Anda di halaman 1dari 129

Hukum Dagang

Irna Nurhayati
(Dept HK Dagang FH UGM)
Materi
I. Hukum Dagang
 Sejarah kodifikasi HK Dagang
 Kewajiban Pengusaha
 Organisasi Perusahaan
 Maatschap, Fa, CV
 PT, BUMN, Perusahaan grup, lembaga pembiayaan
 Surat berharga
 Hk Perbankan
 Hk Pasar Modal
 Hk Kepailitan
 ADR
 HKI
 Hk persaingan usaha
 HK Dagang?
 Rangkaian peraturan perundang-undangan yang mengatur
hubungan hukum yang terjadi di dalam dunia perniagaan atau
perusahaan.
 Sumber HK Dagang:
a. Peraturan tertulis
- dikodifikasi: KUH Perdata, KUHD
- tidak dikodifikasi: UUPM, UUWDP, UUDP, etc.
b. Peraturan tidak tertulis

Hubungan KUHD dan KUH Per merupakan lex specialis


derogat legi generali, diatur dalam Pasal 1 KUHD
Pedagang: mereka yg menjalankan perbuatan perniagaan sbg
pekerjaan sehari-hari (Pasal 2 KUHD).
Perbuatan perniagaan berupa pembelian barang-barang untuk
dijual kembali, baik banyak maupun sedikit, baik mentah atau
kasar maupun setelah dikerjakan ataupun hanya disewakan
pemakaiannya (Pasal 3 KUHD).
Termasuk perbuatan perniagaan: perbuatan komisi, perbuatan
kasir bank, makelar, etc. (Pasal 4 dan 5 KUHD).

Pasal 2 s.d. 5 KUHD dicabut dgn S 1938 No. 276 dan tidak
diganti dgn pengertian baru.
Pencabutan Pasal 2 s.d. 5 KUHD menjadikan kodifikasi berubah menjadi
‘kodifikasi orang yg menjalankan perusahaan’.

Pengusaha: orang perseorangan atau persekutuan atau badan hukum yg


menjalankan suatu jenis usaha (Pasal 1 UU No. 3 Th 1982-UUWDP-).
Usaha: setiap tindakan, perbuatan atau kegiatan apapun dalam bidang
perekonomian yg dilakukan oleh setiap pengusaha untuk tujuan
memperoleh keuntungan atau laba.
Perusahaan: setiap bentuk usaha yg menjalankan setiap jenis usaha yg
bersifat tetap dan terus menerus dan yg didirikan, bekerja dan
berkedudukan di wilayah RI untuk tujuan memperoleh laba.
Pengusaha melakukan usahanya secara:
a. Sendiri
b. Dgn bantuan orang lain:
- perjanjian kerja
- perjanjian pelayanan berkala
Perantara melakukan pelayanan berkala, pengaturan:
a. di dalam KUHD: makelar (Pasal 62 KUHD),
komisioner (Pasal 76 KUHD), ekspeditur (Pasal 86
KUHD)
b. di luar KUHD: pialang di bursa, makelar efek, makelar
kopi/tembakau
Perbedaan makelar dan komisioner: pengangkatan, perbuatan atas
nama, kuasa, jenis imbalan
Makelar
Pengangkatan: oleh pejabat yg berwenang dgn mengangkat sumpah
Perbuatan atas nama: pemberi kuasa
Kuasa: membeli dan menjual barang (pedagang perantara)
Jenis imbalan: upah/provisi

 Komisioner
Pengangkatan: tidak ada pengangkatan
Perbuatan atas nama: pemberi komisi atau diri sendiri
Kuasa: mengadakan perjanjian jual beli
Jenis imbalan: upah/provisi
Komisioner mempunyai hak retensi: menahan barang (Pasal 80 KUHD)
Ekspeditur
Orang yg pekerjaannya mencarikan pengangkut barang2
perniagaan (EMKL, EMKU).
Ekspeditur menjamin pengiriman barang dan menanggung
risiko kerusakan/ hilangnya barang yg dikirim
Kewajiban pengusaha
 Diatur dalam KUHD
Dalam bidang pembukuan: membuat catatan, neraca, menyimpan catatan dan
neraca. Simpanan perusahaan bersifat rahasia, namun kerahasiaannya dpt
disimpangi dgn pembukaan (Pasal 8 KUHD) dan pemberitahuan (Pasal 12
KUHD).

 Diatur di luar KUHD


UU No. 8 Th 1987 Tentang Dokumen Perusahaan (UUDP) menghapus
kewajiban membuat catatan bagi pengusaha.

Dokumen perusahaan adalah data, catatan dan atau keterangan yg dibuat atau
diterima oleh perusahaan dalam rangka pelaksanaan kegiatan, baik tertulis di
atas kertas atau secara lain dalam bentuk corak apapun yg dapat dilihat, dibaca
atau didengar.
Dokumen perusahaan:
a. Dokumen keuangan
b. Dokumen lainnya

UU No. 3 Th 1982 Tentang Wajib Daftar Perusahaan (UUWDP), setiap


pengusaha wajib mendaftarkan perusahaannya ke dalam daftar
perusahaan.

Perkecualian: perusahaan jawatan dan perusahaan kecil perorangan.

