Anda di halaman 1dari 19

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

HUKUM, HAM dan DEMOKRASI dalam ISLAM

Disusun oleh :

Nama : Farezha Aulia Kusuma Wardhani

NPM : 2622130362

Kelas : 2 RPL B Diklat Lanjut

Program Studi : PG PAUD

UNIVERSITAS IVET

Jl. Pawiyatan Luhur IV No. 17 Bendan Dhuwur, Gajahmungkur, Kota Semarang


50233
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, hidayah dan taufiq-Nya,
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa
pertolongan-Nya mungkin penulis tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan
baik.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam.
Selain itu makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang Hukum, HAM
dan Demokrasi dalam Islam yang penulis sajikan berdasarkan pengamatan
dari berbagai sumber.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada bapak Asyrofi Azizi,S.Ag. S.Pd. MSI


selaku dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Agama Islam. Ucapan terimakasih
juga disampaikan kepada semua pijak yang telah membantu hingga selesainya
makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Semarang, 04 November 2022


Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata pengantar------------------------------------------------------------------------------------- i
Daftar isi----------------------------------------------------------------------------------------------ii
BAB I. PENDAHULUAN--------------------------------------------------------------------------1
1.1 Latar belakang-----------------------------------------------------------------------------1
1.2 Rumusan masalah------------------------------------------------------------------------1
1.3 Tujuan----------------------------------------------------------------------------------------1
BAB II. PEMBAHASAN---------------------------------------------------------------------------2
2.1 Hukum-------------------------------------------------------------------------------------------2
2.2 HAM----------------------------------------------------------------------------------------------7
2.3 Demokrasi--------------------------------------------------------------------------------------10
BAB III. PENUTUP--------------------------------------------------------------------------------15
3.1 Kesimpulan-------------------------------------------------------------------------------------15
Daftar Pustaka--------------------------------------------------------------------------------------16

ii
BAB I.
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Hukum, HAM dan demokrasi dalam islam adalah hukum yang bersumber dan
menjadi bagian dari agama Islam atau dari dasar hukum islam. Adapun konsepsi
hukum, HAM dan demokrasi dalam islam, dasar kerangkanya ditetapkan oleh Allah.
Hukum dan HAM dalam islam mengatur hak-hak manusia dari semua umur mulai
dari anak anak hingga tua dan apa saja yang menjadi keutamaan atau kewajiban
setiap umat, misalnya kewajiban sebagai anak, kewajiban suami terhadap istri
dalam islam, sebagai istri, sebagai pemimpin, dsb. Sedangkan dalam hal demokrasi,
hukum demokrasi dalam islam berhubungan dengan organisasi atau kepemimpinan
untuk mencapai keadilan dan tujuan bersama yang sesuai dengan syariat islam.

1.2 Rumusan masalah

Dalam pembuatan makalah ini, penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apa definisi dari hukum dan bagaimana hukum dalam pandangan islam?
2. Apa definisi dari HAM dan bagaimana HAM dalam pandangan islam?
3. Apa definisi dari demokrasi dan bagaimana demokrasi dalam pandangan
islam?
1.3 Tujuan
Maksud dan tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk memenuhi tugas Makalah hukum, HAM dan demokrasi dalam
islam, mata kuliah Pendidikan Agama Islam. 
2. Untuk membahas hukum, HAM dan demokrasi dalam islam, sehingga
pembaca pada umumnya dan khususnya penulis bisa lebih memahami
tentang hukum, HAM dan demokrasi dalam islam.

1
BAB II.
PEMBAHASAN
2.1 Hukum

1. Pengertian Hukum Islam

Hukum Islam adalah hukum yang ditetapkan oleh Allah melalui wahyu-
Nya yang kini terdapat dalam Al Qur’an dan dijelaskan oleh nabi Muhammad
sebagai Rasul-Nya melalui Sunnah beliau yang kini terhimpun dengan baik
dalam kitab-kitab hadits. Juga dapat diartikan sebagai hukum yang
bersumber dan menjadi bagian dari agama Islam. Yang diatur tidak hanya
hubungan manusia dengan manusia lain dalam masyarakat, manusia dengan
benda dan alam semesta, tetapi juga hubungan manusia dengan Tuhan.

