Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

PENGARUH PEMBELAJARAN DARING


TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

Disusun Oleh :

KHASAN ARIFUDIN, S.Pd


NIP. 198009082012121001

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA SELATAN


DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SMK NEGERI 2 EMPAT LAWANG
TAHUN PELAJARAN 2020/2021

i
Alamat : Desa Nanjungan Kec. Pendopo Kab. Empat Lawang Kode
Pos 31593

LEMBAR PENGESAHAN

MAKALAH
PENGARUH PEMBELAJARAN DARING
TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

Disusun Oleh :

KHASAN ARIFUDIN, S.Pd


NIP. 198009082012121001

Nomor :
Tanggal : Agustus 2021

Diperiksa / Menyetujui
Kepala SMK Negeri 2 Empat Lawang

( MAHSUN, S.Ag, M.Pd )


NIP. 197008142007011011

ii
KATA PENGANTAR

‫بسم هللا ال ّرحمن ال ّرحيم‬

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT., atas perkenan-Nya penulis
dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “Pengaruh Pembelajaran Daring
terhadap Hasil Belajar Siswa”. Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat
kenaikan pangkat/golongan.
Dalam upaya menyelesaikan makalah ini, penulis telah menerima banyak
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karenanya, penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis
yang selalu memberikan semangat dan dorongan, dan tak lupa kepada para
sahabat yang tercinta.
Kritik dan saran demi perbaikan makalah ini sangat diharapkan dan akan
diterima dengan kelapangan dada dan akhirnya semoga hasil penyusunan yang
telah dilakukan kiranya dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Pendopo, Agustus 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Hal.
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………. i
KATA PENGANTAR ……………………………………………………… ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………. iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..…………………….……………… 1
B. Tujuan Penulisan ………..…………………..………………... 3
C. Manfaat Penulisan ………..………………..…………………. 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Pembelajaran Daring ………………………………………… 5
B. Prestasi Belajar ………………………………………………. 13
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………….. 21
B. Saran …………………………………………………………. 21

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… 23

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Virus Corona COVID-19 saat ini telah berpengaruh bagi seluruh
masyarakat dan bagi sektor pendidikan di Indonesia. Hal ini telah diakui oleh
UNESCO bahwa wabah virus corona telah berpengaruh terhadap sektor
pendidikan. Dalam konteks islam, segala sesuatu yang akan terjadi dalam
kehidupan, Allah memberi peringatan supaya kita dapat mengambil hikmahnya.
Sejak di terbitkannya Surat Edaran No.4 Tahun 2020 dari Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim, Tentang
Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran CoronaVirus
Disease (Covid-19), Proses belajar dari rumah dilaksanakan dengan ketentuan
sebagai berikut: (a) Belajar dari Rumah melalui pembelajaran daring/ jarak jauh
dilaksanakan untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa,
tanpa terbebani tuntutan menuntaskan seluruh capaian kurikulum untuk kenaikan
kelas maupun kelulusan; (b) Belajar dari Rumah dapat difokuskan pada
pendidikan kecakapan hidup antara lain mengenai pandemi Covid-19; (c)
Aktivitas dan tugas pembelajaran Belajar dari Rumah dapat bervariasi antarsiswa,
sesuai minat dan kondisi asing-masing, termasuk mempertimbangkan kesenjangan
akses atau fasilitas belajar di rumah; (d) Bukti atau produk aktivitas Belajar dari
Rumah diberi umpan balik yang bersifat kualitatif dan berguna dari guru, tanpa
diharuskan memberi skor atau nilai kuantitatif. Pendidikan adalah usaha sadar dan
sistematis, yang dilakukan oleh orang-orang yang disertai tanggung jawab untuk
mempengaruhi peserta didik agar mempunyai sifat dan tabiat yang sesuai dengan
cita-cita pendidikan ( Ahmad, Munib, dkk., 2006:34).
Pendidikan sebagai sarana membangun sumber daya manusia dalam suatu
negara, diharapkan melalui pendidikan peserta didik nantinya dapat mengelola
permasalahan kehidupan dan masalah yang mengakar di masyarakat dengan terjun
di dalam masyarakat dan mampu bersaing dalam era globalisasi. Pembelajaran
merupakan suatu proses yang panjang agar mencapai hasil yang lebih. Untuk
mencapai hasil ini diperlukan strategi yang tepat. Strategi pembelajaran

1
merupakan suatu cara atau metode yang dilakukan oleh pendidik terhadap anak
didik dalam upaya terjadinya perubahan aspek kognitif, afektif dan motorik secara
berkesinambungan.
Azhar (2011) mengatakan pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat
membawa informasi dan pengetahuan dalam interaksi yang berlangsung antara
pendidik dengan peserta didik.
Pembelajaran Daring merupakan pemanfaatan jaringan internet dalam
proses pembelajaran (Isman: 2016) . Istilah yang digunakan adalah dalam jaringan
dapat disingkat dengan daring. Penggunaan kata tersebut merupakan kata ganti
dari online menjadi daring yang artinya adalah komunikasi maupun pertemuan
yang dilakukan dengan menggunakan jaringan internet. Dalam proses
pembelajaran program online (Daring) tentunya menggunakan koneksi internet
dimana jaringan yang dapat menghubungkan antara satu dengan yang lainnya
senada dengan yang diungkapkan oleh Darmawan (2012:297) berpendapat bahwa
jaringan adalah ilmu pengetahuan komputer sistem koneksi, dan program
komputer mata rantai dua komputer atau lebih komputer.
Pendidikan jarak jauh sendiri telah di atur dalam UU Sisdiknas 2003
bagian ke-10 Pasal 31 berbunyi: (1). Pendidikan jarak jauh diselenggarakan pada
semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. (2). Pendidikan jarak jauh dapat
berfungsi memberikan layanan pendidikan kepada kelompok masyarakat yang
tidak dapat mengikuti pendidikan secara tatap muka atau reguler. (3). Pendidikan
jarak jauh diselenggarakan dalam berbagai bentuk, modus dan cakupan yang
didukung oleh sarana dan layanan belajar serta sistem penilaian yang menjamin
mutu lulusan sesuai dengan standar nasional pendidikan. (4). Ketentuan mengenai
peyelenggaraan pendidikan jarak jauh sebagaimana yang dimaksud dalam ayat
(1), ayat (2) dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah, (UU
Sisdiknas 2003).
Menurut Sadiman dkk, yang dikutip oleh Bambang Warsita pengertian
pendidikan jarak jauh itu sendiri adalah pendidikan terbuka program belajar yang
terstruktur relatif ketat dan pola pembelajaran yang berlangsung tanpa tatap muka
atau keterpisahan antara dan peserta diklat (Bambang Warsita, 2011:15).
Pendidikan jarak jauh juga melibatkan media dalam penyampaian ilmu

