DAFTAR ISI
BAB I.............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN............................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan..........................................................................................................2
BAB II............................................................................................................................................3
PEMBAHASAN..............................................................................................................................3
1.4 2.1 Teori.......................................................................................................................3
2.1.1 Sejarah Hukum dunia..................................................................................................3
1.5 2.1.2 Sejarah Hukum Pra Kemerdekaan.......................................................................8
1.6 2.1.3 Sejarah Hukum Masa Kemerdekaan..................................................................11
1.7 2.2 Pembahasan.........................................................................................................14
1.8 2.2.1 Sejarah Perkembangan Hukum era Pra Masehi hinggan era Modern...............14
A. Hukum Pra Masehi.........................................................................................................14
B.Masa Abad Pertengahan.................................................................................................16
C.Hukum Internasional Modern.........................................................................................19
A. Zaman Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC) dari tahun 1602-1799..................22
B. Era Pemerintah Kolonial Hindia Belanda Tahun 1800-1811 dan Raffles (Inggris) Tahun
1811-1814..........................................................................................................................22
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Berkembangnya kemajuan ilmu teknologi dan ilmu pegetahuan di dunia
meningkatkan intesitas hubungan antar negara. Sejarah hukum di Indonesia banyak
dipengaruhi oleh hukum Belanda khususnya pada hukum pidana. Hal ini terjadi
karena bangsa Indonesia yang pernah menjadi negara jajahan Belanda selama tiga
setengah abad. Tetapi, hukum di Indonesia tetap mencerminkan kepribadian negara
Indonesia dengan adanya Proklamasi kemerdekaan. Kemerdekaan negara Indonesia
yang diproklamirkan ini merupakan sarana untuk menghidupkan kembali kesadaran
bahwa bangsa Indonesia memiliki tata hukum yang berbeda dengan negara lain
dibuktikan oleh adanya ilmu pengetahuan Hukum Adat yang merupakan sumber
dari tatanan hukum di Indonesia.
Dasar filosofis negara Indonesia adalah Pancasila yang terdiri dari 5 sila yang
dijadikan pedoman bagi segala peraturan hukum seperti KUHP dan perundang-
undangan lainnya. Peraturan perundangan-undangan yang dibuat harus sesuai
dengan nilai-nilai atau norma-norma yang hidup di dalam masyarakat baik itu
norma agama, norma kesopanan, norma kesusilaan serta norma hukum yang telah
lama berlaku di dalam masyarakat sebelum peraturan tersebut terbentuk serta nilai-
nilai lainnya yang dijadikan pertimbangan serta pedoman dalam membuat suatu
peraturan perundang-undangan. 2
1
Anthony Reid, Asia Tenggara Dalam Kurun Niaga 1450-1680 Jilid I: Tanah Di Bawah Angin (Jakarta:
Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2014). Hal. 157-159
2
C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil, Latihan Ujian : Pengantar Hukum Indonesia, Cetakan II,
(Jakarta : Sinar Grafika Offset, 2009), hlm.6
1.2Rumusan Masalah
1.2.1.Bagaimana sejarah perkembangan hukum sejak era pra masehi hingga era
modern?
1.2.2.Bagaimanakah sejarah tata hukum Indonesia?
1.3Tujuan Penulisan
1.3.1.Agar dapat memahami perkembangan hukum sejak era pra masehi hingga era
modern
1.3.2 Agar daoat memahami sejarah tata hukum Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
1.42.1 Teori
2.1.1 Sejarah Hukum dunia
Untuk mendefinisikan "Sejarah", kiranya agak sulit, karena banyak
pendekatan etimologi yang dapat digunakan. Pendekatan tersebut menghasilkan
pengertian yang hampir sama. Dilihat dari etimologi asal kata, sejarah dalam
bahasa Latin adalah "Historis". Dalam bahasa Jerman disebut "Geschichte" yang
berasal dari kata geschehen, berarti "sesuatu yang terjadi". Istilah "Historie"
menyatakan kumpulan fakta kehidupan dan perkembangan manusia. Di kawasan
orang-orang berbahasa Melayu termasuk Indonesia, secara sederhana kata
sejarah diartikan sebagai suatu cerita dari kejadian masa lalu yang dikenal
dengan sebutan legenda, babad, kisah, hikayat, dan sebagainya yang
kebenarannya belum tentu tanpa bukti bukti sebagai hasil suatu penelitian.3
Sejarah hukum adalah suatu metode dan ilmu yang merupakan cabang dari
ilmu sejarah (bukan cabang dari ilmu hukum), yang mempelajari (studying).
menganalisa (analising), memverifikasi (verifiying), menginterpretasi
(interpreting), menyusun dalil (setting the clausule), dan kecenderungan
(tendention), menarik kesimpulan tertentu (hipoteting), tentang setiap fakta,
konsep, kaidah, dan aturan yang berkenaan dengan hukum yang pernah berlaku.
