Anda di halaman 1dari 85

BUKU

Propesi Pendidikan

OLEH :
David Sigalingging
57573/ 2010

PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2011

David Sigalingging, SPd


rbl_david@yahoo.com
http://davidsigalingging.wordpress.com
BAB I
KONSEP DASAR PROFESI KEPENDIDIKAN

A. Pendahuluan
Derasnya arus infomasi di era globalisasi ini menuntut semua lapisan kehidupan
untuk mengembangkan segala diensinya baik itu dibidang pengetahuan, nilai dan sikap,
maupun keterampilan. Perkembangan dimensi manuasia dapat dilakukan melalui
pendidikan seperti kemampuan intelektual, kecerdasan mengendalikan emosi, dan
memiliki kreatifitas yang tinggi. Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis
untuk memperiapan generasi muda yang memiliki kebudayaan, kecerdasan emosional
yang tinggi dan meguasai mega skill yang mantap.
Menurut Michael J. Marquard, 1996 (dalam buku Mohd. Surya 1997) menjelang
abad 21 ada beberapa perubahan yang akan membawa pengaruh terhadap dunia
pendidikan, antara lain ini telah dirasakan adanya perubahan dalam:
1. Lingkungan ekonomi dan social,
2. Lingkungan kerja,
3. Harapan konsumen dan pelanggan, dan
4. harapan pekerja.
Menurut Mekagiansar (1996) memsuki abad 21 pendidikan akan mengalami
perubahan paradigma:
1. Belajar terminal ke belajar sepanjang hayat
2. Dari belajar yang berfokus penguasaan pengetahuan ke belajar holistic
3. Dari ciri hubungan guru dan murid yang bersifat konfrontatif ke citra hubungan
kemitraan
4. Dari pengajaran yang menekan pengetahuan skolastik ke kesimpangan focus
pendidikan nilai
5. Dari kampanye buta aksara ke kampenye melawan buta teknologi, budaya dan
computer.
6. Dari penampilan guru yang terisolasi ke penampilan tim kerja’
7. Dari konsentrasi eksklusif pada kompetisi ke orientasi kerja sama

David Sigalingging, SPd


rbl_david@yahoo.com
http://davidsigalingging.wordpress.com
B. Penyajian
1. Hakekat Profesi Kependidikan
Tenaga kependidikan secara umum adalah orang-orang yang peduli dengan
masalah-masalah kependidikan dan memiliki tugas dan wewenang tertentu di bidang
kependidikan. Peraturan pemerintah No. 38/1992 pasal 1 dijelaskan bahwa yang
dimaksud dengan tenaga kependidikan adalah :
Ayat 1 : Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdi diri
secara langsung dalam penyelenggaraan pendidikan.
Ayat 2 : Tenaga pendidik adalah tenaga kependidikan yang bertugas
membimbing, mengajar dan atau melatih peserta didik.
Ayat 3 : Tenaga pembimbing adalah yenaga pendidik yang bertugas
membimbing peserta didik.
Ayat 4 : Tenaga pengajar adalah pendidik yang bertugas utama mengajar
peserta didik
Ayat 5 : Tenaga pengajar adalah tenaga pendidik yang bertugas utama
melatih peserta didik

Pasal 3
Peraturan pemerintah No. 38/1992 menjelaskan tentang jenis tenaga kependidikan,
terdiri atas :
Ayat 1 : Tenaga kependidikan terdiri atas tenaga pendidik,pengelola satuan
pendidikan, penilik, pengawas, peneliti dan pengembnagan di
bidang pendidikan, pustakawan, laboran, teknisi sumber belajar
penguji.
Ayat 2 : Tenaga pendidik terdiri atas pembimbing, pengajar, dan pelatih.
Ayat 3 : Pengelola satuan pendidikan terdiri atas kepala sekolah direktur,
rector.

2. Harapan dan Tantangan Profesi Tenaga Kependidikan


Salah satu ciri profesi adalah kontrol yang ketat atas para anggotanya. Suatu
profesi ada dan diakui masyarakat karena ada usaha dari orang-orangnya untuk
menghimpun diri. Lewat organisasi itu, profesi dilindungi dan kemungkinan

David Sigalingging, SPd


rbl_david@yahoo.com
http://davidsigalingging.wordpress.com
penyalahgunaan yang bisa membahayakan keutuhan dan wibawa profesi itu. Kode
etik pun disusun dan disepakati oleh para anggotanya.
Bagaimana dengan profesi mengajar atau keguruan? Profesi ini termasuk yang
bernasib kurang baik. Ada yang ngotot menyebutnya profesi. Ada juga yang
menganggapnya bukan. Ada yang mengambil jalan tengah dengan menyebut
mengajar/keguruan sebagai “semi profesional”. Kriteria profesi boleh saja diurutkan
satu persatu, tetapi percuma. Keguruan tetap saja begini, dianggap profesi antara ada
dan tiada. Disebut ada, memang ada, terbukti dari adanya kegiatan belajar mengajar
dan ada jutaan guru. Dikatakan tiada, bisa juga, karena profesi ini tidak jelas
defenisinya.
Profesi dalam dirinya mengandung pengertian penyerahan, pengabdian penuh
pada suatu jenis pekerjaan yang mengimplikasikan tanggung jawab pada diri sendiri,
orang lain dan profesi. Seorang profesional bukan hannya berkerja, melainkan ia tahu
mengapa dan untuk apa ia berkerja serta tanggung jawab apa yang melekat dalam
pekerjaannya. Jadi ia tidak boleh semaunya dalam berkerja.
Guru pada jenjang kebawahlah sering menjadi sorotan. Pada mereka,
mengajar sebagai suatu kegiatan profesional masih dipertanyakan kebenarannya. Kini
situasinya memang sudah lebih baik sehubungan dilakukannya secara ketat sertifikat
mengajar yang hanya membolehkan orang-orang berwenang untuk berdiri di muka
kelas.
Ada beberapa hal yang menyebabkan profesi mengajar / keguruan /
kependidikan suit mengapai posisi tangguh dan terhormat.
a. Sulit sekali didefinisikan apa sesungguhnya profesi mengajar itu dan apa bidang
garapannya yang khas, serta tingkat keahian yang bagaimana yang dituntut.
b. Sejarah mengajar dan guru memang kabur. Dulu siapa saja boleh mengajar
dengan tingkat pendidikan apa pun asal bias tulis baca, dan sekarang sudah ada
pembatasannya.
c. Penambahan guru secara besar-besaran membuat sulitnya standar mutu guru
dikontrol dan dijaga
d. PGRI cenderung bergerak di “pertengahan” antara pemerintah dan guru-guru.
e. Tuntutan masyarakat terus meningkat dan berubah membuat guru makin
tertantang.

David Sigalingging, SPd


rbl_david@yahoo.com
http://davidsigalingging.wordpress.com
C. Pengertian Profesi
a. Profesi
Profesi pada hakikatnya adalah suatu pernyataan atau suatu janji terbuka yang
menyatakan bahwa seseorang itu mengabdikan dirinya pada suatu jabatan atau
pelayanan karena orang tersebut merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu.
Istilah profesi, menurut Everest Hughes (dalam Piet A Sahartian, 1994) merupakan
simbol dari suatu pekerjaan dan selanjutnya menjadi pekerjaan itu sendiri. Hoyle,
(dalam Dedi supriadi, 1997) merupakan salah satu versi tentang ciri-ciri pkok suatu
profesi walaupun tidak sepenuhnya dapat sesuai dengan kebutuhan, dan kondisi kita
yaitu:
1. Fungsi signifikan sosial; suatu profesi merupakan suatu pekerjaan yang
memiliki fungsi dan signifikansi sosial yang benar.
2. Keterampilan; untuk mewujudkan fungsi ini dituntut derajat keterampilan
tertentu.
3. Proses pemrolehan ketrampilan tersebut bukan hanya dilakukan secara rutin,
melainkan sifat pemecahan masalah atau penanganan situasi krisis yang menuntut
pemecahan.
4. Batang tubuh ilmu; suatu profesi didasarkan pada suatu disiplin ilmu yang
jelas, sistematis dan ekplisit.
5. Masa pendidikan; upaya mempelajari dan menguasai batang tubuh ilmu dan
keterampilan-keterampilan tersebut membutuhkan masa latihan yang sama,
bertahun-tahun, dan tidak cukup hanya beberapa minggu atau bulan. Hal ini
dilakukan sampai tingkat perguruan tinggi.
6. Sosialisasi nilai-nilai profesional; proses pendidikan tersebut juga merupakan
wahana untuk sosialisasi nilai-nilai profesional dikalangan para siswa/mahasiswa.
7. Kode etik; dalam memberikan pelayanan kepada client, seorang profesional
berpegang teguh kepada kode etik yang pelaksanaannya dikontrol oleh organisasi
profesi. Setiap pelanggaran terhadap kode etik dapat dikenakan sanksi.

David Sigalingging, SPd


rbl_david@yahoo.com
http://davidsigalingging.wordpress.com
8. Kebebasan untuk memberikan judgment-nya; anggota suatu profesi
mempunyai suatu kebebasan untuk menetapkan judgment-nya sendiri dalam
menghadapi atau memecahkan sesuatu dalam lingkup kerjanya.
9. Tanggung jawab profesional dan otonomi; komitmen suatu profesi adalah
klien dan masyarakat. Tanggung jawab profesi harus diabdikan kepada mereka.
Oleh karena itu, praktek profesional itu otonom dari campur tangan pihak luar.
10. Sebagai imbalan dari pendidikan dan latihan yang lama, komitmennya dan
seluruh jasa yang diberikan kepada klien, maka seorang profesional mempunyai
prestise yang tinggi dimata masyarakat dan imbalan yang layak.

b. Profesi Guru
Besarnya perhatian Depdiknas terhadap guru merupakan penguat terhadap apa
yang telah kita sadari selama ini. Guru mempunyai peranan yang amat penting dalam
upaya pendidikan, Ronan Brandt dalam tajuk rencana Education Leadership maret
lalu mencatat :”hamper semua usaha reformasi dibidang pendidikan seperti
pembaharuan kurikulum dan penerapan metode mengajar baru pada akhirnya
tergantung kepada guru (Dedi Supriadi, 75:1997).

D. Ciri-ciri Guru professional


Kesadaran akan perlunya peningkatan profesionalisme berlangsung dalam berbagai
bidang pekerjaan. Banyak orang menganggap begitu pentingnya profesionalisme. Tetapi
begitu dijabarkan secara operasional kedalam langkah-langkahyang nyata dalam apa dan
bagaimananya, tidak gampang, banyak kendala yang dihadapi, mulai pengertian
profesionalisme itu sendiri sampai pada cara untuk meningkatkan profesionalisme itu.
Dalam bidang apapun, profesionalisme seseorang ditunjang oleh tiga hal, dan tanpa
ketiga hal ini dimiliki, sulit seseorang mewujudkan profesionalismenya , yaitu: keahlian,
komitmen dan skiil yang relevan. Ketiga hal itu pertama-tama dikembangkan melalui
pendidikan pra-jabatan, dan selanjutnya ditingkatkan melalui pengalaman dan
pendidikan/latihan dalam jabatan. Karena keahliannya yang tinggi, maka seorang
profesional dibayar tinggi.
Menurut jurnal (dalam Dedi Supriadi, 1998) untuk menjadi profesional, seorang guru
dituntut untuk memiliki lima hal. Pertama, guru mempunyai komitmen pada murid dan
proses belajarnya. Ini berarti bahwa komitmen guru adalah kepada kepentingan siswanya.

David Sigalingging, SPd


rbl_david@yahoo.com
http://davidsigalingging.wordpress.com
Kedua, guru menguasai secara mendalam bahan/mata pelajaran yang diajarkannya serta
cara mengajarkannya kepada siswanya. Ketiga, guru bertanggung jawab memantau hasil
belajar murid melalui berbagai teknik evaluasi, mulai cara pengamatan dalam prilaku
murid sampai tes hasil belajar. keempat, guru mempu bersifir sistematis tentang apa yang
dilakukannya, dan belajar dari pengalamannya. Kelima, guru seyogyanya merupakan
bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya.

E. Profesionalisasi Guru
Usaha-usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan profesionalisme
guru? Meningkatkan kualifikasi dan pelatihan mereka adalah penting, melalui pendidikan
pra-jabatan maupun dalam jabatan.
Suatu hal lagi yang menentukan penampilan profesional guru adalah sejauh
manakah ia menguasai prinsip-prinsip pedagogi secara umum mau pun didaktik-metodik
secara khusus yang berlaku pada setiap mata pelajaran. Segi lain yang perlu dicatat adalah
profesionalisasi harus dipandang sebagaiproses yang terus menerus. Dalam proses ini,
pendidikan prajabatan, pendidikan dalam masa jabatan termasuk penataran, pembinaan
dari organisasi profesi dan tempat kerja, penghargaan masyarakat terhadap profesi
keguruan. Penegakan kode etik profesi, sertifikasi, peningkatakn kualitas calon guru,
imbalan, dll. Secara bersama-sama menentukan pengembangan profesionalisme
seseorang termasuk guru. Jika demikian, maka usaha peningkatan profesionalisme guru
merupakan tanggung jawab bersama antara LPTK sebagai penghasil guru, instansi yang
membina guru (dalam hal ini Dinas Pendidikan atau Yayasan swasta), PGRI, dan
masyarakat.

David Sigalingging, SPd


rbl_david@yahoo.com
http://davidsigalingging.wordpress.com
BAB II
GURU SEBAGAI PROFESI

A. Pendahuluan
Pada bagian ini akan dibahas mengenai harkat dan martabat guru khususnya guru
diindonesia, seorang guru harus bias memahami bagaimana harkat dan martabat seorang
guru, dan seorang guru juga harus mempunyai kompetensi untuk menunjukkan
keprofesionalnya, guru juga harus bisa memahami organisasi dan kode etik guru di Indonesia
dan juga bisa memahami, menghayati dan mengenalkan sikap profesionalnya.

B. Materi
1. Hakekat dan martabat guru
Guru yang ideal dan profesional merupakan dambaan setiap insan pendidikan,
sebab dengan guru yang profesional diharapkan pendidikan menjadi lebih berkualitas.
Apabila penghargaan terhadap guru tersebut tidak memadai, Maka harapan atau idealisme
di atas, bukan merupakan pekerjaan yang mudah. Hal ini berkaitan erat dengan
penghargaan masyarakat atau negara terhadap profesi guru. Negara-negara maju
memberikan penghargaan yang lebih kepada guru dibanding dengan Indonesia

2. Kompetensi guru
Inti dari pendidikan adalah interaksi antara pendidik (guru) dengan peserta didik
(murid) dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Pendidik, peserta didik dan tujuan
pendidikan adalah komponen-komponen pendidikan yang esensial (utama). Ketiga
komponen pendidikan ini membentuk suatu segitiga, yaitu jika hilang salah satu
komponennya, maka akan hilang hakekat dari pendidikan itu.

David Sigalingging, SPd


rbl_david@yahoo.com
http://davidsigalingging.wordpress.com
Sebagai pendidik, tugas guru pada dasarnya adalah mendidik, yaitu membantu
anak didik mengembangkan pribadinya, memperluas pengetahuannya, dan melatih
keterampilannya dalam berbagai bidang. Untuk melaksanakan tugasnya ini dengan baik
(efektif), ada sejumlah kemampuan yang harus dimiliki oleh guru. Kemampuan yang
harus dimiliki guru itulah yang dengan disebut kompetensi guru.
Bermacam-macam rumusan tentang kompetensi guru telah dikemukakan oleh
para ahli. Raths (1964), mengemukakan 12 kompetensi guru yang dikembangkan oleh
guru, yaitu:

1. Explaining, informing, showing how


2. Instianting, directing, and administering
3. Unifying the group
4. Giving security
5. Claclarifyng attitude, beliefs
6. Diagnosing learning problem
7. Making kurikulum meterials
8. Evaluating, recording, reporting
9. Enriching community activies
10. Organizing and arranging classrum
11. Participating in school activies
12. Partisipatig in professional and civic life

Rumusan lain tentang kompetensi guru juga dikemukakan oleh para ahli. Sabertian
(1994), mengemukakan enam kompetensi guru yang dikembangkan oleh California
Council On Teacher Education, keenam kompetensi tersebut adalah:
1. Mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan belajar siswa.
2. Membimbing siswa agar mereka mengerti diri mereka sendiri.
3. Menolong siswa mengerti dan mewujudkan nilai-nilai budhaya bangsa sendiri.
4. Berpartisipasi secara efektif dalam segala kegiatan sekolah.
5. Membantu memelihara hubungan antara sekolah dan masyarakat.
6. Bekerja atas dasar tingkat profesional.

David Sigalingging, SPd


rbl_david@yahoo.com
http://davidsigalingging.wordpress.com
Selain dengan tiga kelompok kompetensi yang dikemukakan oleh Depdikbud,
Syah (1999), juga mengemukakan tiga macam kelompok kompetensi yang harus dimiliki
guru agar sukses dalam tugasnya. Ketiga macam kelompok kompetensi ini adalah:
a. Kompetensi Kognitif (kecakapan ranah cipta)
Kompetensi ranah cipta ini, menurut Syah (1999), merupakan kompetensi utama yang
wajib harus dimiliki oleh setiap guru yang profesional. Keterampilan ranah cipta ini
meliputi dua katagori keterampilan, yaitu :
1. Kategori pengetahuan kependidikan umum, yang meliputi ilmu pandidikan,
ilmu psikologi pendidikan, administrasi pendidikan, dan bimbingan konseling dan
pengetahuan kependidikan khusus, meliputi metode mengajar, metode khusus
pengajaran materi tertentu dan teknik evaluasi.
2. Kategori pengetahuan bidang studi, yaitu menguasai materi-materi dari mata
pelajaran yang akan diajarkan kepada siswanya. Penguasaan guru akan materi-
materi yang akan diajarkan mutlak diperlukan. Dan seyogyanya penguasaan
materi tersebut dikaitkan langsung dengan pengetahuan khusus terutama tentang
metode khusus dan praktek keguruan.
b. Kompetensi Afektif (kecakapan ranah rasa)
Kompetensi ranah afektif ini, menurut syah (1999), meliputi seluruh fenomena
perasaan dan emosi seperti cinta, benci, senang, sedih, dan sikap-sikap tertantu
kepada diri sendiri dan orang lain. Sikap dan perasaan diri ini meliputi :
1. Self-Concept dan self-esteem (konsep diri dan harga diri). Guru yang efektif
adalah guru yang memiliki Self-Concept dan self-esteem tinggi.
2. Self-efficacy dan contextual efficacy (efikasi diri dan efikasi kontekstual guru)
efikasi guru adalah keyakinan guru terhadap keefektifan kemampuannya sendiri
dalam membangkitkan gairah dan kegiatan para siswanya. Sedangkan efikasi
kontekstual atau efikasi mengajar adalah keyakinan guru terhadap kemampuannya
sendiri dalam membangkitkan gairah dan kegiatan para siswanya. Sedangkan
efikasi kontekstual atau efikasi mengajar adalah keyakinan guru terhadap
kemampuannya sebagai pengajar profesional dalam menyajikan materi didepan
kelas dan juga dalam mendayagunakan keterbatasan ruang dan waktu serta
peralatan yang berhubungan dengan proses belajar mengajar.
3. Attitude of self-accepiance and others acceplance (sikap terhadap penerimaan
diri sendiri dan orang lain). Guru yang efektif adalah guru yang mempunyai sikap

David Sigalingging, SPd


rbl_david@yahoo.com
http://davidsigalingging.wordpress.com
penerimaan atau sikap positif terhadap diri sendiri. Dengan sikap penerimaan dan
sikap positif terhadap diri sendiri, maka akan mudah bagi guru untuk bersikap
positif, dan bisa memahami dan bisa menerima orang lain, khususnya anak
didiknya.
c. Kompetensi Psikomotor (kecakapan ranah karsa)
Menurut Syah (1999), kompetensi psikomotor guru meliputi segala keterampilan atau
kecakapan yang bersifat jasmaniah yang berhubungan dengan pelaksanaan tugasnya
sebagai guru. Secara garis besar, kompetensi ranah karsa ini meliputi :
1. Kecakapan fisik umum, seperti : duduk, berdiri, berjalan, berjabat tangan dan
sebagainya yang berhubungan langsung dengan aktifitas mengajar.
2. Kecakapan fisik khusus, seperti : keterampilan ekspresi verbal (berbicara) dan
non verbal (contohnya : menulis, memperagakan proses terjadinya sesuatu, dan
memperagakan prosedur melakukan praktis tertentu sesuai dengan perjalanan
verbal).