2
pengetahuan kepada peserta didik dan menuntut peserta didik belajar secara
mandiri.
Komunikasi dua arah pada program pembelajaran Daring antara guru
dengan siswa atau antara siswa dengan siswa, dan guru dengan guru akan semakin
baik karena semakin banyaknya pilihan media komunikasi yang tersedia. Media
komunikasi yang memungkinkan guru memberikan pembelajaran secara langsung
melalui video pembelajaran atau rekaman. Serta pada proses selanjutnya siswa
dapat memutar kembali video atau rekaman tersebut berulang kali sebagai materi
pembelajaran bila mana ada materi yang susah untuk dipahami.
Mulyono Abdurohman (2003:37), menjelaskan bahwa prestasi atau hasil
belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah kegiatan belajar.
Sedangkan Wahidmurni, dkk dalam Bistari (2015:89) menjelaskan bahwa
seseorang dapat dikatakan telah berhasil dalam belajar jika ia mampu
menunjukkan adanya perubahan dalam dirinya. Perubahan-perubahan tersebut
diantaranya dari segi kemampuan berpikirnya, ketrampilanya, atau sikapnya
terhadap suatu objek.

B. Tujuan Penulisan
Sesuai dengan masalah yang dirumuskan diatas, tujuan penulisan yang
ingin penulis capai antara lain:
1. Untuk mengetahui Penerapan Pembelajaran Daring.
2. Untuk mengetahui Pengaruh pelaksanaan Pembelajaran Daring.
3. Untuk mengetahui Prestasi hasil belajar selama Pembelajaran Daring.

C. Manfaat Penulisan
Hasil penulisan ini dapat berguna bagi semua pihak baik secara teoritis
maupun praktis.
1. Kegunaan Teoritis
a. Diharapkan dapat menjadi salah satu karya ilmiah yang dapat menambah
wawasan Ilmu pengetahuan khususnya Pengaruh adanya pembelajaran
Daring terhadap prestasi belajar.
b. Menambah wawasan dan Ilmu pengetahuan bagi penulis.

3
2. Kegunaan Praktis
a. Bagi Siswa
Memberikan pengalaman kegiatan belajar siswa yang berbeda dan
menyenangkan melalui media online dengan memiliki prestasi hasil
belajar yang maksimal.
b. Bagi Guru
Hasil penulisan ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan dan
keterampilan guru dalam mengatasi kesulitan pembelajaran Daring
khususnya dalam meningkatkan prestasi belajar.
c. Bagi Sekolah
Melalui penulisan ini, diharapkan menjadi kontribusi perbaikan kegiatan
pembelajaran Daring yang inovatif dalam meningkatkan mutu
pendidikan.
d. Bagi Wali Murid
Melalui penulisan ini, diharapkan pembelajaran Daring dapat
dilaksanakan dengan banyak dukungan dan perhatian orang tua kepada
anaknya sehingga prestasi belajar siswa dapat meningkat.
e. Bagi Penulis
Dapat menambah wawasan sekaligus pengalaman peneliti serta
memberikan pemikiran perbaikan pengaruh dari pembelajaran Daring.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pembelajaran Daring
1. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran merupakan proses internalisasi ilmu pengetahuan ke dalam
skema pelajar. pada proses ini terdapat aktivitas siswa sebagai pelajar dan terdapat
aktivitas guru sebagai pembelajar. Pembelajaran dilakukan dengan tahap
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi oleh pendidik kemudian diaplikasikan
melalui pertemuan klasikal dengan didukung media, alat dan bahan yang sesuai.
Tugas guru sebagai pembelajar adalah sebagai pengendali atau pengarah
keterampilan dan pengetahuan yang akan dikuasai siswa. Sementara itu, siswa
sebagai pelajar berperan aktif dalam melaksanakan instruksi guru untuk
mentuntaskan tujuan pembelajaran yang tercermin dari indikator pencapaian
kompetensi. Berdasarkan pernyataan ini, pembelajaran dapat diartikan sebagai
proses internalisasi ilmu pengetahuan yang terjadi didalam kelas yang melibatkan
guru dan siswa dibantu dengan media, alat, metode, dan bahan yang telah
dirancang berdasarkan standar pendidikan Indonesia dan pola pengembangan
kurikulum 2013.
Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional
disebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran pada
hakekatnya merupakan proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya,
sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah lebih baik. Selama proses
pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan
belajar agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi siswa (E.Mulyasa,
2003). Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan
oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik
atau siswa.
Dari definisi diatas, pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara
pendidik dan peserta didik dalam suatu lingkungan belajar untuk mencapai tujuan

5
belajar. Pembelajaran harus didukung dengan baik oleh semua unsur dalam
pembelajaran yang meliputi pendidik, peserta didik, dan juga lingkungan belajar.

