Miftaul Mubaroka
Email : tatamiftaul191@gmail.com
PENDAHULUAN
Terbentuknya relief alam berupa gunung, bukit, lereng dan lain sebagainya dikarenakan
adanya tenaga endogen. Tenaga endogen adalah tenaga yang berasal dari dalam bumi yang
menyebabkan perubahan pada kulit bumi. Tenaga endogen ini sifatnya membentuk permukaan
bumi menjadi tidak rata. Mungkin saja di suatu daerah dulunya permukaan bumi rata (datar)
tetapi akibat tenaga endogen ini berubah menjadi gunung, bukit atau pegunungan. Pada bagian
lain permukaan bumi turun menjadikan adanya lembah atau jurang.
Secara umum tenaga endogen dibagi dalam tiga jenis yaitu tektonisme, vulkanisme,
dan seisme atau gempa bumi. Memang kita mengakui bahwa dampak dari gejala vulkanisme
adalah Gempa Bumi yang dapat ditimbulkanya dapat merusak bangunan. Awan panas dan lava
pijar dari gunung berapi dapat menyebabkan matinya hewan ternak, kebakaran hutan, dan
bahkan tebaran abu yang sangat tebal dan meluas dapat merusak kesehatan dan mengotori
sarana yang ada. Akibat gejala vulkanisme sehingga esensi dari sifat membangun tenaga
endogen untuk kehidupan terus terjadi, karena itu sudah gejala alam untuk menyeimbangankan
energi bumi yang bersifat membangun bagi kehidupan dan bumi itu sendiri.
Gunung Marapi adalah gunung api bertipe strato yang terletak di Sumatera Barat.
Gunung ini memiliki ketinggian 2.891 meter diatas permukaan laut. Keberadaannya masuk ke
dalam kawasan Kabupaten Agam, sekalipun juga membentang sampai ke Kabupaten Tanah
Datar dan Kota Padang Panjang. Gunung merapi memiliki satu buah kawah besar yang aktif
dan beberapa kawah kecil. Gunung Marapi termasuk jenis gunung berapi kerucut alias
stratovolcano. Meskipun begitu, sebagian besar erupsi Gunung Marapi terjadi dalam skala
kecil hingga sedang. Erupsi tersebut juga tidak disertai aliran lava, terutama selama periode
pengamatan modern. Berdasarkan pernyataan resmi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
Geologi, Gunung Marapi Bukittinggi meletus pada 3 Desember 2023, pukul 14.54 WIB. Erupsi
eksplosif tersebut mengeluarkan kolom abu dengan tinggi sekira 3.000 meter di atas puncak.
Sebagai gunung berapi kompleks yang paling aktif di provinsi Sumatera Barat, dan
berada di dekat daerah berpenduduk, gunung berapi ini memiliki bahaya yang signifikan. Sejak
tahun 2011, gunung berapi ini berada pada level II (Waspada) dari sistem peringatan empat
tingkat yang ditetapkan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
Geologi (PVMBG). Letusan yang signifikan terjadi pada tahun 1979, menewaskan 60
orang. Terakhir, pada bulan April-Mei 2018 terjadi hujan abu ke arah tenggara.
Sebelum letusan tahun 2023, Kepala Badan Geologi, Hendra Gunawan, mengatakan
bahwa badan tersebut telah memperingatkan badan konservasi setempat dan Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan agar tidak mengizinkan para pendaki untuk mendaki dalam
jarak 3 kilometer dari kawah gunung berapi. Badan konservasi mengatakan bahwa izin
pendakian dikeluarkan oleh beberapa lembaga lokal, termasuk pemerintah provinsi, badan
pencarian dan penyelamatan Padang, dan Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB). Sebagai akibat dari letusan tersebut, pemerintah daerah melarang aktivitas
apapun dalam jarak 3 kilometer dari gunung berapi. Beberapa kota di Sumatera Barat
seperti Padang Panjang, Bukittinggi, Pasaman, dan Pasaman Barat diselimuti abu vulkanik.
PEMBAHASAN
Gunung berapi adalah istilah untuk sistem fluida panas (batuan cair atau lava) yang
memanjang dari kedalaman bumi hingga ke permukaan bumi, termasuk endapan material yang
dimuntahkan ketika meletus. Istilah gunung meletus juga digunakan untuk menamai
pembentukan gunung api es dan gunung api lumpur. Gunung api es terbentuk didaerah yang
memiliki iklim salju, sedangkan gunung api lumpur terbentuk didaerah yang tidak memiliki
iklim salju. Gunung berapi banyak terdapat di daerah cincin api pasifik, yakni garis bertemunya
dua lempeng tektonik.
