Anda di halaman 1dari 62

I.

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Gunungapi Lamongan merupakan salah satu gunungapi muda yang


berasal dari Gunung Tarub dan posisinya di bagian timur.
Pertumbuhan Gunungapi Lamongan diawali pensesaran tubuh
Gunung Tarub yang berarah tenggara – barat laut. Pensesaran ini
mengakibatkan bagian barat Gunung Tarub runtuh, kemudian pada
bagian ini tumbuh Gunungapi Lamongan (PVMBG, 2014 : 1).
Gunungapi ini aktif dan merupakan salah satu diantara gunungapi
aktif yang tersebar di Jawa Timur. Secara administratif terletak di 3
(tiga) kabupaten yaitu Kabupaten Lumajang, Kabupaten Probolinggo
dan Kabupaten Jember. Gunungapi Lamongan memiliki potensi
ancaman terhadap tiga kabupaten tersebut.

Gambar 1.1 Visual Gunungapi Lamongan

Sejarah letusan Gunungapi Lamongan yang pernah tercatat dimulai


pada tahun 1799 - 1898, setelahnya gunungapi ini hanya mengalami
gempa tektonik hingga saat ini. Pada 1869, titik terjauh abu dari
letusan gunungapi ini mencapai hingga wilayah Krakatau dan
sekalipun korban jiwa selama letusan lebih sedikit dibandingkan
dengan gunungapi lainnya yang sejenis, Gunungapi Lamongan tetap
memiliki potensi menimbulkan kerusakan.

1
Berdasarkan informasi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
Geologi (PVMBG) Gunungapi Lamongan mengalami penurunan
aktifitas sejak 1898 dan mulai meningkat kembali pada tahun 1925
hingga 2005 dan dinyatakan aktif namun masih berstatus Normal
(Level I). Oleh karena itu sebagai bentuk kesiapsiagaan dalam
menghadapi semua kemungkinan terjadinya letusan kembali,
dibutuhkan rencana kontingensi untuk menghadapi ancaman
bencana letusan Gunungapi Lamongan.
Dalam rencana kontingensi kali ini, wilayah yang menjadi fokus
adalah desa-desa di tiga Kabupaten yaitu Kabupaten Lumajang,
Kabupaten Probolinggo dan Kabupaten Jember khususnya yang
berada sekitar kawasan rawan bencana Gunungapi Lamongan. Saat
eskalasinya meningkat, rencana kontingensi dapat menjadi dasar
bagi rencana operasi dan tanggap darurat dalam penanganan
bencana letusan Gunungapi Lamongan di tingkat Provinsi, agar lebih
terpadu melibatkan tiga unsur penanggulangan bencana,
pemerintah, masyarakat dan dunia usaha.

Sejarah letusan dan aktifitas:


1799, terjadi erupsi pada kawah pusat
1806, sesudah berhenti 7 tahun, pada April mulai mengeluarkan
asap tebal dan sedikit batuan gunungapi. Pada malam hari
terlihat lidah api. Suara gemuruh dan gempa bumi vulkanik
kadang-kadang terjadi.
1808, terjadi erupsi di kawah utama
1818, 1821, 1822, 21 Desember–22 Januari, terjadi erupsi pada
kawah utama dan kawah parasit. Erupsi dikawah utama
disertai semburan lava pijar
1824, erupsi di kawah utama yang disertai leleran lava pijar
1826, erupsi exlposif di kawah utama disertai semburan bom
vulkanik
1829, erupsi eksplosif di kawah utama disertai suara gemuruh dan
semburan material pijar. Terjadi leleran lava.

2
1830, Februari–Maret terjadi erupsi pada kawah pusat, terjadi leleran
lava
1838, (4-6 Juli, 18 Oktober), terjadi erupsi normal di kawah utama,
semburan lava pijar yang berulang-ulang
1841, erupsi di kawah utama, diikuti longsoran pada sebagian
dinding kawah
1843, erupsi-erupsi di kawah utama, disertai semburan lava pijar. 3
orang tewas.
1844, erupsi abu di kawah utama
1847, 26 Maret-26 Juni, terjadi erupsi normal pada kawah pusat,
erupsi-erupsi di kawah utama, disertaileleran lava
1848, Juni-September terjadi erupsi normal pada kawah pusat,
erupsi parasiter dan aliran lava
1849, erupsi di kawah utama, disertai leleran lava
1856, 1 Maret sampai 14 Juni terjadi erupsi di kawah utama
1859, Pebruari–Maret terjadi erupsi di kawah utama. Mulai 27
Februari pukul 23.00 jatuh hujan abu di daerah Probolinggo.
28 Pebruari pukul 06.00 abu sampai daerah Pamekasan.
1860, terjadi erupsi pada kawah utama
1864, 9 dan 10 Juni malam terjadi hujan abu sekitar lereng G.
Lamongan, dan puncaknya berwarna kemerah-merahan. 12
Juni sebagian dinding kawah runtuh. 2 Juli di Lumajang dan
Pasuruan jatuh hujan abu yang mengandung belerang, erupsi
di kawah utama, terjadi leleran lava
1869, 6 April, pukul 07.00 kegiatan meningkat dan terjadi aliran lava,
6 rumah di Desa Solok terbakar. 12 September terjadi erupsi
di kawah utama, yang mengakibatkan 8 orang meninggal,
karena tertimpa bom gunungapi dan abu. 1870, 2 Maret, pukul
06.00 terjadi erupsi, lamanya 3 jam. 18 Agustus terjadi hujan
abu sampai Krakatau
1871, 22–24 Januari, di lereng selatan dan puncak Barat terjadi
hujan abu, di waktu malam hari terlihat lidah api di sekitar
puncak
1872, 15 Agustus–18 September terjadi hujan abu di sekitar puncak

3
1873, 20 Mei, pagi hari dan 20 Agustus terjadi erupsi asap pada
kawah pusat
1877, 11 Mei selama 24 jam terjadi hujan abu di daerah Probolinggo.
Hujan abu ini sampai Pasuruan danSurabaya. 18 bahu
tanaman rakyat rusak. Aliran lava sejauh 2 km dari puncak.
1883, 13 April terjadi erupsi parasiter dengan aliran lava di lereng
Barat Daya pada titik ketinggian 950 m.Lava ini panjangnya
3500 m, lebar 300 m, dan tebal antara 10 sampai 15 m,
kecepatan 1 m/jam.Akibat aliran lava ini banyak pohon dan
tanaman rakyat rusak.
1884, 14 Januari–16 April dan 23 Juni terjadi erupsi normal pada
kawah utama
1885-1886, 28 Maret, bagian puncak sebelah Barat yang dahulunya
berbentuk kerucut tampak terbelah maka terlihatlah erupsi
yang keluar dari celah tersebut. Pada bulan April terlihat aliran
lava kearah Barat Daya, sepanjang 1,6 km, lebar 25 m, tebal
antara 5–10 meter. Oktober 1886 terjadi hujan abudi sekitar
Desa Padagangan
1887, dalam bulan Juli dan November terjadi erupsi normal pada
kawah utama. Skala erupsi IV, volume bahan erupsi : 0,010
km3, BD 2.3, energi kalor yang dilepaskan 2.9, 10, 23 erg,
kesetaraan Bom Atom 34.4.
1889, April, terjadi erupsi freatik. 7 September terjadi hujan abu di
Probolinggo. Oktober dan Novemberterjadi peningkatan
aktivitas.
1890, Maret–Mei dan September–Desember terjadi erupsi normal
pada kawah utama
1891, Januari ?, September–Oktober, terjadi erupsi normal pada
kawah utama dan aliran lava
1892, November, terjadi erupsi normal pada kawah utama, awan
panas, daerah rusak
1896, 5 September, terjadi erupsi abu dan pasir, disertai suara
dentuman dan gemuruh. 9 September terjadi hujan abu di
Desa Papringan dan Sumberweringin setebal 1,5 cm.

