10 3.158.870 3 x 1 1/4 151.800 10 x 8 1.746.030 3 x 1 1/2 76.780 16 x 8 3.635.060 4 x 14 1/2 154.550 18 x 14 2.093.740
2 1/2 x 2 135.520 14 x 8 3.389.870 3 x 1 1/2 158.180 12 x 5 3.126.200 3x2 68.200 16 x 10 3.240.380 4x2 108.020 18 x 16 2.580.820
3x1 147.400 14 x 10 3.518.570 3x2 147.510 12 x 6 3.002.890 3 x 2 1/2 63.800 16 x 12 2.945.250 4 x 2 1/2 79.420 20 x 10
3 x 1 1/4 160.490 14 x 12 3.413.080 3 x 2 1/2 164.120 12 x 8 2.438.920 4x1 212.190 16 x 14 2.763.310 4x3 75.680 20 x 16 3.811.720
3 x 1 1/2 128.040 16 x 2 2.821.610 4x1 229.020 12 x 10 2.837.010 4 x 1 1/4 153.890 18 x 14 3.639.130 5x2 214.830 20 x 18 3.360.610
3x2 146.300 16 x 10 4.485.580 4 x 1 1/4 226.710 14 x 6 4 x 1 1/2 150.700 18 x 16 3.270.960 5 x 2 1/2 158.180 24 x 16
3 x 2 1/2 126.940 16 x 12 4.417.490 4 x 1 1/2 220.220 14 x 8 4x2 134.970 20 x 16 5.066.710 5x3 175.560 24 x 18 4.223.120
4x1 248.380 16 x 14 3.754.190 4x2 241.890 14 x 10 4.855.950 4 x 2 1/2 122.540 20 x 18 5.046.690 5x4 137.720 24 x 20 4.467.100
4 x 1 1/4 279.180 4 x 2 1/2 258.610 14 x 12 4.855.950 4x3 122.100 24 x 16 7.676.680 6x2 253.110
4 x 1 1/2 192.280 4x3 261.910 16 x 8 4.917.890 5x2 250.250 24 x 18 7.397.060 6 x 2 1/2 231.880
4x2 199.430 5x2 486.970 16 x 10 6.455.350 5 x 2 1/2 241.980 24 x 20 9.318.430 6x3 288.750 V-SOCK Sch-40
No Description 1/2" 3/4" 1" 1 1/4" 1 1/2" 2" 2 1/2" 3" 4" 5" 6" 8" 10" 12" 14" 16" 18" 20" 24" 28"
1 Elbow SGP 7.700 10.120 13.750 17.050 22.550 36.520 56.100 77.000 143.000 231.000 327.800 665.500 1.248.500 1.705.000 2.606.340 4.319.810 5.555.110 6.568.100 11.509.960 17.634.870
2 Elbow SGP 45 6.380 7.480 11.990 13.090 17.380 23.320 41.690 55.770 82.280 131.780 207.350 421.080 933.240 1.075.140 2.004.530 2.462.680 5.760.260
3 Elbow STD
4 Elbow Sch-40 8.030 9.900 13.200 17.600 22.550 35.750 70.400 105.600 198.000 319.000 473.000 935.000 1.672.000 2.475.000 3.477.320 5.312.010 10.493.230 15.953.740 29.354.820
5 Elbow Sch-40 45 6.380 8.580 10.670 14.190 23.320 31.460 50.380 73.480 145.310 235.400 314.160 541.420 1.073.820 1.543.630
6 Elbow Sch-80 14.080 14.850 17.600 22.330 34.980 50.600 101.200 151.800 284.900 473.000 735.900 1.529.000 2.997.500 5.648.500
7 Tee SGP 18.370 19.250 32.450 44.000 51.700 66.000 116.600 132.000 201.300 324.500 446.600 962.500 1.497.760 2.625.700 3.445.970 4.676.650
8 Tee Sch-40 18.700 19.800 33.550 44.880 53.350 67.650 138.600 160.050 247.500 405.900 592.900 1.155.000 1.916.200 3.135.000 4.427.610 5.298.810
9 Tee SCH-80 44.770 48.730 59.510 82.280 101.750 106.260 260.810 334.730 516.560 575.960 1.189.650 1.982.310 3.951.310 3.087.000
10 V-S Sch-80
Excentric
11
Reducing SGP
Excentric
12
Reducing Sch
13 Dop SGP 18.370 31.460 31.460 68.640 119.900 157.740 264.000 540.320 713.570 1.220.890 1.628.880 1.886.500 2.527.470
14 Dop Sch-40 18.370 36.410 36.410 74.470 127.380 173.910 279.180 541.420 904.530 1.332.870 2.233.880 3.137.310
15 V-T Sch-80
Las Boch
16
Short SGP
Keterangan :
1. Harga belum termasuk PPN 10%
2. Harga & stock sangat tidak mengikat
3. Harga netto
