PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
Berdasarkan informasi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
Geologi (PVMBG) Gunungapi Lamongan mengalami penurunan
aktifitas sejak 1898 dan mulai meningkat kembali pada tahun 1925
hingga 2005 dan dinyatakan aktif namun masih berstatus Normal
(Level I). Oleh karena itu sebagai bentuk kesiapsiagaan dalam
menghadapi semua kemungkinan terjadinya letusan kembali,
dibutuhkan rencana kontingensi untuk menghadapi ancaman
bencana letusan Gunungapi Lamongan.
Dalam rencana kontingensi kali ini, wilayah yang menjadi fokus
adalah desa-desa di tiga Kabupaten yaitu Kabupaten Lumajang,
Kabupaten Probolinggo dan Kabupaten Jember khususnya yang
berada sekitar kawasan rawan bencana Gunungapi Lamongan. Saat
eskalasinya meningkat, rencana kontingensi dapat menjadi dasar
bagi rencana operasi dan tanggap darurat dalam penanganan
bencana letusan Gunungapi Lamongan di tingkat Provinsi, agar lebih
terpadu melibatkan tiga unsur penanggulangan bencana,
pemerintah, masyarakat dan dunia usaha.
2
1830, Februari–Maret terjadi erupsi pada kawah pusat, terjadi leleran
lava
1838, (4-6 Juli, 18 Oktober), terjadi erupsi normal di kawah utama,
semburan lava pijar yang berulang-ulang
1841, erupsi di kawah utama, diikuti longsoran pada sebagian
dinding kawah
1843, erupsi-erupsi di kawah utama, disertai semburan lava pijar. 3
orang tewas.
1844, erupsi abu di kawah utama
1847, 26 Maret-26 Juni, terjadi erupsi normal pada kawah pusat,
erupsi-erupsi di kawah utama, disertaileleran lava
1848, Juni-September terjadi erupsi normal pada kawah pusat,
erupsi parasiter dan aliran lava
1849, erupsi di kawah utama, disertai leleran lava
1856, 1 Maret sampai 14 Juni terjadi erupsi di kawah utama
1859, Pebruari–Maret terjadi erupsi di kawah utama. Mulai 27
Februari pukul 23.00 jatuh hujan abu di daerah Probolinggo.
28 Pebruari pukul 06.00 abu sampai daerah Pamekasan.
1860, terjadi erupsi pada kawah utama
1864, 9 dan 10 Juni malam terjadi hujan abu sekitar lereng G.
Lamongan, dan puncaknya berwarna kemerah-merahan. 12
Juni sebagian dinding kawah runtuh. 2 Juli di Lumajang dan
Pasuruan jatuh hujan abu yang mengandung belerang, erupsi
di kawah utama, terjadi leleran lava
1869, 6 April, pukul 07.00 kegiatan meningkat dan terjadi aliran lava,
6 rumah di Desa Solok terbakar. 12 September terjadi erupsi
di kawah utama, yang mengakibatkan 8 orang meninggal,
karena tertimpa bom gunungapi dan abu. 1870, 2 Maret, pukul
06.00 terjadi erupsi, lamanya 3 jam. 18 Agustus terjadi hujan
abu sampai Krakatau
1871, 22–24 Januari, di lereng selatan dan puncak Barat terjadi
hujan abu, di waktu malam hari terlihat lidah api di sekitar
puncak
1872, 15 Agustus–18 September terjadi hujan abu di sekitar puncak
3
1873, 20 Mei, pagi hari dan 20 Agustus terjadi erupsi asap pada
kawah pusat
1877, 11 Mei selama 24 jam terjadi hujan abu di daerah Probolinggo.
Hujan abu ini sampai Pasuruan danSurabaya. 18 bahu
tanaman rakyat rusak. Aliran lava sejauh 2 km dari puncak.
1883, 13 April terjadi erupsi parasiter dengan aliran lava di lereng
Barat Daya pada titik ketinggian 950 m.Lava ini panjangnya
3500 m, lebar 300 m, dan tebal antara 10 sampai 15 m,
kecepatan 1 m/jam.Akibat aliran lava ini banyak pohon dan
tanaman rakyat rusak.
1884, 14 Januari–16 April dan 23 Juni terjadi erupsi normal pada
kawah utama
1885-1886, 28 Maret, bagian puncak sebelah Barat yang dahulunya
berbentuk kerucut tampak terbelah maka terlihatlah erupsi
yang keluar dari celah tersebut. Pada bulan April terlihat aliran
lava kearah Barat Daya, sepanjang 1,6 km, lebar 25 m, tebal
antara 5–10 meter. Oktober 1886 terjadi hujan abudi sekitar
Desa Padagangan
1887, dalam bulan Juli dan November terjadi erupsi normal pada
kawah utama. Skala erupsi IV, volume bahan erupsi : 0,010
km3, BD 2.3, energi kalor yang dilepaskan 2.9, 10, 23 erg,
kesetaraan Bom Atom 34.4.