Baik yang secara kronologis dan sistematis, berikut sebab akibat serta
ketersentuhannya dengan apa yang terjadi di masa kini, baik seperti yang
terdapat dalam literatur, naskah, bahkan tuturan lisan, terutama penekananya
atas karakteristik keunikan fakta dan norma tersebut, sehingga dapat
menemukan gejala, dalil, dan perkembangan hukum di masa yang lalu yang
dapat memberikan wawasan yang luas bagi orang yang mempelajarinya, dalam
mengartikan dan memahami hukum yang berlaku saat ini.
Sejarah hukum adalah salah satu bidang studi hukum, yang mempelajari
perkembangan dari asal usul sistem hukum dalam suatu masyarakat tertentu, dan
membandingkan antara hukum yang berbeda karena dibatasi oleh perbedaan
waktu.
Sejarah hukum ini terutama berkait dengan bangkitnya suatu pemikiran dalam
hukum yang dipelopori oleh Savigny (1779-1861). Dalam studi sejarah hukum
ditekankan mengenai hukum suatu bangsa merupakan suatu ekspresi jiwa yang
bersangkutan dan oleh karenanya senantiasa yang satu berbeda dengan yang
lain. Perbedaan ini terletak pada karakteristik pertumbuhan yang dialami oleh
3
R. Abdoel Djamal, Pengantar Hukum Indonesia. Edisi Revisi. (Jakarta: Rajawali Press, 1984)
Him 6
masing masing sistem hukum. Apabila dikatakan bahwa sistem hukum itu
tumbuh, maka yang diartikan adalah hubungan yang terus menerus antara sistem
yang sekarang dengan yang lalu. Apalagi dapat diterima bahwa hukum sekarang
berasal dari yang sebelumnya atau hukum pada masa-masa lampau, maka hal itu
berarti, bahwa hukum yang sekarang dibentuk oleh prosesproses yang
berlangsung pada masa lampau (Soedjono Dirdjosisworo). 4
Hukum tidak hanya berubah dalam ruang dan letak (hukum Amerika,
hukum Belgia dan hukum Indonesia, misalnya), tetapi juga dalam lintasan kala
dan waktu. Seperti sumber-sumber hukum formil, yakni bentuk-bentuk
penampakan diri norma-norma hukum, maupun isi norma-norma hukum itu
sendiri (sumber sumber hukum materil). Tatanan hukum modern mengenal
sumber-norma hukum seperti: (i) perundang-undanganan (ii) yurisprudensi (iii)
doktrin (iv) konvensi.Norma-norma hukum dewasa ini seringkali dan sering
sekali hanya dapat dimengerti melalui sejarah hukum. Misalnya Henri de Page
dalam buku "Traite Eleentaire de Droit Civil" 1930-1950. bahwa "semakin ia
memperdalam studi hukum perdata", semakin yakin bahwa sejarah hukum, lebih
dahulu dari pada logika dan ajaran hukum sendiri mampu menjelaskan mengapa
dan bagaimana lembaga-lembaga hukum kita muncul kepermukaan seperti
keberadaannya saat ini. Holmes "perjalanan yang ditempuh hukum bukanlah
jalur dan ruas logika melainkan rel pengalaman”
Hal tersebut tidak hanya terjadi dalam lembaga hukum perdata (hukum
waris misalnya) saja, tetapi juga dalam lembaga hukum pidana. Misalnya aturan
"tiada dapat dipidana tanpa undang-undang (legalitas), hanya dapat diklarifikasi
demikian karena perjuangan para filsuf era "pencerahan" ke arah era "kepastian
hukum" dan melalui visi mereka yang memandang manusia selaku warga
masyarakat yang memiliki kesadaran dan tanggung jawab Merupakan suatu
pegangan bagi para yuris pemula untuk mengenal budaya dan pranata umum.