Daftar Harga Fitting Steel Flange Ricon/FKK
Tanggal 02 Juni 2021
No Description 1/2" 3/4" 1" 1 1/4" 1 1/2" 2" 2 1/2" 3" 4" 5" 6" 8" 10" 12" 14" 16" 18" 20" 24" 28"
1 Flange FFCS NS 10K 38.100 44.400 52.800 55.700 58.500 72.000 97.800 97.400 110.700 154.100 162.000 305.800 529.600 545.400 774.000 986.100 1.201.600 1.455.900 2.051.900
2 Flange FFCS JIS B2220 10K 40.200 46.300 57.200 58.500 80.200 94.500 139.900 152.400 179.100 284.200 354.100 423.900 706.700 780.000 954.300 1.369.200 1.799.100 1.958.100 2.787.100 3.819.000
3 Flange FFCS JIS B2220 20K 51.000 63.400 81.200 102.400 112.900 119.500 167.900 214.400 297.200 492.800 642.600 813.800 1.337.700 1.620.800
4 Flange FFCS JIS B2220 6K 28.000 26.400 33.300 53.100 56.700 61.200 69.400 85.700 102.600 141.400 189.800 271.900 406.000 544.700 668.700 894.100 1.031.800
5 Flange FFCS NS 5K 27.200 30.400 36.200 51.600 51.600 64.600 75.600 84.200 113.600 142.000 170.000 213.000 511.200 580.400 830.200 993.800
6 Flange FFCS JIS B2220 16K 44.800 57.300 75.000 96.300 109.300 112.200 158.300 208.500 291.200 427.100 546.500 662.000 1.066.500 1.412.000
7 Blind Flange RFCS B2220 10K 47.000 61.200 64.300 79.900 86.600 99.100 136.200 147.400 193.800 382.500 464.500 769.600 955.800 1.618.300 1.771.300 2.613.800 3.675.100 4.074.400 6.120.000
8 Flange RFCS JIS BS4504 PN10 48.600 69.400 63.700 102.000 97.800 111.900 150.700 174.700 204.000 286.100 360.200 475.900 643.500 762.300 1.189.400 1.683.500 2.131.100 2.277.800 3.232.800
9 Flange RFCS NS PN10 48.600 46.900 68.000 74.900 100.600 102.000 121.200 123.300 149.400 285.400 291.500 487.100 519.300 677.000 1.296.400 1.239.400 1.764.800 2.067.300 2.850.000
10 Blind Flange RFCS BS4504 PN10 51.400 74.200 95.000 102.400 121.400 159.500 217.500 277.500 335.700 600.000 912.000 1.380.200 1.752.200
11 Flange RFCS BS4504 PN16 49.900 71.200 76.400 104.600 102.700 140.800 172.800 224.200 230.300 319.100 399.900 527.700 766.000 937.000 1.506.500 2.239.500
12 Flange RFCS NS PN16 49.900 58.100 69.400 76.800 103.200 104.600 129.600 133.200 153.200 292.600 298.800 499.300 678.900 688.400 1.328.900 1.331.500 1.871.900 2.185.200 3.620.200
13 Blind Flange RFCS BS4504 PN16 54.000 76.100 97.400 105.000 124.400 173.200 223.000 284.500 338.500 454.200 622.800 920.200 1.468.700 1.989.500 2.916.300 3.870.000
14 Blind Flange RF JIS BS2220 20K 55.500 71.400 118.100 151.200 122.100 142.200 209.700 301.600 424.800 692.000 916.900 1.316.700 2.222.800 2.885.000
15 Slip ON RF A105 B16,5 150 Psi 48.900 59.900 88.700 111.400 145.300 155.100 216.300 244.000 363.000 392.000 465.300 779.100 1.112.800 1.801.400 2.290.800 2.928.900 3.405.500 4.487.100 6.199.700
16 Slip ON RF A105 B16,5 300 Psi 260.200 192.000 268.100 366.700 638.900 792.600 1.011.200 1.544.600 2.153.400 3.335.900
18 Blind Flange RFA105 B16,5 150 Psi 45.300 60.800 90.800 101.000 133.800 154.200 236.700 285.100 431.400 510.400 658.900 1.160.000 1.713.200 2.544.800 3.460.000 4.505.700
