Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap musim kemarau kita selalu diganggu asap. Sejumlah kota di Riau maupun
Kalimantan disergap asap. Jarak pandang terganggu, aktivitas sosial dan ekonomi pun
terganggu. Di laut lepas, di Selat Malaka, maupun di sejumlah sungai yang padat transportasi
air menjadi sangat rawan kecelakaan. Sejumlah bandara sesekali tutup karena jarak pandang
tak mencukupi untuk keselamatan penerbangan. Dua negara tetangga kitaMalaysia dan
Singapuraterkena dampak yang sama.
Masalah itu selalu berulang, tak kunjung ada penyelesaian yang permanen. Padahal
penyebabnya sudah jelas: Kebakaran hutan. Hal itu dilakukan oleh pemilik hak
pengusahaan hutan (HPH) maupun oleh petani tradisional. Motifnya adalah untuk membuka
lahan perkebunan baru maupun untuk lahan pertanian baru. Membuka lahan baru dengan
membakar adalah cara yang paling hemat dan cepat. Berdasarkan foto satelit, juga bisa
diketahui di mana saja ada titik-titik api yang menjadi pusat kebakaran tersebut. Namun,
semua kemajuan teknologi itu sama sekali tak berpengaruh terhadap penanggulangan
kebakaran

hutan. Kita seolah sudah kebal dan bebal terhadap semua persoalan. Apalagi

masalahnya akan selesai dengan sendirinya begitu musim penghujan datang. Kita tak cukup
punya kepedulian terhadap dampak kerusakan alam, hilangnya habitat flora dan flauna,
maupun punahnya sejumlah spesies tumbuhan maupun binatang. Secara ekonomi juga sangat
merugikan karena terganggunya aktivitas sosial dan ekonomi maupun akibat kerusakan
alamnya. Kesehatan warga yang terganggu tak pernah masuk dalam hitungan.

Musibah asap ini terus berulang setiap musim kemarau. Hingga saat ini seperti tidak
ada jalan keluar yang bisa mengatasi musibah rutin tersebut. Tiap tahun banjir titik api
kebakaran hutan. Data Walhi mengungkapkan bahwa setiap tahun Indonesia memproduksi
lebih dari 40 ribu titik api. Angka ini menurun pada tahun 2006 menjadi 39 ribuan karena
tingginya angka curah hujan.
Awal Oktober 2010 asap akibat pembakaran lahan di Sumsel, Jambi, dan Lampung
bergeser ke wilayah Riau, kemudian menutupi Kota Batam, Kabupaten Bintan, dan Karimun.
Kabut asap terus bergeser, menyelimuti udara Singapuradan Malaysia.Di Kalimantan Barat
sendiri Laporan menebalnya kabut asap datang dari Singkawang, Sambas, Ketapang, dan
Kabupaten

Pontianak.

Kepala

Bidang Perlindungan Hutan, Dinas Kehutanan Kalbar,

Sunarno, menginformasikan titik api (hotspot) di Kalbar, Selasa lalu berjumlah 127 titik. Titik
api terbanyak berada di Kabupaten Ketapang sebanyak 95 buah.
Dampak yang ditimbulkan dari kabut asap ini sangat besar dan meliputi berbagai
aspek kehidupan. Mulai dari social, ekonomi, pendidikan dan kesehatan.Untuk itu perlu
dilakukan penanganan yang lebih optimal agar bencana ini tidakterulang dikemudian hari.
Oleh karena itu penulis akan mencoba untuk membahas beberapa aspek dari kabut asap yang
terjadi selama ini. Agar kita semua dapat memahami atau setidaknya mengetahui apa dan
bagaimana sebaiknya kita dalam menghadapi bahaya kabut asap.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa memahami aspek-aspek dan
akibat yang ditimbulkan dari kabut asap yang terjadi di Indonesia
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah :

a. Agar mahasiswa dapat mengetahui sejauh mana bencana kabut asap yang terjadi di
Indonesia
b. Agar mahasiswa mengetahu penyebab dan proses terjadinya kabut asap
d. Agar mahasiswa dapat mengetahui dampak dari bencana kabut asap
e. Agar mahasiswa dapat mengetahui upaya penanggulangan kabut asap