1889, April, terjadi erupsi freatik. 7 September terjadi hujan abu di
Probolinggo. Oktober dan Novemberterjadi peningkatan
aktivitas.
1890, Maret–Mei dan September–Desember terjadi erupsi normal
pada kawah utama
1891, Januari ?, September–Oktober, terjadi erupsi normal pada
kawah utama dan aliran lava
1892, November, terjadi erupsi normal pada kawah utama, awan
panas, daerah rusak
1896, 5 September, terjadi erupsi abu dan pasir, disertai suara
dentuman dan gemuruh. 9 September terjadi hujan abu di
Desa Papringan dan Sumberweringin setebal 1,5 cm.
4
Penyebaran abu ini sampai di daerah Probolinggo, Besuki,
Welingi dan Surabaya
1898, 5 Februari terjadi erupsi dasyat dari suatu titik yang letaknya di
lereng barat, gunung ini pada ketinggian 400 m dpl. Titik
erupsi ini membentuk suatu bukit, dengan sisa aliran lava di
timur laut Gunung Kene (tinggi 43 m), bukit baru yang
terbentuk ini disebut Gunung Anyar.
1925 terjadi gempa bumi tektonik lokal yang bersumber di sebelah
barat Gunungapi Lamongan yang mengakibatkan terjadi
retakan tanah.
1978 terjadi gempa bumi tektonik lokal yang bersumber di sebelah
barat Gunungapi Lamongan yang mengakibatkan terjadi
retakan tanah.
1985 terjadi gempa bumi tektonik lokal yang bersumber di sebelah
barat Gunungapi Lamongan yang mengakibatkan terjadi
retakan tanah.
1988 terjadi gempa bumi tektonik lokal yang bersumber di sebelah
barat Gunungapi Lamongan yang mengakibatkan terjadi
retakan tanah.
1989 terjadi gempa bumi tektonik lokal yang bersumber di sebelah
barat Gunungapi Lamongan yang mengakibatkan terjadi
retakan tanah.
1991 terjadi gempa bumi tektonik lokal yang bersumber di sebelah
barat Gunungapi Lamongan yang mengakibatkan terjadi
retakan tanah.
2005 terjadi peningkatan kegempabumian
5
B. GAMBARAN UMUM
1. Kabupaten Lumajang
Kabupaten Lumajang terletak antara 112º 53' sampai dengan 113º
23' Bujur Timur dan 7º 54' sampai dengan 8º 23' Lintang Selatan,
dengan batas administrasi :
6
yaitu Sungai Asem, Mujur, rejali, Bondoyudo dan Glidik. Sehingga
secara geografis Kabupaten Lumajang memiliki gunung, perbukitan /
dataran tinggi, dataran rendah dan sungai serta merupakan suatu
wilayah yang berpotensi rawan bencana. Bencana alam yang
kemungkinan timbul dan terjadi diantaranya bencana tanah longsor,
banjir, angin puting beliung, kekeringan, kebakaran hutan / lahan dan
imbas letusan Gunungapi Semeru dan Lamongan.
7
2. Kabupaten Probolinggo
Kabupaten Probolinggo terletak pada koordinat 111° 50’ – 113° 13’
Bujur Timur dan 70° 40’ – 80° 10’ Lintang Selatan, yang membentang
sepanjang 56 Km di pesisir utara Pulau Jawa dengan luas wilayah ±
1.696,16 Km2. Secara geografis Kabupaten Probolinggo memiliki
batas-batas wilayah administrasi antara lain sebagai berikut :
8
Gunungapi aktif yang berada di wilayah Probolinggo yaitu Gunungapi
Bromo 2.329 mdpl dan Gunungapi Lamongan 1.668 mdpl.Serta 25
sungai yang melintas kabupaten ini, salah satunya yang terpanjang
adalah Sungai Rondoningu 95,2 Km. Sehingga secara geografis
Kabupaten Probolinggo memiliki gunung, perbukitan / dataran tinggi,
dataran rendah dan sungai serta merupakan suatu wilayah yang
berpotensi rawan bencana. Bencana alam yang kemungkinan timbul
dan terjadi diantaranya bencana tanah longsor, banjir, angin puting
beliung, kekeringan, kebakaran hutan / lahan dan imbas letusan
Gunungapi Bromo dan Gunungapi Lamongan.
9
No. Kecamatan Laki Perempuan Jumlah
22 Lumbang 15,920 16,581 32,501
23 Tongas 33,967 35,047 69,014
24 Sumberasih 32,154 32,518 64,672
589,556 602,228 1,191,784
3. Kabupaten Jember
Kabupaten Jember merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur.
