Menurut UU No.24 Tahun 2007 , bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebababkan faktor
alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya
korban jiwa manusia , kerusakan lingkungan , kerugian harta benda ,dan dampak psikologis .
Potensi bencana adalah suatu wilayah yang rawan atau mudah untuk terjadinya bencana
(Suwarno, 2013). Potensi bencana mengacu pada kemungkinan terjadinya suatu peristiwa yang
dapat menimbulkan kerugian besar terhadap manusia, lingkungan, dan harta benda.
Wilayah yang berpotensi untuk terjadi bencana gerak massa memiliki kenampakan
sebagai berikut: tebing sungai yang mengalami under cutting, adanya massa tanah yang banyak
pada tebing, adanya retakan pada tebing, permukaan humocky pada bagian bawah tebing karena
longsoran atau rayapan, zone rembesan pada lereng terjal, cekungan berair dan memanjang pada
lereng, alur-alur pengaturan yang rapat, akumulasi bahan rombakan lereng pada kaki lereng,
adanya alur-alur kerona cerah karena tumbuhan belum tumbuh kembali, dan perubahan rona
yang tegas dari recah ke gelap pada lereng terjal karena beda lengas tanah (Hintzer, 1983 dalam
Suharini dan Palangan, 2014).
Di Indonesia terdapat empat kluster kebencanaan, yaitu geologi dan vulkanologi (letusan gunung
api, gempa bumi, & tsunami); hidro-meteorologi I (kebakaran hutan, kekeringan); hidro-
meteorologi II (banjir bandang, longsor, abrasi pantai); dan bencana non-alam (limbah,
epidemik, gagal teknologi).
Berdasarkan perspektif geografi, geologi, klimatologi, dan demografi, Indonesia berada pada
posisi ke-7 sebagai negara paling rawan akan risiko bencana alam (UNESCO).