3. Organisasi Profesional Guru


a. Fungsi Organisasi Profesional Keguruan

Sebagai telah disebutkan bahwa salah satu kriteria jabatan profesional adalah
jabatan profesi harus mempunyai wadah untuk mnyatukan gerak langkah untuk
mengendalikan keseluruhan profesi, yakni organisasi profesi. Bagi guru-guru di
negara kita, wadah ini telah ada yakni Persatuan Guru Republik Indonesia, lebih
dikenal dengan singkatan PGRI. Didirikan di Surakarta tanggal 25 November 1945.
Salah satu tujuan dari PGRI adalah mempertinggi kesadaran, sikap, mutu, dan
kegiatan profesi guru serta meningkatkan kesejahteraan mereka (Basuni,1986) selain
itu basuni juga menguraikan misi utama PGRI yaitu:
1. Misi politis,/ideologis
2. Misi persatuan/organisatoris
3. Misi profesi
4. Misi kesejahteraan

b. Jenis-jenis organisasi keguruan


Disamping PGRI sebagai satu-satunya organisasi guru-guru sekolah yang
diakui pemerintah saat ini, ada organisasi sekolah yang disebut Musyawarah Guru
David Sigalingging, SPd
rbl_david@yahoo.com
http://davidsigalingging.wordpress.com
Mata Pelajaran (MGMP), yang didirikan atas anjuran pejabat-pejabat pada
Departemen Pendidikan Nasional. Selain dari pada organisasi tersebut juga ada
organisasi resmi di bidang pendidikan, yakni Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia
(ISPI) yang saat ini mempunyai devisi-devisi, antara lain Asosiasi Bimbingan Dan
Konseling Indonesia (ABKIN), Himpunan Administrasi Pendidikan Indonesia
(HISAPIN), Himpunan Sarjana Bahasa Indonesia (HSPBI) dan lain-lain.

4. Kode Etik Guru


a. Pengertian Kode Etik
Setiap profesi mempunyai kode etik, guru sebagai jabatan profesi juga
mempunyai kode etik. Sama halnya dengan kata profesi, penafsiran tentang kode etik
juga belum memiliki pengertian yang sama.
Kode etik suatu profesi adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh
setiap anggota profesi dalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya
dimasyarakat. Norma-norma tersebut memberikan petunjuk bagi anggota profesi
tantang bagaimana mereka melaksanakan profesinya, dan larangan-larangan, yaitu
ketentuan-ketentuan apa yang boleh dan apa yang tidak boleh diperbuat atau
dilaksanakan oleh mereka tidak saja dalam melaksanakan tugas profesi mereka,
melainkan juga menyangkut tingkah laku mereka pada umumnya dalam pergaulan
sehari-hari di masyarakat

b. Tujuan Kode Etik


Menurut Hermawan (1989) tujuan adanya kode etik adalah sebagai berikut:
1. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi.
2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya.
3. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.
4. Untuk meningkatkan mutu profesi.
5. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.

c. Sanksi Pelanggaran Kode Etik


Sanksi yang didapat oleh sesorag yang melanggar kode adalah sanksi moral
yang berupa celaan dari rekan-rekannya, dan sanksi yang dianggap terberat adalah si
pelanggar dikeluarkan dari organisasi profesi

David Sigalingging, SPd


rbl_david@yahoo.com
http://davidsigalingging.wordpress.com
Kode Etik Guru Indonesia
Persatuan Guru Republik Indonesia menyadari bahwa Pendidikan adalah
merupakan suatu bidang Pengabdian terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Bangsa dan Tanah
Air serta kemanusiaan pada umumnya. Guru Indonesia yang berjiwa Pancasila dan
Undang –Undang Dasar 1945 . Maka Guru Indonesia terpanggil untuk menunaikan
karyanya sebagai Guru dengan mempedomani dasar –dasar sebagai berikut :
1. Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk manusia
pembangun yang berjiwa Pancasila
2. Guru memiliki kejujuran Profesional dalam menerapkan Kurikulum sesuai
dengan kebutuhan anak didik masing –masing .
3. Guru mengadakan komunikasi terutama dalam memperoleh informasi tentang
anak didik , tetapi menghindarkan diri dari segala bentuk penyalahgunaan .
4. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan
dengan orang tua murid sebaik –baiknya bagi kepentingan anak didik
5. Guru memelihara hubungan dengan masyarakat disekitar sekolahnya maupun
masyarakat yang luas untuk kepentingan pendidikan .
6. Guru secara sendiri – sendiri dan atau bersama – sama berusaha
mengembangkan dan meningkatkan mutu Profesinya .
7. Guru menciptakan dan memelihara hubungan antara sesama guru baik
berdasarkan lingkungan maupun didalam hubungan keseluruhan .
8. Guru bersama –sama memelihara membina dan meningkatkan mutu
Organisasi Guru Profesional sebagai sarana pengapdiannya.
9. Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan
Pemerintah dalam bidang Pendidikan.

5. Sasaran Sikap Professional Guru


Guru merupakan pendidik yang profesional mempunyai citra yang baik di
masyarakat apabila dapat menunjukkan kepada masyarakat apabila ia layak menjadi
panutan atau teladan bagi masyarakat sekelilingnya. Masyarakat terutama akan melihat
sikap dan perbuatan guru itu sehari-hari, apakah patut diteladani atau tidak. Bagaimana
guru meningkatkan pelayanannya dan pengetahuannya, memberi arahan dan dorongan
kepada anak didiknya, dan bahkan bagaimana cara guru berpakaian, bergaul dengan
siswa, teman-temannya, serta anggota masyarakat, serta menjadi perhatian masyarakat.

David Sigalingging, SPd


rbl_david@yahoo.com
http://davidsigalingging.wordpress.com
Walaupun segala peilaku guru selalu diperhatikan oleh masyarakat, tetapi yang
akan dibicarakan dalam bagian ini adalah khusus prilaku guru yang berhubungan daengan
profesinya. Hal ini berhubungan denga bagaimana polah tingkah laku guru dalam
memahami, menghayati, serta mengamalkan sikap kemampuan dan sikap profesionalnya.
Yakni sikap sikap profesional keguruan terhadap :
1. Sikap terhadap peratuan perundang-undangan
Pada butir 9 kode etik guru Indonesia disebutkan bahwa: Guru melakanakan segala
kebijakan pemerintuah untuk bidang pendidikan.” Kebijakan pendidikan di Negara
kita dipegang oleh pemerintah, dalam hal ini oleh Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.denga mengeluarkan ketentuan – ketentuan dan peraturan perauran yang
merupakan kebijakan yang akan dilaksanakan oleh apratnya.

2. Sikap terhadap orgaisasi profesi


Guru bersama – sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai
sarana perjuangan dan pengabdian. PGRI sebagai organisasi profesi memerlukan
pembinaan agar lebih berdaya guna dan berhasil sebagai wadah untuk membawakan
misi dan memantapkan profesi guru. Maka dari itu setiap orang harus memberikan
waktu sebagiannya untuk kepentingan pembinaan profesinya dan semua waktu dan
tenaga yang diberikan oleh para anggota ini dikoordinasikan oleh para pejabat
organisasi tersebut, sehingga pemanfaatannya mnjadi efektif dan efisien
3. Sikap terhadap teman sejawat
Dalam ayat 7 kode etik gutu disebutkan bahwa guru memelihara hubungan seprofesi,
semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan social. Itu berarti guru hendaknya kerja
dan hendanya menciptakan dan memelihara semangat kekeluargaan didalam maupun
diluar sekolah.
4. Sikap terhadap anak didik
Telah dijelaskan bahwa guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk
manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila. Tujuan pendidikan nasional
dengan jelas dapat dibaca dalam UU No. 2/2989 tentang Sistem Pendidikan Nasional
yakni membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila
5. Sikap terhadap tempat kerja

David Sigalingging, SPd


rbl_david@yahoo.com
http://davidsigalingging.wordpress.com
Suasana yang harmonis disekolah tidak akan terjadi bila personal yang terlibat
didalamnya tidak menjalin hubungan yang baik diantara sesamanya. Penciptaan
suasana kerja menantang harus dilengkapi denagn terjalinnya hubungan yang baik
denagn orang tua dan masyarakat sekitarnya. Ini dimaksudnya untuk membina peras
serta rasa tanggung jawab bersama terhadap pendidikan
6. Sikap terhadap pemimpin
Dalam kerja sama yang dituntut pemimpin tersebut diberikan berupaya tuntutan akan
kepatuhan dalam melaksanakan arahan dan petunjuk yang diberikan mereka.
7. Sikap terhadap pekerjaan
Kode etik 6 dituntut guru baik secara pribadi maupun secara kelompok untuk
meningkatkan mutu pribadi maupun kelompok untuk selalu meningkatkan mutu dan
martabat profesinya. Profesi guru berhubungan denagn anak didik yang mempunyai
persamaan dan perbedaan yang melayaninya harus memerlukan kesabaran dan
ketelatenan yang tinggi, terutama bila berhubungan denagn peserta didik yang masih
kecil.
BAB III
PROFESI GURU SEBAGAI JABATAN FUNGSIONAL

A. Pendahuluan
Pada bagian ini akan dibahaskan mengenai bagaimana yang dikatakan guru yang ideal
dan bagaimana ciri-ciri nya? dan pada bagian ini juga akan di jelaskan tugas, tanggung
jawab dan wewenang seorang guru. Disini juga kita akan memahami apakah guru itu
suatu jabatan fungsional., dan kita juga akan mengetahui apakah penghargaan masyarakat
terhadap guru di Indonesia.

B. Materi
1. Guru Yang Ideal
Guru yang ideal adalah guru yang menguasai kompetensinyasebagai guru.
Banyak Rumusan oleh para ahli tentang kompetensi guru, misalnya (dalam Roestiyah,
1989) memberikan sepuluh rumusan tentang kompetensi guru, yaitu :
a. Menguasai bahan pelajaran
b. Mengelola program belajar mengajar
c. Mengelola kelas

David Sigalingging, SPd


rbl_david@yahoo.com
http://davidsigalingging.wordpress.com
d. Menggunakan media/sumber belajar
e. Menguasai landasan-landasan kependidikan
f. Mengelola interaksi belajar mengajar
g. Menilai prestasi peserta didik untuk kepentingan pengajaran
h. Mengenal fungsi dan program layanan bibingan dan knseling sekolah
i. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah
j. Memahami prinsip-prinsip dan menjelaskan hasil-hasil penelitian
pendidikan guna keperluan pengajaran.

Sedangkan Pulias dan Young (1977) mengemukakan hendaknya guru dapat


berperan sebagai:
a. Pembimbing (a guide)
b. Guru ( a teacher)
c. Modemis, perantara antar generasi (a bridge beween generation)
d. Model ( a model)
e. Peneliti ( a searcher)
f. Konselor ( a counselor)
g. Pencipta ( a creator)
h. Empunya kekuasaan, dalam ilmu pengetahuan (an autheory)
i. Pembeli inspirasi (an inspirer of visiora)
j. Pekerjaan rutin ( a doer of routine)
k. Perantara ( a breaker og camp)
l. Pembawa cerita ( a story teller)
m. Actor ( an actor)
n. Pembuat desain (a scene designer)
o. Pembina Masyarakat ( a buider of community)
p. Peserta didik (a learner)
q. Penerima realitas ( a facer of reality)
r. Pengikut (emancipator)
s. Pengevaluasi (a evaluator)
t. Pengubah (a conserver)
u. Peraih cita-cita / puncak (a culmnator)
v. Manusia biasa ( a person)

David Sigalingging, SPd


rbl_david@yahoo.com
http://davidsigalingging.wordpress.com
2. Tugas Pokok, Tanggung Jawab dan Wewenang Guru
Keputusan Menpan nomor 84/1993, Guru adalah pegawai negeri yang diberi
tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang
untuk melaksanakan pendidikan dengan tugas utama mengajar peserta didik pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah termasuk taman kanak-kanak atau
membimbing peserta didik pada pendidikan dasar dan menengah.

3. Penghargaan Masyarakat Terhadap Guru di Indonesia


Untuk mendapatkan berpuluh predikat atau peran guru bukan pekerjaan yang
mudah. Hal ini sangat berkaitan dengan penghargaan masyarakat atau Negara
terhadap profesi ini. Negara-negara maju memberikan penghargaan yang lebih kpada
guru. Supriadi (1999) mengindentifikasi bahwa gaji guru dinegara maju lebih tinggi
antara 111% s/d 235% lebih tinggi dibandingkan gaji pegawai administrasi dan sector
industri. Di Belanda gaji guru 111% lebih tinggi dibadingkan dengan gaji pegawai
administrasi, Australia 116%, Amerika Serikat 128%, Perancis 157%, Selandia Baru
185%. Dibandingkan dengan sector industri, gaji guru di Australia lebih tinggi,
Skotlandia 120%, Amerika Serikat 125%, Selandia Baru 125%, Belanda 126%,
Jerman 213%, Finlandia 234%, dan Swedia 235%. Hasil Survei di Amerika (dalam
Sahertian, 1994) menunjukkan bahwa pekerjaan guru menjadi urutan pertama (31,3)
diikuti jabatan perawat (27,1%) pegawai pemerintah (19,1%) pedagang (12,8%) dan
ahli hukum (9,7%).
Kondisi ini sangat bertolak belakang dengan di Indonesia, dimana guru atau
dosen menjadi pilihan profesi terakhir setelah pekerjaan lainnya. Dari pengamatan
diatas nampaknya idealisme guru tidak dapat dipisahkan dengan imbalan (gaji)
penghargaan yang diperoleh guru.

David Sigalingging, SPd


rbl_david@yahoo.com
http://davidsigalingging.wordpress.com
BAB IV
WAWASAN BIMBINGAN DAN KONSELING

PENDAHULUAN
Materi yang dibahas dalam pokok bahasan ini mencakup konsep dasar dan pentingnya
wawasa bimbingan dan konseling dikuasai oleh guru. Oleh sebab itu tujuan dari pokok
bahasan wawasan dan bimbingan konseling agar mahasiswa bias memahami pengertian dan
tujuan bimbingan dan konseling, dan mampu mendeskripsikan latar belakang perlunya
bimbingan dan konseling dalam pendidikan, menjelaskan fungsi dan prinsip bimbingan dan
konseling, serta menjelaskan azas-azas bimbingan dan konseling.

MATERI
A. Penegertian Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan konseling merupakan suatu kegiatan yan terintegrasi dalam
keseluruhan proses belajar megajar. Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada
individu atau kelompok agar mereka dapat mandiri, melalui bahan, interaksi, nasehat,
David Sigalingging, SPd
rbl_david@yahoo.com
http://davidsigalingging.wordpress.com
gagasan ,alat dan asuhan yang di dasarkan atas norma atau nilai-nilai yang berlaku.
Sedangkan konseling sebagai suatu usaha memperoleh konsep diri pada individu siswa.

Konsep diri meliputi konsep tentang diri, orang lain, pendapat orang lain tentan diri,
tujuan (harapan, kepercayaan diri) serta menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku
dilingkungan dan masyarakat. (prayitno, 1987).

Kegiatan bimbingan dan konseling disekolah ditetapkan adanya 4 bidang bimbingan


dan konseling. Keempat biadang tersebut adalah :

1. Bidang bimbingan pribadi; membantu individu menilai kecakapan, minat bakat, dan
karakteristik kepribadian diri sendiri untuk mengembangkan diri secara realistik.

2. Bidang bimbingan sosial; membantu individu menilai dan mencari alternatif


hubungan sosial yang sehat dan efektif dengan teman sebaya atau dengan lingkungan
sosial yang lebih luas.
3. Bidang bimbingan belajar; membantu individu dalam kegiatan dalam rangka
mengikuti jenjang dan jalur pendidikan tertentu dan/atau dalam rangka menguasai
kecakapan atau keterampilan tertentu.
4. Bidang bimbingan karier; membantu individu dalam mencari dan menetapkan pilihan
serta mengambil keputusan berkenaan dengan karier tertentu, baik karier di masa
depan maupun karier yang sedang dijalaninya

Untuk melaksanakan keempat bidang tersebut ada tujuh layanan yang diberikan
kepada siswa menurut prayitno antara lain :
1. Layanan orientasi
Layanan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman penyesuaian diri siswa
terhadap lingkungan sekolah dan atau koponen pendidikan lainnya yang baru
dimasuki siswa.
2. Layanan informasi
Layananini bertujuan untuk membekali siswa dengan berbagai hal yang bergunauntuk
mengenal diri, dan merencanakan dan mengembangkan pola kehidupan sebagai
siswa, anggota keluarga dan masyarakat.
3. Layanan penempatan dan penyaluran
Layanan ini bertujuan untuk memberikan layanan tentang berbgai hal seperti
kemampuan, bakat dan minat siswa yang belum tersalurkan secara tepat.
David Sigalingging, SPd
rbl_david@yahoo.com
http://davidsigalingging.wordpress.com
4. Layanan pembelajaran
Layanan ini bertujuan untuk memungkinkan siswa memahami dan mengembangkan
sikap dan kebiasaan belajar yang baik, keterampilan dan materi belajar yang cocok
dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya serta tuntutan kemampuan yang berguna
untuk kehidupan dan pekembangannya.
5. Layanan konseling perorangan
Layanan ini dapat dipecahkan dalam berbagai masalah siswa dan dapat dilaksanakan
untuk segenap masalah siswa secara perorangan.
6. Layanan bimbingan kelompok
Layanan ini memugkinkan siswa secara bersama-sama memperoleh bahan dari nara
sumber yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari baik secara individu, keluarga
dan masyarakat.
7. Layanan konseling kelompok
Layanan ini siswa memperoleh kesempatan untuk membahas dan menuntaskan
masalah melalui dinamika kelompok.
Agar terlaksananya kegiatan bimbingan dan konseling dengan baik disekolah diperlukan
kegiatan pendukung dalam kaitannya dengan kegiatan bimbingan dan konseling, menurut
prayitno (1997) adalah :
1. Aplikasi intrumen bimbingan dan konseling
2. Konferensi kasus
3. Kunjungan rumah
4. Alih tangan kasus.

