DOSEN PENGAMPU : LIFIA FEBY WULANDARI,S. H, M. H NAMA : HADITIA OKTAVIANU NIM :223004010058
a) Perusahaan Perseorangan (Usaha Dagang)
Perusahaan perseorangan menurut Indriyono (2005) merupakan bentuk badan usaha tanpa ada pembedaan pemilikan antara hak milik pribadi engan hak milik perusahaan. Menurut Swasta (2002), perusahaan perseorangan adalah salah satu bentuk usaha yang dimiliki oleh seseorang dan ia bertanggung jawab sepenuhnya terhadap semua resiko dan kegiatan perusahaan. Dengan tidak adanya pemisahan pemilikan antara hak milik pribadi dengan milik perusahaan, maka harta benda pribadi juga merupakan kekayaan perusahaan, yang setiap saat harus menanggung utang-utang perusahaan. Perusahaan Perorangan atau Usaha Dagang (UD) yang merupakan bentuk usaha paling sederhana adalah usaha swasta yang pengusahanya satu orang, Yang dimaksud dengan pengusaha di sini adalah pemilik perusahaan. Modal atau investasi yang dimaksud dapat berupa uang, benda, atau tenaga (keahlian), yang semuanya bernilai uang. Kemungkinan, bahkan sering terjadi, di dalam operasionalnya sebuah perusahaaan perorangan melibatkan banyak orang. Orang-orang tersebut merupakan pekerja atau buruh, sedangkan pengusaha atau pemilik perusahaan tetap jumlahnya tunggal. Artinya, yang bertanggung jawab, menanggung risiko, dan menikmati keuntungan hanya satu orang saja, sedangkan yang lainnya adalah orang yang bekerja di bawah pimpinan pengusaha dengan menerima upah. Peraturan Perundangan: tidak ada peraturan untuk pendirian perusahaan perseorangan, yang diperlukan hanya izin permohonan dari kantor perizinan setempat. Kelebihan dari perusahaan perseorangan ialah memiliki kebebasan dalam bergerak, tidak dipungut pajak perusahaan namun hanya pajak pemilik, penguasaan sepenuhnya terhadap keuntungan yang diperoleh, proses pengambilang keputusan dapat dilakukan dengan cepat, penanganan aspek hukum yang minim. Sedangakan kelemahan dari perusahaan perseorangan ialah menanggung tanggung jawab hukum yang tak terbatas, keterbatasan kemampuan keuangan, kontinuitas kerja karyawan serta manjaerial. b) Persekutuan Perdata Dalam kitab undang-undang hukum perdata disebutkan persekutuan perdata adalah suatu perjanjian dengan mana 2 (dua) orang atau lebih mengingatkan diri untuk memasukan sesuatu ke dalam persekutuan dengan maksud untuk membagi keuntungan atau kemamfaatan yang diperoleh karenanya. (lihat pasal 1618 kitab undang-undang hukum perdata) Dari rumusan diatas dapat diketahui cirri-ciri persekutuan perdata,yaitu adanya: a. Perjanjian antara 2 (dua) orang atau lebih; b. Memsukan sesuatu (inbreg); c. Tujuan untuk membagi keuntungan atau kemanfaatan. Apabila dicermati pengertian persekutuan seperti yang diatur dalam pasal 1618 kitab undang-undang hukum perdata. tampak bahwa pendiriyan persekutuan perdata dapat Dilakukan secara lisan atau tertulis. Demikian juga halnya bila dicermati dalam pasal 1624 kotab undang- undang hukum perdata dapat diketahui bahwa persekutuan perdata berdiri sejak adanya kesepakatan diantara para pendiri atau pada saat perdirinya ditentukan dalam anggaran dasar persekutuan. Namun demikian, jika hendak mendirikan persekutuan perdata ada syarat yang harus dipenuhi, yakni: a. Tidak dilarang oleh undang – undang ; b. Tidak bertantangan dengan tata susila atau ketertiban umum ; c. Tujuannya adalah kepentingan bersama , untuk mencari ke untungan 3 .persekutuan perdata bukan badan hukum c) Firma Pengertian Firma secara sederhana dijabarkan dalam Pasal 16 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang Firma adalah tiap-tiap persekutuan perdata yang didirikan untuk menjalankan perusahaan dengan nama bersama. Rumusan lengkap dijabarkan dalam pasa 16, Pasal 17 dan Pasal 18 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang. Firma adalah suatu persekutuan yang menyelenggarakan perusahaan atas nama bersama di mana tiap-tiap Firma yang tidak dikecualikan satu dengan yang lain dapat mengikatkan Firma dengan pihak ketiga dan mereka masing-masing bertanggungjawab atas seluruh hutang Firma secara renteng. Jadi, ciri-ciri Firma adalah: a. Menyelenggarakan perusahaan b. Mempunyai nama bersama; c. Adanya tanggungjawab renteng (tanggung- menanggung); d. Pada asasnya tiap-tiap pesero dapat mengikat Firma dengan pihak ketiga. Pendirian firma telah dijabarkan dalam Pasal 22 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang yang mengemukakan: “Tiap-tiap perseroan Firma harus didirikan dengan akta autentik, akan tetapi ketiadaan akta yang tidak dapat dikemukakan untuk merugikan pihak ketiga.” dari rumusan pasal 22 tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendirian Firma bentuknya bebas, dalam arti dapat didirikan dengan akta ataupun cukup secara lisan. Akan tetapi, dalam praktek dibuat dengan akta notaris. Fungsi akta dalam hal ini adalah sebaai alat bukti jika ada perselisihan antar para pihak, baik intern maupun ekstern Firma. Adapun latar belakang munculnya Pasal 22 Kitab Undang- Undang Hukum Dagang tampaknya pembentuk undang- undang berharap agar: 1. Firma yang didirikan bersifat terang-terangan; 2. Ada kepasatian hukum dalam pendirian Firma; 3. Firma sebagai persekutuan menjalankan perusahaan; 