MATA KULIAH
KAJIAN MANDIRI PROPOSAL TESIS
DOSEN:
Dr. Ir. Nurfajriani, M.Si
OLEH:
Fatma Harian Dini
8206141005
PENDAHULUAN
sekolah dan sangat berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, tetapi dalam suatu pembelajaran
siswa hanya dituntut oleh seorang guru untuk sekedar menghafal tanpa harus menuntut siswa
untuk memahami materi tersebut secara mendalam, dalam materi tersebut juga terdapat
konsep-konsep yang memerlukan pemahaman dan hafalan yang cukup dari siswa seperti
pemahaman tentang koloid secara umum, jenis-jenis koloid, sifat-sifat koloid, dan cara-cara
pembuatan koloid. Dengan pemahaman tentang koloid secara umum, maka siswa akan mudah
menerima dan memahami jenis, sifat dan cara pembuatan koloid yang jelaskan oleh seorang
Beberapa materi yang sangat sulit untuk dipahami oleh siswa pada suatu materi
pembelajaran kimia kelas XI semester 2 adalah teori koloid, dengan presentasi sebesar 38%.
Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman dan penguasaan siswa terhadap materi kimia pada
kelas XI semester 2 paling rendah pada materi koloid karena sifatnya berupa konsep dan
teori. Oleh karena itu seorang guru dituntut untuk dapat meningkatkan pemahaman dan
pemahaman siswa tentang konsep atau teori yang dituntut untuk mampu berpikir kritis pada
siswa terutama pada penyelesaian akhir belajar yang sekarang disebut dengan AKM
(Asesmen Kompetensi Minimum), dapat dilakukan dirumah ataupun disekolah karena alat
atau bahan yang digunakan cukup mudah, menyamakan dan memperdalam kembali materi
Adapun judul yang akan diusulkan dalam tesis ini adalah “PENGEMBANGAN
sebagai berikut:
1. Kemampuan siswa dalam menganalisa soal masih kurang sehingga dalam menjawab
soal essai, uraian atau isian tidak mencapai nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal).
2. Dalam menjawab soal esai tingkat berpikir kritis siswa dalam menjabarkan jawaban
masih kurang.
3. Kemampuan siswa masih kurang dalam materi kimia dengan teori atau konsep salah
4. Perlu untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir kritis untuk memahami
Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka tidak seluruh masalah- masalah akan
dibatasi mengingat keterbatasan penulis baik dari segi waktu, kemampuan, tenaga dan
biaya. Dengan demikian penulis membatasi “Pengembangan Critical Thinking Student Pada
Penyelesaian Akhir Belajar Akm (Asesmen Kompetensi Minimum) Pada Materi Sistem
Koloid”
1. Apakah pola berpikir kritis berpengaruh terhadap penyelesaian akhir pada AKM
2. Apakah kemampuan siswa menjawab soal dengan materi sistem koloid dapat
1.5 Tujuan
Koloid.
2. Mengetahui pemahaman siswa pada penyelesaian akhir belajar AKM (Asesmen
Kompetensi Minimum).
KAJIAN TEORI
SISTEM KOLOID
Koloid merupakan campuran dari dua zat atau lebih yang tersebar secara merata dengan
ukuran partikel terdispersi antara 1-1000 nm. Sedangkan, sistem koloid adalah bentuk campuran
yang keadaanya terletak di antara larutan dan suspensi (campuran kasar) dan memiliki sifat-sifat
yang khas.
Berdasarkan pengertian di atas, apa saja contoh dari sistem koloid ini? Ya, betul. berbagai
bahan makanan yang merupakan campuran dua zat (larutan dan suspensi) itu juga termasuk ke
dalam sistem koloid. Seperti misalnya, mayones, keju, nasi, dan roti. Contoh di luar bahan
makanan? Cat, kosmetik, dan obat-obatan juga termasuk. Bahkan, darah yang ada di dalam tubuh
kita itu sistem koloid. Kok bisa? Hayo, coba kamu ingat. Kira-kira apa saja komposisi darah di
Sistem koloid mempunyai sifat khas yang berbeda dengan sifat sistem-sistem dispersi lainnya.
Sifat-sifat koloid yang khas misalnya Efek Tyandall, Gerak Brown, adsorpsi dan koagulasi.