Gunung berapi dapat berada dalam beberapa fase sepanjang keberadaannya. Gunung
berapi aktif suatu saat dapat berada dalam keadaan separuh aktif, istirahat, atau mati. Sulit
untuk menentukan sebuah gunung sedang berada pada suatu kondisi tertentu karena sebuah
gunung api bisa beristirahat hingga 610 tahun kemudian akif kembali. Ketika sebuah gunung
berapi meletus, magma yang berada dalam dapur akan keluar sebagai lahar atau lava. Selain
oleh lava, kehancuran yang dipicu oleh gunung meletus dapat juga disebabkan oleh: Aliran
lava, letusan gunung berapi, aliran lumpur, abu, kebakaran hutan, gas beracun, gelombang
tsunami, dan gempa bumi
Gunung Marapi termasuk jenis gunung berapi kerucut alias stratovolcano. Gunung ini
memiliki puncak dengan kawah yang saling tumpang tindih. Namanya Kaldera Bancah dengan
lebar 1,4 kilometer. Meskipun begitu, sebagian besar erupsi Gunung Marapi terjadi dalam skala
kecil hingga sedang. Erupsi tersebut juga tidak disertai aliran lava, terutama selama periode
pengamatan modern. Sejarah Gunung Marapi Sumbar meletus dengan skala besar terakhir kali
pada 12 Maret 2000. Ketika itu, ledakan dari erupsi Gunung Marapi terdengar sampai jarak 25
kilometer. Kolong abu hitam akibat letusan Gunung Marapi ketika itu mampu menembus
ketinggian 3 kilometer dari puncak. Sebaran abunya menjangkau area sampai 350 kilometer ke
arah utara.
Dilansir situs Volcano Discovery, erupsi lebih kuat lagi terjadi pada 23 April 2001. Saat
itu kolong abu menjulang hingga 6 kilometer. Gunung Marapi meletus dengan ledakan cukup
fatal beberapa kali, yakni pada 1975, 1979, dan 1992. Pada 30 April 1979, misalnya, Gunung
Marapi Bukittinggi meletus dengan disertai hujan lebat. Hujan tersebut membuat lahar matang
dan material vulkanik lainnya turun dan mengalir ke sisi utara dan timur. Akibatnya, tanah
longsor pun terjadi dan menimbulkan korban 80 orang tewas. Menurut catatan Smithsonian
Institution National Museum of Natural History Global Volcanism Program, Gunung Marapi
telah meletus sebanyak 66 kali. Erupsi pertama diperkirakan terjadi pada 1770. Hanya saja,
tanggal kejadiannya tidak terpublikasi. Rata-rata frekuensi erupsi Gunung Marapi berlangsung
pendek, yaitu kurang dari 5 tahun sekali. Inilah yang menjadikan gunung ini sangat aktif.
Terlebih, waktu kejadian erupsinya pun tidak bisa diprediksi.
Pada 3 Desember 2023, Gunung Marapi meletus lagi. Padahal, erupsi terakhir juga
terjadi pada tahun yang sama. Hal ini membuktikan bahwa waktu Gunung Marapi meletus
tidak bisa diperkirakan. Perkembangan terakhir pada 3 Desember 2023 menunjukkan adanya
erupsi eksplosif pada 14.54 WIB. Tinggi kolom abu mencapai sekitar 3000 meter di atas
puncak, dengan kolom abu berwarna kelabu dan intensitas tebal condong ke arah timur. Erupsi
ini terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 30 mm dan durasi 4 menit 41 detik.
Aliran piroklastik juga teramati bergerak ke arah utara dengan jarak luncur sejauh 3 km.
Akibatnya, suasana di wilayah itu menjadi sangat gelap pekat dan warga diimbau untuk
memakai masker dan tidak keluar rumah mengingat intensitas hujan abu vulkanik yang bisa
berdampak pada kesehatan.
Erupsi gunung marapi merupakan fenomena bencana alam yang tidak dapat diprediksi
waktu meletusnya. Bencana alam ini bisa menghasilkan kerusakan yang cukup besar di wilayah
sekitar gunung. Di lain sisi, erupsi gunung api juga memberikan dampak positif bagi kehidupan
manusia, lingkungan, dan ekosistem di sekitarnya.
Dampak Positif Erupsi Gunung Berapi
Berikut beberapa dampak positif erupsi gunung api yang diambil dari berbagai sumber
kredibel:
5. Ekosistem Baru
Erupsi yang mengeluarkan lava dan semburan awan panas dengan abu vulkanis
bisa memberikan perubahan positif pada ekosistem di sekitarnya, seperti binatang dan
tumbuhan. Awalnya ekosistem itu akan rusak, tapi hanya untuk sementara waktu saja.
Setelahnya, hutan yang rusak akibat erupsi akan digantikan dengan pepohonan baru
sehingga satwa liar yang hidup di sekitarnya bisa memiliki habitat baru dengan
lingkungan yang lebih baik.