Perkataan hukum yang dipergunakan sekarang dalam bahasa


Indonesia berasal dari kata hukum dalam bahasa arab. Artinya, norma atau
kaidah yakni ukuran, patokan, pedoman yang diperguanakan untuk menilai
tingkah laku atau perbuatan manusia dan benda. Hubungan antara perkataan
hukum dalam bahasa Indonesia tersebut diatas dengan hukum dalam
pengertian norma dalam bahasa arab itu memang erat sekali. Setiap
peraturan, apapun macam dan sumbernya mengandung norma atau kaidah
sebagai intinya. Dalam ilmu hukum Islam kaidah itu disebut hukum. Itulah
sebabnya maka didalam perkataan sehari-hari orang berbicara tentang
hukum suatu benda atau perbuatan. Yang dimaksud, seperti telah disebut
diatas, adalah patokan, tolak ukur, kaidah atau ukuran mengenai perbuatan
atau benda itu (Mohammad Daud Ali, 1999:39).

Dalam islam, hukum islam dikenal sebagai sya’riat. Sya’riat menurut


asal katanya berarti jalan menuju mata air, Dari asal kata tersebut sya’riat
Islam berarti jalan yang lurus ditempuh seorang muslim. Menurut istilah,
Sya’riat berarti aturan atau undang-undang yang diturunkan Allah untuk
mengatur seluruh aspek kehidupan manusia sebagai hamba Allah, individu,
warga, dan subjek alam semesta. Sya’riat merupakan landasan fiqih. Pada
prinsipnya syari’at adalah wahyu Allah yang terdapat dalam al- Quran dan
sunah Rasulullah. Syari’at bersifat fundamental, mempunyai lingkup lebih luas

2
dari fiqih, berlaku abadi dan menunjukkan kesatuan dalam islam. Sedangkan
fiqih adalah pemahaman manusiayang memenuhi syarat tentang sya’riat.
Oleh karena itu lingkupnya terbatas pada hukum yang mengatur perbuatan
manusia, dan karena merupakan hasil karya manusia maka ia tidak berlaku
abadi, dapat berubah dari masa ke masa dan dapat berbeda dari tempat yang
lain. Hal ini terlihat pada aliran-aliran yang disebut dengan mazhab. Oleh
karena itu fiqih menunjukkan keragaman dalam hukum Islam. (Mohammad
Daud Ali, 1999:45-46).

Sebagai sistem hukum, hukum Islam tidak boleh dan tidak dapat
disamakan dengan sistem hukum yang lain yang pada umumnya berasal dari
kebiasaan masyarakat dan hasil pemikiran manusia dan budaya manusia
pada suatu saat di suatu masa. Berbeda dengan sistem hukum yang lain,
hukum Islam tidak hanya merupakan hasil pemikiran yang dipengaruhi oleh
kebudayaan manusia di sutu tempat tapi dasarnya ditetapka oleh Allah
melalui wahyu-Nya yang kini terdapat dalam Al-Quran yang dijelaskan oleh
nabi Muhammad sebagai rasul–Nya melalui sunnah beliau yang kini
terhimpun dalam kitab-kitab hadits. Dasar inilah yang membedakan hukum
islam secara fundamental dengan hukum-hukum lain yang semata-mata lahir
dari kebiasaan dan hasil pemikiran dan perbuatan manusia.

2. Sifat Hukum Islam

Menurut Tahir Azhary, ada tiga sifat hukum islam yakni bidimensional,
adil, dan individualistik.

 Bidimensional artinya mengandung segi kemanusiaan dan segi


ketuhanan (Ilahi). Di samping itu sifat bidimensional juga berhubungan
dengan ruang lingkupnya yang luas atau komprehensif. Hukum Islam
tidak hanya mengatur satu aspek saja, tetapi mengatur berbagai aspek
kehidupan manusia. Sifat dimensional merupakan sifat pertama yang
melekat pada hukum islam dan merupakan sifat asli hukum Islam.