Lokasinya berdekatan dengan kabupaten Probolinggo, Lumajang,
Banyuwangi dan Bondowoso. Secara geografis, daerah Jember
terletak 0 – 3.330 meter dari permukaan air laut dengan lokasi
koordinat 7º59’6” – 8º33’56” Lintang Selatan dan 113º30 - 114º02’30”
Bujur Timur, dengan batas administrasi :
10
Gambar 1.4 Peta Batas Kecamatan Kabupaten Jember
11
No. Kecamatan Laki Perempuan Jumlah
11 Ajung 36,994 37,422 74,416
12 Rambipuji 38,598 40,336 78,934
13 Balung 38,056 38,949 77,005
14 Umbulsari 34,397 35,142 69,539
15 Semboro 21,422 22,053 43,475
16 Jombang 24,511 25,492 50,003
17 Sumberbaru 48,421 50,995 99,416
18 Tanggul 40,459 42,301 82,760
19 Bangsalsari 55,296 58,609 113,905
20 Panti 29,055 30,344 59,399
21 Sukorambi 18,587 19,363 37,950
22 Arjasa 18,567 19,488 38,005
23 Pakusari 20,287 21,426 41,713
24 Kalisat 36,630 38,332 74,962
25 Ledokombo 30,621 31,907 62,528
26 Sumberjambe 29,430 30,696 60,126
27 Sukowono 28,567 30,167 58,734
28 Jelbuk 15,483 16,479 31,962
29 Kaliwates 54,391 57,470 111,861
30 Sumbersari 61,975 64,304 126,279
31 Patrang 46,684 47,787 94,471
1,146,856 1,185,870 2,332,676
12
C. POTENSI KEJADIAN BENCANA
13
Selain mengancam kesehatan dan lingkungan hidup manusia, abu
erupsi Gunungapi Lamongan juga memungkinkan akan menjadi
ancaman serius terhadap kelancarantransportasi udara yang melintasi
kawasan sekitar kompleks Gunungapi Lamongan. Analisis geologi,
geokimia dan geofisika secara terintegrasi menyimpulkan bahwa erupsi
Gunungapi Lamongan pada masa mendatang diperkirakan terjadi di
sekitar Kawah Lamongan sebagai kawah aktif di kompleks Gunungapi
Lamongan sekarang dan juga memungkinkan timbulnya letusan dari
sesar yang terjadi di sekitar Gunungapi Lamongan akibat tekanan
lempeng. Ancaman bahaya gunungapi berupa aliran piroklastika,
jatuhan piroklastika, aliran lava, dan lahar letusan. Kawasan kompleks
Gunungapi Lamongan yang memiliki potensi ancaman tergambar
dalam ilustrasi peta prakiraan bahaya gunung api (Gambar 1.3). Batas
pemaparan zona bahaya didasarkan pada pendekatan deterministik
semi kuantitatif dan kondisi morfologinya. Selain bahaya gunungapi
yang dihasilkan erupsi, bahaya lainnya / lanjutan datang dari abu /
pasir hasil erupsi yang menumpuk berpotensi menghasilkan lahar
hujan apabila terjadi hujan dengan intensitas tinggi.
14
kegiatan gunungapi tersebut kembali ke tingkat normal. Kawasan
Rawan Bencana II dapat dibedakan menjadi 2 kawasan yakni :
a. Kawasan Rawan Bencana terhadap aliran massa berupa aliran
lava dan aliran lahar.
b. Kawasan Rawan Bencana terhadap material lontaran dan jatuhan
berupa lontaran batu (pijar), dan hujan batu lebat.
15
Gambar 1.6 Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Lamongan
16
D. PERATURAN DAN KELEMBAGAAN
17
13. Perka BNPB No 10 Tahun 2008 tentang Komando Tanggap
Darurat,
14. Perka BNPB No 13 Tahun 2008 tentang Manajemen Logistik,
15. Perka BNPB No 4 Tahun 2009 tentang Bantuan Logistik,
16. Perka BNPB No 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Peralatan,
17. Perka BNPB Nomor 6 Tahun 2009 tentang Pergudangan,
18. Perka BNPB Nomor 17 Tahun 2009 tentang Standarisasi
Peralatan,
19. Perka BNPB Nomor 18 Tahun 2009 tentang Standarisasi Logistik,
20. Perka BNPB Nomor 13 Tahun 2010 tentang Pedoman Mekanisme
Pemberian Bantuan Perbaikan Darurat,
21. Perka BNPB Nomor 14 Tahun 2010 tentang Pedoman
Pembentukan Pos Komando tanggap Darurat Bencana,
22. Perka BNPB Nomor 18 Tahun 2010 tentang pedoman distribusi
bantuan logistic dan peralatan PB,
23. Perka BNPB Nomor 2 Tahun 2012 Pedoman Umum Kajian Risiko
Bencana,
24. Perka BNPB Nomor 3 Tahun 2012 tentang Panduan Penilaian
Kapasitas Daerah dalam PB,
25. Peraturan Gubernur Provinsi Jawa Timur Nomor 29 Tahun 2009
tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata kerja BPBD,
26. Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Probolinggo Nomor 09
Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan
Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Probolinggo
27. Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Lumajang Nomor 20 Tahun
2000 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah
Kabupaten Lumajang sebagaimana telah dirubah dengan
Peraturan Daerah Kabupaten Lumajang Nomor 17 Tahun 2002,
28. Perda Kabupaten Lumajang Nomor 2 Tahun 2011 tentang
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan
Bencana Daerah Kabupaten Lumajang,
29. Perda Kabupaten Lumajang Nomor 1 Tahun 2013 tentang
Penanggulangan Bencana,
18
30. Perda Kabupaten Lumajang Nomor 2 Tahun 2013 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lumajang 2012 – 2013,
31. Perda Kabupaten Jember Nomor 7 Tahun 2012 tentang Bagan
Organisasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten
Jember.