Di dalam pidato sambutan dan pengarahan pada simposium Sejarah Hukum
4
Munir Fuady, Sejarah Hukum, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009).Hlm 1
Ibid
(Jakarta, tanggal 1 s/d 3 April 1975). Menteri Kehakiman menyatakan antara
lain:"Perbincangan sejarah hukum mempunyai arti penting dalam rangka
pembinaan hukum nasional, oleh karena usaha pembinaan hukum tidak saja
memerlukan bahan-bahan tentang perkembangan hukum masa kini saja, akan
tetapi juga bahan bahan perkembangan hukum dari masa lampau. Melalui
sejarah hukum kita akan mampu menjajagi berbagai aspek hukum Indonesia
pada masa lalu, hal mana akan dapat memberikan pula bantuan kepada kita
untuk memahami kaidah-kaidah serta istitusi-institusi hukum yang ada dewasa
ini dalam masyarakat bangsa kita". 5
Dalam hal lain, menurut Roscoe Pound, disepanjang sejarah hukum, telah
berperan sebagai berikut :
a. Sebagai pelayan yang bermanfaat.
b. Sebagai pelayan yang tiran.
c. Sebagai majikan.
Dan, tambah Roscoe Pound, disepanjang sejarah hukum, filsafat hukum telah
dengan nyata digunakan untuk hal-hal sebagai berikut :6
a. Untuk keluar dari tradisi yang telah using.
b. Untuk menafsirkan hukum yang ada, yang tidak berubah terhadap
masalahmasalah hukum yang menginginkan perubahan hukum.
c. Untuk membawa hal-hal yang baru sesuai perkembangan dalam masyarakat
ke dalam hukum tanpa mengubah hukum yang telah ada.
d. Untuk mengorganisasikan dan mensistemisasi substansi hukum yang ada.
e. Untuk mengukuhkan kaidah-kaidah hukum baru yang menggantikan
kaidahkaidah hukum yang telah using.
f. Untuk memberikan gambaran yang komplet dan final mengenai kontrol
sosial.
g. Untuk meletakan dasar-dasar terhadap praktik moral, hukum dan politik
5
Ibid. Munir Fuady. Hlm 5
6
Op.Cit. R. Soeroso. Hlm 320
Kegunaan sejarah hukum (Soerjono Soekanto) yaitu sebagai berikut:
a. Sejarah hukum dapat memberikan pandangan yang luas bagi kalangan hukum.
Hukum tak akan mungkin berdiri sendiri, karena senantiasa pengaruhi oleh
aspek-aspek kehidupan lain, dan juga mempengaruhinya. Hukum merupakan
hasil perkembangan dari salah satu kehidupan manusia. Hukum masa kini
merupakan hasil perkembangan dari hukum masa lampau, dan hukum masa kini
merupakan dasar dari hukum masa yang akan datang. Sejarah hukum akan dapat
melengkapi pengetahuan kalangan hukum mengenai hal-hal tersebut.
b. Hukum sebagai kaidah merupakan patokan perilaku atau sikap tindak yang
sepantasnya. Patokan tersebut memberikan memberikan pedoman, bagaimana
seharusnya manusia berkelakuan atau bersikap tindak merupakan hasil dari
perkembangan pengalaman manusia semenjak dahulu kala. Kaidah-kaidah
hukum tersebut tahap demi tahap mengalami perombakan, perubahan,
penyesuaian, pengembangan dan seterusnya
c. Sejarah hukum juga berguna dalam praktik hukum. Sejarah hukum sangat
penting untuk mengadakan penafsiran secara historikal terhadap peraturan
peraturan tertentu.
d. Dalam bidang pendidikan hukum, sejarah hukum untuk lebih memahami
hukum yang dipelajarinya. Untuk penelitian hukum; sejarah hukum juga
berguna terutama untuk mengungkapkan kebenaran dalam kaitannya dengan
masa lampau dan masa kini.
e. Sejarah hukum dapat mengungkapkan fungsi dan efektivitas lembagalembaga
hukum tertentu. Artinya pada situasi-situasi semacam apakah suatu lembaga
hukum benar-benar dapat berfungsi atau malahan tidak berfungsi sama sekali.
