Anda di halaman 1dari 15

RENCANA PENANGGULANGAN

GUNUNG MELETUS

KABUPATEN KUNINGAN

DISUSUN OLEH :

Dein Imelga Debita Rustanto

030.11.067

PEMBIMBING :

dr. Gita Tarigan, MPH

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN


MASYARAKAT

PERIODE 9 APRIL – 10 JUNI 2017

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

JAKARTA
1. PENDAHULUAN

Indonesia merupakan wilayah yang dilewati oleh sirkum pasifik dan


sirkum mediterania yang menyebabkan banyaknya gunung api yang aktif.
Gunung berapi yang aktif tersebut nantinya suatu saat akan mengeluarkan
material-material di dalamnya yang kemudian muncul istilah
erupsi. Pengertian Erupsi adalah suatu proses pelepasan material dari
gunung berapi seperti lava, gas, abu dan lain sebagainya ke atmosfer bumi
ataupun ke permukaan bumi dalam jumlah yang tidak menentu. Erupsi ini
dapat diartikan sebagai letusan gunung berapi ataupun semburan minyak
dan uap panas dari dalam perut bumi.

Didalam perut bumi magma dan gas – gas bertekan tinggi tertahan
oleh batuan padat di sekelilingnya. Tingginya tekanan menyebabkan magma
bergolak disertai gemuruh dan berusaha keluar melalui retakan – retakan
atau bagian yang lunak dan paling tipis. Magma bergerak keatas melalui
saluran retakan – retakan kulit bumi sampai di permukaan. Ketika magma
mendekati permukaan bumi terjadi pelepasan gas – gas didalamnya. Gas –
gas dan lava keluar ke permukaan saat lapisan kulit bumi pecah disertai
letusan. Lava, gas dan material – material lain yang terus – menerus keluar
akan menumpuk di sekitar tempat letusan dan membentuk kepundan atau
gunung.

Ketika meletus, sebuah gunung berapi dapat melontarkan berbagai


material hingga puluhan kilometer jauhnya. Lava, lelehan batuan yang
berasal dari dasar perut bumi yang tertuang selama proses erupsi terdiri dari
silikat bercampur besi, kalsium, alumunium, magnesium, kalium, dan
natrium yang melebur karena panas. Pada proses erupsi banyak terjadi
batuan beku seperti riolit, basal, dasit, trakit, dan andesit, Tidak hanya itu
lava, awan panas dan gas beracun juga kerap kali menjadi ancaman serius
bagi penduduk yang bertempat tinggal tak jauh dari letusan. Letusan gunung
berapi merupakan salah satu bencana alam yang banyak menimbulkan
berbagai kerusakan dengan total kerugian yang besar karena
menghancurkan areal pemukiman dan pertanian penduduk, belum lagi
dampak lainnya seperti pencemaran udara oleh gas beracum serta
memicu penyebab banjir lahar dingin yang dapat merusak infrastruktur
umum.

Bahaya Letusan Gunung Api di bagi menjadi dua berdasarkan waktu


kejadiannya, yaitu :