Daftar perusahaan adalah catatan resmi yg diadakan berdasarkan


ketentuan UU. Tujuan: mencatat bahan-bahan keterangan resmi yg
dibuat secara benar dari suatu perusahaan dan merupakan sumber
informasi resmi utk semua pihak yg berkepentingan
 Memenuhi ketentuan perijinan: SIUP, SITU, HO, Ijin
lingkungan/Amdal
 Mendaftarkan akta pendirian
 Mendaftarkan perusahaan
 Kewajiban perpajakan: NPWP (Badan sebagai subjek pajak)
 Kewajiban bidang ketenagakerjaan: jaminan sosial/kesehatan
Sanksi terkait pendaftaran perusahaan
 Dgn sengaja atau kelalaian tidak memenuhi kewajiban diancam
pidana penjara selama-lamanya 3 bulan atau denda rp.3.000.000,--
tindak pidana ini merupakan kejahatan
 Dgn segaja mendaftarkan keliru / tdk lengkap diancam pidana 3
bln atau denda rp. 1.000.000,-- tindak pidana ini merupakan
pelanggaran
Bentuk perusahaan
 Perusahaan perseorangan (Sole-Proprietorship)
 Perusahaan persekutuan (partnership)
- Maatschap, Fa, CV
 Perusahaan korporasi (corporation)
- PT, BUMN (UU 19/1960: pelayanan umum, kepentingan
umum, profit), UU 9/1969: Persero, Perjan, Perum)-(UU
19/2003: Persero, Perum), Kop,Yayasan
Perkumpulan
 BK III Bab IX Pasal 1653-1665 KUH Perdata
 Merupakan induk/bentuk asal dari segala bentuk persekutuan
dalam bidang bisnis
 Unsur dominan:
- kepentingan bersama
- kehendak bersama
- tujuan bersama
- kerjasama
 Perkumpulan: berbadan hukum & tidak berbadan hukum
 (RUU) Perkumpulan: Badan Hukum
 Perkumpulan berbadan hukum:
- pendirian dg akta notaris
- akta pendirian disahkan oleh menteri
- pendaftaran
- pengumuman pada TBN
 Badan hukum: kekayaan terpisah, tujuan tertentu,
kepentingan sendiri, organisasi teratur
Maatschap
 BK III Bab VIII Pasal 1618-1652 KUHPer
 Pengertian: perjanjian antara 2 org atau lebih yg mengikatkan diri
utk memasukkan sesuatu ke dalam perserikatan dg maksud
membagi keuntungan/kemanfaatan yg diperoleh karenanya
 Inbreng: bagian berupa uang, benda/tenaga baik lahiriah maupun
kejiwaan yg dimasukkan ke dalam perseroan
 Sifat kepribadian masing-masing sekutu dominan
 Cara pendirian: perjanjian lisan/tertulis (Pasal 1624 KUH
Perdata)
 Syarat pendirian: Pasal 1320 KUHPer, tidak dilarang oleh hukum,
tidak bertentangan dg ketertiban umum, mencapai tujuan bersama
berupa keuntungan
 Jenis:
- maatschap umum: penentuan inbreng secara umum tdk ada
perincian baik jenis, sifat maupun jumlahnya. Ini dilarang karena
akan menyulitkan dalam pembagian keuntungan secara adil
- maatschp khusus: inbreng dinyatakan secara rinci
 Keuntungan harus dinikmati bersama, tdk boleh ditentukan hanya
akan dinikmati anggota sekutu tertentu, karena akan melanggar
asas kerjasama utk kepentingan bersama
 Beheer & beschikking
- Beheer: perbuatan yg perlu/biasa dilakukan dlm pengurusan
persekutuan
- Beschikking: perbuatan yg mengakibatkan perubahan yg tdk
khusus diperlukan, hrs dg kesepakatan
 Pengurusan bisa diatur sekaligus dlm akta pendirian (gerant
statutaire) atau dlm akta tersendiri (gerant mandataire)
 Pembagian keuntungan:
- diatur dlm perjanjian pendirian
Ketentuan: tdk boleh hanya ditentukan bagi sekutu
tertentu—melanggar asas kerjasama untuk kepentingan
bersama Pasal 1635 ayat (10) KUH Perdata
- tdk diatur dlm perjanjian pendirian (asas keseimbangan
pemasukan-Pasal 1633 ayat (1) KUH Perdata)
 Berakhirnya maatschap (1646-1652 KUH Perdata):
- hancurnya benda obyek maatschap
- pengakhiran oleh salah seorang anggota
- lampau waktu
- pengakhiran oleh hakim
- selesainya perbuatan utk mendapat keuntungan maatschap
- kematian seorang sekutu
- pengampuan/kepailitan seorang sekutu
- suara bulat seluruh sekutu
- berlakunya syarat bubar
Firma
 Pengaturan: Pasal 15-35 KUHD
 Pengertian: tiap perserikatan perdata yg didirikan utk menjalankan
perusahaan dg nama bersama
 Merupakan perserikatan perdata khusus:
- menjalankan perusahaan
- memakai nama bersama
- sistem pertanggungjawaban tanggung renteng (Pasal 18 KUHD)
 Sifat kepribadian dominan
 Mempunyai kekayaan terpisah
 Cara pendirian:
- lisan/tertulis (bila tertulis hrs dg akta resmi, hrs didaftarkan &
diumumkan dlm majalah resmi)
 kelalaian mengakibatkan Fa dianggap menjalankan semua urusan,
dianggap didirikan utk waktu tdk terbatas, tdk ada seorang sekutu
yg dikecualikan dari kewenangan bertindak & menandatangani
surat bagi Fa)
 Perikatan antar sekutu Fa:
- hubungan ke dalam (pembagian untung rugi, beheer & beschikking
dst.)
- hubungan ke luar (pertanggungjawaban tanggung renteng)
 Berakhirnya Fa—berakhirnya Maatschap
CV
 Pengaturan: Pasal 19-21 KUHD
 (RUU) Usaha Perseorangan dan Badan Usaha Bukan Badan
Hukum: CV
 Pengertian: persekutuan antara 2 orang atau lebih sekutu yg
bertanggung jawab secara pribadi utk seluruhnya pada 1 pihak, &
seorang atau lebih sekutu yg hanya menyerahkan uang pada pihak
lain
 Jenis sekutu:
- sekutu kerja/sekutu komplementer/sekutu aktif
- sekutu tdk kerja/sekutu komanditer/sekutu tidak aktif
 Jenis CV:
- CV diam-diam
- CV terang-terangan
- CV atas saham
 Sifat kepribadian: pada CV diam-diam & terang-terangan masih
dominan, sedangkan utk CV atas saham tidak, karena orientasi modal
sudah melalui pembagian saham seperti pada PT
 Persamaan & perbedaan CV atas saham-PT:
- modal sama-sama terbagi atas saham
- sama-sama mengenal sistem pengawasan (komisaris)
- sekutu komplementer diangkat seumur hidup, PT tdk
 Penjenisan lainnya:
- CV murni
- CV campuran (Fa yg membutuhkan modal)
- CV bersaham (saham tidak bisa dialihkan)
 Cara pendirian CV
 Beheer & beschikking
 Kekayaan terpisah
 Perikatan antar sekutu CV
 Bubarnya CV
PT
 Dasar hukum: UU No. 40 Th 2007
 Latar belakang amandemen:
- perekonomian nasional perlu didukung kelembagaan
perekonomian yg kokoh
- perlunya UU yg menjamin terselenggaranya iklim dunia
usaha yg kondusif
- UUPT No. 1 Th 1995 sdh tdk sesuai lagi dgn perkembangan
hukum dan kebutuhan masyarakat
 Pengertian PT:
badan hukum yg merupakan persekutuan modal, didirikan
berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dg modal dasar
yg seluruhnya terbagi dalam saham & memenuhi persyaratan yg
ditetapkan dalam UU ini
 Status PT: Badan hukum
 Karakteristik PT: pemegang saham tdk bertanggung jawab secara
pribadi atas perikatan yg dibuat atas nama PT & tidak bertanggung
jawab atas kerugian PT melebihi saham yg dimiliki (Pasal 3 ayat
(1)).
 Karakteristik ini dpt diterobos dlm hal2 tertentu (piercing the
corporate veil) Pasal 3 ayat (2):
a. PT belum sebagai badan hukum
b. pemegang saham memanfaatkan PT utk kepentingan pribadi
c. pemegang saham terlibat dlm perbuatan melawan hukum PT
d. pemegang saham menggunakan kekayaan PT yg mengakibatkan
kekayaan PT tdk cukup utk melunasi utang PT
 Pendirian, AD, Pendaftaran dan Pengumuman. Pendirian PT
dituangkan ke dalam akta otentik, untuk menjadi bahan hukum
harus disahkan oleh Menteri (Pasal 7 ayat (4) UUPT).
Permohonan pengesahan PT sebagai badan hukum melalui
sisminbakum (Pasal 9 ayat (1) UUPT). Perlu dilakukan pendaftaran
dalam Daftar Perseroan, juga pengumuman oleh Menteri dalam
TBN (Pasal 29 & 30 UUPT)
 Faham pendirian PT adalah perjanjian (Pasal 7 ayat (1) UUPT),
kecuali PT BUMN—bila jangka waktu 6 bln kemudian tidak
terpenuhi PT dapat dibubarkan
 Fungsi akta pendirian PT: intern & ekstern
 Perbuatan hukum sebelum PT menjadi badan hukum (Pasal 12,
13, 14 UUPT):
a. perbuatan hukum calon pendiri utk kepentingan PT mengikat
PT bila RUPS pertama secara tegas menyatakan menerima atau
mengambil alih semua hak & kewajiban
b. perbuatan hukum atas nama PT yg belum berstatus badan
hukum oleh direksi, pendiri, & komisaris karena hukum mengikat
PT setelah PT menjadi badan hukum
c. perbuatan hukum pendiri sebelum PT menjadi badan hukum
mengikat PT yg sudah menjadi badan hukum bila disetujui oleh
semua pemegang saham dalam RUPS yg dihadiri semua pemegang
saham
 Macam PT: PT Terbuka dan PT Tertutup. PT Tertutup: modal