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Kabut Asap
Kabut asap adalah istilah adaptasi dari bahasa inggris yaitu smog ( smoke and fog)
adalah kasus pencemaran udara berat yang bisa terjadi sehari hari hingga hitungan bulan.
Dimana asap merupakan masuknya atau tercampurnya unsure unsur berbahaya ke dalam
atmosfir seperti karbon dioksida,nitrogen oksida,sulfur dioksida, atau particular logam berat
yaitu seperti krom,cadmium dan nikel yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan
lingkungan, gangguan pada kesehatan manusia secara umum, serta menurunkan kualitas
lingkungan.
Sesuai dengan defenisi pencemaran lingkungan dalam Peraturan Pemerintah No. 27
Tahun 1997 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan dalam Pasal 1 ayat (12),
disebutkan bahwa pencemaran udara disebabkan oleh aktivitas manusia seperti pencemaran
yang berasal dari pabrik, kendaraan bermotor, pembakaran sampah, sisa pertanian dan
peristiwa alam seperti kebakaran hutan dan letusan gunung api yang mengeluarkan debu, gas
dan awan panas.
Pengertian lain menyebutkan bahwa pencemaran udara atau kabut asap adalah
masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam atmosfir yang dapat
mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan, gangguan pada kesehatan manusia secara
umum serta menurunkan kualitas lingkungan.

B. Proses Terjadinya Kabut asap


1. Faktor Alam
Faktor alam adalah kabut asap yang terbentuk karena adanya pembakaran hutan oleh
manusia, yang bertujuan untuk kepentingan tertentu. Akan tetapi yang paling dominan
dalam menyebabkan kabut asap adalah kebakaran hutan. Seperti yang kita ketahui,
penyebab bencana asap ini adalah pembukaan semak belukar dan lahan gambut untuk
pertanian dengan cara pembakaran. Sebagian lagi, seperti yang juga terjadi di beberapa
wilayah di Sumatera, pembakaran lahan dilakukan oleh perusahaan yang membersihkan
lahan untuk perkebunan. Yang benar-benar terasa dampaknya yaitu kabut asap yang
berasal dari alam(pembakaran hutan) karena ini terjadi dalam skala besar. Kabut asap inilah
yang memberikan efek langsung kepada kesehatan terutama pada system pernapasan.
2. Faktor Non Alam
Faktor non alam adalah kabut asap yang terjadi karena alat-alat yang dibuat manusia. Kabut
asap yang terjadi di Indoensia disebabkan oleh banyak faktor antara lain polusi kendaraan
bermotor, pabrik, letusan gunung berapi,pembakaran sampah rumah tangga, dan lain
sebagainya yang menghasilkan kabut asap.
C. Jenis Bencana Kabut Asap
1. Sumber Bergerak
Kegiatan transportasi, baik di darat, air maupun udara, selama
menggunakan bahan baker sebagai tenaga penggerak, sudah pasti akan
menghasilkan pencemaran udara. Transportasi darat, khususnya penggunaan
kendaraan bermotor, merupakan sumber utama polusi di kota-kota besar.

2. Sumber Tidak Bergerak


a. Industri
Pada kegiatan ini, polusi udara dikeluarkan terutama pada proses produksi.
Selain itu penggunaan peralatan seperti mesin manufaktur umumnya juga
menyebabkan polusi.
b. Kebakaran hutan
Musim kemarau panjang seringkali menyebabkan terjadinya kebakaranhutan akibat
gesekan ranting-ranting pohon yang kering. Namun pada dekade terakhir ini, kebakaran
hutan seringkali disebabkan oleh ulah manusia yang tidak bertanggung jawab, dengan alasan
untuk membuka lahan hutan.
Yang paling dominan dalam menyebabkan kabut asap adalah kebakaran
hutan. Seperti yang kita ketahui, penyebab bencana asap ini adalah pembukaan semak
belukar dan lahan gambut untuk pertanian dengan cara pembakaran. Sebagian lagi, seperti
yang juga terjadi di beberapa wilayah di Sumatera, pembakaran lahan dilakukan oleh
perusahaan yang membersihkan lahan untuk perkebunan
c. Pembakaran sampah
Proses pembakaran walaupunskalanya kecil namun sangat berperan dalam meningkatkan
polusi asap di udara.
Sementara, jika terjadi pembakaran sampah plastic, maka akan dihasilkan dioksin,
zat yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia
3. Sumber dalam ruangan (Indoor Pollution)
a. Kegiatan rumah tangga
Kegiatan masak-memasak yang dilakukan di dalam rumah menghasilkan
polusi udara yang cukup membahayakan para penghuni rumah.

