Anda di halaman 1dari 307

Perkumpulan

H.M.N. Purwosutjipto membagi perkumpulan ;


 Perkumpulan dalam arti luas, perkumpulan yang
merupakan bentuk asal dari semua persekutuan, yang
meliputi;
 Perkumpulan tidak berbadan hukum; persekutuan

perdata, persekutuan firma, persekutuan komanditer.


 Perkumpulan yang berbadan hukum; PT, Koperasi,

yayasan.
 4 unsur untuk terjadinya suatu perkumpulan;
kepentingan bersama, kehendak bersama, tujuan
bersama dan kerja sama.
 Perkumpulan dalam arti sempit, perkumpulan yang tidak
bertujuan untuk mencari laba dan tidak menjalankan
kegiatan usaha atau non ekonomis;
 Contoh perkumpulan dalam arti sempit; ikatan, persatuan,
perhimpunan, kesatuan, serikat.
Persekutuan Perdata/Maatschap
 Pasal 1618 KUHPer; “Persekutuan adalah suatu
persetujuan dengan mana dua orang atau lebih
mengikatkan diri untuk memasukkan sesuatu dalam
persekutuan, dengan maksud untuk membagi
keuntungan yang terjadi karenanya.”

 Persekutuan perdata adalah perserikatan perdata yang


menjalankan usaha; dengan dua unsur yaitu;
pemasukan dan pembagian keuntungan;
Persekutuan Perdata

 Harus memasukan sesuatu/modal kedalam


persekutuan.
 Dalam modal, tidak ada ketentuan tentang besarnya
modal.
 Modal dapat berupa uang, barang atau
tenaga/keahlian.
 Lapangan kerjanya tidak dibatasi, bisa juga dalam
bentuk perdagangan.
 Unsur terang – terangan dan terus menerus bersifat
tidak mutlak.
 Tidak ada pengumuman kepada pihak ketiga seperti
firma dan CV.
Dasar Hukum Persekutuan Perdata
(MAATSCHAP)
PENGERTIAN : Persetujuan + ‘Kontribusi Sesuatu’ + Bagi Untung –
Ps. 1618 KUHPer
Kontribusi Sesuatu: ‘Uang’ – Barang – Skill - Ps.
1619 KUHPer

DASAR HUKUM: Ps 1618 – Ps 1646 KUHPer.

PEMBENTUKAN: ‘Persetujuan’ – Ps. 1320 &Ps. 1618 KUHPer


 
TANGGUNGJAWAB SEKUTU:

Internal; Para Sekutu – Ps. 1624-1641 KUHPer

External - Pihak Ketiga – Ps. 1642 - 1645 KUHPer

PEMBUBARAN: Ps. 1646 – 1652 KUHPer.


Jenis Persekutuan Perdata Ps. 1620 KUHper
Maatschap Umum
 Meliputi apa saja yang akan diperoleh para sekutu

sebagai hasil usaha mereka selama maatchap berdiri.


 Maatschap jenis ini usahanya bisa bermacam-macam

(tidak terbatas) yang penting inbrengnya ditentukan


secara jelas/terperinci.
Maatschap Khusus (Pasal 1623 KUHPdt)
 (bijzondere maatschap) adalah maatschap yang gerak

usahanya ditentukan secara khusus;


 Hanya mengenai barang-barang tertentu, atau
pemakaiannya, atau hasil yang akan didapat dari
barang-barang itu, atau mengenai suatu usaha tertentu.
Isi Perjanjian Persekutuan Perdata

Hal yang diatur dalam perjanjian Persekutuan Perdata,


minimal mengatur tentang;
1.Bagian yang harus dimasukkan dalam persekutuan;

2.Cara kerja;

3.Pembagian Keuntungan;

4.Tujuan Kerjasama;

5.Waktu dan lamanya;

6.Hal – hal lain yang perlu.


Syarat – Syarat Untuk Mendirikan Persekutuan Perdata

1. Memenuhi syarat – syarat dalam Pasal 1320 KUHPer;


2. Tidak dilarang oleh hukum;
3. Tidak bertentangan dengan tata susila dan ketertiban
umum;
4. Mempunyai kepentingan bersama yaitu keuntungan;
keuntungan ini harus dinikmati bersama dan tidak
boleh ditetapkan bagi keuntungan seorang sekutu saja.
Pengurusan Persekutuan Perdata Ps. 1636 KUHPer

 Pembebanan tugas pengurusan pada Maatschap dapat


dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1. Diatur sekaligus bersama-sama dalam akta pendirian
maatschap. Sekutu maatschap ini disebut “sekutu
statuter”;
2. Diatur sesudah persekutuan perdata berdiri dengan
akta khusus. Sekutu pengurus ini dinamakan “sekutu
mandater”.
 Sekutu Statuter
 Selama berjalannya maatschap, sekutu statuter tidak

boleh diberhentikan, kecuali atas dasar alasan-alasan


menurut hukum. Misalnya :
 tidak cakap, kurang seksama (ceroboh), menderita

sakit dalam waktu lama, atau keadaan/peristiwa yang


tidak memungkinkan seorang sekutu pengurus itu
melaksanakan tugasnya secara baik.
 Yang memberhentikan sekutu statuter ialah maatschap

itu sendiri. Sekutu statuter bisa minta ganti kerugian bila


pemberhentian itu dipandang tidak beralasan.
 Sekutu Mandater:
 Kedudukannya sama dengan pemegang kuasa.

 Kekuasaannya dapat dicabut sewaktu-waktu atau atas

permintaan sendiri.
Pertanggungjawaban Sekutu Maatschap
Tanggungjawab Internal antara Sekutu (Pasal 1636 s/d
1639 KUHPdt).
Para sekutu Maatschap bisa membuat perjanjian
khusus untuk menunjuk seorang sekutu sebagai pengurus
Maatschap (gerant mandataire).
Pengurus yang ditunjuk itu berwenang melakukan segala

tindakan yang terkait dengan urusan persekutuan, asalkan


dilakukan dengan itikad baik.
Selama pengurus yang ditunjuk itu ada, sekutu yang

bukan pengurus tidak mempunyai kewenangan untuk


bertindak atas nama Maastchap dan tidak bisa mengikat para
sekutu lainnya dengan pihak ketiga.
 Selama persekutuan berdiri, kekuasaan tersebut tidak
dapat dicabut tanpa alasan yang sah, kecuali apabila
kekuasaan tersebut tidak diberikan dalam surat
perjanjian persekutuan, melainkan dalam suatu akta
yang dibuat kemudian, maka kekuasaan itu dapat
dicabut menurut cara yang sama degan cara mencabut
pemberian kuasa biasa (Pasal 1338 KUHPer).
 Bila telah diperjanjikan tertulis berisi keharusan bagi
para pengurus untuk bertindak bersama-sama dengan
para pengurus lain, maka seorang pengurus tidak
boleh berbuat apapun tanpa ijin dari pengurus
lainnya.
 Apabila tidak dibuat perjanjian terlebih dahulu, Pasal
1639 KUHPer menetapkan bahwa setiap sekutu
dianggap secara timbal balik telah memberi kuasa,
supaya yang satu  melakukan pengurusan terhadap
yang lain, bertindak atas nama Maatschap dan atas
nama mereka.
 Jadi, berkenaan dengan tanggungjawab intern antara
sekutu, kecuali dibatasi secara tegas dalam
perjanjian pendirian Maatschap, setiap sekutu
berhak bertindak atas nama Maatschap dan
mengikat para sekutu terhadap pihak ketiga dan
pihak ketiga terhadap  sekutu.
Berakhirnya Persekutuan Perdata

Ps. 1646 KUHPer


Persekutuan Perdata berakhir;
1. Lewatnya waktu yang ditetapkan dalam perjanjian.

2. Musnahnya barang yang dipergunakan untuk tujuan


persekutuan atau telah diselesaikannya perbuatan yang
menjadi obyek persekutuan.
3. Kehendak bersama atau salah seorang anggota
persekutuan.
4. Salah seorang anggota persekutuan meninggal dunia,
dibawah pengampuan, atau dinyatakan pailit.
5. Berdasarkan suara bulat dari para sekutu.
Tugas Pemberes Persekutuan
1. Menginventaris harta kekayaan persekutuan perdata;
2. Menagih semua piutang persekutuan dari debiturnya;
3. Membayar semua tagihan kreditur persekutuan;
4. Menuntut dikembalikannya barang – barang yang
masih ada di tempat pihak ketiga;
5. Membayar semua tagihan persekutuan;
6. Membagi sisa keuntungan kepada para sekutu yang
masih berhak;
7. Pemberes dapat mewakili persekutuan perdata di muka
dan diluar pengadilan;
8. Memberikan laporan lengkap kepada pengurus yang
memberi tugas.
FIRMA (Fa)
 Mollengraff, Firma adalah suatu perkumpulan yang didirikan untuk
menjalankan perusahaan dibawah nama bersama dan yang
mana anggota – anggotanya tidak terbatas tanggung jawabnya
terhadap perikatan perseroangan dengan pihak ketiga.

 Wery, firma adalah perseroan yang menjalankan suatu perusahaan


dibawah nama bersama, yang tidak sebagai perseroan
komanditer.

 Firma adalah tiap – tiap persekutuan perdata yang didirikan untuk


menjalankan perusahaan dengan nama bersama. (Ps. 16 KUHD)

 
 Dalam Fa sifat kepribadian para sekutunya masih sangat
diutamakan sehingga lingkungan sekutu – sekutu tidak
luas.
 Biasanya sekutu Fa hanya terbatas pada keluarga,
teman, dan sahabat karib yang bekerja sama untuk
mencari laba.
 Unsur menjalankan usaha adalah unsur mutlak dalam
firma dan mengharuskan tiap orang yang menjalankan
usaha melakukan pembukuan.
Unsur – Unsur Firma

1. Persekutuan Perdata (Ps. 1618 KUHPer).


2. Menjalankan perusahaan (Ps. 16 KUHD).
3. Dengan nama bersama atau firma (Ps. 16 KUHD).
4. Setiap anggota sekutu memiliki tanggung jawab
menyumbangkan tenaga dan pikirannya kepada
persekutuan (1627 KUHper).
5. Tanggung jawab sekutu bersifat pribadi untuk
keseluruhan (Ps. 18 KUHD).
Jenis – Jenis Perusahaan Firma

 Firma Dagang; persekutuan firma yang kegiatan usaha


utamanya adalah memproduksi atau membeli dan
menjual barang – barang; dan
 Firma Non-Dagang; persekutuan firma yang menjual
jasa. Misalnya, usaha jasa pengacara, akuntan publik,
konsultan, dan lainnya.
Penggunaan Nama Bersama

Firma (Fa) nama bersama, dilakukan dengan cara:


 Menggunakan nama seorang sekutu; Fa Haji Imran.

 Menggunakan nama sekutu dengan tambahan yang

menunjukan anggota keluarganya; Fa Bona and


brothers beranggotakan Bona dan saudara –
saudaranya (kakak dan adiknya).
 Menggunakan himpunan nama semua sekutu secara

singkatan Fa Barita (Bastian, Rina dan Tania)


 Menggunakan nama bidang usaha perusahaan; Fa susu

sapi Makmur.
Dasar Hukum Firma
 DASAR HUKUM: Ps 16 – 35 KUHD + 15 KUHD + 1618-1652
KUH Perdata

 PEMBENTUKAN: ‘Kontrak’ - Akta Otentik – Pasal 22 KUHD

 PENDAFTARAN: – PN – Publikasi di Berita Negara


(Ps 22, 23, 24, 27, 28 KUHD)

 TANGGUNG JAWAB SEKUTU:


Internal Para Sekutu – 1624-1641 BW
External – Pihak Ketiga – 17 + 18 KUHD

 PEMBUBARAN & PEMBERESAN : Pasal 31 – 34 KUHD


Penggurusan dan Tanggungjawab
Prinsipnya, setiap sekutu berwenang untuk berbuat dan
bertindak "keluar" atas nama firma;
1. Tindakan atau perbuatan itu mengikat kepada sekutu atau
anggota firma yang lain terhadap pemenuhan kewajiban
yang timbul dari tindakan itu kepada pihak ketiga,
2. Untuk bertindak keluar, anggota Firma tidak memerlukan
kuasa dari anggota yang lain, namun demikian semua
anggota Firma bertanggung jawab sepenuhnya "solider"
atau tanggung jawab renteng kepada pihak ketiga,
3. Pembebanan tanggung jawab solider kepada pihak ketiga
hanya dibebaskan apabila tindakan yang dilakukan anggota
Firma melampaui batas kewenangan dan kapasitas Firma
(menjadi tanggung jawab pribadi dari anggota Firma yang
bersangkutan) Ps. 17 ayat (2) KUHD.
Hubungan Hukum Internal Sekutu Firma
1. Semua sekutu memutuskan dan menetapkan dalam AD,
sekutu yang ditunjuk sebagai pengurus Firma.
2. Semua sekutu berhak melihat atau mengontrol pembukuan
Firma (Ps. 12 KUHD).
3. Semua sekutu memberikan persetujuan jika firma
menambah sekutu baru (Ps. 1641 KUHPer).
4. Penggantian kedudukan sekutu dapat diperkenankan jika
diatur dalam anggaran dasar.
5. Seorang sekutu dapat menggugat Firma apabila ia
berposisi sebagai kreditur Firma dan pemenuhannya
disediakan dari kas Firma.
Pertanyaan:
Apakah sekutu Firma baru ikut bertanggung jawab terhadap
hutang firma yang sudah ada ?
 Sekutu baru tidak boleh dimintai tangung jawab untuk
membayar hutang – hutang firma yang telah ada
sebelum dia bergabung, sebab dia tidak pernah
memberi kuasa kepada sekutu – sekutu lama untuk
mewakilinya dalam hubungan hukum yang telah dibuat
tersebut.
 Kecuali sekutu baru tersebut (sebagai salah satu
syarat penerimaannya) telah menyetujui sendiri
tentang tanggungjawab tersebut yang telah ada
sebelum dia bergabung.
 Sekutu baru ikut bertanggung jawab apabila ikut
menikmati hasil dari hutang – hutang yang telah ada
sebelum dia bergabung ke firma.
Hubungan Hukum Eksternal Sekutu Firma
1. Sekutu yang sudah keluar secara sah masih dapat
dituntut oleh pihak ketiga atas dasar perjanjian yang
belum dilunasi pembayarannya.
2. Setiap sekutu berwenang mengadakan perikatan dengan
pihak ketiga bagi kepentingan Firma, kecuali jika sekutu
itu dikeluarkan dari kewenangannya (Ps. 17 KUHD).
3. Setiap sekutu bertanggung jawab secara pribadi atas
semua perikatan Firma yang dibuat oleh sekutu lain,
termasuk juga perikatan karena perbuatan melawan
hukum (Ps. 18 KUHD).
4. Apabila seorang sekutu menolak penagihan dengan
alasan Firma tidak ada karena tidak ada akta pendirian,
pihak ketiga itu dapat membuktikan adanya Firma dengan
segala macam alat pembuktian (Ps. 22 KUHD).
Persyaratan dan Prosedur Pendirian Firma
1. Pendiri Firma minimal 2 orang.
2. Menentukan nama firma dan merumuskan maksud dan
tujuan mendirikan firma
3. Membuat Akta Pendirian.
Ps. 22 KUHD mengharuskan pendirian Firma
berdasarkan persetujuan dari para pendiri untuk
membuat akta pendirian dalam bentuk akta notaris.
4. Mengajukan Surat Keterangan Domisili Firma.
5. Membuat Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
6. Mengajukan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena
Pajak .
7. Mendaftarkan Firma di Dirjen AHU KEMENKUMHAM
berdasarkan Permenkumham No. 17/2018 dulu di
Pengadilan Negeri, di Kepaniteraan Pengadilan Negeri
setempat. (Ps. 23 KUHD).
8. Wajib diumumkan dalam Berita Negara RI
Ps. 28 KUHD mewajibkan untuk mengumumkan akta
pendirian tersebut dalam Berita Negara Republik
Indonesia.
9. Mengajukan Surat Ijin Gangguan (HO), dll.
Akta Pendirian Firma
Pasal 22 KUHD, Akta pendirian dibuat di depan notaris.
Pasal 26 KUHD, Akta pendirian memuat anggaran dasar
firma dengan rincian isi sebagai berikut;
1. Nama lengkap, pekerjaan, dan tempat tinggal para sekutu.
2. Penetapan nama bersama atau firma.
3. Firma bersifat umum atau terbatas pada menjalankan
perusahaan bidang tertentu.
4. Nama - nama sekutu yang tidak diberi kuasa untuk
menandatangani perjanjian bagi firma.
5. Hal – hal yang berkaitan dengan perjanjian bersama
berhubungan dengan hak pihak ketiga kepada sekutu.
6. Saat mulai dan berakhirnya firma.
Kelebihan dan Kelemahan Firma

Kelebihan Firma, antara lain ;


1. Mudah memperoleh modal dari para sekutu, karena
firma merupakan badan usaha gabungan dari
beberapa orang yang bergabung sebagai pemilik firma.
2. Firma dapat didirikan dengan modal yang relatif
terjangkau.
3. Firma lebih mudah didirikan dan dijalankan .

4. Dapat dipimpin oleh beberapa pemilik, sehingga kerja


sama diantara pimpinan demi memajukan firma lebih
mudah dilakukan.
5. Manajemen usaha firma sangat baik karena ada
pembagian kerja diantara para pemilik
Kekurangan Firma, antara lain:
1. Modal para sekutu yang sudah disetor pada firma tidak
mudah untuk ditarik kembali;
2. Para sekutu bertanggungjawab atas segala utang atau
beban yang dimiliki.
3. Segala resiko ditangung bersama, meskipun hal itu
terjadi akibat kesalahan dari salah satu sekutu
4. Kelangsungan hidup firma tidak terjamin apabila salah
satu anggota keluar atau meninggal dunia,
5. Perkembangan firma sangat tergantung pada niat dan
kerja dari para sekutu.
6. Rentan terjadi perselisihan antara para sekutu
Perbedaan Firma dengan Badan Usaha Lainnya .
1. Firma berlaku kebijakan bahwa setiap sekutu mimiliki
hak untuk menjadi pimpinan.
2. Kepemilikan firma oleh sekutu melekat dan berlaku
seumur hidup.
3. Setiap sekutu berhak membubarkan firma jika terjadi
masalah atau penyimpangan hukum.
4. Setiap sekutu berhak melakukan perjanjian dengan pihak
ketiga.
5. Apabila terdapat utang yang tak terbayar, setiap sekutu
firma wajib melunasi utang tersebut dengan harta
pribadinya.
6. Sekutu firma terdiri dari orang – orang yang sudah saling
mengenal dan mempercayai.
Alasan – Alasan Pembubaran Firma
Berakhirnya Firma antara lain karena; (Ps. 31 – 35 KUHD)
1. Waktu berlakunya sudah habis atau berakhir,
2. Kesepakatan para anggota untuk membubarkan Firma,
3. Salah satu anggota meninggal, atau keluar dari firma,
4. Pengurus firma lalai dalam mendaftarkan dan
mengumumkan perpanjangan waktu usaha firmanya,
sehingga firma otomatis bubar,
5. Firma dinyatakan pailit atau bangkrut oleh sebagian besar
sekutu firma.

Pertanyaan:
Dapatkah menggunakan nama firma dari perusahaan
yang sudah bubar ?
Nama Firma dari perusahaan yang sudah bubar
dapat digunakan dengan syarat:
 Dalam perjanjian perusahaan tersebut terdapat
ketentuan yang mengizinkan nama perusahaan itu
dipakai,
 Nama pendiri firma yang telah bubar memberikan izin
menggunakan nama firma mereka oleh pihak lain.
 Dalam kasus bubarnya firma karena salah satu sekutu
meninggal, terdapat izin atau sikap yang tidak keberatan
menggunakan nama firma tersebut dari ahli waris.
 Penggunaan nama firma tersebut harus dikuatkan
dengan pernyataan dalam akta notaris.
Pemberesan Firma
1. Setiap pembubaran Firma memerlukan pemberesan dan
selama masa pemberesan, Firma yang sudah bubar
tersebut masih tetap ada (ps. 32 - Ps. 34 KUHD).
2. Yang bertugas melakukan pemberesan adalah sekutu
yang ditetapkan dalam anggaran dasar.
3. Apabila tidak ditetapkan dalam AD maka sekutu
pengurus harus membereskan atas nama Firma.
4. Tugas pemberesan menyelesaikan semua hutang Firma
dengan menggunakan uang kas, jika masih ada saldo
maka akan dibagi diantara para sekutu.
5. Apabila ada kekurangan maka kekurangan tersebut
harus dipenuhi dari harta kekayaan pribadi para sekutu.
Persekutuan Komanditer
Pengertian :
1. Persekutuan komanditer (CV) adalah Firma yang
mempunyai satu atau beberapa orang sekutu komanditer.
Ps. 19 KUHD.
2. Sekutu komanditer (silent partner) adalah sekutu yang
hanya menyerahkan uang, barang, atau tenaga sebagai
pemasukan pada persekutuan dan tidak turut campur
dalam pengurusan persekutuan.
3. Tanggung jawabnya terbatas pada jumlah pemasukannya
dalam persekutuan.
4. Kepengurusan CV dijalankan oleh sekutu aktif
(komplementer), termasuk berhubungan dengan pihak
ketiga.
Dasar Hukum Persekutuan Komanditer/CV
 Dasar Hukum Pendirian CV; Pasal 19 -21 KUHD
 Hubungan hukum antara para anggota CV; Ps. 1624 –
1641 KUHPer.
 Pemasukan modal dapat berupa barang, uang dan
tenaga (fisik dan atau pikiran) Ps. 1625 KUHPer.
 Pembagian laba dan rugi Ps. 1633 dan Ps. 1634
KUHPer.
 Sekutu aktif mempunyai tanggung jawab sampai harta
pribadi apabila terjadi kerugian dalam CV Ps. 18 KUHD,
Ps. 1131 – 1132 KUHPer.
Hubungan Hukum Antar Sekutu Dalam CV
Hubungan Hukum Ke Dalam.
 Hubungan hukum sesama sekutu komplementer sama

seperti firma.
 Hubungan hukum antara sekutu komplementer dan sekutu

komanditer tunduk pada ketentuan Ps 1624 – Ps 1641


KUHPer.
 Sekutu komanditer mendapat keuntungan sebanding
dengan jumlah pemasukannya dan hanya bertanggung
jawab kerugian sampai jumlah pemasukannya.
 Sekutu komanditer dilarang melakukan pengurusan CV

meskipun dengan surat kuasa.


 Sekutu komanditer berwenang melakukan pengawasan

kepengurusan CV.
Hubungan Hukum Keluar.
 Hanya sekutu komplementer/aktif yang dapat
mengadakan hubungan hukum dengan pihak ketiga.
 Pihak ketiga hanya dapat menagih sekutu komplementer

bertanggung jawab penuh.


Jenis – Jenis CV

1. CV Murni
Hanya terdapat 1 sekutu aktif, sementara yang lainnya
sebagai sekutu pasif. Sehingga sekutu aktif bertugas dan
bertanggungjawab seorang diri dalam mengurus CV dan
berhubungan dengan pihak ketiga.