EFEK TYNDALL
Efek Tyndall adalah efek penghamburan cahaya oleh partikel koloid. Ketika berkas
cahaya diarahkan ke larutan, cahaya tersebut akan diteruskan sehingga kita tidak bisa melihatnya.
Kenapa? Hal ini dikarenakan larutan bersifat homogen. Di sisi lain, ketika berkas cahaya diarahkan
ke partikel-partikel koloid dan suspensi, berkas sinar akan dihamburkan sehingga jejaknya dapat
terlihat.
Contoh Efek Tyndall dalam kehidupan sehari-hari yaitu saat di bioskop. Sorot lampu proyektor
akan tampak jelas ketika ada asap rokok yang melewatinya, sehingga gambar film yang ada di layar
menjadi tidak jelas. Hal ini karena adanya hamburan cahaya oleh partikel-partikel asap rokok yang
GERAK BROWN
Gerak Brown adalah gerak acak, gerak tidak beraturan atau gerak zig zag partikel koloid. Gerakan
ini terjadi karena benturan tidak teratur antara partikel koloid terdispersi dan medium pendispersi.
Benturan ini mengakibakan partikel koloid bergetar dengan arah tidak beraturan dan jarak yang
pendek. Gerak zig zag akibat benturan dari partikel pendispersi menyebabkan sistem koloid tetap
koloid. Adsorpsi terjadi karena adanya kemampuan partikel koloid untuk menarik (ditempeli) oleh
koloid yang cukup tinggi. Alhasil, ketika ada partikel kecil yang menempel ke koloid, partikel itu
akan cenderung tidak mudah lepas (tetap menempel). Zat-zat teradsorpsi dapat terikat kuat
membentuk lapisan yang tebalnya tidak lebih dari satu atau dua lapisan partikel. Partikel koloid
mampu menyerap molekul netral atau ion-ion pada permukaannya. Ketika partikel koloid menyerap
ion bermuatan, ion-ion tersebut akan menempel pada permukaannya dan partikel koloid tersebut
menjadi bermuatan.
ELEKTROFORESIS
Partikel koloid dapat bergerak dalam medan listrik. Hal ini menunjukkan bahwa partikel koloid
bermuatan listrik. Pergerakan partikel koloid dalam medan listrik di mana partikel bermuatan
bergerak ke arah elektrode dengan muatan berlawanan ini disebut elektroforesis. Koloid bermuatan
positif akan bergerak ke arah elektrode negatif, sedangkan koloid bermuatan negatif akan bergerak
ke arah elektrode positif. Oleh karena itu, elektroforesis dapat digunakan untuk menentukan jenis
muatan koloid dan juga untuk memisahkan partikel-partikel koloid berdasarkan ukuran partikel dan
muatannya.
KOAGULASI
karena adanya kerusakan stabilitas sistem koloid atau karena penggabungan partikel koloid yang
berbeda muatan sehingga membentuk partikel yang lebih besar. Koagulasi dapat dipengaruhi oleh
muatan, dan elektroforesis. Contoh koagulasi koloid dalam kehidupan sehari-hari yaitu
pada penggumpalan susu yang basi dan telur yang direbus hingga membeku.
PEMBUATAN KOLOID
Pada cara ini, partikel-partikel kecil (partikel larutan) bergabung menjadi partikel-partikel
A. Reaksi redoks
B. Hidrolisis
Contoh: pembuatan sol Fe(OH)3 dengan menambahkan larutan FeCl3 ke dalam air mendidih
C. Dekomposisi rangkap
Contoh: bila larutan jenuh kalsium asetat dicampur dengan alkohol akan terbentuk suatu
Pada cara ini, partikel-partikel besar (partikel suspensi) dipecah menjadi partikel-partikel
1. Cara mekanik
Pada cara ini, butiran-butiran kasar digerus ataupun digiling dengan penggiling
koloid hingga tingkat kehalusan tertentu lalu diaduk dalam medium pendispersi. Contoh:
sol belerang dapat dibuat dengan menggerus serbuk belerang bersama-sama dengan gula
pasir, kemudian serbuk yang sudah halus tersebut dicampur dengan air.