B. Latar Belakang Perlunya BImbingan Dan Konseling Dalam Pendidikan


Berikut akan dikemukakan beragai latar belakang perunya bimbingan dan konseling
dalam pendidikan.
a. Latar belakang social budaya
Perkembangan dan perubahan social budaya sangat cepat terjadi dalam
kehidupan manusia saat ini, terutama dengan adanya era globalisasi. Perkembangan
dan perubahan tersebut akan mengakibtkan bertambahnya jenis pekerjaan,
pendidikan, dan pola yang dituntut untuk mengisi kehidupan tersebut.
b. Latar belakang pendidikan

David Sigalingging, SPd


rbl_david@yahoo.com
http://davidsigalingging.wordpress.com
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal mempunyai peranan yang penting dalam
usaha mendewasakan siswa. Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar ada tiga
bidang pendidikan yang satu sama lain saling berkaitan
1. Bidang pengajaran dan kurikulum
2. Bidang administrasi dan kepemimpinan
3. Bidang layanan bantuan
c. Latar belakang psikologis
Latar belakang dari segi psikologis menyangkut masalah perkembangan
individu, perbedaan individu, kebutuhan individupenyesuaian diri serta masalah
belajar. Masalah psikologis siswa dapat berupa:
1. Masalah perkembangan individu
Pada masalah ini siswa diharapkan dapat memberikan bimbingan dan arahan
dalam proses perkembangan mereka.
2. Masalah perbedaan individu
Disekolah siswa dibentuk oleh lingkungan guru dan materi pelajaran yang
sama, akan tetapi hasilnya berbeda, ada siswa yang cepat, lambat, dan malas
dalam belajar, kentyataan ini menunjukkan pelayanan bimbingan dan konseling
diperlukan, sebab melalui kegiatan bimbingan dan konseling perbedaan individu
merupakan faktor layanan.
3. Masalah penyesuaian diri dan kelainan tingkah laku
Penyesuaian diri merupakan kelanjutan perubahan individu. Bila individu dapt
memenuhi kebutuhan tersebut dan ditunjang oleh lingkungan yang konduksif
maka individu dapatmenyesuaikan diri tanpa mengalami masalah.
4. Masalah belajar
Individu yang sedang belajar dipngaruhi oleh berbagai faktor, baik yang
berasal dalam diri ataupun luardiri mereka. Faktor dalam maupun luar individu
dapat menimbulkan masalah belajar bagi siswa.

C. Tujuan Bimbingan Dan Konseling


Tujuan bimbingan dan konseling secara umum adalah untuk membantu individu
dalam mencapai kebahagiaan hidup pribadi, kehidupan yang efektif dan produktif
dimasyarakat, hidup bersama individu lain serta harmonis antara cita-cita dengan
kemampuan yang ada.

David Sigalingging, SPd


rbl_david@yahoo.com
http://davidsigalingging.wordpress.com
Tujuan bimbingan dan konseling mencakup
a. Tujuan bimbingan dan konseling untuk kepentingan sekolah
b. Tujuan bimbingan dan konseling untuk siswa
c. Tujuan bimbingan dan konseling untuk guru
d. Tujuan bimbingan dan konseling untuk orang tua siswa
e. Tujuan bimbingan dan konseling

D. Fungsi Bimbingan dan Konseling


1. Fungsi pemahaman
Fungsi ini merupakan landasan dari kegiatan bimbingan dan konseling
2. Fungsi pencegahan
Yaitu pelayanan bimbingan dan konseling dapat dimanfaatkan untuk menghindari
individu dari permasalahan-permasalahan yang mungkin akan menimpan individu
tersebut, yang identik dengan slogan kesehatan “mencegah lebih baik dari pada
mengobati.
3. Fungsi pengentasan
Yaitu pelayanan yan dimanfaatkan untuk membantu individu terlepasa dari masalah
yang dihadapinya
4. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan
Yaitu pelayanan yang dapat dimanfaatkan untuk memelihara dan mengembangkan
segala yang baik yang ada pada diri individu, baik berupa potensi sebagai bawaan
ataupun hasil perkembangan yang diperoleh dari belajar.
5. Fungsi advokasi
Yaitu pelayanan bimbingan yang dapat dimanfaatkan untuk memberikan
perlindungan pada individu, terhadap tindakan yang tidak adil yang dikenakan
kepada mereka, terutama perlindungan terhadap hak pendidikan anak.

E. Prinsip-prinsip Bimbingan Dan Konseling


a. Prinsip-prinsip umum
1. Sikap dan tingkah laku individu terbentuk dari aspek kepribadian yang unuk dan
ruet
2. Pegenalan dan pemahaman tentang perbedaan merupakan suatu keharusan

David Sigalingging, SPd


rbl_david@yahoo.com
http://davidsigalingging.wordpress.com
3. Bimbingan diusahakan untuk dapt mengarahkan individu untuk menolong diri
sendiri
4. Bimbingan terpusat pada individu siswa
b. Prinsip khusus yang berhubungan dengan siswa
1. Pelayan ditunjukkan untuk seluruh siwa
2. Ada kriteria tertentu untuk menentukan perioritas
3. Program bimbingan harus berpusat pada siswa
c. Prinsip yang berhubungan dengan guru pebimbing
1. Guru pebimbing harus mampu melakukan tujuan sesuai dengan kemampuan
2. Guru pebimbing hendaklah dipelihara atas dasar kualifikasi pendidikan,
kepribadian, pengalaman dan kemapuan
3. Guru pebimbing harus dapat kesempatan untuk megembangkan dirinya serta
keahlian melalui latihan dan penataran.
d. Prinsip-prinsip yang berhubungan dengan organisasi dan admnistrasi bimbingan
1. Bimbingan dilakukan secara berlanjut
2. Tersedianya kartu pelayan pribadi
3. Program disesuaikan dengan program sekolah

F. Azas-Azas Bimbingan Dan Konseling


a. Asas Kerahasiaan, yaitu segala sesuatu yang dibicarakan peserta didik kepada
pembimbing tidak boleh disampaikan kepada orang lain.
b. Asas Kesukarelaan, yaitu pelaksanaan Bimbingan dan Konseling berlangsung atas
dasar kesukarelaan dari kedua belah pihak, baik dari peserta didik maupun
pembimbing.
c. Asas Keterbukaan, yaitu Bimbingan dan Konseling dapat berhasil dengan baik jika
peserta didik yang bermasalah mau menyampaikan maslah yang dihadapi kepada
pembimbing dan pembimbing bersedia membantunya.
d. Asas Kekinian, yaitu masalah yang ditangani oleh Bimbingan dan Konseling adalah
masalah sekarang walaupun ada kaitanya dengan masalah yang lampau dan yang akan
dating. Selain itu juga hendaknya pembimbing sesegerah mungkin menangani
masalah peserta didik.

David Sigalingging, SPd


rbl_david@yahoo.com
http://davidsigalingging.wordpress.com
e. Asas Kemandirian, yaitu Bimbingan dan Konseling membantu agar peserta didik
dapat mandiri atau tidak tergantung baik kepada pembimbing atau orang lain.
f. Asas Kegiatan, yaitu Bimbingan dan Konseling harus dapat membantu
membangkitkan peserta didik agar berusaha melakukan kegiatan yang diperlukan
untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi.
g. Asas Kedinamisan, yaitu Bimbingan dan Konseling hendaknya dapat membantu
terjadinya perubahan yang lebih baikdan mampu kearah pembaruan pada diri peserta
didik.
h. Asas Keterpaduan, yaitu Bimbingan dan Konseling hendaknya dapat memadukan
aspek kepribadian peserta didik dan proses layanan yang dilakukan.
i. Asas Kenormatifan, yaitu usaha Bimbingan dan Konseling harus sesuai dengan
norma-norma yang berlaku, baik norma agama, norma adapt, norma hokum atau
Negara, norma ilmu, dan norma kebiasan sehari-hari.
j. Asas Keahlian, yaitu Bimbingan dan Konseling adalah layanan professional sehingga
perlu dilakukan oleh ahli yang khusus dididik untuk melakukan tugas ini.
k. Asas Ali Tangan,Bila usaha yang dilakukan telah optimal tetapi belum berhasil atau
masalahnya diluar kewenangannya.
l. Asas Tutwuri Handayani, yaitu Bimbingan dan Konseling hendaknya secara
keseluruhan dapat memberikan rasa aman, mengembangkan keteladanan, memberi
rangsangan dan dorongan serta kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk
maju sesuai dengan potensinya.
BAB V

PERANAN GURU DALAM PELAKSANAAAN PROGRAM BIMBINGAN DAN


KONSELING DI SEKOLAH

A. PENDAHULUAN

Bimbingan dan konseling merupakan suatu program yang terintegrasi dalam


keseluruhan proses pembelajaran. Kegiatan bimbingan dan konseling pada dasarnya
adalah usaha sadar yang dilakukan oleh guru pembimbing bersama siswa untuk mencapai
kemandirian dalam keseluruhan proses kehidupan, baik sebagai individu, anggota
kelompok, keluarga atau masyarakat pada umumnya.

David Sigalingging, SPd


rbl_david@yahoo.com
http://davidsigalingging.wordpress.com
Di sekolah, guru sebagai pengelola proses pembelajaran, sering dihadapakan pada
berbagai masalah. Dalam situasi demikian, kadangkala guru tidak dapat mengatasinya
karena adanya keterbatasan pengetahuan atau keahlian yang dimiliki. Di sisi lain, guru
diharuskan untuk melaksanakan Program Pengajaran, karena itu guru sebagai ujung
tombak dalam proses pendidikan memerlukan rekanan kerja untuk menangani
permasalahan para peserta didik,

Bila kita teliti pengertian bimbingan dan konseling terdahulu, maka pada
prinsipnya tujuan program bimbingan dan konseling secara umum dan luas di sekolah
adalah untuk membantu peserta didik dalam mencapai kebahagiaan hidup pribadi,
kehidupan yang efektif dan produktif di masyarakat, hidup bersama individu lain serta
harmoni antara cita-cita dan kemampuan yang ada. Tujuan program bimbingan dan
konseling di sekolah tidak terbatas pada para siswa tetapi mencakup keseluruhan
masyarakat sekolah pada umumnya yaitu untuk kepentingan sekolah, siswa, guru dan
orang tua siswa.

B. MATERI

1. Program bimbingan dan konseling

a. Makna dan tujuan

Program bimbingan dan konseling merupakan suatu rangakaian kegiatan yang


terencana,terorganisasi dan terkoordinasi selama periode waktu tertentu (Winkel,
1991). Prayitno, (2000) memberikan makna bahwa program bimbingan dan
konseling (BK) adalah satuan nrencana kegiatan BK yang akan dilaksanakan pada
periode waktu tertentu. Program ini memuat unsure-unsur yang terdapat di dalam
berbagai ketentuan tentang pelaksanaan BK dan diorientasikan kepada pencapaian
tujuan kegiatan BK di sekolah. Prayitno, dkk (1997) mengingatkan bahwa program-
program kegiatan BK perlu disusun dalam bentuk satuan-satuan kegiatan yang
nantinya akan merupakan wujud nyata pelayanan lansung bimbingan dan konseling
terhadap siswa asuh.

Tujuan penyusunan program BK tidak lain adalah agar kegiatan BK di


sekolah dapat terlaksana dengan lancar,efektif dan efisien serta hasilnya dapat
dinilai. Program bimbingan yang disusun dengan baik dan rinci akan memberikan
banyak keuntungan (Moh. Surya dan Rochman Natawidjaja, 1996), yaitu:
David Sigalingging, SPd
rbl_david@yahoo.com
http://davidsigalingging.wordpress.com
a. Memungkinkan para petugas menghemat waktu, usaha biaya dan menghindari
kesalahan-kesalahan dan usaha coba-coba yang tidak menguntungkan

b. Memungkinkan siswa untuk mendapatkan layanan bimbingan secara seimbang


dan menyeluruh, baik dalam hal kesempatan, ataupun dalam jenis layanan
bimbingan yang diperlukan

c. Memungkinkan setiappetugas mengetahui dan memahami peranannya masing-


masing dan mengetahui bagaimana dan dimana mereka harus melakukan upaya
secara tepat

d. Memungkinkan petugas untuk menghayati pengalaman yang sangat berguna


untuk kemajuannya sendiri dan untukkepentingan para siswa yang dibimbingnya

Dari uraian di atas tergambar bahwa efektivitas pelaksanaan kegiatan


bimbingan dan kinseling disekolah akan terwujud bila kegiatan tersebut didukung
oleh adanya program-program yang jelas dan tersusun secara sistematis sesuai
dengan kebutuhan.

b. Unsur – unsur program bimbingan dan konseling

Prayitno (2000) menjabarkan bahwa unsur-unsur yang harus diperhatikan dan


menjadi program BK di sekolah adalah sebagi berikut:
a. Jumlah siswa dibimbing:

1) Guru Pembimbing : 150 orang

2) Kepala sekolah dari guru pembimbing : 40 orang

3) Wakil kepala sekolah dari guru pembimbing : 75 orang

4) Guru kelas : satu kelas

b. Kegiatan BK dilaksanakan di:

1) Dalam jam belajar sekolah

2) Luar jam belajar sekolah, maksimumnya 50%

c. Unsur “BK-Pola 17”:

1) Bidang-bidang bimbingan yaitu:


David Sigalingging, SPd
rbl_david@yahoo.com
http://davidsigalingging.wordpress.com
a) Bimbingan pribadi

b) Bimbingan social

c) Bimbingan belajar

d) Bimbingan karier

2) Jenis-jenis layanan BK, yaitu:

a) Orientasi

b) Informasi

c) Penempatan/penyaluran

d) Pembelajaran

e) Konseling perorangan

f) Bimbingan kelompok

g) Konseling kelompok

3) Kegiatan pendukung BK, yaitu:

a) Aplikasi instrumentasi

b) Himpunan data

c) Konferensi kasus

d) Kunjungan rumah

e) Alih tangan kasus

d. Volume kegiatan BK di sekolah:

a) Layanan orientasi : 4 – 6%

b) Layanan informasi : 10 – 12 %

c) Layanan penempatan penyaluran : 5 – 8%

d) Layanan pembelajaran : 10 – 12%


David Sigalingging, SPd
rbl_david@yahoo.com
http://davidsigalingging.wordpress.com
e) Layanan konseling perorangan : 5 – 8%

f) Layanan bimbingan kelompok : 15 – 20%

g) Layanan konseling kelompok : 12 – 15%

h) Kegiatan aplikasi instrumentasi : 4 – 8%

i) Kegiatan himpunan data : 0%

j) Kegiatan konferensi kasus : 5 – 8%

k) Kegiatan kunjungan rumah : 5 – 8%

l) Kegiatan alih tangan kasus : 0 – 2%

Ada dua kegiatan pendukung yang persentase dari volume kegiatannya


dapat dianggap 0% yakni kegiatan himpunan data dan kegiatan alih tangan kasus.
Untuk kegiatan himpunan data artinya bahwa kegiatan itu dilaksanakan secara
terus menerus tetapi persentasenya tidak dihitung,sedangkan untuk kegiatan alih
tangan kasus mengandung makna bahwa sedapat-dapatnya tidak dilaksanakan,
jika semua masalah peserta didik dapat ditanganioleh Guru pembimbing.

c. Penyususnan program

Program BK di sekolah meliputi:

a. Program harian, yaitu program yang akan dilaksanakan hari-hari tertentu dalam
satu minggu

b. Program mingguan, yaitu program yang akan dilaksanakan secara penuh untuk
kurun waktu satu minggu dalam satu bulan

c. Program bulanan, yaitu program yang akan dilaksanakan secara penuh untuk
kurun waktu satu bulan tertentu dalam satu catur wulan

d. Program catur wulanan, yaitu program yang akan dilaksanakan secara penuh
dalam kurun waktu satu catur wulan tertentu dalam satu tahun ajaran

e. Program tahunan, yaitu program yang akan dilaksanakan secara penuh dalam
kurun waktu satu tahun tetrtentu dalam satu jenjang sekolah

David Sigalingging, SPd


rbl_david@yahoo.com
http://davidsigalingging.wordpress.com
d. Pelaksanaan program

Dalam setiap program yang terimpelementasi dalam program harian


diwujudkan dalam berbagai satuan layanan (SATLAN) dan satuan kegiatan
pendukung (SATKUNG). SATLAN dan SATKUNG inilah yang secara langsung
dilaksanakan secara tatap muka dengan siswa yang dibimbing baik secara klasikal,
kelompok atau perorangan.

Pelaksanaan isi program BK selalu dikaitkan dengan lima tahap kegiatan BK, yaitu:

a. Penyusunan program

b. Pelaksanaan program

c. Penilaian hasil layanan

d. Analisis hasil layanan

e. Tindak lanjut

Penilaian hasil layanan dilakukan dengan memperhatikan prosedur penilaian


hasil layanan BK, baik yang bersifat segera, penilaian jangka pendek dan penilaian
jangka panjang. Guru pembimbing diharapkan melaksanakan kelima tahap tersebut
dan pada setiap akhir semester Guru pembimbing melakukan penilaian menyeluruh
terhadap hasil-hasil kegiatan BK yang akan dilaksanakan selama satu semester
penuh.

2. Bidang dan Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling

1. Bidang-bidang bimbingan

a. Bimbingan pribadi,yaitu pelayan bimbingan dan konseling yang diarahkan


untuk membantu siswa menemukan dan mengembangkan pribadi yanga
beriman dan bertakwa terhadap Tuhan yang Yang Maha Esa, mantap dan
mandiri serta sehat jasmani dan rohani

b. Bidang bimbingan sosial,yaitu pelayan bimbingan dan konseling yang


diarahkan untuk membantu siswa mengenal dan berhubungan dengan

David Sigalingging, SPd


rbl_david@yahoo.com
http://davidsigalingging.wordpress.com
lingkungan sosialnya yang dilandasi budi pekerti luhur, tanggung jawab
kemasyarakatan dan kenegaraan

c. Bidang bimbingan belajar,yaitu pelayanan bimbingan yanga diarahkan un tuk


membantu siswa untuk mengembangkan diri, sikap dan kebiasaan belajar yanga
baik untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan, serta menyiapkannya
untuk melanjutkan pendidikan pada tingkat yang lebih tinggi, atau
mempersiapkan siswa untuk terjun langsung ke lapangan pekerjaan tertentu
(khusus untuk SMK)

d. Bidang bimbingan karier , yaitu pelayanan bimbingan dan konseling yang di


arahkan untuk membantu siswa untuk merencakan dan mengembangkan masa
depan karier (khusus di SMU), membantu mengenal potensi diri,
mengembangkan dan memantapkan pilihan karier, serta mengembangkan
keterampilan kejuruan dan aplikasi yang dipilhnya (khusus untuk SMK)

2. Jenis-jenis layanan BK

a. Layanan orientasi

Ditujukan untuk siswa baru dan untuk pihak-pihak lain terutama orang tua siswa
guna memberikan pemahaman dan penyesuaian diri terutama penyesuaian siswa
terhadap lingkungan sekolah yang baru dimasukinya, di samping itu juga
mempermudah penyesuaian diri siswa terhadap pola kehidupan social, kegiatan
belajar dan kegiatan lain yang mendukung keberhasilan siswa.

b. Layanan informasi

Bertujuan untuk membekali individu siswa dengan berbagai pengetahuan yang


dan pemahaman tentang berbagai hal yang berguna untuk mengenal diri,
merencanakan dan mengembangkan pola kehidupan sebagai pelajar, anggota
keluarga dan masyarakat.

c. Layanan penempatan/penyaluran

Bertujuan untuk menempatkan dan menyalurkan kemampuan, bakat dan minat


siswa agar berada pada posisi dan pilihan yang tepat yaitu berkenaan dengan
penjurusan,kelompok belajar, pilihan pekerjaan atau karier, kegiatan ekstra

David Sigalingging, SPd


rbl_david@yahoo.com
http://davidsigalingging.wordpress.com
kurikuler, program latihan dan pendidikan yang lebih tinggi ssesuai dengan
kondisi fisik dan psikisnya.

d. Layanan pembelajaran

Bertujuan untuk memungkinkan siswa memahami dan mengembangkan sikap


dan kebiasaan belajar yang baik, keteramplilan dan materi belajar yang cocok
dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya, serta tuntutan kemampuan yang
berguna dalam kehidupan dan perkembangan dirinya.

e. Layanan konseling perorangan

Memungkinkan siswa mendapatka layanan langsung secara tatap muka dengan


guru pembimbing dalam rangka pembahasan dan mengentaskan
permasalahannya.

f.Layanan bimbngan kelompok

Dimaksudkan untuk memungkinkan siswa secara bersama-sama memperoleh


berbagai bahan dari berbagai sumber terutama dari guru pembimbing yang
bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari

g. Layanan konseling kelompok

Memungkinkan siswa memperoleh kesempatan dalam membahas dan


mengentaskan masalah y6ang dialami melalui dinamika kelompok.