2. CV Diam - Diam.
Pihak ketiga mengetahui persekutuan ini sebagai
persekutuan Firma, tetapi mempunyai sekutu komanditer.
Hubungan keluar menggunakan Firma sedangkan
hubungan kedalam antar sekutu berlaku hubungan
sekutu komplementer & sekutu komanditer. Ps. 19 - Ps.
21 KUHD
3. CV Terang - Terangan.
CV yang memperlihatkan identitasnya dengan nama
CV dan bukan sebuah firma. Biasanya dalam CV ini
terdapat lebih dari 1 sekutu aktif dan sekutu pasif.
4. CV Bersaham.
CV yang mengeluarkan saham khusus untuk sekutu
aktif dan sekutu pasif. Modal persekutuan komanditer
dibagi atas saham - saham. Persekutuan semacam ini
tidak diatur dalam KUHD tetapi tidak dilarang oleh
hukum. Pembentukan modal dengan menerbitkan
saham. CV atas saham merupakan bentuk peralihan
dari CV ke PT.
Kelebihan CV
1. Mudah memperoleh modal yang lebih besar dari sekutu
pasif.
2. Mudah memperoleh bantuan modal dari pihak bank/
lembaga kredit lain.
3. Struktur organisasi CV tidak rumit karena hanya terbagi
antara sekutu aktif dan sekutu pasif.
4. CV lebih fleksibel dijalankan karena tanggungjawab penuh
hanya pada sekutu aktif.
5. CV sudah banyak dikenal dikalangan masyarakat sehingga
memudahkan CV untuk ikut serta dalam kegiatan yang
berhubungan dengan masyarakat.
6. Kemampuan CV untuk berkembang lebih besar karena
dikelola & dijalankan oleh pemilik aktif yang hanya berfokus
untuk mengembangkan usaha dan mengejar keuntungan. .
Kelemahan CV
1. Kemajuan berkembangnya CV bisa menjadi tidak
menentu jika sekutu aktif meninggal dunia atau
mengundurkan diri.
2. Pertanggungan jawab sekutu aktif tidak terbatas.
3. Kelangsungan hidup CV akan terganggu apabila terjadi
perselisihan antara para sekutu aktif dan sekutu pasif.
4. Sekutu aktif mempunyai tanggungjawab sampai harta
pribadinya sebagai jaminan terhadap seluruh hutang
yang ditanggung CV.
5. Sulit untuk menarik modal yang telah ditanam karena
dipegang sendiri oleh sekutu aktif.
Persyaratan dan Prosedur Pendirian CV
1. Pendirian CV minimal terdiri dari 2 orang, sekutu aktif dan
sekutu pasif.
2. Adanya kesepakatan/perjanjian dari para pihak pendiri CV
tersebut untuk menjalankan CV. Ps. 15 KUHD
3. Harus Warga Negara Indonesia.
4. Mengurus Akta Pendirian CV di depan notaris.
5. Akta pendirian; nama CV, tempat kedudukan CV, nama sekutu
aktif dan sekutu pasif, maksud dan tujuan dari pendirian CV, dan
jangka waktu pendirian CV.
6. Mengurus NPWP di Kantor Pajak
7. Mendaftarkan Akta pendirian CV ke Dirjen AHU berdasarkan
Permenkumham No. 17/2018 dulu di Pengadilan Negeri Ps. 23
KUHD.
8. Mengumumkan dalam Berita Negara RI.
9. Mendaftarkan SIUP dan TDP
Alasan – Alasan Yang Mendasari Pembubaran CV (Ps.
31 KUHD)

1. Berakhirnya jangka waktu pendirian CV ditetapkan


dalam anggaran dasar (akta pendirian).
2. Sekutu aktif dan sekutu pasif mengundurkan diri atau
berhenti sebelum jangka waktu CV berakhir.
3. Anggaran Dasar atau Akta Pendirian CV mengalami
perubahan.
4. CV mengalami kredit macet yang parah sehingga
banyak aset CV yang harus diserahkan untuk
membayar hutang sehingga aktivitas kegiatan usaha
CV menjadi terganggu.
5. CV terlibah masalah hukum karena pengurusnya
melakukan tindakan melanggar hukum.
Pemberesan Pembubaran CV

 Pembubaran Persekutuan Komanditer sama dengan


Firma, yaitu harus diakukan dengan akta notaris,
didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri dan
diumumkan dalam Tambahan Berita Negara.
 Kelalaian pendaftaran dan pengumuman mengakibatkan
tidak berlakunya pembubaran, pengunduran diri,
pemberhentian, dan perubahan anggaran dasar
terhadap pihak ketiga.
 Pembagian keuntungan dan pemberesan kerugian
dilakukan menurut ketentuan anggaran dasar. Apabila
tidak ditentukan berlaku Ps. 1633 – 1635 KUHPer
 Apabila pemberesan sudah selesai masih ada sisa uang,
maka akan dibagikan kepada semua sekutu menurut
perbandingan pemasukan masing – masing.

 Jika setelah pemberesan masih terdapat kekurangan


(kerugian) maka kekurangan tersebut dilakukan menurut
perbandingan pemasukan masing – masing, kecuali
sekutu komanditer hanya bertanggung jawab sebatas
pemasukannya.
Koperasi
 “Badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau
badan hukum koperasi, dengan melandaskan
kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus
sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas
asas kekeluargaan”. (Ps. 1 angka 1 UU No. 25/1992).
 M. Hatta; koperasi adalah usaha bersama untuk
memperbaiki nasib penghidupan ekonomi berdasarkan
tolong – menolong.
 International Cooperative Alliance (ICA); “an
autonomous association of persons united voluntarily to
meet their common economic, social and culture needs
and aspirations through a jointly-owned and
democratically controlled enterprise”.
Unsur – Unsur Dalam Koperasi

1. Merupakan perkumpulan orang bukan semata


perkumpulan modal;
2. Adanya kesamaan baik dalam tujuan, kepentingan
maupun dalam kegiatan ekonomi;
3. Merupakan usaha yang bersifat sosial, tetapi tetap
bermotif ekonomi;
4. Bertujuan untuk kepentingan kesejahteraan anggota;
5. Diurus bersama, dengan semangat kebersamaan dan
gotong royong;
6. Demokratis;
7. Keuntungan dan manfaat sama, proposional dengan jasa
yang diberikan.
Dasar Hukum
 Pasal 33 (1) UUD 1945; Perekonomian disusun sebagai
usaha bersama berdasarkan azas kekeluargaan.
 UU No. 17 Tahun 2012 Tentang Perkoperasian dibatalkan
Putusan MK pada Tahun 2014 & memberlakukan
sementara UU No. 25 Tahun 1992.
 PP No. 4 Tahun 1994 tentang Persyaratan dan Tata Cara
Pengesahan Akta Pendirian dan Perubahan Anggaran
Dasar Koperasi.
 Keputusan Menteri Negara Koperasi No. 36/Kep/M/II/1998
tentang Pedoman Pelaksanaan Penggabungan dan
Peleburan Koperasi.
 Permen No. 01/Per/M.KUM/I/2006 tentang petunjuk
pelaksanaan pembentukan, pengesahan akta pendirian,
dan perubahan anggaran dasar koperasi.
Jenis – Jenis Koperasi
 Koperasi Primer; koperasi yang minimal anggotanya 20
orang.

 Koperasi Sekunder; terdiri dari gabungan badan – badan


koperasi. Koperasi sekunder dapat dibagi menjadi;
1. Koperasi Pusat; anggotanya minimal 5 koperasi primer,
2. Gabungan Koperasi; anggotanya minimal 3 koperasi
pusat,
3. Induk Koperasi; anggotanya adalah 3 gabungan koperasi.

Berdasarkan sejarah koperasi, jenis usaha koperasi;


a) Koperasi Konsumsi,
b) Koperasi Kredit/Simpan Pinjam.
c) Koperasi Produksi.
Berdasarkan lapangan usaha /tempat tinggal para anggota;
a) Koperasi Unit Desa (KUD),
b) Koperasi Konsumsi,
c) Koperasi Pertanian,
d) Koperasi Peternakan,
e) Koperasi Perikanan,
f) Koperasi Kerajinan atau Industri.
Berdasarkan golongan fungsional;
a) Koperasi Pegawai Negeri (KPN),
b) Induk Koperasi Angkatan Darat (INKOPAD),
c) Induk Koperasi Angkatan Laut (INKOPAL),
d) Induk Koperasi Angkatan Udara (INKOPAU),
e) Induk Koperasi Polisi (INKOPPOL).
Berdasarkan sifat khusus/aktivitas dan kepentingan ekonomi;
a) Koperasi Batik,
b) Koperasi Asuransi,
Persyaratan Mendirikan Koperasi
 Menyiapkan nama koperasi dibahas dalam rapat calon
anggota koperasi.
 Menyiapkan formulir daftar hadir rapat pendirian
koperasi.
 Menyiapkan berita acara pendirian koperasi,
ditandatangani oleh ketua, sekretaris rapat serta daftar
hadir yang ditandatangani oleh seluruh peserta rapat.
 Membuat Akta Pendirian Koperasi dari Notaris.
 Membuat rencana kegiatan usaha koperasi selama
minimal 3 tahun ke depan secara jelas.
 Membuat susunan pengurus; ketua, sekretaris, bendahara
dan pengawas.
 Daftar riwayat hidup pengurus dan pengawas.
 Mengumpulkan modal koperasi; koperasi primer tingkat
kabupaten/provinsi minimal Rp. 15.000.000,-; tingkat
nasional minimal Rp. 100.000.000,-
 Daftar sarana kerja koperasi.
 Surat pernyataan tidak mempunyai hubungan keluarga
antar pengurus.
 Struktur organisasi koperasi.
 Surat pernyataan status kantor koperasi dan bukti
pendukungnya.
Proses Pembentukan
Pasal 7
 Pembentukan Koperasi dengan akta pendirian yang
memuat anggaran dasar.
 Koperasi mempunyai kedudukan di wilayah Indonesia.

a) Rapat Anggota juga menyusun AD/ART,


b) Mengumpulkan KTP pengurus, membuat NPWP, dan
surat keterangan domisili,
c) Membuat akta pendirian koperasi di Notaris.
d) Mengajukan permohonan pengesahan akta koperasi ke
Dinas Koperasi setempat/Deputi Bidang Kelembagaan
Kementerian Koperasi dan UKM.
Akta Pendirian Koperasi Memuat Anggaran Dasar yang
terdiri dari
 Daftar nama pendiri;
 Nama dan tempat kedudukan ;
 Maksud dan tujuan serta bidang usaha;
 Ketentuan mengenai keanggotaan ;
 Ketentuan mengenai Rapat Anggota ;
 Ketentuan mengenai pengelolaan ;
 Ketentuan mengenai permodalan ;
 Ketentuan mengenai jangka waktu berdirinya ;
 Ketentuan mengenai pembagian sisa hasil usaha ;
 Ketentuan mengenai sanksi
Pengesahan Akta Pendirian Koperasi
• Kepala Kantor Dinas Koperasi Kabupaten/Kodya
mengesahkan akta pendirian koperasi yang anggotanya
berdomisili dalam wilayah Kabupaten/Kodya.
• Kepala Kantor Wilayah Dinas Propinsi mengesahkan
akta pendirian koperasi Primer dan Sekunder yang
anggotanya berdomisili dalam wilayah Propinsi yang
bersangkutan dan Koperasi Primer yang anggotanya
berdomisili di beberapa Propinsi, namun koperasinya
berdomisili di wilayah kerja Kanwil yang bersangkutan.
• Kementerian Koperasi mengesahkan akta pendirian
Koperasi Sekunder yang anggotanya berdomisili di
beberapa propinsi.
Perangkat Organisasi Koperasi
Rapat Anggota
 Anggaran Dasar ;

 Kebijakan umum dibidang organisasi, manajemen, dan

usaha Koperasi;
 pemilihan, pengangkatan, pemberhentian pengurus dan

pengawas;
 rencana kerja, rencana anggaran pendapatan dan belanja

Koperasi, serta pengesahan laporan keuangan ;


 pengesahan pertanggungjawaban pengurus dalam
pelaksanaan tugasnya ;
 pembagian sisa hasil usaha ;

 penggabungan ,peleburan ,pembagian ,dan pembubaran.

 Menyelenggarakan rapat anggota minimal 1 bulan sekali.


Pengawas Koperasi
 Melakukan pemeriksaan terhadap tata kehidupan koperasi,
termasuk organisasi, manajemen, usaha, keuangan,
permodalan dan lain sebagainya.
 Mengawasi kebijakan operasional pengurus, yang meliputi
bidang organisasi, bidang usaha dan bidang keuangan.
 Memeriksa, meneliti ketepatan dan kebenaran catatan
organisasi, usaha dan keuangan untuk dibandingkan
dengan kenyataan yang ada.
 Bertanggungjawab atas kegiatan pemeriksaan dan hasil
pemeriksaan serta merahasiakan hasil pemeriksaan
kepada pihak ketiga
 Membuat laporan pemeriksaan tertulis, memberikan
pendapatnya dan memberikan saran perbaikan dalam
menyajikan laporan kepada rapat anggota tahunan.
Pengurus Koperasi
Dipilih dari orang perseorangan, diangkat pada RA. Tugasnya
antara lain;
1. Mengelola koperasi berdasarkan AD;
2. Menerima, menolak atau memberhentikan anggota sesuai
AD;
3. Menyusun rencana kerja serta rencana anggaran koperasi;
4. Menyusun laporan keuangan dan pertanggungjawaban
pelaksanaan tugas kepada RA;
5. Melakukan upaya bagi kepentingan, kemanfaatan, dan
kemajuan koperasi sesuai dengan tanggung jawabnya dan
keputusan RA;
6. Mewakili koperasi didalam atau diluar pengadilan.
Hak Anggota Koperasi

Hak anggota koperasi;


1. Menghadiri dan menyatakan pendapat dan memberikan
suara dalam rapat anggota.
2. Memilih dan dipilih menjadi anggota pengurus.
3. Meminta diadakan rapat anggota menurut ketentuan
anggaran dasar.
4. Mengemukakan saran dan pendapat kepada pengurus baik
di luar rapat, baik diminta maupun tidak.
5. Mendapat pelayanan yang sama antara sesama anggota
koperasi.
6. Melakukan pengawasan atas jalannya koperasi dan usaha
– usaha koperasi menurut ketentuan dalam anggaran
dasar.
Kewajiban dan Tanggung Jawab Anggota
Koperasi
Kewajiban:
1. Mengamalkan landasan, asas dan sendi dasar koperasi.
2. Hadir dan aktif mengambil bagian dalam rapat anggota dan
menjalankan putusan rapat anggota.
Tanggung jawab;
1. Menanggung bersama kerugian yang diderita koperasi baik
yang timbul pada penutupan tahun buku atau pada
pembubaran koperasi.
2. Tanggung jawab anggota koperasi bisa bersifat terbatas atau
tidak terbatas.
3. Apabila koperasi mengalami kerugian dan harta kekayaan
koperasi tidak cukup maka anggota biasa ikut bertanggung
jawab jika dalam anggaran dasar dinyatakan adanya tanggung
jawab tak terbatas bagi setiap anggota koperasi.
Permodalan
 Modal Koperasi = Modal sendiri & modal pinjaman
 Modal sendiri = simpanan pokok
simpanan wajib
dana cadangan
hibah
 Modal pinjaman = Anggota
koperasi lainnya
Bank atau lembaga keuangan
surat utang
sumber lain yang sah

Modal penyertaan dari Pihak ke 3 atau Investors = Tidak


berhak suara dalam RA, tetapi dapat diikutsertakan dalam
pengelolaan & pengawasan (sesuai perjanjiannya) Ps 42 (1)
Penggabungan dan Peleburan Koperasi
 Penggabungan adalah bergabungnya satu koperasi
atau lebih dengan koperasi lain menjadi satu koperasi.
 Peleburan adalah penyatuan dua koperasi atau lebih,
menjadi satu koperasi baru.

Penggabungan dan Peleburan bertujuan;


1. Meningkatkan pelayanan kepada anggota koperasi dan
masyarakat,
2. Meningkatkan volume usaha, kemampuan investasi dan
kemampuan usaha, skala usaha dan efisiensi koperasi,
3. Meningkatkan kemampuan organisasi dan
manajemen,
4. Meningkatkan daya saing koperasi,
5. Mewujudkan koperasi yang memiliki kekuatan dan
ketahanan hidup jangka panjang (viability) sehingga
mampu memberikan dampak berkoperasi (cooperative
effect) yang besar kepada para anggota.
Persyaratan koperasi yang dapat melakukan
penggabungan dan peleburan
 berbadan hukum;
 memiliki bentuk yang setingkat (koperasi primer dengan
primer, koperasi sekunder dengan sekunder);
 tidak sedang perkara di pengadilan;
 memiliki keinginan untuk melakukan penggabungan atau
peleburan yang dinyatakan melalui Keputusan Rapat
Anggota masing-masing koperasi;
 memiliki kekayaan (asset) sama atau lebih besar dari pada
kewajiban koperasinya dan minimal memenuhi kriteria
audittable;
 memiliki potensi untuk ditingkatkan.
Tata Cara Pelaksanaan Penggabungan/Peleburan
TAHAP PERTAMA
1. Para pengurus melakukan kesepakatan dan dibuat Berita
Acara Rapat Gabungan,
2. Koperasi yang akan bergabung masing2 akan
mengadakan RA utk menunjuk wakil yg diberi kuasa untuk
duduk dalam panitia penggabungan,
3. Menetapkan rencana tentang penyatuan dan pemindahan
aktiva dan pasiva koperasi yang bersangkutan yang akan
diusulkan dalam rapat penggabungan ,
4. Menetapkan rencana tentang tata cara penyelesaian
tagihan kepada kreditur, pembayaran simpanan anggota
dan ganti rugi kepada pihak ketiga, yang akan diusulkan
dalam rapat penggabungan.
TAHAP KEDUA
Rapat penggabungan memutuskan tentang:
1)Susunan panitia penggabungan yang keanggotaannya
berasal dan masing-masing koperasi yang akan
bergabung.
2)Tata cara pengalihan keanggotaan dan masing-masing
koperasi yang akan bergabung kepada koperasi yang akan
menerima penggabungan.
3)Tata cara pengalihan aset dan kewajiban koperasi yang
akan bergabung kepada koperasi yang menerima
penggabungan.
TAHAP KETIGA
Rapat Anggota penggabungan koperasi dihadiri oleh seluruh
anggota koperasi yang bersedia ikut bergabung pada
koperasi yang disetujui sebagai koperasi penggabungan.
Dalam Rapat Anggota penggabungan koperasi selanjutnya
diputuskan:
1. Rancangan perjanjian penggabungan, yang disusun
oleh Panitia Penggabungan.
2. Pengesahan rancangan perubahan Anggaran dasar
Koperasi hasil penggabungan, disusun oleh Panitia
Penggabungan.
3. Pengesahan keputusan pembayaran atas simpanan
koperasi yang bergabung meliputi:
a) Pembayaran kembali simpanan kepada anggota-
anggota yang menyatakan tidak bersedia menjadi
anggota koperasi hasil penggabungan.
b) Tata cara penyelesaian tentang tuntutan ganti rugi
dan penyelesaian kredit dan para kreditur yang akan
menjadi tanggungan koperasi hasil penggabungan.
c) Tata cara pengalihan asset koperasi yang bergabung
kepada koperasi yang disetujui sebagai
penggabungan koperasi.
TAHAP KEEMPAT
a.Pengurus koperasi yang menerima penggabungan
menyampaikan permohonan pengesahan perubahan
Anggaran dasar kepada kementerian Koperasi sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b. Pejabat kementerian Koperasi melakukan penelitian dan
pemeriksaan terhadap berkas permohonan perubahan
Anggaran dasar Koperasi yang menerima penggabungan;
 Isi Anggaran dasar;

 Neraca penggabungan;

 Berita acara rapat penggabungan dan surat perjanjian

diantara koperasi-koperasi yang bergabung;


 Bukti pelunasan atas kewajiban yg telah dibayarkan ke

anggota dan pihak ketiga.


 Kementerian Koperasi mengeluarkan Surat Keputusan
pengesahan atau penolakan perubahan Anggaran Dasar
dimaksud berdasarkan hasil penelitian dan pemeriksaan
atas berkas permohonan penggabungan koperasi sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
 Pengurus koperasi segera menyelenggarakan rapat
pembubaran koperasi setelah menerima Surat Keputusan
Pengesahan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi hasil
penggabungan.
 Surat Keputusan Pengesahan perubahan Anggaran Dasar
Koperasi hasil penggabungan dan Surat Keputusan
Pembubaran Koperasi yang telah bergabung diumumkan
dalam Berita Negara RI sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
 Kementerian Koperasi mengeluarkan Surat Keputusan
pengesahan atau penolakan perubahan Anggaran Dasar
dimaksud berdasarkan hasil penelitian dan pemeriksaan
atas berkas permohonan penggabungan koperasi sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
 Pengurus koperasi segera menyelenggarakan rapat
pembubaran koperasi setelah menerima Surat Keputusan
Pengesahan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi hasil
penggabungan.
 Surat Keputusan Pengesahan perubahan Anggaran Dasar
Koperasi hasil penggabungan dan Surat Keputusan
Pembubaran Koperasi yang telah bergabung diumumkan
dalam Berita Negara RI sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Pendataan Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah
 Permen Koperasi & UKM No. 10/Per/M.KUKM/VI/2016
(29 Juni 2016)
 Nomor Induk Koperasi diberikan dalam bentuk Sertifikat
Nomor Induk Koperasi yang dilengkapi dengan QR
Code, kelompok jenis dan skala usaha serta peringkat
koperasi.
 Tujuan NIK menertibkan kegiatan usaha koperasi untuk
meningkatkan kepercayaan masyarakat dan pemangku
kepentingan terhadap koperasi.
 Memberikan kepastian keberadaan Koperasi secara
legal sebagai badan hukum.
 Memastikan koperasi masih aktif secara kelembagaan
maupun usaha.
 Setiap Koperasi dapat mengajukan permohonan
Sertifikat Nomor Induk Koperasi dan QR Code dengan
cara off - line maupun on - line.
 Permohonan dengan cara off – line dilakukan melalui
SKPD ( Satuan Kerja Perangkat Daerah) yang
membidangi Koperasi dan UKM setempat dengan
tembusan kepada Sekretaris Kementerian Koperasi.
 Permohonan dengan cara on – line dapat dilakukan
melalui portal www.depkop.go.id.
 SKPD Provinsi/Kabupaten/Kota melakukan verifikasi
terhadap permohonan dengan cara on – line.
 Sertifikat NIK dan QR Code diberikan setelah diadakan
verifikasi terhadap Koperasi yang bersangkutan
 Koperasi yang belum mempunyai Sertifikat NIK dan QR
Code tidak berhak mendapat prioritas pelayanan dari
pemerintah, Pemerintah Daerah maupun lembaga usaha
yang berkepentingan dengan Koperasi.
 Sertifikat NIK dipergunaka terutama untuk permohonan
kredit perbankan dan lembaga non bank; permohonan
penjaminan kredit; permohonan ijin usaha baru;
permohonan keikutsertaan dalam pemeran dan promosi
dagang;
Pembubaran Koperasi
Pembubaran Koperasi dikarenakan;
• Keputusan Rapat Anggota;
• Kegiatan koperasi tidak berkembang, tidak mendapat
pemasukan dan keuntungan seperti yang diharapkan.
• Jangka waktu berdirinya telah berakhir; dan/atau
• Keputusan Pemerintah.

