Anda di halaman 1dari 12

RUANG LINGKUP PUBLIC RELATIONS

A. Fungsi PR

Kadar Nurjaman dan Khaerul Umam dalam Maria (2002:31) menjelaskan “PR merupakan satu bagian
dari satu napas yang sama dalam organisasi tersebut, dan harus memberi identitas organisasinya dengan
tepat dan benar serta mampu mengomunikasikannya sehingga publik menaruh kepercayaan dan
mempunyai pengertian yang jelas dan benar terhadap organisasi tersebut.” Berikut sekadar gambaran
tentang fungsi PR, yaitu:

1) Kegiatan yang bertujuan memperoleh itikad baik, kepercayaan, saling pengertian, dan citra yang
baik dari publik atau masyarakat pada umumnya.

2) Memiliki sasaran untuk menciptakan opini publik yang bisa diterima dan menguntungkan semua
pihak.

3) Unsur penting dalam manajemen guna mencapai tujuan yang spesifik, sesuai harapan publik,
tetapi merupakan kekhasan organisasi atau perusahaan. Organisasi memiliki warna, budaya, citra,
suasana, yang kondusif dan menyenangkan, kinerja meningkat, dan produktivitas yang bisa dicapai secara
optimal.

4) Usaha menciptakan hubungan yang harmonis antara organisasi atau perusahaan dengan
publiknya, sekaligus menciptakan opini publik sebagai efeknya, yang sangat berguna sebagai input bagi
organisasi atau perusahaan yang bersangkutan.

Dapat disimpulkan bahwa PR lebih berorientasi pada pihak perusahaan untuk membangun citra positif
perusahaan, dan hasil yang lebih baik dari sebelumnya karena mendapatkan opini dan kritik dari
konsumen. Akan tetapi, fungsi PR yang dilaksanakan dengan baik benar-benar merupakan alat yang
ampuh untuk memperbaiki, mengembangkan peraturan, budaya organisasi, atau perusahaan, dan suasana
kerja yang kondusif, serta peka terhadap karyawan, diperlukan pendekatan khusus dan motivasi dalam
meningkatkan kinerjanya. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa fungsi PR adalah memelihara,
mengembangbiakkan, mempertahankan komunikasi timbal balik yang diperlukan dalam menangani,
mengatasi masalah yang muncul, atau meminimalkan munculnya masalah.

Ruang lingkup PR dalam sebuah ornganisasi/lembaga antara lain meliputi aktivitas sebagai berikut:
Pertama, membina hubungan ke dalam (publik internal), yang dimaksud dengan publik internal adalah
publik yang menjadi bagian dari unit/badan/perusahaan atau organisasi itu sendiri. Seorang PR harus
mampu mengidentifikasi atau mengenali hal-hal yang menimbulkan gambaran negatif di dalam
masyarakat, sebelum kebijakan itu dijalankan oleh organisasi. Kedua, membina hubungan ke luar (publik
eksternal), merupakan publik umum (masyarakat), mengusahakan tumbuhnya sikap dan gambaran publik
yang positif terhadap lembaga yang diwakilnya. (Ruslan, 2010:22-23)

Sedangkan menurut Cutlip-Center-Broom di dalam buku Effective Public Relations yang dikutip oleh
Morissan, M.A. (2008: 13) menjelaskan bahwa ruang lingkup public relations mencakup tujuh bidang
pekerjaan yaitu: publisitas, iklan, press agentry, public affairs, manajemen isu, lobi, dan hubungan
investor. Sebagaimana dikemukakan: “The contemporary meaning and practice of public relations
includes all of the following activities and specialties (publicity, advertising, press agentry, public affairs,
issues management, lobbying and investor relations)”. Sementara, Wahidin Saputra dan Rulli Nasrullah di
dalam bukunya yang berjudul “Public Relations 2.0 Teori dan Praktik Public Relations di Era Cyber”
(Saputra dan Nasrullah, 2011: 54-59) membagi ruang lingkup public relations berdasarkan jenis
organisasi yang pada garis besarnya adalah humas pemerintah, humas perusahaan , dan humas
internasional.