dasar Rp50 juta (Pasal 32 UUPT). PT Terbuka: di belakang
nama PT diberi tanda “Tbk”, biasanya go public di pasar modal
(jumlah pemegang saham minimum 300 orang, saham disetor
minimum Rp300 milyar)
 PP 7/2016 - Perubahan modal dasar PT Pasal 1 ayat (2):
UMKM
 PP 29/2016 – Perubahan modal dasar PT Pasal 1 ayat (3) modal
dasar ditentukan berdasarkan “kesepakatan” pendiri
 Modal (Pasal 31UUPT): modal dasar (seluruh nilai nominal
saham), modal disetor, modal ditempatkan. Minimum 25% dr
modal dasar hrs ditempatkan & disetor.
 Modal PT dapat dilakukan penambahan (Pasal 41 UUPT) juga
pengurangan (Pasal 44 UUPT)
 Besarnya modal dasar, pengurangan modal ditempatkan dan
disetor, perubahan status PT dari tertutup menjadi terbuka atau
sebaliknya Harus Mendapatkan Persetujuan Menteri.
 Perubahan Anggaran Dasar di luar hal tersebut Cukup
diberitahukan kepada Menteri.
 Saham: saham atas nama (Pasal 48 UUPT). Saham tanpa
nilai nominal tidak dapat dikeluarkan.
 Saham memberikan kepada pemiliknya hak menghadiri &
bersuara dalam RUPS, hak atas dividen & sisa kekayaan
hasil likuidasi (Pasal 52 UUPT)
Klasifikasi saham
1. Saham dgn hak khusus utk mencalonkan anggota
Direksi dan atau Komisaris
2. Saham dgn hak suara atau tanpa hak suara
3. Saham yg setelah jangka waktu tertentu ditarik
kembali atau ditukar dgn klasifikasi saham lain.
4. Saham yag memberikan hak kpd pemegangnya utk
menerima deviden lebih dahulu (saham preferen)
 Peralihan saham kepada pihak lain dengan akta pemindahan hak
(Pasal 56 UUPT)
 PT dapat membeli kembali saham yg telah dikeluarkan PT --buy
back-- (Pasal 37 UUPT)
 Buy back dengan persetujuan RUPS atau komisaris bila RUPS
memberikan mandat
 Organ PT—two tier corporate management
 RUPS, direksi, dewan komisaris (Pasal 75, 92, 108 UUPT)
 Single tier corporate management?
 Good Corporate Governance (GCG)
(responsibility, accountability, transparency, fairness), + independency
(Ind)---kepada stake holders
 RUPS mempunyai wewenang yg tidak diberikan kepada
Direksi atau Dewan Komisaris. Jenis RUPS: RUPS
tahunan & RUPS lainnya
Pasal 91 UU PT
“Pemegang Saham dapat juga mengambil keputusan yang
mengikat di luar RUPS dengan syarat pemegang saham
dengan hak suara menyetujui secara tertulis dengan
menandatangani usul yang bersangkutan”.
Circular letter?
 Direksi menjalankan pengurusan PT untuk kepentingan PT &
sesuai dg maksud & tujuan PT
 Direksi bertanggung jawab atas pengurusan PT dengan
itikad baik dan penuh tanggung jawab (Pasal 97)—
fiduciary duty
 Duty of loyalty
 Duty of care
 BJR – business judgement rule
 Direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi bila
melakukan kesalahan/kelalaian dalam pengurusan PT, bila
direksi lebih dari satu orang tanggung jawab tanggung
renteng
 Tanggung jawab penuh secara pribadi direksi tidak berlaku
bila direksi dapat membuktikan: kerugian bukan karena
kesalahan/kelalaiannya, telah melakukan pengurusan dg
itikad baik & kehati-hatian, tidak mempunyai konflik
kepentingan dg perbuatan penyebab kerugian, telah
mengambil langkah pencegahan kerugian yg lebih besar
 Pemegang saham (mewakili 1/10 saham) dapat mengajukan
gugatan ke PN
 Dewan Komisaris melakukan pengawasan atas kebijakan
pengurusan, jalannya pengurusan PT & usaha PT, &
memberi nasihat kepada Direksi. Dewan Pengawas
Syariah: pada PT yg menjalankan usaha dg prinsip syariah
 Komisaris bertanggung jawab terhadap pengawasan PT
dg itikad baik & kehati-hatian (Pasal 114)
 bertanggung jawab penuh secara pribadi bila melakukan
kesalahan/kelalaian dalam menjalankan tugasnya, bila
komisaris lebih dari satu orang tanggung jawab tanggung
renteng
 Tanggung jawab penuh secara pribadi komisaris tidak berlaku bila
komisaris dapat membuktikan: telah melakukan pengawasan dg
itikad baik & kehati-hatian, tidak mempunyai konflik kepentingan
dg perbuatan penyebab kerugian, telah memberikan nasehat
kepada direksi untuk mencegah kerugian yg lebih besar
 Pemegang saham (mewakili 1/10 saham) dapat mengajukan
gugatan ke PN
 Corporate Social Responsibility (Pasal 74 UUPT)
Perseroan yg menjalankan kegiatan usaha di bidang &/ terkait dg
SDA wajib melaksanakan tanggung jawab sosial & lingkungan
 PP 47/2012 tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan
 Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan dan Pemisahan (Pasal
122 UUPT, PP No 27 Tahun 1998, PP No 28 Tahun 1999, Kep
Ketua Bapepam No 52/PM/1997 Perat No IX.G.1 )
 Dengan keputusan RUPS
 Harus memperhatikan: kepentingan pemegang saham minoritas,
karyawan PT, kreditur & mitra usaha PT, masyarakat, & persaingan
usaha yg sehat
 Penggabungan & peleburan PT mengakibatkan PT berakhir karena
hukum---tanpa likuidasi PT
 Konsekuensi: aktiva pasiva, pemegang saham beralih kepada PT yg
menerima penggabungan/peleburan
 Pengambilalihan saham: terhadap saham yg telah/akan dikeluarkan
PT, melalui direksi/pemegang saham, menyebabkan beralihnya
saham pengendali - akuisisi
 Pemegang saham yg tidak setuju mempunyai hak untuk meminta
PT membeli sahamya dg harga wajar (Pasal 62)
Jenis akuisisi
1. Akuisisi Saham
2. Akuisisi asset, misalnya alat-alat produksi,
hak milik intelektual
3. Akuisisi Kegiatan, dalam hal ini yang
diakuisisi hanya kegiatan usaha, termasuk
misalnya jaringan usaha
 Pemisahan: murni (seluruh aktiva pasiva beralih, PT
berakhir karena hukum) & tidak murni (sebagian aktiva
pasiva beralih, PT tetap eksis—spin off)
 Pemeriksaan PT (Pasal 138 UUPT)
 Untuk mendapatkan data dalam hal:
- Perseroan melakukan perbuatan melawan hukum yang
merugikan pemegang saham atau pihak ketiga; atau
- anggota Direksi atau Dewan Komisaris melakukan perbuatan
melawan hukum yang merugikan Perseroan atau pemegang saham
atau pihak ketiga.
 Pembagian keuntungan
Dari income PT setelah dikurangi seluruh biaya yang dikeluarkan
 Pembubaran PT (Pasal 142 UUPT):
berdasarkan keputusan RUPS, jangka waktu berdirinya sesuai
dengan AD sudah berakhir, berdasarkan penetapan
pengadilan, dalam hal dicabutnya kepailitan harta pailit PT
tidak cukup untuk membayar biaya kepailitan, harta PT pailit
berada dalam keadaan insolvensi, dicabutnya ijin usaha PT
sehingga mewajibakan PT melakukan likuidasi.
 Berakhirnya PT wajib diikuti dengan likuidasi yang dilakukan
oleh likuidator atau kurator.
 Selesainya likuidasi mengakibatkan PT badan hukum berakhir
BUMN
 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah badan usaha yang
seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara
melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari
kekayaan negara yang dipisahkan.
 Jenis: Persero & Perum
 Modal BUMN berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan
 Kekayaan Negara yang dipisahkan adalah kekayaan negara
yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) untuk dijadikan penyertaan modal negara pada
Persero dan/atau Perum serta perseroan terbatas lainnya.
 Perusahaan Perseroan, yang selanjutnya disebut Persero,
adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang
modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling
sedikit 51 % (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh
Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar
keuntungan.
 Perusahaan Umum, yang selanjutnya disebut Perum, adalah
BUMN yang seluruh modalnya dimiliki negara dan tidak
terbagi atas saham, yang bertujuan untuk kemanfaatan umum
berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi
dan sekaligus mengejar keuntungan berdasarkan prinsip
pengelolaan perusahaan.
 Dilema kekayaan negara yg dipisahkan dlm BUMN –
kekayaan negara atau kekayaan PT BUMN?
 Disharmoni UUBUMN vs UUPT
 UU Keuangan Negara (17/2003) vs UU PT
 Put MK 48/PUU-XI/2013 dan Put MK 62/PUU-XI/2013
– “kekayaan negara”
 Isu: PP 72/2016 Pasal 2A ayat (7) – status anak perusahaan
BUMN
 Organ Persero:
a. RUPS
b. Direksi
c. Komisaris