Ini sangat penting, terutama bagi pembentuk dan penegak hukum. Akhirnya
sejarah hukum memberikan kemampuan, untuk dapat menilai keadaan-kedaan
yang sedang dan memecahkan masalah-masalahnya.
Memasuki masa pemerintahan Raffles (1811-1816)
Raffles menggunakankebijakan atau politik bermurah hati dan bersabar terhadap
golongan pribumi untuk menariksimpati dan merupakan sikap politik Inggris
yang humanistis. Memasuki periode 1816- 1848,kedudukan hukum adat mulai
terancam karena penguasa Hindia Belanda pada waktu itumulai
memperkenalkan dan menganut prinsip unifikasi hukum untuk seluruh
wilayah jajahannya dengan pengecualian berlakunya hukum adat oleh
bumiputera. Jadi secara prinsiphukum adat mulai terdesak oleh berlakunya
hukum Hindia Belanda akan tetapi dalam praktis pemerintahan masih dianut
persamaan kedudukan antara hukum adat dan hukum barat.Pada tahun 1816
Peraturan-peraturan umum termuat dalam lembaran yang diterbitkan oleh
Pemerintah Hindia Belanda yang disebut dengan “Staatsblad” beserta “Bijblad”-
nya.Staatsblad dan Bijblad yang pertama kali terbit dalam tahun 1816 sampai
dengan 8 Maret1942. Staatsblad tiap-tiap tahun mulai dengan nomor 1, Bijblad
nomornya berturut-turut tidakmemperdulikan tahunnya.Tata hukum Hindia
Belanda pada saat itu terdiri dari : 1. Peraturan-peraturan tertulisyang
dikodifikasikan, 2. Peraturan-peratauran tertulis yang tidak dikodifikasikan,
3.Peraturan-peraturan tidak tertulis (hukum adat) yang khusus berlaku bagi
golongan Eropa.7
7
https://www.academia.edu/8459153/
Sejarah_Sistem_Hukum_Indonesia_Pada_Pra_Kemerdekaan_dan_Masa_Kemerdekaan
1.62.1.3 Sejarah Hukum Masa Kemerdekaan
Perkembangan Sistem Hukum Indonesia Setelah Kemerdekaan Hukum di
Indonesia merupakan campuran dari sistem hukum hukum Eropa, hukumAgama
dan hukum Adat. Sebagian besar sistem yang dianut, baik perdata maupun
pidana, berbasis pada hukum Eropa kontinental, khususnya dari Belanda karena
aspek sejarah masa lalu Indonesia yang merupakan wilayah jajahan dengan
sebutan Hindia Belanda(Nederlandsch-Indie). Hukum Agama, karena sebagian
besar masyarakat Indonesia menganut Islam, maka dominasi hukum atau
Syari’at Islam lebih banyak terutama di bidang perkawinan, kekeluargaan dan
warisan. Selain itu, di Indonesia juga berlaku sistem hukumAdat yang diserap
dalam perundang-undangan atau yurisprudensi, yang merupakan penerusan dari
aturan-aturan setempat dari masyarakat dan budaya-budaya yang ada diwilayah
Nusantara. Sepanjang sejarah, Indonesia pernah dijajah beberapa negara antara
lainBelanda, Inggris dan Jepang. Negara penjajah mempunyai kecenderungan
untukmenanamkan nilai serta sistem hukumnya di wilayah jajahan, sementara
masyarakat yangterjajah juga mempunyai tata nilai dan hukum sendiri.Ketika
Indonesia dikuasai Belanda pertama kali, yaitu oleh VOC, tidak banyak
perubahan di bidang hukum. Namun ketika diambil alih oleh Pemerintah
Belanda, banyak peraturan perundangan yang diberlakukan di Hindia Belanda
baik itu dikodifikasi (sepertiBW, WvK, WvS) maupun tidak dikodifikasi (seperti
RV, HIR). Namun ternyata Belandamasih membiarkan berlakunya hukum adat
dan hukum lain bagi orang asing di Indonesia.Kemudian pada tahun 1917
Pemerintah Hindia Belanda memberi kemungkinan bagigolongan non Eropa
untuk tunduk pada aturan Hukum Perdata dan Hukum Dagang golongan Eropa
melalui apa yang dinamakan “penundukan diri”. Dengan demikian terdapat
pluralisme hukum atau tidak ada unifikasi hukum saat itu, kecuali hukum pidana
yaitu pada tahun 1918 dengan memberlakukan WvS (KUH Pidana) untuk semua
golongan. Selain itu badan peradilan dibentuk tidak untuk semua golongan
penduduk. Masing-masing golonganmempunyai badan peradilan
sendiri.Pluralisme hukum secara umum didefinisikan sebagai situasi dimana
terdapat duaatau lebih sistem hukum yang berada dalam suatu kehidupan sosial.