Dampak Negatif Erupsi Gunung Berapi
Erupsi gunung berapi juga menimbulkan dampak negatif yang cukup banyak untuk lingkungan
maupun makhluk hidup.
Berikut beberapa dampak negatif erupsi gunung berapi yang sangat umum terjadi:
2. Pencemaran Udara
Erupsi gunung berapi memang memiliki dampak positif bagi lingkungan. Di
lain sisi, fenomena ini juga mengakibatkan pencemaran udara yang buruk untuk
kesehatan manusia. Gunung yang meletus akan mengeluarkan seluruh material dari
dalam perut bumi. Material tersebut mengandung zat-zat berbahaya seperti sulfur
(SO2), hidrogen sulfida (H2S), nitrogen dioksida (NO2) dan material debu lain yang
mengandung racun. Selain tidak baik untuk makhluk hidup, zat-zat tersebut juga tidak
bagus untuk lingkungan karena bisa menyebabkan pencemaran udara.
4. Kerusakan Lingkungan
Dampak negatif erupsi gunung berapi bisa merusak lingkungan beserta
ekosistem yang ada di sekitarnya. Gunung meletus biasanya akan mengeluarkan
banyak material dari dalam bumi yang bisa menghancurkan lingkungan sekitar. Mulai
dari lava yang yang bisa membakar hutan dan merusak infrastruktur di lingkungan
sekitar, lahar dingin yang menghancurkan bangunan, lontaran bebatuan hujan pijar
yang bisa menghancurkan bangunan, merusak lingkungan, hingga menewaskan
makhluk hidup yang terkena.
5. Perubahan Cuaca
Selama fenomena ini terjadi, salah satu dampak besar yang akan terjadi adalah
perubahan cuaca yang drastis. Untuk beberapa waktu, daerah itu mungkin akan
mendapat hujan besar, panas berkepanjangan, guntur, iklim, dan masih banyak lainnya
dalam jangka panjang.
6. Kelangkaan Pangan
Kerusakan lahan pertanian dan perkebunan mengakibatkan kelangkaan pangan
yang berdampak pada masyarakat di sekitarnya. Setelah erupsi, tanah pertanian dan
perkebunan di daerah itu memang akan menjadi lebih subur. Tapi sayangnya, hal ini
menarik perhatian masyarakat untuk membangun lahan pertaniannya sendiri tanpa
memikirkan kerusakan lingkungan di masa depan.
9. Potensi Tsunami
Selama erupsi, manusia tidak hanya dihadapkan dengan satu bencana alam saja.
Mereka juga akan merasakan bencana alam lain seperti gempa hingga tsunami. Saat
terjadi erupsi di wilayah daratan, masyarakat hanya merasakan dua bencana alam saja,
yaitu gunung meletus dan gempa bumi. Tapi jika erupsi terjadi di lautan, seperti yang
pernah terjadi pada Gunung Krakatau. Manusia akan dihadapkan dengan tiga bencana
alam besar dalam waktu yang berdekatan, mulai dari gempa bumi, erupsi, hingga
tsunami dengan gelombang yang besar.
PENUTUP
KESIMPULAN
Gunung berapi atau gunung meletus adalah suatu sistem saluran fluida panas (batuan
dalam wujud cair atau lava) yang memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di bawah
permukaan bumi sampai ke permukaan bumi, termasuk endapan hasil akumulasi material yang
dikeluarkan pada saat meletus. Gunung berapi atau gunung meletus merupakan bencana alam
yang sangat dasyat. Sudah banyak manusia yang tewas pada bencana alam ini. Pada saat terjadi
gunung meletus banyak bahaya langsung yang dirasakan penduduk sekitar yaitu leleran lava,
jatuhan piroklastik, lahar letusan, aliran piroklastik/ awan panas, dan gas vulkanik beracun.
Sedangkan bahaya sekunder setelah terjadinya gunung meletus yaitu lahar hujan, banjir
bandang, dan longsor.
SARAN
Untuk meminimalisir dampak negatif yang ditimbulkan, sebaiknya di setiap gunung api
yang masih aktif ada pos pengawasan yang dilengkapi dengan alat-alat pemantauan yang
akurat. Informasikan atau komukasikan segala tanda bahaya yang diperoleh sedini mungkin
kepada masyarakat atau melalui kepala desa masing-masing. Buat sirene tanda bahaya untuk
mengingatkan penduduk untuk segera mengungsi bila keadaaan tambah gawat. Pembuatan
sungai yang khusus untuk aliran lahar dan membuat tanggul yang kokoh untuk melindungi
desa dari aliran lahar.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.kompas.id/baca/humaniora/2023/12/04/memahami-erupsi-tiba-tiba-gunung-
marapi-dan-risiko-bagi-wisatawan
Indrastuti. & Rahmawaty, P. (2008) Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SD/MI Kelas VI. Jakarta:
Pusat perbukuan Depdikdas.