 Adil, dalam hukum Islam keadilan bukan saja merupakan tujuan tetapi
merupakan sifat yang melekat sejak kaidah – kaidah dalam sya’riat

3
ditetapkan. Keadilan merupakan sesuatu yang didambakan oleh setiap
manusia baik sebagai individu maupun masyarakat.

 Individualistik dan Kemasyarakatan yang diiikat oleh nilai-nilai


transedental yaitu Wahyu Allah yang disampaikan kepada Nabi
Muhammad SAW. Dengan sifat ini, hukum islam memiliki validitas baik
bagi perseorangan maupun masyarakat. Dalam sistem hukum lainnya
sifat ini juga ada, hanya asaja nilai-nilai transedental sudah tidak ada
lagi. (Mohammad Tahir Azhary, 1993:48-49)

3. Ciri-Ciri Hukum Islam

 Merupakan bagian dan bersumber dan Agama islam

 Mempunyai hubungan yang erat dan tidak dapat di pisahkan dan


aqidah dan akhlak.

 Mempunyai dua istilah kunci.

 Tediri atas dua bidang utama.

 Strukturnya berlapis.

4. Ruang Lingkup Hukum Islam

Hukum islam baik dalam pengertian syari’at maupun fiqih dibagi


menjadi dua bagian besar, yakni bidang ibadah dan muamalah. Ibadah
artinya menghambakan diri kepada Allah dan merupakan tugas hidup
manusia. Ketentuannya telah diatur secara pasti oleh Allah dan dijelaskan
oleh Rasul-Nya. Dengan demikian tidak mungkin adanya perubahan dalam
hukum dan tata caranya, yang mungkin berubah hanyalah penggunaan alat-
alat modern dalam pelaksanaannya. Adapun mu’amalat adalah ketetapan
Allah yang langsung mengatur kehidupan sosial manusia meski hanya pada
pokok-pokoknya saja. Oleh karena itu sifatnya terbuka untuk dikembangkan
melalui ijtihad.

4
Hukum islam tidak membedakan dengan tajam antara hukum perdata
dan hukum publik seperti halnya dalam hukum barat. Hal ini disebabkan
karena menurut hukum islam pada hukum perdata ada segi-segi publik dan
begitu pula sebaliknya. Dalam hukum Islam yang disebutkan hanya bagian-
bagiannya saja.

Menurut H. M. Rasjidi bagian-bagian hukum islam adalah

1. Munakahat yakni hukum yang mengatur segala sesuatu yang


mengenai perkawinan, perceraian, serta akibat-akibatnya.

2. Wirasah mengatur segala masalah yang menyangkut tentang warisan.


Hukum kewarisan ini juga disebut faraid.

3. Muamalah dalam arti khusus, yakni hukum yang mengatur masalah


kebendaan dan tata hubungan manusia dalam soal ekonomi.

4. Jinayat (‘ukubat) yang menuat aturan-aturan mengenai perbuatan


yang diancam dengan baik dalam bentuk jarimah hudud (bentuk dan
batas hukumannya sudah ditentukan dalam Alqur’an dan hadis)
maupun jar h ta’zir (bentuk dan batas hukuman ditentukan penguasa).

5. Al Ahkam as-sulthaniyah yakni hukum yang mengatur urusan


pemerintahan, tentara, pajak, dan sebagainya.

6. Siyar adalah hukum yang mengatur perang, damai, tata hubungan


dengan negara dan agama lain.

7. Mukahassamat mengatur peradilan, kehakiman, dan hukum acara. (H.


M. Rasjidi, 1980: 25-26)

Dari hal-hal yang sudah dikemukakan di atas, jelas bahwa hukum


islam itu luas, bahkan bidang-bidang tersebut dapat dikembangkan masing-
masing spesifikasinya lagi.