Pluralisme hukum harusdiakui sebagai sebuah realitas masyarakat. Setiap
kelompok masyarakat memiliki sistemhukum sendiri yang berbeda antar satu
dengan yang lain seperti dalam keluarga, tingkatanumur, komunitas, kelompok
politik, yang merupakan kesatuan dari masyarakat yanghomogen. Pluralitas
sendiri merupakan ciri khas Indonesia. Dengan banyak pulau, suku, bahasa, dan
budaya, Indonesia ingin membangun bangsa yang stabil dan modern
denganikatan nasional yang kuat. Sehingga, menghindari pluralisme sama saja
dengan menghindarikenyataan yang berbeda mengenai cara pandang dan
keyakinan yang hidup di masyarkatIndonesia. Kondisi pluralisme hukum yang
ada di Indonesia menyebabkan banyak permasalahan ketika hukum dalam
kelompok masyarakat diterapkan dalam transaksi tertentu atau saat terjadi
konflik, sehingga ada kebingungan hukum yang manakah yang berlaku
untukindividu tertentu dan bagaimana seseorang dapat menentukan hukum mana
yang berlaku padanya. Pengertian pluralisme hukum sendiri senantiasa
mengalami perkembangan darimasa ke masa di mana ada koeksistensi dan
interelasi berbagai hukum seperti hukum adat,negara, agama dan sebagainya.
Bahkan dengan dengan adanya globalisasi, hubungan tersebutmenjadi semakin
komplek karena terkait pula dengan perkembangan hukum internasional.Pada
tahun 1942 Pemerintahan Bala Tentara Jepang menguasai Indonesia. Peraturan
penting yang dikeluarkan pemerintah yaitu beberapa peraturan pidana, kemudian
ada OsamuSeirei Nomor 1 Tahun 1942 yang dalam salah satu pasalnya
menentukan badan/lembaga pemerintah serta peraturan yang sudah ada masih
dapat berlaku asalkan tidak bertentangandengan Pemerintahan Bala Tentara
Jepang. Hal ini penting untuk mencegah kekosonganhukum dalam sistem hukum
di Indonesia pada masa itu.Pemerintahan militer Jepang membagi 3 wilayah
komando, yaitu Jawa dan Madura,Sumatera serta Indonesia bagian timur. Untuk
wilayah Jawa dan Madura berlaku Osamu Sirei1942 No.1, yang mengatur
bahwa seluruh wewenang badan pemerintahan dan semua hukumdan peraturan
yang selama ini berlaku tetap dinyatakan berlaku sepanjang tidak
bertentangandengan peraturan-peraturan militer Jepang. Terhadap 2 wilayah
lainnya juga diatur dengan peraturan yang serupa.Kitab undang-undang dan
ketentuan perundangan yang semula berlaku hanya untukorang-orang Belanda,
kini juga berlaku untuk orang-orang Cina. Hukum adat tetapdinyatakan berlaku
untuk orang-orang pribumi. Pemrintah militer Jepang juga menambah beberapa
peraturan militer ke dalam peratuturan perundangan pidana,
danmemberlakukannya untuk semua golongan penduduk. Namun kontribusi
penting yang diberikan Jepang ialah dengan menghapuskandualisme tata
peradilan, sehingga Indonesia hanya memiliki satu sistem
peradilan.Sebagaimana juga pada institusi pengadilan, jepang juga
mengunifikasi badan kejaksaandengan membentuk Kensatzu Kyoku, yang
diorganisasi menurut 3 tingkatan pengadilan.Reorganisasi badan peradilan dan
kejaksaan ditujukan untuk meniadakan kesan khusus bagigolongan Eropa di
hadapan golongan Asia.Dalam situasi lebih mementingkan keperluan perangnya,
pemerintah militer Jepangtidak banyak merubah ketentuan administratif yang
telah berlaku melainkan hanya beberapaketentuan dianggap perlu untuk dirubah.