2. Cara peptisasi
Pada cara ini, partikel-partikel besar dipecah dengan bantuan zat pemeptisasi
(pemecah). Contoh: endapan Al(OH)3 dipeptisasi oleh AlCl3; endapan NiS oleh H2S; dan
Cara ini digunakan untuk membuat sol-sol logam seperti Ag, Au, dan
Pt. Logam yang akan dijadikan koloid digunakan sebagai elektrode yang dicelupkan dalam
program kesetaraan jenjang mulai dari tingkat dasar sampai tingkat menengah. Asesmen Nasional
Yang pertama adalah AKM. AKM ini dirancang untuk mengukur hasil belajar kognitif (literasi dan
numerasi) peserta didik. Kemampuan literasi erat kaitannya sama kemampuan kita dalam
memahami suatu informasi dari bacaan. Sedangkan untuk numerasi sendiri berkaitan dengan
Survei Karakter
Bagian kedua adalah survei karakter. Kalau AKM digunakan untuk menguji kemampuan kognitif
siswa dalam bidang literasi dan numerasi, survei karakter ini dirancang untuk mengukur capaian
belajar siswa dalam bidang sosial emosional berupa pilar karakter dengan tujuan untuk mencetak
Bagian ketiga atau terakhir adalah survei lingkungan. Kegiatan ini bertujuan untuk mengevaluasi
dan memetakan aspek pendukung kualitas pembelajaran di lingkungan sekolah. Jika sebelumnya
ujian akhir digunakan untuk menguji hasil belajar siswa sebagai syarat kelulusan, Asesmen
Nasional boleh dibilang melakukan pengujian secara lebih luas. Hal ini dilakukan dengan tujuan
melakukan pemetaan dasar dari kualitas pendidikan yang nyata ada di lapangan. Sebagaimana
dikatakan oleh Mendikbud Nadiem Makarim “Hasil Asesmen Nasional tidak ada konsekuensinya
Kemendikbud juga akan membantu sekolah dan dinas pendidikan daerah dengan cara menyediakan
laporan hasil asesmen yang berisi penjelasan profil kekuatan dan area perbaikan tiap sekolah dan
daerah.
Metode asesmen
Perbedaan pertamanya ada di metode asesmen. Jika UN diujikan menggunakan fixed test atau satu
set soal untuk semua peserta. Di AKM, soal yang diujikan disesuaikan dengan kemampuan siswa.
Bentuk ujiannya pun berbeda, di AKM, soal yang diujikan tidak hanya pilihan ganda melainkan
juga pilihan ganda kompleks (jawaban benar lebih dari satu), isian singkat, sampai dengan soal
berbentuk esai.
Hal yang diukur
Apabila di UN, yang diukur dalam ujian adalah capaian pada kompetensi kurikulum berdasarkan
penguasaan materi dalam mata pelajaran. Di Asesmen Nasional, yang diukur adalah kompetensi
siswa pada literasi dan numerasi, karakter siswa, dan gambaran lingkungan belajar.
Peserta tes
Di ujian-ujian akhir sebelumnya, peserta ujian akhir adalah siswa kelas 12 SMA dan 9 SMP. Hal
berbeda terjadi di Asesmen Nasional 2021 di mana pesertanya diambil secara acak dari kelas 5 SD,
8 SMP, dan 11 SMA. Jadi, tidak semua siswa akan menjadi peserta nantinya. Kebijakan ini dibuat
dengan tujuan supaya siswa yang menjadi peserta Asesmen Nasional 2021 dapat merasakan
perbaikan pembelajaran setelah adanya asesmen. Selain itu, kebijakan ini juga bertujuan untuk
memberikan gambaran dampak dari proses pembelajaran yang dilakukan di setiap satuan
pendidikan.
Ujian akhir ditujukan buat kelas 12. Setelah ujian mereka akan mendapatkan ijazah yang berisi
nilai. Ijazah tadi bisa dijadikan bekal untuk melamar pekerjaan, daftar beasiswa, dan buat bekal
Perbedaan antara UN dengan Asesmen Nasional selanjutnya ada pada pelaporan hasil tes. Jika di
UN yang menjadi pelaporan hasil tes adalah nilai tiap siswa, nilai agregat tiap sekolah, dan nilai
agregat per wilayah, berbeda dengan Asesmen Nasional. Di Asesmen Nasional, yang menjadi
pelaporan hasil tes adalah nilai agregat tiap sekolah dan nilai agregat per wilayah.