 Organ Perum:
a. Menteri
b. Direksi
c. Dewan Pengawas
BUMD
 Pemerintah Daerah dapat memiliki BUMD yang
pembentukan, penggabungan, pelepasan kepemilikan,
dan/atau pembubarannya ditetapkan dengan Perda yang
berpedoman pada peraturan perundang-undangan.

 (Pasal 177 UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan


Daerah)
 Perusahaan Daerah
(UU No. 5 tahun 1962 tetang Perusahaan Daerah)
 Perusahaan Daerah ialah semua perusahaan yang didirikan
berdasarkan UU ini yang modalnya untuk seluruhnya atau
untuk sebagian merupakan kekayaan Daerah yang dipisahkan,
kecuali jika ditentukan lain dengan atau berdasarkan UU.
Koperasi
 Landasan Pancasila dan UUD 1945, dg asas kekeluargaan.
 Koperasi: badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau
badan hokum koperasi yang melandaskan kegiatannya berdasarkan
prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang
berdasar atas asas kekeluargaan (Pasal 1 UU 25 Tahun 1992).
 Prinsip: keanggotaan secara sukarela & terbuka, pengelolaan secara
demokratis, pembagian SHU secara adil sesuai jasa anggota,
pemberian balas jasa secara terbatas terhadap modal, dan
kemandirian.
 Jenis: Koperasi Primer & Koperasi Sekunder.
 Pendirian koperasi disesuaikan dengan bentuk koperasinya,
yaitu Koperasi Primer didirikan oleh minimum 20 orang,
sementara koperasi sekunder oleh minimum 3 koperasi.
 Pendirian dengan akta pendirian yang memuat Anggaran
Dasar Koperasi.
 Organ dalam koperasi meliputi Rapat Anggota, Pengurus,
dan Pengawas.
 Rapat Anggota memegang kekuasaan tertinggi dalam
koperasi.
 Pengurus bertugas mengelola usaha koperasi dengan
supervisi dari Pengawas.
 Berakhirnya koperasi:
a. keputusan Rapat Anggota
b. keputusan Pemerintah (bila tidak memenuhi UUK,
kegiatan usaha bertentangan dg tibum &/ kesusilaan,
kelangsungan hidup tidak dapat diharapkan)
Yayasan
 UU No 16 Tahun 2001 sebagaimana telah diubah dengan UU
No 28 Tahun 2004
 Pengertian: suatu badan hukum yg mempunyai maksud &
tujuan bersifat sosial, keagamaan & kemanusiaan, didirikan dg
memperhatikan persyaratan formal yg ditentukan dalam UU
 Pendirian yayasan dg akta notaris
 Status badan hukum diperoleh setelah akta pendirian disahkan
Menteri, diikuti pendaftaran & pengumuman
 Organ: Pembina, Pengurus, Pengawas
 Berakhirnya yayasan: jangka waktu yg ditetapkan berakhir, tujuan
yg ditetapkan tercapai, putusan pengadilan (yayasan melanggar
tibum & kesusilaan, tidak mampu membayar utang setelah
dinyatakan pailit, harta kekayaan yayasan tidak cukup melunasi
utang setelah pernyataan pailit dicabut
PENGERTIAN PERUSAHAAN GRUP
PERUSAHAAN GRUP merupakan gabungan perusahaan-perusahaan
yang secara yuridis mandiri, yang terkait satu sama lain begitu erat, sehingga
membentuk suatu kesatuan ekonomi yang tunduk kepada suatu pimpinan dari
suatu perusahaan induk sebagai pimpinan sentral