Untuk menjamin jalannya roda pemerintahan dan penegakan tertib hukum,
Jepang merekrut pejabat-pejabat dari kalangan Indonesia untukmelaksanakan hal
tersebut. Namun setelah Indonesia berhasil merebut kemerdekaan dan
berpemerintahan, banyak peraturan yang dibuat oleh pemerintah militer Jepang
dinyatakantidak berlaku.8
1.72.2 Pembahasan
1.82.2.1 Sejarah Perkembangan Hukum era Pra Masehi hinggan era
Modern
8
http://repository.lppm.unila.ac.id/10757/1/Wahyu.Sejarah%20Tata%20Hukum%20Indonesia
%20%281%29.pdf (BUKU)
Dalam kebudayaaan India kuno terdapat kaidah dan lembaga hukum yang
mengatur hubungan antara kasta, suku bangsa dan raja-raja. Menurut Bannerjce,
adat kebiasaan yang mengatur hubungan antar raja, yang disebut Desa Dharma.
Gautama Sutera dan undang-undang Manu memuat tentang hukum kerajaan.
Hukum yang mengatur hubungan antar raja-raja pada masa itu tidak dapat
dikatakan sebagai hukum internasional, karena belum ada pemisahan dengan
agama, soal-soal kemasyarakatan dan negara. Namun tulisan-tulisan pada waktu itu
sudah ada menunjukkan ketentuan-ketentuan yang mengatur hubungan antara raja
atau kerajaan, seperti ketentuan yang mengatur kedudukan utusan raja dan hak
istimewa utusan raja, perjanjian dengan kerajaan lain, serta ketentuan perang dan
cara berperang.9
2. Cina Kuno
Cina memperkenalkan nilai-nilai etika dalam proses pembelajaran untuk kelompok-
kelompok berkuasa. Pembentukan sistim kekuasaan negara yang bersifat regional
tributary state. Pembentukan perserikatan negara-negara Tiongkok yang
dicanangkan oleh Kong Hu Cu.
3.Yunani Kuno
Menurut Vinoggradoff, pada masa itu telah ada hukum intermunicipal, yaitu
kaidah-kaidah kebiasaan yang berlaku dalam hubungan antar negara-negara kota,
seperti ketentuan mengenai utusan, pernyataan perang, perbudakan tawanan perang.
Kaidah-kaidah intermunicipal juga diterapkan bagi masyarakat tetangga dari negara
kota. Namun kaidah intermunicipal sangat dipengrauhi oleh pengaruh agama,
sehingga tidak ada pemisahan yang tegas antara hukum. Moral, keadilan, dan
agama.
Pembedaan golongan penduduk Yunani menjadi 2 (dua) yaitu : orang Yunani dan
orang bukan Yunani (Barbar). Pada masa itu juga, telah dikenal ketentuan
perwasitan dan wakil-wakil dagang (konsul). Sumbangan yang terpenting bagi
hukum internasional adalah konsep hukum alam, konsep ini kemudian
dikembangkan lebih lanjut oleh orang-orang Romawi10.
9
Kusumaatmaja, Mochtar dan Etty R. Agoes; op. cit.: 26
10
Ibid: 27.
4.Romawi Kuno
Pada masa Romawi kuno, hukum yang mengatur hubungan antar kerajaan tidak
mengalami perkembangan karena masyarakat bangsa-bangsa adalah satu imperium,
yaitu Imperium Romawi. Sumbangan utama bangsa Romawi bagi perkembangan
hukum pada umumnya dan sedikit sekali bagi perkembangan hukum internasional.
Pada masa Romawi ini diadakan pembedaan antara Ius Naturale dan Ius Gentium.
Ius Gentium (hukum masyarakat) menunjukkan hukum yang merupakan sub dari
hukum alam (Ius Naturale). Pengertian Ius Gentium hanya dapat di kaitkan dengan
dunia manusia sedangkan Ius naturale (hukum alam) meliputi seluruh penomena
alam. Sumbangan bangsa Romawi terhadap hukum pada umumnya yaitu dengan
adanya the Corpus Juris Civilis, pada masa Kaisar Justinianus. Konsep-konsep dan
asas-asas hukum perdata yang kemudian diterima dalam hukum internasional
seperti occupation, servitut, bona fides, pacta sunt servanda,
Pada masa kekuasaan Romawi, hukum internasional tidak
mengalami perkembangan Hal ini disebabkan karena adanya Imperium Romawi
Suci (Holly Roman Empire), yang tidak memungkinkan timbulnya suatu bangsa
merdeka yang berdiri sendiri, serta adanya struktur masyarakat eropa barat yang
bersifat feodal, yang melekat pada hierarki otoritas yang menghambat munculnya
negara-negara merdeka, oleh karenanya tidak diperlukan hukum yang mengatur
hubungan antar bangsa-bangsa.