2. Pengertian Pembelajaran Daring


Daring atau dalam jaringan adalah terjemahan dari istilah online yang
bermakna tersambung ke dalam jaringan komputer. Pembelajaran Daring
merupakan pemanfaatan jaringan internet dalam proses pembelajaran (Isman:
2016). Istilah yang digunakan adalah dalam jaringan dapat disingkat dengan
daring. Penggunaan kata tersebut merupakan kata ganti dari online menjadi
daring yang artinya adalah komunikasi maupun pertemuan yang dilakukan dengan
menggunakan jaringan internet. Dalam proses pembelajaran program online
(Daring) tentunya menggunakan koneksi internet dimana jaringan yang dapat
menghubungkan antara satu dengan yang lainnya senada dengan yang
diungkapkan oleh Darmawan (2012: 297) berpendapat bahwa jaringan adalah
ilmu pengetahuan computer sistem koneksi, dan program komputer mata rantai
dua komputer atau lebih komputer.
Pembelajaran daring bisa didefinisikan sebagai bentuk pendidikan jarak
jauh yang penyampaian materinya dilakukan lewat internet secara synchronous
atau asynchronous (Bates, 2018). Pembelajaran daring biasanya dikenal dengan e-
learning, pembelajaran virtual, pembelajaran dengan mediasi komputer,
pembelajaran berbasis web, dan pembelajaran jarak jauh. Semua istilah ini
menyiratkan bahwa pelajar dan pengajar berasa dalam lokasi yang berbeda,
menggunakan media teknologi digital (biasanya komputer) untuk mengakses
materi pembelajaran dan berkomunikasi dengan pengajar dan teman kapan saja
mereka bisa. Pembelajaran daring memungkinkan fleksibilitas akses.
Munir (2009: 96) berpendapat dalam bukunya pembelajaran jarak jauh
berbasis teknologi dan komunikasi pembelajaran jarak jauh online menerapkan
sistem pembelajaran daring (online learning) yang berbasis web. Model
pembelajaran jarak jauh online dimulai dengan perencanaan yang baik, kemudian
cara pembelajaran materi yang disampaikan (delivery content) kepada
pembelajaran yang mengacu pada perencanaan tersebut. Sistem dengan

6
pembelajaran online learning juga berbeda dengan sistem pembelajaran dengan
cara
konvesional, pembelajaran dengan berbasis online menuntut sarana infrastruktur
yang memadai dan teknologi yang mendukung seperti komputer, satelit, televisi,
dan jaringan internet.

3. Karakteristik Pembelajaran Daring


Menurut Allan J.Handerson dalam Nunu Mahnun (2018: 31), karakteristik
pembelajaran online yaitu memungkinkan peserta didik belajar tanpa harus pergi
ke ruang kelas, dan pembelajaran dapat dijadwalkan sesuai kesepakatan antara
instruktur dan peserta didik, atau peserta didik dapat menentukan waktu sendiri
belajar yang diinginkan. Sedangkan menurut Ruth Colvin Clark dan Richard E.
Mayer (2003: 14), karakteristik pembelajaran online yaitu: Pertama, pembelajaran
berbasis online harus memiliki dua unsur penting yaitu
informasi dan metode pengajaran yang memudahkan orang untuk memahami
konten pembelajaran. Kedua, pembelajaran berbasis online dilakukan melalui
komputer menggunakan tulisan, suara atau gambar seperti ilustrasi, photo,
animasi, dan video. Ketiga,
pembelajaran berbasis online diperuntukkan untuk membantu pendidik mengajar
seseorang peserta didik secara objektif. Menurut Munir (2009: 170), E- learning
tidaklahsama dengan pembelajaran konvesional. E- learning memiliki
karakteristik-karakteristik sebagai berikut :
a. Interactivity (Interaktivitas), tersedianya jalur yang lebih banyak, baik secara
langsung seperti chatting atau messenger atau tidak langsung, seperti forum,
mailing list atau buku tamu.
b. Independecy (Kemandirian), fleksibilitas dalam aspek penyediaan waktu,
tempat, guru dan bahan ajar. Hal ini menyebabkan pembelajaran berpusat
pada siswa.
c. Accessibility (Aksebilitas), sumber-sumber belajar menjadi lebih mudah
diakses melalui pendistribusian di jaringan internet dengan akses yang lebih
luas daripada pendistribusian sumber belajar pada pembelajaran
konvensional.

7
d. Enrichment (Pengayaan), kegiatan pembelajaran, presentasi materi kuliah dan
materi pelatihan sebagai pengayaan, memungkinkan penggunaan perangkat
teknologi informasi seperti video streaming, simulasi dan animasi.

Keempat karakteristik diatas merupakan hal yang membedakan elearning


dari kegiatan pembelajaran secara konvesional. Dalam elearning daya tangkap
siswa terhadap materi pembelajaran tidak lagi tergantung kepada instruktur atau
guru, karena siswa mengonstruk sendiri ilmu pengetahuannya melalui bahan-
bahan ajar yang disampaikan melalui interface situs web. Dalam e-learning pula
sumber ilmu pengetahuan tersebar dimana-mana serta dapat diakses dengan
mudah oleh setiap orang. Hal ini dikarenakan sifat media internet yang
menggglobal dan bisa diakses oleh siapapun yang terkoneksi ke dalamnya.
Terakhir, dalam e-learning guru atau lembaga pendidikan berfungsi
sebagai salah satu ilmu pengetahuan. Menurut Roblyer dan Doering (2014), ada
tujuh syarat agar pembelajaran daring sukses, yaitu :
1) Visi pengelola yang baik.
2) Dukungan Kurikulum.
3) Kebijakan Internal.
4) Akses ke perangkat keras dan lunak.
5) Personil yang baik.
6) Dukungan teknis.
7) Metode pengajaran dan asesmen yang tepat, serta komunitas yang saling
mendukung.

Tanpa ketujuh syarat ini, integrasi teknologi dalam pembelajaran tidak


akan berjalan efektif. Untuk menjamin isi dari pembelajaran daring mencakup
keseluruhan isi kurikulum, maka standar isi materi mengacu pada standar isi pada
satuan pendidikan yang meliputi :
1) Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum
Materi pada sistem pembelajaran daring disajikan secara sistematis dan
terstruktur mengikuti kerangka dasar dan struktur kurikulum.
2) Beban Belajar

8
Materi pada sistem pembelajaran daring memuat informasi beban belajar tiap
peserta didik. Sistem pembelajaran daring hendaknya menginformasikan
kemajuan belajar peserta didik atau sisa dari beban belajar.
3) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Materi pada sistem pembelajaran daring berisi kurikulum yang terdiri atas
beberapa kelompok mata pelajaran terdiri dari atas beberapa mata pelajaran
sesuai dengan standar isi tiap satuan pendidikan.
4) Kalender
Materi pada sistem pembelajaran daring dapat dideliverikan sesuai dengan
kalender pendidikan. Pada sistem pembelajaran daring, beban belajar dapat di
distribusikan dengan mendeliverikan materi yang bersesuaian dan
dijadwalkan mengikuti kalender pendidikan.

