Anda di halaman 1dari 3

PEMBAHARUAN HUKUM KELUARGA ISLAM DI NEGARANEGARA

MUSLIM

PENDAHULUAN
Hukum Islam dapat dinyatakan ataupun diartikan sebagai hukum Tuhan
yang didalamnya mengatur segala macam aspek di dalam kehidupan manusia
serta tidak memisahkan antara hukum dengan moralitas. Berbeda dengan
hukum positif yang hanya mengatur hubungan antar-individu dalam tatanan
sosial dan masyarakat dengan sesama individu yang lainnya, karena secara
fundamental di dalam hukum Islam terdapat ajaran tentang aspek hukum
Ibadah, yakni hukum yang mengatur bagaimana hubungan antara seorang
manusia dengan Allah SWT sebagai Tuhan yang Maha Esa, lalu Mu’amalah
yakni mengatur tentang hubungan antara manusia dengan sesamanya dan juga
hubungan dengan lingkungannya. Kemudian hukum Islam yang merupakan
hukum yang bersumber pada Al-Quran dan Al-Hadist yang dijadikan pedoman
oleh umat muslim, sementara itu hukum positif yang berlaku di Indonesia
sebagian besar dipengaruhi sistem hukum Eropa Kontinental warisan Hukum
Belanda seperti Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPerdata/ BW),
Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP/ WvS), Kitab Undang-undang
Hukum Dagang (KUHDagang/ WvK) maka dari itu penerapan regulasi Eropa
Kontinental masih tidak dapat dipisahkan.
Tetapi belakangan ini terjadi semacam percampuran antara sistem
hukum yang berlaku di Indonesia yakni hukum positif dengan hukum Islam.
Dengan Indonesia sebagai negara yang mayoritas penduduknya beragama
Islam, adanya aspirasi penerapan hukum Islam menjadi hukum nasional
menjadi semakin terangkat sehingga penetapan substansi hukum islam
menjadi Rancangan Undang-Undang pun terlaksana. Adanya Islamic Law
Reform ini diawali mulai dari lingkup Hukum Keluarga seperti Perkawinan
dan Waris.
RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja Konsep Pembaharuan Hukum Islam?
2. Bagaimana Model Pembaharuan Hukum Islam?
3. Bagaimana Arah Umum Kebijakan Pembaharuan?
METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini dilakukan melalui jenis penelitian kepustakaan
(library research) dengan mengacu pada beberapa bahan bacaan seperti Buku
dan Jurnal.
PEMBAHASAN
1. Konsep Pembaharuan Hukum Islam
Terjadinya pembaharuan hukum islam di negara muslim, yakni saat
adanya sentuhan antara hukum barat dan hukum Islam. Mengapa umat
Islam cenderung mengalami kemunduran sedangkan Barat mengalami
peningkatan dan kemajuan dalam berbagai aspek hukum dan kehidupan,
ada yang berasumsi bahwa umat Islam enggan menerima hal yang
berkaitan dengan nilai-nilai Barat sehingga pembaharuan terjadi murni
secara Islam keseluruhannya maka untuk kembali memperoleh kemajuan
haruslah kembali pada ajaran Islam yang murni. Namun di sisi lain, ada
yang mengadopsi kemajuan sistem Barat dan menggantikan sistem Islam
seperti halnya Khilafah di Turki beralih menjadi Republik Sekular serta
menerapkan sistem hukum Perdata dan Pidana Barat.
Adapun pemaparan Taheer Mahmoud tentang konsep pembaharuan
hukum Islam di negara muslim yakni sebagai berikut:
1. (Intra-doctrinal Reform), dalam perspektif Islam pada dasarnya
perbedaan merupakan Rahmat demikian pula halnya seperti hukum
Islam yang Plural dan Fleksibel karena adanya perbedaan pandangan
dari kalangan ahli hukum Islam yang kemudian pada awal
pembentukannya di kenal adanya mazhab fiqh yang terdiri dari
beberapa Imam dan Faqih diantaranya Imam Syafi’i, Imam Malik,
Imam Hambali dan Imam Abu Hanifah yang kemudian di kenal
adanya mazhab Sunny dan mazhab Syiah yang hingga saat ini
pengaruh mazhab ini masih kokoh di berbagai negara muslim.
Pembaharuan hukum Islam Intra-doctrinal ini dilandasi dengan
adanya mazhab hukum Islam (fiqh) yang diyakini atau dianut oleh
sebagian besar masyarakat umat muslim di suatu wilayah negara.