b. Asap Rokok
Kita tahu bahwa asap rokok mencemari udara disekitar dan
membahayakan kesehatan orang-orang di sekitar yang terpaksa harus
menghirupnya.
D. Karakteristik Korban Bencana Asap
1. Bencana kabut asap dapat menyebabakan menyebabkan iritasi pada mata yang
terkontaminasi oleh kabutasap, hidung yang menghirup kabut asap, dan tenggorokan
serta menyebabkan reaksi alergi yang terjadi bagi tubuh seseorang, peradangan dan
mungkin juga terjadinya infeksi.
2. Dalam proses pernafasan sehari hari, kemampuan kerja paru-paru seseorang akan
menjadi berkurang yang menyebabkan seseorang mudah lelah dalam melakukan
aktivitas sehari-harinya. Hal ini juga akan mengakibatkan seseorang akan kesulitan
dalam bernafas dan mengganggu aktivitas kehidupan sehari hari
3. Bagi seseorang yang sudah berusia lanjut (lansia) dan anak-anak maupun seseorang
yang mempunyai penyakit kronik, dengan kondisi daya tahan tubuh mereka yang
rendah akan lebih rentan untuk mendapatkan gangguan kesehatan badan mereka
akibat adanya bencana kabut asap tersebut.
4. Dengan adanya kabut asap yang terjadi, bahan polutan pada asap akibat kebakaran
hutan akan dapat menjadi sumber polutan bagi air bersih di daerah yang terkena kabut
asap tersebut sehingga menggangu kesehatan masyrakat yang mengkonsumsi air
bersih di sana. begitu juga dengan makanan yang tidak terlindungi.
5. Gangguan iritasi pada mata akibat kontak langsung dengan asap. Sehingga dengan
adanya kabut asap dapat mempengaruhi jarak pandang
6. Gangguan iritasi kulit akibat kontak langsung dengan kabut asap dengan jangka
waktu yang lama
7. Dampak tidak langsung kabut asap dapat menurunkan daya tahan tubuh dan
menimbulkan stress
E. Dampak yang ditimbulkan akibat kabut asap
1. Dampak terhadap kesehatan

ada beberapa dampak yang sangat berbhaya bagi kesehatan akibat kabut asap yang
terjadi, di antaranya :
a. Secara umum, bencana kabut asap telah meningkatkan kasus Infeksi Saluran
Pernapasan Atas (ISPA) di daerah yang tingkat pencemaran udaranya tinggi.
Bencana kabut asap dapat menyebabkan iritasi pada mata yang terkontaminasi oleh
kabut asap, hidung yang menghirup kabut asap, dan tenggorokan serta menyebabkan
reaksi alergi yang terjadi bagi tubuh seseorang, peradangan dan mungkin juga terjadinya
infeksi.
b. Dengan adanya kabut asap yang terjadi, akan dapat memperburuk penyakit asma yang
di alami oleh seseorang dan penyakit kronis lainnya, seperti bronkitis kronik, PPOK dan
lain sebagainya. Akibatnya pula, keadaan ini akan mempersulit penyembuhan bagi
seseorang yang memiliki penyakit penyakit tersebut.
c. Dalam proses pernafasan sehari hari, kemampuan kerja paru-paru seseorang akan
menjadi berkurang yang menyebabkan seseorang mudah lelah dalam melakukan
aktivitas sehari-harinya. Hal ini juga akan mengakibatkan seseorang akan kesulitan
dalam bernafas.
d. Bagi seseorang yang sudah berusia lanjut (lansia) dan anak-anak maupun seseorang
yang mempunyai penyakit kronik, dengan kondisi daya tahan tubuh mereka yang rendah
akan lebih rentan untuk mendapatkan gangguan kesehatan badan mereka akibat adanya
bencana kabut asap tersebut. hal ini sangat mengkhawatirkan bagi mereka yang ingin
melakukan aktvitas sehari-gari mereka seperti biasanya, sehingga di butuhkannya
perhatian yang khusus terhadap mereka di setiap harinya agar tidak terkena bahaya kabut
asap tersebut.
e. Dengan adanya kabut asap yang terjadi, bahan polutan pada asap akibta kebakaran
hutan akan dapat menjadi sumber polutan bagi air bersih di daerah yang terkena kabut
asap tersebut sehingga menggangu kesehatan masyrakat yang mengkonsumsi air bersih
di sana. begitu juga dengan makanan yang tidak terlindungi.