B. Humas Pemerintah, Perusahaan, dan Internasional

Humas Pemerintah

Lembaga-lembaga pemerintah pusat sampai tingkat daerah dilengkapi dengan bagian humas untuk
mengelola informasi dan opini public. Informasi mengenai kebijaksanaan pemerintah disebarkan seluas-
luasnya, dan opini public dikaji dan diteliti seefektif-efektifnya untuk keperluan pengambilan keputusan
dan penentuan kebijaksanaan berikutnya. Wahidin Saputra dan Rulli Nasrullah mengutip Sam Black
dalam bukunya, “Practical Public Relations” mengklarifikasikan humas menjadi humas pemerintah pusat
(center government) dan humas pemerintahan daerah (local government). (Saputra dan Nasrullah, 2011:
54-59)

a) Humas Pemerintah Pusat. Humas pemerintah pusat umumnya bertempat di departemen-


departemen, serta badan-badan yang termasuk pemerintah pusat. Tugas humas pemerintahan pusat adalah
menyebarkan informasi secara teratur mengenai kebijaksanaan, perencanaan, dan hasil yang telah dicapai;
kedua, menerangkan dan mendidik publik mengenai perundang-undangan, peraturan-peraturan, dan hal-
hal yang bersangkutan dengan kehidupan rakyat sehari-hari.

b) Humas Pemerintah Daerah. Humas pemerintah daerah pada hakikatnya sama saja dengan humas
pemerintah pusat, dalam rangka pengorganisasian dan mekanisme kerja. Bedanya hanyalah dalam ruang
lingkup.
Humas Perusahaan

Perusahaan merupakan organisasi yang memiliki kekhasan dalam sifat, fungsi dan tujuannya maka humas
perusahaan mempunyai kekhasan pula, meskipun dalam aspek-aspek tertentu terdapat persamaan dengan
jenis-jenis humas lainnya. Bagian humas menjalankan suatau program dari perusahaan atau industri untuk
memperkenalkan hasil-hasil produksi dari perusahaan tersebut atau memperluas distribusi barang atau
jasa perusahaannya dalam publik serta menjaga nama baik dari perusahaan itu dalam masyarakat. Tidak
hanya itu humas suatu perusahaan selain mengadakan analisa-analisa, juga perlu mengadakan program
yang teratur memberi penerangan kepada masyarakat mengenai beberapa keadaan dan kemajuan dari
perusahaannya.

Melalui PR manajemen organisasi melakukan aktivitas komunikasinya, baik itu kepada publik internal
seperti karyawan, manajemen dan publik eksternal seperti masyarakat sekitar dan konsumen. Segala
macam informasi yang menyangkut keberadaan dan operasional perusahaan, arus keluar masuknya
melalui PR. Dalam kaitan ini PR dipandang memiliki fungsi vital sebagai suatu jembatan antara
organisasi dengan publik. Dari PR inilah manajemen dapat menerima dan mengolah informasi yang ada
untuk kemudian mengambilan keputusan strategis dalam rangka mengembangkan perusahaan. Seperti
pandangan Garry L. Kreps (Kreps, 1989 : 265) yang menyatakan:

“Leaders need information about organizational activities to direct succesfully innovation and accomplish
system-wide organizational development. Public relations efforts can provide leaders with relevant
information about environ mental constraints and internal organizational issues for use in guiding
organizational adaptation”. (Aswad Ishak, 2012: 378)

Humas Internasional

Lahirnya humas internasional disebabkan oleh adanya perubahan sangat cepat di dalam segala bidang,
misalnya perkembangan bidang pariwisata, bidang komunikasi, transportasi, tukar menukar dibidang
pendidikan seperti pertukaran dosen dan mahasiswa, timbulnya masalah internasional, dalam bidang
ekonomi, politik dan sebagainya. Saputra dan Nasrullah mengutip pernyataan John W. Hill, seorang
Amerika yang dianggap pelopor dalam mengembangkan humas internasional, mengatakan bahwa humas
internasional akan berkembang pesat apabila suasananya didukung oleh tiga unsur dominan, yakni : a)
Pemerintah yang mapan dan demokratis. b) Sistem ekonomi yang memungkinkan dikembangkan
perusahaan pribadi dan digalakannya persaingan disegala lapangan yang menuntut kerja keras. c) Media
yang besar dan merdeka, yang memperoleh pengawasan pemerintah secara minimal. (Saputra dan
Nasrullah, 2011: 59)
C. Tujuan PR

Secara keseluruhan, tujuan PR adalah menciptakan citra baik perusahaan sehingga dapat menghasilkan
kesetiaan public terhadap produk yang ditawarkan oleh perusahaan. Frida Kusumastuti (2002:20),
mengemukakan tujuan dari PR adalah:

1) Terpelihara dan terbentuknya saling pengertian (Aspek Kognisi). Saling pengertian dimulai dari
saling mengenal atau mengetahui satu sama lain. Baik mengenal kebutuhan, kepentingan, harapan,
maupun budaya masing-masing. Dengan demikian, PR harus menunjukkan adanya usaha untuk saling
mengenal dan mengerti antara publik dan organisasi. Sifat komunikasinya cenderung informatif yaitu
dengan memberikan informasi kepada publik tentang organisasi, baik menyangkut isu-isu ataupun
kegiaatan yang diadakan organisasi.