KESATUAN EKONOMI INDUK


PERUSAHAAN

ANAK ANAK ANAK


PERUSAHAAN PERUSAHAAN PERUSAHAAN

CUCU CUCU CUCU CUCU


PERUSAHAA PERUSAHAA PERUSAHAA PERUSAHAA
N N N N

BADAN HUKUM
MANDIRI
 Pengertian: suatu susunan perusahaan yg secara yuridis mandiri, satu
dengan lainnya merupakan satu kesatuan ekonomi dipimpin oleh suatu
perusahaan induk.

 Ciri/unsur: secara ekonomi ada kesatuan, secara yuridis jumlah jamak

 Makna pimpianan sentral: pelaksanaan kewenangan yg menentukan


menyangkut kebijakan dan masa depan perusahaan

 Faktor penentu: pemilikan saham, perjanjian, faktor faktual


KONSTRUKSI PERUSAHAAN GRUP
ALASAN PEMBENTUKAN PERUSAHAAN GRUP

ALASAN
PEMBENTUKAN

AKOMODASI
STRATEGI BISNIS
REGULASI

Respon Pelaku
Perintah peraturan
Usaha Terhadap
perundang-
Escape Claused
undangan
Regulasi
 Motif pendirian perusahaan kelompok:
- perluasan usaha
- penyebaran risiko
- persaingan usaha
- kebutuhan modal baru
Konstruksi perusahaan kelompok:

1. Perusahaan induk mempunyai saham pada beberapa perusahaan


anak
2. Perusahaan induk mempunyai sham pada beberapa perusahaan
anak dan perusahaan cucu
3. Dua perusahaan induk mempunyai masing yg saling terikat baik
karena kontrak maupun karena kepemilikan saham
4. Tidak ada perusahaan induk, tetapi perusahaan yg tergabung
saling berpartisipasi dalam modal
KONSTRUKSI PERUSAHAAN GRUP
BERDASARKAN ADA/TIDAKNYA KEGIATAN USAHA INDUK
PERUSAHAAN

HOLDING
COMPANY

Perusahaan grup
OPERATING FINANCIAL
HOLDING COMPANY HOLDING COMPANY

Induk perusahaan menjalankan Induk perusahaan hanya melakukan


kegiatan usaha maupun penyertaan saham pada
mengendalikan anak anak perusahaan, tanpa
perusahaan. Kegiatan usaha melakukan kegiatan pendukung
induk perusahaan biasanya akan maupun kegiatan operasional, sehingga
menentukan jenis izin usaha yang harus induk perusahaan memperoleh
dipenuhi oleh anak perusahaan pendapatan hanya dari dividen yang
tersebut. diberikan oleh anak perusahaan
 Lingkup hukum perusahaan kelompok:
- ekstern (ketentuan yg mengatur kepentingan yg bersifat
hubungan keluar)
- intern (ketentuan yg terkait dg struktur intern perusahaan
kelompok sbg keseluruhan, struktur pimpinan sentral dan
pelaksanaan pimpinan perusahaan kelompok)
 Sifat perusahaan kelompok:
- vertikal: perusahaan yg tersusun merupakan mata rantai dari
perusahaan yg melakukan produksi (integrasi)
- horisontal: perusahaan yg tersusun masing2 bergerak di bidang
usaha yg beragam (diversifikasi/konglomerat)
PEMBENTUKAN
PERUSAHAAN GRUP
PERUSAHAAN

EKSPANSI USAHA

PENDIRIAN ANAK PEMISAHAN


AKUISISI JOINT VENTURE
PERUSAHAAN USAHA

KONSTRUKSI
PERUSAHAAN GRUP
 Bentuk kerjasama perusahaan kelompok:
- fusi/merger
Jenis: - Sisi ekonomi (merger horisontal dan
merger vertikal)
- Metoda terjadinya: merger perusahaan,
merger saham, merger yuridis
- joint venture
Faktor terjadinya adl kehendak bersama, wujudnya perjanjian
- pengambilalihan/akuisisi
= merger. Perbedaan: pada merger perusahaan yg
bekerjasama berada pada level yg sama, pada akuisisi tdk. Dasar
kerjasama pada merger adl kesepakatan dan kesediaan, pada
akuisisi dpt terjadi secara bersahabat atau secara terpaksa.
- pendirian perusahaan anak (alasan suksesi)
KONSTRUKSI PERUSAHAAN GRUP
BERDASARKAN JENIS KEGIATAN USAHA INDUK & ANAK
PERUSAHAAN

GRUP

GRUP VERTIKAL GRUP HORIZONTAL

OTOMO
PABRIK
TIF
KERTAS

DISTRIBU MAKANA KEUANG


PABRIK PABRIK HOTEL
SI N AN
PULP KERTAS
KERTAS
PERKEMBANGAN KONSTRUKSI
PERUSAHAAN GRUP
TAHAP 1 TAHAP 2 TAHAP 3 TAHAP N

Holding
Company

Subholding
Company
 Dalam UU PT No.40/2007 hanya ada 1 pasal mengatur perusahaan grup, yaitu Pasal 84.
 Tetapi, UU No 1 Tahun 1995 telah memuat mengenai kausa lahirnya keterkaitan induk dan anak
perusahaan. Ketentuan ini terdapat pada Memori Penjelasan Pasal 29 UU No 1 Tahun 1995.
 Anak Perusahaan adalah perseroan yang mempunyai hubungan khusus dengan perseroan
lainnya yang terjadi karena:
1) Lebih dari 50% (lima puluh persen) sahamnya dimiliki oleh induk perusahaannya;
2) Lebih dari 50% (lima puluh persen) suara dalam RUPS dikuasai oleh induk perusahaannya;
dan atau
3) Kontrol atas jalannya perseroan, pengangkatan, dan pemberhentian direksi dan komisaris
sangat dipengaruhi oleh induk perusahaannya.
 Hubungan dlm perusahaan kelompok:
1. Perusahaan dg perusahaan kelompok:
- mempunyai hak dan kewajiban sendiri2
- saling memberi jaminan dlm pembiayaan
- pengurus perusahaan anak harus bertindak sesuai arahan dari
alat perlengkapan perusahaan

