Anda di halaman 1dari 21

PRAKATA

Puji Syukur Alhamdulillah saya panjatkan kepada Allah Yang MahaKuasa, karena atas
limpahan rahmat, nikmat, dan hidayah Nya, Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
dengan judul “Pengembangan LKPD Terintegrasi Etnosains pada Materi Koloid untuk
Meningkatkan Literasi Budaya dan konservasi” ini dapat diselesaikan tepat waktu.
Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih yang sangat tulus kepada pembimbing saya
Prof. Dr. Sudarmin, M. Si. dan Dr. Woro Sumarni, M. Si. yang dengan sabar dan ikhlas
telah memberikan saya berbagai masukan pada LKPD ini. LKPD ini diharapkan dapat
menjadi alternatif guru dalam mengajarkan materi koloid dengan pendekatan Etnosains.
Topik yang diambil dari buku ini adalah proses pembuatan horog-horog yang
melibatkan proses kimia yaitu pada materi koloid. Pendekatan Etnosains dilakukan saat
siswa mencoba melakukan observasi pembuatan horog-horog. Selanjutnya ranah
pengembangan keterampilan abad 21 disini difokuskan pada literasi budaya dan
konservasi. Literasi budaya dan konservasi akan dikatrol dari kemampuan pengerjaan
penugasan siswa yang sudah terintegrasi dengan pengetahuan kognitif. Sehingga
harapannya siswa tidak hanya meningkat aspek kognitifnya saja, namun dalam waktu
yang bersamaan kemampuan literasi budaya dan konservasi siswa juga akan meningkat.
Akhir kata, penulis yang notabene masih calon sarjana S1, menyadari jika masih banyak
kekurangan dari LKPD ini. Tentu saja kritik yang membangun selalu penulis harapkan
dalam rangka untuk menghasilkan LKPD yang berkualitas, akhirul kalam sekian.

Semarang, 01 Desember 2021

Fina Ayu Lestari (4301419009)


Dwi Ayu Safitri (4301419075)
Identitas Materi Ajar :
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas : XI
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit
Judul Materi Ajar : Koloid

A. Kompetensi Inti
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong
royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responsif, dan proaktif
sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi
secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta menempatkan diri
sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian
yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan

B. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa mengetahui jenis-jenis campuran beserta contohnya.
2. Siswa mengetahui sifat-sifat koloid dan kegunaannya dalam kehidupan
sehari-hari.
3. Siswa memahami mekanisme koagulasi.
4. Siswa memahami mekanisme adsorpsi.
5. Siswa dapat menghubungkan konteks etnosains pada materi koloid.
C. KD dan IPK

Kompetensi Dasar (KD) Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)

3.14 Mengelompokkan berbagai tipe sistem 3.14.1 Mengidentifikasi jenis-jenis campuran


koloid, dan menjelaskan kegunaan koloid beserta contohnya
dalam kehidupan berdasarkan sifat-sifatnya 3.14.2 Mengidentifikasi sifat-sifat koloid dan
kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari
3.14.3 Menganalisis mekanisme koagulasi
3.14.4 Menganalisis mekanisme adsorpsi
3.14.5 Menghubungkan materi koloid ke
dalam konteks etnosains
PETA KONSEP

PETUNJUK UMUM

1. Pastikan dan fokuskan apa yang akan anda pelajari hari ini.
2. Baca dan pahami Pendahuluan (Apersepsi) untuk membantu dan memfokuskan
permasalahan yang akan dipelajari.
3. Cari referensi/buku-buku teks yang terkait dengan topik/permasalahan yang
anda hadapi.
4. Selalu diskusikan setiap persoalan yang ada dengan teman-teman dan atau guru.
5. Presentasikan hasil pemahaman anda agar bermanfaat bagi orang lain.
APERSEPSI

Sebelum belajar pada materi ini silahkan kalian membaca dan memahami cerita
di bawah ini.