Sebuah sistem online learning tentunya memiliki sebuah desain yang


dibuat supaya pembelajaran yang direalisasikan sesuai dapat mencapai tujuan dari
sebuah pembelajaran yang efektif, efisien, dan sesuai dengan kurikulum yang
diusung dalam sistem online learning
tersebut. Munir (2009:101) online learning memiliki 5 komponen yang meliputi :
1) Silabus
Silabus merupakan sebuah bentuk nyata dari sebuah perencanaan
pembelajaran, baik pembelajaran konvesional maupun untuk online. Dalam
silabus terdapat beberapa komponen kelengkapan meliputi: Standar
kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajran, pengalaman belajar
pembelajaran, alokasi waktu, dan sumber/alat. Silabus merupakan bahan yang
bermanfaat sebagai bahan pedoman bagi pengembangan pembelajran lebih
lanjut, seperti pembuatan rencana pembelajaran, pengelolaaan kegiatan
pembelajaran, dan pengembangan penilaian.
2) Orientasi Online Learning
Tujuan dari online learning meliputi beberapa komponen, yaitu: biografi
pengajar dan staf pendukung program, harapan dan keinginan pembelajar
yang meliputi di dalamnya tentang opini dan karakteristik sebagai pembelajar
sebagai peserta dalam program ini. Terdapat juga deskripsi singkat program

9
dan informasi- informasi awal sebagai pengantar program berikutnya, juga
petunjuk penggunaan program buat pengguna. Terdapat juga informasi untuk
kemudahan mengakses program, fasilitas yang tersedia, link-link yang dapat
memperkaya program ini dan cara-cara untuk mengunduh bahan yang
tersedia di program ini.
3) Materi Pembelajaran
Pada komponen ini tersaji materi pembelajaran pokok yang dapat diakses
oleh pembelajar baik berupa materi pembelajaran inti maupun materi
pembelajaran tambahan (suplemen) atau materi pengayaan (Enrichment).
Materi disajikan dalam bentuk full teks atau materi pembelajaran yang
disajikan secara lengkap maupun materi pembelajaran yang disajikan dalam
bentuk pokok-pokoknya saja. Dalam pengemasan materi ini dapat melibatkan
software yang lain misalnya power point. Dalam software isi materi
pembelajaran yang disajikan hanya pokok-pokonya. Sedangkan uraian ada
pada penyaji dan interpretasi pembelajar.
4) Kalender
Kalender pendidikan cukup pentimng sebagai informasi kepada pengajar dan
pembelajar, hari-hari efektif untuk belajar, jadwal ujian, jadwal untuk
registrasi pembelajar yang baru bergabung dengan program, waktu dan waktu
libur. Kalender dapat dijadikan sebagai patokan pembelajar dan pengajar
kapan untuk mengawali pembelajaran dan kapan pembelajaran atau program
online ini berakhir.
5) Site Map
Site map adalah peta program jika pembelajar akan menjelajah program
online ini dapat melihat sebelumnya peta program. Terdapat peta kedudukan
model atau materi pembelajaran. Apa yang perlu di pelajari oleh pembelajar,
termasuk urutan dan ruang lingkup materi pembelajaran yang perlu di pelajari
oleh pembelajar. Hal ini mempermudah pembelajar untuk belajar lebih efektif
dan efidien. Site map dapat juga disajikan dalam bentuk visual flow chart
sehingga lebih mudah.

10
4. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Daring
Kelebihan dan kelemahan e-learning menurut Munir (2009: 35), sebagai
berikut :
a. Tersedianya fasilitas e-moderating dimana guru dan siswa dapat
berkomunikasi secasra mudah melalui fasilitas internet secara regular atau
kapan saja kegiatan berkomunikasi itu dilakukan dengan tanpa dibatasi oleh
jarak, tempat dan waktu.
b. Guru dan siswa dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar yang
terstruktur dan terjadwal melalui internet, sehingga semuanya bisa saling
menilai sampai berapa jauh bahan ajar dipelajari.
c. Siswa dapat belajar atau me-review bahan perkuliahan setiap saat dan dimana
saja kalau diperlukan mengingat bahan ajar tersimpan di komputer.
d. Bila siswa memerlukan tambahan informasi yang berkaitan dengan bahan
yang dipelajarinya, ia dapat melakukan akses di internet secara lebih mudah.
e. Baik guru maupun siswa dapat melakukan diskusi melalui internet yang dapat
diikuti dengan jumlah peserta yang banyak, sehingga menambah ilmu
pengetahuan dan wawasan yang lebih luas.
f. Berubahnya peran siswa yang biasanya pasif menjadi aktif dan lebih mandiri.
g. Relatif lebih efisien, misalnya bagi mereka yang tinggal jauh dari sekolah
atau perguruan tinggi.

Walaupun demikian pemanfaatan internet untuk pembelajaran atau e-


learning juga tidak terlepas dari berbagai kekurangan. Berbagai kritik tentang e-
learning antara lain :
a. Kurangnya interaksi antara guru dan siswa atau bahkan antar siswa itu
sendiri. Kurangnya interaksi itu bisa memperlambat terbentuknya values
dalam proses pembelajaran.
b. Kecenderungan mengabaikan aspek psikomotorik atau aspek social dan
sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek komersial.
c. Proses pembelajaran cenderung ke arah pelatihan dari pada pendidikan.

11
d. Berubahnya peran guru dari yang semula menguasai teknik pembelajaran
konvensional, kini juga dituntut mengetahui teknik pembelajaran yang
berbasis pada ICT.
e. Siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal.
f. Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet atau jaringan.
g. Kurangnya tenaga yang mengetahui dan memiliki keterampilan
mengoperasikan internet.
h. Kurangnya personil dalam hal penguasaan bahasa pemograman komputer.