f. Infeksi saluran pernapasan akut atau yang biasa disebut dengan ISPA akan jadi lebih
mudah terjadi, terutama karena adanya ketidakseimbangan daya tahan tubuh seseorang,
pola bakteri atau virus penyebab terjadinya banyak penyakit serta buruknya lingkungan
yang di tempati.
g. Dampak tidak langsung kabut asap dapat menurunkan daya tahan tubuh dan
menimbulkan stress psikologis
2. Dampak Terhadap Sosial, Budaya dan Ekonomi
a. Terganggunya aktivitas sehari-hari, Asap yang diakibatkan oleh kebakaran hutan
secara otomatis mengganggu aktivitas manusia sehari-hari, apalagi bagi yang
aktivitasnya dilakukan di luar ruangan.
b. Menurunnya produktivitas, Terganggunya aktivitas manusia akibat kebakaran hutan
dapat mempengaruhi produktivitas dan penghasilan. 3. Hilangnya sejumlah mata
pencaharian masyarakat di dan sekitar hutan. Selain itu, bagi masyarakat yang
menggantungkan hidup dari mengolah hasil hutan, dengan terbakarnya hutan berarti
hilang pula area kerja (mata pencarian).
c. Kabut asap juga dapat mengganggu sektor ekonomi. Jarak pandang yang terbatas
(jarak pandang normal 1000 meter) dapat menganggu aktivitas penerbangan
dan pelayaran. Hal ini tentu akan berdampak transportasi akan terganggu yang
akan menyebabkan terhambatnya lalu lintas barang dan jasa.
Untuk di wilayah yang mengandalkan transportasi laut dan sungai hal ini akan sangat
menganggu. Barang-barang kebutuha pokok yang seharusnya sampai di daerah pada
waktunya akan terlambat sehingga menyebabkan harga barang akan naik yang
menyebabkan keresahan di kalangan masyarakat. Masyarakat dengan mata
pencaharian nelayan juga mengalami hal yang sama.
3. Dampak Terhadap Hubungan Antar Negara
9

Asap hasil kebakaran hutan menjadi masalah serius bukan hanya di daerah sekitar
hutan saja. Asap terbawa angin hingga ke daerah lain bahkan mencapai berbagai
negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, dan Brunei Darussalam.
4. Dampak Terhadap Sektor Pendidikan
Dengan adanya kabut asap, sangat berdampak sekali di sektor pendidikan. Banyak
sekolah yang meliburkan peserta didik mereka, dari jenjang Taman Kanak-Kanak,
SD, SMP, dan SMA, karena takut terhadap kesehatan mereka yang akan di ganggu
oleh kabut asap. Sehingga sistem pembelajaran dalam kelas akan terganggu akibat
dari kabut asap yang ada. Para peserta didik akan terganggu konsentrasi mereka
dalam memahami pelajaran yang dipaparkan oleh guru karena adanya gangguan
kabut asap yang bisa masuk ke kelas melalui fentilasi kelas. Hal ini pun tidak
dirasakan oleh peserta didik saja, melainkan dari guru juga yang kurang efektif dalam
menyampaikan materi.