Gambar 1. Horog-horog
Horog-horog adalah makanan ringan yang terbuat dari tepung pohon aren. Horog-horog
adalah makanan yang tergolong langka, dikarenakan Horog-horog umumnya hanya
ditemukan di Jepara, sulit bahkan tidak dapat ditemukan di luar Jepara. Horog-horog
umumnya dimakan dengan Sate Kikil, bakso, dan sayur pecel. Harganya pun sangat
terjangkau, hanya merogoh seribu rupiah kita bisa merasakan sensasi gurihnya horog-
horog. Bagi masyarakat Jepara Horog-horog merupakan sumber karbohidrat masyarakat
Jepara sebagai pengganti nasi atau lontong. Horog-horog adalah jajanan yang dibungkus
di dalam daun jati atau pisang. Proses pembuatanya cukup panjang dan lama. Sebab,
hanya sebagian masyarakat tertentu di Indonesia yang mengonsumsi horog-horog,
khususnya masyarakat Jepara.
Apa hubungan horog-horog dengan konteks etnosains? Apakah ada hubungannya
dengan materi koloid?

Agar dapat memahami pertanyaan-pertanyaan di atas, silahkan lanjutkan ke


kegiatan belajar dan ikuti petunjuk yang ada dalam LKPD ini.
RANGKUMAN MATERI

Pengertian koloid adalah campuran heterogen dari dua zat atau lebih dimana partikel-
partikel zat berukuran antara 1 hingga 1000 nm terdispersi (tersebar) merata dalam
medium zat lain. Zat yang terdispersi sebagai partikel disebut fase terdispersi,
sedangkan zat yang menjadi medium mendispersikan partikel disebut medium
pendispersi.
Jenis-jenis koloid
Berdasarkan fase terdispersi dan pendispersinya, jenis koloid dapat dibagi menjadi 8
golongan seperti pada tabel berikut.

a. Sifat-sifat koloid
1) Efek Tyndall
Ketika seberkas cahaya diarahkan kepada larutan, cahaya akan diteruskan.
Namun, ketika berkas cahaya diarahkan kepada sistem koloid, cahaya akan
dihamburkan. Efek penghamburan cahaya oleh partikel koloid ini disebut efek
Tyndall. Efek Tyndall dapat digunakan untuk membedakan sistem koloid dari
larutan. Penghamburan cahaya ini terjadi karena ukuran partikel koloid hampir
sama dengan panjang gelombang cahaya tampak (400 – 750 nm).
Gambar 2. Efek Tyndall
Sumber: studiobelajar.com
2) Gerak Brown
Secara mikroskopis, partikel-partikel koloid bergerak secara acak dengan jalur
patah-patah (zig-zag) dalam medium pendispersi. Gerakan ini disebabkan oleh
terjadinya tumbukan antara partikel koloid dengan medium pendispersi. Gerakan
acak partikel ini disebut gerak Brown.

Gambar 3. Gerak Brown


Sumber: ruangguru.com
3) Elektroforesis
Partikel koloid dapat bergerak dalam medan listrik. Hal ini menunjukkan bahwa
partikel koloid bermuatan listrik. Pergerakan partikel koloid dalam medan listrik
di mana partikel bermuatan bergerak ke arah elektrode dengan muatan
berlawanan ini disebut elektroforesis. Oleh karena itu, elektroforesis dapat
digunakan untuk menentukan jenis muatan koloid dan juga untuk memisahkan
partikel-partikel koloid berdasarkan ukuran partikel dan muatannya.
Gambar 4. Elektroforesis
Sumber: wordpress.com
4) Adsorpsi
Partikel koloid dapat menyerap partikel-partikel lain yang bermuatan maupun
tidak bermuatan pada bagian permukaannya. Peristiwa penyerapan partikel-
partikel pada permukaan zat ini disebut adsorpsi.

Gambar 5. Adsorpsi
Sumber: haloedukasi.com

Gambar 6. Proses perendaman horog-horog setelah proses pengukusan


5) Koagulasi
Muatan listrik sejenis dari partikel-partikel koloid membantu menstabilkan
sistem koloid. Jika muatan listrik tersebut hilang, partikel-partikel koloid akan
menjadi tidak stabil dan bergabung membentuk gumpalan. Proses pembentukan
gumpalan-gumpalan partikel ini disebut koagulasi. Setelah gumpalan-gumpalan
ini menjadi cukup besar, gumpalan ini akhirnya akan mengendap akibat
pengaruh gravitasi.
Koagulasi dapat dilakukan dengan empat cara, yaitu:
● Mekanik, yakni dengan pengadukan, pemanasan atau pendinginan;
● Menggunakan prinsip elektroforesis, di mana partikel-partikel koloid
bermuatan negatif akan digumpalkan di elektrode positif dan partikel-
partikel koloid bermuatan positif akan digumpalkan di elektrode negatif jika
dialirkan arus listrik cukup lama;
● Menambahkan elektrolit, di mana ion positif dari elektrolit akan ditarik
partikel koloid bermuatan negatif dan ion negatif dari elektrolit akan ditarik
partikel koloid bermuatan positif sehingga partikel-partikel koloid
dikelilingi oleh lapisan kedua yang memiliki muatan berlawanan dengan
lapisan pertama.
● Menambahkan koloid lain dengan muatan berlawanan, di mana kedua
sistem koloid dengan muatan berlawanan akan saling tarik-menarik dan
saling mengadsorpsi sehingga terjadi koagulasi.