2) Menjaga dan membentuk saling percaya (Aspek Afeksi). Untuk mencapai tujuan saling percaya,
seorang humas harus menerapkan prinsip-prinsip komunikasi persuasif. Dengan ketulusan/kebaikan,
seorang humas harus mampu mempersuasi publik untuk percaya kepada organisasi, sebaliknya juga
organisasi untuk percaya kepada publiknya. Misalnya, hubungan dengan pers, seorang humas
memberikan informasi kepada organisasi dan pers. Seorang humas harus mampu meyakinkan kedua
belah pihak untuk dapat menerima dan menghormati kepentingan masing-masing. Selain itu juga harus
mampu meyakinkan bahwa publisitas yang buruk merupakan suatu halangan bagi pihak organisasi.

3) Memelihara dan menciptakan kerjasama (Aspek Psikomotoris). Tujuan berikutnya adalah dengan
komunikasi diharapkan akan terbentuknya bantuan dan kerjasama nyata. Artinya, bantuan dan kerjasama
ini sudah dalam bentuk perilaku atau termanifestasikan dalam bentuk tindakan. Misalnya, hubungan
dengan pers, seorang PR sebagai wakil organisasi senantiasa terbuka terhadap pers yang menginginkan
fakta, tidak mempersulit kerja pers dalam mendapatkan informasi dan menghubungi sumber berita, serta
bila mungkin humas memberi ide kepada pers.

Frank Jefkins (1995:63) merinci lagi tujuan dari PR adalah sebagai berikut :

1) Mengubah citra umum di mata masyarakat sehubungan dengan adanya kegiatan-kegiatan baru
yang dilakukan oleh perusahaan.

2) Meningkatkan bobot kualitas para calon pegawai.

3) Menyebarluaskan cerita sukses yang telah dicapai perusahaan kepada masyarakat dalam rangka
mendapatkan pengakuan.

4) Memperkenalkan perusahaan kepada masyarakat luas, serta membuka pangsa pasar baru.
5) Mempersiapkan dan mengondisikan masyarakat bursa saham atas rencana perusahaan untuk
menerbitkan saham baru atau saham tambahan.

6) Memperbaiki hubungan antara perusahaan dan masyarakatnya, berkaitan dengan terjadinya suatu
peristiwa yang mengakibatkan kecaman, kesangsian, atau salah paham di kalangan masyarakat terhadap
niat baik perusahaan.

7) Mendidik konsumen agar lebih efektif dan mengerti dalam memanfaatkan produk-produk
perusahaan.

8) Meyakinkan masyarakat bahwa perusahaan mampu bertahan atau bangkit kembali setelah
terjadinya suatu krisis.

9) Meningkatkan kemampuan dan ketahanan perusahaan dalam menghadapi risiko pengambil alihan
oleh pihak lain.

10) Menciptakan identitas perusahaan yang baru.

11) Menyebarluaskan informasi mengenai aktivitas dan partisipasi para pimpinan perusahaan
organisasi dalam kehidupan sosial sehari-hari.

12) Mendukung keterlibatan perusahaan sebagai sponsor dari suatu acara.

13) Memastikan bahwa para politisi benar-benar memahami kegiatan-kegiatan atau produk
perusahaan yang positif, agar perusahaan yang bersangkutan terhindar dari peraturan, undang-undang,
dan kebijakan pemerintah yang merugikan.

14) Menyebarluaskan kegiatan-kegiatan riset yang telah dilakukan perusahaan agar masyarakat luas
mengetahui betapa perusahaan itu mengutamakan kualitas berbagai hal.