4. Perlu ada bukti tulisan. d) Persekutuan Komanditer (CV) Persekutuan komanditer (CV) merupakan suatu bentuk perjanjian kerja sama untuk berusaha bersama antara orang-orang yang bersedia memimpin, mengatur perusahaan, dan memiliki tanggung jawab penuh dengan kekayaan pribadinya, dengan orang-orang yang memberikan pinjaman, dan tidak bersedia memimpin perusahaan, serta memiliki bertanggung tanggung jawab terbatas pada kekayaan yang diikutsertakan dalam perusahaan tersebut. Dengan perkataan lain Commanditaire Vennootschap (CV) adalah sebuah perusahaan yang dibentuk oleh dua orang atau lebih, sehingga dalam CV, ada dua macam anggota, yaitu: anggota aktif dan anggota pasif. Anggota aktif merupakan anggota yang mengelola usahanya serta bertanggung jawab penuh terhadap utang perusahaan, sedangkan anggota pasif merupakan anggota yang hanya menyetorkan modalnya saja dan tidak ikut mengelola perusahaan, bertanggung jawab sebatas pada modal yang disetorkan saja. Peraturan Perundangan: Ketentuan-ketentuan tentang Perserikatan Komanditer (CV) diatur dalam Pasal 19 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang yang bunyinya : “Persekutuan secara melepas uang yang dinamakan persekutuan komanditer didirikan antara satu orang atau beberapa sekutu yang secara tanggung-menanggung bertanggung jawab untuk seluruhnya pada pihak satu dan satu orang atau lebih sebagai pelepas uang pada pihak lain”. e) Perseroan Terbatas Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut perseroan adalah badan hukum yang didirikan berdasarkan perjanjian,melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham,dan memenuhi persaratan yang di tetapkan dalam undang undang ini serta peraturan pelaksanaanya. Untuk mendirikan Perseroan Terbatas (PT) harus memenuhi syarat formal. Hal ini dijabarkan dalam pasal 7 ayat (1) Undang Undang Perseroan Terbatas yang mengemukakan: “Perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih dengan akta notaris yang dibuat dalam bahasa Indonesia.” Pasal 7 ayat (2): “Setiap pendiri-pendiri perseroan wajib mengambil bagian saham pada saat perseroan didirikan.” Sedang syarat materialnya dijabarkan dalam pasal 24 dan pasal 25 Undang-Undang Perseroan Terbatas yang pada intinya mengemukakan: 1. Modal dasar perseroan terdiri atas seluruh nilai nominal saham. 2. Saham dapat atas nama atau tunjuk. 3. Modal dasar paling sedikit Rp 20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) 4. Modal terbagi dalam nominal saham. 5. 25% (dua puluh lima persen) modal harus ditetapkan atau disetujui oleh para pendiri. Jika semua persyaratan telah dipenuhi oleh para pendiri, maka perseroan terbatas (PT) menjadi badan hukum, yakni: 1. Akta Pendirian dan Anggaran Dasar sudah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia. 2. Pengesahan Anggaran Dasar telah diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia (TBNRI) 3. Akta pengesahan telah didaftarkan dalam daftar perusahaan (di kantor perdagangan) di wilayah hukum mana Perseroan Terbatas (PT) berdomisili. f) Koperasi Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang–seorang atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas keluargaan . Dari rumusan ini, terlihat koperasi sebagai badan usaha baranggotakan dari: 1. Orang perorangan dan atau 2. Badan Hukum Koperasi. Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perokonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil, dan makmur berdasarkan pancasila dan undang- undang dasar 1945. Oleh karana itu, jika dibandingkan dengan badan usaha lain, koperasi mempunyai karakteristik tersendiri . Hal ini tampak dari asas yang melandasi koperasi sebagai badan usaha yakni asas kekeluargaan. Selain itu, dalam koperasi ada beberapa perinsip dasar yang harus dipatuhi oleh anggota koperasi. Hal ini ditegaskan dalam pasal 5 ayat (1) Undang- Undang Koperasi sebagai berikut: a. Keanggotaan koperasi bersikap suka rela dan terbuka; b. Pengelolaan koperasi di lakukan secara demokratis; c. Pembagian sisa hasil usaha dilakukan adil dan sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota; d. Memberian balas jasa yang terbatas terhadap modal; e. Kemandirian. g) Yayasan Yayasan sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (1) Undang- Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan junto Undang- UndangNomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 16 Tahun 2001 adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial , keagamaan, dan kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota. Tujuan yayasan haruslah bersifat idealistis, sosial dan kemanusiaan. Keberadaan yayasan disebabkan oleh sifat dan tujuannya yang bukan komersial. Berbagai kemudahan yang diperoleh yayasan seperti kemudahan dalam pendiriannya, cara pengumpulan dana, sumbangan dari masyarakat, subsidi pemerintah dan fasilitas perpajakan tidak terpisahkan dari tujuan yayasan yang bersifat sosila dan kemanusiaan itu. Hal ini lebih jelas terlihat dari pendirian yayasan yang tidak boleh bertujuan melakukan pemberian/ kontra prestasi kepada para pendiri atau para pengurusnya, ataupun kepada pihak ketiga kecuali bila yang disebut terakhir ini dilakukan dengan tujuan sosial.