Keputusan pembubaran koperasi oleh pemerintah dilakukan;


• Koperasi dinyatakan pailit berdasarkan keputusan
Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
• Koperasi tidak dapat menjalankan kegiatan organisasi dan
usahanya selama 2 (dua) tahun berturut – turut.
Pemberesan Koperasi
Tugas Tim penyelesaian koperasi;
1. Melakukan pencatatan dan penyusunan informasi tentang
kekayaan dan kewajiban koperasi.
2. Memanggil Pengawas, Pengurus, Anggota dan pihak lain
yang diperlukan.
3. Menyelesaikan hak dan kewajiban keuangan terhadap
pihak ketiga.
4. Membagikan sisa hasil penyelesaian kepada anggota.
5. Melaksanakan tindakan lain yang perlu dilakukan dalam
penyelesaian kekayaan.
6. Membuat berita acara penyelesaian dan laporan kepada
Menteri, dan;
7. Diumumkan dalam Berita Negara RI.
Kelebihan Koperasi
• Pendirian koperasi utuk memajukan kepentingan dan
kesejahteraan bersama para anggota.
• Koperasi mengutamakan kepentingan para anggota
serta melibatkan mereka dalam berperan sebagai
produsen dan konsumen.
• Modal koperasi berasal dari iuran para anggota serta
tidak melibatkan pihak luar, kecuali bersepakat untuk
menambah modal; bank
• Besar simpanan pokok dan wajib pada koperasi
biasanya mengikuti kemampuan para anggota dan tidak
bersifat memberatkan.
• Pengelolaan usaha koperasi bersifat terbuka dan
sukarela.
Kekurangan Koperasi
 Besar modal koperasi tergantung dari jumlah
anggotanya.
 Pengurus koperasi kadang ada yang tidak bersifat jujur
terutama dibidang keuangan, sehingga merugikan
anggota.
 Koperasi kadang kalah bersaing dengan badan usaha
lain seperi PT dan CV.
 Kesadaran para anggota kepada koperasi sangat rendah
sehingga banyak kemungkinan anggota yang melanggar
peraturan koperasi.
 Terkadang terjadi konflik diantara para anggota koperasi
dalam waktu yang lama sehingga berujung kepada
pembubaran koperasi.
Yayasan
 “Badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang
dipisahkan dan diperuntukan untuk mencapai tujuan
tertentu dibidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan,
yang tidak mempunyai anggota”. (UU No. 16/2001).
 Yayasan adalah suatu badan hukum yang didirikan
dengan tujuan atau maksud memberikan bantuan untuk
tujuan sosial.
 Dasar Hukum Yayasan;
 UU No. 28/2004 Tentang Perubahan UU No. 16/2001

Tentang Yayasan.
 PP No. 2/2013 Pelaksanaan UU tentang Yayasan
Anggaran Dasar Yayasan
 Nama dan tempat kedudukan.
 Maksud dan tujuan serta kegiatan untuk mencapai maksud
dan tujuan yayasan.
 Jangka waktu pendirian.
 Jumlah kekayaan awal yang dipisahkan dari kekayaan
pribadi pendiri dalam bentuk uang atau benda.
 Cara memperoleh dan penggunaan kekayaan.
 Tata cara pengangkatan, pergantian pembina, pengawas
dan pengurus yayasan.
 Hak dan kewajiban anggota pembina, pengawas dan
pengurus yayasan.
 Ketentuan mengenai perubahan Anggaran Dasar.
 Penggabungan dan pembubaran yayasan.
Prosedur Tata Cara Pendirian Yayasan
• Menentukan nama yayasan;
• Menentukan pendiri yayasan; didirikan oleh satu orang atau
lebih dengan memisahkan sebagian harta kekayaan
pendirinya, sebagai kekayaan yayasan. (Ps. 9)
• Pendiri yayasan bukanlah sekaligus sebagai pemilik
yayasan karena dari semula telah memisahkan hartanya
menjadi milik badan hukum yayasan. (Ps. 9)
• Menunjuk pengelola yayasan; pembina, pengurus dan
pengawas.
• Pendirian yayasan dilakukan dengan akta notaris dan
mempunyai status badan hukum setelah akta pendirian
memperoleh pengesahan dari Menkumham. (Ps. 11)
• Akta pendirian yayasan yang telah disahkan oleh
Menkumham wajib diumumkan dalam TBNRI .
Yayasan Yang Didirikan Bersama Orang Asing

Syarat dan tata cara pendiriannya diatur dalam Peraturan


Pemerintah No. 63/2008;
1. Identitas pendiri dibuktikan dengan paspor yang sah;

2. Yayasan yang didirikan oleh orang asing atau orang asing


bersama – sama dengan orang Indonesia, salah satu
anggota pengurusnya yang menjabat sebagai ketua,
sekretaris atau bendahara wajib dijabat oleh WNI;
3. Anggota pengurus yayasan wajib bertempat tinggal di
Indonesia;
4. Anggota pengurus yayasan WNA harus memiliki izin
melakukan kegiatan atau usaha di wilayah Indonesia dan
pemegang KITAS.
Jenis – Jenis Yayasan

1. Yayasan Kesehatan.
 Membantu pemerintah dalam melayani dan
menunjang kesehatan masyarakat dalam bidang
usaha pelayanan medis.
 Kegiatannya: mendirikan rumah sakit, pusat
rehabilitasi, panti jompo, klinik perawatan, aktivitas
lain yang berhubungan dengan kesehatan.
 Harus mendapatkan ijin operasional dari Kementerian

Kesehatan.
 Contohnya; Yayasan Kanker Indonesia, Yayasan

Jantung Sehat.
2. Yayasan Pendidikan
 Membantu pemerintah dalam menunjang kebutuhan

masyarakat terhadap pendidikan dan mencerdaskan


Kehidupan bangsa.
 Kegiatan bisa berupa membangun sekolah atau

lembaga pendidikan, mendirikan perpustakaan, atau


aktivitas lain yang berkaitan dengan pendidikan.
 Harus mendapatkan ijin operasional dari Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan.


 Contohnya Yayasan Pelita Harapan, Yayasan YARSI.
Organ Yayasan
• Yayasan mempunyai 3 organ = Pembina, Pengurus &
Pengawas + dilarang perangkapan posisi antar 3 organ.
• Pembina = yang dapat diangkat menjadi anggota Pembina;
pendiri yayasan dan atau orang lain. (Ps. 28)
• Pembina berwenang:
a) Merubah AD
b) Mengangkat & memberhentikan anggota pengurus &
anggota Pengawas.
c) Menetapkan kebijakan umum berdasarkan AD
d) Mengesahkan program kerja dan rancangan anggaran
tahunan;
e) Menetapkan keputusan penggabungan atau pembubaran
yayasan
• Rapat gabungan Pengurus dan Pengawas dapat
mengangkat anggota Pembina.
Pengawas
 Pengawas melaksanakan pengawasan & memberi
nasihat kepada Pengurus dalam menjalankan kegiatan
yayasan.
 Pengawas wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung
jawab menjalankan tugas utk kepentingan yayasan.
 Pengawas dapat memberhentikan sementara
(suspension) anggota pengurus dengan alasan yang
jelas.
 Apabila pengawas lalai dalam menjalankan tugasnya
dan yayasan menjadi pailit apabila kekayaan yayasan
tidak cukup utk menutup kerugian, maka setiap anggota
pengawas secara tanggung renteng bertanggung jawab
atas kerugian.
Pengurus (Ps. 35)
 Pengurus melaksanakan “kepengurusan” yayasan
untuk kepentingan & tujuan yayasan.
 Mewakili yayasan baik di dalam maupun di luar
pengadilan.
 Pengurus (susunannya) sedikitnya terdiri dari: (a)
seorang Ketua, (b) seorang Sekretaris & (c) seorang
Bendahara.
 Pengurus diangkat oleh (Rapat) Pembina untuk jangka
waktu 5 (lima) tahun, tetapi setiap saat dapat
diberhentikan.
 Menyusun laporan tahunan secara tertulis; 1) keadaan
dan kegiatan yayasan selama 1 tahun buku, 2) posisi
keuangan pada akhir periode, 3) hak dan kewajiban
yayasan berdasarkan perjanjian dengan pihak lain.
 Membuat dan menyimpan dokumen keuangan yayasan.
 Memberitahukan kepada Menkumham ketika terjadi
pergantian pengawas.
 Mengalihkan kekayaan yayasan dengan persetujuan
pembina.
 Pengurus bertanggung jawab penuh secara pribadi
apabila yang bersangkutan dalam menjalankan tugasnya
tidak sesuai dengan ketentuan AD yang mengakibatkan
kerugian yayasan atau pihak ke tiga.
Sumber Kekayaan Yayasan
Sumber kekayaan yayasan; (Ps. 26)
1. Kekayaan yang berasal dari sejumlah kekayaan yang
dipisahkan dalam bentuk uang & barang;
2. Sumbangan atau bantuan yang tidak mengikat/sukarela
dari negara/masyarakat;
3. Wakaf dari orang atau badan hukum;

4. Hibah;

5. Hibah wasiat;

6. Perolehan lain; deviden, bunga tabungan, sewa gedung,


atau perolehan dari hasil usaha yayasan.
Yayasan Dapat Memiliki Anak Usaha Berbentuk
PT
• Usaha kegiatan harus sesuai dengan tujuan dan maksud
dari yayasan,
• Kegiatan usaha tidak bertentangan dgn kepentingan
umum, kesusilaan dan peraturan yg berlaku,
• Jumlah penyertaan maksimal adalah 25% dari seluruh
kekayaan yayasan.
• Anggota pembina, pengurus dan pengawas yayasan
dilarang merangkap sebagai anggota direksi atau
komisaris dari PT.
• Yayasan tidak boleh membagikan hasil kegiatan usaha
kepada pembina, pengurus dan pengawas.
Hasil Usaha
 Yayasan tidak boleh membagikan hasil kegiatan usaha
kepada Pembina, Pengurus dan Pengawas.

 Kekayaan yayasan dilarang dialihkan atau dibagikan


baik secara langsung atau tidak langsung kepada
Pembina, Pengurus dan Pengawas, karyawan atau
pihak lain yang berkepentingan terhadap yayasan.

 Yayasan wajib membayar segala biaya atau ongkos


yang dikeluarkan oleh organ yayasan dalam rangka
menjalankan tugas yayasan.
Prosedur Pendirian Kantor Perwakilan Yayasan
Asing
 Kantor pusat yayasan asing mengajukan proposal kepada
Kementerian Luar Negeri.
 Proposal berisi; tujuan yayasan, lokasi tempat yayasan
tersebut akan menjalankan kegiatannya (domisili kegiatan).
 Mitra kerja dari dalam negeri.
 Jangka waktu yang diinginkan (apabila hanya berupa
kegiatan bantuan sementara).
 Mempunyai program kerja yang jelas.
 Proposal yang diajukan akan dipertimbangkan oleh
clearing house; Kemenkumham. Kementerian Dalam
Negeri, Kementerian Tenaga Kerja dan Kejaksaan Agung.
 Rekomendasi akan dikeluarkan oleh Kemenlu.
• Pemisahan harta kekayaan pribadi pendiri yang
dijadikan kekayaan awal Yayasan paling sedikit senilai
Rp. 100.000.000,-
• Anggota pengurus yayasan wajib bertempat tinggal di
Indonesia;
• Anggota pengurus yayasan WNA harus memiliki izin
melakukan kegiatan atau usaha di wilayah Indonesia
dan pemegang KITAS.
Prosedur Pendirian Kantor Perwakilan Yayasan
Asing
 Kantor pusat yayasan asing mengajukan proposal kepada
Kementerian Luar Negeri.
 Proposal berisi; tujuan yayasan, lokasi tempat yayasan
tersebut akan menjalankan kegiatannya (domisili kegiatan).
 Mitra kerja dari dalam negeri.
 Jangka waktu yang diinginkan (apabila hanya berupa
kegiatan bantuan sementara).
 Mempunyai program kerja yang jelas.
 Proposal yang diajukan akan dipertimbangkan oleh
clearing house; Kemenkumham. Kementerian Dalam
Negeri, Kementerian Tenaga Kerja dan Kejaksaan Agung.
 Rekomendasi akan dikeluarkan oleh Kemenlu.
Yayasan Wajib Memberikan Laporan Tahunan
 Menerima suntikan dana dari kas negara, luar negeri dan
perorangan yang besarnya minimal Rp.500.000.000,-
 Yayasan memiliki kekayaan diluar wakaf minimal
Rp.20.000.000.000,-
 Yayasan wajib mengumumkan laporan tahunannya melalui koran
agar dapat diketahui oleh masyarakat luas (Ps. 52 UU No.
16/2001)
 Bentuk laporan berupa:
 Laporan keadaan yayasan selama 1 tahun buku,
 Laporan kegiatan yayasan selama 1 tahun buku,
 Laporan mengenai hasil yang dicapai,
 Laporan dan kewajiban yayasan dalam transaksi dengan pihak lain,
 Laporan keuangan yayasan dalam 1 tahun buku.
Pembubaran Yayasan
Yayasan dapat bubar karena;
1. Jangka waktu yang ditetapkan dalam AD berakhir;

2. Tujuan yayasan yang ditetapkan dalam AD sudah


tercapai atau tidak tercapai;
3. Putusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap berdasarkan alasan;
yayasan melanggar ketertiban umum dan kesusilaan,
tidak mampu membayar hutang setelah dinyatakan
pailit, harta yayasan tidak cukup utk melunasi hutangnya
setelah pernyataan pailitnya dicabut.
Pemberesan Yayasan
 Apabila yayasan telah bubar, maka yayasan tidak dapat
melakukan perbuatan hukum kecuali untuk
membereskan kekayaannya.
 Dalam proses likuidasi, pembina menunjuk likuidator
untuk membereskan kekayaan yayasan.
 Kekayaan sisa hasil likuidasi diserahkan kepada
yayasan lain yang mempunyai maksud dan tujuan yang
sama.
 Bila tidak, maka sisa kekayaan yayasan tersebut
diserahkan kepada negara dan penggunaannya
disesuaikan dengan maksud dan tujuan yayasan
tersebut.
Perseroan Terbatas UU No. 40 Tahun 2007
Badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan
berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan dengan modal
dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi
persyaratan yang ditetapkan dalam undang – undang. Ps. 1

PT, sebagai perusahaan bisnis memiliki 5 karateristik ;


1. Badan hukum (legal personality).

2. Tanggung jawab terbatas (limited liability).

3. Saham dapat dialihkan (transferable shares).

4. Manajemen terpusat (centralized management).

5. Pemilikan saham oleh pemasuk modal (shared ownership).


Elemen Pokok dari Perseroan Terbatas
1. Merupakan Persekutuan Modal;
 Memiliki modal dasar (authorized capital) yang
disebutkan dalam Akta Pendirian atau AD Perseroan.
 Ada beberapa orang pemegang saham yg bersekutu
mengumpulkan modal untuk melaksanakan kegiatan
perusahaan yang dikelola perseroan.

2. Didirikan Berdasarkan Perjanjian/kesepakatan;


 Ps. 1320 KUHPer.

 Ps. 1338 KUHPer.


3. Melakukan Kegiatan Usaha;
• Perseroan harus mempunyai maksud, tujuan serta
kegiatan usaha dan harus dicantumkan dalam AD.
• Perusahaan. Kegiatannya harus dirinci secara jelas
dalam AD dan rincian tersebut tidak boleh bertentangan
dengan Undang – Undang

4.Lahirnya Perseroan melalui proses hukum dalam


bentuk pengesahan pemerintah
Proses kelahirannya sebagai badan hukum, mutlak
didasarkan kepada keputusan Pengesahan oleh
Menkumham berdasarkan Ps. 7 (2).
Jenis - Jenis Perseroan Terbatas
1. Perseroan Tertutup/private;
 Pemegang sahamnya terbatas pada lingkungan tertentu;
 Sahamnya diterbitkan atas nama orang – orang tertentu;
 Dalam AD ditentukan, pengalihan saham hanya boleh dan
terbatas diantara sesama pemegang sahan saja;
 Didirikan dengan maksud tertentu, untuk menjaga bisnis
warisan keluarga.
2. Sebagian tertutup, sebagian publik;
Saham perseroan dibagi dalam 2 kelompok;
 Satu kelompok saham tertentu, hanya boleh dimiliki orang
atau kelompok tertentu atau digolongkan saham istimewa
 Sedang kelompok saham yang lain, boleh dimiliki secara
terbuka oleh siapa saja.
3. Perusahaan publik
 PT yang sahamnya bebas dikeluarkan dan ditawarkan
serta dimiliki oleh setiap orang tidak melalui mekanisme
pasar modal.
 Surat saham yang dikeluarkan juga tidak bertuliskan
nama atau tanda tangan pemegang saham sehingga
mudah untuk dipindahtangankan/dijual kepada pihak
lain.
 Perseroan Publik adalah Perseroan yang memenuhi
kriteria jumlah pemegang saham dan modal disetor
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang pasar modal. Ps. 1 (8) UU PT.
 Perseroan yang minimal pemegang saham 300 orang
dan modal disetor minimal 3 milyar rupiah; Ps. 1 (22)
UU PM.
4. Perseroan Terbuka (Tbk)
 Perseroan terbuka adalah perseroan publik yang
melakukan penawaran umum saham kepada
masyarakat (public offering) melalui pasar modal,
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan di
bidang pasar modal; Ps. 1 (7) UU PT
 Untuk perusahaan yang memiliki ekuitas kurang dari
Rp 500 miliar maka minimal harus melepas 20% dari
jumlah saham kepada publik.
 Perusahaan dengan ekuitas Rp 500 miliar - Rp 2
triliun minimal melepas 15% saham ke publik.
 Sementara perusahaan yang memiliki ekuitas diatas
Rp 2 triliun, minimal melepas 10% saham ke publik.
5. Perseroan Group (Holding Company)
• Perseroan yang khusus disiapkan memegang saham
untuk tujuan investasi baik tanpa maupun dengan
kontrol yang nyata.
• UU PT tidak mengatur mengenai Perseroan group,
padahal dalam praktik di Indonesia sudah banyak
adanya suatu perusahaan induk yang mempunyai
beberapa/banyak anak perusahaan (subsidiary
company).
• Perusahaan holding pada umumnya tidak aktif
melakukan kegiatan bisnis, hanya sahamnya
ditanamkan dalam beberapa anak perusahaan.
6. Perusahaan anak (subsidiary),
 Lebih dari 50% sahamnya dimilik perusahaan induk
(holding company),
 Lebih dari 50% suara dalam RUPS, dikuasai oleh induk
perusahaannya,
 Kontrol atas jalannya perseroan, pengangkatan dan
pemberhentian Direksi dan Komisaris sangat
dipengaruhi oleh induk perusahaan.
 Bidang industri antara perusahaan induk dan
perusahaan anak biasanya berkaitan (vertikal
integrasi).
 Nama perusahaan anak biasanya mirik dengan nama
perusahaan induk.
7. Perseroan Afiliasi
 Perusahaan induk bukan sebagai pemegang saham
mayoritas dari perusahaan ini.
 Perusahaan induk tidak sebagai pemegang kontrol
dalam perusahaan ini
 Memiliki bidang usaha yang mirip dengan perusahaan
induk atau anak perusahaan.
 Nama perusahaan biasanya beda dengan nama
perusahaan induk.
8. Perseroan Asing ( UU No. 25 Tahun 2007)
 Salah satu pemegang saham/mayoritas pemegang
saham adalah perusahaan/orang asing.
 Perusahaan asing yang ingin melakukan investasi di
Indonesia harus berbentuk badan hukum, berlokasi
serta sesuai dengan hukum Indonesia.
Ciri Pokok Personalitas Perseroan

1. Perseroan diperlakukan sebagai wujud yang


terpisah dan berbeda dari pemiliknya (pemegang
saham).
eksistensi dan viliditasnya, tidak terancam oleh
kematian, kepailitan, penggantian atau pengunduran
individu pemegang saham.
2. Dapat menggugat dan digugat atas nama
perseroan itu sendiri.
Perseroan dapat tampil di dalam maupun diluar
pengadilan dan diwakili oleh Direksi.
perseroan dapat menggugat dan digugat wanprestasi
atau PMH oleh pihak ketiga.
3. Perseroan dapat memperoleh, menguasai, dan
mengalihkan miliknya atas namanya sendiri.
Dapat memiliki aset dari hasil keuntungan perusahaan.
Menguasai & memindahkan aset tersebut sesuai dengan
cara yang ditentukan oleh UU dan AD.
4. Tanggung jawab pemegang saham terbatas sebesar
nilai sahamnya.
 Perseroan tidak bertanggung jawab terhadap utang
pemegang saham, sebaliknya pemegang saham tidak
bertanggungjawab atas utang perseroan.
 Kerugian yang ditanggung pemegang saham hanya
sebatas harga saham yang mereka investasikan.
 Pemegang saham, tidak bertanggung jawab lebih lanjut
kepada kreditor perseroan dengan aset pribadinya.
5. Pemegang saham, tidak mengurus perseroan, kecuali
dia dipilih sebagai anggota direksi.
Pasal 92 (1), Direksi menjalankan pengurusan perseroan
untuk kepentingan perseroan. Pasal 94, Direksi diangkat
oleh RUPS.
Direksi tidak identik dengan pemegang saham.
6. Melakukan kegiatan sesuai jangka waktu yang
ditetapkan dalam AD.
Pasal 6, perseroan dapat didirikan untuk jangka waktu
terbatas (limited), atau tidak terbatas (unlimited).
Ketentuan Hukum Yang Mengikat Perseroan
 UU No. 40 Tahun 2007; sebagai ketentuan dan aturan
pokok perseroan.
 PP No. 57/2010, penggabungan, pengambilalihan,
peleburan, dan pemisahan.
 PP No.29/2016, modal dasar PT
 Peraturan Perundang – Undangan yang terkait dengan
operasional perusahaan;
1. UU Pasar Modal

2. UU Penanaman Modal

3. UU Persaingan Usaha

4. UU Perbankan

5. UU Ketenagakerjaan, dll
Ketentuan Yang Bersifat Mengatur (AD)
1. AD perseroan dapat mengatur mengenai klasifikasi saham
Ps 53 (1).
2. AD dapat menentukan pecahan nilai nominal saham Ps. 54
(1).
3. AD dapat menentukan cara pemindahan hak atas saham
Ps. 55 (1)
4. AD dapat mengatur mengenai persyaratan mengenai
pemindahan hak atas saham Ps. 57 (1).
5. AD dapat mengatur pengesahan laporan keuangan dan
persetujuan laporan tahunan yang disampaikan Direksi Ps.
69
6. AD dapat mengatur pembagian deviden saham Ps. 72.
7. AD dapat mengatur hak suara setiap saham yang
dikeluarkan Ps. 84
Maksud dan Tujuan Perseroan
 Pencantuman maksud dan tujuan serta kegiatan usaha
dalam AD, dilakukan bersamaan pada saat pembuatan Akta
Pendirian.
 Pencantuman maksud dan tujuan serta kegiatan usaha
perseroan dalam AD bersifat memaksa.
 Pencantuman maksud dan tujuan dalam AD, merupakan
landasan hukum bagi pengurus perseroan dalam
melaksanakan kegiatan pengurusan dan pengelolaan
perusahaan.
 Pencantuman ini juga berfungsi untuk melindungi
pemegang saham sebagai investor dalam perseroan.
 Perubahan maksud dan tujuan serta kegiatan usaha
termasuk perubahan AD yang harus mendapat persetujuan
Menkunham.
Ketentuan Yang Bersifat Memaksa Dalam
UU PT Berkaitan Dengan Pendirian Perseroan