BAB III
MANAJEMEN BENCANA PADA KABUT ASAP
A. Manajemen Bencana
Manajemen penanggulangan bencana menurut UU No. 24 tahun 2007 menyatakan
Penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi
penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan
bencana, tanggap darurat,kesiapsiagaan,recover,rehabilitasi dan rekonstruksi.
Yang bertujuan untuk menghindari kerugian pada individu, masyarakat, maupun Negara
melalui tindakan dini( sebelum dan sesudah terjadi), meminimalisasi kerugian,
meminimalisasi penderitaan yang ditanggung oleh imdividu dan masyarakat yang terkena
bencana.
10

B.
1.
2.
3.
4.

Pencegahan dan Mitigasi terhadap kabut asap


Kampanye dan sosialisasi kebijakan pengendalian kebakaran lahan dan hutan
Peningkatan masyarakat peduli api.
Peningkatan penegakan hukum.
Pembentukan pasukan pemadaman kebakaran khususnya untuk penanganan kebakaran

secara dini.
5. Pembuatan waduk di daerahnya untuk pemadaman api
6. Pembuatan skat bakar, terutama antara lahan, perkebunan, pertanian dengan hutan.
7. Hindarkan pembukaan lahan dengan cara pembakaran.Hindarkan penanaman tanaman
sejenis untuk daerah yang luas.
8. Melakukan pengawasan pembakaran lahan dengan cara pembakaran lahan untuk
pembukaan lahan secara ketat.
9. Melakukan penanaman kembali daerah yang telah terbakar dengan tanaman yang
heterogen.
10. Partisipasi aktif dalam pemadaman awal kebakaran di daerahnya.
11. Pengembangan teknologi pembukaan lahan tanpa membakar (pembuatan kompos, briket
arang dll).
12. Kesatuan persepsi dalam pengendalian kebakaran hutan dan lahan.
13. Penyediaan dana tanggap darurat untuk penanggulangan kebakaran lahan dan hutan.
14. Pengelolaan bahan bakar secara intensif untuk menghindari kebakaran yang lebih luas.
C. Kesiapsiagaan terhadap bencana kabut asap
1. Menetapkan lembaga PUSDALHUTLADA (Pusat Pengendalian Kebakaran Hutan
dan Lahan Daerah) , POSKOLAKDALKARHUTLADA (Pos Komando Pelaksana
Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Daerah) Kabupaten/ Kota,
SATLAKDALKARHUTLA (Satuan Pelaksana Pengendalian Kebakaran Hutan dan
Lahan) di tingkat Kecamatan;
2. Membentuk Satuan Tugas Pemadaman Kebakaran Hutan dan Lahan
(SATGASDAMKARHUTLA);
3. Melakukan kegiatan pembinaan, pengendalian dan pengawasan terhadap pelaksanaan
pembukaan lahan untuk pembangunan perkebunan, pertanian, transmigrasi, kehutanan
dan lain-lain baik yang dilakukan perusahaan dan masyarakat;
4. Jangan keluar rumah pada saat kabut asap sangat tebal dan apabila terpaksa gunakan
masker