Tujuan tes
Perbedaan selanjutnya ada pada tujuan tes. Kalau UN, tujuan tesnya adalah pemetaan dan perbaikan
pembelajaran. Sedangkan untuk Asesmen Nasional, tujuan tesnya adalah perbaikan pembelajaran
Berpikir kritis merupakan topik yang penting dan vital dalam pendidikan modern, maka
semua pendidik semestinya tertarik untuk mengajarkan berpikir kritis kepada para siswanya. Para
pakar dan instruktur pendidikan diharapkan terlibat secara intensif dalam merencanakan strategi
pembelajaran keterampilan berpikir kritis. Tujuan khusus pembelajaran berpikir kritis dalam
pengajaran sains atau dalam bidang studi lainnya adalah untuk meningkatkan keterampilan berpikir
Berpikir kritis dimaksudkan sebagai berpikir yang benar dalam pencarian pengetahuan yang
relevan dan reliabel tentang dunia realita. Seseorang yang berpikir secara kritis mampu mengajukan
pertanyaan yang cocok, mengumpulkan informasi yang relevan, bertindak secara efisien dan kreatif
berdasarkan informasi, dapat mengemukakan argumen yang logis berdasarkan informasi, dan dapat
mengambil simpulan yang dapat dipercaya. Berpikir kritis merupakan aktivitas mental dalam
mengevaluasi suatu argumen atau proposisi dan membuat keputusan yang dapat menuntun diri
Ada hubungan yang sangat erat antara keterampilan berpikir kritis dan metode ilmiah.
Karena itu, keterampilan berpikir kritis dapat dikembangkan melalui pembelajaran yang
berorientasi pada metode ilmiah. Berpikir kritis tidak dapat diajarkan melalui metode ceramah,
karena berpikir kritis merupakan proses aktif. Keterampilan intelektual dari berpikir kritis
mencakup berpikir analisis, berpikir sintesis, berpikir reflektif, dan sebagainya harus dipelajari
melalui aktualisasi penampilan (performance). Berpikir kritis dapat diajarkan melalui kegiatan
laboratorium, inkuiri, pekerjaan rumah yang menyajikan berbagai kesempatan untuk menggugah
berpikir kritis, dan ujian yang dirancang untuk mempromosikan keterampilan berpikir kritis.
Untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan berpikir kritis siswa dalam proses
1. Menyeimbangkan antara konten dan proses, dalam penyajian materi pelajaran agar
diseimbangkan antara konten dan proses. Dalam pelajaran sains, harus seimbang antara
sains sebagai produk (penyajian fakta, konsep, prinsip, hukum, dsb) dan sains sebagai
2. Kedua, seimbangkan antara ceramah (lecture) dan diskusi (interaction), teori belajar Piaget
yang baru.
3. Ciptakan diskusi kelas, guru sebaiknya memulai presentasi dengan ”pertanyaan”. Ajukan
dalam menciptakan atau mengkreasi suasana belajar yang interaktif, maka model-model
pembelajaran yang tampaknya sesuai untuk diterapkan dalam proses pembelajaran dalam upaya
Model-model pembelajaran ini akan memberi pengalaman belajar kepada siswa dalam
mengembangkan keterampilan berpikir kritisnya. Model siklus belajar (learning cycle model)
merupakan suatu strategi pembelajaran yang berbasis pada paham konstruktivisme dalam belajar,
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian ini berisi tentang pendekatan penelitian, tempat dan waktu penelitian,
desain penelitian, definisi operasional variabel penelitian, populasi penelitian, teknik pengumpulan
data, instrumen penelitian dan pengukuran, uji validitas, uji reabilitas dan teknik analisis data yang
A. Desain Pengembangan
mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada. Ali
Maksum (2012: 79), mengemukakan istilah produk ini bisa diartikan sebagai perangkat
keras (hardware) atau perangkat lunak (software), seperti model pembelajarn interaktif,
and development) yang bertujuan mengembangkan software berupa sumber belajar game
edukatif dengan aplikasi Role Playing Game Maker XP pada mata pelajaran IPS di SMP.
berupa model, media, peralatan, buku, modul, alat evaluasi, dan perangkat pembelajaran
Produk yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah berupa Lembar Kerja Siswa
berbasis AKM. Banyak model pengembangan yang bisa digunakan, salah satunya adalah
model pengembangan ADDIE yang dikembangkan oleh Dick and Carry (1996) untuk
merancang sistem pembelajaran (Endang, 2013: 200). Model ADDIE menggunakan lima
mengindentifikasi produk yang sesuai dengan sasaran, pemikiran tentang produk yang
akan dikembangkan.