5. Tujuan Hukum Islam

Maqasih syariah (tujuan hukum islam) maksudnya adalah nilai-nilai


yang terkandung dalam aturan-aturan islam. Tujuan akhir dari hukum islam

5
pada dasarnya adalah kemaslahatan manusia di dunia dan di akherat.
Adapun tujuan hukum Islam secara umum adalah untuk mencegah kerusakan
pada manusia, mengarahkan mereka pada kebenaran untuk mencapai
kebahagiaan hidup manusia di dunia dan di akherat, dengan jalan mengambil
segala yang bermanfaat dan mencegah atau menolak yang tidak berguna
bagi hidup dan kehidupan manusia.

Berikut ini adalah beberapa dari tujuan hukum islam :

 Pemeliharaan atas keturunan

Hukum islam telah menetapkan aturan beserta hukum untuk


mencegah kerusakan atas nasab dan keturunan manusia.contohnya,
islam melarang zina dan menghukum pelakunya.

 Pemeliharaan atas akal

Islam menetapkan aturan yang melarang umatnya


mengkonsumsi segala sesuat yang dapat merusak akal. Di sisi lain,
islam mengajarkan umatnya agar menuntut ilmu mentaddaburi alam,
dan berpikir untuk mengembangkan kemampuan akal. Allah memuji
orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan.

 Pemeliharaan untuk agama

Islam tidak pernah memaksa seseorang untuk masuk dan


menganut agama islam. Allah telah berfirman

6. Fungsi Hukum Islam dalam Kehidupan Bermasyarakat

6
Peranan hukum islam dalam masyarakat sebenarnya cukup banyak,
namun dalam pembahasan ini hanya akan dikemukakan peranan
utamanya saja, yakni:

 Fungsi Ibadah. Fungsi Utama hukum Islam adalah untuk beribadah


kepada Allah SWT.

 Fungsi amar Ma’ruf Nahi Mungkar. Hukum Islam mengatur kehidupan


manusia sehingga dapat menjadi kontrol sosial. Dari fungsi inilah dapat
dicapai tujuan hukum islam, yakni mendatangkan kemaslahatan
(manfaat) dan menghindarkan kemadharatan (sia-sia) baik di dunia
maupun di akhirat.

 Fungsi zawajir. Adanya sanksi hukum mencerminkan fungsi hukum


islam sebagai sarana pemaksa yang melindungi umat dari segala
perbuatan yang membahayakan.

 Fungsi tanzim wa islah al-ummah. Sebagai sarana untuk mengatur


sebaik mungkin dan memperlancar interaksi sosial. Keempat fungsi
tersebut tidak terpisahkan melainkan saling berkaitan. (Ibrahim Hosen,
1996:90)

2.2 HAM

1. Pengertian HAM dalam Islam

Hak asasi dalam Islam berbeda dengan hak asasi menurut pengertian
yang umum dikenal. Sebab seluruh hak merupakan kewajiban bagi negara
maupun individu yang tidak boleh diabaikan. Rasulullah SAW pernah
bersabda: "Sesungguhnya darahmu, hartamu dan kehormatanmu haram atas
kamu." (HR. Bukhari dan Muslim). Maka negara bukan saja menahan diri dari
menyentuh hak-hak asasi ini, melainkan mempunyai kewajiban memberikan
dan menjamin hak-hak ini. Sebagai contoh, negara berkewajiban menjamin
perlindungan sosial bagi setiap individu tanpa ada perbedaan jenis kelamin,
tidak juga perbedaan muslim dan non-muslim. Islam tidak hanya menjadikan

7
itu kewajiban negara, melainkan negara diperintahkan untuk berperang demi
melindungi hak-hak ini.

2. Sejarah HAM di Indonesia

Hak Asasi Manusia di Indonesia bersumber dan bermuara pada pancasila.