19
II. PENILAIAN BAHAYA, PENENTUAN KEJADIAN DAN
PENGEMBANGAN SKENARIO KEJADIAN
A. PENILAIAN BAHAYA
20
probabilitas dan dampak dengan skala 1 (satu) sampai dengan 4
(empat) dapat diisi seperti yang terlihat pada tabel 2.1.
1 BANJIR 3 3
GELOMBANG
3 2 1
PASANG / ABRASI
4 GEMPA BUMI 2 1
5 KEBAKARAN 3 1
KEBAKARAN HUTAN
6 2 2
DAN LAHAN
KECELAKAAN
7 1 1
INDUSTRI
KECELAKAAN
8 1 1
TRANSPORTASI
9 KEKERINGAN 2 3
LETUSAN GUNUNG
10 3 4
API
11 PUTING BELIUNG 3 2
12 TANAH LONGSOR 3 3
13 TSUNAMI 1 4
21
Gambar 2.2 Matriks Penilaian Bahaya
B. PENENTUAN KEJADIAN
22
deformasi, seismik dan monitoring suhu secara kontinu oleh Pos
Pengawas Gunung Api (PPGA).
23
amplitude lebih besar dari 20 mm. Berkaitan dengan rentetan gempa
bumi tercatat 18 rumah yang berada di desa Ranu Gedang,
Kecamatan Tiris, Kabupaten Probolinggo mengalami kerusakan
sedang (dinding retak-retak). Sekalipun pada akhirnya tanggal 7
Januari 2005 seismograf sudah tidak merekam lagi Gempa Bumi
Tremor dan jumlah Gempa Bumi Vulkanik serta Tektonik menurun
tajam, kemudian status Gunungapi Lamongan diturunkan menjadi Aktif
Normal (Level I) hingga dokumen ini ditulis, peristiwa ini mendorong
pemerintah daerah dan masyarakat untuk tetap siap siaga adanya
kemungkinan perubahan status akibat kegempaan yang nilainya
signifikan.
Gunungapi Lamongan menjadi sorotan karena belum memiliki rencana
kontingensi tingkat Provinsi sekalipun telah dibuat rencana kontingensi
di tiga kabupaten yang kemungkinan terdampak. Untuk meningkatkan
kesiapsiagaan untuk menghadapi kemungkinan potensi erupsi dengan
eskalasi tingkat Provinsi dan mengurangi jumlah korban serta kerugian
yang bisa ditimbulkan dari letusan Gunungapi Lamongan.
WAKTU KEJADIAN :
Terjadi disaat siang hari, dimana jumlah penduduk mengalami
peningkatan dan masih ada aktifitas penduduk.
INTENSITAS :
Gunung mengeluarkan aliran lava, lontaran batu pijar dan hujan abu
serta potensi bencana ikutan berupa banjir lahar dingin.
24
LOKASI ANCAMAN :
1. Kabupaten Probolinggo :
a. Kecamatan Tiris
Desa Tlogosari,
Desa Andungsari,
Desa Tlogoargo,
Desa Tiris,
Desa Ranuagung,
Desa Segaran,
Desa Ranugedang,
Desa Jangkang,
Desa Racek,
Desa Pesawahan,
Desa Pedagangan,
Desa Rejing.
2. Kabupaten Lumajang :
a. Kecamatan Ranuyoso
Desa Ranu Bedali
Desa Alun-alun
Desa Sumberpetung
b. Kecamatan Klakah
Desa Tegalrandu
Desa Papringan
Desa Ranu Pakis
Desa Duren
Desa Sumber Wringin
c. Kecamatan Randuagung
Desa Salak
Desa Ranulogong
Desa Tunjung
Desa Ranu Wurung
Desa Kali Penggung
3. Kabupaten Jember :
a. Kecamatan Sumberbaru
25
Desa Jambesari
Desa Kaliglagah
Desa Jamintoro
Desa Gelang
Desa Jatiroto
DURASI BENCANA :
Erupsi terjadi selama 14 hari.