3. Kaitan jenis layanan BK dengan bidang bimbingan

Ketujuh jenis layanan yang ada dalam bimbingan dan konseling tersebut
dalam pelaksanaannya memiliki kaitan langsung dengan bidang bimbingan yang
ada. Setiap jenis layanan bimbingan dan konseling yang akan dilaksanakan dapat
dikaitkan dengan bidang bimbingan yang dikehendaki. Ketujuh jenis layanan BK di
sekolah dapat diarahkan kepada bidang bimbingan pribadi, bidang bimbingan
sosial, bidang bimbingan belajar dan bidang bimbingan karir. Sehingga untuk
semua jenis layanan terdapat 28 arah kegiatan layanan yang dapat dilakukan oleh
Guru pembimbing.

C. Penyajian Materi
David Sigalingging, SPd
rbl_david@yahoo.com
http://davidsigalingging.wordpress.com
1. Peranan Personil Sekolah dalam Manajemen Bimbingan dan Konseling di
Sekolah

Bimbingan dan konseling di sekolah merupaka kegiatan bersama. Semua


personil sekolah (kepala sekolah,wakil kepala sekolah, guru pembimbing, guru mata
pelajran, wali kelas) memiliki peranan masing-masing dalam melaksanakan program
bimbingan dan konseling. Dalam hal ini guru pembimbing sebagai koordinator dan
pelaksana utama.

1. Kepala Sekolah

Sebagai penanggung jawab kegiatan pendidikan secara menyeluruh, khususnya


pelayanan bimbingan dan konseling, tugas Kepa;la Sekolah adalah:

a. Mengkoordinir setiap kegiatan yang diprogramkan dan berlangsung di


sekolah, sehingga pelayanan pengajaran, latihan dan bimbingan dan konseling
merupakan suatu kesatuan yang terpadu, harmonis dan dinamis

b. Menyediakan prasarana, tenaga, sarana dan berbagai kemudahan bagi


terlaksnanya pelayanan bimbingan dan konseling yang efektif dan efisien

c. Melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap perencanaan dan


pelaksanaan program,penilaian dan upaya tindak lanjut pelayanan bimbingan
dan konseling

d. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling


di sekolah kepada Kanwil/kandep yang menjadi atasannya

2. Wakil Kepala Sekolah

Sebagai pembantu kepala sekolah, wakil kepala sekolah membantu kepala sekolah
dalam melaksanakan tugas-tugas kepala sekolah.

3. Koordinator bimbingan dan konseling

Koordinator BK bertugas:

1) Mengkoordinasikan guru pembimbing dalam:

David Sigalingging, SPd


rbl_david@yahoo.com
http://davidsigalingging.wordpress.com
a. Memasyarakatkan pelayanan BK kepada segenap warga sekolah
(siswa,guru, dan personil lainnya), orang tua siswa dan masyarakat.

b. Menyusun program kegiatan BK

c. Melaksanakan program BK

d. Mengadministrasikan program kegiatan BK

e. Menilai hasil pelaksanaan program kegiatan BK

f. Menganalisis hasil penilaian pelaksanaan BK

g. Memberikan tindaklanjut terhadap analisis penilaian BK

2) Mengusulkan kepada kepala sekolah dan mengusahakan bagi terpenuhinya


tenaga,prasarana, dan sarana perlengkapan pelayanan BK

4. Guru pembimbing

Sebagai pelaksana utama, tenaga inti dan ahli, guru pembimbing bertugas:

a. Memasyarakatkan pelayanan BK

b. Merencanakan program BK (terutama program-program satuan layanan dan


satuan kegiatan pendukung, untuk satuan-satuan waktu tertentu, program-
program tersebut dikemas dalam program mingguan, bulanan, semester dan
tahunan).

c. Melaksanakan segenap program satuan layanan BK

d. Melaksanakan segenap program satuan kegiatan pendukung BK

e. Menilai proses dan hasil pelaksanaan satuan layanan dan kegiatan pendukung
BK

f. Menganalisis hasil penilaian layanan dan kegiatan pendukung BK

g. Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil penilaian layanan dan kegiatan


pendukung BK

David Sigalingging, SPd


rbl_david@yahoo.com
http://davidsigalingging.wordpress.com
h. Mengadministrasikan kegiatan satuan layanan dan kegiatan pendukung
bimbingan yang dilaksanakan

i. Mempertanggung jawabkan tugas dan kegiatannya dalampelayanan BK secara


menyeluruh kepada coordinator BK serta kepala sekolah

5. Guru mata pelajaran dan guru praktik

Peranan guru mata pelajaran dan guru praktik dalam pelayanan BK adalah:

a. Membantu memasyarakatkan pelayanan BK kepada siswa

b. Membantu guru pembimbing mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan


layanan BK serta pengumpulan data tentang siswa-siswa tersebut

c. Mengalihtangankan siswa yang memerlukan pelayanan BK kepada guru


pembimbing

d. Menerima alih tangan dari guru pembimbing

e. Membantu mengembangkan suasana kelas

f. Memberika kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang memerlukan


layanan/kegiatan BK untuk mengikuti, menjalani layanan kegiatan yang
dimaksudkan itu

g. Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa seperti


konferensi kasus

h. Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian


pelayanan BK upaya tindak lanjutnya

6. Wali kelas

Sebagai pengelola kelas tertentu, dalam pelayanan BK wali kelas berperan:

a. Membantu guru pembimbing melaksanakan tugas-tugasnya, khususnyadi kelas


yang menjadi tanggung jawabnya

b. Membantu guru mata pelajaran melaksanakn peranannya dalam pelayanan BK

David Sigalingging, SPd


rbl_david@yahoo.com
http://davidsigalingging.wordpress.com
c. Membantu memberikan kesempatan dan kemudahan bagi siswa untuk
mengikuti / menjalani dan atau kegiatan BK

d. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan khusus bimbingan dan konseling, seperti


konferensi kasus

e. Mengalihtangankan siswa yang memerlukan layanan BK kepada guru


pembimbing

Manajemen pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah ditunjang oleh


adanya organisasi, para pelaksana, program pelayanan dan operasional
pelaksanaan bimbingan dan konseling. Organisasi pelayanan bimbingan dan
konseling di sekolah meliputi segenap unsur yang ada dengan organisasi berikut :

2. Peranan guru dalam program Bimbingan dan Konseling di sekolah

Guru mempunyai peranan dan kedudukan kunci di dalam keseluruhan proses


pendidikan, terutama dalam pendidikan formal bahkan dalam keseluruhan
pembangunan masyarakat pda umumnya. Winarno Surakhmad (1969 : 1) menyatakan
bahwa semakin sungguh-sungguh suatu pemerintahan dalam membangun negaranya,
makin menjadi urgent kedudukan guru.

Peranan yang sedemikian itu akan semakin tampak jika dikaitkan dengan
kebijaksanaan dan program pembangunan dalam pendidikan dewasa ini, yaitu yang
berkenaan dengan peningkatan mutu dan relevansi pendidikan, yang diarahkan
kepada peningkatan mutu lulusan atau hasil pendidikan itu sendiri. Dalam keadaan
semacam itu, guru sudah seharusnya memiliki kualifikasi sesuai dengan bidang
tugasnya.

Guru bukan hanya sekedar penyampai pelajaran, bukan pula sebagai penerap
metode mengajar, melainkan guru adalah pribadinya, yaitu keseluruhan penampilan
serta perwujudan dirinya dalam berinteraksi dengan siswa. H. W. Bernard (1961:127-
128) menyatakan bahwa pribadi guru lebih dari apa yang diucapkan dan metode yang
digunakannya yang menetukan kadar dan arah pertumbuhan siswa. Beliau juga
mengemukakan bahwa banyak penelitian yang menyatakan adanya akibat langsung
pribadi guru terhadap tingkah laku siswa.

David Sigalingging, SPd


rbl_david@yahoo.com
http://davidsigalingging.wordpress.com
Dalam keseluruhan pendidikan, guru merupakan factor utama. Dalam tugasnya
sebagai pendidik,guru abnyak sekali memegang berbagi jenis peranan yang harus
dilaksanakan. Peranan adalah suatu pola tingkah laku tertentu yang merupakan cirri-
ciri khas semua petugas dari suatu pekerjaan atau jabatan tertentu. Setiap jabatan atau
tugas tertentu akan menuntut pola tingkah laku tertentu pula dan tingkah laku mana
akan merupakan crri khas dari tugas atau jabtan tadi. Peranan guru adalah setiap pola
tingkah laku yang merupakan ciri-ciri jabatan guru yang harus dilakukan guu dalam
tugasnya. Peranan ini meliputi berbagai jenis pola tingkah laku, baik dalam
kegiatannya di dalam sekolah maupun di luar sekolah. Guru yang dianggap baik ialah
mereka yang berhasil dalam memerankan peranan-peranan itu dengan sebaik-baiknya,
artinya dapat menunjukkan suatu pola tingkah laku yang sesuai dengan jabatannya
dan dapat diterima oleh lingkungan dan masyarakat.

1. Guru sebagai mediator kebudayaan

Guru merupakan seorang perantara di dalam suatu proses pewarisan


kebudayaan. Beberapa keterampilan dan kecakapan yang merupakan aspek
kebudayaan seperti: bahasa, ilmu pengetahuan, keterampilan sosial, sikap dan
sebagainya diterima oleh anak dengan perantaraan guru. Dalam peranannya
sebagai seorang mediator kebudayaan maka seorang guru harus sanggup
memberikan, mengajarkan dan membimbing berbagai ilmu
pengetahuan,keterampilan dan sikap kepada peserta didiknya. Seorang guru harus
mampu membimbing peserta didiknya dalam penyesuaian diri terhadap lingkungan
kebudayaannya. Perkembangan kebudayaan itu sendiri sering kali menimbulkan
masalah-msalah bagi murid-murid, terutama masalah penyesuaian diri dan masalah
pemilihan. Untuk itu hendaknya guru mampu memberikn bantuan kepada peserta
didiknya dalam melakukan penyesuaian diri kepada unsure-unsur kebudayaan.

2. Guru sebagai mediator dalam belajar

Guru bertindak sebagai perantara dalam proses pembelajaran secara


keseluruhan. Guru lah yang menyelenggarakan pembelajaran peserta didik dan
guru harus bertanggung jawab akan hasil pembelajran itu, melaluia proses interaksi
belajar-mengajar. Guru merupakan faktor penting yang mempengaruhi berhasil
tidaknya proses pembelajaran. Oleh karena itu guru harus menguasai prinsip-

David Sigalingging, SPd


rbl_david@yahoo.com
http://davidsigalingging.wordpress.com
prinsip belajar, di samping menguasai materi yang akan di ajarkan dan guru juga
harus mampu menciptakan suasana belajar yang sebaik-baiknya.

3. Guru sebagai pembimbing

Dalam ugasnya yang pokok yaitu mendidik, guru harus membantu agar
anak mencapai kedewasaan secara optimal,artinya kedewasaan yang sempurna
sesuai dengan norma dan sesuai pula dengan kodrat yang dimiliknya. Dalam
peranan ini guru harus memperhatikan aspek-aspek pribadi peserta didik, antara
lain aspek kematangan, bakat, kebutuhan, kemampuan,sikap dan sebagainya,
supaya kepada mereka ini dapat diberikan bantuan dalam mencapai tngkat
kedewasaan optimal. Hal ini mengandung arti bahwa guru pun turut bertanggung
jawab dalam penyelenggaraan bimbingan dan konseling.

Sebagai seorang petugas bmbingan, guru merupakan tangan pertama dalam


usaha membantu memecahkan kesulitan murid-murid yang menjadi peserta
didikya. Guru harus paling banyak dan sering berhubungan dengan murid-
muridnya,terutama dalam kegiatan-kegiatan kurikuler. Jadi, tugas guru tidak hanya
terbatas dalam memberikan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan kepada
murid-muridnya, tetapi guru juga bertanggung jawab untuk membantu dan
mengawasi peserta didiknya. Sehubungan dengan peranannya sebagai
pembimbing, maka seorang guru harus :

a. Mengumpulkan data tentang murid

b. Mengamati tingkah laku murid dalam situasi sehari-hari

c. Mengenal murid-murid yang memerlukan bantuan khusus

d. Mengadakan interaksi dengan orang tua murid, baik secara individual maupun
secara kelompok untuk memperoleh saling pengertian dalam pandidikan anak

e. Bekerja sama dengan masyarakat dan lembaga-lembaga lainnya untuk


membantu memecahkan masalah murid.

f. Membuat cacatan pribadi murid serta menyiapkannya dengan baik

g. Menyelenggarakan bimbingan kelompok maupun individual

h. Bekerja sama dengan petugas-petugas bimbingan lainnya untuk membantu


memecahkan masalah murid

David Sigalingging, SPd


rbl_david@yahoo.com
http://davidsigalingging.wordpress.com
i. Bersama-sama dengan petugas bimbingan lainnya menyusun program
bimbingan sekolah

j. Meneliti kemajuan murid baik di sekolah maupun di luar sekolah.

4. Guru sebagai mediator antara sekolah dan masyarakat

Ini berarti bahwa kelancaran hubungan antara sekolah dan masyarakat


merupakan tugas dan tanggung jawab guru. Lancar tidaknya hubungan tersebut
tergantung pada tingkat kemampuan guru dalam memainkan peranan ini. Dalam
peranan itu, guru seharusnya mampu :

a. Memberikan penjelasan-penjelasan kepada masyarakat tentang kebijaksanaan


pendidikan yang sedang berlangsung atau yang akan ditempuh

b. Menerima usul-usl atau pertanyaan dari pihak masyarakat tentang pendidikan

c. Menyelenggarakan pertemuan-pertemuan antara sekolah dan masyarakat


khususnya dengan orang tua murid

d. Bekerja sama dengan berbagai pihak di masyarakat dalam memecahkan


masalah-masalah pendidikan

e. Meyelenggarakan hubungan yang sebaik-baiknya antara sekolah dengan


lembaga-lembaga yang berhubungan dengan pendidikan.

f. Guru merupakan suara sekolah di masyarakat dan suara masyarakat di sekolah

5. Guru sebagai penegak disiplin

Dalam peranan ini guru harus menegakkan disiplin baik di dalam maupun
di luar kelas. Guru harus menjadi teladan bagi terlaksananya suatu disiplin. Guru
harus membimbing murid agar menjadi warga sekolah dan masyarakat yang
berdisiplin. Guru harus menyiapkan murid-muridnya sebagai calon anggota
masyarakat yang sadar akan hak dan kewajibannya sebagai masyarakat. Dalam
peranan inilah seorang guru harus mencerminkan suatu tingkah laku sebagai
anggota masyarakat yang dapat “digugu dand itiru” oleh segenp pesertadidik
dengan penuh kesadaran.

6. Guru sebagai administrator dan manager kelas


David Sigalingging, SPd
rbl_david@yahoo.com
http://davidsigalingging.wordpress.com
Sebagai administrator, tugas seorang guru harus dapat menyelenggarakan
program pendidikan dengan sebaik-baiknya. Berbagai aspek yang menyangkut
kelacaran jalannya pendidikan merupakan tanggung jawab guru. Guru harus
mengambil bagian dalam hal perencanaan kegiatan pendidikan (planning),
mengatur dan menyusun berbagai aspek dalam pendidikan (organizing),
mengarahkan kegiatan-kegiatan dalam pendidikan (directing), melaksanakan
segala rencana dan kebijakan pendidikana (actuating), merencanakan dan
menyusun biaya (budgeting), dan mengawasi serta menilai kegiatan-kegiatan
pendidikan (controlling dan evaluating).

Sebagai manager, khususnya sebagai manager kelas, guru merupakan


penguasa utama dan bertanggung jawab terhadap kelancaran program pendidikan
dan pengajaran. Dalam management kelas, guru berfungsi sebagai pemimpin yang
harus memimpin murid-muridnya dalam kegiatan pembelajaran. Kepemimpinan
guru di sekolah menentukan keberhasilan sekolah itu secara keseluruhan. Guru
harus mengatur dan mengkoordinir jalannya program pendidikan agar memperoleh
hasil yang sebaik-baiknya.

7. Guru sebagai anggota suatu profesi

Suatu profesi adalah jabatan yang mempunyai kualifikasi tertentu.


Pekerjaan guru sebagai suatu profesi berarti bahwa guru merupakan seorang yang
ahli. Keahlian tersebut tidak dapat dilakukan oleh ahli-ahli atau pejabat-pejabat
lain yang tidak memperoleh dasar pendidikan keahlian tersebut. Sebagai anggota
suatu profesi, maka guru harus memiliki pengetahuan, kecakapan dan keterampilan
tertentu yaitu keterampilan keguruan. Kemampuan untuk membimbing murid,
merupakan salah satu aspek keterampilan profesi keguruan. Di samping itu,
seorang guru harus menunjukkan, mempertahankan serta mengembangkan
keahlian itu.

Peranan guru tidak hanya terbatas dalam kegiatan dalam kelas atau
pengajaran saja, akan tetapi lebih luas dari itu. Guru memiliki peranan yang besar
dalam mendewasakan murid-muridnya dengan berbagai cara. Salah satu
diantaranya melalui partisipasi dalam program bimbingan dan konseling di
sekolah.

David Sigalingging, SPd


rbl_david@yahoo.com
http://davidsigalingging.wordpress.com
3. Kerja sama Guru Mata Pelajaran, Wali Kelas dan Guru Pembimbing

Dalam kegiatan belajar mengajar sangat diperlukan adanya kerja sama antara
guru dan guru pembimbing demi tercapainya tujuan yang diharapkan. Pelaksanaan
tugas pokok guru dalam proses pembelajaran tuidak dapat dipisahkan dari kegiatan
bimbingan,sebaliknya, layanan bimbingan di sekolah memerlukan dukungan atau
bantuan guru. Dukungan atau bantuan tersebut trutama dari guru mata pelajaran dan
wali kelas. Ada beberapa pertimbangan mengapa guru juga harus melaksanakan
kegiatan bimbingan dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini, Rahman Natawidjaya
dan Moh. Surya (1985) mengutip pendapat Millen yang mengatakan :

a. Proses belajar menjadi sangat efektif, jika bahan yang dipelajari dikaitkan langsung
dengan tujuan pribadi siswa. Guru dituntut memahami harapan-harapan dan
kesulitan-kesulitan siswa, selanjutnya siswa dapat belajar dengan baik

b. Guru yang memahami siswa dan masalah-masalah yang dihadapinya, lebih peka
terhadap hal-hal yang dapat memperlancar dan menggangu kelancaran kegiatan
kelas. Guru berkesempatan luas untuk mengadakan pengamatan terhadap siswa
yang diperkirakan memiliki masalah. Dengan demikian, masalah itu dapat
diantisipasi sedini mungkin sehingga siswa dapat belajar dengan baik tanpa
dibebani suatu masalah

c. Guru dapat memperhatikan perkembangan masalah atau kesulitan secara lebih


nyata. Guru memiliki kesempatan terjadwal untuk bertatap muka dengan para
siswa, maka ia akan memperoleh informasi yang lebih banyak tentang keadaan
siswa maupun kelebihan dan kekurangannya.