2. Perusahaan dg pihak ketiga:


- mempunyai hak kewajiban sendiri2
- perusahaan induk dpt turut bertanggung jawab
Lembaga pembiayaan
LEMBA - BANK
GA KONVENSIONA
KEUAN L
- BANK SYARIAH
GAN
BANK

LEMBA
- ASURANSI
GA
LEMBAG - DANA
KEUAN
A PENSIUN
GAN
KEUAN - PEGADAIAN
BUKA
GAN - REKSA DANA
N
- BURSA EFEK
BANK

- SEWA GUNA USAHA


- MODAL VENTURA
LEMBA - ANJAK PIUTANG
- USAHA KARTU
GA KREDIT
PEMBI - PEMBIAYAAN
KONSUMEN
AYAAN - PEMBIAYAAN
PROYEK
PENGATURAN DAN PENGERTIAN LEMBAGA
PEMBIAYAAN
 Pengaturan:
 Kep. Menkeu 1251/KMK.013/1988 tentang Ketentuan dan Tata Cara
Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan;
 Kep. Menkeu 1169/KMK.01/1991 tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha;
 Kep. Menkeu No. 448/KMK.017/2000 tentang Perusahaan Pembiayan;
 Permenkeu 84/PMK.012/2006 tentang Perusahaan Pembiayaan;
 Peraturan Presiden No. 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan
(“Perpres No. 9/2009”).
 Perpres No. 9/2009 mencabut Keppres No. 61 tahun 1988 tentang LP,
yang mengatur hal-hal pokok dari LP. Oleh karenanya, meskipun
Keppresnya telah dicabut, akan tetapi peraturan pelaksanaan dari Perpres
ini masih tetap berlaku asalkan tidak bertentangan dengan perpres ini.
 POJK 29/POJK 05/2014 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan
Pembiayaan
 Lembaga Pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan
kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau
barang modal (Pasal 1 Angka 1 Perpres No. 9/2009).
 Munculnya LP untuk mengimbangi perbankan karena
engusaha kecil kesulitan mengakses dana dari perbankan
terkait 5C (character/integrity, capacity/sufficient cash flow to
service the obligation), colateral (assets to secure the debts), capital
(net worth), condition (the borrower and overall economy) dan lain-
lain.
PERBEDAAN LEMBAGA PEMBIAYAAN
DENGAN
ASPEK LEMBAGA PERBANKAN LEMBAGA PERBANKAN
LEMBAGA
PEMBIAYAAN
Kegiatan Berfokus pada satu jenis Menyediakan banyak layanan atau kegiatan
kegiatan usaha, kecuali untuk
multifinance.

Cara Dilarang menghimpun dana Menghimpun dana secara langsung dari


menghimpun secara langsung dari masyarakat dalam bentuk simpanan.
dana masyarakat dlm bentuk
simpanan.
Jaminan Tidak menekankan aspek Dalam pemberian kredit perbankan lebih
jaminan (non collateral basis). berorientasi pada jaminan (collateral basis).

Kemampuan Tidak dapat menciptakan Tidak dapat menciptakan uang giral yang
menciptakan uang giral mempengaruhi jumlah giral yang beredar di
uang giral masyarakat.

Pengaturan Departemen Keuangan dan Saat ini masih Bank Indonesia sampai
Bank Indonesia. terbentuknya Lembaga Pengawas Jasa Keuangan
.
BENTUK-BENTUK LEMBAGA PEMBIAYAAN
No JENIS KEGIATAN LP BENTUK
LP BADAN
HUKUM LP
1 PERUSAHAAN 1. Sewa Guna Usaha (Leasing).
PEMBIAYAAN 2. Anjak Piutang (Factoring). PT atau Koperasi
3. Usaha Kartu Kredit (Credit Card).
4. Pembiayaan Konsumen (Consumer Finance).

2 PERUSAHAAN 1. Penyertaan Saham ((equity participation). PT atau Koperasi


MODAL VENTURA 2. Obligasi Konversi (quasi equity participation).
3. Pembagian Hasil Usaha (profit/ revenue
sharing).