Bahaya utama

 Awan Panas, merupakan campuran material letusan antara gas dan


bebatuan (segala ukuran) terdorong ke bawah akibat densitas yang
tinggi dan merupakan adonan yang jenuh menggulung secara
turbulensi bagaikan gunung awan yang menyusuri lereng. Selain
suhunya sangat tinggi, antara 300 - 700 Celcius, kecepatan
lumpurnyapun sangat tinggi, > 70 km/jam (tergantung kemiringan
lereng).
 Lontaran Material (pijar),terjadi ketika letusan (magmatik)
berlangsung. Jauh lontarannya sangat tergantung dari besarnya energi
letusan, bisa mencapai ratusan meter jauhnya. Selain suhunya tinggi
(>200C), ukuran materialnya pun besar dengan diameter > 10 cm
sehingga mampu membakar sekaligus melukai, bahkan mematikan
mahluk hidup. Lazim juga disebut sebagai "bom vulkanik".
 Hujan Abu lebat, terjadi ketika letusan gunung api sedang
berlangsung. Material yang berukuran halus (abu dan pasir halus)
yang diterbangkan angin dan jatuh sebagai hujan abu dan arahnya
tergantung dari arah angin. Karena ukurannya yang halus, material ini
akan sangat berbahaya bagi pernafasan, mata, pencemaran air tanah,
pengrusakan tumbuh-tumbuhan dan mengandung unsur-unsur kimia
yang bersifat asam sehingga mampu mengakibatkan korosi terhadap
seng dan mesin pesawat.
 Lava, merupakan magma yang mencapai permukaan, sifatnya liquid
(cairan kental dan bersuhu tinggi, antara 700 - 1200 C. Karena cair,
maka lava umumnya mengalir mengikuti lereng dan membakar apa
saja yang dilaluinya. Bila lava sudah dingin, maka wujudnya menjadi
batu (batuan beku) dan daerah yang dilaluinya akan menjadi ladang
batu.
 Gas Racun, muncul tidak selalu didahului oleh letusan gunung api
sebab gas ini dapat keluar melalui rongga-rongga ataupun rekahan-
rekahan yang terdapat di daerah gunung api. Gas utama yang biasanya
muncul adalah CO2, H2S, HCl, SO2, dan CO. Yang kerap
menyebabkan kematian adalah gas CO2. Beberapa gunung yang
memiliki karakteristik letusan gas beracun adalah Gunung Api
Tangkuban Perahu, Gunung Api Dieng, Gunung Ciremai, dan Gunung
Api Papandayan.
 Tsunami, umumnya dapat terjadi pada gunung api pulau, dimana saat
letusan terjadi material-material akan memberikan energi yang besar
untuk mendorong air laut ke arah pantai sehingga terjadi gelombang
tsunami. Makin besar volume material letusan makin besar gelombang
yang terangkat ke darat. Sebagai contoh kasus adalah letusan Gunung
Krakatau tahun 1883.

Bahaya ikutan (sekunder)

Bahaya ikutan letusan gunung api adalah bahaya yang terjadi setelah
proses peletusan berlangsung. Bila suatu gunung api meletus akan terjadi
penumpukan material dalam berbagai ukuran di puncak dan lereng bagian
atas. Pada saat musim hujan tiba, sebagian material tersebut akan terbawa
oleh air hujan dan tercipta adonan lumpur turun ke lembah sebagai banjir
bebatuan, banjir tersebut disebut lahar

Kabupaten Kuningan memiliki kondisi kawasan dan sumber daya


alam yang cukup melimpah salah satunya berupa gunung tertinggi di Jawa
Barat yaitu Gunung Ciremai yang terletak pada ketinggian 3.078 meter dari
permukaan laut dan merupakan salah satu ekosistem pegunungan yang
memiliki keunikan karena merupakan gunung yang terletak tidak terlalu
jauh dengan laut.

Topografi Kawasan Gunung Ciremai pada umumnya berombak,


berbukit, dan bergunung dengan membentuk kerucut di bagian puncak.
Kondisi topografi Gunung Ciremai bervariasi mulai dari landai sampai
curam. Kemiringan lahan yang termasuk landai (0¬80/0) hanya 26,52%,
dan di atas 8% sebesar 73,480/0.

Iklim dikawasan Gunung Ciremai dengan curah hujan rata-rata 2.000-


4.000 mm/tahun memiliki udara yang sejuk dengan temperatur udara
berkisar antara 18-22 derajat celcius. Memiliki topografi yang bervariasi,
dari sebelah timur dengan tingkat kecuraman yang tinggi dan dari sebelah
selatan dengan kemiringan yang landai.