Yang artinya Hak Asasi Manusia mendapat jaminan kuat dari falsafah bangsa, yakni
Pancasila. Bermuara pada Pancasila dimaksudkan bahwa pelaksanaan hak asasi
manusia tersebut harus memperhatikan garis-garis yang telah ditentukan dalam
ketentuan falsafah Pancasila. Bagi bangsa Indonesia, melaksanakan hak asasi
manusia bukan berarti melaksanakan dengan sebebas-bebasnya, melainkan harus
memperhatikan ketentuan-ketentuan yang terkandung dalam pandangan hidup
bangsa Indonesia, yaitu Pancasila. Hal ini disebabkan pada dasarnya memang tidak
ada hak yang dapat dilaksanakan secara multak tanpa memperhatikan hak orang
lain.Setiap hak akan dibatasi oleh hak orang lain.

Berbagai instrumen hak asasi manusia yang dimiliki Negara Republik


Indonesia, yakni:

 Undang – Undang Dasar 1945

 Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia

 Undang – Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

3. HAM dalam Islam

Petunjuk Ilahi yang berisikan hak dan kewajiban telah disampaikan pada
umat manusia dari manusia itu ada. Diutusnya manusia pertama ke dunia
mengindikasikan Allah telah memberi petunjuk kepada umat manusia. Lalu ketika
umat manusia lupa dengan petunjuk tersebut, Allah mengutus Nabi dan rasul-Nya
agar dapat mengingatkan mereka tentang keberadaan-Nya. Nabi Muhammad diutus
untuk umat manusia sebagai nabi terakhir agar menyampaikan dan memberi teladan
kehidupan yang sempurna kepada seluruh umat manusia sesuai dengan jalan Allah.
Hal ini menunjukkan bahwa menurut pandangan Islam, konsep HAM bukan hasil
dari pemikiran manusia, tetapi merupakan hasil dari wahyu Ilahi yang diturunkan
melalui para nabi dan rasul sejak permulaan umat manusia di atas bumi.

8
Aspek khas dalam konsep HAM Islami adalah tidak adanya orang lain yang
dapat memaafkan pelanggaran hak-hak jika pelanggaran itu terjadi atas seorang
yang harus dipenuhi haknya. Bahkan suatu negara islam pun tidak dapat
memaafkan pelanggaran HAM tersebut dan harus memberikan sanksi kecuali bila
pihak yang dilanggar HAM-nya memaafkan pihak yang melanggar tersebut.

Dalam rangka memperingati abad ke-15 H, pada tanggal 12 Dzulkaidah


atau 19 September 1981 para ahli hukum Islam mengemukakan “UNIVERSAL
ISLAMIC DECLARATION OF HUMAN RIGHTS” yang diangkat dari Alqur’an dan
sunah Rasulullah SAW. Pernyataan HAM menurut ajaran islam ini terdiri XXIII bab
dan 63 pasal yang meliputi seluruh aspek hidup dan kehidupan manusia.

4. Perbedaan Prinsip antara Konsep HAM dalam Pandangan Islam dan Barat

Ada perbedaan prinsip antara hak asasi musia dilihat dari sudut
pandang barat dan islam. Menurut pemikiran barat, hak asasi manusia semta-
mata bersifat antroposentris yaitu segala sesuatu berpusat pada manusia.
Dengan demikian, manusia yang sangat dipentingkan. Sebaliknya, dilihat dari
sudut pandang Islam, hak-hak asasi manusia bersifat teosentris. Yaitu segala
sesuatu berpusat kepada Tuhan. Dengan demikian Tuhan yang sangat
dipentingkan. A.K. Brohi mengatakan: “Berbeda dengan pendekatan barat,
strategi islam sangat mementingkan penghargaan kepada hak-hak asasi dan
kemerdekaan dasar manusia sebagai sebuah aspek kualitas dari kesadaran
keagamaan yang terpatri didalam hati, pikiran dan jiwa para penganutnya.
Perspektif islam sungguh-sunggguh bersifat teosentris.”