Menurut Danandjaja (2011:22), tujuan dari adanya PR dibagi berdasarkan kegiatannya. Adapun
pembagian dari kegiatan PR yaitu:

1) Internal Public Relations, Tujuan PR berdasarkan kegiatan internal relations yaitu mencakup: a)
Mengadakan suatu penilaian terhadap sikap tingkah laku dan opini publik terhadap perusahaan, terutama
sekali ditujukan kepada kebijaksanaan perusahaan yang sedang dijalankan. b) Mengadakan suatu analisa
dan perbaikan terhadap kebijaksanaan yang sedang dijalankan, guna mencapai mencapai tujuan yang
ditetapkan perusahaan dengan tidak melupakan kepeningan publik. c) Memberikan penerangan kepada
publik karyawan mengenai suatu kebijaksanaan perusahaan yang bersifat obyektif serta menyangkut
kepada berbagai aktivitas rutin perusahaan, juga menjelaskan mengenai perkembangan perusahaan
tersebut. Dimana pada tahap selanjutnya diharapkan publik karyawan tetap well inform. d) Merencanakan
bagi penyusunan suatu staff yang efektif bagi penugasan yang bersifat internal publik relations dalam
perusahaan.

Berdasarkan uraian tersebut bahwa dalam mencapai tujuan yang diinginkan, seorang pimpinan harus
selalu berorientasi kepada kepentingan publik. Seorang public relationpun harus bersifat obyektif agar
publik tetap mau menerima kebijakan perusahaan dengan sikap terbuka.

2) Eksternal Public Relations. Tujuan dari public PR berdasarkan kegiatan eksternal relations,
dimaksudkan untuk mendapatkan dukungan dari publik. Secara praktis tujuan dari eksternal public
relations yaitu menyelenggarakan komunikasi yang efektif dimana mempunyai sifat informatif dan
persuasif, guna memperoleh dukungan publik ataupun juga merubah pendapat publik sesuai dengan yang
diinginkan oleh komunikator. Mengenai istilah informatif itu sendiri, dalam kegiatan komunikasinya,
dimaksudkan agar seorang petugas public relation harus dapat menumbuhkan pengertian yang jelas
terhadap pesan komunikasi yang disampaikan itu kepada publik. Sehingga pada tahap selanjutnya, tidak
akan menimbulkan perbedaan pendapat pada diri publik ketika menerima pesan komunikasi itu.
Kemudian istilah persuasif itu sendiri dimaksudkan agar seorang petugas public relation dalam rangka
mempengaruhi publik melalui penyajian pesan komunikasi yang disampaikannya tidak boleh dilakukan
secara paksaan. Artinya perkataan ketika mempengaruhi publik, penyajian pesan komunikasi itu harus
dapat menumbuhkan kesadaran dalam diri publik sehingga pada tahap selanjutnya ketika publik
mengadakan aksi, seolah-olah kegiatan yang dilakukannya timbul dari dalam dirinya berdasarkan
kemauan sendiri, bukan akibat dari penerimaan pesan komunikasi itu.

D. Strategi PR

Menurut Keith Butterick dalam bukunya Pengantar Public Relation: Teori dan Praktik (2012:153-154)
menyatakan bahwa strategi PR adalah pendekatan menyeluruh bagi sebuah kampanye atau program dan
penjelasan rasional di belakang program taktis dan akan didikte dan ditentukan oleh persoalan yang
muncul dari analisis dan penelitian. Inilah dasar terbangunnya program taktis dan memindahkan
perusahaan dari posisi yang ada sekarang menuju pada posisi yang diinginkan pada akhir program.

Berbagai macam aktivitas manusia pasti mempraktekkan PR seperti manusia yang bergabung dalam suatu
organisasi, menghadiri undangan dan lain yang merupakan kegiatan PR yaitu mempengaruhi orang yang
mempunyai berbagai kepentingan dari orang lain. PR dapat mengidentifikasi permasalahan yang timbul
dengan kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh perusahaan dengan menitik beratkan pembahasan pada
identifikasi tingkat kesadaran konsumen, sikap dan persepsi konsumen terhadap produk dan layanan
yang ditawarkan perusahaan. Hasil identifikasi kemudian dijadikan sebagai bahan pertimbangan
perusahaan untuk menerapkan strategi yang sesuai Tugas yang diembankan pada PR dibutuhkan
kreativitas yang tinggi sehingga seorang PR dapat membuat strategi dalam penjualan jasa /produk
terhadap konsumen (eksternal) serta terus melakukan inovasi guna mempertahankan citra yang baik
terhadap lembaga atau organisasi ditengah-tengah masyarakat. pada era globalisasi saat sekarang.