5. Pengaruh Pembelajaran Daring


Fenomena Covid-19 juga sangat terasa pengaruhnya pada penyelenggara
pendidikan, mulai dari pendidikan pra sekolah sampai perguruan tinggi. Hastag
#belajardirumah melahirkan kebijakan yang terkait dengan pembelajaran. Proses
pembelajaran dilakukan secara online. Kebijakan ini “memaksa” pihak sekolah,
pendidik, peserta didik, orang tua untuk “melek teknologi”.
Pendidik diharuskan untuk melakukan proses pembelajaran online. Ini
berarti harus menguasai strategi, metode, pengembangan pembelajaran daring.
Selain itu, yang lebih penting menguasai aplikasi yang digunakan. Kendala yang
dihadapi dari pelaksanaan pembelajaran daring ini masih banyaknya pendidik
yang tidak menguasai TIK.
Demikian pula tantangan bagi peserta didik, belum siap untuk melakukan
proses pembelajaran secara online. Selain ketersediaan sarana dan prasarana yang
masih terbatas, juga belum dibiasakan menggunakan aplikasi yang sering dipakai.
Begitu pula orang tua lebih merasakan pengaruh dari pembelajaran online ini.
Orang tua “terpaksa” menjadi pendidik yang mendampingi anaknya dalam
melakukan proses pembelajaran. Orang tua mulai merasakan betapa sulitnya
menjadi pendidik, dan masih banyak lagi keluhan-keluhan yang dihadapi.
Bila ditelusuri lebih jauh akan banyak yang ditemukan bidang-bidang
kehidupan manusia yang “memaksa” untuk melek teknologi. Hal ini disebabkan
untuk memutus mata rantai penyebaran protocol covid 19 yang mengharuskan
untuk tetap mengikuti protocol covid 19 dengan #jagajarak, #dirumahsaja,
#bekerjadarirumah, #belajardarirumah (Budiman, Semaun, dkk, 2020: 32-33).

12
B. Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi Belajar
Mulyono Abdurrohman (2003: 37), menjelaskan prestasi belajar atau hasil
belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah kegiatan belajar.
Sedangkan Hamzah Uno (2008: 213), menyatakan hasil belajar adalah perubahan
perilaku yang relative menetap dalam diri seseorang sebagai akibat dari interaksi
dengan lingkungannya. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa
prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang
dikembangkan oleh mata pelajaran yang lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes
atau angka yang diberikan oleh guru (Poerwadarminta, 1995: 787).
Sebelum penulis membahas lebih lanjut tentang hal-hal yang berhubungan
dengan prestasi, terlebih dahulu penulis akan mengemukakan tentang prestasi
belajar sebagai berikut, istilah prestasi belajar terdiri dari dua kata, yaitu prestasi
dan belajar. Berikut ini pendapat beberapa para ahli tentang “ Prestasi Belajar”
diantaranya :
a. Menurut Djamarah
Menyatakan bahwa prestasi adalah apa yang telah dicapai, hasil pekerjaan
yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan bekerja atau
dengan kata lain, prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah
dikerjakan, diciptakan, baik secara individu maupun kelompok.
b. Menurut Nana Sudjana
Prestasi belajar atau hasil belajar merupakan pembahasan tingkah laku
seseorang melalui proses belajar, sedangkan perubahan tersebut harus dapat
digunakan untuk meningkatkan penampilan diri dalam kehidupan.
c. Menurut Oemar Hamalik
Menurut Oemar Hamalik bahwa prestasi adalah hasil yang dicapai setelah
seseorang melakukan kegiatan.

Menurut pendapat Hutabarat (1995: 11-12), hasil belajar dibagi menjadi


empat golongan yaitu:
1) Pengetahuan, yaitu dalam bentuk bahan informasi, fakta, gagasan, keyakinan,
prosedur, hukum, kaidah, standar, dan konsep lainnya.

13
2) Kemampuan, yaitu dalam bentuk kemampuan untuk menganalisis,
memproduksi, mencipta, mengatur, merangkum, membuat generalisasi,
berfikir rasional, dan menyesuaikan.
3) Kebiasaan dan keterampilan, yaitu dalam bentuk kebiasaan perilaku dan
keterampilan dalam menggunakan semua kemampuan.
4) Sikap, yaitu dalam bentuk apresiasi, minat, pertimbangan dan selera.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah


hasil usaha siswa yang dapat dicapai berupa penguasaan pengetahuan,
kemampuan kebiasaan dan keterampilan serta sikap setelah mengikuti proses
pembelajaran yang dapat dibuktikan dengan hasil tes. Prestasi belajar adalah
sesuatu yang dibutuhkan siswa untuk mengetahui kemampuan yang diperolehnya
dari suatu kegiatan yang di sebut belajar.

2. Tujuan Belajar
Belajar berlangsung karena adanya tujuan yang akan dicapai seseorang.
Tujuan inilah yang mendorong seseorang untuk melakukan kegiatan belajar,
sebagaimana pendapat yang dikemukakan oleh Sardiman (2011: 26-28) bahwa
tujuan belajar pada umumnya ada tiga macam, yaitu :
a. Untuk Mendapatkan Pengetahuan
Hal ini ditandai dengan kemampuan berfikir, karena antara kemampuan
berfikir dan pemilihan pengetahuan tidak dapat dipisahkan. Kemampuan
berfikit tidak dapat dikembangkan tanpa adanya pengetahuan dan sebaliknya
kemampuan berfikir akan memperkaya pengetahuan.
b. Penanaman Konsep dan Keterampilan
Penanaman konsep memerlukan keterampilan, baik keterampilan jasmani
maupun keterampilan rohani. Keterampilan jasmani adalah keterampilan
yang dapat diamati sehingga akan menitik beratkan pada keterampilan
penampilan atau gerak dari seseorang yang sedang belajar termasuk dalam
hal ini adalah masalah teknik atau pengulangan. Sedangkan keterampilan
rohani lebih rumit, karena lebih abstrak, menyangkut persoalan penghayatan,

14
keterampilan berfikir serta kreativitas untuk menyelesaikan dan merumuskan
suatu konsep.
c. Pembentukan Konsep
Pembentukan sikap mental dan perilaku anak didik tidak akan terlepas dari
soal penanaman nilai-nilai, dengan dilandasi nilai, anak didik akan dapat
menumbuhkan kesadaran dan kemampuan untuk mempraktikkan segala
sesuatu yang sudah dipelajarinya.