4
Penyebaran abu ini sampai di daerah Probolinggo, Besuki,
Welingi dan Surabaya
1898, 5 Februari terjadi erupsi dasyat dari suatu titik yang letaknya di
lereng barat, gunung ini pada ketinggian 400 m dpl. Titik
erupsi ini membentuk suatu bukit, dengan sisa aliran lava di
timur laut Gunung Kene (tinggi 43 m), bukit baru yang
terbentuk ini disebut Gunung Anyar.
1925 terjadi gempa bumi tektonik lokal yang bersumber di sebelah
barat Gunungapi Lamongan yang mengakibatkan terjadi
retakan tanah.
1978 terjadi gempa bumi tektonik lokal yang bersumber di sebelah
barat Gunungapi Lamongan yang mengakibatkan terjadi
retakan tanah.
1985 terjadi gempa bumi tektonik lokal yang bersumber di sebelah
barat Gunungapi Lamongan yang mengakibatkan terjadi
retakan tanah.
1988 terjadi gempa bumi tektonik lokal yang bersumber di sebelah
barat Gunungapi Lamongan yang mengakibatkan terjadi
retakan tanah.
1989 terjadi gempa bumi tektonik lokal yang bersumber di sebelah
barat Gunungapi Lamongan yang mengakibatkan terjadi
retakan tanah.
1991 terjadi gempa bumi tektonik lokal yang bersumber di sebelah
barat Gunungapi Lamongan yang mengakibatkan terjadi
retakan tanah.
2005 terjadi peningkatan kegempabumian

5
B. GAMBARAN UMUM

1. Kabupaten Lumajang
Kabupaten Lumajang terletak antara 112º 53' sampai dengan 113º
23' Bujur Timur dan 7º 54' sampai dengan 8º 23' Lintang Selatan,
dengan batas administrasi :

- Sebelah utara : Kabupaten Probolinggo


- Sebelah timur : Kabupaten Jember
- Sebelah selatan : Samudera Indonesia
- Sebelah barat : Kabupaten Malang

Kondisi topografi terdiri dari dataran rendah dan dataran tinggi.


Terdapat 5 (lima) sungai besar, 6 (enam) danau / ranu, hutan seluas
195.797,18 Ha, 2 (dua) gunungapi aktif. Secara keseluruhan luas
wilayah Kabupaten Lumajang sekitar 1.790,9 km2 yang terbagi di 21
Kecamatan seperti yang terlihat pada gambar 1.2.

Gambar 1.2 Peta Batas Kecamatan Kabupaten Lumajang

Gunungapi aktif yang berada di wilayah Lumajang yaitu Gunungapi


Semeru 3.676 mdpl dan Gunungapi Lamongan 1.668 mdpl. Serta 6
(enam) sungai besar yang melintas bermuara di Samudera Indonesia

6
yaitu Sungai Asem, Mujur, rejali, Bondoyudo dan Glidik. Sehingga
secara geografis Kabupaten Lumajang memiliki gunung, perbukitan /
dataran tinggi, dataran rendah dan sungai serta merupakan suatu
wilayah yang berpotensi rawan bencana. Bencana alam yang
kemungkinan timbul dan terjadi diantaranya bencana tanah longsor,
banjir, angin puting beliung, kekeringan, kebakaran hutan / lahan dan
imbas letusan Gunungapi Semeru dan Lamongan.

Tabel 1.1 Jumlah penduduk Kabupaten Lumajang per Kecamatan

No. Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah


1 Tempursari 14,016 14,227 28,243
2 Pronojiwo 15,747 16,018 31,765
3 Candipuro 30,534 32,002 62,536
4 Pasirian 41,202 43,229 84,431
5 Tempeh 38,773 40,836 79,609
6 Lumajang 39,370 41,733 81,103
7 Sumbersuko 16,531 17,741 34,272
8 Tekung 16,126 16,762 32,888
9 Kunir 25,231 26,878 52,109
10 Yosowilangun 27,414 29,225 56,639
11 Rowokungkung 16,667 17,526 34,193
12 Jatiroto 22,496 23,239 45,735
13 Randuagung 29,976 31,327 61,303
14 Sukodono 25,186 25,874 51,060
15 Padang 16,961 17,990 34,951
16 Pasrujambe 17,103 18,068 35,171
17 Senduro 21,394 21,959 43,353
18 Gucialit 11,336 12,110 23,446
19 Kedungjajang 21,189 23,166 44,355
20 Klakah 24,854 26,613 51,467
21 Ranuyoso 22,116 23,878 45,994
494,222 520,401 1,014,623

7
2. Kabupaten Probolinggo
Kabupaten Probolinggo terletak pada koordinat 111° 50’ – 113° 13’
Bujur Timur dan 70° 40’ – 80° 10’ Lintang Selatan, yang membentang
sepanjang 56 Km di pesisir utara Pulau Jawa dengan luas wilayah ±
1.696,16 Km2. Secara geografis Kabupaten Probolinggo memiliki
batas-batas wilayah administrasi antara lain sebagai berikut :

- Sebelah Utara : Selat Madura


- Sebelah Timur : Kabupaten Situbondo dan Jember
- Sebelah Barat : Kabupaten Pasuruan
- Sebelah Selatan : Kabupaten Lumajang dan Malang

Kabupaten Probolinggo memiliki luas wilayah 1.696,16 km2 atau


169.616,65 Ha. Dari segi topografi Kabupaten Probolinggo terletak
pada lereng gunung-gunung yang membujur dari Barat ke Timur yaitu
Gunung Semeru, Argopuro, Tengger dan Lamongan. Memiliki
ketinggian 0 – 2500 meter dari permukaan laut (mdpl) merupakan
dataran yang relatif subur untuk pengembangan tanaman. Daerah
perbukitan dan bergunung-gunung yang relatif baik bagi
pengembangan tanaman keras dan tanaman perkebunan.

Gambar 1.3 Peta Batas Kecamatan Kabupaten Probolinggo

8
Gunungapi aktif yang berada di wilayah Probolinggo yaitu Gunungapi
Bromo 2.329 mdpl dan Gunungapi Lamongan 1.668 mdpl.Serta 25
sungai yang melintas kabupaten ini, salah satunya yang terpanjang
adalah Sungai Rondoningu 95,2 Km. Sehingga secara geografis
Kabupaten Probolinggo memiliki gunung, perbukitan / dataran tinggi,
dataran rendah dan sungai serta merupakan suatu wilayah yang
berpotensi rawan bencana. Bencana alam yang kemungkinan timbul
dan terjadi diantaranya bencana tanah longsor, banjir, angin puting
beliung, kekeringan, kebakaran hutan / lahan dan imbas letusan
Gunungapi Bromo dan Gunungapi Lamongan.

Tabel 1.2 Jumlah penduduk Kabupaten Probolinggo per Kecamatan

No. Kecamatan Laki Perempuan Jumlah


1 Sukapura 10,176 10,412 20,588
2 Sumber 12,996 13,348 26,344
3 Kuripan 15,385 16,259 31,644
4 Bantaran 21,486 22,711 44,197
5 Leces 29,894 30,389 60,283
6 Tegalsiwalan 18,152 19,204 37,356
7 Banyuanyar 27,914 29,000 56,914
8 Tiris 36,617 36,335 72,952
9 Krucil 30,502 29,763 60,265
10 Gading 27,167 27,456 54,623
11 Pakuniran 22,664 23,346 46,010
12 Kotaanyar 18,776 19,521 38,297
13 Paiton 34,343 34,236 68,579
14 Besuk 24,533 25,801 50,334
15 Kraksaan 34,692 35,233 69,925
16 Krejengan 20,467 20,987 41,454
17 Pajarakan 17,151 17,494 34,645
18 Maron 33,403 34,314 67,717
19 Gending 21,306 21,707 43,013
20 Dringu 27,340 27,311 54,651
21 Wonomerto 22,551 23,255 45,806

9
No. Kecamatan Laki Perempuan Jumlah
22 Lumbang 15,920 16,581 32,501
23 Tongas 33,967 35,047 69,014
24 Sumberasih 32,154 32,518 64,672
589,556 602,228 1,191,784

3. Kabupaten Jember
Kabupaten Jember merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur.
Lokasinya berdekatan dengan kabupaten Probolinggo, Lumajang,
Banyuwangi dan Bondowoso. Secara geografis, daerah Jember
terletak 0 – 3.330 meter dari permukaan air laut dengan lokasi
koordinat 7º59’6” – 8º33’56” Lintang Selatan dan 113º30 - 114º02’30”
Bujur Timur, dengan batas administrasi :

- Sebelahutara : Kabupaten Bondowoso


- Sebelahtimur : Kabupaten Banyuwangi
- Sebelahselatan : Samudera Indonesia
- Sebelahbarat : Kabupaten Lumajang
- Sebelahbaratlaut : Kabupaten Probolinggo

Kabupaten Jember memiliki luas wilayah 3.293,34 km2 atau


329.333,94 Ha. Dari segi topografi sebagian Kabupaten Jember di
wilayah bagian selatan merupakan dataran rendah yang relatif subur
untuk pengembangan tanaman pangan, sedangkan di bagian utara
merupakan daerah perbukitan dan bergunung-gunung yang relatif baik
bagi pengembangan tanaman keras dan tanaman perkebunan.
Gunungapi aktif yang berada di wilayah Jember yaitu Gunungapi
Raung 3.332 mdpl, Gunung api Ijen 2.443 mdpl dan Gunungapi
Lamongan 1.668 mdpl. Serta 3 sungai besar antara lain Sungai
Bedadung yang bersumber dari Pegunungan Iyang di bagian Tengah,
Sungai Mayang yang bersumber dari Pegunungan Raung di bagian
timur, dan Sungai Bondoyudo yang bersumber dari Pegunungan
Semeru di bagian barat.