Layanan bimbingan di sekolah akan lebih efektif jika guru dapat bekerja sama
dengan pembimbing sekolah dalam proses pembelajaran. Adanya keterbatasan-
keterbatsan dari kedua pihak (guru pembimbing) menuntut adanya kerja sama itu

Di dalam menangani kasus-kasus tertentu, guru pembimbing perlu


menghadirkan guru atau pihak-pihak terkait guna membicarakan pemecahan masalah
yang dihadapi siswa. Kegiatan semacam ini disebut konferensi kasus (case
conference). Kegiatan-kegiatan bimbingan dan konseling yang dilaksanakan di
sekolah, dikoordinasikan oleh guru pembimbing. Pelaksanaan kegiatan bimbingan
oleh para guru tidak lepas begitu saja,tetapi dipantau oleh guru pembimbing.
David Sigalingging, SPd
rbl_david@yahoo.com
http://davidsigalingging.wordpress.com
Kerja sama guru pembimbing dengan wali kelas sebagai pengelola kelas tentu
angat erat dan besar sekali. Terutama membantu memberikan kesempatan dan
kemudahan bagi siswa, khususnya di kelas yang menjadi tanggung jawabnya, untuk
mengikuti/menjalani layanan dan atau kegiatan bimbingan dan konseling. Dengan kata
lain, wali kelas membantu guru pembimbing melaksanakan tugas-tugasnya dalam
pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah.

4. Kerja sama antara pihak sekolah dan orang tua siswa

Dalam upaya meningkatkan mutu program layanan bimbingan dan konseling, pihak
sekolah perlu melakukan kerjasama dengan para orang tua siswa. Kerjasama ini penting
agar proses bimbingan terhadap siswa tidak hanya berlangsung di sekolah, tetapi juga oleh
orang tua di rumah. Melalui kerjasama ini memungkinkan terjadinya saling memberikan
informasi, pengertian, dan tukar pikiran antar pihak sekolah dan orang tua siswa dalam
upaya mengembangkan potensi siswa atau memecahkan masalah yang mungkin dihadapi
siswa.

Untuk melakukan kerjasama dengan orang tua ini, dapat dilakukan beberapa upaya,
seperti :

1. Kepala sekolah atau komite sekolah mengundang para orang tua untuk datang ke
sekolah (minimal sekali dalam satu semester), yang pelaksanaannnya dapat bersamaan
dengan pembagian rapor.
2. Sekolah memberikan informasi kepada orang tua (boleh melalui surat) tentang
kemajuan belajar dan atau masalah siswa.
3. Orang tua diminta untuk melaporkan keadaan anaknya di rumah kepada pihak sekolah,

David Sigalingging, SPd


rbl_david@yahoo.com
http://davidsigalingging.wordpress.com
BAB VI

ADMINISTRASI PENDIDIKAN

A. PENDAHULUAN
Administrasi pendidikan merupakan sub sistem dari sistem pendidikan di sekolah
yang bertujuan menunjang pencapaian tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.
Komponen utama dalam sistem pendidikan yang memegang peranan penting dalam
pencapaian tujuan pendidikan adalah guru. Oleh karena itu, guru juga mempunyai
peranan penting untuk melaksanakan fungsi administrasi seperti melakukan perencanaan
program-program sekolah, perencanaan kemajuan sekolah, perencanaan sarana dan
prasarana pendidikan yang dibutuhkan, perencanaan hubungan sekolah denga
masyarakat. Setiap kegiatan di sekolah perlu pengaturan dan penataan untuk itulah
administrasi pendidikan diperlukan.

B. Uraian materi
1. Pengertian Administrasi Pendidikan
Gie (1992) mengemukakan administrasi berasal dari bahasa latin ad dan
ministrate yang artinya melayani, membantu, menunjang, pencapaian tujuan sehingga
bebar-benar tercapai. Jadi administrasi menurut Gie (1992) adalah segenap rangkaian
kegiatan penataan terhadap pekerjaan pokok yang dilakukan oleh sekelompok orang
dalam kerjasama mencapai tujuan tertentu. Selanjutnya Siagian (1986) medifinisikan
David Sigalingging, SPd
rbl_david@yahoo.com
http://davidsigalingging.wordpress.com
administrasi sebagai keseluruhan proses kerjasama antaraa dua orang atau lebih yang
didasarkan atas rasional tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Nurhadi (1983) mengartikan administrasi sebagai suatu kegiatan atau
rangkaian kegiatan yang berupa proses pengelolaan usaha kerjasama sekelompok
manusia yang tergabung dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan bersama yang
telah ditetapkan sebelumnya secara efektif dan efisien.

Pengertian administrasi pendidikan ditinjau dari berbagai aspek. Pertama,


administrasi pendidikan mempunyai pengertian kerja sama untuk mencapai tujuan
pendidikan. Seperti kita ketahui, tujuan pendidikan itu merentang dari tujuan yang
sederhana sampai dengan tujuan yang kompleks, tergantung lingkup dan tingkat
pengertian pendidikan yang dimaksud. Tujuan pendidikan dalam satu jam pelajaran di
kelas satu sekolah menengah pertama, misalnya, lebih mudah dirumuskan dan dicapai
dibandingkan dengan tujuan pendidikan luar sekolah untuk orang dewasa, atau tujuan
pendidikan nasional. Jika tujuan itu kompleks, maka cara mencapai tujuan itu juga
kompleks, dan seringkali tujuan yang demikian itu tidak dapat dicapai oleh satu orang
saja, tetapi harus melalui kerja sama dengan orang lain, dengan segala aspek
kerumitannya.

Kedua, administrasi pendidikan mengandung pengertian proses untuk


mencapai tujuan pendidikan. Proses itu dimulai dari perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, pemanduan, dan penilaian. Perencanaan meliputi kegiatan menetapkan
apa yang ingin dicapai, bagaimana mencapainya, berapa lama, berapa orang yang
diperlukan dan berapa banyak biaya. Perencanaan ini dibuat sebelum suatu tindakan
dilaksanakan.

Ketiga, administrasi pendidikan dapat dilihat dengan kerangka berpikir sistem.


Sistem adalah keseluruhan yang terdiri dari bagian-bagian dan bagian-bagian itu
berinteraksi dalam sautu proses untuk mengubah masukan menjadi keluaran.

Keempat, administrasi pendidikan juga dapat dilihat dari segi manajemen. Jika
administrasi dilihat dari sudut ini, perhatian tertuju kepada usaha untuk melihat
apakah pemanfaatan sumber-sumber yang ada dalam mencapai tujuan pendidikan
sudah mencapai sasaran yang ditetapkan dan apakah dalam pencapain tujuan itu tidak
terjadi pemborosan. Sumber yang dimaksud dapat berupa sumber manusia, uang,
sarana, dan prasarana maupun waktu.
David Sigalingging, SPd
rbl_david@yahoo.com
http://davidsigalingging.wordpress.com
Kelima, administrasi pendidikan juga dapat dilihat dari segi kepemimpinan.
Yaitu proses untuk mempengaruhi dan menggerakkan orang lain untuk bekerja lebih
giat kearah pencapaian tujuan.

Keenam, administrasi pendidikan juga dapat dilihat dari proses pengambilan


keputusan. Kita tahu bahwa melakukan kerja sama dan memimpin kegiatan
sekelompok orang bukanlah pekerjaan yang mudah. Setiap kali, administrator
dihadapkan kepada bermacam-macam masalah, dan ia harus memecahkan masalah
itu.

Ketujuh, administrasi pendidikan juga dapat dilihat dari segi komunikasi.


Komunikasi dapat diartikan secara sederhana sebagai usaha untuk membuat orang
lain mengerti apa yang kita maksudkan dan kita juga mengerti apa yang dimaksudkan
orang lain itu.

Kedelapan, administrasi seringkali diartikan dalam pengertian yang sempit


yaitu kegaitan ketatausahaan yang intinya dalah kegiatan rutin catat-mencatat,
mendokumentasikan kegiatan, menyelenggarakan surat-menyurat dengan segala
aspeknya, serta mempersiapkan laporan.

2. Fungsi Administrasi Pendidikan


Paparan tentang fungsi administrasi pendidikan terutama dalam konteks
sekolah perlu dimulai dari tinjauan tentang tujuan pendidikan. Hal ini disebabkan oleh
adanya prinsip bahwa pada dasarnya kegiatan amdinistrasi pendidikan dimaksudkan
untuk pencapaian tujuan pendidikan itu.

a. Perencanaan

Perencanaan adalah pemilihan dari sejumlah alternatif tentang penetapan


prosedur pencapaian, serta perkiraan sumber yang dapat disediakan untuk
mencapai tujuan tersebut. Yang dimaksud dengan sumber meliputi sumber
manusia, material, uang, dan waktu.

b. Pengorganisasian

Pengorganisasian di sekolah dapat didefinisikan sebagai keseluruhan proses


untuk memilih dan memilah orang-orang (guru dan personal sekolah lainya) serta
David Sigalingging, SPd
rbl_david@yahoo.com
http://davidsigalingging.wordpress.com
mengalokasikan prasarana dan saran untuk menunjang tugas orang-orang itu
dalam rangka mencapai tujuan sekolah. Termasuk di dalam kegiatan
pengorganisasian adalah penetapan tugas, tanggung jawab, dan wewenang orang-
orang tersebut serta mekanisme kerjanya sehingga dapat menjadi tercapainya
tujuan sekolah itu.

c. Pengarahan

Pengarahan adalah usaha memberikan bimbingan dan pengarahan yang


diberiakn sebelum sesuatu kegiatan pelaksanaaan dilakukan untuk memelihara,
menjaga dan memajukan organisasi melalui orang-orang yang terlibat baik
structural maupun fungsional, agar setiap kegiatan dilakukan nantinya tidak
terlepas dari usaha pencapaian tujuan pendidikan.

d. Pengkoordinasian

Pengkoordinasian di sekolah diartikan sebagai usaha untuk


menyatupadukan kegiatan dari berbagai individu atau unit di sekolah agar
kegiatan mereka berjalan selaras dengan anggota atau unit lainnya dalam usaha
mencapai tujuan sekolah.

3. Tujuan Administrasi Pendidikan


Tujuan administrasi pendidikan adalah meningkatkan efisiensi dan efektivitas
penyelnggaraan operasional pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan.

Tujuan administrasi pendidikan di sekolah dapat dibedakan:

a. Tujuan jangka pendek


Agar tersusun dan terlaksanaanya suatu sistem pengelolaan instrumental dari
proses pendidikan guna mencapai hal-hal yang menjadi tujuan dari pelaksanaan
pendidikan di sekolah secara efektif..

b. Tujuan jangka menengah


Menunjang tercapainya tujuan institusional masing-masing jenis dan jenjang
pendidikan seperti digariskan oleh kurikulum.

c. Tujuan jangka panjang

David Sigalingging, SPd


rbl_david@yahoo.com
http://davidsigalingging.wordpress.com
Untuk menunjang tecapainya tujuan pendidikan nasional seperti yang
digariskan dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan.

4. Bidang Garapan Administrasi Pendidikan


Bidang Garapan Administrasi Pendidikan antara lain :

a. Bidang kurikulum
b. Bidang kesiswaan
c. Bidang sarana dan prasarana
d. Bidang personalia pendidikan
e. Bidang keuangan pendidikan
f. Bidang ketatausahaab
g. Bidang hubungan sekolah dengan masyarakat
h. Bidang layanan khusus
BAB VII

ADMINISTRASI KURIKULUM DAN KESISWAAN

A. Pendahuluan
Pada bagian ini akan dibahas pengertian perencanaa , pengembangan, pelaksanaan dan
evaluasi kurikulum serta peranan guru dalam administrasi kurikulum. Pentingnya materi ini
dikemukakan, menggigat setiap lembaga pendidikan formal selalu meme penrlukan
kurikulum. Kurikulum bagi lembaga pendidikan dapat berfungsi sebagai pedoman dan acuan
dalam penyelengaraan kegiatan di lembaga tersebut. Oleh karena itu pemahaman
tentangkurikulum akan sangat membantu para calon guru/pendidikdalam pelaksanaan tugas
di lapangan nantinya.

B. Materi
1. Administrari Kurikulum
a. Pengertian kurikulum
Kurikulum dapat diartikan secara sempit dan secara luas. Secara sempit kurikulum
dapat diartikan sejumlah mata pelajaran yang harus diikuti atau diambil siswa untuk
dapat menamatkan pendidkannya pada lembaga pendidikan tertentu, sedangkan
secara luas kurkulum diartikan dengan semua pengalaman belajar yang diberikan
sekolah kepada siswa mengikuti pendidikan pada jenjang pendidikan tertentu.
David Sigalingging, SPd
rbl_david@yahoo.com
http://davidsigalingging.wordpress.com
Sementara itu dalam UU No. 2 Tahun 1989 mengemukakan kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan proses belajar mengajar. Pengertian
kurikulum sebagaimana yang tertera pada UU No. 2 Tahun 1989 ini harus dipahami
dan dipedomani oleh setiap orang yang terlibat dalam penyelenggaraan pendidikan
terutama sekali kepala sekolah dan guru. Kurikulum merupakan suatu komponen
yang sangat penting dan menentukan dalam penyelenggaraan pendidikan. Bagi kepala
sekolah kurikukum berfungsi sebagai pedoman dan acuan dalam penyelenggaraan
proses belajar mengajar dan bagi siswa kurikulum berfungsi untuk mengembangkan
potensi-potensi yang dimilikinya. Fungsi-fungsi pengelolaan kurikulum tidak berbeda
dengan fungsi-fungsi pengelolaan pada umumnya yang terdiri dari fungsi
perencanaan, pengoorganisasin, pengkoordinasian, pengawasan dan penelitian.

b. Perencanaan dan Pengembangan


kurikulum
1. Perencanaan Kurikulum
Perencanaan kurikulum yang dilakukan oleh departemen pendidikan nasional
ditingkat pusat meliputi hal-hal berikut:

A. Penyusunan kurikulum dan kelengkapannya terdiri dari:

a. landasan, program dan pengembangan kurikulum


b. Garis-garis besar program pengajaran
c. Pedoman pelaksanaan kurikulum
B. Penyusunan program teknis pelaksanaan kurikulum seperti pedoman
penyusunan kalender pendidikan, pembegian tugas guru, penyusunan jadwal
pelajaran, penyusunan program pengajaran dan pedoman penyususunan
persiapan acara pengajaran.

2. Pengembangan Kurikulum
Kegiatan yang dilakukan dalam pengembangan kurikulum antara lain:

a. Bahan Pembahasan materi kurikulum


b. Penambahan mata pelajaran yang sesuai dengan lingkungan sekolah
Prosedur akademik dalam penambahan mata pelajaran disekolah adalah:

David Sigalingging, SPd


rbl_david@yahoo.com
http://davidsigalingging.wordpress.com
1. Harus ada pengkajian secara mendalam dari aspek filsafat, sosiologis,
kebutuhan masyarakat dan kecocokannya dengan tingkat perkembangan
anak.
2. Harus memenuhi prinsip- prinsip pembinaan dan pengembangan
kurikulum yaitu relevansi, efektivitas, efisiensi, kontinuitas, fleksibelitas.
3. Penjabaran dan penambahan bahan kajian mata pelajaran
Seperti dikemukakan dalam UU No. 2 Tahun 1989 dan PP No. 8 Tahun 1990
(Pasal 15) Bahwa mata pelajaran atau kajian dalam mata pelajaran dapat ditambah
oleh sekolah untuk memperkaya pelajaran tersebut dengan catatan tidak
bertentangan dan mengurangi kurikulum yang berbau secara nasional,
memerkayaan dapat dilakukukan pada berbagai tingkat:

a. Dilakukan oleh guru bidang studi


b. Dilakuakan oleh kelompok guru sejenis
c. Dilakukan oleh guru bersama kepala sekolah
d. Dilakukan oleh pengawas
e. Dilakukan oleh lembaga pendidikan tenaga kependidikan( LPTK)
c. Pelaksanaan Kurikulum
Kurikulum disusun dengan baik dan sempurna tidak akan mempunyai arti apabila
tidak di implementasikan dengan baik dikelas. Dalam pengimplementasian kurikulum
ini peran guru sangat menentukan sekali. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan guru
dalam pelaksanaan kurikulum disekolah meliputi:

1. Penyusunan program pengajaran semester.


2. Penyusunan perssiapan pengajaran
3. Pelaksanaan proses belajar mengajar
4. Evaluasi pelaksanaan proses belajar mengajar
d. Evaluasi Pelaksanaan kurikulum
Evaluasi pelaksanaan kurikulum dilakukan melalui 2 cara yaitu:

1. Melalui evaluasi hasil belajar


Tujuan dan fungsi evaluasi hasil belajar adalah :

a. memberikan umpan balik pada guru dan siswa dengan tuuan


memperbaiki cara belajar mengajar, mengadakan perbaikan dan pengayaan
bagi siswa.
David Sigalingging, SPd
rbl_david@yahoo.com
http://davidsigalingging.wordpress.com
b. Memberikan informasi pada siswa tentang tingkat keberhasilannya
dalam belajar dengan tujuan untuk memperbaiki, mendalami atau
memperluas pelajarannya.
c. Menentukan nilai hasil belajar siswa yang dibutuhkan untuk pemberian
laporan pada siswa, penentuan kenaikan kelas dan kelulusan siswa.
2. Melalui Evaluasi Program pengajaran
Evaluasi program pengajaran merupakan suatu rangkaian kegitan yang
dilakukan dengan sengaja untuk melihat tingkat keberhasilan program serta
factor-faktor yang mendukung atau yang menghambat keberhasilan program
tersebut

e. Peran Guru dalam Administrasi kurikulum


Guru merupakan unsur terpenting dalam administrasi kurikulum , tanpa peranan
guru kurikulum yang telah dirumuskan tidak akan berari apa-apa. Keterlibatan guru
dalam adminisrasi kurikulum mulai dari perencanaan kurikulum di tingkat sekolah
seperti memberikan masukan-masukan dalam penyusunan kalender pendidikan
disekolah, pembagian tugas mengajar guru dan penyusunan jadwal pelajaran , dalam
pelaksanaan kurikulum guru sangat berperan antara lain dalam perancangan program
pengajaran baiikuluk program semester maupun persiapan mengajar, melaksanakan
kegiatan mengajar dikelas dan dalam mengevaluasi keberhasilan pelaksanaan
kurikulum atau evalauasi hasil belajar.

2. Adminitrasi Kesiswaan

1. Pengertian

Administrasi kesiswaan adalah proses pengelolaan kegiatan dari hal-hal yang


berhubungan dengan siswa untuk mencapai pendidikan secara maksimal. Menurut
Mantja dan Sutisna(1997/1998) administrasi kesiswaan merupakan proses pengurusan
segala hal yang berkaitan dengan siswa, pembinaan selama siswa berada disekolah
sampai siswa menamatkan pendidikannya melalui pendidikan suasana yang kondusif
terhadap berlangsungnya proses belajar mengajar yang efektif.