26
III. PENGEMBANGAN SKENARIO DAMPAK
A. Aspek Kependudukan
Asumsi dampak pada aspek kependudukan dapat berupa: kematian,
pengungsian yang terdiri dari luka-luka dan sehat, hilang serta
pindah. Besarnya asumsi dampak terhadap aspek kependudukan
sangat tergantung dari kerentanan dan kapasitas penduduk yang
terdampak. Untuk itu diperlukan analisis yang lebih dalam
27
menentukan sejauhmana dampak terhadap aspek kehidupan
masyarakat. Semakin tinggi kerentanan dan semakin rendah
kapasitas masyarakat di suatu wilayah, maka akan semakin besar
dampak bencana terhadap aspek kehidupan masyarakat.
D. Aspek Lingkungan
Asumsi dampak pada aspek lingkungan dapat berupa: pencemaran
dan kerusakan lingkungan hidup seperti pencemaran sumber air
penduduk, pencemaran udara, kerusakan lahan perkebunan dan lain-
lain. Pengembangan asumsi dampak lingkungan akan sangat
bergantung kepada jenis bencana dan kondisi daerah terdampak.
28
Tabel 3.1 Asumsi Dampak Aspek Kependudukan
29
Tabel 3.2 Asumsi Dampak Aspek Kependudukan Menurut Kelompok Rentan dan Umur
30
Tabel 3.3 Asumsi Dampak Pada Aspek Sarana dan Prasarana
31
Tabel 3.4 Asumsi Dampak Aspek Sosial Ekonomi
32
Tabel 3.5 Asumsi Dampak Aspek Lingkungan
33
IV. PENETAPAN TUJUAN DAN STRATEGI KEADAAN DARURAT
A. TUJUAN
Melaksanakan penanggulangan bencana erupsi Gunungapi Lamongan di
Provinsi Jawa Timur secara terstruktur, terencana, terpadu, terkoordinasi
dan terukur untuk mengutamakan penyelamatan jiwa manusia, harta
benda maupun aset-aset hasil pembangunan dan lingkungan.
B. STRATEGI
1. Menyiapkan penetapan Siaga Darurat / Tanggap Darurat / Transisi
Darurat melalui surat pernyataan Gubernur.
2. Kabupaten yang terdampak menyiapkan penetapan Siaga Darurat /
Tanggap Darurat / Transisi Darurat melalui surat pernyataan Bupati.
3. Menetapkan masa tanggap darurat selama 14 hari (bisa diperpanjang
sesuai kebutuhan dengan diikuti surat pernyataan Gubernur/Bupati).
4. Menyusun dan menetapkan Struktur Komando Tanggap Darurat.
5. Mendirikan Posko Utama Penanggulangan Bencana dan pos-pos
bantuan dari tingkat kabupaten, kecamatan maupun desa dan
Memerintahkan kepada instansi terkait untuk memberikan pelayanan
secara maksimal.
6. Merealisasikan prosedur tetap yang dibuat sebelum terjadinya
bencana erupsi Gunungapi Lamongan.
7. Membagi tugas pelaksanaan kerja dari unsur yang terkait.
8. Memerintahkan seluruh Dinas Instansi / Lembaga / Masyarakat untuk
mengerahkan semua sumber daya dan potensi dengan
mempergunakan sarana dan prasarana yang sudah disiapkan
sebelumnya (berdasarkan kesepakatan penyusunan rencana
kontingensi).
9. Menginventarisir semua kerusakan dan kerugian yang ditimbulkan
oleh bencana tersebut.
34
10. Mengidentifikasi jenis bantuan, menghimpun bantuan serta
distribusinya.
11. Memperhatikan nilai kearifan lokal dan nilai kebajikan dimasyarakat
terdampak dan sekitarnya.
12. Identifikasi dan evakuasi korban baik yang masih hidup maupun yang
sudah meninggal dunia,
13. Mengidentifikasi dan mengolah data korban dan pengungsi.
14. Menyebarluaskan informasi bencana yang terjadi melalui media cetak
dan elektronik.
15. Menentukan titik kumpul, mendirikan Tempat Evakuasi Sementara
(TES) dan menyiapkan penampungan pengungsi (hunian sementara)
serta pelayanan pengungsi dengan melibatkan potensi masyarakat.
16. Melaksanakan pelayanan kebutuhan dasar untuk korban dan
pengungsi antara lain pelayanan kesehatan, dapur umum, pangan,
air bersih, MCK, sanitasi, bilik khusus, pendidikan dan layanan
psikososial.
17. Memprioritaskan perlindungan maupun pelayanan terhadap kelompok
rentan yang meliputi lansia, anak-anak, pasien rumah sakit,
penyandang cacat, ibu hamil dan yang berkebutuhan khusus.
18. Memastikan dukungan logistik untuk korban bencana terdistribusi
dengan baik, cepat dan tepat sasaran.
19. Apabila dampak yang ditimbulkan diluar kemampuan otorita daerah
terdampak, maka perlu dilakukan pengajuan bantuan yang
dibutuhkan kepada donatur sesuai aturan yang berlaku.
20. Mengevaluasi seluruh kegiatan yang sudah dilaksanakan.
21. Memberikan laporan pertanggungjawaban keuangan dan kegiatan
yang telah dilaksanakan.