10
Gambar 1.4 Peta Batas Kecamatan Kabupaten Jember

Secara geografis Kabupaten Jember memiliki gunung, perbukitan /


dataran tinggi, dataran rendah dan sungai serta merupakan suatu
wilayah yang berpotensi rawan bencana. Bencana alam yang
kemungkinan timbul dan terjadi diantaranya bencana tanah longsor,
banjir, angin puting beliung, kekeringan, kebakaran hutan / lahan dan
imbas letusan Gunungapi Ijen, Gunungapi Raung dan Gunungapi
Lamongan.

Tabel 1.3 Jumlah penduduk Kabupaten Jember per Kecamatan

No. Kecamatan Laki Perempuan Jumlah


1 Kencong 32,015 33,158 65,173
2 Gumuk Mas 38,892 40,332 79,224
3 Puger 56,820 57,686 114,506
4 Wuluhan 57,564 57,131 114,695
5 Ambulu 52,506 52,597 105,103
6 Tempurejo 35,340 35,323 70,663
7 Silo 51,147 52,703 103,850
8 Mayang 23,600 24,762 48,362
9 Mumbulsari 30,540 31,799 62,339
10 Jenggawah 40,001 41,317 81,318

11
No. Kecamatan Laki Perempuan Jumlah
11 Ajung 36,994 37,422 74,416
12 Rambipuji 38,598 40,336 78,934
13 Balung 38,056 38,949 77,005
14 Umbulsari 34,397 35,142 69,539
15 Semboro 21,422 22,053 43,475
16 Jombang 24,511 25,492 50,003
17 Sumberbaru 48,421 50,995 99,416
18 Tanggul 40,459 42,301 82,760
19 Bangsalsari 55,296 58,609 113,905
20 Panti 29,055 30,344 59,399
21 Sukorambi 18,587 19,363 37,950
22 Arjasa 18,567 19,488 38,005
23 Pakusari 20,287 21,426 41,713
24 Kalisat 36,630 38,332 74,962
25 Ledokombo 30,621 31,907 62,528
26 Sumberjambe 29,430 30,696 60,126
27 Sukowono 28,567 30,167 58,734
28 Jelbuk 15,483 16,479 31,962
29 Kaliwates 54,391 57,470 111,861
30 Sumbersari 61,975 64,304 126,279
31 Patrang 46,684 47,787 94,471
1,146,856 1,185,870 2,332,676

12
C. POTENSI KEJADIAN BENCANA

Bahaya gunungapi merupakan fenomena yang memiliki potensi untuk


mengancam manusia dan kehidupannya serta lingkungannya (Gambar
1.5). Data deterministik pada sejarah letusan yang terangkum dalam
peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Lamongan dijadikan dasar
dalam evaluasi fenomena gunung api dan asosiasi ancaman
bahayanya. Bahaya Gunungapi Lamongan yang berasosiasi dengan
aktivitas gunung api dan erupsinya tidak hanya mengancam kawasan
di sekitar Gunungapi Lamongan, tetapi akan berpengaruh secara
regional terhadap daerah lainnya terutama yang disebabkan oleh abu
erupsi. Karena gunungapi ini terbagi menjadi 3 (tiga) wilayah
Kabupaten, yaitu Kabupaten Probolinggo, Lumajang dan Jember.

Gambar 1.5 Gunung Api dan Lingkungannya

13
Selain mengancam kesehatan dan lingkungan hidup manusia, abu
erupsi Gunungapi Lamongan juga memungkinkan akan menjadi
ancaman serius terhadap kelancarantransportasi udara yang melintasi
kawasan sekitar kompleks Gunungapi Lamongan. Analisis geologi,
geokimia dan geofisika secara terintegrasi menyimpulkan bahwa erupsi
Gunungapi Lamongan pada masa mendatang diperkirakan terjadi di
sekitar Kawah Lamongan sebagai kawah aktif di kompleks Gunungapi
Lamongan sekarang dan juga memungkinkan timbulnya letusan dari
sesar yang terjadi di sekitar Gunungapi Lamongan akibat tekanan
lempeng. Ancaman bahaya gunungapi berupa aliran piroklastika,
jatuhan piroklastika, aliran lava, dan lahar letusan. Kawasan kompleks
Gunungapi Lamongan yang memiliki potensi ancaman tergambar
dalam ilustrasi peta prakiraan bahaya gunung api (Gambar 1.3). Batas
pemaparan zona bahaya didasarkan pada pendekatan deterministik
semi kuantitatif dan kondisi morfologinya. Selain bahaya gunungapi
yang dihasilkan erupsi, bahaya lainnya / lanjutan datang dari abu /
pasir hasil erupsi yang menumpuk berpotensi menghasilkan lahar
hujan apabila terjadi hujan dengan intensitas tinggi.

KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNGAPI


Kawasan rawan bencana Gunungapi Lamongan digambarkan dalam
sebuah peta yang disebut sebagai Peta Kawasan Rawan Bencana
Gunungapi Lamongan. Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi
Lamongan dapat dibagi dalam 3 tingkat yaitu ; Kawasan Rawan
Bencana III, Kawasan Rawan Bencana II dan Kawasan Rawan
Bencana I.

Kawasan Rawan Bencana II dan III


Kawasan Rawan Bencana II dan III adalah kawasan yang berpotensi
terlanda aliran/leleran lava, lontaran batu (pijar), hujan abu (lebat), dan
aliran lahar. Luas kawasan ini mencapai 60 km2. Pada kawasan ini,
masyarakat diharuskan mengungsi jika terjadi peningkatan kegiatan
gunungapi, dimana peningkatan kegiatan ini atas penentuan Pusat
Vulkanologi. Masyarakat bisa menempati tempat semula jika status

14
kegiatan gunungapi tersebut kembali ke tingkat normal. Kawasan
Rawan Bencana II dapat dibedakan menjadi 2 kawasan yakni :
a. Kawasan Rawan Bencana terhadap aliran massa berupa aliran
lava dan aliran lahar.
b. Kawasan Rawan Bencana terhadap material lontaran dan jatuhan
berupa lontaran batu (pijar), dan hujan batu lebat.

Kawasan Rawan Bencana I


Kawasan Rawan Bencana I adalah kawasan yang berpotensi terlanda
hujan abu - pasir, aliran lahar dan kemungkinan terkena perluasan
aliran lava, serta lontaran batu (pijar). Kawasan ini hanya akan
terancam oleh hujan abu-pasir jika erupsi kian membesar, penduduk
disarankan untuk tinggal di dalam rumah/perlindungan. Penggunaan
masker dan kacamata sangat dianjurkan terutama ketika berada di luar
rumah/perlindungan. Luas kawasan ini mencapai 95 km2.
Pengungsian dari kawasan ini hanya dilakukan atas perintah Pemda
setempat atas saran Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.
Kawasan ini dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :
a. Kawasan Rawan Bencana terhadap aliran lahar dan kemungkinan
terkena perluasan aliran lava.
b. Kawasan Rawan Bencana terhadap hujan abu-pasir dan
kemungkinan dapat terkena lontaran batu (pijar).