Taxonomy Bloom dan simpson (Syaodih, 2007: 180-182), menyusun


tujuan belajar, sehingga terjadi perubahan dalam dirinya. Perubahan terjadi pada
tiga ranah, yaitu:
a. Ranah Kognitif
Ranah ini menyangkut tentang hasil berupa pengetahuan, kemampuan dan
kemahiran intelektual. Terdiri dari: 1) pengetahuan; 2) pemahaman; 3)
penerapan; 4) analisa; 5) sintesa; 6) evaluasi.
b. Ranah Afektif
Ranah ini tentang hasil belajar yang berhubungan dengan perasaan sikap,
minat dan nilai. Terdiri dari: 1) penerimaan; 2) partisipasi; 3) penilaian; 4)
organisasi; 5) pembentukan pola hidup.
c. Ranah Psikomotorik
Ranah ini tentang kemampuan fisik seperti keterampilan motoric dan syaraf,
manipulasi objek, dan koordinasi syaraf, terdiri atas: atas: 1) persepsi; 2)
kesiapan; 3) gerakan terbimbing; 4) gerakan yang terbiasa; 5) gerakan yang
komplek; 6) kreativitas.

Dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan tujuan pembelajaran


adalah perilaku hasil belajar yang diharapkan terjadi, dimiliki, dan dikuasai oleh
siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran tertentu.

3. Ciri-ciri Belajar
Tujuan belajar merupakan perubahan tingkah laku, hal ini dapat
diidentifikasikan ciri-ciri belajar, sebagaimana pendapat yang dikemukakan oleh

15
Sri Rumini (1995: 60) ada beberapa elemen penting yang menggambarkan ciri-
ciri belajar :
a. Dalam belajar ada perubahan tingkah laku, baik tingkah laku yang dapat
diamati maupun tingkah laku yang tidak dapat diamati secara langsung.
b. Dalam belajar, perubahan tingkah laku meliputi tingkah laku kognitif, afektif,
psikomotor, dan campuran.
c. Dalam belajar, perubahan tingkah laku yang terjadi karena mukjizat, hipnosa,
hal-hal yang gaib, proses pertumbuhan, kematangan, penyakit ataupun
kerusakan fisik, tidak dianggap sebagai hasil belajar.
d. Dalam belajar, perubahan tingkah laku menjadi sesuatu yang relatif menetap.
Bila seseorang dengan belajar menjadi dapat membaca, maka kemampuan
membaca tersebut akan tetap dimiliki.
e. Belajar merupakan suatu proses usaha, yang artinya belajar berlangsung
dalam kurun waktu cukup lama. Hasil belajar yang berupa tingkah laku
kadang-kadang dapat diamati, tetapi proses belajar itu sendiri tidak dapat
diamati secara langsung.
f. Belajar terjadi karena ada interaksi dengan lingkungan.

Slameto (2010:3), berpendapat ciri-ciri perubahan tingkah laku sebagai


hasil belajar adalah :
1) Perubahan secara sadar;
2) Perubahan bersifat kontinyu dan fungsional;
3) Perubahan bersifat positif dan aktif;
4) Perubahan bukan bersifat sementara;
5) Perubahan bertujuan dan terarah, serta
6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri belajar adalah


perubahan secara sadar yang meliputi aspek tingkah laku ke arah yang lebih baik,
belajar sebagai hasil dari latihan dan pengalaman serta perubahan yang terjadi
relatif menetap.

16
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Prestasi belajar mempunyai hubungan erat dengan kegiatan belajar,
banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar baik yang berasal dari dalam
individu itu sendiri maupun faktor yang berasal dari luar individu. Menurut
Ngalim Purwanto (2010: 107), faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
adalah :
a. Faktor dari dalam Individu Terdiri dari faktor fisiologis dan faktor psikologis.
Faktor fisiologis adalah kondisi jasmani dan kondisi panca indera. Sedangkan
faktor psikologis yaitu bakat, minat, kecerdasan, motivasi berprestasi dan
kemampuan kognitif.
b. Faktor dari luar Individu
Terdiri dari faktor lingkungan dan faktor instrumental. Faktor lingkungan
yaitu lingkungan sosial dan lingkungan alam. Sedangkan faktor instrumental
yaitu kurikulum, bahan, guru, sarana, administrasi, dan manajemen.

Muhibbinsyah (2011: 145), membagi faktor-faktor yang mempengaruhi


belajar menjadi 3 macam, yaitu:
1. Faktor Internal, yang meliputi keadaan jasmani dan rohani siswa,
2. Faktor eksternal yang merupakan kondisi lingkungan di sekitar siswa,
3. Faktor pendekatan belajar yang merupakan jenis upaya belajar siswa yang
meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan
mempelajari materi-materi pelajaran.

Berhasil dan tidaknya seseorang dalam belajar dipengaruhi beberapa


faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar siswa adalah
faktor internal dan faktor eksternal.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2006: 68) faktor-faktor yang
mempengaruhi tinggi rendahnya hasil belajar siswa adalah :
1. Faktor yang berasal dari dalam diri siswa, meliputi :
a. Faktor fisiologis, yang terdiri dari kondisi fisiologis dan kondisi panca
indera.