35
V. PERENCANAAN SEKTORAL
Daya Tampung
No Tempat
(Orang)
A. KAB. PROBOLINGGO
1 GOR Wira Bakti & Lapangan 15.000
2 Stadion Semeru 25.000
3 Lapangan Suko 10.000
4 Lapangan Kutorenon 15.000
5 Lapangan Yonif 527 7.500
6 Asrama Nakertrans 1.000
7 Kantor Diklat 1.000
8 Stadion Jatiroto 10.000
9 Lapangan Jatiroto 10.000
B. KAB. LUMAJANG
1 Lapangan SMA Gading / Pacuan Kuda 50.000
2 Gudang PT Kertas Leces 28.000
3 Lapangan Leces
10.000
4 Lapangan Condong
C. KAB. LUMAJANG
1 Lapangan Sepak Bola Jatiroto I 1.260
2 Lapangan Sepak Bola Jatiroto II 1.260
36
3 Balai desa Jatiroto 250
4 Lapangan Sepak Bola Yosoratih 1.260
5 Lapangan Sumberrejo 1.260
6 Lapangan Sepak Bola Pronggowirawan 1.000
7 Lapangan Karapan Sapi 1.260
1. Situasi.
Pada darurat bencana Erupsi Gunungapi Lamongan akan
menimbulkan gangguan pada kehidupan masyarakat yang
terdampak, bahkan dapat menimbulkan korban jiwa dan hilangnya
anggota masyarakat. Asumsi dampak yang ditimbulkan terkait
dengan penduduk yaitu :
Jumlah penduduk terdampak : 161.992 jiwa
Asumsi penduduk mengungsi : 25.208 jiwa
Atas data tersebut perlu dilakukan tindakan penyelamatan dan
pencarian atas masyarakat yang terdampak bencana Erupsi
Gunungapi Lamongan.
2. Sasaran
a. Mengaktifkan operasi SAR yg dilakukan oleh Komando
Tanggap darurat bencana Erupsi Gunungapi Lamongan.
b. Mengerahkan Tim rescue dan peralatan evakuasi ke lokasi
bencana.
c. Terlaksananya proses evakuasi korban baik manusia, harta
benda, dan hewan peliharaan.
d. Membantu dan melakukan pertolongan bagi masyarakat
menuju tempat evakuasi sementara.
e. Mengkoordinir dan Menggerakkan potensi SAR yg ada
disekitar lokasi bencana (PMK, BPBD, TAGANA, TRC, TNI,
37
POLRI, Polisi Pamong Praja, PRAMUKA, PMI, RELAWAN
lainya yang berpotensi SAR)
f. Berkoordinasi dengan pihak/instansi terkait.
g. Melaporkan hasil operasi SAR kepada Komando Tanggap
Darurat Bencana dan potensi SAR lainnya
3. Kegiatan
Kegiatan yang harus dilakukan oleh sektor Pencarian dan
Penyelamatan (SAR) adalah melakukan operasi SAR dengan
melakukan pertolongan bagi masyarakat dan pencarian bagi
masyarakat yang hilang serta penyelamatan hewan peliharaan.
Lebih detil lagi dapat dilihat pada tabel 5.2.
1. Situasi
Dari wilayah terdampak, menyebabkan beberapa sarana
pelayanan kesehatan mengalami kerusakan sehingga tidak
berfungsi untuk memberikan pelayanan kesehatan. Hal ini
menyebabkan pelayanan kesehatan kepada pasien dilakukan di
tempat-tempat evakuasi yang telah ditentukan. Keseluruhan
korban yang terancam sebanyak 161.992 jiwa dengan kondisi
mengungsi 25.208 jiwa.
Korban akibat Erupsi Gunungapi Lamongan yang membutuhkan
pelayanan kesehatan lebih lanjut berasal dari lokasi pengungsian.
Selama masa tanggap darurat penduduk yang diprediksi akan
menderita sakit dengan rincian penyakit 30% ISPA, 25%
dermatitis, 20% diare, 10% penyakit darah tinggi, dan 15%
penyakit lainnya. Sedangkan bila selama masa tanggap darurat
38
terdapat pasien yang memerlukan penangganan lebih lanjut akan
dirujuk ke Rumah Sakit terdekat.
2. Sasaran
a. Adanya Pos Kesehatan dan psikososial;
b. Tersedianya pelayanan kesehatan dan psikososial yang
optimal dan merata;
c. Tersedianya SDM kesehatan dan psikososial yang profesional;
d. Tersedianya Rumah Sakit rujukan.