Gunung Ceremai termasuk gunung api kuarter aktif, tipe A


(yakni, gunung api magmatik yang masih aktif semenjak tahun 1600).
Letusan G. Ceremai tercatat sejak 1698 dan terakhir kali terjadi tahun 1937
dengan selang waktu istirahat terpendek 3 tahun dan terpanjang 112 tahun.
Tiga letusan 1772, 1775 dan 1805 terjadi di kawah pusat tetapi tidak
menimbulkan kerusakan yang berarti. Letusan uap belerang serta
tembusan fumarola baru di dinding kawah pusat terjadi tahun 1917 dan
1924. Pada 24 Juni 1937 – 7 Januari 1938 terjadi letusan freatik di kawah
pusat dan celah radial. Sebaran abu mencapai daerah seluas 52,500 km
bujursangkar (Kusumadinata, 1971). Pada tahun 1947, 1955 dan 1973
terjadi gempa tektonik yang melanda daerah barat daya gunung ciremai,
yang diduga berkaitan dengan struktur sesar berarah tenggara – barat laut.
Kejadian gempa yang merusak sejumlah bangunan di daerah Maja dan
Talaga sebelah barat gunung ciremai terjadi tahun 1990 dan tahun 2001.
Getarannya terasa hingga Desa Cilimus di timur gunung ciremai. Kawasan
rawan bencana letusan gunung berapi dengan luas kurang lebih 3.743 hektar
meliputi : Kecamatan Cigandamekar, Cigugur, Cilimus, Jalaksana,
Kramatmulya, Mandirancan, Pancalang dan Pasawahan .

Kondisi alam Gunung Ciremai sangat disukai oleh semua lapisan


masyarakat baik untuk berekreasi sebagai kawasan wisata alam, untuk
berolah raga pendakian, maupun pendidikan dan kelestarian budaya cagar
alam. Mereka hadir dari berbagai kota dan daerah, kelompok masyarakat
muda maupun kelompok umur tua dengan berbagai tujuan yang berbeda.

Selain itu dalam Perda Provinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun 2003
disebutkan bahwa kawasan hutan gunung ciremai termasuk dalam kawasan
perlindungan alam plasma nutfah eks-situ, kawasan rawan bencana gunung
berapi dan kawasan rawan gempa bumi.

2. Geografi

Kabupaten Kuningan terletak pada titik koordinat 108° 23' - 108°


47' Bujur Timur dan 6° 47' - 7° 12' Lintang Selatan. Sedangkan ibu
kotanya terletak pada titik koordinat 6° 45' - 7° 50' Lintang Selatan dan
105° 20' - 108° 40' Bujur Timur.
Gambar 1. Peta Kuningan

Dilihat dari posisi geografisnya terletak di bagian timur Jawa Barat


berada pada lintasan jalan regional yang menghubungkan kota Cirebon
dengan wilayah Priangan Timur dan sebagai jalan alternatif jalur tengah
yang menghubungkan Bandung-Majalengka dengan Jawa Tengah. Secara
administratif berbatasan dengan:

Sebelah Utara : Kabupaten Cirebon

Sebelah Timur : Kabupaten Brebes (Jawa Tengah)

Sebelah Selatan : Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Cilacap (Jawa Tengah)

Sebelah Barat : Kabupaten Majalengka

Sebagian besar wilayah merupakan lereng bukit dan pegunungan


dengan rata-rata ketinggian di bagian utara dan barat sekitar 700 m serta
sebelah selatan dan timur antara 120 s/d 222 m. Kabupaten Kuningan terdiri
atas 32 Kecamatan, 15 Kelurahan dan 361 Desa.

3. PENDUDUK
Komposisi penduduk Kabupaten Kuningan masih didominasi oleh
penduduk muda dan dewasa. Hal menarik yang dapat diamati pada piramida
penduduk adalah adanya perubahan semakin menurunnya jumlah penduduk
pada kelompok penduduk usia muda baik laki-laki maupun perempuan yang
menunjukkan keberhasilan Pemerintah Kabupaten Kuningan dalam
menekan laju pertumbuhan penduduk.