2. (Extra-doctrinal Reform), tidak menutup kemungkinan bahwa
terkadang pembaharuan hukum islam di beberapa negara muslim
juga keluar dari pendapat mazhab yang diyakini dan dianut
masyarakatnya. Seperti halnya adanya Ijtihad hukum Islam baru
yang dilakukan, yang diantara penerapannya contohnya seperti
larangan poligami dan wasiat wajibah dalam hukum Waris.
3. (Regulatory Reform), sejalan dengan perkembangannya dimana
masyarakat muslim bersentuhan dengan Barat, pembaharuan hukum
Islam pun akan terpengaruh oleh berbagai aspek dalam prosedur
hukum Barat seperti regulasi, sistem legislasi dan sistem
administrasi yang modern dan kebarat-baratan.
4. (Codification), Kodifikasi hukum dapat diartikan sebagai
pembukuan substansi hukum secara sistematis dan komprehensif
yang pada mulanya diketahui berasal dari sistem hukum Barat yakni
sistem hukum Eropa Kontinental, kemudian kodifikasi hukum ini
diadopsi oleh negara-negara muslim dengan cara membukukan
berbagai perundang-undangan serta substansi dan materi hukum
Islam dalam perkembangan pembaharuan hukum Islam.
2. Model Pembaharuan Hukum Islam
Berdasarkan tipologi pembaharuan hukum Islam menurut JND.
Anderson yang membagi negara muslim menjadi 3 bagian yakni negara
yang masih menganggap syariah sebagai hukum fundamental dan
diterapkan secara keseluruhannya, lalu negara yang membatalkan hukum
syariah yang kemudian digantikan secara seluruhnya dengan hukum Barat
(sekular), dan negara yang menerapkan antara syariah dan juga hukum
Barat.
Adapun Taheer Mahmoud menurut Buku “Family Law Reform in The
Muslim World” pun menyatakan adanya tiga kelompok negara muslim
berkaitan dengan penerapan hukum keluarganya, yakni negara yang
menerapkan hukum keluarga berdasarkan berbagai mazhab yang dianut
serta belum diubah, lalu negara yang telah mengubah keseluruhan hukum
keluarganya dengan hukum yang modern tanpa acuh terhadap agama yang
diyakini, dan negara yang menerapkan hukum keluarga Islam yang telah
direformasi dengan berbagai mekanisme dan metode modern.
3. Arah Umum Kebijakan Pembaharuan
Pembidangan pembaharuan hukum keluarga Islam di negara muslim
meliputi:
1. Usia Perkawinan dan Perwalian, di dalam fiqh pembatasan usia
perkawinan tidak ditentukan secara pasti angka usianya melainkan
ulama hanya menyampaikan akil baligh Perempuan ketika telah
mengalami Haid sedangkan Laki-laki ketika telah mimpi basah,
tetapi beberapa negara muslim telah menetapkan batasan usia
perkawinan yang bertujuan untuk mencegah perkawinan anak-anak
serta perkawinan yang tidak memenuhi syarat usia dianggap tidak
sah menurut hukum, serta adanya penekanan perwalian untuk
perlindungan kepentingan perempuan.
2. Kontrol terhadap Poligami, terdiri dari Penegakan persyaratan harus
berlaku secara adil terhadap istrinya berdasarkan Al-Quran,
Pembuatan kontrak untuk tidak berpoligami, Adanya izin dan
pengawasan dari hukum serta pengadilan, Pengawasan sosial,
Larangan poligami dan Pemberian sanksi pidana kepada pelaku
poligami.
3. Perceraian oleh suami, adanya pembatasan kehendak hak talak bagi
suami yakni Intervensi pengadilan, Intervensi Administrasi,
Pembatasan secara tidak langsung, Pembatalan talak tiga sebagai
bentuk ucapan talak.
4. Perceraian yang diajukan istri, adanya beberapa alasan yakni
gagalnya suami memberi nafkah, adanya halangan fisik, mental
ataupun penyakit dari suami yang sukar disembuhkan, suami
meninggalkan rumah tangga, menyakiti dan berbuat kekerasan
terhadap istri, dipenjara sedikitnya dalam kurun waktu tertentu serta
menghilang.
5. Status hukum anak, dalam pembaharuan hukum keluarga seperti
Cucu di beri hak waris dengan adanya wasiat wajibah, Pasangan
yang masih hidup mendapat bagian sesuai dengan ketentuan Furudul
muqaddarah, dan Wasiat kepada ahli waris.

Anda mungkin juga menyukai