3. Kegiatan
Adapun kegiatan yang dilakukan sektor kesehatan untuk
penanggulangan dampak akibat Erupsi Gunungapi Lamongan
yaitu memberikan pelayanan kesehatan yang cepat, tepat, akurat
dan efisien dengan cara :
a. Melakukan RHA (Rapid Health Assessment) bidang kesehatan
pada saat bencana;
b. Mengoptimalkan sumber daya kesehatan yang meliputi obat
dan perbekalan kesehatan, peralatan kesehatan, sarana
penunjang kesehatan, dan fasilitas pelayanan kesehatan yang
meliputi Puskesmas Keliling, Puskesmas, Puskesmas
Pembantu, dan Jaringannya untuk pelayanan kesehatan;
c. Memberikan pelayanan kesehatan dan rujukan seoptimal
mungkin;
d. Menyiapkan tenaga medis dan paramedis untuk penanganan
pelayanan kesehatan;
e. Memperhatikan nilai-nilai kearifan lokal dan nilai-nilai kebajikan
dalam penanganan bencana.
39
C. SEKTOR MAKANAN DAN NUTRISI
1. Situasi
Sektor makanan dan nutrisi memiliki peran penting dalam masa
tanggap darurat. Kebutuhan makanan dan nutrisi yang layak bagi
pengungsi sesuai batasan umur merupakan aspek penting yang
harus dipenuhi dalam rangka pemenuhan kebutuhan dalam masa
tanggap darurat. Selain itu pemenuhan kebutuhan makanan dan
nutrisi bagi kelompok rentan seperti ibu hamil, ibu menyusui, dan
lanjut usia memerlukan perhatian khusus.
2. Sasaran
a. Menjamin tersedianya dan tercukupinya stok bahan makanan.
b. Pendistribusian bantuan makanan yang tepat sasaran dan
merata bagi pengungsi.
c. Terpenuhinya standar kebutuhan makanan dan nutrisi bagi
pengungsi.
d. Terpenuhinya standar kebutuhan makanan dan nutrisi untuk
kelompok rentan.
e. Menjaga kesehatan dan daya tahan tubuh pengungsi, untuk
mencegah timbulnya korban baru akibat penyakit yang di
timbulkan dari kejadian erupsi Gunungapi Lamongan.
3. Kegiatan Sektor
Kegiatan di sektor ini dapat dilihat pada tabel 5.6.
D. SEKTOR HUNTARA
1. Situasi
Identifikasi profil ancaman mengacu pada hasil kajian para pakar
dari Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG),
Daerah yang memiliki tingkat ancaman / dampak yang tinggi
40
berada pada radius ± 7 km dari pusat erupsi Gunungapi
Lamongan. Adapun lava dan lahar yang akan mengalir mencapai
kawasan penduduk. Penduduk yang berada pada kawasan
tersebut sejumlah 25.208 jiwa yang memang harus diungsikan
apabila terjadi bencana Erupsi Gunungapi Lamongan.
2. Sasaran
a. Tertampungnya pengungsi di tempat hunian sementara
(huntara)
b. Terlayaninya semua kebutuhan dasar pengungsi dan yang
bertahan, mulai dari balita sampai orang tua
c. Terpenuhinya kebutuhan sanitasi .
d. Tersalurnya kebutuhan distribusi makanan.
3. Kegiatan Sektor
Kegiatan di sektor ini dapat dilihat pada tabel 5.8.
1. Situasi
Pada darurat bencana Erupsi Gunungapi Lamongan akan
menimbulkan gangguan pada kehidupan masyarakat yang
terdampak yaitu masyarakat di sekitar Gunungapi Lamongan,
bahkan dapat menimbulkan korban jiwa dan hilangnya anggota
masyarakat dan rusaknya sarana prasarana di wilayah terdampak
yang meliputi; Kantor, Jembatan, Pasar tradisional, Jalan, Sekolah,
Listrik, Pipa air, Puskesmas, Tempat Ibadah, Toko/Mini market,
Jaringan Komunikasi dan sebagainya.
2. Sasaran
Sasaran sektor sarana dan prasarana adalah pemulihan fungsi dari
obyek dimaksud sehingga dapat kembali berfungsi untuk melayani
41
kegiatan pembangunan dan masyarakat. Adapun obyek sarana
prasarana yang akan di pulihkan fungsinya meliputi :
Kantor, Jembatan, Pasar tradisional, Jalan, Sekolah, Listrik, Pipa
air, Puskesmas, Tempat Ibadah, Toko/Mini market, saluran
drainase, Jaringan Komunikasi.
3. Kegiatan Sektor
Kegiatan yang harus dilakukan oleh sektor pemulihan sarana
prasarana adalah melakukan pemulihan sarana prasarana dengan
kegiatan :
a. Membenahi dan memperbaiki serta membangun kembali
sarana dan prasarana yang rusak berat maupun ringan
diakibatkan oleh Bencana Erupsi Gunungapi
Lamongantersebut.
b. Menurunkan alat berat untuk membersihkan jalan akibat
bencana agar akses jalan lebih mudah menuju lokasi
c. Menyiapkan Sarana dan Prasarana untuk di lapangan
Kegiatan di sektor ini dapat dilihat pada tabel 5.10. dan kebutuhan
sumber daya pada tabel 5.11.