1. Tanggung jawab terbatas (limited liability) dari


pemegang saham, Ps. 3
2. Pendirian atau pemegang saham tidak boleh kurang
dari 2(dua) orang, Ps. 7.
3. Setiap pendiri “wajib” mengambil bagian saham pada
saat pendirian saham, Ps. 7 (2).
4. Maksud dan tujuan serta kegiatan usaha, tidak boleh
menyimpang dari ketentuan Ps. 2.
5. Pencantuman nama perseroan tidak boleh
bertentangan dengan Ps. 5, Ps. 8 (2) dan Ps. 16 (1).
6. Pengaturan jangka waktu berdirinya perseroan, Ps. 3.
7. Perubahan AD harus melalui keputusan RUPS, Ps. 19
dan Ps. 88.
8. Modal dasar Perseroan minimal Rp. 50.000.000,- Ps. 32.
Sedikitnya 25% dari modal dasar harus ditempatkan dan
disetor penuh pada saat pendirian, Ps. 33. tambahan
pada (PP 29/2016)
9. Hak tagih pemegang saham/kreditur untuk dikompensasi
menjadi kewajiban penyetoran harga saham harus lebih
dahulu mendapat persetujuan RUPS. Ps. 35
10. AD tidak boleh mengatur Perseroan mengeluarkan
saham untuk dimiliki sendiri atau dimiliki perseroan lain
yang sahamnya secara langsung maupun tidak langsung
dimiliki PT. Ps. 36
11. Ketentuan mengenai penambahan modal, tidak boleh
bertentangan dengan Ps. 44
12. AD tidak boleh mengeluarkan saham atas tunjuk tapi
atas nama pemilik Ps. 48
13. AD mewajibkan Direksi membuat dan menyimpan
Daftar Pemegang Saham Ps. 50
14. AD tidak boleh memuat ketentuan yang menghapus hak
pemegang saham meminta perseroan membeli
sahamnya dengan wajar Ps. 62
15. AD tidak boleh memuat ketentuan yang bertentangan
dengan Ps. 66 tentang tata cara Direksi menyampaikan
laporan tahunan kepada RUPS.
Ketentuan Yang Bersifat Mengatur (AD)
1. AD perseroan dapat mengatur mengenai klasifikasi saham
Ps 53 (1).
2. AD dapat menentukan pecahan nilai nominal saham Ps. 54
(1).
3. AD dapat menentukan cara pemindahan hak atas saham
Ps. 55 (1)
4. AD dapat mengatur mengenai persyaratan mengenai
pemindahan hak atas saham Ps. 57 (1).
5. AD dapat mengatur pengesahan laporan keuangan dan
persetujuan laporan tahunan yang disampaikan Direksi Ps.
69
6. AD dapat mengatur pembagian deviden saham Ps. 72.
7. AD dapat mengatur hak suara setiap saham yang
dikeluarkan Ps. 84
8. AD dapat mengatur mengenai kourom RUPS kehadiran
dan pengambilan keputusan. Ps. 88 dan Ps. 89
9. AD dapat mengatur tata cara pengangkatan anggota
Direksi Ps. 94
10. AD dapat mengatur tata cara pengunduran diri anggota
Direksi Ps 97
11. AD dapat menetapkan pemberian wewenang Dewan
Komisaris untuk memberikan persetujuan atau bantuan
kepada Direksi dalam melakukan perbuatan hukum Ps.
117.
12. AD dapat mengatur adanya 1 atau lebih Komisaris
Independen Ps. 120
Nama dan Tempat Kedudukan Perseroan
1. Pencantuman Nama Perseroan
Perseroan wajib mempunyai nama Ps. 5.
cara penentuan nama Ps. 16
2. Pengajuan Permohonan Pemakaian Nama Perseroan
Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2011 tentang tata
cara pengajuan dan pemakaian nama perseroan.
3. Tempat Kedudukan
Di wilayah Indonesia, sebagai kantor pusat dan alamat
perseroan.
4. Nama yang Dilarang
Telah dipakai secara sah oleh PT lain, bertentangan
dengan ketertiban umum dan atau kesusilaan, mirip
dengan nama lembaga negara/internasional, tidak sesuai
dengan maksud dan tujuan serta kegiatan usaha, Ps. 16
Jangka Waktu Berdirinya Perseroan
• Perseroan didirikan untuk jangka waktu terbatas atau tidak
terbatas sebagaimana ditentukan dalam anggaran dasar
(Ps. 6)
• Dalam AD harus ditentukan jangka waktu berdirinya
perseroan.
• Jangka waktu terbatas; untuk jangka waktu 50 – 75 tahun
(dalam kebiasaan)
• Jangka watktu tidak terbatas; apabila jangka waktu
berdirinya dikehendaki tidak terbatas, harus disebut dengan
tegas dalam AD.
• Perseroan berhak mengubah jangka waktu berdirinya,
melalui putusan RUPS dengan merubah AD.
• Perubahan AD harus mendapat persetujuan dari
Menkumham (Ps. 21)
PERSYARATAN PENDIRIAN PT (Ps 7- Ps 14 )
1. Pendiri = 2 orang atau lebih – Perjanjian (Ps 7(1)) –
kecuali persero yang seluruh sahamnya dimiliki negara
atau perusahaan efek yang diatur dalam UU Pasar Modal
(Ps. 7 (7)).
2. Akta Pendirian yang memuat Anggaran Dasar dan
keterangan lain (Akta Notaris).
3. Dibuat dalam Bahasa Indonesia.
4. Isi dan Materi Akta Pendirian – Untuk isi AD Sekurang –
kurangnya berisi 9 hal (Ps 15) & Isi Keterangan lain
Uraian/Data Para Pendiri, Anggota Direksi dan Dewan
Komisaris, Permodalan serta Saham. (Ps 8(2))
5. Setiap Pendiri wajib mengambil bagian saham – (Ps 7(3)).
6. Akta Pendirian Harus disahkan oleh Menteri Hukum dan
HAM serta diumumkan dalam BNRI.
6. Akta Pendirian Harus disahkan oleh Menteri Hukum
dan HAM serta diumumkan dalam BNRI.
7. Modal dasar minimal Rp. 50.000.000,- dan modal
disetor ke dalam kas minimal 25% dari modal dasar.
PP 29/2016:
Besaran modal dasar Perseroan Terbatas ditentukan
berdasarkan kesepakatan para pendiri Perseroan.
8. Terdapat minimal seorang Direksi dan Komisaris.
9. Pendiri tidak boleh berstatus suami istri, kecuali ada
pihak ketiga.
Prosedur dan Tata Cara Mendirikan PT
1. Mengangkat Direktur dan Komisaris PT.
2. Menetapkan nama PT.
3. Menetapkan besar modal dasar dan modal disetor.
4. Membagi saham sesuai kesepakatan.
5. Mengumpulkan dokumen penting.
6. Membuat akta pendirian PT di kantor Notaris.
7. Pendiri mengajukan permohonan kepada Menteri
Hukum dan HAM.
8. Menerima hasil keputusan Menteri Hukum dan HAM.
Penyetoran & Perbuatan Hukum Sebelum Pendirian
Ps 12 - Ps 14
 Perbuatan Hukum – Kepemilikan Saham dan
Penyetorannya – sebelum PT didirikan – harus
dicantumkan dalam Akta Pendirian (Ps 12(1)).

 Perbuatan Hukum – Kepemilikan Saham dan


Penyetorannya – sebelum PT didirikan - dinyatakan
dengan akta yang bukan otentik – Akta tersebut dilekatkan
pada Akta Pendirian – menjadi satu kesatuan dengan akta
pendirian ( Ps 12 (2).

 Jika dinyatakan dengan Akta Otentik, Nomer, Tanggal,


Nama dan Kedudukan Notaris yang bersangkutan
disebutkan dalam Akta Pendirian (Ps 12(3)).
 Perbuatan Hukum sebelum PT didirikan – dapat
mengikat PT – Jika RUPS Pertama (selambatnya 60 hari
setelah PT menjadi Badan Hukum) – Seluruh
pemegang saham dengan bulat menyetujui (Ps 13(3))
– Jika tidak, Pendiri yang bersangkutan bertanggung
jawab secara pribadi (Ps 13 (4)).
Tanggung Jawab Hukum PT Sebelum Berstatus Badan

Hukum Ps. 14 Hukum atas nama PT sebelum berstatus


• Perbuatan
Badan Hukum – dilakukan secara bersama oleh semua
anggota direksi, para pendiri & anggota dewan
komisaris – tanggung jawab renteng (Ps 14 (1)). Tetapi
setelah PT berstatus Badan Hukum, menjadi
tanggung jawab PT (Ps 14(3)).
• Perbuatan Hukum yg dilakukan para pendiri atas nama
PT yang belum berstatus Badan Hukum – tanggung
jawab pendiri & tidak mengikat PT (Ps 14(2)), Tetapi
mengikat & menjadi tanggungjawab PT setelah
perbuatan hukum tersebut disetujui secara bulat oleh
semua pemegang saham dalam RUPS yg dihadiri oleh
semua pemegang saham (Ps 14(4)).
Aggaran Dasar & Perubahannya Ps 15 – Ps 28
 Isi/materi Anggaran Dasar – sekurangnya memuat 9 hal
(Ps 15(1), dpt memuat ketentuan lain sepanjang tdk
bertentangan dgn UU PT (Ps 15 (1)).
 AD PT, antara lain; nama dan tempat kedudukan, maksud
dan tujuan serta kegiatan usaha, jangka waktu pendirian,
modal dasar, modal ditempatkan dan modal disetor,
susunan, jumlah, serta nama direksi dan komisaris, tata
cara pemilihan, pengangkatan, penggantian, dan
pemberhentian direksi dan komisaris, Penetapan tempat
dan tata cara penyelenggaraan RUPS, Tata cara
penggunaan laba dan pembagian dividen.
 Anggaran Dasar dilarang memuat ketentuan penerimaan
bunga tetap atas saham dan pemberian manfaat
pribadi kepada pendiri atau pihak lain (Ps 15(3)).
Perubahan AD
 Perubahan AD ditetapkan oleh RUPS dan acara
perubahan AD harus dicantumkan jelas dalam panggilan
RUPS.
 RUPS perubahan AD; (nama, maksud dan tujuan serta
kegiatan, jangka waktu pendirian, besarnya modal
dasar, pengurangan modal, penambahan modal, atau
status PT dari tertutup menjad PT terbuka) - harus
persetujuan Menteri (Ps 21 (1).
 Persetujuan ditolak jika; (a) bertentangan dengan tata cara
perubahan AD, (b) isi perubahan bertentangan dengan
peraturan perundangan, ketertiban umum atau kesusilaan,
atau (c) terdapat keberatan Kreditor atas pengurangan
modal (Ps 27 jo Ps 21 (2).
 Perubahan AD dimuat atau dinyatakan dalam Akta Notaris
dan dibuat dalam Bahasa Indonesia.
 Persetujuan atau pemberitahuan perubahan AD wajib
dilakukan selambatnya 30 hari terhitung sejak tanggal akta
Notaris yang memuat perubahan AD, jika lewat jangka
waktu 30 hari, tidak dapat diajukan ke Menteri (Ps 21 (7-
9)).
 Perubahan AD PT yang telah dinyatakan pailit tidak dapat
dilakukan kecuali dengan persetujuan Kurator (Ps 20(1)),
dan persetujuan Kurator dilampirkan dalam permohonan
persetujuan atau pemberitahuan kepada Menteri (Ps
20(1)).
 Perubahan AD mulai berlaku sejak diterbitkan keputusan
Menkumham mengenai persetujuan perubahan AD.
Perubahan Anggaran Dasar PT Publik & Tbk Ps 24 –
Ps 25
 PT yang modal dan jumlah pemegang sahamnya telah
memenuhi kriteria sebagai PT Publik sesuai dengan UU
Pasar Modal, wajib mengubah Anggaran Dasarnya dari
PT tertutup menjadi PT. Publik.
 Kewajiban mengubah AD dalam waktu 30 hari terhitung
sejak terpenuhinya kriteria PT. Publik (Ps 21 (2)).
 Direksi Perseroan tersebut wajib mengajukan
“Pernyataan Pendaftaran” sesuai dgn UU Pasar Modal
(Ps 24(2)).
Perubahan AD Mulai Berlaku

 Perubahan AD Perseroan menjadi PT terbuka berlaku;


 Sejak tanggal efektif pernyataan pendaftaran yg
diajukan kepada Lembaga Pegawas Pasar
Modal/OJK bagi PT Publik; atau
 Sejak tanggal dilaksanakan penawaran umum, bagi
PT yang mengajukan pernyataaan pendaftaran
Lembaga Pengawas Pasar Modal/OJK untuk
melakukan penawaran umum saham sesuai dgn UU
Pasar Modal (Ps 25 (1)).
Daftar Perseroan Dan Pengumuman Ps 29 & Ps. 30
 Daftar perseroan diselenggarakan Menkumham dan terbuka
untuk umum (Ps. 29 (1) & (5).
 Daftar perseroan memuat data – data tentang Perseroan
Terbatas yang meliputi; 1) nama & tempat kedudukan
perseroan, maksud dan tujuan, jangka waktu & permodalan,
2) alamat lengkap perseroan, 3) nomor & tanggal akta
pendirian & keputusan pengesahan dari Menkumham, 4)
nomor & tanggal perubahan AD & persetujuan Menteri, 5)
nomor tanggal perubahan AD & tanggal penerimaan
pemberitahuan oleh Menkumham, 6) nama dan tempat
kedudukan notaris, 7) nama dan alamat pemegang saham,
anggota direksi, anggota komisaris, 8) Nomor dan tanggal
akta pembubaran, 9) berakhirnya status hukum PT, 10)
Neraca dan laporan laba rugi dari tahun buku bagi PT yang
wajib di audit
 Menkumham mengumumkan dalam TBN RI mengenai
Akta Pendirian dan Perubahan AD (Ps 30(1)).
 Pengumuman dimaksud dilakukan Menkumham paling
lambat 14 hari terhitung sejak tanggal diterbitkannya
Keputusan Menteri (Ps 30(2)).
Modal Dan Saham Perseroan
1. MODAL DASAR (Authorized Capital) ,
 Terdiri atas seluruh nilai nominal saham, Ps. 31

 Total jumlah saham yang dapat diterbitkan oleh


perseroan.
 Jumlah modal dasar harus disebut dalam AD.

 Perseroan dapat memperbesar atau memperkecil modal

dasarnya.
 Perubahan besarnya modal dasar merupakan
perubahan AD tertentu yang memerlukan persetujuan
Menkumham.
Sebagai kriteria penggolongan sebagai perusahaan
kecil, menengah, atau besar.
 Perusahaan kecil Rp. 50 jt – Rp 500jt,

 Perusahaan mengenah Rp. 500 jt – 10 M,

 Perusahaan besar diatas Rp. 10 M

 Perusahaan PMA minimal USD 100,000.


Modal Minimum Perseroan Khusus

PP No. 39 Tahun 2008, penyelenggaraan usaha asuransi;


• Perusahaan asuransi min. Rp. 100 M
• Perusahaan reasuransi min Rp. 200 M
• Perusahaan pialang asuransi/reasuransi Rp 1 M
• Perusahaan asuransi syariah Rp. 50 M
• Perusahaan reasuransi syariah Rp. 100 M

Perusahaan Perbankan, Peraturan Bank Indonesia No.


7/15/PBI/2005;
Modal inti bank umum Rp. 100 M
2. MODAL DITEMPATKAN (Issued Capital),
 Modal yang disanggupi oleh pendiri atau pemegang
saham untuk diambil dan dilunasi,
 Saham tersebut telah diserahkan kepadanya untuk dimiliki.
3. MODAL DISETOR (Paid Up Capital),
 Saham yang sudah dibayar penuh oleh pemegang saham
kepada perseroan,
 Menjadi penyetoran sahaam riil yang telah dilakukan oleh
pendiri atau pemegang saham.

Berdasarkan ketentuan, paling sedikit 25% dari Modal Dasar;


 Harus telah ditempatkan,
 Harus telah disetor pada saat pendirian perseroan.
Bentuk Setoran Modal

• Bentuk (Ps 34(1), 1. uang, atau;


2. bentuk lain (benda berwujud &
benda tak berwujud yang dapat dinilai dengan
uang & telah diterima oleh perseroan).
• Cara 1. Uang – rekening bank atas nama
PT,
2. Bentuk lain.

(Benda Bergerak )
• Disertai rincian nilai/harga, jenis/macam, tempat
kedudukan untuk menjelaskan penyetoran tersebut,
• Nilai wajar ditetapkan sesuai dengan nilai pasar/oleh ahli
yang tidak terafiliasi dengan perseroan.
• Ahli yang Tidak Terafiliasi, Ahli yg tidak mempunyai;
o Hubungan Keluarga (Perkawinan/Keturunan),
o Hubungan dengan PT (Kesamaan anggota
Direksi/Dewan Komisaris),
o Hubungan Pengendalian dengan PT baik langsung
maupun tidak langsung,
o Hubungan kepemilikan saham dalam PT sebesar
20%/lebih.

(Benda tidak bergerak);


• Diumumkan dalam Surat Kabar Harian atau lebih,
• Dilakukan dalam 14 hari setelah Akta Pendirian
ditandatangani atau setelah RUPS memutuskan
penyetoran saham tersebut (Ps 34).
• Maksud pengumuman ini menurut penjelasan pasal,
untuk memenuhi asas publisitas, agar diketahui
umum,
• Memberi kesempatan kepada pihak yang
berkepentingan untuk mengajukan keberatan atas
penyetoran benda tersebut sebagai setoran modal
saham, padahal benda itu bukan milik penyetor
melainkan milik pihak ketiga.
Hak Tagih Sebagai Setoran Modal
 Prinsipnya pemegang saham dan kreditor yang
mempunyai tagihan kepada PT tidak dapat menggunakan
hak tagihnya sebagai kompensasi kewajiban penyetoran
atas harga saham yang telah diambilnya, kecuali dengan
persetujuan RUPS – (Ps. 35 (1) & (3)).
 Persetujuan RUPS adalah utk menegaskan bahwa dengan
dengan adanya kompensasi ini, hak didahulukan
pemegang saham lain utk mengambil saham baru, dengan
sendirinya dilepaskan.
 Keputusan RUPS ini baru sah apabila tata cara RUPS,
mulai dari panggilan rapat, kuorum, jumlah suara dilakukan
sesuai dengan ketentuan.
 RUPS ini bukan merupakan RUPS biasa, tetapi
dikategorikan seperti RUPS perubahan AD.
 Syarat sah nya RUPS; kourom kehadiran paling sedikit 2/3
bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara, hadir
atau diwakili dalam rapat, & keputusan sah apabila
disetujui 2/3 bagian dari jumlah suara yang dikeluarkan.
(Ps. 88).
 Hak tagih yang dapat dikompensasikan dengan setoran
saham adalah hak tagih yang timbul karena (Ps 35 (2));
a) Perseroan telah menerima uang atau penyerahan benda
yang dapat dinilai dengan uang;
b) Penjamin hutang perseroan telah membayar lunas
hutang perseroan sebesar nilai yang dijaminkan sehingga
mempunyai hak tagih terhadap perseroan;
c) Kewajiban pembayaran hutang oleh perseroan dalam
kedudukannya sebagai penjamin menjadi hapus, hak
tagih kreditor dikompensasi dengan setoran saham yang
dikeluarkan oleh perseroan.
Pengurangan Modal
• Pengurangan modal adalah pengurangan modal dasar,
modal ditempatkan dan modal disetor dengan cara
penarikan kembali saham dan penurunan nilai nominal
saham, harus diputuskan dalam RUPS,
• Direksi wajib memberitahukan kepada semua kreditor
dengan mengumumkan dalam 1 (satu) atau lebih surat
kabar dalam jangka waktu paling lambat 7 (tujuh) hari
terhitung sejak tanggal keputusan RUPS,
• Kreditor mengajukan keberatan secara tertulis disertai
dengan alasannya kepada perseroan, tembusan ke
menkumham.
• Pengajuan keberatan oleh kreditor dalam jangka waktu
60 hari terhitung sejak tanggal pengumuman di surat
kabar,
• Perseroan wajib memberikan jawaban secara tertulis, atas
keberatan yang diajukan oleh kreditor.
• Jawaban wajib diberikan oleh Direksi perseroan dalam
jangka waktu 30 hari terhitung sejak surat keberatan
diterima.
• Kreditor dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri
atas keputusan pengurangan modal apabila;
 Perseroan menolak keberatan/tidak memberikan
penyelesaian yang disepakati kreditor dalam waktu 30
hari terhitung sejak tanggal jawaban perseroan diterima,
 Perseroan tidak memberikan tanggapan/jawaban dalam

waktu 60 hari terhitung sejak surat keberatan diajukan ke


perseroan.
• Pengurangan modal PT merupakan perubahan AD dan
harus mendapat persetujuan dari Menkumham dengan
ketentuan;
 tidak terdapat keberatan secara tertulis dari kreditor

terhitung 60 hari sejak tanggal pengumuman direksi atas


keputusan RUPS mengenai pengurangan modal
perseroan.
 telah dicapai penyelesaian atas keberatan kreditor,

 Gugatan kreditor ditolak berdasarkan keputusan


pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum
tetap.
Klasifikasi Saham
a. Saham Biasa (common stock)
• Mewakili klaim kepemilikan pada penghasilan dan
aktiva yang dimiliki perusahaan,
• Pemegang saham biasa memiliki kewajiban yang
terbatas. Artinya, jika perusahaan bangkrut, kerugian
maksimum yang ditanggung oleh pemegang saham
adalah sebesar investasi pada saham tersebut,
• Dividen dibayarkan selama perusahaan memperoleh
laba. Setiap pemlik saham memiliki hak suara dalam
rapat umum pemegang saham (RUPS).
b. Saham dengan Tanpa Hak Suara.
• Ps. 53 (4) memperbolehkan pengeluaran saham tanpa
hak suara bagi pemiliknya, harus dicantumkan dalam
AD.
• Pemilik saham jenis ini tidak berhak mengikuti RUPS
perseroan, karena tidak mempunyai hak suara dalam
pengambilan keputusan.
• Hanya mempunyai hak dividen perseroan.
c. Saham Preferen (Preferred Stock)
• Saham yang memiliki karakteristik gabungan antara
obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan
pendapatan tetap (seperti bunga obligasi),
• Persamaannya dengan obligasi adalah adanya klaim
atas laba dan aktiva sebelumnya, dividennya tetap
selama masa berlaku dari saham, dan memiliki hak
tebus dan dapat dipertukarkan (convertible) dengan
saham biasa,
• Saham ini lebih aman dibandingkan dengan saham
biasa karena memiliki hak klaim terhadap kekayaan
perusahaan dan pembagian dividen terlebih dahulu,
• Saham preferen sulit diperjualbelikan seperti saham
biasa karena jumlahnya yang sedikit.
Ditinjau dari cara peralihannya
a. Saham Atas Unjuk (Bearer Stocks)
• Pada saham tersebut tidak tertulis nama pemiliknya,
agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke
investor lainnya.
• Secara hukum, siapa yang memegang saham
tersebut, maka dialah diakui sebagai pemiliknya dan
berhak untuk ikut hadir dalam RUPS.
b. Saham Atas Nama (Registered Stocks)
• Merupakan saham yang ditulis dengan jelas siapa
nama pemiliknya,
• Cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu,
• Sesuai dengan UUPT.
Daftar Pemegang Saham
• Direksi wajib mengadakan dan menyimpan Daftar
Pemegang Saham (“DPS”) dan Daftar Khusus yg memuat
keterangan saham anggota direksi dan dewan komisaris
beserta keluarganya (Ps 50(1)&(2)),
• 5 hal yang wajib dimuat dalam DPS;
1) nama dan alamat pemegang saham,

2) jumlah, nomor, tgl perolehan saham,

3) jumlah yg disetor atas setiap saham,

4) nama dan alamat orang/badan hukum yang

mempunyai hak gadai saham atau penerima


jaminan fidusia termasuk tgl penerima & tgl
pendaftaran,
5) keterangan penyetoran saham dlm bentuk lain
(bergerak/tidak bergerak).
Pemindahan Hak Atas Saham (Ps 55 – Ps 60)
 AD – Menentukan cara pemindahan Hak atas saham
sesuai peraturan (Ps 55)).
 Pemindahan Hak atas saham dilakukan dengan cara dan
prosedur (Ps 56);
 membuat Akta Pemindahan hak (Notariil atau Akta
dibawah tangan);
 Akta Pemindahan atau salinan disampaikan secara
tertulis kepada perseroan;
 Direksi mencatat pemindahan Hak Atas Saham dalam
Daftar Pemegang Saham atau Daftar Khusus;
 Direksi memberitahukan kepada Menkumham untuk
dicatat dalam Daftar Perseroan paling lambat 30 hari
sejak tanggal pemindahan – jika pemberitahuan belum
dilakukan, Menteri menolak permohonan persetujuan
atau pemberitahuan;
• AD dapat menentukan persyaratan pemindahan Hak
Atas Saham (Ps 57(1)&59);
• Keharusan menawarkan lebih dahulu kepada
Pemegang Saham dengan klasifikasi tertentu atau
pemegang saham lainnya, (30 hari) dapat
ditawarkan kepada pihak ketiga,
• Keharusan mendapatkan persetujuan terlebih dahulu
dari Organ perseroan (90 hari); dan/atau
• Persetujuan terlebih dahulu dari instansi yang
berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang – undangan.
• Persyaratan diatas tidak berlaku dalam hal
pemindahan Hak Atas Saham disebabkan peralihan
karena hukum.
DIREKSI
(Ps 1(5), Ps 92-Ps 107 UU 40/2007)
 Organ perseroan yang berwenang dan
bertanggungjawab penuh atas pengurusan
perseroan sesuai dengan maksud dan tujuan
perseroan,
 Mewakili perseroan, baik di dalam maupun di luar
pengadilan sesuai ketentuan AD.
 Jumlah Anggota Direksi, Perseroan yang bersifat umum,
boleh hanya 1 (satu) direksi,
 Perseroan yang melakukan kegiatan usaha tertentu,
minimal 2 (dua) direksi, termasuk perseroan yg kegiatan
usahanya; menghimpun/mengelola dana masyarakat,
persero yg menerbitkan surat pengakuan hutang kepada
masyarakat, dan perseroan terbuka.
Pembagian Tugas Direksi.
• Ditetapkan berdasarkan keputusan RUPS.