2. Perencanaan dan penerimaan siswa baru

Beberapa kegiatna yang dilakukan dalam perencanaan dan penerimaan mahasiswa


baru tersebut adalah :
David Sigalingging, SPd
rbl_david@yahoo.com
http://davidsigalingging.wordpress.com
a. Penetepan daya tampung sekolah
b. Penetapan syarat calon siswa
c. Penetapan panitia penerimaan siswa baru
d. Memilihara tata tertib
e. Teknik pembinaan disiplin
f. Ganjaran dan hukuman
3. Pembinaan kesiswaan
a. Pegertian dan tujuan
Pembinaan kesiswaan adalah upaya sekolah (menegah ) melalui kegiatan-
kegiatan siswa diluar jam pelajaran dikelas untuk mengusahakan agar siswa dapat
bertumbuh dan berkembang sebagai manusia seutuhnya sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional. Pembinaan kesiswaan ini bertujuan untuk :

1. Meningkatkan peran serta dan membina sekolah sebagai wiyata


mandala
2. Menumbuhkan daya tangkal siswa dari pengaruh negative
3. Memantapkan kegiatan extra kurikuler menunjang pencapaian
kurikulum
4. Meningkatkan apresiasi dan penghayatan seni
5. MEnumbuhkan sikap berbangsa dan bernegara.
6. Meneruskan dan mengembangkan jiwa , semangat serta nilai-nilai 45
7. Meningkatkan kesegaran jasmani dan rohani
b. Jalur Pembinaan Kesiswaan
Pembinaan kesiswaan disekolah dilakukan dengan melalui 4jalur pembinaan
yaitu:

1. Organisasi kesiswaan
2. Latihan kepemimpinan
3. Kegiatan ekstra kurikuler
4. Kegiatan wawasan wiyata mandala

4. Instrumen Pengelolaan kesiswaan


Menurut ari kunto (1988), catatan tentang data siswa disekolah dibedakan atas 2
jenis yaitu:
David Sigalingging, SPd
rbl_david@yahoo.com
http://davidsigalingging.wordpress.com
a. Catatan data siswa untk sekolah yang meliputi:

1. Buku induk

2. Buku kelaper

3. Catatan tata tertib sekolah

b. Catatan siswa untuk masing-masingkelas yaitu:

1. Buku kelas yang merupakan cuplikan dari buku induk

2. Buku presensi kelas

3. Buku catatan bimbingan dan konseling

4. Buku catatan prestasi murid

5. Buku lapor

6. Buku nutasi

5. peranan guru dalam administrasi kesiswaan


keterlibatan guru dalam administrasi kesiswaan tidak sebanyak keterlibatan
mengajar. Dalam administrasi kesiswaan guru lebih banyak berperan secra tidak
langsung.

Beberapa peranan guru dalam administrasi kesiswaan itu diantaranya adalah:

 Dalam penerimaan siswa, para guru dapat dilibatkanuntuk ambil


bagian.
 Dalam masa orientasi, tugas guru adalah membuat agar para siswa
cepat beradaptasi dengan lingkungan barunya.
 Untuk mengatur kehadiran siswa kelas, guru juga mempunyai andil
yang besar juga.
 Memotivasi siswa untuk senantiasa berprestasi tinggi, guru harus
mampu menciptakan suasana yang mendukung hal tersebut.
 Dalam menciptakan disiplin sekolah atau kelas yang baik, peranan
guru sangat penting, karena guru dapat jadi model.

David Sigalingging, SPd


rbl_david@yahoo.com
http://davidsigalingging.wordpress.com
BAB VIII
ADMINISTRASI PERSONALIA DAN SARANA PRASARANA

A. Pendahuluan
Sumber daya organisasi secara garis besar dapat dikelompokkan atas dua yaitu
sumber daya materil dan sumber daya personil. Keberadaan sumber daya personil sangat
menentukan bagaimana sumber daya yang lain menunjang untuk mencapai tujuan
organisasi. Personillah yang memberi cetusan kreatif, menghasilkan barang dan jasa,
mengendalikan mutu, menentukan strategi dan prosedur-prosedur kerja yang yang lebih
baik. Disamping itu sumber daya materil diantaranya sarana dan prasarana merupakan
fasilitas pendukung agar personil dapat melaksanakan tugas-tugas organisasi secara
optimal. Maka dari itu pihak-pihak yang bertanggung jawab dan terlibat baik langsung
maupun tidak langsung dalam kegiatan pengelolaan sumber daya ini dituntut untuk
mempunyai pengetahuan dan keterampilan dalam administrasi personalia, dan
administrasi sarana dan prasarana pendidikan.

David Sigalingging, SPd


rbl_david@yahoo.com
http://davidsigalingging.wordpress.com
B. Materi
I. Administrasi Personalia
1. Pengertian Administrasi personalia
Administrasi personalia, adalah serangkaian proses kerja sama mulai dari
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan dalam bidang
personalia dengan mendayagunakan sumber daya yang ada dan efisien, sehingga
semua personil sekolah menyumbang secara optimal bagi pencapaian tujuan
pendidikan /sekolah yang telah ditetapkan

2. Perencanaan personil
Perencanaan personil adalah penentuan jumlah dan spesifikasi orang-orang
yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas organisasi dalam rangka
mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.
Langkah-langkag dalam perencanaan personil adalah sebagai berikut :
1. Analisis pekerjaan
2. Penentuan formasi
3. Penetuan kebutuhan

3. Pengadaan personil
Pada pasal 16 ayat 1 undang-undang no 8 tahun 1974 yang diubah menjadi
undang-undang no 43 tahun 1999 tentang pokok-pokok kepegawaian dan pasal 1
Peraturan Perundangan no 98 tahun 2000 tentang pengadaan pegawai dengan
perubahan PP no 11 tahun 2002 menyatakan bahwa pengadaan pegawai negeri
sipil adalah kegiatan mengisi formasi yang lowong. Pengadaan pegawai negeri
sipil dilakukan dimulai dari perencanaan, pengumuman, pelamaran, penyaringan,
pengangkatan calon pegawai negeri sipil sampai dengan pengangkatan menjadi
pegawai negeri sipil.

4. Pemamfaatan, pembinaan dan pengembangan personil


Pemamfaatan personil merupakan upaya pelibatan secara aktif para personil
dalam kegiatan penyelenggaraan kerja untuk mencapai tujuan lembaga.
Pembinaan personil adalah kegiatan yang diarahakan untuk menjamin
penyelenggaraan tugas-tugas lembaga/pemerintahan dan pembangunan secara

David Sigalingging, SPd


rbl_david@yahoo.com
http://davidsigalingging.wordpress.com
berdaya guna dan berhasil guna. Pengembangan personil adalah upaya
peningkatan kemampuan personil dalam melaksanakan tugas-tugasnya untuk
mencapai tujuan lembaga.
Kegiatan-kegiatan administrasi personalia diatas merupakan upaya
pendayagunaan personil secara optimal. Upaya pendayagunaan personil meliputi
kegiatan :
1. Orientasi personil
2. Pendidikan dan pelatihan
3. Pengkajian dan kenaikan gaji personil
4. Kenaikan pangkat
5. Pembinaan disiplin
6. Cuti
7. Kesejahteraan personil
8. Pemindahan atau mutasi dan promosi
9. Penilaian pelaksanaan pekerjaan.
5. Pemberhentian
Pemberhentian pegawai negeri sipil diatur dalam peraturan pemerintah no 32
tahun 1979 dengan perubahan PP no 1 tahun 1994. Pemberhentian sebagai PNS
maksudnya adalah berakhirnya status seseorang sebagai PNS karena alasan-alasan
tertentu. Pemberhentian PNS dapat terjadi karena:
1. Permintaan sendiri
2. Mencapai batas usia pensiun
3. Adanya penyerdehanaan organisasi
4. Melakukan pelangggaran atau tindak pidana penyelewengan
5. Tidak cakap jasmani atau rohani
6. Meninggalkan tugas
7. Meninggal dunia atau hilang
8. Dll

6. Pensiunan PNS
Pensiunan adalah jaminan hari tua dan sebagai balas jasa terhadap pegawai
atau pegawai negeri yang telah bertahun-tahun mengabdikan dirinya kepada
negara. Pegawai yang berhak atas pension adalah :

David Sigalingging, SPd


rbl_david@yahoo.com
http://davidsigalingging.wordpress.com
Pegawai yang diberhentikan dengan hormat sebagai PNS dan pada saat
pemberhentan tersebut :
• Mencapai usia 50 tahun dan masa kerja sekurang-kurangnya 20 tahun
• Dinyatakan oleh pihak yang berwenang tidak dapat bekerja lagi dalam jabatan
apapun juga karena keadaan jasmani dan rohani
• Mempunyai masa kerja sekurang-kurangnya 4 tahun
1. Pegawai negeri sipil yang diberhentikan dengan hormat karena
penyederhanaan organisasi, perubahan susunan pegawai, penertiban aparatur
Negara, atau alas an dinas lainnya yang pada saat pemberhentian telah
mencapai usia sekurang-kurangnya 50 tahun dan masa kerja sekurang-
kurangnya 10 tahun.
2. Pegewai negeri sipil yang setelah menjalankan suatu tugas Negara
tidak dipekerjakan sebagai PNS berhak menerima pension bila diberhentikan
dengan hormat, dan usia sekurang-kurangnya 50 tahun dan masa kerja pension
10 tahun.
3. Pegawai yang diberhentiakn dengan hormat sebagai PNS karena
mencapai batas usia pension, berhak atas pensiunapabila dia memiliki masa
kerja pension sekurang-kurangnya 10 tahun.

7. Peranan guru dalam administrasi personalia


1. Dapat memberi masukan tentang keadaan personil yang ada dan kebutuhan
personil yang akan datang.
2. Pada kegiatan pemamfaatn pembinaan dan pengembangan guru sebagai orang
yang dilayani hendaknya berperan aktif sesuai dengan fungsinya, sehingga ia
mendapatkan pelayanan seperti yang diharapkan dan tujuan organisasi atau
sekolah dapat dicapai secara optimal.
3. Guru dituntut untuk memahami aturan-aturan kepegawaian yang berlaku dan
terkait dengannya serta berusaha dengan mengalaksanakannya secara
konsisten dan penuh tanggung jawab

David Sigalingging, SPd


rbl_david@yahoo.com
http://davidsigalingging.wordpress.com
BAB IX
ADMINISTRASI SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN

A. MATERI
a. Pengertian Sarana dan Prasarana Pendidikan
Secara Etimologis (bahasa) prasarana berarti alat tidak langsung untuk
mencapai tujuan dalam pendidikan. misalnya: lokasi/tempat, bangunan sekolah,
lapangan olahraga, uang dsb. Sedangkan sarana berarti alat langsung untuk mencapai
tujuan pendidikan. misalnya; Ruang, Buku, Perpustakaan, Laboratorium dsb.
Dengan demikian dapat di tarik suatau kesimpulan bahwa Administrasi sarana
dan prasarana pendidikan itu adalah semua komponen yang sacara langsung maupun
tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan untuk mencapai tujuan dalam
pendidikan itu sendiri. Menurut keputusan menteri P dan K No 079/ 1975, sarana
pendididkan terdiri dari 3 kelompok besar yaitu :
a. Bangunan dan perabot sekolah
b. Alat pelajaran yang terdiri dari pembukuan , alat-alat peraga dan laboratorium.
c. Media pendidikan yang dapat di kelompokkan menjadi audiovisual yang
menggunakan alat penampil dan media yang tidak menggunaakan alat penampil.

b. Macam – Macam Sarana Dan Prasarana


Adapun macam-macam sarana dan prasarana yang di perlukan di sekolah
demi kelancaran dan keberhasilan kegiatan proses pendidikan sekolah adalah :
1. Ruang kelas: tempat siswa dan guru melaksanakan proses kegiatan belajar
mengajar.
2. Ruang perpustakaan: tempat koleksi berbagai jenis bacaan bagi siswa dan dari
sinilah siswa dapat menambah pengetahuan.
3. Ruang laboratorium ( tempat praktek) : tempat siswa mengembangkan
pengetahuan sikap dan keterampilan serta tempat meneliti dengan menggunakan
media yang ada untuk memecahkan suatu masalah atau konsep pengetahuan .
4. Ruang keterampilan adalah tempat siswa melaksanakan latihan mengenai
keterampilan tertentu.
5. Ruang kesenian: adalah tempat berlangsungnya kegiatan-kegiatan seni
6. Fasilitas olah raga: tempat berlangsungnya latihan-latihan olahraga.

David Sigalingging, SPd


rbl_david@yahoo.com
http://davidsigalingging.wordpress.com
c. Fungsi Administrasi Sarana Dan Prasarana
Selain memberi makna penting bagi terciptanya dan terpeliharanya kondisi
sekolah yang optimal administrasi sarana dan prasarana sekolah berfungsi sebagai:
a. Memberi dan melengkapi fasilitas untuk segala kebutuhan yang di perlukan
dalam proses belajar mengajar.
b. Memelihara agar tugas-tugas murid yang di berikan oleh guru dapat terlaksana
dengan lancar dan optimal.
Fungsi administrasi yang di pandang perlu dilaksanakan secara khusus oleh
kepala sekolah adalah :
1. Perencanaan
Perencanaan dapat di pandang sebagai suatu proses penentuan dan
penyusunan rencana dan program-program kegiatan yang akan di lakukan pada
masa yang akan datangsecara terpadu dan sistematis berdasarkan landasan
,prinsip-prinsip dasardan data atau informasi yang terkait serta menggunakan
sumber-sumber daya lainnya dalam rangka mencapai tujuan yang telah di tetapkan
sebelumnya.
2. Pengkoordinasian
Fungsi ini menyangkut upaya kepala sekolah untuk menyelaraskan gerak
langkah dan memelihara prinsip taat asas (konsisten) pada setiap dan seluruh guru
dalam melaksanakan seluruh tugas dan kegiatannya agar dapat tujuan dan sasaran
yang telah di rencanakan .Hal ini di lakukan oleh kepala sekolah melalui
pembinaan kerja sama antar guru, dan antar guru dengan pihak-pihak luar yang
terkait. Di samping itu penyelarasan dan ketaatan pada sas diupayakan agar fungsi
yang satu gengan yang lainnya dapat mercapai dan memenuhi target yang di
tetapkan sebelumnya.
3. Pengendalian
Fungsi ini mencakup upaya kepala sekolah untuk:
a. Mengamati seluruh aspek dan unsur persiapan dan pelaksanaan
program-program kegiatan yang telah di rencanakan
b. Menilai seberapa jauh kegiatan-kegiatan yang ada dapat mencapai
sasaran-sasaran dan tujuan.

David Sigalingging, SPd


rbl_david@yahoo.com
http://davidsigalingging.wordpress.com
c. Mengidentifikasi permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan
kegiatan beserta faktor-faktor penyebabnya.
d. Mencari dan menyarankan atau menentukan cara-cara pemecahan
masalah-masalah tersebut.
e. Mengujicobakan atau menerapkan cara pemecahan masalah yang telah
dipilih guna menghilagkan atau mengurangi kesenjangan antara harapan dan
kenyataan.

David Sigalingging, SPd


rbl_david@yahoo.com
http://davidsigalingging.wordpress.com
BAB X

ADMINISTRASI KEUANGAN SEKOLAH, HUBUNGAN SEKOLAH DAN


MASYARAKAT DAN LAYANAN KHUSUS

A. PENDAHULUAN
Pada bagian ini dibahas tentang pengertian keuangan sekolah, penggunaan keuangan
sekolah dan pertanggung jawaban keuangan sekolah, pengertian , tujuan, prinsip, teknik
dan proses pengelolaan husemas, dan pengertian layanan khusus, jenis-jenis layanan
khusus dan peranan guru dalam administrasi layanan khusus.
Materi diatas merupakan aspek penting yang perlu diketahui dan dimengerti oleh
calon guru mengingat administrasi keuangan sekolah, adminisrtrasi hubungan sekolah
dan masyarakat dan administrasi layanan khusus merupakan bagian bidang garapan
adminisrtasi sekolah yang ikut menentukan dan mempengaruhi kelancaran proses
pendidikan disekolah.

B. MATERI
1. Pengelolaan keuangan sekolah
a. Pengertian pengelolaan keuangan sekolah
Pengertian keuangan sekolah cenderung dibatasi pada ruang lingkup yang
lebih sempit, yaitu pencatatan uang masuk dan uang keluar. Dalam arti luas
pengelolaan keuangan sekolah mencangkup kegiatan perencanaan penggunaan ,
pencatatan, pelaporan , dan pertanggung jawaban keuangan sekolah yang sudah
dialokasikan untuk pembiayaan kegiatan sekolah selama periode tertentu,
misalnya untuk 1 tahun ajaran.
b. Perencanaan Keuangan Sekolah
Rencana anggaran pendapatan dan belanja sekolah (RAPBS) pada dasarnya
memuat tentang berbagai program dan kegiatan yang akan dilaksanakan sekolah
selama 1 kegiatan yang akan dilaksanakan sekolah, keuangan untuk membiayai
program tersebut selam 1 tahun anggaran. Penyusunan RAPBS dapat menempuh
beberapa langkah. Sutisna 1989 menyatakan langkah dimaksud sebagai berikut:

David Sigalingging, SPd


rbl_david@yahoo.com
http://davidsigalingging.wordpress.com
1. Penetapan Tujuan. Perumusan Tujuan adalah suatu keharusan dalam
penyusunan anggaran yang efektif
2. Penjabaran tujuan kedalam program pendidikan
3. Penentuan sumber daya manusia dan materil yang
berimplementasikan program-program pendidikan yang ditetapkan. PAda
tahap ini mesti ada gambaran yang jelas mengenai:
1. Jumlah staff dan kemampuan-kemampuan
2. Gedung dan fasilitas fisik
3. Perlengkapan dan pembengkelan
4. Pelayanan bantuan, operasi dan pemeliharaan
5. Pelayanan administrative
4. Pembuatan perkiraan anggaran belanja dengan teliti.

Pengeluaran biaya sekolah meliputi aspek:


1. Pengawasan umum
2. Pengajaran
3. Pelayanan bantuan
4. Pemeliharaan gedung
5. Operasi
6. Pengeluaran tetap, jasa hutang

c. Pengunaan keuangan sekolah


Depdagri dan depdikbud 1996 menyatakan bahwa dalam administrasi
keuangan harus ada pemisahan tugas dan fungsi otorisator, ordonator dan
pembendaharawan. Otorisator adalah pejabat yang diberi wewenang untuk
mengambil tindakan yang mengakibatkan terjadinya penerimaan atau pengeluaran
keuangan. Ordonator adalah pejabat yang berwenang yang melakukan pengujian
dan memerintahkan pembayaran atas segala tindakan yang dilakukan berdasarkan
otorisasi yang telah ditetapkan. Bendaharawan adalah pejabat yang berwenang
yang melakukan penerimaan dan pengeluaran uang atau surat-surat berharga
lainnya, yang dapat dinilai dengan uang dan diwajibkan membuat perhitungan dan
pertanggung jawaban.