Pemikiran barat menempatkan manusia pada posisis sebagai tolak


ukur segala sesuatu, didalam Islam melalui firman-Nya Allah yang menjadi
tolak ukur segala sesuatu, sedangkan manusia hanyalah ciptaan Allah untuk
mengabdi kepada-Nya. Disinilah letak perbedaan yang fundamental antara
hak-hak asasi manusia menurut pemikiran barat dengan menurut pola ajaran
Islam. Makna dari teosentris bagi masyarakat Islam adalah manusia harus
meyakini ajaran pokok Islam yang dirumuskan pada dua kalimat syahadat.
Yakni pengakuan bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah

9
utusan-Nya. Setelah itu manusia baru melakukan perbuatan- perbuatan baik
menurut keyakinan tersebut.

Petunjuk Ilahi yang berisikan hak dan kewajiban telah disampaikan


pada umat manusia dari manusia itu ada. Diutusnya manusia pertama ke
dunia mengindikasikan Allah telah memberi petunjuk kepada umat manusia.
Lalu ketika umat manusia lupa dengan petunjuk tersebut, Allah mengutus
Nabi dan rasul-Nya agar dapat mengingatkan mereka tentang keberadaan-
Nya. Nabi Muhammad diutus untuk umat manusia sebagai nabi terakhir agar
menyampaikan dan memberi teladan kehidupan yang sempurna kepada
seluruh umat manusia sesuai dengan jalan Allah. Hal ini menunjukkan bahwa
menurut pandangan Islam, konsep HAM bukan hasil dari pemikiran manusia,
tetapi merupakan hasil dari wahyu Ilahi yang diturunkan melalui para nabi dan
rasul sejak permulaan umat manusia di atas bumi.

Apabila prinsip Universal Declaration of Human Rights dibandingkan


dengan Hak asasi manusia menurut islam, maka dalam Alqur’an dan sunah
rasul akan dijumpai berikut ini,

1. Martabat Manusia. Dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa manusia


mempunyai kedudukan dan martabat yang tinggi (Q.S 17:70, 17:33,
5:32, dll)

2. Prinsip persamaan. Bahwa sebenarnya semua manusia itu sama yang


membedakan hanyalah imannya (Q.S 49:13)

3. Prinsip kebebasan berpendapat. Islam memberikan kesempatan untuk


bebas berpendapat asalkan tidak bertentangan dengan prinsip islam.

4. Prinsip kebebasan beragama. Al qur’an menyatakan tidak boleh ada


paksaan dalam beragama dan menjunjung tinggi kebebasan beragama
(Q.S 2:256, 50:45, 88:22)

5. Hak atas Jaminan Sosial. Di dalam Alqur’an banyak dijumpai ayat-ayat


yang menjamin tingkat dan kualitas hidup minimum bagi masyarakat
(QS 51:19, 70:24, 104:2, 2:273, 9:60, dll)

10
6. Hak atas harta benda. Dalam islam hak milik seseorang sangat
dijunjung tinggi.

2.3 Demokrasi

1. Pengertian Demokrasi

Secara umum demokrasi adalah suatu bentuk atau mekanisme sistem


pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat
(kekuasaan warganegara) atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah
negara tersebut. Pada intinya, yang banyaklah yang menang dan yang
banyak dianggap sebagai suatu kebenaran.

Salah satu pilar demokrasi adalah prinsip trias politica yang membagi
ketiga kekuasaan politik negara (eksekutif, yudikatif dan legislatif) untuk
diwujudkan dalam tiga jenis lembaga negara yang saling lepas (independen)
dan berada dalam peringkat yg sejajar satu sama lain. Kesejajaran dan
independensi ketiga jenis lembaga negara ini diperlukan agar ketiga lembaga
negara ini bisa saling mengawasi dan saling mengontrol berdasarkan prinsip
checks and balances.

Ketiga jenis lembaga-lembaga negara tersebut adalah lembaga-


lembaga pemerintah yang memiliki kewenangan untuk mewujudkan dan
melaksanakan kewenangan eksekutif, lembaga-lembaga pengadilan yang
berwenang menyelenggarakan kekuasaan judikatif dan lembaga-lembaga
perwakilan rakyat (DPR, untuk Indonesia) yang memiliki kewenangan
menjalankan kekuasaan legislatif. Di bawah sistem ini, keputusan legislatif
dibuat oleh masyarakat atau oleh wakil yang wajib bekerja dan bertindak
sesuai aspirasi masyarakat yang diwakilinya (konstituante) dan yang
memilihnya melalui proses pemilihan umum legislatif, selain sesuai hukum
dan peraturan.