17
b. Faktor Psikologis, yang terdiri dari minat, kecerdasan, bakat, motivasi dan
kemampuan kognitif.
2. Faktor yang berasal dari luar diri siswa, meliputi :
a. Faktor Lingkungan yang terdiri dari, lingkungan alami dan lingkungan
sosial budaya.
b. Faktor Instrumental yang terdiri dari, kurikulum, program, sarana dan
fasilitas.
c. Guru.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-


faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah sebagai berikut:
a) Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang meliputi
faktor fisiologis dan faktor psikologis. Faktor fisiologis ini menyangkut
kondisi jasmani/ kondisi fisik siswa selama belajar. Sedangkan faktor
psikologis meliputi aspek :
1. Minat belajar siswa. Minat belajar yang besar cenderung menghasilkan
prestasi yang tinggi, sebaliknya minat belajar yang kurang akan
menghasilkan prestasi belajar yang rendah.
2. Kecerdasan/ intelegensi. Seseorang yang memiliki intelegensi yang baik
umumnya mudah belajar dan hasilnya pun cenderung baik.
3. Motivasi belajar.
4. Bakat siswa.
5. Kemampuan kognitif siswa.
6. Sikap siswa terhadap mata pelajaran.
b) Faktor Eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa yang meliputi
lingkungan fisik dan sosial serta instrumen yang berupa kurikulum, program,
metode mengajar, guru, sarana dan fasilitas.

Untuk mengetahui tingkat kecakapan siswa dalam belajar dapat dilihat dari
hasil belajar atau prestasi belajarnya. Prestasi belajar yang diperoleh melalui tes
atau evaluasi memberikan gambaran yang lebih umum tentang kemajuan siswa.

18
Keberhasilan suatu pengajaran apabila pengajaran itu menghasilkan proses belajar
secara aktif dan efektif.
Untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar maka
seorang guru mengadakan suatu penilaian dengan cara mengevaluasisiswa.
Dengan mengadakan suatu penilaian tersebut seorang guru akan mengetahui
sejauh mana keberhasilan siswanya dalam melakukan proses belajar mengajar.
Untuk mengetahui tingkat kecakapan siswa dalam belajar dapat dilihat dari
hasil atau prestasi belajarnya. Prestasi belajar pada umumnya dinyatakan dalam
bentuk angka 0 sampai dengan 10, secara empiris di sekolah nilai yang diperoleh
dapat dijabarkan indikator tinggi rendahnya prestasi belajar. Hasil prestasi yang
dicapai siswa dapat menentukan sejauh mana anak didik atau siswa dapat
mencapai tujuan yang harus dicapai.

5. Pengukur Prestasi Belajar


Prestasi belajar merupakan hasil dari proses belajar yang berupa
pengetahuan dan keterampilan yang dapat diukur dengan tes. Menurut pendapat
Nana Sudjana (2005: 22) prestasi belajar terdiri dari 3 ranah yaitu :
a. Ranah Kognitif
Aspek ini berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam
aspek, yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis,
sintesis, dan evaluasi.
b. Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap nilai yang terdiri dari lima aspek, yaitu penerimaan,
jawaban dan reaksi, penilaian, organisasi, internalisasi. Pengukuran ranah
afektif tidak dapat dilakukan setiap saat karena perubahan tingkah laku siswa
dapat berubah sewaktu-waktu.
c. Ranah Psikomotorik
Aspek ini berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan
bertindak. Pengukuran ranah psikomotorik dilakukan terhadap hasil-hasil
belajar yang berupa penampilan.

19
Sedangkan Muhibbin Syah (2010: 152) mengatakan bahwa : “Evaluasi
yang berarti pengungkapan dan pengukuran hasil belajar itu pada dasarnya
merupakan penyusunan deskripsi siswa, baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
Namun perlu penulis kemukakan bahwa kebanyakan pelaksanaan evaluasi
cenderung bersifat kuantitatif , lantaran simbol angka atau skor untuk menentukan
kualitas keseluruhan kinerja akademik siswa”.
Gronloud 1977 (dalam Sifuddin Azwar, 1996: 18) merumuskan beberapa
prinsip dasar dalam pengukuran prestasi yaitu sebagai berikut :
1. Tes prestasi harus mengukur hasil belajar yang telah dibatasi secara jelas
sesuai dengan tujuan intruksional.
2. Tes prestasi harus mengukur suatu sampel yang representatif dari hasil belajar
dan dari materi yang dicakup oleh program intruksional atau perngajaran.
3. Tes prestasi harus berisi item-item dengan tipe yang paling cocok guna
mengukur hasil belajar yang diinginkan.
4. Tes prestasi harus dirancang sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan
penggunaan hasilnya.
5. Realiabilitas tes prestasi harus diusahakan setinggi mungkin dan hasil
ukurnya ditafsirkan dengan hati-hati.
6. Tes prestasi harus dapat digunakan untuk meningkatkan belajar para anak
didik.

Dengan demikian hasil belajar siswa dapat diukur dengan tiga ranah yaitu
kognitif, afektif dan psikomotorik. Ketiga ranah tersebut menjadi objek penulisan
hasil belajar. Dari ketiga ranah tersebut, ranah kognitif yang paling banyak dinilai
oleh guru disekolah karena berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menguasai
bahan pengajaran.

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan data-data dan laporan yang tersaji dalam penulisan ini penulis
mengambil kesimpulan :
1. Pelaksanaan pembelajaran daring dapat berjalan dengan baik sesuai dengan
standar pendidikan yang diberlakukan. Guru dalam mengajar pembelajaran
daring selalu mempersiapkan perangkat pembelajaran seperti RPP, silabus,
instrumen penilaian, dan lain-lain. Guru dalam mengajar daring juga
memanfaatkan media yang ada jadi pembelajaran tidak berkesan monoton
pada penugasan saja. Sistem pembelajaran daring yang ditetapkan dari
sekolah juga melalui beberapa pertimbangan dengan orang tua siswa. Guru
juga selalu memberikan materi berupa video pembelajaran sehingga siswa
akan tetap belajar meskipun dirumah dan orang tua siswa pun sebagian besar
antusias dan mengusahakan agar tetep mendampingi anak dalam belajar di
rumah.
2. Dampak pembelajaran daring yang menjadi sebuah keluhan atau problema
bagi orang tua siswa adalah mengenai waktu, karena sebagian besar wali
siswa sibuk bekerja sehingga untuk proses pendampingan belajar anak sedikit
terkendala, selain itu pembelajaran yang menuntut serba online membuat
kebutuhan semakin bertambah karena sebisa mungkin kuota internet harus
tetap ada sebagai sarana berkomunikasi antara guru dengan siswa.
3. Hasil belajar siswa selama daring mengalami peningkatan. Hal ini dapat
dibuktikkan bahwa dari banyak siswa tuntas. Jadi, selama masa daring rata-
rata nilai siswa diatas 85% sehingga dinyatakan tuntas. Dari hasil belajar
tersebut dapat disimpulkan bahwa dampak pembelajaran daring
membuktikan bahwa prestasi belajar siswa tuntas.