15
Gambar 1.6 Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Lamongan

16
D. PERATURAN DAN KELEMBAGAAN

Agar penanggulangan bencana dapat dilaksanakan dalam kerangka


pembangunan di daerah dan atas dasar kewajiban pemerintah daerah
melindungi masyarakat dari risiko bencana, maka perlu dibentuk dan
ditetapkan lembaga penanggulangan bencana yang bersifat tetap yaitu
Badan Penanggulangan Bencana Daerah di tingkat Provinsi dan
Kabupaten. Pengelolaan penanggulangan bencana dan
kelembagaannya di Provinsi Jawa Timur, Kabupaten Probolinggo,
Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Jember berdasarkan Peraturan
dan Perundang-undangan adalah sebagai berikut :

1. Undang-Undang (UU) Nomor 24 Tahun 2007 tentang


Penanggulangan Bencana,
2. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana,
3. PP Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan dan Pengelolaan
Bantuan Bencana,
4. PP Nomor 23 Tahun 2008 tentang Peran Serta Lembaga
Intrernasional dan Lembaga Asing Non Pemerintah dalam
Penanggulangan Bencana,
5. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang BNPB,
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 46 Tahun 2008 tentang
Pedoman Pembentukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah,
7. Peraturan Kepala (Perka) BNPB No 3 Tahun 2008 tentang
Pedoman Pembentukan BPBD,
8. Perka BNPB Nomor 4 Tahun 2008 tentang Rencana
Penanggulangan Bencana,
9. Perka BNPB Nomor 6 Tahun 2008 sebagaimana dirubah dengan
Perka BNPB Nomor 6A Tahun 2011 tentang Dana Siap Pakai,
10. Perka BNPB Nomor 7 Tahun 2008 tentang Bantuan Kebutuhan
Dasar,
11. Perka BNPB Nomor 8 Tahun 2008 tentang Santunan Duka Cita,
12. Perka BNPB Nomor 9 Tahun 2008 tentang PROTAP TRC BNPB,

17
13. Perka BNPB No 10 Tahun 2008 tentang Komando Tanggap
Darurat,
14. Perka BNPB No 13 Tahun 2008 tentang Manajemen Logistik,
15. Perka BNPB No 4 Tahun 2009 tentang Bantuan Logistik,
16. Perka BNPB No 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Peralatan,
17. Perka BNPB Nomor 6 Tahun 2009 tentang Pergudangan,
18. Perka BNPB Nomor 17 Tahun 2009 tentang Standarisasi
Peralatan,
19. Perka BNPB Nomor 18 Tahun 2009 tentang Standarisasi Logistik,
20. Perka BNPB Nomor 13 Tahun 2010 tentang Pedoman Mekanisme
Pemberian Bantuan Perbaikan Darurat,
21. Perka BNPB Nomor 14 Tahun 2010 tentang Pedoman
Pembentukan Pos Komando tanggap Darurat Bencana,
22. Perka BNPB Nomor 18 Tahun 2010 tentang pedoman distribusi
bantuan logistic dan peralatan PB,
23. Perka BNPB Nomor 2 Tahun 2012 Pedoman Umum Kajian Risiko
Bencana,
24. Perka BNPB Nomor 3 Tahun 2012 tentang Panduan Penilaian
Kapasitas Daerah dalam PB,
25. Peraturan Gubernur Provinsi Jawa Timur Nomor 29 Tahun 2009
tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata kerja BPBD,
26. Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Probolinggo Nomor 09
Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan
Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Probolinggo
27. Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Lumajang Nomor 20 Tahun
2000 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah
Kabupaten Lumajang sebagaimana telah dirubah dengan
Peraturan Daerah Kabupaten Lumajang Nomor 17 Tahun 2002,
28. Perda Kabupaten Lumajang Nomor 2 Tahun 2011 tentang
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan
Bencana Daerah Kabupaten Lumajang,
29. Perda Kabupaten Lumajang Nomor 1 Tahun 2013 tentang
Penanggulangan Bencana,

18
30. Perda Kabupaten Lumajang Nomor 2 Tahun 2013 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lumajang 2012 – 2013,
31. Perda Kabupaten Jember Nomor 7 Tahun 2012 tentang Bagan
Organisasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten
Jember.

19
II. PENILAIAN BAHAYA, PENENTUAN KEJADIAN DAN
PENGEMBANGAN SKENARIO KEJADIAN

A. PENILAIAN BAHAYA

Berdasarkan basis data bencana Indonesia (http://dibi.bnpb.go.id),


sejak 2012 hingga akhir 2015 tercatat setidaknya ada 995 kejadian di
Provinsi Jawa Timur yang membutuhkan penanganan khusus karena
jumlah korban menderita dan mengungsi tidak sedikit dan kerugian
yang timbul juga banyak.
Kejadian yang mendominasi adalah jenis hidrometeorologi, ini
dipengaruhi musim yang ada di Indonesia. Perubahan cuaca dan
kegagalan pembangunan di Indonesia seringkali menimbulkan potensi
bencana jenis ini. Selain kejadian hidrometeorologi, perlu diperhatikan
juga bahwa Provinsi Jawa Timur memiliki 7 (tujuh) gunungapi yang
aktif, yaitu Gunungapi Bromo, Semeru, Raung, Arjuna, Lamongan,
Kelud dan Ijen.

Gambar 2.1 Gunungapi di Indonesia

Penilaian bahaya dilakukan dengan dasar menghitung probabilitas dan


dampak dari masing-masing ancaman bencana pada Provinsi Jawa
Timur dengan skala 1 – 4. Dari catatan sejarah kejadian yang ada, nilai

20
probabilitas dan dampak dengan skala 1 (satu) sampai dengan 4
(empat) dapat diisi seperti yang terlihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Penilaian Bahaya

No. Jenis Ancaman Probabilitas Dampak

1 BANJIR 3 3

BANJIR DAN TANAH


2 3 2
LONGSOR

GELOMBANG
3 2 1
PASANG / ABRASI

4 GEMPA BUMI 2 1

5 KEBAKARAN 3 1

KEBAKARAN HUTAN
6 2 2
DAN LAHAN

KECELAKAAN
7 1 1
INDUSTRI

KECELAKAAN
8 1 1
TRANSPORTASI

9 KEKERINGAN 2 3

LETUSAN GUNUNG
10 3 4
API

11 PUTING BELIUNG 3 2

12 TANAH LONGSOR 3 3

13 TSUNAMI 1 4

Setelah tabel penilaian bahaya diisi, nilai-nilai probabilitas dan dampak


dipindahkan ke dalam sebuah matriks untuk melihat prioritas dari
ancaman. Prioritas utama akan menjadi dasar penentuan kejadian
dalam rencana kontingensi ini, sedangkan potensi bahaya lain akan
menjadi prioritas berikutnya setelah rencana kontingensi ini. Matriks
dapat kita lihat pada gambar 2.2, ditunjukkan yang menjadi prioritas
utamanya dengan warna merah adalah gunungapi. Warna kuning dan
hijau menjadi prioritas selanjutnya setelah warna merah.

21
Gambar 2.2 Matriks Penilaian Bahaya

Urutan selanjutnya dengan warna kuning untuk tsunami, tanah longsor,


banjir, kekeringan, puting beliung sedangkan hijau pada kebakaran
hutan, lahan dan pemukiman, kecelakaan industri dan transportasi,
gempa bumi serta gelombang pasang. Maka dengan matriks diatas
ditentukan yang menjadi prioritas adalah gunungapi.

B. PENENTUAN KEJADIAN

Berdasarkan penilaian bahaya maka dipilih satu ancaman yang


menjadi prioritas utama ditunjukkan dengan warna merah pada gambar
2.2 di sub bab sebelumnya, penilaian bahaya menunjuk pada
gunungapi. Pemantauan terhadap kegiatan Gunungapi di Provinsi
Jawa Timur sampai saat ini dilakukan dengan pemantauan visual,

22
deformasi, seismik dan monitoring suhu secara kontinu oleh Pos
Pengawas Gunung Api (PPGA).

Gambar 2.3 Batas Administratif Kabupaten pada Gunungapi Lamongan

Berdasarkan data kegempaan yang tercatat pada tanggal 4 Januari


2005 pukul 20:00 status Gunungapi Lamongan dinaikkan dari Aktif
Normal menjadi Waspada karena terjadi peningkatan jumlah Gempa
Bumi Vulkanik Dalam yang terjadi secara cepat pada pukul 16:32.
Peningkatan jumlah tersebut berlangsung sekitar 2,5 jam dan
kemudian pukul 18:55 terjadi Gempa Bumi Tremor menerus dengan

23
amplitude lebih besar dari 20 mm. Berkaitan dengan rentetan gempa
bumi tercatat 18 rumah yang berada di desa Ranu Gedang,
Kecamatan Tiris, Kabupaten Probolinggo mengalami kerusakan
sedang (dinding retak-retak). Sekalipun pada akhirnya tanggal 7
Januari 2005 seismograf sudah tidak merekam lagi Gempa Bumi
Tremor dan jumlah Gempa Bumi Vulkanik serta Tektonik menurun
tajam, kemudian status Gunungapi Lamongan diturunkan menjadi Aktif
Normal (Level I) hingga dokumen ini ditulis, peristiwa ini mendorong
pemerintah daerah dan masyarakat untuk tetap siap siaga adanya
kemungkinan perubahan status akibat kegempaan yang nilainya
signifikan.
Gunungapi Lamongan menjadi sorotan karena belum memiliki rencana
kontingensi tingkat Provinsi sekalipun telah dibuat rencana kontingensi
di tiga kabupaten yang kemungkinan terdampak. Untuk meningkatkan
kesiapsiagaan untuk menghadapi kemungkinan potensi erupsi dengan
eskalasi tingkat Provinsi dan mengurangi jumlah korban serta kerugian
yang bisa ditimbulkan dari letusan Gunungapi Lamongan.