3 PERUSAHAAN 1. Pemberian Pinjaman Secara Langsung PT atau Koperasi


PEMBIAYAAN (direct lending).
INSFRASTRUKTU 2. Refenicing atas infrastukur yang telah dibiayai
R pihak lain.
3. Pemberian pinjaman sub ordinasi
(subordinated loan).
PEMBATASAN/LARANGAN LP
 Lembaga Pembiayaan dilarang menarik dana secara langsung dari
masyarakat dalam bentuk:
a. Giro;
b. Deposito;
c. Tabungan.
 Lembaga Pembiayaan dapat menerbitkan Surat Sanggup Bayar
(Promissory Note) dengan memenuhi prinsip kehati-hatian (prudential
principle).
Jenis:
 Sewa guna usaha
 Modal ventura
 Anjak piutang
 Pembiayaan proyek
 Pembiayaan konsumen
 Usaha kartu kredit
 Surat berharga
 Perbankan
 Pasar modal
 Kepailitan
 ADR
 HKI
 HPU
Surat berharga
 Surat berharga?
 Di dalam khasanah hukum Indonesia, pengertian tentang
surat berharga itu tidak dijumpai, meskipun demikian istilah
surat berharga dipergunakan dalam beberapa peraturan
perundang-undangan, antara lain :
 Pasal 469 KUHD : “ …..untuk dicurinya atau hilangnya emas,
perak,permata dan lain-lain barang berharga, uang dan surat-
surat berharga, begitupun … dst”
 Pasal 98 UU No.37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan
Penundaan Kewajiban Pembayaran Hutang : “… semua
uang, barang-barang perhiasan, efek dan surat berharga lainnya
dengan memberikan tanda terima ..
 Pasal 1 Angka (10) UU. No. 7 Tahun 1992 Tentang
Perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU. No 10
Tahun 1998, tidak memberikan pengertian surat berharga,
selain hanya menunjuk saja bentuk-bentuk tertentu dari surat
berharga, yaitu : surat pengakuan hutang, wisel, saham, obligasi,
sekuritas kredit, atau setiap derivatifnya, atau kepentingan lain,
atau suatu kewajiban dari penerbit, dalam bentuk yang lazim
diperdagangkan di Pasar Modal atau Pasar Uang.
 Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.
1548/KMK.013/1990 tanggal 4 Desember 1990 yang
mulai berlaku tanggal 9 Januari 1991 tentang Pasar
Modal memberikan pengertian efek yang meliputi setiap surat
pengakuan hutang, surat berharga komersial, saham, obligasi,
sekuritas kredit, tanda bukti hutang, setiap rights, warrant, opsi
atau setiap derivatif dari efek, atau setiap instrumen yang
ditetapkan oleh Bapepam sebagai efek.
 Undang Undang No 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal,
dalam memberikan batasan pengertian tentang efek di dalam
Pasal 1 Angka (5) menyebutkan bahwa Efek adalah surat
berharga, yaitu : surat pengakuan hutang, surat berharga
komersial, saham, obligasi, tanda bukti hutang , unit
penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas
efek dan setiap derivatif dari efek”.
 ……Surat-surat yang bersifat seperti uang tunai, dapat
diperdagangkan, dan sewaktu-waktu dapat ditukarkan dengan
uang tunai. (Wiryono, 1961, h. 29)
 …….adalah surat bukti tuntutan hutang, pembawa hak, dan
mudah diperjual belikan. (Purwosucipto, 1987, h.5) ……
 Emmy Pangaribuan ( 1980 : 11 ) menyatakan bahwa untuk adanya
suatu surat berharga harus dipenuhi syarat-syarat mutlak yaitu,
akta dan nilai yang sama besarnya dengan perikatan
dasar, lebih lanjut dikatakannya bahwa salah satu tujuan
diterbitkannya surat berharga adalah untuk dapat
diperdagangkan, untuk dapat dipindah tangankan dari
satu tangan ke tangan yang lain.
Penggolongan SB
 Surat berharga terbagi dalam tiga golongan, yaitu, satu, surat
berharga yang mengandung hak-hak kebendaan, seperti
konosemen, ceel; kedua, surat berharga yang mengandung
hak-hak keanggotaan, seperti saham; dan ketiga, surat
berharga yang mengandung hak-hak tagihan hutang, seperti
wisel, cek, surat sanggup.
 Surat dapat disebut surat berharga harus memenuhi persyaratan
berikut :
 harus berbentuk surat dan ditandatangani oleh penerbitnya;
 harus mengandung janji tidak bersyarat atau perintah tidak bersyarat untuk
membayar sejumlah uang yang tertentu;
 harus dapat dibayarkan atas penawaran, atau pada waktu tertentu di masa
mendatang, atau pada waktu yang dapat ditentukan di kemudian hari;
 harus dapat dibayarkan kepada seseorang yang disebut dalam surat itu atau
penggantinya atau kepada si pembawa;
 harus menyebutkan nama orang yang harus membayar.
Unsur yang tidak pokok adalah :
 penyebutan perikatan dasar dalam suratnya;
 penanggalan;
 penyebutan tempat penerbitan atau tempat pembayaran.
 Fungsi surat berharga adalah sebagai alat bukti tagihan
hutang, dan sebagai alat untuk dapat diperdagangkan
(memiliki sifat negotiability atau tranferability ).
 Ciri utama dari surat berharga sebagai alat untuk dapat diperdagangkan
yaitu adanya kata-kata khusus yang sering juga disebut magic word,
yaitu, “…. to order (aan order) , ordernya…..”, dan “…… atau
pembawa (aan toonder)”, yang diletakkan setelah atau sebelum nama
penerima pembayaran yang berakibat pada cara pengalihan surat yang
bersangkutan, apakah dengan endosemen dan penyerahan suratnya, atau
penyerahan langsung begitu saja ( hand by hand ) .
 Surat tagihan hutang yang tidak mengandung di dalamnya klausula
aan order ( atas pengganti), atau aan toonder (atas bawa,
atas tunjuk) , surat semacam itu tidak dapat digolongkan
kedalam Surat Berharga ( Waarde Papier ) , melainkan hanya
sebagai Surat Yang Berharga ( Papieren van Waarde ) saja,
dalam arti kata bahwa surat tersebut hanya memupnyai harga atau
nilai atau manfaat bagi yang memilikinya saja dan tidak bagi orang
lain.
HK Perbankan
FINANCIAL INTERMEDIARY
INSTITUTION
STRUKTUR TERKAIT DENGAN STABILITAS KEUANGAN
DARI SEGI KELEMBAGAAN DAN FUNGSI
 UU No. 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-undang
No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan (“UU Perbankan”)
 UU No. 3 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas UU No. 23 Tahun
1999 tentang Bank Indonesia (“UU BI”)
 UU No. 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan
(“UU LPS”), beserta perubahannya
 UU No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (“UU
LPS”)
 Peraturan Bank Indonesia dan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
(“UU OJK”)
 “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya
kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-
bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat banyak” (Pasal 1 Angka 2 UU Perbankan).
Bank – prinsip fractional reserve
 Lembaga tidak memegang uang yang cukup di tangan
untuk membayar kepada semua penyimpan pada waktu
yang bersamaan.
 Meskipun bisnis non bank juga demikian, akan tetapi
berbeda dalam hal cara yang digunakan untuk
memastikan mereka memiliki dana yang cukup di tangan
untuk membayar hutangnya yang jatuh tempo.
 Bank cukup hanya menyediakan sejumlah cadangan
sebagai kas berdasarkan perhitungan-perhitungan
tertentu bahwa tidak lebih dari prosentase kecil
simpanan akan diuangkan dalam waktu tertentu.
 Bank menginvetasikan sisanya ke dalam kredit atau usaha
likuid lainnya.
 Hanya dengan fractional reserve inilah bank dapat
memperoleh keuntungan.
Bank runs system
 Berkaitan dengan definisi fungsional bank sebagai
intermediasi keuangan yang memelihara sistem rekening
di mana transfer kekayaan dilakukan dengan entry
pembukuan, bank berbeda dengan bisnis lainnya dalam
hal bisa terjadi runs dan panics.
 Menurut Pasal 21 ayat (1) UU No. 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas UU
No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, bentuk hukum dari suatu Bank Umum
dapat berupa:
1. Perseroan terbatas
2. Koperasi
3. Perusahaan daerah