David Sigalingging, SPd


rbl_david@yahoo.com
http://davidsigalingging.wordpress.com
Penggunaan uang mestinya sesuai dengan alokasi anggaran yang sudah
ditetapkan sebelumnya. Oleh karena itu pengaturan penggunaan dan pembukuan
keuangan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang dan smuanya harus melalui
proses dan prosedur yang berlaku. Berkenaan dengan hal ini, sutopo dan sumanto
1982 menyatakan sebagai berikut:
1. sebaiknya orang yang memegang kas tidak sekaligus memgang
pembukuannya
2. Setelah uang diterima harus dibukukan dan ditulis sesuai dengan mata
anggaran masing-masing.
3. Penggunaan uang harus ada bukti atau dokumen berupa kwitansi.
4. Semua pengeluaran harus dibukukan
5. Setiap document yang dijadikan bukti pengeluaran harus diberi nomor,
tanggal, harus dibubuhi, diparaf oleh pejabat yang bertanggung jawab (kepala
sekolah).
6. Tiap halaman buku harus diberi huruf dan paraf oleh pemegang buku
kas
7. Dll
Beberapa buku yang diperlukan dalam penyelenggaraan keuangan sekolah adalah:
1. Buku kas
2. Legel gaji
3. Buku kas harian
4. Buku catatan SPMU
5. Buku / daftar SPJ
6. Buku pemeriksaan
7. Buku setoran Pajak
8. Buku BP3
9. Buku tabunan

d. Pertanggung jawaban keuangan sekolah


Pertanggung jawaban dapat disampaikan pada pimpinan, sumber pemberi
dana maupun kepada personil sekolah untuk dapat diketahui bersama. Hal ini
perlu dilakukan mengingat “ keuangan “ merupakan hal yang sangat sensitive.
Ketidakjelasan laporan pertanggung jawaban keuangan sekolah akan menambah

David Sigalingging, SPd


rbl_david@yahoo.com
http://davidsigalingging.wordpress.com
anggapan negative terhadap kepala sekolah dalam hal penyelenggaraan keuangan
sekolah yang tidak tertib.
2. Hubungan sekolah dan masyarakat
a. Pengertian hubungan sekolah dan masyarakat (husemas)
husemas adalah suatu proses komunikasi antara sekolah dan masyarakat untuk
meningkatkan pengertian masyarakat tentang kebutuhan serta kegiatan pendidikan
serta mendorong minat dan kerjasama masyarakat dalam peningkatan dan
pengembangan sekolah.
Definisi diatas mengandung beberapa element penting, sebagai berikut:
1. Adanya kepentingan yang sama antara sekolah dan masyarakat
2. Untuk memenuhi harapan masyarakat itu, masyarakat perlu berperan
serta dalam pengembangan sekolah
3. Untuk meningkatkan peran serta itu diperlukan kerjasama yang baik,
melalui komunikasi dua arah yang efisien.

b. Tujuan Hubungan sekolah dan masyarakat


Bent dan Krononberg (Ametembun, 1973;153) mengemukakan 3 tujuan utama
dari hubungan sekolah dan masyarakat. Ketiga tujuan tersebut adalah :
1. To prevent misunderstanding
2. To secure financial support
3. To secure cooperation I policy making
Yang dimaksud dengan tujuan tersebut diatas adalah :
1. Unutk mencegah kesalahpahaman masyarakat terhadap sekolah
sehingga tercipta opini yang baik dari masyarakat tentang pendidikan
umumnya.
2. Untuk memperoleh sumbangan financial dan sumbangan material dari
masyarakat
3. Untuk menjalin kerjasama dalam pembuatan –pembuatan
kebijaksanaan.
Elsbree (hendiyat sutopo, 1982;236) mengemukakan tujuan hubungan sekolah
dengan masyarakat sebagai berikut :
1. meningkatkan kualitas belajar dan pertumbuhan anak secara maksimal

David Sigalingging, SPd


rbl_david@yahoo.com
http://davidsigalingging.wordpress.com
2. untuk meningkatkan tujuan masyarakat dan meningkatkan kualitas kehidupan
masyarakat
3. untuk mengembangkan antusiasme / semangat dalam membantu kegiatan
hubungan sekolah dengan masyarakat disekolah
c. Prinsip-prinsip hubungan sekolah
Prinsip-prinsip itu adalah :
1. prinsip otoritas, yaitu bahwa husemas harus dilakukan oleh orang yang
mempunyai otoritas, karena pengetahuan dan tanggung jawabnya dalam
penyelenggaraan sekolah.
2. Prisnsip kesederhanaan, yaitu bahwa program-program hubungan
sekolah- masyarakat harus sederhana dan jelas.
3. Prinsip sensitivitas, yaitu bahwa dalam menangani masalah hubungan
dengan masyarakat sekolah harus sensitive terhadap kebutuhan serta harapan
masyarakat.
4. Prinsip kejujuran, yaitu bahwa apa yang disampaikan kepada
masyarakat apa adanya dan disampaikan secara jujur
5. Prinsip ketepatan, bahwa apa yang disampaikan sekolah kepada
masyarakat harus tepat baik dilihat dari segi isi, waktu, media yang digunakan
serta tujuan yang akan dicapai

d. Teknik –teknik hubungan sekolah dan masyarakat


Dalam menciptakan kerjasama antara sekolah dengan orang tua murid dan
masyarakat, ada beberapa teknik yang digunakan. Teknik tersebut meliputi:
1. publikasi sekolah
publikasi sekolah adalah merupakan kegiatan yang dilakukan sekolah
untuk memperkenalkan serta memberikan informasi tentang program-program
sekolah dan lain sebagainya kepada masyarakat. Ada beberapa cara yang
ditempuh dalam publikasi sekolah. Kegiatan tersebut meliputi:
1. informasi lewat siswa
2. Buletin sekolah
3. surat kabar
4. Pameran sekolah
5. folder/ brosur

David Sigalingging, SPd


rbl_david@yahoo.com
http://davidsigalingging.wordpress.com
6. melalui TV dan Radio

2. Pertemuan tatap muka individu


Adalah pertemuan yang berlangsung antara 2 orang, antara guru dengan
orang tua murid atau antara guru dengan pemuka masyarakat atau antara
kepala sekolah dengan orang tua murid atau anggota masyarakat

3. Pertemuan tatap muka kelompok


Adalah pertemuan antara personil sekolah dengan orang tua murid atau
dengan pemuka masyarakat.

4. Laporan kepada orang tua murid


Laporan yang diberikan sekolah kepada orang tua murid dapat berupa
buku lapor, dapat berupa buku data pribadi siswa, atau segala sesuatu yang
berkenaan dengan perkembangan pribadi anak dalam belajar disekolah

5. Kunjungan sekolah
Adalah merupakan kunjungang yang dilakukan anggota masyarakat
kesekolah

e. Pelasanaan Program hubungan sekolah dengan masyarakat


1. perencanaan program
Perencanaan program hubungan sekolah dengan masyarakat harus
memperhatikan dana yang tersedia, ciri masyarakat daerah jangkauan sarana
dan prasarana yang tersedia dan teknik yang akan digunakan
2. Pelaksanaan Programan
Dalam pelaksanaan program hubungan sekolah dan masyarakat yang telah
dirumuskan diperlukan adanya koordinasi kerja dari personil-personil yang
terlibat. Setiap personil harus tahu tugas dan tanggung jawab yang harus
diembannya dalam rangka pelaksanaan program hubungan sekolah dan
masyarakat tersebut.

3. Administrasi layanan khusus

David Sigalingging, SPd


rbl_david@yahoo.com
http://davidsigalingging.wordpress.com
Layanan khusus adalah suatu usaha yang tidak secara langsung berkenaan dengan
proses belajar mengajar dikelas, tetapi secara khusus diberikan oleh pihak sekolah
kepada para siswanya agar mereka lebih optimal dalam melaksanakan proses belajar
mengajar.
Ada beberapa jenis layanan khusus, tetapi hanya 3 jenis yang akan dibahas dalam
bagian ini. Jenis-jenis layanan khusu yang dimaksud adalah :

a. Perpustakaan sekolah
Perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang tergabung pada sebuah
sekolah, dikelola sepenuhnya oleh sekolah yang bersangkutan, dengan tujuan
utama membantu sekolah untuk mencapai tujuan khusus sekolah dan tujuan
pendinikan pada umumnya. Ada beberapa jenis perpustakaan sekolah, yang pada
dasarnya disesuaikan dengan jenjang atau tingkat sekolah yang bersangkutan.
Jenis perpustakaan sekolah tersebut adalah perpustakaan taman kanak-kanak,
perpustakaan sekolah dasar, perpustakaan sekolah lanjutan tingkat pertama dan
perpustakaan sekolah lanjutan tingkat atas. Semua jenis perpustakaan sekolah
yang disebutkan diatas dikelola berdasarkan tujuan khusus masing-masing jenis
dan jenjang sekolah.
a. Fungsi perpustakaan sekolah adalah:
1. fungsi pendidikan
2. fungsi informasi
3. fungsi rekreasi
4. fungsi penelitian
5. fungsi penyaluran hobi
6. fungsi penanaman rasa tanggung jawab

b. Pengelolaan bahan pustaka


Sebelum bahan pustaka dapat dipinjamkan kepada pengunjung bahan
tersebut harus diolah terlebih dahulu. Proses pengolahan bahan pustaka
tersebut melalui tahap-tahap berikut:
1. klasifikasi
2. katalogisasi
3. pemberian stempel

David Sigalingging, SPd


rbl_david@yahoo.com
http://davidsigalingging.wordpress.com
4. pemberian nomor buku
5. pengaturan buku dirak
c. peranan guru dalam administrasi perpustakaan sekolah
ada beberapa peranan guru yang terlibat dalam administrasi perpustakaan
sekolah. Peran tersebut antara lain:
1. memperkenalkan buku-buku kepada siswa dan guru-guru
2. memilih buku-buku dan bahan pustaka lainnya yang kan dibeli
3. mempromosikan perpustakaan baik untuk pemakaian, maupun
pembinaanya
4. mengetahui jenis dan menguasai criteria-krikteria umum yang
menentukan baik buruknya susu koleksi
5. mengusahakan agar siswa aktif membantu perkembangan perpustakaan
b. usaha kesehatan sekolah
usaha kesehatan sekolah merupakan salah satu wahana untuk meningkatkan
kemampuan hidup sehat yang pada gilirannya menghasilkan derajat kesehatan
peserta didik yang optimal. Usaha kesehatan sekolah tersebut bukan saja menjadi
tanggung jawab pemerintah akan tetapi tanggung jawab peserta didik dan
masyarakat dimana sekolah itu berada.
1. tujuan kesehatan sekolah
tujuan khusus usaha kesehatan sekolah adalah agar siswa :
1. memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk melaksanakan
prinsip hidup sehat serta berpartisipasi aktif didalam usaha peningkatan
kesehatan disekolah, dirumah tangga maupun dilingkungan masyarakat.
2. sehat dalam arti fisik mental maupun social
3. memiliki daya khayat dan daya tangkal terhadap pengaruh buruk,
penyalahgunaan narkotika, obat dan bahan berbahaya, alcohol, rook, dan
sebagainya.
4. Ruang lingkup usaha kesehatan sekolah
Ruang lingkup usaha kegiatan sekolah tercermin dalam tree program UKS
yang dikenal dengan istilah trias UKS yang meliputi:
1. pendidikan kesehatan
2. pelayanan kesehatan

David Sigalingging, SPd


rbl_david@yahoo.com
http://davidsigalingging.wordpress.com
3. pembinaan lingkungan kehidupan sekolah sehat, pembinaan
lingkungan kehidupan sekolah sehat dilaksanakan dalam rangka
menjadikan sekolah sebagai institusi pendidikan yang dapat menjamin
berlangsungnya proses belajr mengajar.

c. labolatorium.
Labolatorium secara sederhana dapat diuraikan sebagai suatu tempat dimana
dosen, mahasiswa, guru, siswa, dan orang lain melaksanakan kegiatan kerja ilmiah
seperti pratikum, observasi, penelitian, demokrasi dan pembuatan model-model
dalam rangka kegiatan belajar mengajar.
1. jenis-jenis laboratorium
labolatorium dapat dibedakan atas berapa jenis’ jenis-jenis laboratorium
tersebut biasanya disesuaikan dengan bidang studi atau kelompok bidang studi
tertentu. Jenis laboratotium tersebut antra lain:
1. menurut bidang studi misalnya: labolatorium kimia, fisika, pmp dan
sebagainya
2. menurut kelompok bidang studi misalnya : laboratorim IPS, IPA
3. untuk bidang ilmu teknik labor dapat diartikan sebagai workshop/
bengkel kerja

2. Perencanaan penggunaan labor


Rencana penggunaan labor minimal meperhatikan hal-hal berikut:
1. jenis labor yang akan digunakan
2. siswa atau pihak yang akan menggunakan
3. waktu yang tersedia
4. peralatan yang ada
5. jenis bidang studi
6. topic yang akan dipelajari
secara lebih rinci langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam perencanaan penggunaan
labor adalah:
1. menganalisis kurikulum secara keseluruhan
2. penentuan bobot taksonomik pokok bahasab
3. pengembangan desain intruksional

David Sigalingging, SPd


rbl_david@yahoo.com
http://davidsigalingging.wordpress.com
4. pengembangan materi dan pokok bahasan
5. menetapkan apakah seluruh bagian, satu atau dua materi pokok bahasan yang
memerlukan “ labotory work”
6. peralatan yang akan digunakan
7. penetapan langkah-langkah dalam pengajaran dengan memakai laboratorium.

BAB XI

ADMINISTRASI KETATAUSAHAAN DAN STRUKTUR ORGANISASI

A. Administrasi Ketatausahaan

1. Pengertian Administrasi Ketatausahan

The Liang Gie (1998;16) merumuskan pengertian tatausaha sebagai “segenap


rangkaian aktivitas menghimpun, mencatat, mengolah, mengganda, menggirim, dan
menyimpan keterangan-keterangan yang diperlukan dalam setiap organisasi”.

Dalam buku dasar-dasar administrasi pendidikan yang di susun oleh staf


pengajar FIP IKIP Padang (1986;61) dikemukakan bahwa “administrasi
ketatausahaan meliputi segenap kegiatan mulai dari pembuatan, pengelolaan,
penataan sampai dengan penyimpanan semua bahan keterangan yang diperlukan oleh
organisasi”

Berdasarkan pengertian diatas, bahwa pola perbuatan dalam kegiatan


ketatausahan meliputi:

David Sigalingging, SPd


rbl_david@yahoo.com
http://davidsigalingging.wordpress.com
• Menghimpun segala keterangan yang di perlukan.

• Mencatat berbagai keterangan baik dalam bentuk tulisan ataupun dalam audio
visual secara manual maupun elektronik sehingga dapat dibaca, dikirim, dan
disimpan.

• Mengolah berbagai keterangan-keterangan yang telah dihimpun untuk dapat


ddisajikan sebagai informasi.

2. Kegiatan administrasi ketatausahaan

Dikemukakan oleh The Liang Gie (1998) kegiatan tatausaha mempunyai


peranan pokok, yaitu:

• Melayani pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan operatif untuk mencapai tujuan


organisasi

• Menyediakan keterangan-keterangan bagi pimpinan organisasi untuk membuat


keputusan atau melakukan tindakan yang tepat

• Membantu kelancaran perkembangan organisasi sebagai suatu keseluruhan


Implikasi peranan kegiatan ketatausahan dalam dunia pendidikan

3. Pelayanan Kantor

Eksistensi kantor atau organisasi baik organisasi produk maupun jasa


ditentukan oleh kualitas layanan. Konsep layanan, dapat dikategorikan atas layanan
intern dan layanan ekstern.

Layanan intern adalah layanan yang diberikan oleh personil organisasi kepada
personil lainnya, seperti: siswa dilayani oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar
dan guru dilayani oleh bendahara sekolah dalam hal penggajian.

Layanan ekstern adalah layanan terhadap masyarakat atau oaring yang tidak
termasuk angota organisasi. Layanan dapat dilakukan secara langsung melalui tatap
muka atau melalui suatu alat komunikasi.

David Sigalingging, SPd


rbl_david@yahoo.com
http://davidsigalingging.wordpress.com
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelayanan secara langsung
adalah:

• Menghormati pelanggan

• Mengetahui maksud pelayanan

• Menyenangkan pelanggan

• Menghindari berbisik atau bersenda gurau dengan personil lain sehingga dapat
menimbulkan rasa kurang menyenangkan bagi pelanggan

• Hindarkan sikap yang menunjukkan “pemberian prioritas” kepada pelangan


tertentu

• Lupakan persoalan pribadi pada saat melayani pelanggan sehingga dapat


tercipta suasana yang ramah

• Gunakan pakaian yang rapi

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam layanan melalui alat komunikasi
adalah:

• Segeralah mengangkat gang telepon bila telepon berdering

• Siapkan peralatan untuk mencatat pesan

• Nyatakan nama kantor atau unit setelah mengangkat gang telepon atau telepon
tersambung

• Sebutlah nama penerima telepon untuk lanjutan pembicaraan

• Berusahalah mengidentifikasi penelepon bila penelepon tidak menyatakan


identitasnya

• Pastikan alamat yang ingin dituju oleh penelepon

• Mintalah persetujuan pimpinan bila penelepon tidak menggemukakan masalah


yang ingin disampaikannya dan ingin berbicara dengan pimpinan

David Sigalingging, SPd


rbl_david@yahoo.com
http://davidsigalingging.wordpress.com
• Beri keterangan dengan alasan yang tidak rinci bila pimpinan tidak bersedia
menerima telepon atau sedang tidak berada dikantor

• Pastikan bahwa nama atau istilah ditulis dengan tepat

4. Pengelolaan surat

a. Jenis surat : dibedakan atas 14 jenis; Surat dinas, Nota dinas, Memo, Surat
pengantar, Surat kawat, Surat keputusan, Surat edaran, Surat undangan, Surat
tugas, Surat kuasa, Surat pengumuman, Surat pernyataan, Surat keterangan,Berita
acara

b. Sifat dan derajat surat :Surat sangat sahasia, Surat rahasia, Surat terbatas, Surat
biasa. Derajat surat dikelompokkan atas tiga derajat; kilat, segera, biasa.

c. Pencantuman alamat surat: Alamat surat dicantumkan pada sampul surat dan
kepala surat

d. Kode surat: Kode jabatan, Kode unit, Kode Perihal

e. Pemakaian Singkatan: Singkatan penggunaan dan penulisannya dalam


penandatanganan surat adalah a.n. (atas nama) dipergunakan jika yang berwenang
menadatangani surat menguasakan penandatanganan surat kepada pejabat
setingkat dibawahnya, dll

f. Cap Jabatan dan Cap DinasCap jabatan merupakan cap atau stempel yang
dipergunakan oleh pejabat tertentu sedangkan cap dinas merupakan cap atau
stempel yang dipergunakan oleh setiap pejabat

g. Prosedur Pengrusan Surat; Penerima Surat, Pengirim surat, Pencatat surat,


Pengarah surat, Pengolah surat.

5. Pengelolaan Arsip

David Sigalingging, SPd


rbl_david@yahoo.com
http://davidsigalingging.wordpress.com
Arsip adalah naskah yang dibuat dan diterima oleh lembaga-negara atau
swasta, dalam membentuk dan corak apapun, baik dalam keadaan tunggal maupun
berkelompok dalam rangka pelaksanaan kegiatan lembaga tersebut.

Kegiatan pengelolaan arsip terdiri dari: Azaz penataan arsip, System penataan
arsip, Prosedur penataan arsip, Peralatan dalam penataan arsip, Peminjaman arsip,
Penyusunan arsip, Pemeliharaan arsip

6. Peranan Guru Dalam Administrasi Ketatausahaan

• Terlibat secara langsung atau tidak langsung dalam memberi layanan

• Menghimpun, mencatat, mengolah, mnggandakan, mengirim, menyimpan dan


menemukan kembali berbagai keterangan yang berkenaan maupun yang
menunjang penyelenggaraan dan pendidikan disekolah.

• Membantu perkembangan lembaga persekolahan dengan memberikan


masukan-masukan yang bersifat inovatif dan kreatif dalam meningkatkan kualitas
pelayannan sekolah, baik secara ekternal maupun internal.