C. PENGEMBANGAN SKENARIO KEJADIAN

Ancaman erupsi Gunungapi Lamongan akan berupa lava pijar yang


mencapai jarak kurang lebih 7 km dari pusat kawah dan gempa serta
gemuruh dapat dirasakan hingga 15 km. Desa-desa yang mungkin
terlanda akan menjadi bagian dari skenario kejadian. Dari hasil analisa
peta rawan bencana Gunungapi Lamongan pada gambar 2.4, maka
dapat dikembangkan skenario sebagai berikut :

WAKTU KEJADIAN :
Terjadi disaat siang hari, dimana jumlah penduduk mengalami
peningkatan dan masih ada aktifitas penduduk.

INTENSITAS :
Gunung mengeluarkan aliran lava, lontaran batu pijar dan hujan abu
serta potensi bencana ikutan berupa banjir lahar dingin.

24
LOKASI ANCAMAN :
1. Kabupaten Probolinggo :
a. Kecamatan Tiris
 Desa Tlogosari,
 Desa Andungsari,
 Desa Tlogoargo,
 Desa Tiris,
 Desa Ranuagung,
 Desa Segaran,
 Desa Ranugedang,
 Desa Jangkang,
 Desa Racek,
 Desa Pesawahan,
 Desa Pedagangan,
 Desa Rejing.
2. Kabupaten Lumajang :
a. Kecamatan Ranuyoso
 Desa Ranu Bedali
 Desa Alun-alun
 Desa Sumberpetung
b. Kecamatan Klakah
 Desa Tegalrandu
 Desa Papringan
 Desa Ranu Pakis
 Desa Duren
 Desa Sumber Wringin
c. Kecamatan Randuagung
 Desa Salak
 Desa Ranulogong
 Desa Tunjung
 Desa Ranu Wurung
 Desa Kali Penggung
3. Kabupaten Jember :
a. Kecamatan Sumberbaru

25
 Desa Jambesari
 Desa Kaliglagah
 Desa Jamintoro
 Desa Gelang
 Desa Jatiroto

DURASI BENCANA :
Erupsi terjadi selama 14 hari.

LUASAN WILAYAH TERDAMPAK :


Radius 7 - 15 km dari pusat erupsi.

Gambar 2.4 Batas Administratif Desa pada Gunungapi Lamongan

26
III. PENGEMBANGAN SKENARIO DAMPAK

Pengembangan skenario dampak merupakan asumsi dampak terhadap


aspek-aspek kehidupan akibat kejadian bencana erupsi Gunungapi
Lamongan sesuai kesepakatan penetapan skenario kejadian pada bab
sebelumnya. Skenario dampak berfokus pada aspek-aspek terdampak
yang harus segera dipulihkan dalam upaya tanggap darurat.
Pengembangan asumsi dampak harus mempertimbangkan kerentanan
dan kapasitas lokal masyarakat yang terkena dampak bencana seperti
pemahaman masyarakat akan risiko, kesiapsiagaan dan ketersediaan
sumber daya dalam penanggulangan bencana.
Lahar akan berdampak pada desa-desa di sekitar Gunungapi Lamongan
khususnya di Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Lumajang dan
Kabupaten Jember, karena dipengaruhi oleh kondisi fisik wilayah yang
memiliki topografi yang dapat dialiri lahar dari Gunungapi Lamongan
ditambah dengan ketidakpastian erupsi diluar kawah utama sebagai
indikasi dari kemunculan ranu / danau kawah di lokasi lainnya.
Pengembangan skenario dampak erupsi Gunungapi Lamongan
berdasarkan data peta kawasan rawan yang di-overlay dengan data
aspek-aspek terdampak bencana.
Dengan mengetahui wilayah terdampak, selanjutnya dapat dilakukan
analisis untuk menghitung jumlah penduduk terdampak, salah satu
analisis paling utama dalam rencana kontijensi. Berdasarkan analisa
geospasial merujuk pada peta terdampak yang dibuat oleh PVMBG dan
data hasil pemetaan rawan bencana oleh BPBD Provinsi Jawa Timur
jumlah total asumsi terdampak 161.991 jiwa. Dalam mengembangkan
skenario dampak, setidaknya terdapat 4 (empat) aspek yang harus
dipertimbangkan yaitu:

A. Aspek Kependudukan
Asumsi dampak pada aspek kependudukan dapat berupa: kematian,
pengungsian yang terdiri dari luka-luka dan sehat, hilang serta
pindah. Besarnya asumsi dampak terhadap aspek kependudukan
sangat tergantung dari kerentanan dan kapasitas penduduk yang
terdampak. Untuk itu diperlukan analisis yang lebih dalam

27
menentukan sejauhmana dampak terhadap aspek kehidupan
masyarakat. Semakin tinggi kerentanan dan semakin rendah
kapasitas masyarakat di suatu wilayah, maka akan semakin besar
dampak bencana terhadap aspek kehidupan masyarakat.

B. Aspek Sarana dan Prasarana


Sarana / prasarana vital yaitu seluruh seluruh fasilitas / aset yang
sangat terkait fungsinya sebagai aspek pendukung penyelamatan
jiwa dan pemenuhan kebutuhan dasar sehingga harus menjadi
prioritas utama untuk dipulihkan fungsinya pada masa tanggap
darurat seperti: komunikasi, pelayanan kesehatan, air bersih, listrik,
transportasi (jalan, jembatan, kendaraan); Fasilitas umum yaitu
fasilitas / aset yang perlu dipulihkan fungsinya segera untuk
dukungan tanggap darurat seperti: kantor pemerintahan, sekolah,
sarana ibadah, rumah sakit, puskesmas dan permukiman penduduk.

C. Aspek Sosial Ekonomi


Asumsi dampak sosial berupa trauma di masyarakat, terhentinya
proses belajar mengajar, kegiatan keagamaan, serta aspek sosial
lainnya. Sedangkan asumsi dampak pada aspek ekonomi meliputi
terganggunya kegiatan perekonomian / perdagangan masyarakat
seperti kerusakan pasar tradisional, kekurangan pasokan kebutuhan
dasar, kerusakan areal persawahan, kematian ternak, kerusakan
perkebunan dan sebagainya. Pengembangan asumsi dampak sosial
ekonomi tidak hanya disajikan dalam bentuk kuantitatif (jumlah), tapi
dapat pula disajikan dalam bentuk kualitatif berupa deskripsi dampak
kejadian bencana yang merusak sendi kehidupan sosial ekonomi
masyarakat .

D. Aspek Lingkungan
Asumsi dampak pada aspek lingkungan dapat berupa: pencemaran
dan kerusakan lingkungan hidup seperti pencemaran sumber air
penduduk, pencemaran udara, kerusakan lahan perkebunan dan lain-
lain. Pengembangan asumsi dampak lingkungan akan sangat
bergantung kepada jenis bencana dan kondisi daerah terdampak.

28
Tabel 3.1 Asumsi Dampak Aspek Kependudukan

29
Tabel 3.2 Asumsi Dampak Aspek Kependudukan Menurut Kelompok Rentan dan Umur

30
Tabel 3.3 Asumsi Dampak Pada Aspek Sarana dan Prasarana

31
Tabel 3.4 Asumsi Dampak Aspek Sosial Ekonomi

32
Tabel 3.5 Asumsi Dampak Aspek Lingkungan

33
IV. PENETAPAN TUJUAN DAN STRATEGI KEADAAN DARURAT

Dalam rangka penanganan bencana erupsi Gunungapi Lamongan, perlu


diambil beberapa kebijakan dalam bentuk penetapan tujuan dan strategi
sehingga rencana kontingensi ini dapat dioperasionalkan dengan baik.

A. TUJUAN
Melaksanakan penanggulangan bencana erupsi Gunungapi Lamongan di
Provinsi Jawa Timur secara terstruktur, terencana, terpadu, terkoordinasi
dan terukur untuk mengutamakan penyelamatan jiwa manusia, harta
benda maupun aset-aset hasil pembangunan dan lingkungan.