Kata "demokrasi" berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti
rakyat, dan kratos/cratein yang berarti pemerintahan, sehingga dapat
diartikan sebagai pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai
pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Konsep demokrasi
menjadi sebuah kata kunci tersendiri dalam bidang ilmu politik. Hal ini
11
disebabkan karena demokrasi saat ini disebut-sebut sebagai indikator
perkembangan politik suatu negara.

Demokrasi menempati posisi vital dalam kaitannya pembagian


kekuasaan dalam suatu negara umumnya berdasarkan konsep dan prinsip
trias politica dengan kekuasaan negara yang diperoleh dari rakyat juga harus
digunakan untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.

Prinsip semacam trias politica ini menjadi sangat penting untuk


diperhitungkan ketika fakta-fakta sejarah mencatat kekuasaan pemerintah
(eksekutif) yang begitu besar ternyata tidak mampu untuk membentuk
masyarakat yang adil dan beradab, bahkan kekuasaan absolut pemerintah
seringkali menimbulkan pelanggaran terhadap hak-hak asasi manusia.

Demikian pula kekuasaan berlebihan di lembaga negara yang lain,


misalnya kekuasaan berlebihan dari lembaga legislatif menentukan sendiri
anggaran untuk gaji dan tunjangan anggota-anggotanya tanpa mempedulikan
aspirasi rakyat, tidak akan membawa kebaikan untuk rakyat.

Intinya, setiap lembaga negara bukan saja harus akuntabel


(accountable), tetapi harus ada mekanisme formal yang mewujudkan
akuntabilitas dari setiap lembaga negara dan mekanisme ini mampu secara
operasional (bukan hanya secara teori) membatasi kekuasaan lembaga
negara tersebut.

2. Sejarah Demokrasi

Sebelum istilah demokrasi ditemukan oleh penduduk Yunani, bentuk


sederhana dari demokrasi telah ditemukan sejak 4000 SM di Mesopotamia.
Ketika itu, bangsa Sumeria memiliki beberapa negara kota yang independen.
Di setiap negara kota tersebut para rakyat seringkali berkumpul untuk
mendiskusikan suatu permasalahan dan keputusan pun diambil berdasarkan
konsensus atau mufakat.

Barulah pada 508 SM, penduduk Athena di Yunani membentuk sistem


pemerintahan yang merupakan cikal bakal dari demokrasi modern. Yunani
kala itu terdiri dari 1.500 negara kota (poleis) yang kecil dan independen.

12
Negara kota tersebut memiliki sistem pemerintahan yang berbeda-beda, ada
yang oligarki, monarki, tirani dan juga demokrasi. Diantaranya terdapat
Athena, negara kota yang mencoba sebuah model pemerintahan yang baru
masa itu yaitu demokrasi langsung. Penggagas dari demokrasi tersebut
pertama kali adalah Solon, seorang penyair dan negarawan. Paket
pembaruan konstitusi yang ditulisnya pada 594 SM menjadi dasar bagi
demokrasi di Athena namun Solon tidak berhasil membuat perubahan.
Demokrasi baru dapat tercapai seratus tahun kemudian oleh Kleisthenes,
seorang bangsawan Athena. Dalam demokrasi tersebut, tidak ada perwakilan
dalam pemerintahan sebaliknya setiap orang mewakili dirinya sendiri dengan
mengeluarkan pendapat dan memilih kebijakan.Namun dari sekitar 150,000
penduduk Athena, hanya seperlimanya yang dapat menjadi rakyat dan
menyuarakan pendapat mereka.