B. STRUKTUR ORGANISASI

1. Pengertian struktur Organisasi

Struktur organisasi yaitu meknisme-mekanisme farma dengan mana organisasi


dikelola. Struktur organisasi menunjukkan kerangka dan susunan perwujudan pola
tetap hubungan-hubungan diantara fungsi-fungsi, bagian-bagian, posisi-posisi maupun
orang-orang yang menunjukkan kedudukan tugas wewenang dan tanggungjawab yang
berbeda dalam suatu organisasi.

2. Prinsip-Prinsip Dasar Suatu Organisasi

– Prumusan tujuan secara jelas

– Anggota organisasi harus memahami dan menjiwai tujuan yang akan dicapai
David Sigalingging, SPd
rbl_david@yahoo.com
http://davidsigalingging.wordpress.com
– Adanya pembagian kerja sedemikian rupa, yang dilakukan atas dasar
perbedaan kemampuan dan minat anggota organisasi.

– Pelimpahan wewenang sesuai tanggung jawab

– Hirarki wewenang dari atas sampai kebawah harus dilakukab secara tegas

– Kesatuan arah dari pelaksanaan kegiatan dan pemberdayaan sumber-sumber


organisasi.

– Adanya kesatuan perintah diantara pimpinan dan anggota organisasi.

– Tentang pengawasan yang memaadai

– Susunan strutur organisasi secara sederhana sesuai kebutuhan dan potensi


organisasi

– Pola dasar organisasi hendaknya relative permanent.

3. Proses pengorganisasian

– Perincian seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan


organisasi.

– Pembagian beban kerja total menjadi kegiatan-kegiatan yang secara logis


dapat dilaksanakan oleh 1 orang – tidak terlalu berat sehingga tidak dapat
diselesaikan atau terlalu ringan sehingga ada waktu mengganggur, tidak efisien
dan terjadi biaya yang tidak perlu.

– Pengadaan dan pengembangan suatu mekanisme untuk mengkoordinasikan


pekrjaan para anggota organisasi menjadi kesatuan yang terpadu dan harmonis.

4. Desain Organisasi

David Sigalingging, SPd


rbl_david@yahoo.com
http://davidsigalingging.wordpress.com
• Desain organisasi berkenaan dengan kegiatan menciptakan struktur tugas dan
wewenang dalam organisasi. Tugas-tugas dalam organisasi dikelompokkan
kedalam satu kesatuan kerja atau unit.

• 4 kategori dalam desain organisasi :

a. Pembagian kerja

b. Depertementalisasi

c. Rentang kendali

d. Pelimpahan wewenang.

5. Organisasi Informal

Fungsinya:

– Menetapkan, memperkuat, meneruskan norma, norma dan nilai social budaya


para anggota kelompok.

– Memberikan dukungan terhadap tujuan organisasi dan bantuan terhadap


pelaksanaan tugas manejer.

– Menstimulasi

– Memberikan kepuasan dan status social kepada para anggota yang tidak dapat
diperoleh dari organisasi.

6. Organisasi Sekolah : Birokrasi Vs Profesional

• Perbedaan antara birokrat dengan para profesinal adalah bahwa para


profesioanl cenderung mengontrol diri mereka sendiri berdasarkan kode etik dan
bekerja dengan teman sejawat. Sementar control para birokrat didasarkan pada
peraturan-peraturan yang diterima dari atasannya.

• Hoy dan mischele (1678) mengaktegorikan 4 struktur organisasi sekolah, yaitu


:
David Sigalingging, SPd
rbl_david@yahoo.com
http://davidsigalingging.wordpress.com
a. tipe 1 : merupakan tipe sekolah wiberian

b. tipe 2 merupakan tipe authoritarian.

c. tipe 3 merupakan tipe professional

d. tipe 4 merupakan chaotic.

7. Struktur organisasi pengelola dan lembaga kependidikan

• Struktur organisasi vertical Departemen Pendidikan Nasional terdiri dari :

– Struktur organisasi departemen pendidikan nasional

– Struktur organisasi Dinas Pendidikan Tingkat 1

– Struktur organisasi Dinas Pendidikan Tingkat 2

– Struktur organisasi Cabang Dinas Pendidikan

• Struktur organisasi lembaga sekolah

Lembaga persekolahan memiliki kewenangan menyusun strutur organisasi.


Pengembangan strukktur organisasi sekolah dipengaruhi besar sekolah dan
kelengakapan sarana pendidikan dan pengajaran.

David Sigalingging, SPd


rbl_david@yahoo.com
http://davidsigalingging.wordpress.com
BAB XII
KEPEMIMPINAN DALAM KEPENDIDIKAN

A. PENDAHULUAN
Kepemimpinan, sebagaimana yang telah dibahas pada bagian terdahulu merupakan
bagian yang penting dari administrasi/manajemen, bahkan dapat dikatakan sebagaimana
inti dari motor penggerak dari manajemen. Sehingga dapat dikatakan keberhasilan
seseorang dalam melaksanakan administrasi/manajemen sangat ditentukan oleh
kepemimpinannya.
Pemahaman tentang kepemimpinan ini sangat berguna bagi tenaga kependidikan
dalam melaksanakan tugas nantinya baik sebagai bawahan/anggota maupun sebagai
pimpinan sendiri.

B. MATERI
1. Pengertian kepemimpinan pendidikan
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempenggaruhi perilaku orang
lain untuk berfikir dan berperilaku dalam rangka perumusan dan pencapaian tujuan
organisasi di dalam situasi tertentu. Kalau dikaitkan dengan kata pendidikan sesudah
kepemimpinan, menunjukkan bahwa lingkup kepemimpinan tersebut adalah pada
bidang pendidikan. Kata pendidikan menunjukkan arti yang dapat dilihat dari dua
segi:
• pendidikan sebagai usaha atas proses mendidik dan mengajar seperti yang
dikenal sehari-hari.
• Pendidikan sebagai ilmu pengetahuan yang membahas berbagai masalah
tentang hakekat dan kegitan mendidik dan mengajar.
Kepemimpinan pendidikan sebagai “suatu kemampuan dan proses
mempengaruhi, membimbing, mengkoordinir, dan mengerakkan orang lain yang ada
hubungan dengan pengembangan ilmu pendidikan dan pelaksanaan pendidikan dan

David Sigalingging, SPd


rbl_david@yahoo.com
http://davidsigalingging.wordpress.com
pengajaran agar supaya efisien dan efektif didalam mencapai tujuan pndidikan dan
penggajaran.
Dari defenisi diatas tergambar unsur-unsur pokok dari kepemimpinan itu
adalah:
1. Pemimpin
2. Yang dipimpin
3. Adanya proses mempengaruhi
4. Adanya tujuan yang diingini

2. Hubungan administrasi dengan kepemimpinan


Sebagaimana yang sudah dikemukakan pada bagian terdahulu, kepemimpinan
merupakan bagian yang dapat dipisahkan dari administrasi. Bagaimana hubungan
antara kedua hal tersebut dapat ditinjau dari ruang lingkup/luas lingkungannya dan
dari proses fungsinya seperti digambarkan dibawah ini.
• Hubungan kepemimpinan dan adminisrasi dari luas lingkupnya.
• Hubungan kepemimpinan dan manajemen/administrasi ditinjau dari prosesnya

3. Factor-faktor yang menentukan perilaku kepemimpinan pendidikan


Perilaku seseorang pemimpin pendidikan dalam melaksanakan tugas
kepemimpinannya dipenggaruhi oleh banyak factor. Factor-faktor tersebut dapat
dikelompokkan pada:
• factor-faktor yang berasal dari pemimpin itu sendiri
• factor-faktor yang berasal dari kelompok yang dipimpin
• factor lembaga/organisasi yang dipimpin
• factor-faktor legal
• factor lingkungan social
• factor perubahan-perubahan dan pembaharuan dalam teori atau bidang
pendidikan seperti perubahan kurikulum, kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam bidang pendidikan, perubahan-perubahan teori belajar dan
sebagainya akan mempenggaruhi perilaku seseorang pemimpin pendidikan.

4. Fungsi kepemimpinan pendidikan

David Sigalingging, SPd


rbl_david@yahoo.com
http://davidsigalingging.wordpress.com
Dalam kehidupan organisasi termasuk organisasi pendidikan, fungsi
kepemimpinan adalah hal penting yang harus dilaksanakan seseorang pimpinannya
menurut wahjosumudjo (1999) fungsi kepemimpinan dapat dikelompokkan menjadi
empat,yaitu:
• mendefenisikan misi dan peranan organisasi
• mewujudkan tujuan organisasi
• mempertahankan tujuan organisasi
• mengendalikan konflik internal yang terjadi didalam organisasi
Sehubungan fungsi kepemimpinan ini Burhanuddin
(1994),mengelompokkannya menjadi 3 yaitu :
• fungsi yang bertalian dengan tujuan yang akan dicapai
• fungsi yang berkaitan dengan pengarahan,pelaksanaan setiap kegiatan,dalam
rangka mencapai tujuan kelompok
• fungsi yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan suasana kerja
yang menyenangkan

5. Gaya kepemimpinan kependidikan


Gaya kepemimipinan kependidikan adalah pola perilaku pemimpindalm
melaksanakan tugas atau fungsi-fungsi kepemimpinan atau mempengaruhi para
anggota organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Ditinjau dari perilaku pemimpin menurut hasil penelitian unversitas OHIO dan
unversitas Michigan ecara umum juga mengelompokkan dasar kepemimpinan mejadi
dua ,yaitu :
• Gaya kepemimpian yang berorientasi pada tugas
• Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada manusia atau bawahan

David Sigalingging, SPd


rbl_david@yahoo.com
http://davidsigalingging.wordpress.com
BAB XIII

KEPEMIMPINAN DALAM PENDIDIKAN

A. Pendahuluan

Pemahaman tentang kepemimpinan ini sangat berguna bagi tenaga kependidikan

dalam melaksanakan tugas nantinya baik sebagai bawahan/anggota maupun sebagai

pimpinan sendiri. Berdasarkan uraian di atas diharapkan setelah mempelajari bab ini

mahasiswa mampu:

1. Menjelaskan pengertian kepemimpinan pendidikan

2. Mendeskripsikan hubungan kepemimpinan dengan manajemen

3. Menjelaskan faktor-faktor yang menentukan prilaku pemimpin pendidikan

4. Menjelaskan fungsi dari seorang pemimpin

5. Menerapkan gaya kepemimpinan yang tepat dalam pelaksanaan tugasnya nanti

B. Materi

1. Pengertian kepemimpinan pendidikan

Sehubungan dengan kepemimpinan ini banyak pendapat ahli yang secara umum

dapat dikelompokkan menjadi beberapa sudut pandang:

a. Kepemimpinan sebagai focus proses kelompok. Mumford (1906-1907)

kepemimpinan adalah keunggulan seseorang atau beberapa individu dalam


David Sigalingging, SPd
rbl_david@yahoo.com
http://davidsigalingging.wordpress.com
kelompok, dalam proses mengontrol gejala-gejala sosial. Bernard (1927)

menengemukakan pemimpin dipengaruhi oleh kebutuhan-kebutuhan dan harapan-

harapan dari pada anggota kelompok.

b. Kepemimpinan sebagai suatu kepribadian dan akibatnya.Sehubungan dengan ini

Tead meliaht kepemimpinan sebagai perpaduan dari berbagai sifat yang

memungkinkan individu mempengaruhi orang lain untuk mengerjakan beberapa

tugas tertentu.

c. Kepemimpinan sebagai suatu seni mempengaruhi orang lain

d. Kepemimpinan sebagai penggunaan pengaruh

e. Holinder dan Julian (1965) mengemukakan bahwa kepemimpinan dalam arti yang

luas secara tidak langsung melibatkan hubungan saling pengaruh mempengaruhi

antara dua orang atau lebih.

f. Kepemimpinan sebagai tindakan atau tingkah laku.

g. Kepemimpinan sebagai bentuk persuasi

h. Kepemimpinan sebagai alat mencapai tujuan

i. Kepemimpinan sebagai akibat dari interaksi

j. Kepemimpinan sebagai pembedaan peran

k. Kepemimpinan sebagai inisiasi struktur

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahawa kepemimpinan adalah kemampuan

seseorang mempengaruhi perilaku orang lain untuk berfikir dan berprilaku dalam

perumusan dan pencapaian tujuan organisasi di dalam situais tertentu (Sumidjo, 1992: 26).

2. Hubungan administrasi dengan kepemimpinan

Hubungan antara kedua hal tersebut dapat ditinjau dari ruang/luas lingkupnya dan

dari proses fungsinya seperti berikut ini:

David Sigalingging, SPd


rbl_david@yahoo.com
http://davidsigalingging.wordpress.com
a. Hubungan kepemimpinan dan administrasi dari luas lingkupnya

1. administrasi

2. manajemen

3. kepemimpinan

4. pengambilan keputusan

5. hubungan antar manusia

6. komunikasi

Dari hal di atas terlihat bahwa kepemimpinan itu adalah inti manajemen dan

manajemen inti dari administrasi

b. Hubungan kepemimpinan dan manajemen/administrasi ditinjau dari prosesnya, salah satu

kegiatan/fungsi manajemen itu adalah memimpin, dan untuk memimpin perlu

kepemimpinan.

3. Faktor-faktor yang menentukan prilaku kepemimpinan pendidikan

Dapat dikelompokkan pada:

a. Faktor-faktor yang berasal dari pemimpinan itu sendiri, misalnya:

1) Pengertiannya tentang kepemimpinan

2) Nilai atau hal yang kejar dalam kepemimpinan.

3) Cara orang menduduki pangkat kepemimpinannya, orang yang menduduki

kepemimpinan karena diangkat bukan karena kecakapan akan berbeda dari

orang yang menjadi pemimpin karena kecakapan yang sudah terbukti.

4) Pengalaman dalam kepemimpinan

5) Pandangan seseorang terhadap manusia. Teori Douglass McGregor

memandang manusia dari dua sudut, yang pertama disebut teori X yang

mengatakan bahwa manusia itu pada dasarnya tidak menyukai pekerjaan dan

sedapat mungkin menghindarinya. Yang kedua aadalah teori Y yang

David Sigalingging, SPd


rbl_david@yahoo.com
http://davidsigalingging.wordpress.com
mengatakan bahwa bagi manusia bekerja itu merupakan hal yang alamiah

seperti halnya bermain atau istrirahat.

b. Faktor-faktor yang berasal dari kelompok yang dipimpin.

Keadaan kelompok seperti: kematangan, kekompakan, latar belakang pendidikan,

pengalaman, staf/guru, karakteristik murid, latar belakang sosial budaya dan ekonomi

anggota staf/guru dan murid-muridnya.

c. Faktor lembaga/organisasi yang dipimpin

Faktor lembaga yang dipimpin seperti jenis dan tujuan sekolah kurikulum yang

digunakan disekolah dan karakteristik sekolah lainnya juga mempengaruhi perilaku

pemimpinnya.

d. Faktor-faktor legal

Seorang pemimpin pendidikan yang akan berhadapan dengan peraturan-peraturan

formal dri instansi struktural diatasnya. Aturan-aturan tersebut akan mempengaruhi

prilakunya.

e. Faktor lingkungan sosial

Lingkungan sosial maksudnya disini adalah keadaan masyarakat di sekitarnya,

misalnya keadaan ekonomi masyarakat, pandangan pemuka masyarakat dan masyarakat

pada umumnya tentang pendidikan

f. Faktor perubahan-perubahan dan pembaharuan dalam teori dan atau bidang pendidikan

seperti perubahan kurikulum, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang

pendidikan, perubahan-perubahan teori belajar dan sebagainya akan mempengaruhi

perilaku seorang pemimpin pendidikan.

4. Fungsi kepemimpinan pendidikan

Menurut Wahjosumudjo (1999) fungsi kepemimpinan dapat dikelompokkan menjadi

David Sigalingging, SPd


rbl_david@yahoo.com
http://davidsigalingging.wordpress.com
empat yaitu:

a. Mendefenisikan misi dan peranan organisasi

b. Mengejawantahkan/mewujudkan tujuan organisasi

c. Mempertahankan keutuhan organisasi

d. Mengendalikan konflik internal yang terjadi di dalam organisasi

Sehubungan dengan fungsi kepemimpinan ini Burhanuddin mengelompokkannya

menjadi tiga yaitu:

a. Fungsi yang bertalian dengan tujuan yang akan dicapai. dalam fungsi ini pemimpin

berusaha membantu kelompok utnuk memikirkan, memilih dan merumuskan tujuan yang

akan dicapai.

b. Fungsi yang berkaitan dengan pengarahan pelaksanaan setiap kegiatan dalam rangka

mencapai tujuan kelompok. fungsi yang kedua ini berhubungan dengan aktivitas

manajerial pemimpin dalam rangka menggerakkan kelompok mencapai tujuan yang telah

dirumuskan.

c. Fungsi yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan suasana kerja yang

menyenangkan.

5. Gaya kepemimpinan

Ditinjau dari perilaku pemimpin menurut hasil penelitian Universitas OHIO dan

Universitas Michigen secara umum juga mengelompokkan dasar kepemimpinan menjadi

dua yaitu:

a. Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tugas

Ciri-ciri perilaku pemimpin adalah:

1). Memberikan kritik pada pelaksanaan pekerjaan yang jelek

2). Menekankan pentingnya batas waktu pelaksanaan tugas-tugas pada bawahan

3) Selalu memberi tahu apa-apa yang dikerjakan bawahan

David Sigalingging, SPd


rbl_david@yahoo.com
http://davidsigalingging.wordpress.com
4). Selalu memberi petunjuk bawahan bagaimana melakukan tugas

5). Memberikan standar tertentu atas pekerjaan

6). Meminta bawahan agar selalu menuruti dan mengikuti standar yang telah ditetapkan

7). Selalu mengawasi apakah bawahan bekerja sepenuh kemampuannya

8). Kurang memperhatikan pembinaan dan pengembangan bawahan

b. Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada manusia/bawahan

Ciri-ciri perilaku pemimpin sebagai berikut:

1). Ramah tamah

2). Mendukung dan membela bawahan

3). Mau menerima usul dari bawahan

4). Memikirkan kesejahteraan bawahan

5). Memperlakukan bawahan setingkat dengan dirinya

6). Memotivasi

Gaya kepemimpinan ini juga adapt dibedakan menjadi:

1. Tipe otoriter. Perilaku pemimpin dengan tipe ini menunjukkan ingin berkuasa. Biasanya

pemimpin ini bertindak sebagai penguasa tunggal tidak melibatkan bawahan dalam

mengambil keputusan, tidak meghargai pendapat, ide dan inisiatif bawahan.

2. Tipe demokratis. Pemimpin berusaha untuk melibatkan kelompok dalam mengambil

keputusan, menghargai inisiatif, pendapat dan ide dari anggota kelompok, lebih

meningkatkan kepentingan bersama dari kepentingan pribadi dan adanya pendelegasian

wewenang dan tanggung jawab dan biasanya pengambilan keputusan dilakukan dengan

gaya musyawarah.

3. Tipe laizes faire. Pada tipe kepimipinan ini, pemimpin sepertinya tidak melakukan

fungsi kepemimpinan dan sifat kepemimpinannya tidak tampak. Dimana anggota

kelompok diberi kebebasan penuh dalam melaksanakan tugasnya tanpa ada pedoman

David Sigalingging, SPd


rbl_david@yahoo.com
http://davidsigalingging.wordpress.com
kerja yang baik.

4. Tipe pseudo demokratis. Tipe pseudo demokratis disebut juga demokratis semu, dimana

seseorang pemimpin yang mempunyai tipe ini hanya nampaknya saja yang demokratis,

padahal sebenarnya tindakannya bersifat otoriter/absolut.

David Sigalingging, SPd


rbl_david@yahoo.com
http://davidsigalingging.wordpress.com

Anda mungkin juga menyukai