B. STRATEGI
1. Menyiapkan penetapan Siaga Darurat / Tanggap Darurat / Transisi
Darurat melalui surat pernyataan Gubernur.
2. Kabupaten yang terdampak menyiapkan penetapan Siaga Darurat /
Tanggap Darurat / Transisi Darurat melalui surat pernyataan Bupati.
3. Menetapkan masa tanggap darurat selama 14 hari (bisa diperpanjang
sesuai kebutuhan dengan diikuti surat pernyataan Gubernur/Bupati).
4. Menyusun dan menetapkan Struktur Komando Tanggap Darurat.
5. Mendirikan Posko Utama Penanggulangan Bencana dan pos-pos
bantuan dari tingkat kabupaten, kecamatan maupun desa dan
Memerintahkan kepada instansi terkait untuk memberikan pelayanan
secara maksimal.
6. Merealisasikan prosedur tetap yang dibuat sebelum terjadinya
bencana erupsi Gunungapi Lamongan.
7. Membagi tugas pelaksanaan kerja dari unsur yang terkait.
8. Memerintahkan seluruh Dinas Instansi / Lembaga / Masyarakat untuk
mengerahkan semua sumber daya dan potensi dengan
mempergunakan sarana dan prasarana yang sudah disiapkan
sebelumnya (berdasarkan kesepakatan penyusunan rencana
kontingensi).
9. Menginventarisir semua kerusakan dan kerugian yang ditimbulkan
oleh bencana tersebut.

34
10. Mengidentifikasi jenis bantuan, menghimpun bantuan serta
distribusinya.
11. Memperhatikan nilai kearifan lokal dan nilai kebajikan dimasyarakat
terdampak dan sekitarnya.
12. Identifikasi dan evakuasi korban baik yang masih hidup maupun yang
sudah meninggal dunia,
13. Mengidentifikasi dan mengolah data korban dan pengungsi.
14. Menyebarluaskan informasi bencana yang terjadi melalui media cetak
dan elektronik.
15. Menentukan titik kumpul, mendirikan Tempat Evakuasi Sementara
(TES) dan menyiapkan penampungan pengungsi (hunian sementara)
serta pelayanan pengungsi dengan melibatkan potensi masyarakat.
16. Melaksanakan pelayanan kebutuhan dasar untuk korban dan
pengungsi antara lain pelayanan kesehatan, dapur umum, pangan,
air bersih, MCK, sanitasi, bilik khusus, pendidikan dan layanan
psikososial.
17. Memprioritaskan perlindungan maupun pelayanan terhadap kelompok
rentan yang meliputi lansia, anak-anak, pasien rumah sakit,
penyandang cacat, ibu hamil dan yang berkebutuhan khusus.
18. Memastikan dukungan logistik untuk korban bencana terdistribusi
dengan baik, cepat dan tepat sasaran.
19. Apabila dampak yang ditimbulkan diluar kemampuan otorita daerah
terdampak, maka perlu dilakukan pengajuan bantuan yang
dibutuhkan kepada donatur sesuai aturan yang berlaku.
20. Mengevaluasi seluruh kegiatan yang sudah dilaksanakan.
21. Memberikan laporan pertanggungjawaban keuangan dan kegiatan
yang telah dilaksanakan.

35
V. PERENCANAAN SEKTORAL

Aktifasi rencana kontingensi ini menjadi rencana operasi dilakukan


apabila Gunungapi Lamongan telah menunjukkan peningkatan status dari
SIAGA dan memiliki kemungkinan meningkat menjadi status AWAS. Hal
tersebut didasarkan pada pengamatan yang dilakukan oleh PVMBG
dengan memberikan rekomendasi kepada pemerintah daerah agar
segera menyatakan darurat bencana. Dalam situasi tersebut, diprediksi
akan terjadi kepanikan dan menyebabkan semua infrastrukur serta aset
yang ada akan mengalami kerusakan, sehingga mengakibatkan
lumpuhnya roda pemerintahan, terputusnya akses dan hubungan dengan
pihak luar, serta terganggungnya transportasi maupun komunikasi.
Berdasarkan pengkajian wilayah terkena dampak Erupsi Gunungapi
Lamongan, maka ditetapkan titik-titik Tempat Evakuasi Sementara (TES)
dengan kapasitas daya tampung seperti pada tabel 5.1 berikut ini.

Tabel 5.1 Tempat Evakuasi Sementara

Daya Tampung
No Tempat
(Orang)
A. KAB. PROBOLINGGO
1 GOR Wira Bakti & Lapangan 15.000
2 Stadion Semeru 25.000
3 Lapangan Suko 10.000
4 Lapangan Kutorenon 15.000
5 Lapangan Yonif 527 7.500
6 Asrama Nakertrans 1.000
7 Kantor Diklat 1.000
8 Stadion Jatiroto 10.000
9 Lapangan Jatiroto 10.000

B. KAB. LUMAJANG
1 Lapangan SMA Gading / Pacuan Kuda 50.000
2 Gudang PT Kertas Leces 28.000
3 Lapangan Leces
10.000
4 Lapangan Condong

C. KAB. LUMAJANG
1 Lapangan Sepak Bola Jatiroto I 1.260
2 Lapangan Sepak Bola Jatiroto II 1.260

36
3 Balai desa Jatiroto 250
4 Lapangan Sepak Bola Yosoratih 1.260
5 Lapangan Sumberrejo 1.260
6 Lapangan Sepak Bola Pronggowirawan 1.000
7 Lapangan Karapan Sapi 1.260

Selanjutnya, dengan ditetapkannya masa Tanggap Darurat Bencana


Erupsi Gunung Lamongan, maka dirumuskan 7 (tujuh) perencanaan
sektor sebagai berikut :

A. SEKTOR PENCARIAN DAN PENYELAMATAN (SAR)

1. Situasi.
Pada darurat bencana Erupsi Gunungapi Lamongan akan
menimbulkan gangguan pada kehidupan masyarakat yang
terdampak, bahkan dapat menimbulkan korban jiwa dan hilangnya
anggota masyarakat. Asumsi dampak yang ditimbulkan terkait
dengan penduduk yaitu :
 Jumlah penduduk terdampak : 161.992 jiwa
 Asumsi penduduk mengungsi : 25.208 jiwa
Atas data tersebut perlu dilakukan tindakan penyelamatan dan
pencarian atas masyarakat yang terdampak bencana Erupsi
Gunungapi Lamongan.

2. Sasaran
a. Mengaktifkan operasi SAR yg dilakukan oleh Komando
Tanggap darurat bencana Erupsi Gunungapi Lamongan.
b. Mengerahkan Tim rescue dan peralatan evakuasi ke lokasi
bencana.
c. Terlaksananya proses evakuasi korban baik manusia, harta
benda, dan hewan peliharaan.
d. Membantu dan melakukan pertolongan bagi masyarakat
menuju tempat evakuasi sementara.
e. Mengkoordinir dan Menggerakkan potensi SAR yg ada
disekitar lokasi bencana (PMK, BPBD, TAGANA, TRC, TNI,

37
POLRI, Polisi Pamong Praja, PRAMUKA, PMI, RELAWAN
lainya yang berpotensi SAR)
f. Berkoordinasi dengan pihak/instansi terkait.
g. Melaporkan hasil operasi SAR kepada Komando Tanggap
Darurat Bencana dan potensi SAR lainnya

3. Kegiatan
Kegiatan yang harus dilakukan oleh sektor Pencarian dan
Penyelamatan (SAR) adalah melakukan operasi SAR dengan
melakukan pertolongan bagi masyarakat dan pencarian bagi
masyarakat yang hilang serta penyelamatan hewan peliharaan.
Lebih detil lagi dapat dilihat pada tabel 5.2.

4. Kebutuhan dan Sumber Daya


Berdasarkan proyeksi gangguan pada masyarakat / jumlah
pengungsi serta jumlah desa dan luasnya daerah terpapar dapat
dirumuskan kebutuhan untuk kegiatan pencarian dan pertolongan
(SAR) dan ketersediaan sumberdaya tabel 5.3

B. KESEHATAN DAN PSIKOSOSIAL

1. Situasi
Dari wilayah terdampak, menyebabkan beberapa sarana
pelayanan kesehatan mengalami kerusakan sehingga tidak
berfungsi untuk memberikan pelayanan kesehatan. Hal ini
menyebabkan pelayanan kesehatan kepada pasien dilakukan di
tempat-tempat evakuasi yang telah ditentukan. Keseluruhan
korban yang terancam sebanyak 161.992 jiwa dengan kondisi
mengungsi 25.208 jiwa.
Korban akibat Erupsi Gunungapi Lamongan yang membutuhkan
pelayanan kesehatan lebih lanjut berasal dari lokasi pengungsian.
Selama masa tanggap darurat penduduk yang diprediksi akan
menderita sakit dengan rincian penyakit 30% ISPA, 25%
dermatitis, 20% diare, 10% penyakit darah tinggi, dan 15%
penyakit lainnya. Sedangkan bila selama masa tanggap darurat

38
terdapat pasien yang memerlukan penangganan lebih lanjut akan
dirujuk ke Rumah Sakit terdekat.