19 Welding Neck RF A105 B16,5 540 150 Psi 53.000 75.000 110.200 186.100 218.300 278.900 337.700 476.500 580.000 733.000 1.169.700 1.613.200 2.804.000 3.437.700 4.690.400
20 Welding Neck RF A105 B16,5 580 300 Psi 302.000 360.600 485.500 786.300 1.061.800 1.373.000 2.149.000 3.128.500 5.071.200
Keterangan :
1. Harga belum termasuk PPN 10%
2. Harga & stock sangat tidak mengikat
3. Harga netto
PRICE LIST PIPA BAKRIE (BPI)
Tanggal 18 Februari 2021
Inch OD Medium SNI ASTM A 53A SCH 40 Medium SIO Medium BOS
Btg M/M Kg BSP GIP Kg BSP GIP Kg BSP GIP Kg BSP GIP
Kg BPI Rp/Btg Rp/Btg BPI Rp/Btg Rp/Btg BPI Rp/Btg Rp/Btg BPI Rp/Btg Rp/Btg
1/2" 21,40 7,32 261.800 354.200 7,62 272.800 367.400 5,76 200.200 279.400 5,22 187.000 253.000
3/4" 27,20 9,48 336.600 451.000 10,14 358.600 490.600 7,38 261.800 356.400 6,68 237.600 321.200
1" 34,20 14,64 519.200 697.400 15,00 536.800 723.800 9,48 334.400 448.800 8,52 305.800 411.400
1 1/4" 42,90 18,84 666.600 897.600 20,34 715.000 981.200 12,00 429.000 578.600 10,84 387.200 521.400
1 1/2" 48,80 21,66 765.600 1.029.600 24,30 858.000 1.172.600 13,68 486.200 660.000 12,41 440.000 596.200
2" 60,80 30,66 1.080.200 1.467.400 32,64 1.144.000 1.573.000 17,40 611.600 827.200 15,55 554.400 750.200
2 1/2" 76,60 39,06 1.377.200 1.856.800 51,74 1.823.800 2.516.800 23,17 783.200 1.056.000 24,90 891.000 1.201.200
3" 89,50 50,82 1.795.200 2.437.600 67,74 2.395.800 3.264.800 36,84 1.315.600 1.775.400 29,22 1.045.000 1.408.000
4" 114,90 72,60 2.618.000 3.526.600 96,42 3.432.000 4.686.000 47,64 1.702.800 2.296.800 37,80 1.353.000 1.821.600
5" 140,60 97,20 3.561.800 4.826.800 130,62 4.648.600 6.331.600 59,10 2.114.200 2.864.400 - - -
6" 168,30 115,20 4.248.200 5.757.400 169,56 6.043.400 8.217.000 70,02 2.503.600 3.394.600 - - -
8" 219,10 199,86 7.143.400 9.686.600 255,24 9.116.800 12.372.800 158,29 5.649.600 7.678.000 - - -
10" 273,00 250,50 8.956.200 12.139.600 361,74 12.870.000 17.531.800 198,26 7.079.600 9.607.400 - - -
12" 323,80 - - - 478,20 17.096.200 23.174.800 298,31 10.654.600 14.454.000 - - -
14" (11,13) 355,60 - - - 567,30 20.281.800 27.493.400 328,14 11.726.000 15.903.800 - - -
16" (12,70) 406,40 - - - 739,80 26.419.800 35.851.200 375,86 13.406.800 18.213.800 - - -
18" (12,70) 457,00 - - - 917,40 35.475.000 43.552.600 423,60 15.958.800 22.074.800 - - -
20" (12,70) 508,00 - - - 1,194,1 41.745.000 48.501.200 471,32 17.754.000 24.560.800 - - -
24" (12,70) 610,00 - - - 1,405,0 58.143.800 58.449.600 506,60 21.351.000 29.535.000 - - -
12" (9,52) 323,80 - - - 442,68 15.802.600 21.454.400 - - - - - -
14" (9,52) 355,60 - - - 487,50 17.410.800 23.625.800 - - - - - -
16" (9,52) 406,40 - - - 559,02 19.949.600 27.090.800 - - - - - -
18" (9,52) 457,20 - - - 630,60 23.755.600 32.861.400 - - - - - -
20" (9,52) 508,00 - - - 702,12 26.450.600 36.588.200 - - - - - -
24" (9,52) 609,40 - - - 845,32 31.842.800 44.048.400 - - - - - -
16" (8,74) 406,40 - - - 513,98 - - - - - - - -
18" (8,20) 406,40 - - - 483,12 - - - - - - - -
Keterangan :
- Harga & stock sangat tidak mengikat
- Harga FOT gudang SBS Sunter