11
Ibid: 35-36
Bapak Hukum Internasional. . Karyanya yang terkenal adalah buku on the law of
war and peace (de jure Belli ac Pacis) tahun 1625. Hasil karyanya itu menjadi karya
acuan bagi para penulis selanjutnya serta mempunyai otoritas dalam keputusan-
keputusan pengadilan . Sumbangan pemikirannya bagi perkembangan hukum
internasional adalah pembedaan antara hukum alam dengan hukum bangsa-bangsa.
Hukum bangsa-bangsa berdiri sendiri terlepas dari hukum alam, dan mendapatkan
kekuatan mengikatnya dari kehendak negara-negara itu sendiri. Beberapa doktrin
Grotius bagi perkembangan hukum internasional moderen adalah pembedaan antara
perang adil dan tidak adil, pengakuan atas hak-hak dan kebebasan-kebebasan
individu, netralitas terbatas, gagasan tentang perdamaian, konferensi-konferensi
periodik antara pengusa-penguasa negara serta kebebasan di laut yang termuat
dalam buku Mare Liberium tahun 1609.
Samuel Pufendorf (1632-1694) dalam buku De Jure Nature Et
Gentium menyatakan bahwa hukum internasional dibentuk atas dasar hak-hak
alamiah universal dan perang sebagai alat hanya dapat disahkan melalui syarat-
syarat yang ketat. Zouche (1590-1660), penganut aliran positivisme, lebih
memberikan perhatian pada hukum internasional dalam keadaan damai dari pada
hukum perang. 12
12
Tontowi, Jawahir dan Pranoto Iskandar; op. cit: 39
antara gereja dengan urusan pemerintahan. Dasar-dasar perjanjan Westphalia
kemudian diperkuat lagi dengan adanya perjanjian Utrecht, yaitu dengan menerima
asas keseimbangan kekuatan sebagai asas politik internasional 13
Ada kecendrungan dari para ahli hukum untuk lebih
mengemukakan kaidah-kaidah hukum internasional terutama dalam bentuk traktat
dan kebiasaan dan mengurangi sedikit mungkin hukum alam sebagai sumber dari
prinsip-prinsip tersebut. Para penulis terkemuka pada abad ke 17 dan 18 antara
lain : Cornelis Van Bynkershoek (1673-1743), yang mengemukakan pentingnya
actual practice dari negara-negara dari pada hukum alam. Sumbangan pemikiran
lainnya teori tentang hak dan kewajiban dari negara netral. Christian Wolf (1632-
1694), mengemukakan teori mengenai Civitas Maxima yang sebagai negara dunia
meliputi negara-negara dunia. Von Martens (1714-1767), dalam Receuil des Traites
yaitu suatu kumpulan perjanjian yang masih merupakan suatu kumpulan berharga
hingga sekarang. Emmerich De Vattel (1714-1767) memperkenalkan prinsip
persamaan antar negara-negara.
2.Pada abad ke 19
Hukum internasional berkembang lebih jauh lagi. Beberapa faktor yang
mempengaruhi perkembangan ini adalah adanya kebangkitan negara-negara baru,
baik di dalam maupun di luar benua Eropa, Moderenisasi sarana angkutan dunia,
penemuan-penemuan baru, terutama di bidang persenjataan militer untuk perang.
Kesemuanya itu menimbulkan kebutuhan akan adanya sistem hukum internasional
yang bersifat tegas untuk mengatur hubungan-hubungan internasional tersebut.