2. Sasaran
a. Adanya Pos Kesehatan dan psikososial;
b. Tersedianya pelayanan kesehatan dan psikososial yang
optimal dan merata;
c. Tersedianya SDM kesehatan dan psikososial yang profesional;
d. Tersedianya Rumah Sakit rujukan.

3. Kegiatan
Adapun kegiatan yang dilakukan sektor kesehatan untuk
penanggulangan dampak akibat Erupsi Gunungapi Lamongan
yaitu memberikan pelayanan kesehatan yang cepat, tepat, akurat
dan efisien dengan cara :
a. Melakukan RHA (Rapid Health Assessment) bidang kesehatan
pada saat bencana;
b. Mengoptimalkan sumber daya kesehatan yang meliputi obat
dan perbekalan kesehatan, peralatan kesehatan, sarana
penunjang kesehatan, dan fasilitas pelayanan kesehatan yang
meliputi Puskesmas Keliling, Puskesmas, Puskesmas
Pembantu, dan Jaringannya untuk pelayanan kesehatan;
c. Memberikan pelayanan kesehatan dan rujukan seoptimal
mungkin;
d. Menyiapkan tenaga medis dan paramedis untuk penanganan
pelayanan kesehatan;
e. Memperhatikan nilai-nilai kearifan lokal dan nilai-nilai kebajikan
dalam penanganan bencana.

4. Kebutuhan dan Sumber Daya


Berdasarkan proyeksi kemungkinan adanya gangguan kesehatan
pada jiwa terancam / pengungsi dapat dirumuskan kebutuhan pada
tabel 5.5

39
C. SEKTOR MAKANAN DAN NUTRISI

1. Situasi
Sektor makanan dan nutrisi memiliki peran penting dalam masa
tanggap darurat. Kebutuhan makanan dan nutrisi yang layak bagi
pengungsi sesuai batasan umur merupakan aspek penting yang
harus dipenuhi dalam rangka pemenuhan kebutuhan dalam masa
tanggap darurat. Selain itu pemenuhan kebutuhan makanan dan
nutrisi bagi kelompok rentan seperti ibu hamil, ibu menyusui, dan
lanjut usia memerlukan perhatian khusus.

2. Sasaran
a. Menjamin tersedianya dan tercukupinya stok bahan makanan.
b. Pendistribusian bantuan makanan yang tepat sasaran dan
merata bagi pengungsi.
c. Terpenuhinya standar kebutuhan makanan dan nutrisi bagi
pengungsi.
d. Terpenuhinya standar kebutuhan makanan dan nutrisi untuk
kelompok rentan.
e. Menjaga kesehatan dan daya tahan tubuh pengungsi, untuk
mencegah timbulnya korban baru akibat penyakit yang di
timbulkan dari kejadian erupsi Gunungapi Lamongan.

3. Kegiatan Sektor
Kegiatan di sektor ini dapat dilihat pada tabel 5.6.

4. Kebutuhan dan Sumber Daya


Berdasarkan proyeksi pada jiwa terancam / pengungsi dapat
dirumuskan kebutuhan makanan dan nutrisi pada tabel 5.7

D. SEKTOR HUNTARA

1. Situasi
Identifikasi profil ancaman mengacu pada hasil kajian para pakar
dari Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG),
Daerah yang memiliki tingkat ancaman / dampak yang tinggi

40
berada pada radius ± 7 km dari pusat erupsi Gunungapi
Lamongan. Adapun lava dan lahar yang akan mengalir mencapai
kawasan penduduk. Penduduk yang berada pada kawasan
tersebut sejumlah 25.208 jiwa yang memang harus diungsikan
apabila terjadi bencana Erupsi Gunungapi Lamongan.

2. Sasaran
a. Tertampungnya pengungsi di tempat hunian sementara
(huntara)
b. Terlayaninya semua kebutuhan dasar pengungsi dan yang
bertahan, mulai dari balita sampai orang tua
c. Terpenuhinya kebutuhan sanitasi .
d. Tersalurnya kebutuhan distribusi makanan.

3. Kegiatan Sektor
Kegiatan di sektor ini dapat dilihat pada tabel 5.8.

4. Kebutuhan dan Sumber Daya


Sedangkan untuk kebutuhan dan sumber daya dapat dilihat pada
tabel 5.9.

E. SEKTOR PEMULIHAN SARANA DAN PRASARANA

1. Situasi
Pada darurat bencana Erupsi Gunungapi Lamongan akan
menimbulkan gangguan pada kehidupan masyarakat yang
terdampak yaitu masyarakat di sekitar Gunungapi Lamongan,
bahkan dapat menimbulkan korban jiwa dan hilangnya anggota
masyarakat dan rusaknya sarana prasarana di wilayah terdampak
yang meliputi; Kantor, Jembatan, Pasar tradisional, Jalan, Sekolah,
Listrik, Pipa air, Puskesmas, Tempat Ibadah, Toko/Mini market,
Jaringan Komunikasi dan sebagainya.

2. Sasaran
Sasaran sektor sarana dan prasarana adalah pemulihan fungsi dari
obyek dimaksud sehingga dapat kembali berfungsi untuk melayani

41
kegiatan pembangunan dan masyarakat. Adapun obyek sarana
prasarana yang akan di pulihkan fungsinya meliputi :
Kantor, Jembatan, Pasar tradisional, Jalan, Sekolah, Listrik, Pipa
air, Puskesmas, Tempat Ibadah, Toko/Mini market, saluran
drainase, Jaringan Komunikasi.
3. Kegiatan Sektor
Kegiatan yang harus dilakukan oleh sektor pemulihan sarana
prasarana adalah melakukan pemulihan sarana prasarana dengan
kegiatan :
a. Membenahi dan memperbaiki serta membangun kembali
sarana dan prasarana yang rusak berat maupun ringan
diakibatkan oleh Bencana Erupsi Gunungapi
Lamongantersebut.
b. Menurunkan alat berat untuk membersihkan jalan akibat
bencana agar akses jalan lebih mudah menuju lokasi
c. Menyiapkan Sarana dan Prasarana untuk di lapangan

Kegiatan di sektor ini dapat dilihat pada tabel 5.10. dan kebutuhan
sumber daya pada tabel 5.11.

F. SEKTOR PENDIDIKAN

1. Situasi
Dari wilayah terdampak, menyebabkan beberapa sarana
pendidikan mengalami kerusakan sehingga menyebabkan anak-
anak tidak dapat mengikuti kegiatan belajar. Diperlukan dukungan
sarana-prasarana serta tenaga pengajar untuk memenuhi
kebutuhan tersebut, baik bagi masyarakat yang berada di tempat
pengungsian maupun yang tetap berada di tempat tinggalnya
masing-masing.

2. Sasaran
a. Tersedianya sekolah lapangan;
b. Tersedianya tenaga pengajar yang profesional;
c. Terpenuhinya kebutuhan belajar-mengajar;

42
d. Terselenggaranya kegiatan belajar-mengajar.

3. Kegiatan
Adapun kegiatan yang dilakukan sektor Pendidikan untuk
penanggulangan dampak akibat bencana Erupsi Gunungapi
Lamongan yaitu memberikan pelayanan pendidikan sesuai dengan
kebutuhan minimum ditunjukkan pada tabel 5.12.

4. Kebutuhan & Sumber Daya


Untuk dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan sektor pendidikan,
dibutuhkan dukungan SDM serta sumber daya sarana dan
prasarana dapat dilihat pada tabel 5.13.

G. SEKTOR AIR DAN SANITASI

1. Situasi
Dari wilayah terdampak, menyebabkan beberapa sarana
pemenuhan kebutuhan air bersih dan kondisi sanitasi terganggu
dan mengalami kerusakan, sehingga diperlukan pelayanan untuk
memenuhi kebutuhan air bersih dan menyiapkan sarana dan
prasarana untuk menjaga kesehatan dan kebersihan lingkungan,
baik bagi masyarakat yang berada di tempat pengungsian maupun
yang tetap berada di tempat tinggalnya masing-masing.