Gambar 7. Koagulasi
Sumber: pertanianku.com
Gambar 8. Contoh koagulasi
6) Koloid pelindung
Koloid pelindung adalah koloid yang bersifat melindungi koloid lain agar tidak
mengalami koagulasi. Koloid pelindung akan membentuk lapisan di sekeliling
partikel koloid yang lain. Lapisan ini akan melindungi muatan koloid tersebut
sehingga partikel koloid tidak mudah mengendap atau terpisah dari medium
pendispersinya.

Gambar 9. Contoh Koloid Pelindung


Sumber: wordpress.com

7) Dialisis
Kestabilan suatu koloid dapat dipertahankan dengan menambahkan sedikit
elektrolit dengan konsentrasi yang tepat ke dalam koloid tersebut. Jika
konsentrasi elektrolit tidak tepat, justru akan terbentuk ion-ion yang
mengganggu kestabilan koloid. Untuk mencegah adanya ion-ion pengganggu,
dilakukan dengan cara dialisis menggunakan alat yang disebut dialisator. Pada
proses ini, sistem koloid dimasukkan ke dalam wadah terbuat dari selaput
semipermeabel (kantong koloid) dan dicelupkan ke dalam air yang mengalir
terus-menerus. Selaput semipermeabel adalah selaput yang dapat melewatkan
partikel-partikel kecil (ion-ion atau molekul sederhana ), tetapi mampu menahan
partikel koloid. Dengan demikian, ion-ion akan keluar dari kantong koloid dan
hanyut terbawa.

Gambar 10. Dialisis


Sumber: blogspot.com

c. Pembuatan Koloid
1. Kondensasi
Pembuatan koloid dengan cara kondensasi dibedakan menjadi dua, yaitu cara
kimia dan fisika. Kedua cara ini banyak diterapkan untuk membuat koloid tipe
sol, khususnya sol emas dan sol belerang.
● Cara kimia:
a) Reaksi pengendapan
b) Reaksi hidrolisis
c) Reaksi pemindahan
d) Reaksi redoks.
● Cara fisika:
a) Pengembunan uap
b) Pendinginan
c) Penggantian pelarut
2. Dispersi
Dispersi merupakan cara pembuatan koloid yang berasal dari suspensi.
Pembuatan koloid dengan cara dispersi dapat dilakukan dengan cara busur
Bredig, mekanik, peptisasi, dan homogenisasi.
KEGIATAN 1
Mengidentifikasi jenis-jenis campuran beserta contohnya

Gambar 11. Pencucian dan perendaman tepung pati aren

Campuran merupakan penggabungan dua atau lebih zat, di mana dalam penggabungan
ini zat–zat tersebut mempertahankan identitasnya masing-masing. Contohnya adalah,
udara, susu, minuman, dan semen. Campuran juga tidak memiliki susunan yang tetap.
Sebagai contoh, sampel udara yang diambil akan berbeda-beda hasilnya tergantung
pada ketinggian, pencemaran dan lain-lain. Campuran berdasarkan susunannya
dibedakan menjadi 2, yaitu campuran homogen dan campuran heterogen. Campuran
homogen terbentuk ketika susunan dari campurannya merata (sama) di seluruh
bagiannya. Campuran heterogen terjadi bila susunannya tidak seragam di seluruh
bagiannya.