2. Design, tahap desain merupakan tahap perancangan konsep produk yang akan
dikembangkan.
kenyataan.
4. Implementation, implementasi adalah uji coba produk sebagai langkah nyata untuk
5. Evaluation, yaitu proses untuk melihat apakah produk yang dibuat berhasil, sesuai
Pengembangan sumber belajar Kimia berupa LKS berbasis AKM dengan materi
Sistem Koloid diharapkan akan memperoleh hasil akhir yang dapat digunakan sebagai
sumber belajar yang dapat memotivasi belajar siswa pada mata pelajaran Kimia.
B. Prosedur Pengembangan
Prosedur penelitian ini mengadaptasi model pengembangan ADDIE dari Dick and
Carry, yaitu model pengembangan yang terdiri dari lima tahapan yang meliputi analisis
dan evaluasi (evaluation) yang sudah dijelaskan sebelumnya. Namun pada penelitian ini
berikut ini:
Tahap analisis adalah suatu tahap pengumpulan informasi yang dapat dijadikan
sebagai bahan untuk membuat produk, dalam hal ini produk yang dihasilkan adalah sumber
belajar LKS edukatif berbasis AKM. Pengumpulan informasi ini berupa analisis kebutuhan,
analisis perangkat keras, dan perangkat lunak yang dibutuhkan untuk membuat produk.
a. Analisis Kebutuhan
Analisis kebutuhan bertujuan untuk mengidentifikasi produk yang sesuai dengan sasaran.
b. Analisis Materi Pembelajaran
c. Analisis Lingkungan
Tahap desain dilakukan untuk mempermudah peneliti dalam merancang LKS yang
akan dibangun. Tahap desain meliputi kriteria pengumpulan data, bagan alur (flowchart),
a. Pengumpulan Data
diperlukan dalam game tersebut. Kebutuhan data meliputi materi yang sudah ditentukan
pada tahap analisis, soal-soal latihan sesuai dengan materi, dan skenario. Skenario tersebut
b. Flowchart
Flowchart adalah suatu bagan yang terdiri dari berbagai simbol yang menunjukkan
langkah-langkah kerja dari sistem yang dibuat, sehingga memudahkan dalam proses
pembuatan LKS.
c. Storyboard
Storyboard merupakan sketsa LKS yang disusun berurutan sesuai dengan AKM,
Pengembangan aplikasi adalah tahap merealisasikan apa yang telah dibuat dalam
tahap desain agar menjadi sebuah produk. Hasil akhir dari tahap ini adalah sebuah produk
a. Pembuatan LKS
Pada tahapan pembuatan game, peneliti membuat aplikasi sesuai dengan desain yang
telah dibuat sebelumnya. Proses pembuatan LKS meliputi pembuatan Slide, mapping,
1) Pembuatan Slide
Membuat slide tampilan awal diantaranya halaman judul, kompetensi inti, kompetensi
dasar, tujuan pembelajaran, profil, petunjuk dan membuat soal-soal dan pembahasan.
2) Mapping
Membuat map yang nanti menjadi tempat dimana mempermudah LKS atau materi
3) Database Using
Memasukkan soal, gambar, materi singkat, kunci jawaban, pembahasan dan fakta-fakta
dalam kehidupan sehari-hari yang memperkuat teori dari materi sistem koloid tersebut
4) Testing
Tahap ini perlu dilakukan untuk mengetahui apakah sumber belajar LKS edukatif sudah
5) Publishing
Setelah semua langkah di atas selesai, yang harus dilakukan adalah mempublish LKS
6) Uji Ahli
LKS yang sudah selesai selanjutnya dinilai oleh ahli materi dan ahli sumber belajar
sebelum di ujikan kepada pengguna. Uji ahli dilakukan oleh satu ahli materi (dosen)
dan satu ahli sumber belajar (dosen). Pengujian LKS dilakukan berdasarkan kriteria
kelayakan materi dan kelayakan sistem dari produk yang dikembangkan serta
mendapatkan komentar dan saran yang dapat digunakan sebagai dasar untuk
melakukan revisi produk I. Produk media akan direvisi berdasarkan komentar dan dari
validator. Setelah melalui revisi tahap I, produk diajukan kembali kepada ahli materi
dan ahli sumber belajar untuk dilakukan validasi tahap II. Setelah dinyatakan layak
untuk diujicobakan, langkah selanjutnya adalah uji coba LKS terhadap siswa.