• Apabila RUPS tidak menetapkan, pembagian tugas dan

wewenang anggota direksi, ditetapkan berdasarkan


keputusan Direksi.
Kewenangan Direksi Menjalankan Pengurusan (Ps. 92)
1) Sesuai dengan kepentingan perseroan.
• Kewenangan menjalankan pengurusan, harus
dilakukan semata – mata untuk kepentingan perseroan,
tidak boleh untuk kepentingan pribadi.
• Kewenangan pengurusan yang dijalankan, tidak
mengandung benturan kepentingan (conflict of interest).
• Tidak menahan atau mengambil sebagian keuntungan

perseroan utk kepentingan pribadi.


2) Harus sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan.
• Direksi dalam menjalankan kewenangan perseroan,
tidak boleh melampaui maksud dan tujuan yang
ditentukan dalam AD.
• Tidak boleh melakukan tindakan melampaui
kewenangan (ultra vires) dan penyalahgunaan
wewenang (abuse of authority).
3) Harus sesuai dengan kebijakan yang dipandang
tepat.
Yang dimaksud dgn kebijakan yg dipandang tepat
menurut penjelasan Ps. 92 (2) adalah;
 Keahlian (skill),

 peluang yang tersedia (available opportunity),

 kebijakan yg berdasarkan kelaziman dalam dunia usaha

(common business practice).


Direksi Memiliki Kapasitas Mewakili Perseroan (Ps. 1
(5) & Ps. 99 )
Kewenangan Direksi Mewakili Perseroan Tidak
Terbatas dan Tidak Bersyarat.
• Untuk bertindak mewakili perseroan, tidak memerlukan

kuasa dari perseroan. Sebab kuasa yang dimilikinya atas


nama perseroan adalah kewenangan yang melekat secara
inherent pada diri dan jabatan Direksi berdasarkan UU.
• Sesuai dengan kapasitasnya, direksi berwenang
memberi kuasa kepada orang lain yang ditunjuknya
utk bertindak mewakili perseroan.
• Pada dasarnya kewenangan direksi untuk mewakili

perseroan; tidak terbatas (unlimited) dan tidak bersyarat


(unconditional), kecuali UU, AD atau keputusan RUPS
menentukan lain.
Setiap Anggota Direksi Berwenang Mewakili Perseroan.
• Apabila anggota direksi lebih dari 1 orang, maka setiap

anggota direksi berwenang mewakili perseroan, kecuali AD


menentukan lain.
• UU PT, pada dasarnya menganut sistem perwakilan

kolegeal, akan tetapi AD bisa menentukan yang


berwenang mewakili hanya anggota direksi tertentu.

Dalam Hal Tertentu, Anggota Direksi tidak Berwenang


Mewakili Perseroan.
1. Terjadi perkara di pengadilan antara perseroan dengan
anggota direksi yang bersangkutan,
2. Anggota direksi yang bersangkutan mempunyai benturan
kepentingan dengan perseroan.
Apabila terjadi hal ini, maka yang berhak mewakili
perseroan;
1. Anggota direksi lainnya yang tidak mempunyai
benturan kepentingan dengan perseroan,
2. Dewan komisaris dalam hal semua direksi
mempunyai benturan kepentingan dengan perseroan,
3. Pihak lain yg ditunjuk RUPS dalam hal semua direksi
& dewan komisaris mempunyai benturan
kepentingan.
Pengangkatan Direksi (Ps. 92, 93, 94)
Yang Dapat Diangkat Menjadi Anggota Direksi;
1. Orang perorangan,

Setiap orang dapat diangkat menjadi direksi, badan hukum


tidak dapat diangkat menjadi direksi.
2. Cakap melakukan perbuatan hukum,

telah mencapai umur 21 tahun, sehat jasmani dan rohani,


serta tidak berada dibawah kuratele.
Yang Tidak Dapat Diangkat Menjadi Anggota Direksi;
1. Dinyatakan pailit,

2. Menjadi anggota direksi/dewan komisaris yang dinyatakan


bersalah menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit,
3. Dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan
keuangan negara/berkaitan dengan sektor keuangan.
Direktsi PT Tbk;
Peraturan OJK No. 33/2014
 Direksi Emiten atau Perusahaan Publik paling kurang
terdiri dari 2 orang anggota Direksi yang salah satunya
adalah Direktur Utama/Presiden Direktur.
 Yang dapat menjadi anggota Direksi adalah orang
perseorangan yang memenuhi persyaratan pada saat
diangkat dan selama menjabat:
 mempunyai akhlak, moral, dan integritas yang baik;

 cakap melakukan perbuatan hukum;

 dalam 5 tahun sebelum pengangkatan dan selama


menjabat ;
 tidak pernah dinyatakan pailit;
 tidak pernah menjadi anggota Direksi dan/atau
anggota Dewan Komisaris yang dinyatakan
bersalah menyebabkan suatu perusahaan
dinyatakan pailit;
 tidak pernah dihukum karena melakukan tindak
pidana yang merugikan keuangan negara dan/atau
yang berkaitan dengan sektor keuangan; dan
 tidak pernah menjadi anggota Direksi dan/atau
anggota Dewan Komisaris yang selama menjabat;
a) pernah tidak menyelenggarakan RUPS tahunan;

b) pertanggungjawabannya sebagai anggota Direksi


pernah tidak diterima oleh RUPS atau pernah
tidak memberikan pertanggungjawaban sebagai
anggota Direksi kepada RUPS;
 Setiap anggota Direksi bertanggung jawab secara
tanggung renteng atas kerugian Emiten yang disebabkan
oleh kesalahan atau kelalaian anggota Direksi dalam
menjalankan tugasnya.
 Anggota Direksi tidak dapat dipertanggungjawabkan atas
kerugian Emiten apabila dapat membuktikan:
 kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau
kelalaiannya;
 telah melakukan pengurusan dengan itikad baik, penuh
tanggung jawab, dan kehati-hatian untuk kepentingan dan
sesuai dengan maksud dan tujuan Emiten;
 tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung
maupun tidak langsung atas tindakan pengurusan yang
mengakibatkan kerugian; dan
 telah mengambil tindakan untuk mencegah timbul atau
berlanjutnya kerugian tersebut.
Pengangkatan Anggota Direksi Yang Tidak Memenuhi
Syarat (Ps. 95)
1. Pengangkatan Batal Karena Hukum.
• Pengangkatan anggota direksi yang tidak memenuhi
syarat yang ditentukan Ps. 93, batal karena hukum.
• Terhitung sejak tanggal/sejak saat anggota direksi
lainnya atau dewan komisaris mengetahui tidak
terpenuhinya persyaratan tersebut.
• Dalam jangka waktu maksimal 7 hari terhitung sejak
diketahui, anggota direksi lainnya atau dewan
komisaris harus mengumumkan batalnya
pengangkatan anggota direksi tersebut.
2. Tindakan Hukum Yang Harus Dilakukan Anggota
Direksi atau Dewan Komisaris.
• Memberitahukan secara tertulis kepada anggota direksi
ybs, pemberitahuan disertai dengan pembatalan
pengangkatan,
• Mengumumkan batalnya pengangkatan dalam surat
kabar, memberitahukan batalnya pengangkatan
kepada menteri.
3. Perbuatan Hukum Yang Dilakukan Anggota Direksi
Yang Pengangkatannya Tidak Memenuhi Syarat.
• Perbuatan hukum yg dilakukannya sebelum
pengangkatannya batal, tetap sah dan mengikat.
• Perbuatan hukum yg dilakukannya untuk dan atas
nama perseroan, setelah pengangkatannya batal, tidak
sah.
Tanggung Jawab Anggota Direksi Atas Kerugian
Pengurusan Perseroan (Ps. 97)
1. Anggota Direksi Bertanggung Jawab Penuh Secara Pribadi,
apabila;
1) Bersalah, atau
2) Lalai menjalankan tugasnya melaksanakan pengurusan
perseroan.
2. Anggota Direksi Bertanggung Jawab Secara Tanggung
Renteng Atas Kerugian perseroan.
Apabila salah seorang anggota direksi lalai /melanggar
kewajiban pengurusan secara itikad baik dan penuh tanggung
jawab sesuai dengan lingkup aspek itikad baik dan
pertanggungjawaban pengurusan, maka anggota direksi secara
bersama ikut memikul tanggung jawab secara tanggung
renteng terhadap kerugian yang dialami perseroan.
Pembebasan Anggota Direksi dari Tanggung Jawab
Secara Tanggung Renteng.
Apabila anggota Direksi dapat membuktikan;
• Kerugian perseroan bukan karena kesalahan atau
kelalaiannya.
• Telah melakukan dan menjalankan pengurusan
perseroan dgn itikad baik dan kehati – hatian utk
kepentingan perseroan sesuai dgn maksud dan tujuan
perseroan yang ditetapkan AD.
• Tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung

maupun tdk lansung yang mengakibatkan kerugian


perseroan.
• Telah mengambil tindakan utk mencegah timbul atau

berlanjutnya kerugian tsb.


 BJR juga melindungi direksi atas setiap keputusan bisnis
yang merupakan transaksi perseroan, selama hal
tersebut dilakukan dalam batas-batas kewenangan
dengan penuh kehati-hatian dan itikad baik.
 BJR di Indonesia berdasarkan Pasal 97 ayat (5), suatu
ukuran dapat diberlakukannya konsep BJR adalah :
a. Adanya kerugian yang timbul bukan karena kesalahan
atau kelalaian;
b.Beritikad baik & penuh kehati-hatian untuk
kepentingan dan sesuai dengan maksud dan tujuan
Perseroan;
c. Tidak mempunyai benturan kepentingan;
d. Telah mengambil tindakan untuk mencegah timbul/
berlanjutnya kerugian tersebut. 
Pemegang Saham Dapat Mengajukan Gugatan Terhadap
Anggota Direksi Yang Melakukan Kesalahan /Kelalaian
Pemegang Saham mempunyai hak mengajukan gugatan;
• Anggota direksi melakukan kesalahan/kelalaian dlm
menjalankan pelaksanaan pengurusan perseroan.
• Hak itu timbul, apabila kesalahan/kelalaian tsb
menimbulkan kerugian pada perseroan.
• Gugatan diajukan pemegang saham atas nama perseroan

bukan atas nama pemegang saham sendiri.


Syarat Kuantitas yg harus Dipenuhi Pemegang Saham.
• Pemegang saham mewakili minimal 1/10 dari jumlah

saham dengan hak suara.


• Kurang dari ketentuan tersebut, belum sah memiliki legal

standing utk mengajukan gugatan dan tuntutan ke anggota


direksi.
Kewajiban Administrasi dan Yuridis Direksi (Ps. 100 –
Ps. 104)
Kewajiban Membuat Daftar.
1) Daftar Pemegang Saham (DPS) (Ps. 50 (1))
2) Daftar Khusus (Ps. 50 (2)).

Wajib Membuat Risalah RUPS dan Risalah Rapat Direksi.


1) Apa saja yang dibicarakan, dan
2) Apa saja yang diputuskan pada setiap rapat.

Kewajiban Membuat Laporan Tahunan, antara lain;


1) Laporan keuangan,
2) Laporan kegiatan perseroan,
3) Laporan mengenai pengawasan dewan komisaris, dll
Kewajiban Direksi Memelihara dan Menyimpan
Dokumen.
1) Memelihara seluruh dokumen (Ps. 100)

2) Direksi wajib menyimpan seluruh risalah dan dokumen.

Kewajiban Direksi Memberi Izin Memeriksa Dokumen.


Direksi wajib memberi izin kepada pemegang saham
untuk memeriksa DPS, daftar khusus, risalah RUPS,
laporan tahunan, serta mendapat salinannya.
Kewajiban Melaporkan Saham yang dimiliki Direksi
Direksi wajib melaporkan saham perseroan yang
dimilikinya serta yg dimiliki oleh anggota keluarganya.
Kewajiban Yuridis Meminta Persetujuan RUPS Atas
Pengalihan Atau Pengagunan Kekayaan Perseroan.
1) Ambang Pengalihan atau pengagunan yang wajib
mendapat persetujuan RUPS. (Ps. 102);
apabila jumlah besarnya kekayaan yg akan dialihkan/
digunakan itu lebih dari 50% dari jumlah kekayaan
bersih perseroan.

2) Ketentuan kewajiban meminta persetujuan RUPS tidak


berlaku terhadap tindakan transaksi pelaksanaan
kegiatan usaha.
PEMBERHENTIAN ANGGOTA DIREKSI (Ps. 105 – 106)

1) Pemberhentian Anggota Direksi Dapat Dilakukan


Sewaktu -Waktu Berdasar Keputusan RUPS.
Pemegang saham mempunyai kekuasaan
berdasarkan alasan yang kuat, dapat memberhentikan
anggota direksi melalui RUPS.
2) Kewenangan Pemegang Saham Memberhentikan
Anggota Direksi sewaktu – waktu Melalui RUPS,
Merupakan Kekuasaan yg Melekat Tidak Dapat
Dicabut Oleh Siapapun.
Agar pelaksanaan dan penerapan kekuasaan
pemegang saham untuk pemberhentian anggota
direksi ini sah menurut hukum harus dilakukan melalui
RUPS.
Tanggal Efektifnya Pemberhentian Anggota Direksi.
1. Tanggal ditutupnya RUPS yang mengambil keputusan
pemberhentian anggota direksi.
2. Tanggal keputusan usul yang akan disepakati (circular
resolution) disetujui dan ditandatangani semua
pemegang saham,
3. Pada tanggal yang ditetapkan dalam keputusan RUPS,

4. Pada tanggal yang ditetapkan secara tegas dalam


keputusan circular resolution.
Pemberhentian Sementara Anggota Direksi Oleh
Dewan Komisaris (Ps. 106)

Hak dan Kewenangan Dewan Komisaris, Terbatas


Memberhentikan Sementara.
1) UU PT tidak memberikan kewenangan kepada dewan
komisaris untuk memberhentikan anggota direksi
langsung dan bersifat permanen.
2) Pemberhentian sementara harus disertai alasan,
3) Pemberhentian sementara wajib diberitahukan secara
tertulis kepada anggota direksi yang bersangkutan,
4) Terhitung sejak tangal keputusan pemberhentian
sementara tersebut, anggota direksi tidak berwenang
lagi melaksanakan tugasnya,
5) Paling lambat 30 hari setelah tanggal pemberhentian
sementara, harus diselenggarakan RUPS,
Yang melakukan pemanggilan RUPS adalah dewan
komisaris dan biasanya adalah RUPSLB yang khusus
diadakan untuk agenda tersebut.
6) Wajib memberikan kesempatan Direktur untuk
membela diri di RUPS,
pembelaan in person dilakukan pada saat RUPS,
pembelaan secara tertulis tidak sah menurut hukum.
7) RUPS dapat mencabut atau menguatkan keputusan
pemberhentian sementara,
pemegang saham yg mempunyai kewenangan penuh.
PENGUNDURAN DIRI ANGGOTA DIREKSI (Ps. 107)

Tata Cara Pengunduran Diri Anggota Direksi.


• Pengajuan permohonan untuk mengundurkan diri,

harus diajukan dalam kurun waktu tertentu, direksi


tersebut harus mencantumkan dengan jelas kapan
waktunya dia akan melepaskan jabatannya.
• Dengan dilampauinya kurun waktu tersebut, anggota

direksi yang bersangkutan secara otomatis dan demi


hukum langsung efektif berhenti dari jabatannya tanpa
memerlukan persetujuan RUPS.
• Tata cara pengunduran diri anggota direksi diatur dalam

AD.
Tata Cara Pengisian Jabatan Anggota Direksi Yang
Lowong (Ps. 107)

Lowongnya jabatan Anggota Direksi bisa terjadi karena;


1) Pengunduran diri sebelum berakhirnya masa jabatan,

2) Meninggal dunia dalam masa jabatan,

3) Diberhentikan dari jabatannya.

Tata cara pergantian anggota direksi dari faktor – faktor


tersebut diatas diatur dalam AD perseroan berdasarkan
Ps. 107.
Pihak Yang Berwenang Menjalankan Perseroan Dalam
Hal Seluruh Anggota Direksi Berhalangan/Diberhentikan
Sementara
Seluruh Anggota Direksi Berhalangan.
• Baik berhalangan secara temporer,

• Berhalangan secara permanen (meninggal dunia)

Siapa yang mempunyai wewenang untuk menjalankan


perseroan ? Harus diatur dalam AD.
Semua anggota direksi diberhentikan sementara.
Untuk menghindari kevakuman dalam kepengurusan
perseroan, Pasal 107 (c) meminta kepada perseroan
untuk mengantisipasinya dengan mengatur ketentuan
siapa penggantinya, proses pergantiannya diatur dalam
AD,
Pihak Yang Berwenang Menjalankan Perseroan Dalam
Hal Seluruh Anggota Direksi Berhalangan/Diberhentikan
Sementara
Seluruh Anggota Direksi Berhalangan.
• Baik berhalangan secara temporer,

• Berhalangan secara permanen (meninggal dunia)

Siapa yang mempunyai wewenang untuk menjalankan


perseroan ? Harus diatur dalam AD.
Semua anggota direksi diberhentikan sementara.
Untuk menghindari kevakuman dalam kepengurusan
perseroan, Pasal 107 (c) meminta kepada perseroan
untuk mengantisipasinya dengan mengatur ketentuan
siapa penggantinya, proses pergantiannya diatur dalam
AD,
Direksi Independen/ Direksi Kepatuhan
• Direktut independen berfungsi mengoreksi dan
membenarkan bila perusahaan melakukan kegiatan
usaha tidak sebagaimana mestinya.
• Kebutuhan perseroan akan direksi independen agar dapat
melakukan deteksi dini atas kebijakan dan operasional
yang dijalankan oleh perseroan.
• Direktur kepatuhan diwajibkan ada & diangkat dalam
industri perbankan berdasarkan Peraturan BI No.
8/4/PBI/2006. Yang fungsinya hampir sama dengan
direktur independen mengontrol dan mengawasi
kegiatan usaha bank.
• Dalam membantu tugas Direktur kepatuhan, Bank
membentuk satuan kerja kepatuhan (Compliance Unit)
yang independen terhadap satuan kerja operasional.
DEWAN KOMISARIS
(Ps 1(6), Ps 108-Ps 121 UU 40/2007)

 Dewan Komisaris adalah organ perseroan yang


bertugas melaksanakan pengawasan secara umum
dan atau khusus sesuai dengan AD serta memberi
nasehat kepada direksi .
 Persyaratan menjadi anggota dewan komisaris ; Ps. 110
 orang perorangan yang cakap melaksanakan
perbuatan hukum dan tidak pernah dinyatakan pailit,
atau menjadi anggota direksi atau anggota komisaris
yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu
perseroan dinyatakan pailit, atau
 Orang yang tidak pernah dihukum karena melakukan

tindak pidana yang merugikan keuangan negara dalam


waktu 5 tahun sebelum pengangkatan.
• Dewan Komisaris melakukan pengawasan atas
kebijakan dan jalannya pengurusan pada umumnya,
baik mengenai perseroan maupun usaha perseroan,
dan memberi nasehat kepada direksi.
• Dilakukan untuk kepentingan perseroan dan sesuai
dengan maksud dan tujuan perseroan.
• Dewan Komisaris terdiri atas 1 (satu) anggota atau
lebih.
• Perseroan yang kegiatan usahanya berkaitan dengan
menghimpun dan atau mengelola dana masyarakat,
perseroan yang menerbitkan hutang kepada
masyarakat wajib mempunyai paling sedikit 2 (dua)
orang anggota Dewan Komisaris.
FUNGSI PENGAWASAN DEWAN KOMISARIS

Audit Keuangan
Pengawasan dalam bidang keuangan menempati posisi
sentral dalam setiap perseroan. Audit cash flow dan
kesehatan keuangan perseroan harus dimonitor dengan
baik.

Audit Organisasi
Pengawasan terhadap struktur organisasi, hubungan lini
dari pimpinan, bentuk dan besarnya struktur suatu
organisasi,
harus disesuaikan dengan kebutuhan perseroan.
Audit Personalia
• Penentuan kriteria untuk mendapatkan personal yang

memenuhi kualifikasi sesuai kebutuhan perseroan.


• Pedoman umum, seperti duties of loyalty, duties of skill,

duties of care, dan duties to act lawfully.