11

5. Persiapkan obat obatan untuk pertolongan awal diutamakan bagi yang mempunyai
penyakit sebelumnya dan memastikan obat obatan yang harus dikomsumsi rutin
cukup banyak tersedia di rumah
D. Tanggap Darurat terhadap bencana asap
Pemerintah Pusat, dalam hal ini BNPB, akan melaksanakan Strategi Penanganan Bencana
Asap, sebagai berikut :
1. Penegakan hukum oleh Polri, Kejaksaan dan PPNS.
2. Pemadaman kebakaran hutan dan lahan (asumsi April Agustus 150 hari, dengan
- Operasi pemadaman darat, dilakukan dengan mengerahkan Unsur Pemerintah
Daerah, Manggala Agni Kemenhut, TNI, POLRI, Masyarakat Peduli Api,
Relawan,serta instansi/ organisasi terkait lainnya
- Operasi udara ada 2 metode, yaitu:
a. Operasi Hujan Buatan (Modifikasi Cuaca) yang bekerja sama dengan
BPPT,TNI AU serta BMKG;
b. Operasi pemboman air (water bombing) dengan menggunakan
Helikopter, dan bila diperlukan akan menggunakan Pesawat KAMOV,
BE-200 dan Sikorsky;
3. Sosialisasi kepada masyarakat dan perkebunan untuk mencegah kebakaran yang
meluas dengan melibatkan seluruh komponen di daerah rawan kebakaran hutan dan
lahan.
4. Rapat koordinasi lintas sector dan menyusun rencana kontingensi mengahdapi
ancaman bahaya kabut asap
Sementara bagi pemerintah daerah, diharapkan :
1. Harus lebih lebih pro-aktif mengkoordinasikan langkah-langkah konkrit terkait
dengan karhutla seperti melakukan rakor dengan stakeholder terkait kebakaran
hutan dan lahan.
2. Perlu menetapkan Status Siaga Darurat Bencana Asap manakala terjadi bencana
kebakaran hutan dan lahan.
3. Kebakaran hutan dan lahan sudah terjadi berulang-ulang sehingga masing-masing
daerah perlu membuat rencana aksi (Renaksi) penanggulangan kebakaran hutan dan
lahan.
E. Recovery terhadap bencana kabut asap
1. Memberikan layanan dan pemeriksaan kesehatan gratis bagi masyarakat, disertai
dengan pemberian obat-obatan secara gratis kepada masyarakat
2. Membagikan sembako kepada masyarakat yang terkena bencana asap
3. Membagikan masker kepada masyarakat yang terkena bencana asap
4. Memperbaiki sarana air bersih,listrik dan pelayanan kesehatan
12

5. Memberikan dukungan moral dan dukungan psikologis kepada masyarakat yang


terkena bencana asap
6. Memberikan susu bagi balita, lansia, ibu hamil dan ibu menyusui
F. Rehabilitasi terhadap bencana kabut asap
1. Melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala pada anak-anak dan balita,
lansia juga anak-anak usia sekolah dengan menurunkan tenaga medis ke desadesa bahkan sekolah
2. Membantu masyarakat memperbaiki rumah yang terkena bencana
3. Membantu masyarakat memperbaiki fasilitas umum seperti fasilitas pelayanan
kesehatan
4. Membantu masyarakat menghidupkan kembali roda perekonomian
5. perbaikan/pemeliharaan pada lahan masyarakat, perkebunan dan habitat
lingkungan sekitarnya yang rusak akibat bencana kabut asap

G. Rekontruksi terhadap bencana kabut asap


1. Penanaman kembali lahan yang rusak akibat bencana asap

13

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bencana kebakaran kabut asap yang terjadi sungguh meresahkan kita semua.
Bencana kabut asap disebabkan oleh berbagai faktor antara lain kebakaran hutan, asap
kendaraan bermotor, polusi pabrik, asap rokok dan lain sebagainya.Dampak
ditimbulkan dari kabut

asap

ini sangat

yang

luas mulai dari aspekkesehatan, ekonomi,

sosial budaya, hubungan internasional dan lain sebagainya. Kandungan yang terdapat pada
kabut asap yang berasal dari pembakaran hutan sangat berbahaya bagi kesehatan. Karena
besarnya dampak yang ditimbulkan tersebut maka perlu langkah yang serius dalam
penanganan masalah kabut asap ini.Penanganan bencana kabut asap ini perlu komitmen yang
kuat dari semua pihak. Penanganan meliputi aspek kebijakan, kesadaran masyarakat,
system pengawasan dan dana yang memadai. Sehingga diharapkan dikemudian hari bencana
ini tidak terulang.
B. Saran
Dari uraian makalah ini penulis perlu memberikan beberapa saran. Adapun
saran-saran yang dapat diberikan antara lain :
1. Masyarakat pengguna lahan sebaiknya lebih menjaga kelestarian hutan agar
tidak tejadi kebakaran yang dapat menyebabkan kabut asap.
2. Sebagai masyarakat yang akan kesehatan sebaiknya kita memberikan
pengertian kepada masyarakat dalam menanggulangi dampak kesehatan dari
kabut asap ini.
3. Pemerintah sebaiknya mengeluarkan kebijakan yang jelas mengenaipenanganan
kabut asap.
14

4. Masyarakat sebaiknya memberikan dukungan kepada pemerintah dalam upaya


penaggulangan kabut asap

15

Anda mungkin juga menyukai