Selanjutnya, Ahmad S. Adnan Putra, pakar humas naskah workshop yang berjudul, “Public Relations
Strategi” (Ruslan, 1998 : 123) mengatakan bahwa strategi adalah bagian terpadu dari suatu rencana
(plan), rencana merupakan produk dari suatu perencanaan (planing) yang pada akhirnya perencanaan
adalah salah satu fungsi dasar dari manajemen. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, PR bertujuan untuk
menegakkan dan mengembangkan suatu citra yang menguntungkan (favourable image) bagi organisasi,
perusahaan atau produk dan jasa terhadap pihak yang berkepentingan (Stokholder) sebagai sasaran yang
terkait yaitu public internal dan eksternal.

Untuk memperoleh kepercayaan, saling pengertian dan citra yang baik dari masyarakat maka PR dapat
menerapkan strategi yang telah ditentukan oleh manajemen perusahaan. Hal ini berpijak pada teori Kasali
dalam Soemirat dan Elvinardo (2004 ; 92) menyatakan bahwa : Pertama, PR dapat memberikan
kontribusinya dalam strategic management melalui dua cara yaitu melakukan tugas sebagai bagian dari
strategic management keseluruhan organisasi. Keterlibatan PR dalam proses menyeluruh ini akan
memberi manfaat besar bagi organisasi dan PR itu sendiri.

Kedua, PR dapat berperan dalam strategic management dalam mengelola kegiatannya secara strategis.
Untuk mencapai tujuan tersebut strategi kegiatan PR semestinya diarahkan pada persepsi para stockholder
agar sikap dan tindakan mereka sesuai dengan yang diinginkan. Bila strategi ini berhasil maka akan
diperoleh sikap dan tindakan yang menguntungkan dari stockholder yang akhirnya akan tercipta suatu
opini dan citra yang baik.

Dari itu, PR harus memiliki pola pikir dan strategic yang banyak membutuhkan masukan-masukan dan
memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi antara satu dengan yang lainya sehingga dapat menerapkan,
mengimplementasikan dan mengontrol strategi yang paling handal. PR dituntut untuk berfikir strategic
pada tingkat yang tinggi serta kompleks serta akan memunculkan suatu kebutuhan model yang lebih
terstruktur dan sistematis akan membantu membuat kepuasan untuk lebih sederhana dalam menganalisa
permasalahan serta merumuskan sesuatu strategi yang baik juga mampu memberikan hasil yang
memuaskan. Adapun tahap-tahap dalam kegiatan strategi public relations. (Artis, 2011:188-190)
Dalam proses penyusunan strategi public relations, menurut Ahmad S. Adnansaputra berkaitan dengan
fungsi-fungsi PR secara integral melekat pada manajemen suatu perusahaan atau organisasi sebagai
berikut: a) Mengidentifikasi permasalahan yang muncul. b) Identifikasi unit-unit sasarannya. c)
Mengevaluasi mengenai pola dan kadar sikap tindak unit sebagai sasarannya. d) Mengidentifikasi tentang
struktur kekuasaan pada unit sasaran. e) Pemilihan opsi atau unsur taktikal strategi public relations. f)
Mengidentifikasi dan evaluasi terhadap perubahan kebijakan atau peraturan pemerintah. g) Menjabarkan
strategi public relations dan taktik atau cara menerapkan langkah-langkah program yang telah
direncanakan, dilaksanakan, mengkomunikasikan dan mengevaluasi hasil kerja. (Ruslan, 1998: 134)

E. Publik dalam PR

Publik adalah khalayak yang menjadi sasaran kegiatan PR. Menurut Jefkins (1995) publik dalam PR
adalah kelompok orang yang berkomunikasi dengan suatu organisasi baik internal maupun eksternal.
Mereka inilah kelompok yang bisa membuat opini atau ekspresi/anggapan yang baik maupun merugikan
perusahaan. Mereka juga dapat mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan baik secara ekonomi,
sosial dan budaya. (Trihastuti, 2017:1)

Program-program PR diarahkan pada publik tertentu saja. Namun demikian, bisa pula satu program
untuk beberapa publik, tapi pelaksanaan satu program tersebut dilakukan secara berbeda-beda. Karena
pada prinsipnya, satu publik memiliki karakter tertentu dan harus diperlakukan secara berbeda dengan
publik lain.