Mengingat kembali jenis-jenis campuran


Berilah tanda centang pada jenis campuran yang sesuai

Nama Campuran Homogen Heterogen

Air dan garam

Air dan susu bubuk

Air dan minyak

Air dan gula

Air dan pasir

Setelah mengisi tabel di atas, jelaskan perbedaan antara campuran homogen dengan
heterogen. Jelaskan dengan kata-katamu sendiri !
Jawaban :
KEGIATAN 2
Mengidentifikasi sifat-sifat koloid dan kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari

Pati aren terdiri dari 98% amilosa dan amilopektin dengan sedikit kandungan komponen
kimia lainnya lipida (0.02%, protein (0.26% dan abu (0.36%). Bahan lain yang bukan
amilosa dan amilopektin adalah mungkin karbohidrat lainnya seperti selulosa, pektin
dan hemiselulosa. Kandungan amilosa dan amilopektin dari pati aren adalah sama
dengan pati sagu, baruk dan ubi kayu. Kandungan amilosa dan amilopektin dari pati
aren sama dengan pati sagu, baruk dan ubi kayu. Tingginya kandungan amilosa dan
amilopektin dari pati aren ini yang menjadikan produk makanan horog-horog dapat
digunakan sebagai camilan atau makanan pengganti nasi. Horog-horog memiliki tekstur
sedikit padat dan keras sebelum direndam dengan air. Proses perendaman ini bertujuan
untuk menambah kadar air pada horog-horog agar teksturnya menjadi lebih empuk dan
mengembang.

Gambar 12. Perendaman horog-horog setelah proses pengukusan

Amati Gambar 12, menurut anda apa sifat koloid yang sesuai dengan Gambar 12?

Jawablah soal di bawah ini.


1. Sebutkan sifat-sifat dari koloid?
Jawaban:
...............................................................................................................................
2. Jelaskan secara singkat dengan kata-katamu sendiri dan berikan contoh pada
masing-masing sifat koloid!
Jawaban:
…………………………………………………………………………………...
3. Apa sifat yang sesuai dengan Gambar 12?
Jawaban:
……………………………………………………………………………………
4. Mengapa Gambar 12 bisa dikatakan sesuai dengan sifat tersebut?
Jawaban:
……………………………………………………………………………………
KEGIATAN 3
Menganalisis mekanisme koagulasi

Muatan listrik sejenis dari partikel-partikel koloid membantu menstabilkan sistem


koloid. Jika muatan listrik tersebut hilang, partikel-partikel koloid akan menjadi tidak
stabil dan bergabung membentuk gumpalan. Proses pembentukan gumpalan-gumpalan
partikel ini disebut koagulasi. Setelah gumpalan-gumpalan ini menjadi cukup besar,
gumpalan ini akhirnya akan mengendap akibat pengaruh gravitasi. Rekonstruksi materi
sistem koloid terdapat pada proses penggumpalan (koagulasi) yang terjadi ketika tepung
aren dikukus sehingga teksturnya menjadi menggumpal dan sedikit mengeras.

Gambar 13. Contoh Koagulasi

Jawablah pertanyaan di bawah ini.

1. Apakah sudah sesuai jika Gambar 13 merupakan contoh dari sifat koagulasi?

Jawaban:
……………………………………………………………………………………

2. Bagaimana mekanisme tepung aren yang dikukus, kemudian teksturnya menjadi


menggumpal dan sedikit mengeras?

Jawaban:
………………………………………………………………………………….
KEGIATAN 4
Menganalisis mekanisme adsorpsi

Partikel koloid dapat menyerap partikel-partikel lain yang bermuatan maupun tidak
bermuatan pada bagian permukaannya. Peristiwa penyerapan partikel-partikel pada
permukaan zat ini disebut adsorpsi. Partikel koloid dapat mengadsorpsi ion-ion dari
medium pendispersinya sehingga partikel tersebut menjadi bermuatan listrik.

Gambar 14. Penyerapan air oleh abu kayu

Setelah mengamati gambar 14, jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut !


1. Apakah gambar di atas memenuhi sifat adsorpsi?
Jawaban:
…………………………………………………………………………………....
2. Mengapa bisa dikatakan demikian ?
Jawaban:
……………………………………………………………………………………
3. Bagaimana mekanisme penyerapan air oleh abu kayu pada gambar di atas ?
Jawaban:
…………………………………………………………………………………....
KEGIATAN 5

Menghubungkan materi koloid ke dalam konteks etnosains

Pada kegiatan-kegiatan sebelumnya sudah dijelaskan materi koloid apa saja yang sesuai
dengan proses pembuatan horog-horog.
DAFTAR PUSTAKA

Sari, N. A. (2020). Modul pembelajaran kimia SMA kelas XI: Sistem Koloid.
Suwardi., Soebiyanto., Widiasih, T. E. (2009). Panduan Pembelajaran Kimia : Untuk
SMA & MA Kelas XI. Jakarta: CV. Karya Mandiri Nusantara.

Anda mungkin juga menyukai