F. SEKTOR PENDIDIKAN
1. Situasi
Dari wilayah terdampak, menyebabkan beberapa sarana
pendidikan mengalami kerusakan sehingga menyebabkan anak-
anak tidak dapat mengikuti kegiatan belajar. Diperlukan dukungan
sarana-prasarana serta tenaga pengajar untuk memenuhi
kebutuhan tersebut, baik bagi masyarakat yang berada di tempat
pengungsian maupun yang tetap berada di tempat tinggalnya
masing-masing.
2. Sasaran
a. Tersedianya sekolah lapangan;
b. Tersedianya tenaga pengajar yang profesional;
c. Terpenuhinya kebutuhan belajar-mengajar;
42
d. Terselenggaranya kegiatan belajar-mengajar.
3. Kegiatan
Adapun kegiatan yang dilakukan sektor Pendidikan untuk
penanggulangan dampak akibat bencana Erupsi Gunungapi
Lamongan yaitu memberikan pelayanan pendidikan sesuai dengan
kebutuhan minimum ditunjukkan pada tabel 5.12.
1. Situasi
Dari wilayah terdampak, menyebabkan beberapa sarana
pemenuhan kebutuhan air bersih dan kondisi sanitasi terganggu
dan mengalami kerusakan, sehingga diperlukan pelayanan untuk
memenuhi kebutuhan air bersih dan menyiapkan sarana dan
prasarana untuk menjaga kesehatan dan kebersihan lingkungan,
baik bagi masyarakat yang berada di tempat pengungsian maupun
yang tetap berada di tempat tinggalnya masing-masing.
2. Sasaran
a. Terpenuhi kebutuhan air bersih;
b. Tersedianya sarana MCK;
c. Terpenuhinya peralatan dan kebutuhan untuk kebersihan
pribadi;
d. Terselenggaranya penyebaran informasi upaya menjaga
kebersihan;
e. Terselenggaranya pengelolaan sampah dan sanitasi.
3. Kegiatan
Adapun kegiatan yang dilakukan sektor air dan sanitasi untuk
penanggulangan dampak akibat Bencana Erupsi Gunung Ijen yaitu
43
memberikan pelayanan pemenuhan kebutuhan air bersih sesuai
dengan kebutuhan minimum dan menjaga sanitasi dapat dilihat
pada tabel 5.14.
44
Tabel 5.2 Kegiatan Kluster Pencarian dan Penyelamatan (SAR)
45
Tabel 5.3 Perencanaan Kluster Pencarian dan Penyelamatan (SAR)
46
Tabel 5.4 Kegiatan Kluster Kesehatan dan Psikososial
47
Tabel 5.5 Perencanaan Kluster Kesehatan dan Psikososial
48
Tabel 5.6 Kegiatan Kluster Makanan dan Nutrisi
49
Tabel 5.7 Perencanaan Kluster Makanan dan Nutrisi
50
Tabel 5.8 Kegiatan Kluster Huntara
51
Tabel 5.9 Perencanaan Kluster Huntara
52
Tabel 5.10 Kegiatan Kluster Pemulihan Sarpras
53
Tabel 5.11 Perencanaan Kluster Pemulihan Sarpras
54
Tabel 5.12 Kegiatan Kluster Pendidikan
55
Tabel 5.13 Perencanaan Kluster Pendidikan
56
Tabel 5.14 Kegiatan Kluster Air dan Sanitasi
57
Tabel 5.15 Perencanaan Kluster Air dan Sanitasi
58
VI. RENCANA TINDAK LANJUT
59
b. Penyusunan SOP diharapkan dapat melibatkan semua
pemangku kepentingan yang ikut serta dalam penyusunan
rencana kontingensi.
4. Gladi Lapang
Pelaksanaan gladi lapang penanggulangan bencana merupakan
salah satu metoda latihan yang dilaksanakan oleh seluruh unsur
pelaku (aparat dan masyarakat terdampak) sesuai dengan bidang
tugasnya dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan,
kemampuan dan ketrampilan di lapangan. Disamping itu juga sebagai
metoda untuk menguji kemampuan pemangku kepentingan yang
dilaksanakan di daerah bencana yang mendekati situasi dan kondisi
sebenarnya. Harapannya gladi dapat dilaksanakan setelah SOP
penanganan darurat tersusun dan diawali dengan pinyiapan
skenario gladi.
60
- Mengembangkan dan memfasilitasi informasi dan komunikasi
pusat pengendalian operasi / Pusdalops (crisis centre)
- Melengkapi dan memperbaiki peralatan darurat bencana
- Menyiapkan jalur evakuasi dan tanda-tanda/simbol daerah rawan
bencana erupsi gunungapi.
8. Lain lain
a. Perlu dialokasikan dana tak terduga di masing-masing sektor
untuk membiayai hal-hal yang tak terduga di luar perkiraan
sebelumnya.
b. Setiap masyarakat korban bencana akan dibebaskan dari biaya
pengobatan.
61
VII. PENUTUP
62