Tahap ini dapat dilakukan jika hasil dari uji ahli sudah memenuhi kriteria baik. Tahap
implementasi merupakan tahap uji coba terhadap users yaitu guru Kimia sebagai praktisi
pembelajaran dan siswa kelas XII dalam uji coba kelompok kecil. Guru dan siswa
diberikan instrumen yang telah disusun pada tahap sebelumnya. Jika pada tahap uji coba
oleh guru Kimia dan siswa kelas XII dalam kelompok kecil produk mendapat tanggapan
layak untuk digunakan dan dapat memotivasi belajar siswa, maka tahap selanjutnya adalah
mengimplementasikan produk pada siswa kelas XII dalam kelompok besar, yaitu sebanyak
30 orang. Komentar dan saran baik guru maupun siswa pada tahap ini dapat menjadi
pertimbangan untuk dilakukan revisi produk sehingga produk lebih baik lagi.
Analisis Kebutuhan
Analisis Lingkungan
Pengumpulan Data
Design Flowchart
sain
Storyboard
Pembuatan LKS
Tahap I
Pengembangan
Revisi I
Revisi Akhir
Produk Akhir
1. Desain Validasi
a. Produk awal yang sudah disetujui oleh dosen pembimbing divalidasi oleh dosen
ahli materi dan dosen ahli sumber belajar, komentar dan saran dari ahli materi dan
b. Hasil revisi I divalidasi kembali oleh dosen ahli materi dan dosen ahli sumber
belajar hingga memperoleh hasil yang layak untuk diujicobakan kepada guru
Data dari ahli materi, ahli sumber belajar, guru Kimia dan siswa akan diolah untuk
dapat memperoleh informasi mengenai kelemahan sumber belajar melalui LKS berbasis
AKM sehingga akan dapat direvisi kembali untuk menjadi sebuah sumber belajar yang baik
Validator dalam penelitian ini adalah ahli materi Kimia, ahli sumber belajar Kimia.
Sedangkan subjek uji coba dalam penelitian ini adalah guru Kimia MAN 1 Medan sebagai
praktisi pembelajaran Kimia dan siswa kelas XII MAN 1 Medan yang beralamat di
Pancing, Medan. Subjek dipilih dengan alasan bahwa di sekolah tersebut menerapkan
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif.
Data-data tersebut diperoleh dari hasil penilaian oleh ahli materi dan ahli sumber belajar,
tanggapan oleh guru IPS sebagai praktisi pembelajaran, serta tanggapan yang diperoleh dari
1. Data kualitatif berupa data yang dijabarkan dengan kriteria sangat baik (SB), baik (B),
cukup (C), kurang (K), sangat kurang (SK) yang diperoleh dari penilaian ahli materi
dan ahli sumber belajar dengan cara memberikan tanda cek (√) pada setiap kriteria.
Data kualitatif juga berupa data tanggapan dari users yang dijabarkan dengan kriteria
sangat setuju (SS), setuju (S), kurang setuju (KS), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju
(STS) dengan cara memberikan tanda cek (√) pada setiap kriteria.
2. Data kuantitatif berupa skor dari penilaian ahli materi dan ahli sumber belajar yaitu
SB=5; B=4; C=3; K=2; SK=1 dan skor dari tanggapan users yaitu SS=5; S=4; KS=3;
TS=2; STS=1. Skor dihitung dari rata–rata penjumlahan setiap instrumen hasil
penilaian ahli materi dan penilaian ahli sumber belajar, serta tanggapan guru Kimia
dan siswa kelas XII sebagai subjek uji coba yang kemudian dibandingkan dengan skor
pada penelitian pengembangan ini berupa angket. Angket berupa daftar pertanyaan tertulis
yang harus ditanggapi oleh responden. Responden menanggapi dengan cara memilih
alternatif jawaban yang sudah ada. Instrumen tersebut disusun untuk mengetahui kelayakan
aspek dan kriteria mengadopsi dari Romi Satria Wahono (2006), dengan pengembangan
lebih lanjut oleh peneliti disesuaikan dengan kebutuhan penelitian. Instrumen berupa angket
ini kemudian divalidasi oleh dosen pendidikan Kimia. Validasi instrumen ini menghasilkan