Fungsi Pengawasan Level Performance,


• Fungsi pengawasan dimana komisaris memberikan

arahan dan petunjuk kepada direksi dalam kegiatan


perseroan agar sesuai dengan maksud dan tujuan
perseroan dan peraturan hukum yang berlaku.
• Arahan dan petunjuk yang telah diberikan akan dinilai oleh

komisaris apakah telah dipatuhi dan dilaksanakan oleh


direksi.
FUNGSI PENGAWASAN DEWAN KOMISARIS
BERPEDOMAN PADA BEBERAPA PRINSIP YURIDIS

• Pengawasan dilakukan oleh komisaris, baik jika diminta


oleh direksi dan atau RUPS ataupun jika tidak diminta.
• Pengawasan tidak boleh berubah menjadi pelaksanaan
tugas – tugas eksekutif, karena pelaksanaan tugas
tersebut merupakan kewenangan direksi.
• Pengawasan harus dilakukan terhadap putusan yang telah
diambil (ex post facto) atau terhadap putusan yang akan
diambil (preventive basis).
• Pengawasan tidak hanya menerima informasi melainkan
juga mengambil tindakan – tindakan yg bersifat kolektif.
• Pengawasan mencakup semua aspek bisnis dan aspek
korporat dari perseroan.
Pengangkatan Komisaris

• AD mengatur tata cara pengangkatan, pergantian, dan


pemberhentian anggota DK serta dapat mengatur
tentang pencalonan anggota DK.
• Dalam hal pengangkatan, pergantian, dan
pemberhentian anggota DK, direksi wajib
memberitahukan perubahan tersebut kepada Menteri
untuk dicatat dalam Daftar Perseroan Terbatas dalam
jangka waktu 30 hari terhitung sejak tanggal
keputusan RUPS.
WEWENANG DEWAN KOMISARIS (Ps. 106, 108, 117,
118)

1) Memberhentikan sementara anggota dewan direksi


dengan menyebutkan alasannya,
2) Mengawasi kebijaksanaan direksi dalam menjalankan
perseroan dan memberikan nasehat kepada direksi,
3) Memberikan persetujuan kepada direksi dalam
melakukan perbuatan hukum tertentu, selama
sepanjang wewenang tersebut terdapat dalam AD,
4) Melakukan tindakan pengurusan perseroan dalam
keadaan tertentu untuk jangka waktu tertentu .
KOMISARIS INDEPEN
• Peraturan yang mengatur mengenai Komisaris Independen;
• Pasal 110 UU No. 40 Tahun 2007,
• Pasal 80 UU No. 8 Tahun 1995,
• POJK No. 33/2014

• AD dapat mengatur adanya 1 (satu) orang atau lebih


komisaris independen
• Komisaris independen diangkat berdasarkan keputusan
RUPS,
• Komisaris independen merupkan hal yang diharuskan pada
perusahaan publik dan perusahaan Tbk.
• Komisaris independen diangkat dari pihak yang tidak
terafiliasi dengan pemegang saham utama, anggota
direksi dan atau anggota dewan komisaris, tidak
mempunyai hubungan dengan para pegawai perseroan
dan bebas hubungan kontraktual dengan perseroan.
• Komisaris independen tidak memiliki kepentingan di
perusahaan, bertindak secara independen dan memiliki
kompetensi dan integritas yang memadai.
• Untuk menciptakan iklim yang lebih objektif dan untuk
menjaga fairness serta mampu memberikan
perlindungan terhadap kepentingan pemegang saham
minoritas.
 Komisaris Independen yang telah menjabat selama 2
periode masa jabatan dapat diangkat kembali pada
periode selanjutnya sepanjang Komisaris
Independen tersebut menyatakan dirinya tetap
independen kepada RUPS.
 Pernyataan independensi Komisaris Independen wajib
diungkapkan dalam laporan tahunan.
 Dalam hal Komisaris Independen menjabat pada Komite
Audit, Komisaris Independen yang bersangkutan hanya
dapat diangkat kembali pada Komite Audit untuk 1
periode masa jabatan Komite Audit berikutnya
Tanggung Jawab Dewan Komisaris (Ps. 114 – 115)
1. Dewan komisaris bertanggungjawab atas
pengawasan perseroan berkenaan dengan
kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada
umumnya, baik mengenai perseroan maupun usaha
perseroan.
2. Dewan komisaris wajib dengan itikad baik, kehati-
hatian dan bertanggungjawab dalam menjalankan
tugas pengawasan dan pemberian nasihat kepada
direksi dan sesuai dengan maksud dan tujuan
perseroan.
3. Dalam hal anggota dewan komisaris terdiri atas 2
anggota atau lebih, tanggung jawab tersebut berlaku
secara tanggung renteng bagi setiap anggota dewan
komisaris.
4. Dewan komisaris bertanggung jawab penuh dan
pribadi terhadap kerugian yang dialami perseroan
apabila bersalah dan lalai didalam menjalankan
kewajibannya (Ps. 114 (3),
5. Dewan komisaris tidak bertanggungjawab terhadap
kerugian yang dialami oleh perseroan apabila dapat
membuktikan; mempunyai itikad baik dan hati –hati,
tidak mempunyai benturan kepentingan dengan
perseroan, telah menasehati direksi untuk
melakukan pencegahan atas tindakan yang dapat
merugikan perseroan.
Dewan Pengawas Syariah
 Perusahaan yang menjalankan kegiatan usaha syariah
wajib mempunyai Dewan Pengawas Syariah.
 Terdiri dari atas seorang ahli syariah atau lebih yang
diangkat oleh RUPS atas rekomendasi MUI.
 DPS dalam struktur perusahaan berada setingkat dengan
fungsi komisaris sebagai pengawas Direksi.
 DPS melakukan pengawasan kepada manajemen, dalam
kaitan dengan implementasi sistem dan produk-produk
agar tetap sesuai dengan syariah Islam.
 Bertanggung jawab atas pembinaan akhlak seluruh
karyawan berdasarkan sistem pembinaan keislaman yang
telah diprogramkan setiap tahunnya.
 Ikut mengawasi pelanggaran nilai Islam di lingkungan
perusahaan tersebut.
 Organisasi akuntansi dan audit atas institusi finansial
Islami (Accounting and Auditing Organization of Islamic
Financial Institutions = AAOIFI) telah menyiapkan standar
untuk dewan pengawas Syariah.
 Menurut standar AAOIFI, dewan syariah setidaknya harus
terdiri atas tiga anggota cendekiawan syariah.
 Sebelum mendapat penetapan dari DSN-MUI dan
persetujuan dari Bank Indonesia pihak Bank wajib
mengajukan calon untuk anggota DPS. Permohonan
Pengajuan ini ditunjukan kepada Bank Indonesia setelah
mendapat rekomendasi dasi DSN-MUI.
 Ada 2 hal yang dilakukan Bank Indonesia dalam hal
memberikan persetujuan atas permohonan anggota DPS;
 Penelitian atas kelengkapan dan kebenaran dokumen.

 Melakukan wawancara kepada calon anggota DPS.


RUPS PERSEROAN (Ps 1(4), Ps 75 - Ps 91)
 Organ yang mempunyai kewenangan yang tidak
diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris,
namun dalam batas yang ditentukan dalam UU
dan/atau AD Perseroan.
 Merupakan forum dimana para pemegang saham
berkumpul dan berdiskusi dengan pengurus perseroan
untuk membahas segala sesuatu yang berhubungan
dengan perseroan.
 Forum untuk pengurus memberitahukan atau melaporkan
kepada pemegang saham tentang perseroan.
 Salah satu alasan investor bersedia menyediakan
sejumlah dana yang besar untuk membeli saham sebuah
Perseroan adalah karena investor akan mempunyai
kontrol atas perseroan tersebut.
• Dalam RUPS pemegang saham melakukan kontrol
atas jalannya kepengurusan Perseroan yang
dilakukan oleh Direksi.
• Dengan hak kontrol, pemegang saham dapat
melakukan pembantasan – pembatasan terhadap
keputusan bisnis yang akan diputuskan oleh
Direksi, misalnya untuk tindakan tertentu harus
mendapat persetujuan Dewan Komisaris atau
RUPS.
• Pembatasan ini harus dituangkan secara tegas dalam
AD untuk melindungi Direktur maupun pemegang
saham dari keputusan bisnis yang merugikan.
(Business Judgment Rule)
Kewenangan RUPS Perseroan
1. Mengambil alih semua hak dan kewajiban yg timbul
dari perbuatan hukum yang dilakukan pendiri
perseroan. (Ps. 13),
2. Menyetujui perbuatan hukum atas nama perseroan
yang dilakukan Direksi, Dewan Komisaris, bersama
dengan para pendiri (Ps. 14),
3. Perubahan AD (Ps. 19),
4. Memberi persetujuan atas pembelian kembali atau
pengalihan lebih lanjut saham yang dikeluarkan
Perseroan (Ps. 38),
5. Menyetujui penambahan modal Perseroan (Ps. 41),
6. Menyetujui pengurangan modal Perseroan (Ps. 44),
7. Menyetujui Rencana Kerja Tahunan (Ps. 64),
8. Memberi persetujuan laporan tahunan, pengesahan
laporan keuangan serta laporan tugas pengawasan
Dewan Komisaris (Ps. 69),
9. Memutuskan penggunaan laba bersih, termasuk
penentuan jumlah penyisihan untuk cadangan wajib
dan cadangan lain (Ps. 71),
10. Menetapkan pembagian tugas Perseroan antara
anggota Direksi (Ps. 92),
11. Mengangkat anggota Direksi (Ps. 94),
12. Menetapkan tentang besarnya gajih & tunjangan
Anggota Direksi (Ps. 96),
13. Memberi persetujuan kepada Direksi utk;
mengalihkan kekayaan perseroan & menjadikan
jaminan utang kekayaan perseroan apabila lebih dari
50% jumlah kekayaan perseroan (Ps. 102),
14. Menunjuk pihak lain utk mewakili perseroan apabila
seluruh anggota direksi/dewan komisaris mempunyai
benturan kepentingan dengan Perseroan (Ps. 99),
15. Memberi persetujuan kepada direksi utk mengajukan
permohonan pailit atas Perseroan kepada Pengadilan
Niaga (Ps. 104),
16. Memberhentikan dan mengangkat anggota Direksi
(Ps. 105, Ps. 111),
17. Mengangkat anggota dewan komisaris (Ps. 111),
18. Menetapkan tentang besarnya gaji/honorium &
tunjangan anggota dewan komisaris (Ps. 113),
19. Mengangkat komisaris independen (Ps. 120),
20. Memberi persetujuan atas rancangan penggabungan
(Ps. 123),
21. Memberi persetujuan mengenai penggabungan,
peleburan, pengambilalihan atau pemisahan (Ps.
127),
22. Memberi keputusan atas pembubaran perseroan (Ps.
142),
23. Menerima pertanggungjawaban likuidator atas
penyelesaian likuidasi (Ps. 143).
Beberapa Permasalahan Mengenai Kontrol Suara
Dalam RUPS Pemegang Saham Minoritas
1. Saham PT Tertutup tidak likuid untuk
diperjualbelikan;
• PT tertutup tidak menjual sahamnya di Pasar Modal,

• Pembeli saham minoritas akan mewarisi situasi yang

sama dengan yang dialami oleh pemegang saham


minoritas sebelumnya.
2. Pemegang saham minoritas tidak mengontrol
perusahaan;
• Pemegang saham minoritas biasanya susah atau

tidak memiliki kemampuan untuk memilih Direksi


perseroan,
• Semakin besar saham yang dimiliki, semakin besar

pula kekuasaan dalam RUPS.


Alternatif Tempat RUPS Dilaksanakan
1. RUPS Diadakan di Tempat Kedudukan Perseroan.
Agar RUPS sah dilaksanakan, harus dilakukan
ditempat kedudukan Kantor Pusat Perseroan. Harus
terletak diwilayah RI.
2. Di Tempat Perseroan Melakukan Kegiatan Usaha
Utamanya.
Kegiatan usaha tersebut harus di wilayah RI.
3. RUPS Perseroan Terbuka.
 Diadakan di tempat kedudukan perseroan.
 Diadakan di tempat kegiatan usahanya yang
utama.
 Diadakan di tempat kedudukan bursa.
4. Dimungkinkan Mengadakan RUPS di mana saja,
(Ps. 76 (4)) dan harus memenuhi syarat;
1) RUPS dihadiri/diwakili semua pemegang saham,
2) Semua pemegang saham menyetujui,
3) Agenda RUPS harus tertentu,
4) Tempat RUPS harus di wilayah Indonesia.
5) RUPS yang diadakan dimana saja, hanya dapat
mengambil keputusan jika keputusan tersebut
“disetujui dengan suara bulat’.
RUPS Melalui Media Elektronik
Berdasarkan Ps. 77, RUPS bisa dilakukan melalui media
elektronik dan agar RUPS tersebut sah, harus memenuhi
syarat - syarat;
1. Bentuk elektronik yg diperbolehkan;

1) Media telekonferensi,
2) Media video telekonferensi, atau
3) Sarana media elektronik lainnya.
2. Syarat Formil

1) Semua peserta RUPS dapat melihat & mendengar


langsung,
2) Semua peserta dapat berpartisipasi langsung
dalam rapat.
3. Persyaratan Kuorom dan Pengambilan Keputusan;
• Syarat kuorom dan pengambilan keputusan untuk
agenda acara biasa, diatur pada Pasal 86 & 87;
kuorom kehadiran ½ bagian dari seluruh jumlah
pemegang saham hak suara dan disetujui lebih dari ½
bagian dari jumlah suara yang dikeluarkan.

• Syarat kuorom dan pengambilan keputusan untuk


agenda acara perubahan AD, diatur pada Pasal 88;
kuorom kehadiran minimal 2/3 bagian dari seluruh
jumlah pemegang saham hak suara dan disetujui
minimal 2/3 bagian dari jumlah suara yang
dikeluarkan.
• Syarat kuorom dan pengambilan keputusan untuk
acara penggabungan, peleburan, pengambilalihan,
pemisahan, pailit, pembubaran diatur pasal 89;
kuorom kehadiran minimal 3/4 bagian dari seluruh
jumlah pemegang saham hak suara dan disetujui
minimal 3/4 bagian dari jumlah suara yang dikeluarkan.

4. Pembuatan Risalah RUPS melalui Media Elektronik


(Ps. 77 (4));
• Harus dibuat risalah rapat,
• Risalah rapat harus disetujui dan ditandatangani oleh
semua peserta RUPS,
• Bisa ditandatangani secara fisik atau secara elektronik .
Bentuk RUPS
RUPS Tahunan (Ps. 78);
• Wajib dilakukan setiap tahun,

• Syarat penyelenggaraannya dalam jangka waktu

paling lambat 6 bulan setelah tahun buku berakhir.


• Direksi harus mengajukan semua dokumen dari laporan

tahunan perseroan sesuai Ps. 66 (2) antara lain;


laporan keuangan, kegiatan perseroan, rincian masalah
yang timbul selama tahun buku yang mempengaruhi
kegiatan perseroan, tanggung jawab sosial dan
lingkungan, laporan tugas pengawasan dewan
komisaris.
RUPS Luar Biasa
• Dapat diadakan setiap waktu,

• Berdasarkan kebutuhan utk kepentingan perseroan.


Prosedur dan Penyelenggaraan RUPS

• RUPS dilakukan dengan tahap – tahap yang harus


dilalui berturut – turut dan tidak boleh terbalik dan
merupakan suatu rangkaian yang tidak terpisahkan;
1) Pemanggilan,
2) Kuorum,
3) Voting,
4) Risalah RUPS
• Direksi berfungsi dan berwenang
menyelenggarakan RUPS tahunan dan RUPS luar
biasa (Ps. 79) tetapi bisa dilakukan berdasarkan
permintaan.
 Yang berhak meminta dilakukan RUPS;
 1 orang atau lebih pemegang saham yang mewakili

1/10 atau lebih jumlah saham dengan hak suara,


 Dewan Komisaris

 Bentuk dan alasan permintaan, antara lain;


 Diajukan dengan surat tercatat kepada Direksi
tembusan ke Dewan Komisaris,
 Karena direksi tidak mengadakan RUPS tahunan

sesuai batas waktu yg ditentukan Ps. 87,


 Masa jabatan anggota direksi dan/atau dewan
komisaris akan berakhir.
Prosedur dan Penyelenggaraan RUPS

• RUPS dilakukan dengan tahap – tahap yang harus


dilalui berturut – turut dan tidak boleh terbalik dan
merupakan suatu rangkaian yang tidak terpisahkan;
1) Pemanggilan,
2) Kuorum,
3) Voting,
4) Risalah RUPS
• Direksi berfungsi dan berwenang
menyelenggarakan RUPS tahunan dan RUPS luar
biasa (Ps. 79) tetapi bisa dilakukan berdasarkan
permintaan.
 Direksi wajib Mengadakan RUPS yang diminta;
 Direksi wajib melakukan panggilan RUPS,
 Panggilan RUPS harus dilakukan direksi paling
lambat 15 hari terhitung sejak tanggal permintaan
penyelenggaraan RUPS diterima oleh direksi.

 Direksi Tidak Melakukan Pemanggilan RUPS yang


diminta dalam jangka waktu 15 hari;
 Mengajukan kembali permintaan tersebut ke Dewan

Komisaris,atau;
 Dewan Komisaris dapat melakukan pemanggilan

sendiri RUPS (Ps. 79).


 Dewan Komisaris wajib melakukan pemanggilan
RUPS dalam jangka waktu 15 hari sejak tanggal
permintaan diterima.
Permintaan Penyelenggaraan RUPS Kepada
Pengadilan Negeri
Hak Pemegang Saham Mengajukan Permohonan
Kepada Ketua Pengadilan Negeri. (Ps. 80)
1. Apabila Direksi dan Dewan Komisaris tdk melakukan
pemanggilan RUPS dalam jangka waktu 15 hari dari tanggal
penerimaan surat permintaan,
2. Bentuknya adalah surat permohonan yang dituangkan
dalam Surat Permohonan Penetapan bukan surat
gugatan,
3. Diajukan kepada Ketua PN sesuai daerah hukum
kedudukan perseroan,
4. Isi permohonan, agar ketua PN menetapkan pemberian izin
kepada pemohon melakukan sendiri pemanggilan RUPS.
Sistim Pemeriksaan Permohonan.

1. Ketua PN harus memanggil Direksi/Dewan Komisaris


utk diminta keterangannya,
2. Ketua PN juga memanggil dan mendengarkan
keterangan dari pemohon.

 Pengadilan Negeri tidak dapat mengeluarkan


penetapan pemberian izin kepada pemegang saham
utk melakukan pemanggilan RUPS, sebelum
memanggil dan mendengar keterangan dari
Direksi dan Dewan Komisaris.
Pemohon Dibebani Wajib Bukti.
1. Membuktikan, bahwa persyaratan permohonan telah
terpenuhi,
2. Pemohon benar mewakili minimal 1/10 dari jumlah
saham dgn hak suara,
3. Telah mengajukan permintaan kepada Direksi dan
Dewan Komisaris namun telah lewat tenggang waktu
(15 hari) dari tanggal surat permintaan diterima, tidak
dilakukan pemanggilan RUPS,
4. Membuktikan pemohon mempunyai kepentingan yang
wajar utk diselengarakan RUPS,
Isi Penetapan Pengadilan Negeri;
Apabila permohonan tersebut dikabulkan, dituangkan
dalam bentuk Penetapan Pengadilan Negeri;
1. Memberi izin kepada pemohon melakukan sendiri
pemanggilan RUPS,
2. Menetapkan; bentuk RUPS, tahunan atau RUPSLB,
menetapkan kuorum kehadiran dan/atau ketentuan
tentang persyaratan pengambilan keputusan RUPS,
menunjuk ketua rapat sesuai dengan atau tanpa terikat
kepada UU PT 2007 atau AD.
3. Memerintahkan Direksi dan atau Dewan Komisaris
wajib hadir dalam RUPS.
RUPS Hanya Boleh Membicarakan Acara yang
Ditetapkan Pengadilan.

• Acara RUPS hanya berdasarkan permohonan


pemegang saham, sehingga hanya boleh
membicarakan agenda acara yang tercantum
dalam amar Penetapan Pengadilan.
• RUPS, dilarang membicarakan acara lain diluar
yang disebut dalam Penetapan Pengadilan.
Penetapan Pengadilan mengenai pengabulan
Permohonan Bersifat Final.

1. Sifat penetapan Pengadilan bersifat final dan


mempunyai kekuatan hukum tetap.
2. Terhadapnya tertutup segala upaya hukum biasa
(banding & kasasi), maupun upaya hukum peninjauan
kembali.
3. Ketentuan ini agar pelaksanaan RUPS tidak tertunda.
Terhadap Penolakan Permohonan Dapat Diajukan
Kasasi.

Apabila Pengadilan Negeri menolak permohonan


Pemegang saham, hukum memberi hak kepada
pemohon;
1. Mengajukan Kasasi ke Mahkamah Agung,

2. Terhadap Putusan Kasasi tidak dimungkinkan


mengajukan permohonan peninjauan kembali.

Ketentuan ini juga berlaku terhadap Perseroan Terbuka


tanpa mengurangi ketentuan yang berlaku dalam UU
Pasar Modal.
PEMANGGILAN RUPS (Ps. 81 – Ps. 83)

Yang Wajib Memanggil RUPS, adalah Direksi.


Pemanggilan RUPS adalah kewajiban Direksi, untuk hal tertentu,
pemanggilan RUPS dapat juga dilakukan Dewan Komisaris atau
Pemegang Saham sesuai Ps. 81

Pemanggilan RUPS oleh Dewan Komisaris;


• Direksi tidak melakukan pemanggilan RUPS dalam tempo 15
hari dari tanggal permintaan RUPS yg diajukan oleh Dewan
Komisaris diterima Direksi.
• Direksi berhalangan, kalau semua Direksi berhalangan,
pemanggilan RUPS dilakukan Dewan Komisaris.
• Terdapat pertentangan kepentingan antara Direksi dan
Perseroan.
Pemanggilan RUPS oleh Pemegang Saham;
Apabila Pengadilan mengabulkan permohonan pemegang
saham, maka berdasarkan Penetapan Pengadilan Negeri,
pemegang saham dapat melakukan pemanggilan RUPS.

Tenggang Waktu Pemanggilan RUPS. (Ps. 82)


1. Yang dipanggil adalah seluruh pemegang saham
yang sahamnya mempunyai hak suara,
2. Pemanggilan RUPS kepada pemegang saham,
dilakukan sebelum RUPS diselenggarakan,
3. Pemanggilan RUPS harus dilakukan dalam jangka waktu
paling lambat 14 hari sebelum tanggal RUPS diadakan.
Bentuk dan isi Panggilan
Bentuk pemanggilan RUPS yg sah, harus dilakukan;
1) Berbentuk surat tercatat, dan atau

2) Berbentuk iklan dalam surat kabar.

Mengenai isi panggilan RUPS, harus mencantumkan;


1) Tanggal RUPS diadakan,

2) Tempat RUPS diadakan,

3) Waktu RUPS diadakan.

4) Acara/agenda RUPS,

5) Pemberitahuan bahwa bahan RUPS yang akan


dibicarakan, tersedia di kantor Perseroan sejak tanggal
dilakukan pemanggilan RUPS.
Akibat Hukum Pemanggilan yang Tidak Sah
Pemanggilan Hukum yang sah menurut Hukum;
1) Pemanggilan dilakukan minimal 14 hari sebelum tanggal
RUPS,
2) Berbentuk surat tercatat/iklan dalam surat kabar,

3) Pemanggilan mencantumkan tanggal, waktu, tempat, dan


acara RUPS disertai ketersediaan bahan yang akan
dibicarakan dalam RUPS.
Apabila tidak sesuai dengan ketentuan diatas;
RUPS tetap dapat dilangsungkan & keputusan RUPS tetap
sah, dengan syarat;
1) Jika semua pemegang saham dengan hak suara
hadir/diwakilkan dalam RUPS,
2) Keputusan RUPS disetujui dengan suara bulat.
Syarat Tambahan Pemanggilan RUPS Perseroan Tbk
Selain syarat sebagaimana Ps. 82, maka dalam Ps. 83 untuk
perseroan terbuka ada penambahan syarat pemanggilan;
1) Sebelum pemanggilan RUPS dilakukan, wajib didahului
dengan pengumuman di surat kabar yang memberitahukan
akan diadakan pemanggilan RUPS,
2) Pengumuman harus memperhatikan peraturan UU Pasar
Modal,
3) Pengumuman dilakukan dalam jangka waktu paling lambat
14 hari sebelum pemanggilan RUPS.
• Memberi kesempatan kepada pemegang saham
mengusulkan kepada Direksi penambahan mata acara
RUPS.
• Apabila syarat diatas tidak dipenuhi, pemanggilan tidak sah.
HAK SUARA (Ps. 84 & Ps. 85)

Prinsip Umum Hak Suara.


1) Satu saham, satu suara (one vote for one share).

Berlaku prinsip umum, kecuali AD perseroan menentukan


lain; dimungkinkan saham yg dikeluarkan tanpa hak suara.
2) Saham yg dimiliki perseroan baik langsung/tidak, tidak
mempunyai hak suara.
3) Hak suara merupakan pelaksanaan kontrol dari pemegang
saham.
Pada forum RUPS melalui hak suara yg dimilikinya
pemegang saham dapat menentukan sikap apakah
tindakan yg dilakukan perseroan, direksi, & dewan
komisaris yg berlangsung sebelum RUPS diadakan, dapat
dibenarkan/disetujui atau tidak.
Kriteria Saham Yang Tidak Mempunyai Hak Suara.
1) Saham perseroan yang dikuasai sendiri oleh perseroan,

2) Saham induk perseroan yang dikuasai anak


perusahaannya,
3) Saham perseroan yang dikuasai perseroan lain yang
sahamnya langsung/tdk langsung telah dimiliki
perseroan.
Hak Pemegang Saham Menghadiri dan Mengeluarkan
Suaranya Dalam RUPS.
Pasal 85 (1), memberi hak kepada pemegang saham untuk
menghadiri RUPS;
• Baik secara sendiri, atau

• Diwakili oleh wakil berdasarkan “Surat Kuasa”.


Dalam RUPS, pemegang saham;
• Menggunakan hak suaranya,

• Hak suara yg digunakan sesuai dengan jumlah saham

yang dimilikinya.

Larangan Mengeluarkan Suara yang Berbeda.


• Pemegang saham dilarang/tidak berhak memberikan

kuasa kepada lebih dari satu orang untuk sebagian dari


jumlah saham yang dimilikinya, dengan tujuan untuk
mengeluarkan suara yang berbeda antara kuasa yg
satu dengan kuasa yg lain.
• Bagi perseroan Tbk, suara berbeda yg dikeluarkan oleh

bank kustodian atau perusahaan efek yang mewakili


pemegang saham dalam dana bersama (mutual fund)
bukan merupakan suara yang berbeda.
Yang Dilarang Bertindak Sebagai Kuasa Dalam
Pemungutan Suara.
•Dalam menetapkan kuorom RUPS, saham dari pemegang

saham yang diwakili oleh pihak lain ikut dihitung.