Gambar 2. Piramida Penduduk Kuningan Tahun 2014

Tabel 1. Jumlah Penduduk Kuningan Berdasarkan Kelompok Usia Tahun


2014
Kelompok umur Penduduk ( orang )
Laki – laki Perempuan Jumlah
0–4 46 479 45 374 91 853
5–9 48 264 42 958 91 222
10 – 14 53 614 49 907 103 521
15 – 19 40 558 37 423 77 981
20 – 24 38 585 30 883 69 468
25 – 29 35 899 42 228 78 127
30 – 34 36 121 38 100 74 221
35 – 39 42 045 41 008 83 053
40 – 44 34 644 34 708 69 353
45 – 49 38 997 38 658 77 654
50 – 54 31 689 32 018 63 707
55 – 59 23 730 23 682 47 412
60 – 64 22 425 20 511 42 936
65 – 69 11 776 15 139 26 915
70 – 74 8 626 11 639 20 266
75 + 13 939 16 937 30 875
Jumlah 527 391 521 173 1 048 564

Jumlah penduduk Kabupaten Kuningan pada Tahun 2014 mencapai


1.048.564 jiwa dengan komposisi laki-laki sebanyak 527.391 jiwa dan
perempuan sebanyak 521.173 jiwa. Jumlah penduduk laki-laki di Kabupaten
Kuningan lebih banyak dari pada penduduk perempuan. Hal ini dapat
ditunjukkan oleh angka sex ratio yaitu 101, artinya untuk setiap 100
penduduk perempuan terdapat 101 penduduk laki- aki. Berikut indikator
kependudukan kuningan tahun 2013-2014.

Tabel 2. Data Demografi Kuningan


Uraian 2013 2014
Jumlah penduduk 1.042.789 1.048.564
(jiwa)
Laki – laki 524.319 527.391
Perempuan 518.470 521.173
Luas wilayah (Km2) 1.195,71 1.195,71
Kepadatan penduduk 872 877
(Jiwa/Km2
Sex ratio (L/P) 101 101

Secara umum posisi dan topografi Kabupaten Kuningan merupakan


daerah potensi pengembangan sektor pertanian. Oleh sebab itu sektor
pertanian menjadi salah satu produksi andalan Kabupaten Kuningan,
sehingga sebagian besar penduduk Kuningan bekerja sebagai petani.

4. REKAYASA KASUS
Dikabarkan terjadi peningkatan aktivitas gunung ciremai. Telah terjadi
sedikitnya 6 kali gempa vulkanik. Peringatan untuk mengungsi sudah di
informasikan kepada penduduk yang tinggal di sekitar gunung ciremai. Pada
15 mei 2016 pagi hari pukul 05.00 WIB gunung ini meluapkan lava
pijarnya. Letusan terjadi cukup besar menerbangkan abu vulkanik dan
material - material yang lainnya. Abu vulkanik dilaporkan telah mencapai
Kabupaten majalengka. Di kabupaten Kuningan, teramati hampir seluruh
wilayah tertutup abu vulkanik yang cukup tebal hingga jarak pandang hanya
sejauh 2 m. Ketebalan abu vulkanik di kawasan Kuningan dan Majalengka
diperkirakan lebih dari 3 cm. Dampak abu vulkanik juga mengarah ke arah
Barat Jawa, dan dilaporkan sudah mencapai Kota Cirebon, Kabupaten
Ciamis, Bandung dan beberapa daerah lain di Jawa Barat. Dikabarkan
terdapat 10 korban jiwa terdiri dari lansia dan anak karena korban tidak
menghiraukan himbauan untuk mengungsi sehingga tertimpa bangunan
rumahnya dan penyakit yang disebabkan oleh abu vulkanik. Ketebalan abu
vulkanik ini menyulitkan tim untuk melakukan evakuasi dan penyaluran
bantuan.