2. Sasaran
a. Terpenuhi kebutuhan air bersih;
b. Tersedianya sarana MCK;
c. Terpenuhinya peralatan dan kebutuhan untuk kebersihan
pribadi;
d. Terselenggaranya penyebaran informasi upaya menjaga
kebersihan;
e. Terselenggaranya pengelolaan sampah dan sanitasi.

3. Kegiatan
Adapun kegiatan yang dilakukan sektor air dan sanitasi untuk
penanggulangan dampak akibat Bencana Erupsi Gunung Ijen yaitu

43
memberikan pelayanan pemenuhan kebutuhan air bersih sesuai
dengan kebutuhan minimum dan menjaga sanitasi dapat dilihat
pada tabel 5.14.

4. Kebutuhan & Sumber Daya


Untuk dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan sektor air dan
sanitasi, dibutuhkan dukungan SDM serta sumber daya sarana
pada tabel 5.15.

44
Tabel 5.2 Kegiatan Kluster Pencarian dan Penyelamatan (SAR)

45
Tabel 5.3 Perencanaan Kluster Pencarian dan Penyelamatan (SAR)

46
Tabel 5.4 Kegiatan Kluster Kesehatan dan Psikososial

47
Tabel 5.5 Perencanaan Kluster Kesehatan dan Psikososial

48
Tabel 5.6 Kegiatan Kluster Makanan dan Nutrisi

49
Tabel 5.7 Perencanaan Kluster Makanan dan Nutrisi

50
Tabel 5.8 Kegiatan Kluster Huntara

51
Tabel 5.9 Perencanaan Kluster Huntara

52
Tabel 5.10 Kegiatan Kluster Pemulihan Sarpras

53
Tabel 5.11 Perencanaan Kluster Pemulihan Sarpras

54
Tabel 5.12 Kegiatan Kluster Pendidikan

55
Tabel 5.13 Perencanaan Kluster Pendidikan

56
Tabel 5.14 Kegiatan Kluster Air dan Sanitasi

57
Tabel 5.15 Perencanaan Kluster Air dan Sanitasi

58
VI. RENCANA TINDAK LANJUT

Rencana kontingensi ancaman bencana erupsi Gunungapi Lamongan


menjadi sangat penting dan strategis, agar dalam operasional
penanganan darurat bencana erupsi Gunungapi Lamongan dapat
dilaksanakan terkoordinasi, terpadu dan menyeluruh. Sehingga
dirumuskan rencana tindak lanjut sebagai berikut :

1. Rakor Tingkat Pimpinan Instansi dan Lembaga


Agar Rencana Kontingensi yang sudah disepakati dapat dipedomani
oleh semua pemangku kepentingan penanggulangan bencana di
Kabupaten Jember perlu dikoordinasikan dalam bentuk rapat
koordinasi pimpinan dengan produk pernyataan/komitmen Pimpinan
Instansi / Lembaga.

2. Legalisasi Dokumen Renkon


a. Rencana Kontingensi memuat komitmen/ kesepakatan bersama
dalam penanggulangan bencana melalui penetapan skenario
dan pembagian tugas fungsi seluruh pihak/ pemangku
kepentingan yang terkait dalam Penanggulangan Bencana
termasuk pengerahan sumberdaya.
b. Dokumen rencana kontingensi perlu ditindaklanjuti dengan
legalisasi dari pemerintah daerah Kabupaten Jember agar
kesepakatan, tugas dan fungsi instansi/lembaga dapat dijalankan
dengan baik.

3. Standart Operasional Prosedur ( SOP )


a. Pada saat kondisi darurat / tanggap darurat, Rencana
Kontingensi akan diaktifasi menjadi Rencana Operasi, agar dalam
pelaksanaan dapat terlaksana dengan baik dan setiap unsur
dengan sumber dayanya dapat digerakan sebagai mana rencana
yang telah disepakati perlu disusun prosedur tetap atau Standar
Operasional Prosedur (SOP) terkait dengan penanganan darurat.

59
b. Penyusunan SOP diharapkan dapat melibatkan semua
pemangku kepentingan yang ikut serta dalam penyusunan
rencana kontingensi.

4. Gladi Lapang
Pelaksanaan gladi lapang penanggulangan bencana merupakan
salah satu metoda latihan yang dilaksanakan oleh seluruh unsur
pelaku (aparat dan masyarakat terdampak) sesuai dengan bidang
tugasnya dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan,
kemampuan dan ketrampilan di lapangan. Disamping itu juga sebagai
metoda untuk menguji kemampuan pemangku kepentingan yang
dilaksanakan di daerah bencana yang mendekati situasi dan kondisi
sebenarnya. Harapannya gladi dapat dilaksanakan setelah SOP
penanganan darurat tersusun dan diawali dengan pinyiapan
skenario gladi.

5. Pembangunan Sistem Peringatan Dini


Untuk memberikan informasi yang cukup dan benar atas
kemungkinan terjadinya bencana erupsi Gunungapi Lamongan,
masyarakat perlu mendapatkan informasi dini atas kemungkinan
terjadinya peristiwa / bencana erupsi. Dalam memberikan informasi
dini perlu dibangun sistem informasi peringatan dini erupsi gunungapi
berbasis teknologi.

6. Sistem Komando Tanggap Darurat / SKTD


Bahwa penanganan darurat harus dilakukan dengan cepat dan tepat
untuk melakukan operasi darurat, maka komando tanggap darurat
perlu dibentuk lebih dini melalui / dengan keputusan otoritas daerah/
Kepala Daerah dengan jangka waktu tertentu sebagaimana kondisi
dan kepentingan daerah.

7. Membangun kesiapsiagaan dengan dilakukan kegiatan :


- Pendataan dan pemutakhiran data daerah rawan bencana erupsi
Gunungapi Lamongan setiap 1 tahun sekali;

60
- Mengembangkan dan memfasilitasi informasi dan komunikasi
pusat pengendalian operasi / Pusdalops (crisis centre)
- Melengkapi dan memperbaiki peralatan darurat bencana
- Menyiapkan jalur evakuasi dan tanda-tanda/simbol daerah rawan
bencana erupsi gunungapi.

8. Lain lain
a. Perlu dialokasikan dana tak terduga di masing-masing sektor
untuk membiayai hal-hal yang tak terduga di luar perkiraan
sebelumnya.
b. Setiap masyarakat korban bencana akan dibebaskan dari biaya
pengobatan.

61
VII. PENUTUP

Terjadinya peristiwa dan rangkaian peristiwa seringkali mengganggu


terhadap tata kehidupan masyarakat, namun demikian peristiwa
tersebut dapat dijadikan pembelajaran yang penting bagi pemerintah
maupun masyarakat. Pembelajaran yang diperoleh adalah kita menjadi
peka terhadap alam dan lingkungan dalam kehidupan sehari-hari.
Penanganan bencana dari aspek pemahaman, kesadaran, kepedulian
dan tanggung jawab saat bencana terjadi dari waktu ke waktu terus
meningkat, hal ini dapat dibuktikan dengan adanya kesadaran
masyarakat terhadap Pengurangan Risiko Bencana (PRB) yang
semakin meningkat, sehingga dimungkinkan dampak yang ditimbulkan
akibat terjadinya bencana dapat diminimalisir.
Rencana Kontingensi ini dibuat sebagai bahan masukan bagi otorita
daerah dan pemangku kepentingan yang terlibat dalam
penanggulangan bencana untuk menghadapi kemungkinan terjadinya
bencana erupsi gunung Lamongan di Jawa Timur.
Daftar kebutuhan atas kesenjangan yang ada dari sumber daya
beberapa sektor/cluster dalam penanganan bencana bukanlah sebagai
daftar isian kegiatan tetapi adalah sebuah proyeksi kebutuhan apabila
terjadi bencana. Kebutuhan ini dapat dipenuhi dengan memanfaatkan
berbagai sumber daya yang ada, baik dari Pemerintah Kabupaten
Probolinggo, Lumajang dan Jember, Pemerintah Provinsi, Pemerintah
Kabupaten/Kota tetangga, instansi-instansi vertikal, lembaga-lembaga
swasta, masyarakat, relawan dan lain-lain.
Kami menyadari bahwa rencana kontingensi ini masih perlu
penyempurnaan, untuk itu perlu dilaksanakan review secara berkala
untuk mengaktualkan data yang ada.
Semoga ketersediaan dokumen rencana kontingensi ini dapat
bermanfaat.

Sidoarjo, 12 Februari 2016

62

Anda mungkin juga menyukai