•Kalau kuasa yang mewakili pemegang saham terdiri dari

direksi, anggota dewan komisaris, dan karyawan


perseroan, dalam pemungutan suara tidak berhak
mengeluarkan suara.

Pemegang Saham Hadir Dalam RUPS, Surat Kuasa Tidak


Berlaku.
•Fungsi dan kapasitas penerima kuasa, hanya sebatas

mendampingi tanpa berhak mengeluarkan pendapat dan


suara.
Kourom (Ps. 86, 88 & 89)

Besarnya kuorum RUPS untuk Agenda/Acara Biasa;

• Sebesar lebih dari ½ bagian, dari jumlah seluruh


saham dengan hak suara hadir atau diwakili.
• Apabila jumlah ini tercapai, RUPS utk membicarakan
agenda biasa, dapat atau sah dilangsungkan.
• Kuorum tidak tercapai, dapat diadakan pemanggilan
RUPS kedua, dengan tata cara;
 rapat tetap harus dibuka & kemudian ditutup,

 membuat notulen rapat yg menerangkan RUPS


pertama tidak dapat dilanjutkan karena kuorom tidak
tercapai.
Kuorom RUPS kedua,
• Kuorumnya, paling sedikit 1/3 bagian dari jumlah

seluruh saham dengan hak suara, hadir atau diwakili,


• Keputusan sah apabila disetujui paling sedikit 1/3 dari

seluruh suara yang dikeluarkan.


Jangka waktu pemanggilan RUPS kedua,
• Pemanggilan RUPS kedua dilakukan dalam jangka

waktu paling lambat 7 hari sebelum RUPS kedua


dilangsungkan.
Waktu melangsungkan RUPS kedua,
• Paling cepat 10 hari setelah RUPS pertama,

• Paling lambat 21 hari setelah RUPS pertama


dilangsungkan.
• Kuorum tidak tercapai, rapat tetap harus dibuka & kemudian
ditutup,membuat notulen rapat yg menerangkan RUPS
pertama tidak dapat dilanjutkan karena kuorom tidak
tercapai
Kuorum RUPS kedua tidak tercapai, Perseroan dapat
memohon kepada Ketua Pengadilan Negeri agar
ditetapkan Kuorum RUPS ketiga. (Ps. 86 (5)
• Perseroan dapat mengajukan permohonan kepada Ketua

Pengadilan Negeri, yang daerah hukumnya meliputi


kedudukan perseroan,
• Isi permohonan, meminta kepada Ketua PN, agar
menetapkan kuorum RUPS ketiga,
• Penetapan Ketua PN mengenai kuorum bersifat final dan

berkekuatan hukum tetap sehingga tidak dapat diajukan


banding, kasasi atau PK.
Jangka waktu pemanggilan RUPS ketiga,
• Pemanggilan RUPS ketiga dilakukan dalam jangka

waktu paling lambat 7 hari sebelum RUPS ketiga


dilangsungkan.
Waktu melangsungkan RUPS ketiga,
• Paling cepat 10 hari setelah RUPS kedua,

• Paling lambat 21 hari setelah RUPS kedua


dilangsungkan.
Cara mengambil keputusan RUPS acara/agenda biasa
diatur dalam Ps. 87.
• Prinsip pokok, keputusan RUPS diambil berdasarkan

musyawarah untuk mufakat.


• Dilakukan melalui pemungutan suara (voting).
Kuorom Kehadiran & Pengambilan Keputusan RUPS
untuk Mata Acara Mengubah AD Perseroan.(Ps. 88)

Kuorom RUPS Pertama,


• Paling sedikit 2/3 bagian dari jumlah seluruh saham

dengan hak suara, hadir atau diwakili dalam RUPS,


• Keputusan sah jika disetujui paling sedikit 2/3 bagian dari

jumlah suara yang dikeluarkan.


Kuorum RUPS Kedua,
• RUPS pertama tetap dibuka & kemudian ditutup disertai

dengan pembuatan notulen rapat yg menjelaskan RUPS


pertama tdk dapat dilanjutkan, karena kuorum kehadiran
tidak tercapai.
• Dalam panggilan RUPS kedua harus disebutkan, RUPS
pertama telah dilaksanakan akan tetapi tidak tercapai
kuorum.
• Panggilan RUPS kedua paling lambat dalam jangka
waktu 7 hari sebelum RUPS kedua dilangsungkan.
• Kuorum kehadiran RUPS kedua baru sah jika dalam
rapat paling sedikit 3/5 bagian dari jumlah seluruh
saham dengan hak suara, hadir atau diwakili dalam
RUPS.
• Keputusan sah jika disetujui minimal 2/3 bagian dari
jumlah seluruh suara yang dikeluarkan.
• Jangka waktu pelaksanaan RUPS kedua, paling cepat
10 hari setelah RUPS pertama, atau paling lambat 21
hari setelah RUPS pertama.
Kuorum RUPS kedua tidak tercapai, Perseroan dapat
memohon kepada Ketua Pengadilan Negeri agar
ditetapkan Kuorum RUPS ketiga.

Jangka waktu pemanggilan RUPS ketiga,


• Pemanggilan RUPS ketiga dilakukan dalam jangka

waktu paling lambat 7 hari sebelum RUPS ketiga


dilangsungkan.
Waktu melangsungkan RUPS ketiga,
• Paling cepat 10 hari setelah RUPS kedua,

• Paling lambat 21 hari setelah RUPS kedua


dilangsungkan
Kuorum Kehadiran dan Pengambilan Keputusan RUPS
atas acara/agenda Ps. 89 (1)

Acara/agenda yang dimaksud terdiri atas;


1) Penggabungan perseroan,

2) Peleburan perseroan,

3) Pengambilalihan perseroan,

4) Pemisahan perseroan,

5) Pengajuan permohonan agar perseroan dinyatakan


pailit,
6) Perpanjangan jangka waktu berdirinya perseroan,

7) Pembubaran perseroan.
Kuorum Kehadiran dan Pengambilan Keputusan RUPS
atas acara/agenda Ps. 89 (1)
Kuorum kehadiran & pengambilan keputusan RUPS
pertama.
• Agar RUPS dapat dilangsungkan jika dihadiri minimal ¾ dari

jumlah seluruh saham dengan hak suara, hadir atau


diwakilkan.
• Keputusan sah, jika disetujui paling sedikit ¾ bagian dari

jumlah suara yang dikeluarkan.


Kuorum kehadiran & pengambilan keputusan RUPS
Kedua.
• RUPS pertama tetap dibuka & kemudian ditutup disertai

dengan pembuatan notulen rapat yg menjelaskan RUPS


pertama tdk dapat dilanjutkan, karena kuorum kehadiran
tidak tercapai.
• Dalam panggilan RUPS kedua harus disebutkan, RUPS
pertama telah dilaksanakan akan tetapi tidak tercapai
kuorum.
• Panggilan RUPS kedua paling lambat dalam jangka
waktu 7 hari sebelum RUPS kedua dilangsungkan.
• Kuorum kehadiran RUPS kedua baru sah jika dalam
rapat paling sedikit 2/3 bagian dari jumlah seluruh saham
dengan hak suara, hadir atau diwakili dalam RUPS.
• Keputusan sah jika disetujui minimal 3/4 bagian dari
jumlah seluruh suara yang dikeluarkan.
• Jangka waktu pelaksanaan RUPS kedua, paling cepat
10 hari setelah RUPS pertama, atau paling lambat 21
hari setelah RUPS Pertama.
Kuorum RUPS kedua tidak tercapai, Perseroan dapat
memohon kepada Ketua Pengadilan Negeri agar
ditetapkan Kuorum RUPS ketiga.

Jangka waktu pemanggilan RUPS ketiga,


• Pemanggilan RUPS ketiga dilakukan dalam jangka

waktu paling lambat 7 hari sebelum RUPS ketiga


dilangsungkan.
Waktu melangsungkan RUPS ketiga,
• Paling cepat 10 hari setelah RUPS kedua,

• Paling lambat 21 hari setelah RUPS kedua


dilangsungkan.
Penentuan Kuorom Dalam RUPS

No. Materi RUPS 1 RUPS2 RUPS 3 UUPT


1 Acara biasa 1/2 1/3 Hakim Ps. 86

2 Merubah AD 2/3 3/5 Hakim Ps. 88

3 Penggabungan, 3/4 2/3 Hakim Ps. 89


pengambilalihan,
pembubaran dan
peleburan

4 Menjaminkan/ 3/4 2/3 Hakim Ps. 89


menjual seluruh/
sebagian aset PT
5 Pembubaran 3/4 2/3 Hakim Ps. 89
jangka waktu PT
RISALAH RUPS (Ps. 90)
• Sebuah dokumen yang berisi proses RUPS dan hasil
keputusan RUPS.
• Berisi mengenai telah dilakukannya pemanggilan, kuorum
yang terpenuhi, jumlah voting dari pemegang saham yang
menyetujui atau menolak dan hasil keputusan RUPS.
• Risalah memberikan suatu gambaran tentang jalannya
RUPS bagi stakeholder perusahaan.
• Risalah umumnya dibuat dalam akta notaris yang
mempunyai kekuatan bukti yang kuat menurut hukum.
• Apabila notaris hadir dalam RUPS; maka akta yang dibuat
adalah Akta Berita Acara RUPS.
• Notaris tidak hadir, RUPS membuat risalah dibawah tangan
yang salah satu isinya adalah memberikan kuasa kepada
wakil PT untuk menghadap notaris guna membuat akta
“Pernyataan Keputusan RUPS”
Pembuatan Risalah RUPS bersifat wajib.
• RUPS yang tidak dibuat risalahnya, tidak sah dan
dianggap tidak pernah ada.
• Akibatnya, hal – hal yang diputuskan dan ditetapkan
tidak dapat dilaksanakan.

Yang Wajib Menandatangani Risalah RUPS yang


Tidak Dibuat Dengan Akta Notaris.
Risalah RUPS wajib ditandatangani, apabila tidak dibuat
dengan Akta Notaris, yg dibebani kewajiban untuk
menandatangani;
1) Ketua rapat, dan

2) Paling sedikit 1 (satu) orang pemegang saham yang


ditunjuk dari dan oleh peserta RUPS.
Pengambilan Keputusan Diluar RUPS (Ps. 91)
Pengertian pengambilan keputusan di luar RUPS.
• Dalam praktek dikenal dengan usul keputusan yang

diedarkan (circulation resolution).


• Keputusan diambil pemegang saham tidak dalam forum

RUPS yang formil yang didahului dengan penyampaian


surat panggilan.
• Tidak dilakukan dan tidak diadakan RUPS secara fisik.

Mekanisme Pengambilan Keputusan.


• Mengirimkan secara tertulis usul yg akan diputuskan

kepada semua pemegang saham.


• Usul tersebut disetujui secara tertulis oleh seluruh

pemegang saham. Tidak boleh satupun pemegang saham


yang tidak setuju. Jika terjadi maka tidak sah.
Keputusan diluar RUPS, mengikat.
• Keputusan di luar RUPS yang disetujui oleh seluruh

pemegang saham, merupakan keputusan yang


mengikat.
• Keputusan tersebut mempunyai kekuatan hukum yang

sama dengan keputusan RUPS yg dilakukan secara


konvensional.
RUPS PT. Tbk
Peraturan OJK No. 32/POJK.04/214 tentang Rencana dan
Penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham PT. Tbk

Perubahan penyebutan istilah Pemberitahuan RUPS


menjadi Pengumuman RUPS
Perubahan jangka waktu Panggilan RUPS, dari
sebelumnya 14 hari, menjadi 21 hari (bukan hari kerja,
tetapi memperhitungkan sabtu dan minggu)
RUPS Kewajiban baru mencantumkan Pengumuman

RUPS dan Panggilan RUPS di website Perseroan dalam


bahasa asing dan Bahasa Indonesia, dengan minimal
dalam Bahasa Inggris.
 Membuat Ringkasan Risalah RUPS.
Tata Cara RUPS PT. Tbk
 Pemberitahuan agenda RUPS kepada OJK,
 Pemberitahuan tsb paling lambat 5 hari kerja sebelum
pengumuman RUPS.
 PT Tbk wajib melakukan pengumuman RUPS kepada
pemegang saham paling lambat 14 hari sebelum
pemanggilan RUPS
 Pengumuman RUPS, minimal di;
 1 (satu) surat kabar harian Bahasa Indonesia

berperedaran nasional
 Website BEI

 Website Perseroan, dalam Bahasa Indonesia dan


Bahasa asing, paling kurang adalah Bahasa inggris
 Bukti pengumuman RUPS wajib disampaikan kepada OJK
paling lambat 2 hari kerja setelah pengumuman RUPS
 Perusahaan Tbk wajib melakukan pemanggilan kepada
pemegang saham paling lambat 21 hari sebelum RUPS
 Pemanggilan RUPS paling kurang memuat informasi:
 tanggal penyelenggaraan RUPS;

 waktu penyelenggaraan RUPS;

 tempat penyelenggaraan RUPS;

 ketentuan pemegang saham yang berhak hadir

dalam RUPS (karena dalam PT Tbk saham dapat


berpindah kepemilikan dengan cepat bahkan beberapa
hari sebelum RUPS dilakukan);
 mata acara rapat termasuk penjelasan atas setiap mata

acara tersebut; dan


 Tidak dapat dilakukan pengambilan keputusan dengan
keputusan sirkuler
 Dipimpin oleh anggota Dewan Komisaris yang ditunjuk
oleh Dewan Komisaris.
 Pengumuman Ringkasan Risalah RUPS di surat kabar
(paling lambat 2 hari kerja setelah putusan RUPS)
 Pemberitahuan kepada OJK atas Pengumuman
Ringkasan Risalah RUPS. (paling lambat 2 hari kerja
setelah pengumuman surat kabar atas Ringkasan
Risalah Rapat ).
 Menyampaikan Risalah RUPS kepada OJK (paling
lambat 30 hari setelah tanggal RUPS).
Ringkasan Risalah RUPS PT. Tbk

 Tanggal RUPS, tempat pelaksanaan RUPS, waktu


pelaksanaan RUPS, dan mata acara RUPS,
 Anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris yang
hadir pada saat RUPS
 Jumlah saham dengan hak suara yang sah yang hadir
pada saat RUPS dan persentasenya dari jumlah seluruh
saham yang mempunyai hak suara yang sah.
 Ada tidaknya pemberian kesempatan kepada pemegang
saham untuk mengajukan pertanyaan dan/atau
memberikan pendapat terkait mata acara rapat.
 Jumlah pemegang saham yang mengajukan pertanyaan
dan/atau memberikan pendapat terkait mata acara rapat,
jika pemegang saham diberi kesempatan.
 Mekanisme pengambilan keputusan RUPS.
 Hasil pemungutan suara yang meliputi jumlah suara
setuju, tidak setuju, dan abstain (tidak memberikan
suara) untuk setiap mata acara rapat, jika pengambilan
keputusan dilakukan dengan pemungutan suara.
 Keputusan RUPS.
 Pelaksanaan pembayaran dividen tunai kepada
pemegang saham yang berhak, jika terdapat keputusan
RUPS terkait dengan pembagian dividen tunai.
MERGER
PENGGABUNGAN (MERGER)
Pasal 1 angka 9 UUPT jo Pasal 1 angka 1 PP No. 27/1998.

“Penggabungan adalah perbuatan hukum yang dilakukan


oleh suatu perseroan atau lebih untuk menggabungkan
diri dengan perseroan lain yang telah ada dan selanjutnya
perseroan yang menggabungkan diri bubar”.

PT. A PT. B

PT. A : perusahaan yang melakukan merger.


PT. B : perusahaan target merger.
PT. A : perusahaan yang lenyap (dibubarkan).
Jenis – Jenis Merger
 Horizontal Merger:
• It is a merger of two or more companies that
compete in the same industry. It is a merger with a
direct competitor and hence expands as the firm's
operations in the same industry.
• Horizontal mergers are designed to achieve
economies of scale and result in reduce the
number of competitors in the industry.
• Example: Exxon and Mobil, HP and Compaq, or XL
and Axis.
 Vertical Merger: (vertical integration)
• It is a merger which takes place upon the combination of
two companies which are operating in the same industry
but at different stages of production or distribution system.
• If a company takes over its supplier/producers of raw
material, then it may result in backward integration of its
activities.
• On the other hand, Forward integration may result if a
company decides to take over the retailer or Customer
Company.
• Vertical merger provides a way for total integration to
those firms which are striving for owning of all phases
of the production schedule together with the marketing
network.
• Exp; APP (Sinarmas Group)
 Co generic Merger:
• It is the type of merger, where two companies are in
the same or related industries but do not offer the
same products, but related products and may share
similar distribution channels, providing synergies
for the merger.
• The potential benefit from these mergers is high
because these transactions offer opportunities to
diversify around a common case of strategic resources.
 Conglomerate Merger:
• These mergers involve firms engaged in unrelated
type of activities or not related to each other
horizontally nor vertically.
• In a pure conglomerate, there are no important common
factors between the companies in production, marketing,
research and development and technology.
• Conglomerate mergers are merger of different kinds
of businesses under one flagship company.
• The purpose of merger remains utilization of financial
resources enlarged debt capacity and also synergy of
managerial functions. It does not have direct impact on
acquisition of monopoly power and is thus favoured
throughout the world as a means of diversification.
• Example ; General Electric (GE).
Faktor – Faktor Lain Yang Harus Dipertimbangkan
Dalam Melakukan Merger
 Perusahaan target merger, perusahaan yang mempunyai
bisnis utama yang sama (saling berkaitan erat).
 Perusahaan yang mempunyai struktur manajemen dan
falsafah yang sesuai dengan perusahaan penerima merger.
 Perusahaan yang sehat secara operasional.
 Harus dinilai kinerja perusahaan selama 5 - 10 tahun
terakhir.
 Memperhatikan kebutuhan pasar saat ini dan pada masa
yang akan datang.
 Harus memiliki manajemen dan sumber daya yang baik.
 Harus mempertimbangkan cost dan benefit dari
pelaksanaan merger.
AKIBAT HUKUM PENGGABUNGAN
Pasal 1 angka 8, Pasal 123 (3) UUPT jo. Pasal 3 PP No. 27/1998;
1. Akibat hukum terhadap aktiva dan pasiva;
Aktiva dan pasiva perseroan yang menggabungkan diri beralih
sepenuhnya kepada perseroan yang menerima penggabungan.

2. Akibat hukum kepada pemegang saham;


Pemegang saham perseroan yang menggabungkan diri, menjadi
Pemegang saham pada perseroan yg menerima penggabungan.

3. Akibat hukum kepada perseroan yang menggabungkan diri;


 Perseroan yang menggabungkan diri berakhir statusnya sebagai

badan hukum,
 Berakhirnya terhitung sejak tanggal penggabungan mulai
berlaku.
Tujuan Penggabungan
 Memperkuat modal dan keuangan,
 Menghambat persaingan, yaitu jumlah perusahaan yang
bersaing menjadi berkurang,
 Mempertahankan kesinambungan usaha,
 Memperbesar bagian pangsa pasar kelompok perseroan,
 Memperkuat sumber pemasukan barang,
 Penggabungan perusahaan lebih menguntungkan
dibandingkan mendirikan perusahaan yang baru,
 Membeli perusahaan (asset) dengan harga yang lebih
murah,
 Membuat perusahaan lebih besar dan lebih kuat sehingga
dapat terhindar dari kepailitan.
Syarat Pengabungan
 Penggabungan tidak dapat dilaksanakan apabila
merugikan kepentingan pihak tertentu. Pasal 126 (1),
 Perbuatan hukum penggabungan wajib memperhatikan
kepentingan pihak tertentu yaitu;
• kepentingan perseroan, pemegang saham minoritas,
karyawan perseroan.
• kepentingan kreditor dan mitra usaha lainnya dari
perseroan,
• kepentingan masyarakat dan persaingan usaha yang
sehat.
 Bagi perseroan tertentu, rencana penggabungan perlu
mendapat persetujuan dari instansi terkait; merger bank
harus mendapat persetujuan dari Bank Indonesia .
DUE DILIGINCE UNTUK MERGER

Membuat legal audit;


1. Untuk memenuhi prinsip disclosure (laporan legal audit
harus terbuka bagi informasi publik terutama di pasar
modal),
2. Sebagai landasan untuk membuat suatu dokumen hukum
lain yaitu pendapat hukum/legal opinion,
3. Dalam membuat legal audit, harus menggunakan
pendekatan;
• Pemeriksaan fisik
• Pemeriksaan dokumen.
• Pemeriksaan berdasarkan informasi.
YANG DIPERIKSA DALAM LEGAL AUDIT
1. Anggaran Dasar Perusahaan Berikut Perubahannya;
• Pengesahan akta pendirian dan persetujuan atas
perubahannya,
• Pengumuman dalam berita negara/ tambahan berita
negara; a) terhadap akta pendirian; b) terhadap seluruh
perubahan anggaran dasar.
2. Permodalan dan Saham;
• Besarnya modal dasar, modal ditempatkan, dan modal
disetor dan perubahannya.
• Jenis – jenis saham yang dikeluarkan perusahaan,
• Buku daftar saham,
• Susunan kepemilikan saham,
• Bukti tentang penyetoran modal,
• Pengendalian terhadap perseroan.
3. Direksi dan Dewan Komisaris;
• Keabsahan direksi dan dewan komisaris yang sedang
menjabat,
• Status kewarganegaraan,
• Ketersangkutannya dalam perkara perdata, pidana, tenaga
kerja, arbitrase atau lainnya.
4. Izin dan Persetujuan;
• Kelengkapan izin dari aktivitas – aktivitas yang dilakukan,
• NPWP dan nomor pengusaha kena pajak (PKP),
• Izin – izin lain; izin usaha, izin UU gangguan, izin lokasi,
IMB,
• izin untuk pabrik, izin pengolahan limbah, analisa
mengenai dampak lingkungan (Amdal), izin pengolahan
limbah, dll.
5. Aset;
• Tanah,
• Bangunan – bangunan,
• Kepemilikan saham di perusahaan lain,
• Hak milik intelektual,
• Mesin – mesin dan peralatan serta kendaraan.
6. Asuransi;
• Jenis asuransi,
• Obyek yang diasuransikan,
• Jumlah pertanggungan,
• Jangka waktu asuransi,
7. Tenaga Kerja;
• Kesepakatan Kerja Bersama (KKB), peraturan
perusahaan,
• Jamin sosial karyawan (jamsostek), BPJS
• Koperasi karyawan,
• Program dana pensiun karyawan,
• Izin – izin khusus dibidang ketenagakerjaan.

8. Penyertaan Pada Perusahaan Lain;


• Jika penyertaan 50% atau lebih, perlu dilakukan full
audit,
• Jika kurang dari 50%, tetapi merupakan pengendali,
perlu diselidiki keabsahan, penyertaan tersebut.
9. Perjanjian – perjanjian;
• Perjanjian pinjam uang,
• Perjanjian kerja sama,
• Perjanjian usaha patungan,
• Perjanjian lisensi,
• Perjanjian distribusi, dll
10. Perkara – perkara;
• Surat keterangan dari pengadilan negeri atau badan lain
tentang keterlibatan dalam perkara dari pihak perusahaan,
anggota direksi, dan anggota komisaris, (surat bebas
perkara).
• Surat pernyataan dari masing – masing anggota direksi dan
anggota komisaris tentang ketidakterlibatan perusahaan
dalam perkara.
Dokumentasi Hukum Tentang Merger (Checklist)

 Informasi yang diperlukan pada tahap penjajakan dan


persiapan;
o Informasi tentang partner merger,

o Turnover, keuntungan dan keadaan keuangan,

o Pertumbuhan dan prospek bisnis dimasa depan,

o Biaya operasinal dan biaya produksi,

o Aset dan fasilitas yang dimiliki perusahaan,

o Klien yang dimiliki perusahaan.

o Jumlah karyawan, pensiunan, dan pengaturannya.