5. HAZARD
Kabupaten Kuningan terletak di sisi barat daya dari gunung Ciremai
yang akan terkena dampak jika terjadi letusan gunung. Gunung Ceremai
termasuk gunungapi Kuarter aktif, tipe A yakni, gunungapi magmatik yang
masih aktif semenjak tahun 1600. Letusan G. Ceremai tercatat sejak 1698
dan terakhir kali terjadi tahun 1937 dengan selang waktu istirahat terpendek
3 tahun dan terpanjang 112 tahun. Tiga letusan 1772, 1775 dan 1805 terjadi
di kawah pusat tetapi tidak menimbulkan kerusakan yang berarti. Pada
tahun 1917 dan 1924 terjadi letusan uap belerang dan asap Fumarola secara
kuat dari tebing kawah sebelah selatan sehingga membuat lubang yang
cukup besar. Pada 24 Juni 1937 – 7 Januari 1938 terjadi letusan freatik di
kawah pusat dan celah radial. Sebaran abu mencapai daerah seluas
52,500 km bujursangkar.

6. VULNERABILITY
a. Kerentanan dari Aspek Lingkungan
Gunung ciremai adalah gunung tertinggi di Jawa Barat yang terletak
pada ketinggian 3.078 meter dari permukaan laut dan merupakan salah
satu ekosistem pegunungan yang terletak tidak terlalu jauh dengan
laut. Kawasan rawan bencana letusan gunung berapi dengan luas
kurang lebih 3.743 hektar.

b. Kerentanan dari Aspek Sosial


 Tingkat kepadatan penduduk
Kepadatan penduduk menunjukkan persebaran penduduk di
suatu daerah tertentu yang diperoleh dengan membagi jumlah
penduduk dengan luas wilayah. Pada tahun 2014 Kabupaten
Kuningan memiliki luas wilayah 1.195,71 km2 dengan
penduduk 1.048.564 jiwa memiliki kepadatan penduduk
mencapai 877 jiwa/km2 . Ini berarti rata-rata setiap km2 wilayah
Kabupaten Kuningan dihuni oleh 877 jiwa.
 Persentase jumlah lansia dan balita
Jumlah balita dengan usia 0 – 4 tahun berjumlah 91.853 jiwa
dan lansia berusaha diatas 60 tahun berjumlah 120.992 jiwa.
c. Kerentanan dari Aspek Ekonomi
Kondisi fisik dan sarana prasarana pendidikan di sekolah-sekolah
cukup baik. lebih banyak bekerja sebagai petani dan sebagian
memiliki usaha untuk mencukupi kebutuhannya.

7. CAPACITY
Kabupaten Kuningan memiliki 7 unit rumah sakit tipe b,c dan d
dengan jumlah tempat tidur 797. Jumlah tenaga medis yang tercatat di RS
Kabupaten Kuningan sebnyak 49 dokter umum, 38 dokter spesialis dan 6
dokter gigi. Sejumlah puskesmas tersebar di 39 wilayah kabupaten
Kuningan dengan jumlah tenaga medis sebanyak 69 dokter umum dan 20
dokter gigi.

8. DISASTER MANAGEMENT
Dalam penyelenggaraan operasi badan oenanggulangan bencana
daerah atau BPBD Kabupaten Kuningan menyelenggarakan siaga
penanggulangan bencana, ada 5 komponen kesiapsiagaan penanggulangan
bencana yang yang harus dibangun kemampuannya, agar pelayanan jasa
penanggulangan bencana dapat dilakukan dengan baik. Komponen-
komponen tersebut antara lain:

a. Kesiapan manajemen operasi penanggulangan bencana,


b. Kesiapan fasilitas penanggulangan bencana,
c. Kesiapan komunikasi penanggulangan bencana,
d. Kesiapan pertolongan darurat penanggulangan bencana,
e. Dokumentasi
Penanganan bencana letusan gunung berapi dibagi menjadi tiga
bagian, yaitu persiapan sebelum terjadi letusan, saat terjadi letusan dan
setelah terjadi letusan.
A. Pra bencana
 Pencegahan
Pencegahan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana adalah memberi
pengetahuan mengenai resiko bencana yang dapat terjadi di wilayah
tersebut. Penduduk diberikan pelatihan atau simulasi jika terjadi
kembali letusan gunung Ciremai serta persiapan dan latihan
menyelamatkan diri (survival) dalam keadaan darurat dan jalur
evakuasi yang aman menuju pengungsian, mempersiapkan kebutuhan
dasar dan dokumen penting.
 Mitigasi
Pada fase ini dilakukan upaya untuk memperkecil jumlah
korban jiwa dan kerugian harta benda akibat letusan gunung berapi,
tindakan yang perlu dilakukan adalah :
- Pemantauan, aktivitas gunung api dipantau selama 24 jam
menggunakan alat pencatat gempa (seismograf).
- Tanggap Darurat, tindakan yang dilakukan oleh DVMBG ketika
terjadi peningkatan aktivitas gunung berapi, antara lain
mengevaluasi laporan dan data, membentuk tim Tanggap
Darurat, mengirimkan tim ke lokasi, melakukan pemeriksaan
secara terpadu.
- Pemetaan, Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung berapi dapat
menjelaskan jenis dan sifat bahaya gunung berapi, daerah rawan
bencana, arah penyelamatan diri, lokasi pengungsian, dan pos
penanggulangan bencana.
- Penyelidikan gunung berapi menggunakan metoda Geologi,
Geofisika, dan Geokimia. Hasil penyelidikan ditampilkan dalam
bentuk buku, peta dan dokumen lainya.
- Sosialisasi, petugas melakukan sosialisasi kepada Pemerintah
Daerah serta masyarakat terutama yang tinggal di sekitar
gunung berapi.
B. Saat terjadi letusan

 Hindari daerah rawan bencana seperti lereng gunung, lembah


dan daerah aliran lahar.
 Ditempat terbuka, lindungi diri dari abu letusan dan awan panas.
Persiapkan diri untuk kemungkinan bencana susulan.
 Kenakan pakaian yang bisa melindungi tubuh seperti: baju
lengan panjang, celana panjang, topi dan lainnya.
 Jangan memakai lensa kontak.
 Pakai masker atau kain untuk menutupi mulut dan hidung.
 Saat turunnya awan panas usahakan untuk menutup wajah
dengan kedua belah tangan.

C. Pasca letusan

 Jauhi wilayah yang terkena hujan abu.


 Bersihkan atap dari timbunan abu. Karena beratnya, bisa
merusak atau meruntuhkan atap bangunan.
 Hindari mengendarai mobil di daerah yang terkena hujan abu
sebab bisa merusak mesin.
Daftar pustaka

1. Profil Daerah Kabupaten Kuningan. Available At


:Http://Jabarprov.Go.Id/Index.Php/Pages/Id/1048. Accesses On 19 May
2017.
2. Kawasan Gunung Ciremai. Available At :
Https://Www.Kuningankab.Go.Id/Sumber-Daya-Alam/Kawasan-Gunung-
Ciremai. Accesses On 19 May 2017.
3. Statisktik Daerah Kabupaten Kuningan Tahun 2015. Badan Pusat Statistik
Kabupaten Kuningan. Available At :
Https://Kuningankab.Bps.Go.Id/Website/Pdf_Publikasi/Statistik-Daerah-
Kabupaten-Kuningan-Tahun-2015.Pdf. Accesses On 19 May 2107.
4. Gunung Berapi. Available At :
Http://Bpbd.Bone.Go.Id/Index.Php?Option=Com_Content&View=Article&
Id=214&Itemid=176. Accesses On 21 May 2017.
5. Mekanisme Kesiapsiagaan Penanggulangan Bencana Bpbd Kabupaten
Kuningan. Available At : Http://Bpbd.Kuningankab.Go.Id/Mekanisme-
Kesiapsiagaan. Accesses On 20 May 2017.
6. Kawasan Rawan Letusan Gunung Berapi. Available At :
Http://Bpbd.Kuningankab.Go.Id/Kawasan-Rawan-Letusan-Gunung-Berapi.
Accesses On 20 May 2017.

Anda mungkin juga menyukai