Pada abad ini juga mengalami perkembangan kaidah-kaidah tentang perang dan
netralitas, serta meningkatnya penyelesaian perkara-perkara internasional melalui
lembaga Arbitrase internasional. Praktek negara-negara juga mulai terbiasa
dengan pembuatan traktat-traktat untuk mengatur hubungan-hubungan antar
negara. Hasil karya para ahli hukum, lebih memusatkan perhatian pada praktek
yang berlaku dan menyampingkan konsep hukum alam, meskipun tidak
meninggalkan pada reason dan justice, terutama apabila sesuatu hal tidak diatur
13
Kusumaatmaja, Mochtar dan Etty R. Agoes; op. cit.: 30,32).
oleh traktat atau kebiasaan. . (Ibid: 8) Para ahli hukum yang terkemuka pada masa
ini antara lain : Henry Wheaton, menulis buku Elements of International Law; De
Martens, menulis buku yang semata-mata didasarkan atas praktek negara-negara
tidak menurut hukum alam; Kent, Kluber, Philimore, Calvo, Fiore, Hall.
Berdirinya organiasi internasional yang menampung para ahli
hukum internasional adalam wadah the Law International Association dan Institut
De Droit International. Hukum internasional juga menjadi objek studi dalam skala
yang luas dan memungkinkan penaganan persoalan internasional secara lebih
profesional.
B. Era Pemerintah Kolonial Hindia Belanda Tahun 1800-1811 dan Raffles (Inggris)
Tahun 1811-1814
Ketika pemerintah Belanda melalui gubernur jenderalnya Daendels dari tahun
1800-1811 mencoba meneruskan ketentuan hukum yang diberlakukan
sebelumnya.Politik hukum seperti ini tentunya dimaksudkan agar penguasaan
sector ekonomi oleh penguasa Belanda tetap berjalan secara baik dan tidak
menimbulkan persoalan hukum yang baru. Hanya saja ketika pemerintah Belanda
harus melepaskan penguasaan Indonesia kepada Inggris melalui Thomas Stramford
Raffles dari tahun 1811-1814. Inggris mencoba membuat kebijakan yang
menyangkut “Hukum pertahanan” dan menerapkan pajak bumi dan sewa tanah bagi
warga pribumi.Politik hukum ini dikenal dengan istilah “landrente”. Selanjutnya
pemerintah Inggris melakukan pembentukan beberapa lembaga peradilan yang
terdiri dari :
1. Division’s Court
2. District’s Court
Lembaga ini adalah lembaga pengadilan dalam perkara perdata yang memeriksa
perkara yang nilainya antara 20-50 ropyen.
3. Resident’s Court16
Lembaga ini bertugas memeriksa perkara pidana umumnya tidak termasuk pidana
yang diancam dengan hukuman mati.
4. Court’s Of Circuit
Lembaga ini adalah pengadilan keliling untuk memeriksa perkara pidana yang
diancam dengan hukuman mati.
Pengaruh yang sangat progresif dari kodifikasi hukum Perancis adalah bagaimana
Belanda membentuk komisi Undang-Undang yang kemudian menghasilkan
beberapa produk hukum yang juga berlaku di Indonesia sebagai daerah jajahan
Belanda. Produk hukum ialah:
16
Jurnal Syariah Hukum Islam (2019) 2 (1): 53-61
3. Kitab Undang-Undang hukum perdata
Daftar Pustaka
Dr. Sardjana Orba Manullang., Hartono Widodo, S.H., M.H., Andi Muhammad
Reza Pahlevi N, S.H., M.H. “Diktat Hukum Dan Masyarakat”
Dr. Wahyu Sasongko, 2014
https://ejurnalunsam.id
https://jurnal.untan.ac.id
Istanto, F., Sugeng Hukum Internasional, Penerbit Univ. Atmajaya, Yogyakarta
17
Irvan Arisandi 2019. Tata Hukum Indonesia
J.G. Starke, Hukum Internasional 1, Sinar Grafika, Jakarta, 2001.
Jurnal Syariah Hukum Islam (2019) 2 (1): 53-61
Boer Mauna, Hukum Internasional Peranan, Fungsi Dalam Era Dinamika Global,
Alumni, Bandung, 2001.
Kusumaatmaja, Mochtar, dan Etty R. Agoes, Pengantar Hukum Internasional,
Alumni, Bandung, 2003.
Yudha Bhakti Ardhiwisastra, Hukum Internasional Bunga Rampai, Alumni,
Bandung, 2003
Jawahir Thontowi dan Pranoto Iskandar, Hukum Internasional Kontemporer,
Refika Aditama , Bandung, 2006.