B. Saran
Dalam hal ini penulis melihat bahwa prestasi belajar siswa sangat
dipengaruhi oleh peran orang tua. Hal ini terlihat jelas bahwa ketika siswa

21
mengerjakan tugas dengan adanya pendampingan orang tua maka tugas akan
selesai dengan maksimal dan hasilnya pun bagus, berbeda ketika mengerjakan
tugas sendiri tanpa ada pendampingan orang tua maka tugas pun akan selesai
namun kurang maksimal karena tidak ada motivasi dan pada akhirnya hasilnya
pun kurang memuaskan.
Saran-saran yang perlu diperhatikan dampak dalam pelaksanaan
pembelajaran daring yakni sebagai berikut:
1. Perlu diadakan evaluasi pelaksanaan pembelajaran daring setiap akhir bulan
antara guru, siswa dan orang tua, sehingga ketika metode atau sistemnya
daring dirasa kurang cocok atau banyak terjadi permasalahan-permasalahan,
orang tua dapat memberi masukan dan guru pun mengambil langkah
perbaikan.
2. Peran orang tua sangat penting bagi anak karena sangat berpengaruh pada
prestasi belajar, sehingga perlu diusahakan bagi orang tua yang sibuk bekerja
dapat mengatur jadwal aktifitasnya sehari-hari untuk bisa mendampingi anak
dalam belajar. Bagaimana mungkin anak mencontoh orang tuanya, kalau
orang tuanya sibuk bekerja dan waktunya habis untuk yang lain. Memang
interaksi dengan anak tidak dilihat dari banyaknya waktu (kuantitas) yang
dihabiskan bersama anak, tapi melalui kualitas waktu bersama anak. Untuk
itu luangkanlah waktunya demi masa depan anak.
3. Apapun metode pembelajaran yang dipilih, baik konvensional, jarak jauh,
maupun daring, masing-masing metode memiliki karakteristik sendiri-sendiri
sehingga guru perlu lebih bijak dalam menerapkan metode pembelajaran yang
dipilih.

22
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zinal. 2013. Evaluasi Pembelajaran:Prinsip Teknik Prosedur. Bandung:


PT.Remaja Rosdakarya.

Aqib, Zainal, dkk. 2017. Penulisan Tindakan Kelas. Jogjakarta:AR-RUZZ Media.

Bungin Burhan. 2017. Metode Penulisan Kualitatif. Depok:PT Raja Grafindo.

Darmawan. 2012. Pendidikan Teknologi & Komunikasi. Bandung:PT. Remaja


Rosdakarya.
Djamarah Bahri Syaiful, 2006. Guru dan Anak didik dalam Interaksi Edukatif.
Jakarta:Rineka Cipta.
Hamzah B.Uno, 2008. Model Pembelajaran Proses Belajar Mengajar yang
Kreatif dan Efektif. Jakarta:Bumi Aksara.

Hamalik Oemar. 2006. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Isman. 2016. Pembelajaran Moda dalam Jaringan (MODA DARING). ISBN:978-


602-361-045.

Munib, Ahmad. 2009. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: UNNES Press.

Mulyasa.E. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi:konsep, karakteristik &


implementasi. Bandung:PT.Remaja Rosda.
Mulyono Abdurrohman, 2003. Pendidikan bagi anak berkesulitan belajar.
Jakarta:Rineka Cipta.
Munir,2009. Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Teknologi Informasi dan
Komunikasi. Bandung:Alfabeta.

Moleong, Lexy J. 2008. Metodologi Penulisan Kualitatif. Bandung.PT Remaja


Rosdakarya.
Nana Syaodih, Taxonomy Bloom & Simson. 2007. Proses Pendidikan. Bandung:
PT. Remajarosdakarya.

Nasution. 2011. Metode Reseacrch penulisan ilmiah. Jakarta:Rineka Cipta.

Nugrahaadi. 2019. Persepsi Siswa dalam Studi Pengaruh Daring Learning


terhadap Minat Belajar IPA. Volume 1 no.2.

Poerwadarminta, 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:Balai Pustaka.

Raco. 2010. Metode Penulisan Kualitatif Jenis Karakteristik &Keunggulannya.


Jakarta: Grasindo Aksara.

Sardiman. 2011. Interaksi dan motivasi belajar mengajar. PT Raja Grafindo.

23
Shofiyah Siti. 2016. Pengaruh Penggunaan Android & E-learning terhadap Hasil
Belajar Mapel IPS Siswa kelas VIII SMPN 3 Kepanjen Malang.
Malang:UIN Maulana Malik Ibrahim.

Slameto. 2010. Belajar & Faktor yang mempengaruhinya. Jakarta:Rineka Cipta.

Sumini Sri. 1995. Psikologi Pendidikan. Bandung:PT Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. 2009. Metode Penulisan Pendidikan, pendekatan kualitatif, kuantitatif,


& R&D. Bandung:Alfabeta.
Sudjana Nana,2000. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung:PT.Sinar
Baru Algensindo.
Susanto A. 2013. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:
Kencana Pranada Media Group.

Suwardi&Basrowi. 2008. Memahami Penulisan Kualitatif. Jakarta:Rineka Cipta.

Trianto. 2015. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. (Https://


Sisdiknas.PDF). 15 Juni 2020.

Warsita, Bambang. 2011. Pendidikan Jarak Jauh, Perencanaan, Pengembangan,


Implementasi dan Evaluasi Diklat. Bandung:PT Remaja Rosdakarya.

24

Anda mungkin juga menyukai