Demokrasi ini kemudian dicontoh oleh bangsa Romawi pada 510 SM


hingga 27 SM. Sistem demokrasi yang dipakai adalah demokrasi perwakilan
dimana terdapat beberapa perwakilan dari bangsawan di Senat dan
perwakilan dari rakyat biasa di Majelis.

3. Pengertian Demokrasi dalam Islam

Dalam Islam ada yang dikenal dengan istilah Syura atau musyawarah.
Yang merupakan derivasi (kata turunan) dari kata kerja ‘syawara’. Dan kata
‘syawara’ mempunyai beberapa makna, antara lain memeras madu dari
sarang lebah; memelihara tubuh binatang ternak saat membelinya;
menampilkan diri dalam perang. Dan makna yang dominan adalah meminta
pendapat dan mencari kebenaran.

“Dan orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan


mendirikan shalat, sedang urusan mereka diputuskan dengan musyawarah
antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan
kepada mereka.” (QS. Asy-syura: 36).

Dengan ayat tersebut, kita dapat mengerti bahwa Islam telah memposisikan
musyawarah pada tempat yang agung. Hal tersebut menunjukan bahwa, Islam
secara langsung menerapkan prinsip pengambilan keputusan;musyawarah yang

13
menjadi sendi utama dalam demokrasi modern (dari, oleh dan untuk kepentingan
rakyat).

Yang menjadi poin penting dalam demokrasi bukan sistem trias


politiknya, yang membagi pemerintahan kedalam tiga lembaga (eksekutif,
yudikatif dan legislatif), melainkan sisitem checks and balances yang
berlangsung dalam pemerintahan itu. Tentunya agar bisa berjalan maka,
harus ada keterbukaan dari setiap elemen dalam pemerintahan itu. Dan
keterbukaan itu dapat diwujudkan dalam sebuah musyawarah yang efisien
dan efektif. Tentu saja dengan tujuan untuk mensejahterakan kehidupan
rakyat.

Pada dasarnya, konsep demokrasi tidak sepenuhnya bertentangan


dan tidak sepenuhnya sejalan dengan Islam. Hal ini ditunjukkan dengan:

1. Demokrasi tersebut harus berada di bawah payung agama.

2. Rakyat diberi kebebasan untuk menyuarakan aspirasinya.

3. Pengambilan keputusan senantiasa dilakukan dengan musyawarah.

4. Suara mayoritas tidaklah bersifat mutlak meskipun tetap menjadi


pertimbangan utama dalam musyawarah.

5. Musyawarah atau voting hanya berlaku pada persoalan ijtihad; bukan


pada persoalan yang sudah ditetapkan secara jelas oleh Alquran dan
Sunnah.

6. Produk hukum dan kebijakan yang diambil tidak boleh keluar dari nilai-
nilaiagama.

7. Hukum dan kebijakan tersebut harus dipatuhi oleh semua warga.

14
BAB III.
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hukum, HAM, dan demokrasi adalah tiga konsep yang tidak dapat
dipisahkan. Hal ini dikarenakan salah satu syarat utama terwujudnya demokrasi
ialah adanya penegakkan hukum dan perlindungan HAM. Demokrasi akan rapuh
apabila HAM setiap masyarakat tidak terpenuhi. Sedangkan pemenuhan dan
perlindungan HAM dapat terwujud apabila hukum ditegakkan. Dalam ajaran Islam,
hukum, HAM dan ddemokrasi disebutkan dengan jelas di dalam Al-Quran dan As-
Sunnah. Dengan demikian manusia sebagai khalifah Allah dimuka bumi ini dapat
menjalankan tugasnya dengan baik dan benar apabila ia selalu berpegang pada
aturan-aturan pada Al-Quran dan As-Sunnah.

15
DAFTAR PUSTAKA
Fanani, S. (2010). Lembar Kerja Mahasiswa Pendidikan Agama Islam. Sidoarjo: PT.
Al-Maktabah.

Mansoer, H. (2004). Materi Intruksional Pendidikan Agama Islam di Perguruan


Tinggi Umum. Jakarta: Direktur Pendidikan Tinggi Agama Islam.

16

Anda mungkin juga menyukai