Bentuk hukum dari suatu Bank Perkreditan Rakyat dapat berupa salah satu dari:
1. Perusahaan daerah
2. Koperasi
3. Perseroan terbatas
4. Bentuk lain yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah
(Pasal 21 ayat (2) UU Perbankan)
Kepemilikan bank
 Menurut Pasal 22 UU No. 10 Tahun 1998 Bank Umum dapat
didirikan oleh:
 Warga Negara Indonesia dan atau badan hukum Indonesia atau
 Warga Negara Indonesia dan atau badan hukum Indonesia dengan
Warga Negara Asing dan atau badan hukum asing secara kemitraan
 Bank Perkreditan Rakyat hanya dapat didirikan dan dimiliki oleh
Warga Negara Indonesia (WNI), badan hukum Indonesia yang
seluruh pemiliknyaWNI, Pemerintah Daerah atau dapat dimiliki
bersama di antara ketiganya (Pasal 23 UU No. 7 Tahun 1992).
 Pasal 1 Angka 16 UU Perbankan, nasabah bank adalah pihak
yang mengunakan jasa bank.
 Nasabah penyimpan dana adalah nasabah yang menempatkan
dananya di bank dalam bentuk simpanan berdasarkan
perjanjian antara bank dengan nasabah yang bersangkutan
(kreditur, deposan).
 Nasabah debitur adalah nasabah yang memperoleh fasilitas
kredit atau pembiayaan bank berdasarkan prinsip-prinsip
syariah atau dipersamakan dengan itu.
Hubungan antara Bank dengan Nasabah diantaraya:
 Hubungan Kontraktual (Debtor-Creditor Relationship),
 Hubungan Kepercayaan (Fiduciary relation),
 Hubungan Prinsipal dan agen (Agent and principle relation)
Klasifikasi bank
Berdasarkan Fungsinya
 Bank Sentral
 Bank Umum
 BPR

Berdasarkan Sistem Operasional


 Bank Konvensional
 Bank Syariah
Kegiatan usaha bank (Pasal 6):
 menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa
giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan/atau
bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu;
 memberikan kredit;
 Menerbitkan surat pengakuan utang;
Bank Umum dilarang:
 a. melakukan penyertaan modal, kecuali sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 huruf b dan huruf c;
 b. melakukan usaha perasuransian;
 c. melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha dimaksud dalam
Pasal 6 dan Pasal 7.
Prinsip perbankan
 Prinsip kepercayaan (fiduciary principle,fiduciary
relation )
 Prinsip kerahasiaan (confidential principle, confidential
relation)
 Prinsip kehati-hatian (prudential principle, confidential
relation)
 Prinsip mengenal nasabah ( Know Your Customer
Principle ).
7 jenis kepentingan umum sbg alasan utk menerobos prinsip rahasia
bank :
 kepentingan pajak;
 penagihan piutang bank terutama piutang bank milik negara;
 kepentingan peradilan perkara pidana;
 dalam sengketa perdata antara bank dg nasabah;
 informasi antar bank;
 kepentingan ahli waris;
 adanya persetujuan atau kuasa tertulis dari nasabah (Baca . Ps 41 –
44 A UUP).
 Isu: Perpu 1/2017 – Akses informasi keuangan untuk
kepentingan perpajakan
Pasal 2 :
 “Perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan
demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian.”
 Saat ini bagi calon pemohon fasilitas kredit apabila usahanya dapat
menimbulkan dampak negatif maka bank mensyaratkan agar dalam
penjelasan umum undang-undang tersebut menyatakan bahwa
prinsip kehati-hatian harus dipegang teguh, khusus kegiatan
menyalurkan dana masyarakat berupa kredit disempurnakan
dengan peningkatan peranan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL).
 Prinsip KYC adalah prinsip yg diterapkan bank untuk mencermati dan
mengetahui identitas nasabah, memantau kegiatan transaksi nasabah,
termasuk pelaporan transaksi yang diduga mencurigakan ( suspisius
transaction)
 Tujuan :
 Mengenal profil dan karakter transaksi nasabah sehingga secara dini bank
dapat mengidentifikasi transaksi yang mencurigakan tsb;
 Meminimalisasi operasional risk, legal risk, concentration risk dan
reputation risk.
 Transaksi keuangan yang mencurigakan:
 Transaksi keuangan yang menyimpan dari profil, karakteristik atau
kebiasaan pola transaksi dari nasabah yang bersangkutan (UU Tindak
Pidana Pencucian Uang, Pasal 1 angka 7.
Bank Sentral
 Pasal 7 UU Bank Indonesia yang diubah, menyebutkan bahwa tujuan
Bank Indonesia adalah mencapai dan menjaga kestabilan nilai rupiah
(Pasal 7 UU BI)
 Untuk mencapai tujuan itu Bank Indonesia mempunyai tugas, yaitu:
 menetapakan dan melaksanakan kebijakan moneter,
 mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran,
 mengatur dan mengawasi perbankan (Pasal 8 UU BI)
 Otoritas Jasa Keuangan telah terbentuk maka fungsi atau tugas BI untuk
mengatur dan mengawasi perbankan akan dialihkan ke OJK (Pasal 34
UU BI).
Umumnya diberbagai negara peranan bank sentral di dalam
sistem keuangan dan perekonomian meliputi:
 mengontrol peredaran uang
 menjaga stabilisasi pasar uang dan pasar modal
 memberikan jasa peminjaman terakhir (lender of last resort).
Atau, bertindak sebagai bankir bank umum dalam negeri
(banker’s bank)
 mejaga mekanisme pembayaran
 mengawasi sistem perbankan
 Lembaga yang independen dan bebas dari campur tangan
pihak lain yang mempunyai fungsi, tugas dan wewenang
pengaturan, pengawasan, pemeriksaan dan penyidikan.
 OJK berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan
pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan
di dalam sektor jasa keuangan.
 Lembaga Jasa Keuangan adalah lembaga yang melaksanakan
kegiatan di sektor Perbankan, Pasar Modal,Perasuransian,
Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa
Keuangan Lainnya
 LPS mempunyai tugas antara lain:
 merumuskan dan menetapkan kebijakan pelaksanaan penjaminan
 melaksanakan penjaminan simpanan
 merumuskan dan menetapkan kebijakan dalam rangka turut aktif
memelihara sistem perbankan
 merumuskan, menetapkan, dan melaksanakan kebijakan
penyelesaian Bank Gagal (bank resolution) yang tidak berdampak
sistemik
 melaksanakan penanganan bank gagal yang berdampak sistemik.
 (Pasal 5 UU LPS)
 LPS diberi kewenangan antara lain:
 menetapakan dan memungut premi penjaminan;
 menetapkan dan memungut kontribusi pada saat bank pertama kali menjadi peserta;
 melakukan pengelolaan kekayaan dan kewajiban LPS;
 mendapatkan data simpanan nasabah, data kesehatan bank, laporan keuangan bank, dan laporan hasil
pemeriksaan bank sepanjang tidak melanggar kerahasian bank;
 melakukan rekonsilasi, verifikasi, dan atau konfirmasi atas data sebagaimana dimaksud pada huruf d;
 menetapkan syarat, tatacara, dan ketentuan pembayaran klaim;
 menunjuk, menguasakan, dan atau menugaskan pihak lain untuk bertindak bagi kepentingan dan
atau atas LPS, guna melaksanakan sebagian tugas tertentu;
 melakukan penyuluhan kepada bank dan masyarakat tentang penjaminan simpanan; dan
 menjatuhkan sanksi administratif
 Pasal 6 UU LPS

Anda mungkin juga menyukai