 Informasi tentang Aspek Perpajakan;
o tindakan yang diperlukan untuk dapat menghemat

pajak,
o perhitungan kerugian sebelum merger,

o Sistim pencatatan akuntansi dari tiap perusahaan,

o pajak dari capital gain, dan hasil dari usaha


perusahaan,
o masalah – masalah pajak yang timbul sebelum

merger.
 Informasi tentang pelaksanaan dan prosedur merger;
o rapat – rapat yang telah dibuat,

o MOU,

o penunjukan pihak yg mewakili masing – masing pihak,

o nama baru bagi perusahaan hasil merger,

o negosiasi pengalihan properti, dan sewa,

o pengaturan tentang asuransi,

o review terhadap komitmen operasional,

o pemberitahuan terhadap yang berwenang, klien, pers,

dan bank,
o rasionalisasi terhadap perkantoran, equipment, servis,

karyawan dan keuangan


Pendapat Hukum (Legal
Opinion)
CLEAR AND CLEAN (C&C), Yaitu Tingkat Kepatuhan Hukum Tertinggi, yaitu
ketentuan, prosedur, dan proses hukum telah dilalui dan dijalankan secara
benar sesuai hukum, serta tidak ada pembebanan maupun permasalahan
hukum yang signifikan terhadap Subyek Hukum, Obyek Hukum, dan
Perbuatan Hukumnya.
CLEAR, BUT NOT CLEAN (CBNC), Yaitu Tingkat Kepatuhan Hukum Tinggi,
yaitu semua ketentuan, prosedur, dan proses hukum telah dilalui dan
dijalankan secara benar sesuai hukum, namun ada pembebanan maupun
permasalahan hukum yang signifikan terhadap Subyek Hukum, Obyek Hukum,
dan/atau Perbuatan Hukumnya.
NOT CLEAR, BUT CLEAN (NCBC), Yaitu Tingkat Kepatuhan Hukum Yang
Kurang Tertinggi, yaitu tidak semua ketentuan, prosedur, dan proses hukum
telah dilalui dan dijalankan secara benar sesuai hukum, akan tetapi tidak ada
pembebanan maupun permasalahan hukum yang signifikan terhadap Subyek
Hukum, Obyek Hukum, dan/atau Perbuatan Hukumnya.
NOT CLEAR, (NEITHER) NOT CLEAN (NCNC), Yaitu Tingkat Kepatuhan
Hukum Terendah, yaitu tidak semua ketentuan, prosedur, dan proses hukum
telah dilalui dan dijalankan secara benar sesuai hukum, serta ada pembebanan
maupun permasalahan hukum yang signifikan terhadap Subyek Hukum, Obyek
Hukum, dan/atau Perbuatan Hukumnya.
PROSES PELAKSANAAN PENGGABUNGAN

I. RANCANGAN PENGGABUNGAN.
A. Penyusunan Rancangan Penggabungan;
• Rancangan penggabungan,
• Yang menyusun rancangan penggabungan, adalah direksi
yang akan menggabungkan diri dan yang akan menerima
Penggabungan,
• Meminta persetujuan dari masing – masing Dewan
Komisaris,
• Apabila DK setuju, rancangan diajukan kepada masing –
masing RUPS untuk mendapat persetujuan.
B. Isi Rancangan Penggabungan, antara lain;
• Nama, tempat kedudukan dari setiap perseroan yang
akan melakukan penggabungan,
• Alasan serta penjelasan direksi perseroan yang akan
melakukan penggabungan dan persyaratan
penggabungan,
• Tata cara penilaian dan konvensi saham perseroan yang
menggabungkan diri terhadap saham perseroan yang
menerima penggabungan,
• Rancangan perubahan AD dari perseroan yang
menerima penggabungan,
• Laporan keuangan yang meliputi 3 (tiga) tahun buku
terakhir dari tiap perseroan. Pasal 66 (2)
• Cara penyelesaian status, hak dan kewajiban anggota
direksi, dewan komisaris dan karyawan yang akan
melakukan penggabungan,
• Cara dan penyelesaian hak dan kewajiban perseroan yang
akan menggabungkan diri terhadap pihak ketiga,
• Nama anggota direksi, DK serta gajih honarium dan
tunjangan bagi anggota direksi dan DK perseroan yang
menerima penggabungan,
• Perkiraan jangka waktu pelaksanaan penggabungan,
• Kegiatan utama setiap perseroan yang melakukan
penggabungan dan perubahan yang terjadi selama tahun
buku yang sedang berjalan,
• Rincian masalah yang timbul selama tahun buku yang
sedang berjalan yang mempengaruhi kegiatan perseroan
yang akan melakukan penggabungan.
II. Sahnya Keputusan RUPS Mengenai Penggabungan; Ps.
127

A. Kuorum kehadiran yang Sah. Pasal 89 (1)


Untuk menyetujui penggabungan hanya dapat dilangsungkan
jika dalam rapat paling sedikit ¾ bagian dari jumlah seluruh
saham dengan hak suara hadir atau diwakili dalam RUPS.

B. Keputusan RUPS yang Sah. Pasal 89 (1)


Keputusan RUPS dalam rangka memberi persetujuan
penggabungan sah, apabila disetujui paling sedikit ¾ bagian
dari jumah suara yang dikeluarkan dalam RUPS tersebut.
III. Direksi Wajib Mengumumkan Ringkasan Rancangan
Penggabungan, Ps. 127 (2)
Direksi perseroan yg melakukan penggabungan mengumumkan
ringkasan rancangan penggabungan dengan cara & ketentuan;

1) Diumumkan paling sedikit dalam 1 surat kabar Ps. 1 (4),


2) Mengumumkan secara tertulis ringkasan rancangan
penggabungan kepada karyawan perseroan yang akan
melakukan penggabungan,
3) Pengumuman paling lambat 30 hari sebelum pemanggilan
RUPS,
4) Pengumuman juga memuat pemberitahuan bahwa pihak
yang berkepentingan dapat memperoleh rancangan
penggabungan di kantor perseroan terhitung sejak tanggal
pengumuman sampai tanggal RUPS diselenggarakan.
IV. Kreditur Dapat Mengajukan Keberatan. Ps 127 (4)

1) Keberatan diajukan paling lambat 14 hari setelah


pengumuman,
2) Jika direksi tidak dapat menyelesaikan keberatan kreditur,
maka akan disampaikan dalam RUPS dan RUPS yang
akan mengambil penyelesaian.
3) Selama penyelesaian keberatan kreditur belum tercapai,
maka penggabungan perseroan tidak dapat dilaksanakan.
Ps. 127 (7).
V. Rancangan Penggabungan yang Disetujui RUPS
Dituangkan Dalam Akta Penggabungan. Ps 128

1) Akta penggabungan berbentuk akta notaris,


2) Salinan akta penggabungan dilampirkan pada
permohonan persetujuan atau pemberitahuan kepada
Menkumham;
 pengajuan permohonan untuk mendapat persetujuan
Menkumham apabila ternyata penggabungan itu
mengalami perubahan AD Ps. 21 (2)
VI. Direksi Mengumumkan Hasil Penggabungan. Ps. 133 (1)
Direksi perseroan yang menerima penggabungan wajib
mengumumkan hasil penggabungan;
 Diumumkan dalam 1 surat kabar atau lebih,
 Pengumuman harus dilakukan dalam jangka waktu paling
lambat 30 hari terhitung sejak tanggal berlakunya
penggabungan.
VII.Hak Pemegang Saham yang Tidak Setuju Atas
Penggabungan. Ps. 126 (2)
1) Meminta kepada perseroan agar sahamnya dibeli dengan
harga yang wajar,
2) Pada prinsipnya perseroan diwajibkan membelinya,
3) Perseroan bisa menawarkan kepada pihak ketiga apabila
disetujui oleh RUPS.
 Informasi tentang Aspek Perpajakan;
o tindakan yang diperlukan untuk dapat menghemat pajak,
o perhitungan kerugian sebelum merger,
o Sistim pencatatan akuntansi dari tiap perusahaan,
o pajak dari capital gain, dan hasil dari usaha perusahaan,
o masalah – masalah pajak yang timbul sebelum merger.
Merger Tanpa Likuidasi

 Seluruh aktiva perusahaan yang dibubarkan beralih secara


hukum kepada perusahaan yang eksis.
 Seluruh kewajiban perusahaan yang dibubarkan beralih
secara hukum kepada perusahaan yang eksis.
 Pemegang saham dari perusahaan yang dibubaran beralih
secara hukum menjadi pemegang saham perusahaan
yang eksis.
 Setiap merger harus memperhatikan kepentingan
karyawan, perusahaan yang bubar karena merger tidak
mesti mengalihkan semua karyawan kepada perusahaan
yang eksis. Ps. 122 (3) jo Ps. 126 (1).
PENGAMBILALIHAN (AKUISISI)
Pasal 1 angka 11 UUPT dan Pasal 1 angka 3 PP No. 27/1998.
“Pengambilalihan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh
badan hukum atau orang perorangan untuk mengambil alih
baik seluruh ataupun sebagian besar saham perseroan yang
dapat mengakibatkan beralihnya pengendalian terhadap
perseroan”.

PT. Q PT. R

PT. Q mengambil alih kepemilikan PT. R, sementara PT. R masih


tetap eksis.
 Pengambilalihan termasuk bidang hukum perjanjian karena
merupakan persetujuan antara pihak yang diambil alih
dengan pihak yang mengambil alih.
Dalam Praktek Kategori Dari Akuisisi
 The Carnivores
Ditujukan terhadap perusahaan yang sudah terbiasa
melakukan akuisisi perusahaan lain, terjadi perubahan sistem,
restrukturisasi & pergantian manajemen perusahaan .
 The Dairy Farmers
melakukan akuisisi untuk memperbesar & membiayai
perusahaan tanpa ikut campur dalam bisnis dan manajemen.
 The White Hunters
melakukan akuisisi dengan tujuan untuk menjualnya
kembali dengan mendapat untung yang lebih besar.
 The Cross Breeders
melakukan akuisisi perusahaan di luar negeri dengan tujuan
strategis pengembangan bisnis perusahaan secara global.
Dalam Praktek Kategori Dari Akuisisi
 The Carnivores
Ditujukan terhadap perusahaan yang sudah terbiasa
melakukan akuisisi perusahaan lain, terjadi perubahan sistem,
restrukturisasi & pergantian manajemen perusahaan .
 The Dairy Farmers
melakukan akuisisi untuk memperbesar & membiayai
perusahaan tanpa ikut campur dalam bisnis dan manajemen.
 The White Hunters
melakukan akuisisi dengan tujuan untuk menjualnya
kembali dengan mendapat untung yang lebih besar.
 The Cross Breeders
melakukan akuisisi perusahaan di luar negeri dengan tujuan
strategis pengembangan bisnis perusahaan secara global.
Proses Cara Peralihan/Akuisisi

 Friendly Takeover:
• Friendly takeover is with the consent of taken over

company.
• In friendly takeover, there is an agreement between

the management of two companies through


negotiations and the takeover bid may be with the
consent of majority or all shareholders of the target
company.
• This kind of takeover is done through negotiations

between two groups. Therefore, it is also called


negotiated takeover.
 Hostile Takeover:
When an acquirer company does not offer the target
company the proposal to acquire its undertaking but
silently and unilaterally pursues efforts to gain control
against the wishes of existing management.
Dasar Hukum Akuisisi
 Ps. 125
o Pengambilalihan dapat dilakukan oleh badan hukum/orang
perserorangan.
o Pengambilalihan yang dilakukan oleh badan hukum perseroan,
harus berdasarkan keputusan RUPS yyang memenuhi kourum
kehadiran dan ketentuan tentang persyaratan pengambilan
keputusan RUPS.
o Pengambilalihan dilakukan melalui direksi, pihak yang akan
mengambil alih menyampaikan maksudnya untuk melakukan
pengambilalihan kepada direksi perseroan yang akan diambilalih.
o Pengambilalihan saham yang dilakukan langsung dari
pemegang saham wajib memperhatikan ketentuan AD perseroan
tentang pemindahan hak atas saham.
 Pasal 126
o Perbuatan akuisisi wajib memperhatikan kepentingan
perseroan, pemegang saham minoritas dan karyawan
perseroan.
o Kreditor, mitra usaha serta persaingan sehat.

 Ps. 128
Akta pengambilalihan saham yang dilakukan langsung
dari pemegang saham wajib dinyatakan dengan akta
notaris dalam bahasa Indonesia
 Ps. 131
Salinan akta pengambilaihan perseroan wajib dilampirkan
pada penyampaian pemberitahuan kepada Menteri tentang
perubahan AD.
Klasifikasi Akuisisi Dilihat dari Objek Akuisisi

1. Akuisisi Saham,
o Yang diakuisisi adalah saham perusahaan target dan

saham yang dibeli/dikuasai minimal 51%.


o Terjadi perpindahan kontrol terhadap perusahaan.

o Pembayaran harga dari target yang diakuisisi dapat

dilakukan dengan salah satu atau kombinasi;


cash, saham perusahaan pengakuisisi, saham
perusahaan lain, surat berharga, property lain.
2. Akuisisi Aset,
o Yang diakuisisi adalah aset perusahaan target, dengan

atau tanpa ikut mengambil alih seluruh kewajiban


perusahaan target terhadap pihak ketiga.
o Tidak semua aset perusahaan target ikut beralih, pihak

pengakuisisi dapat memilih aset mana yang


berguna/bermanfaat baginya.
o Tanggung jawab hanya terhadap kewajiban yg melekat

pada aset yg. diakuisisi.


o Menghindari ganguan dari pemegang saham minoritas,

pekerja, dan manajemen perusahaan target.


o Kelamahannya; prosesnya lebih sulit, memakan waktu

relatif lama dan memakan biaya lebih banyak.


3. Akuisisi Kombinasi,
Dilakukan kombinasi antara akuisisi saham dengan
akuisisi aset. Misalnya dilakukan akuisisi 50% saham dan
50% aset dari perusahaan target. Pembayarannya bisa
sebagian dengan cash sebagian lagi dengan surat
berharga.
4. Akuisisi Bertahap,
Akuisisi tidak dilakukan sekaligus. Misalnya, perusahaan
target menerbitkan convertible bonds, sementara
perusahaan pengakuisisi menjadi pembelinya. Tahap
selanjutnya apabila perusahaan target berkembang lebih
maka bonds tersebut dapat ditukar dengan equity/saham.
5. Akuisisi Kegiatan Usaha,
Yang diakuisisi hanya kegiatan usaha perusahaan target,
misalnya jaringan bisnis, alat produksi, atau HKI.
Dokumen Yang Diperlukakan Dalam Rangka Pembuatan
Legal Audit Dalam Proses Akuisisi Perusahaan
1. Keabsahan Pendirian perseroan.
• AD beserta seluruh perubahannya,
• Pendaftaran AD di daftar perusahaan,
• SK pengesahan .Menkumham dan pengumuman dalam
BNRI.
2. Riwayat permodalan.
• Akta jual beli saham, akta pengalihan saham,
• Berita acara RUPS,
• Bukti setoran modal; laporan rekening koran, lalu lintas
giro bank, nota kredit bank, bukti setoran di bank.
• Daftar para pemegang saham,
• Perjanjian antar pemegang saham/perjanjian nominee.
3. Riwayat Kepengurusan.
• Berita acara RUPS sehubungan dengan pengangkatan
atau pergantian pengurus perseroan,
• Riwayat hidup ringkas para pengurus (Direktur dan
Komisaris) termasuk KTP nya.
4. Perizinan.
• Izin pendirian perseroan; srt domisili, TDP,
• Perizinan mengenai dampak lingkungan; Amdal,
UKL,UPL
• Izin – izin dari kementerian terkait; Tenaga Kerja, ESDM
• Izin yang berhubungan dengan kepemilikan aset; IMB,
izin lokasi, surat2 tanah, bukti kepemilikan benda
bergerak.
5. Hak Milik Intelektual
• Pendaftaran merek, cipta, paten, dll
• Perjanjian lisensi HKI.
6. Penyertaan kedalam perusahaan lain.
• Surat saham perusahaan lain,
• AD perusahaan lain, beserta seluruh perubahannya,
• Akta jual beli saham dan RUPS persetujuan perusahaan
lain,
• Bukti penyetoran/pembayaran harga saham (rekening
bank, cek, giro, kuitansi).
7. Perpajakan
• NPWP,
• Bukti setor pajak,
• Bukti pembayaran PBB
8. Asuransi
• Polis asuransi kebakaran,
• Polis asuransi lainnya.
9. Keabsahan tindakan korporasi; go public, right issue,
akuisisi, merger, private placement
• Akta penyertaan keputusan RUPS yang menyetujui
tindakan korporasi,
• Risalah rapat pengurus yang menyetujui tindakan
korporasi,
• Persetujuan komisaris untuk tindakan korporasi,
• Perjanjian mengenai tindakan korporasi.
10. Perjanjian dengan pihak ketiga.
• Perjanjian distribusi,
• Perjanjian keagenan,
• Perjanjian kerjasama,
• Perjanjian kontruksi,
• Perjanjian komersil lainnya.
11.Penjaminan atas perusahaan dan/atau atas aset
perseroan.
• Akta/sertifikat hak tanggungan,
• Akta kuasa memasang hak tanggungan,
• Akta pengakuan hutang,
• Akta gadai,
• Akta fidusia,
• Akta kuasa jual,
• Akta cessie, dll
12. Perjanjian pemberian fasilitas kredit/pembiayaan.
• Perjanjian kredit,
• Perjanjian penerbitan surat berharga,
• Perjanjian pembiayaan (leasing, modal ventura),
• Perjanjian perpanjangan pemberian kredit.
Dokumen Hukum Untuk Akuisisi Perusahaan
 Dokumen Persiapan Akuisisi,
o MOU; para pihak, saham perusahaan yg akan dibeli,

kuantitas saham, jenis saham, jangka waktu, hukum yg


berlaku, pengadilan yg berwenang.
o Checklist Bisnis; keadaan finansial, kewajiban
perusahaan, jenis, kualitas, kuantitas dari produk yg
dihasilkan, target market, budaya dan sistem manajemen
perusahaan, R&D, pengawasan dan kendali mutu dari
produk.
o Checlist Hukum; peraturan yang berlaku, AD perseroan

dan peubahannya, aset perusahaan aset bergerak &


tidak bergerak, kontrak2 yang dibuat, kewajiban dan
tanggung jawab kepada pihak 3, perpajakan, ijin2 usaha,
perantara (broker), hukum antimomopoli/antitrust.
 Dokumen Pelaksanaan Akuisisi,
o Kontrak Akuisisi

o Legal Audit/Laporan Due Diligence

o Laporan keungan dari Akuntan

o Laporan penilaian dari Appraiser

o Rancangan Akuisisi

o Dokumen yg berhubungan dengan pinjaman/financing;


LBO/MBO
 Dokumen Setelah Akuisisi,
o Dokumen dengan karyawan/manajemen

o Dokumen internal perusahaan

o Dokumen hutang

o Dokumen aset perusahaan

o Dokumen dengan pihak supplier, profesional, perantara,

pihak ketiga.
PROSES AKUISISI LANGSUNG DARI PEMEGANG SAHAM
 Pihak yang mengambil alih tidak perlu menyampaikan
maksud melakukan akuisisi kepada Direksi. Ps. 125 (7).
 Tidak perlu membuat rancangan peralihan.
wajib memperhatikan AD perseroan target mengenai
pemindahan hak atas saham,
 Mengadakan perundingan dan kesepakatan langsung
antar pemegang saham.
 Mengumumkan rencana kesepakatan pengambilalihan;
 Paling sedikit dalam 1 surat kabar,

 Mengumumkan secara tertulis kepada karyawan


perseroan,
 Diumumkan paling lambat 30 hari sebelum RUPS
 Kreditur dapat mengajukan keberatan.
keberatan diajukan dalam jangka waktu 14 hari setelah
pengumuman. Apabila keberatan tidak dapat diselesaikan
maka akuisisi tidak dapat dilaksanakan.
 Kesepakatan akuisisi dituangkan dalam akta
pengambilalihan.
 Memberitahukan kepada Menkumham.
 Wajib mengumumkan hasil akuisisi.
Dalam 1 surat kabar atau lebih, dalam jangka waktu 30
hari sejak tanggal berlakunya pengambilalihan.
Hak Pemegang Saham yang Tidak Setuju Atas
Pengambilalihan
 Meminta kepada perseroan agar sahamnya dibeli dengan
harga yang wajar.
 Perusahaan wajib mengusahakan agar sisa saham dibeli
oleh pihak ketiga.
 Salah satu bentuk perlindungan terhadap pemegang
saham.
 Tidak menghentikan proses pelaksanaan pengambilalihan.
AKUISISI DILIHAT DARI MODEL PEMBAYARAN
1. Akuisisi dibayar tunai (cash based acquisition),
2. Akuisisi dibayar dengan saham (stock based
acquisition),
3. Akuisisi dibayar dengan aset (asset based acquisition),
4. Akuisisi dengan sistem pembayaran kombinasi
(combination based acquisition).
5. Akuisisi dengan tahapan (multi stage acquisition),
6. Akuisisi model LBO (leveraged buyouts).
1. Akuisisi dibayar tunai (cash based acquisition)
 Pembayaran pembelian saham dilakukan dengan
membayar secara tunai,
 Pada prakteknya susah mendapat dana pinjaman
dari bank yang pinjamannya khusus ditujukan untuk
membeli saham perseroan, meskipun saham yang
diakuisisi tersebut dapat saja dijadikan jaminan bank
lewat gadai saham atau fidusia saham.
 Pembelian bisa juga dilakukan melalui pasar modal,
khusus untuk perseroan terbuka.
2. Akuisisi dibayar dengan Saham (Stock Based
Acquisition);
• Inbreng saham;
Pembayaran saham dilakukan dengan memberikan saham
dari perseroan lain. Sehingga perusahaan yang menerima
penyetoran saham tersebut menjadi pemegang saham
pada perseroan lain.
• Share Swap;
Pembayaran dilakukan dengan saling tukar saham antara
perseroan yang mengakuisisi dengan perseroan yang
diakuisisi, dengan mengeluarkan saham baru yg khusus
untuk transaksi share swap ini. Sehingga masing – masing
perseroan saling memegang saham baru satu sama lain.
• Penukaran Saham Pemegang Saham;
Murni tukar menukar saham antar pemegang saham.
3. Akuisisi dibayar dengan aset (Asset Based Acquisition)
• Pihak pengakuisisi membayar harga diakuisisi dengan
aset milik pengakuisisi atau milik perusahaan yang
dimiliki oleh pihak yang mengakuisisi.
• Pembelian aset ini ditandai dengan penyerahan dan
pembaliknamaan sejumlah aset dari pihak pengakuisisi
kepada pemegang saham perusahaan yang diakuisisi.

4. Akuisisi dengan sistem pembayaran kombinasi.


Dalam praktek, akuisisi dibayar dengan kombinasi antara;
• Pembayaran tunai;
• Pembayaran dengan saham;
• Pembayaran dengan aset;
• Pembayaran dengan bonds.
5. Akuisisi dengan Tahapan (Multi Stage Acquisition)
• Pembayaran akuisisi saham tidak dilakukan secara
sekaligus, akan tetapi pembayaran dilakukan bertahap
sesuai perkembangan perusahaan yang diakuisisi,
• Misalnya pembayaran saham dilakukan sebagian
dengan tunai atau dengan saham, sebagian lagi dibayar
dengan bonds,

6. Akuisisi model LBO (Leveraged Buyouts)


• Suatu pembelian seluruh atau sebagian besar saham
dari suatu perusahaan dengan dana yang dipinjam dari
pihak ketiga.
• Dana pihak ketiga ini biasanya berasal dari investor
institutional, seperti dana pensiun, dana asuransi atau
invesment banking firm.

Anda mungkin juga menyukai