PENGERTIAN
Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang
selanjutnya disebut Proper merupakan evaluasi kinerja penanggungjawab usaha dan/atau
kegiatan di bidang pengelolaan lingkungan hidup.
TAHAPAN
a. Perencanaan
- Pembentukan pelaksana Proper;
Dibentuk oleh menteri dan terdiri atas: dewan pertimbangan Proper dan tim teknis
Proper.
- Penapisan usaha dan/atau kegiatan peserta proper
Dilakukan oleh tim teknis Proper dengan koordinasi kepala instansi lingkungan
hidup tingkat provinsi.
b. Pelaksanaan
- Pembinaan
Dilakukan oleh tim teknis Proper kepada peserta Proper. Dilaksanakan melalui:
Diseminasi informasi (sosialisasi dan bimbingan teknis),
Konsultasi (pemberian saran dan masukan teknis terkait aspek yang
menjadi kriteria penilaian Proper), dan/atau
Fasilitasi kolaborasi peserta Proper (penyusunan intensitas penggunaan
sumber daya dan replikasi praktek terbaik dalam pengelolaan lingkungan
hidup).
- Penilaian
Dilakukan oleh tim pelaksana Proper dalan 1 tahun periode penilaian yang
ditetapkan oleh ketua tim teknis.
- Pemeringkatan
Dilaksanakan oleh tim pelaksana Proper provinsi dan harus mendapatkan
supervise yang disusun dalam bentuk berita acara menggunakan format yang
tercantum pada lampiran dari tim pelaksana Proper pusat.
c. Penetapan Peringkat
Ditetapkan oleh menteri berdasarkan hasil evaluasi
d. Pemberian Penghargaan, Pembinaan, dan Penegakan Hukum
- Penghargaan berupa trofi dan sertifikat sesuai dengan peringkat masing-masing
peserta Proper,
- Pembinaan diberikan kepada peserta Proper yang ditetapkan dengan peringkat
merah atau sedang dalam penangguhan,
- Penegakan hukum dilakukan kepada peserta dengan peringkat merah dan hitam.
KRITERIA PENILAIAN
Aspek yang dinilai dalam kriteria pengelolaanlingkungan wajib mencakup:
1. Pengendalian pencemaran air;
2. Pemeliharaan sumber air (khususuntuk industri air minum dalam kemasan);
3. Pengendalian pencemaran udara;
4. Pengelolaan limbah B3;
5. Pengelolaan limbah non B3;
6. Pengelolaan B3 (khusus untuk industri prasarana jasa transportasi);
7. Pengendalian kerusakan lahan (khusus untuk kegiatan pertambangan);
8. Pengelolaan sampah (khusus untuk industri prasarana jasa transportasi).