Jefkins membagi sepuluh publik utama berdasarkan jenis publik yang biasa dijadikan sebagai sasaran
program PR, sepuluh publik tersebut antara lain:

1. Masyarakat luas

Setiap organisasi mempunyai publik yang berbeda-beda, tergantung dari jenis organisasi dan
perusahaannya. Bagi praktisi PR, semua elemen masyarakat yang ada di sekitar menjadi publiknya.
Mereka harus didekati dan dikategorisasi dalam jenis-jenis publik, apakah masuk publik perusahaannya
atau tidak. Kalau masuk publiknya, termasuk publik yang bagaimana, dan sebagainya.

2. Calon pegawai atau Anggota

Calon pegawai atau anggota di suatu perusahaan termasuk publik utama. Seseorang tidak akan tertarik
untuk melamar menjadi pegawai atau anggota perusahaan atau organisasi jika ia tidak memiliki image
positif. Oleh karena itu, mereka menjadi publik utama, karena mereka harus dijadikan sasasan program
PR, termasuk calon-calon mitra perusahaan merupakan publik utama yang harus diperhatikan agar
tertarik untuk menjalin kerja sama.
3. Para pegawai atau anggota

Meskipun para pegawai sudah menjadi bagian dari organisasi atau perusahaan. Bukan berarti mereka
tidak perlu dijadikan sebagai sasaran program PR, justru merekalah menjadi sasaran utama. Ada dua
pertimbangan mengapa mereka menjadi publik utama: Pertama, agar mereka nyaman menjadi pegawai
atau anggota, sehingga tidak memiliki keinginan untuk keluar dari organisasi perusahaan. Kedua, dengan
banyaknya informasi positif yang dimiliki pegawai atau anggota tentang organisasi atau perusahaan,
maka pegawai tersebut akan menyebarkan informasi kepada khalayak luas. Secara tidak langsung mereka
akan membangun citra positif perusahaan.

4. Pemasok jasa dan barang

Pemasok jasa dan barang menjadi publik utama yang harus diperhatikan PR. Persepsi mereka tentang
perusahaan akan mempengaruhi dinamika kerja sama. Mereka akan menjadi tetap menjadi pemasok yang
baik atau tidak tergantung dari image dan dan persepsi mereka tentang perusahaan.

5. Investor

Perusahaan yang sudah go public, tidak akan terlepas dari investor. Citra positif perusahaan di mata
investor akan menjadikan mereka yakin dan percaya untuk menempatkan modalnya di perusahaan.

6. Distributor

Perusahaan tidak mungkin menjual produknya secara langsung ke konsumen tanpa melalui distrbutor.
Perusahaan yang memiliki citra positif akan mudah mengandeng perusahaan lain untuk diajak bekerja
sama, sebaliknya perusahaan bercitra negatif akan sulit mencari mitra kerja.

7. Konsumen dan Pemakai Produk

Konsumen adalah pengguna akhir dari suatu produk. Meskipun konsumen akan membeli produk dari
perusahaan dengan jumlah yang relatif kecil, bukan berarti mereka dapat diabaikan. Sebab, jumlah
konsumen sangat besar. Ketika konsumen memiliki citra positif terhadap suatu perusahaan dari
produknya, mereka akan bercerita kepada konsumen lain.

8. Para pemimpin pendapat umum

Dalam sistem sosial, ada masyarakat yang memiliki pengaruh di tengah masyarakat lain dan ada yang
tidak. Mereka yang memiliki pengaruh dan jabatan, tentu akan dapat mempengaruhi dan mengarahkan
pendapat masyarakat umum. Oleh karena itu, mereka menjadi sasaran atau publik utama suatu
perusahaan, karena dengan kepemimpinan dan kharisma mereka image positif tentang suatu perusahaan
dapat dibangun.

9. Serikat Pekerja

Serikat pekerja memiliki pengaruh secara politis maupun sosiologis. Para pekerja dala era ekonomi
korporasi, hampir tidak ada yang tidak berafiliasi dengan serikat pekerja. Dengan bergabung dengan
serikat pekerja yang ada, para pekerja dapat melindungi diri, serta dapat meningkatkan daya tawar di
hadapan perusahaan-perusahaan besar.

10. Media Massa

Media menjadi jalur penghubung antara perusahaan dengan publik. media dengan para awaknya (jurnalis,
editor, reporter, dll) menjadi mata, telinga, serta indera perasa bagi publik luas. Masyarakat umum akan
melihat perusahaan atau organisasi melalui media. Dengan demikian, positif atau negatifnya citra
perusahaan atau organisasi tergantung pada media.

F. REFERENSI KASUS

Awan mendung menggayuti langkah PT Ajinomoto Indonesia, awal tahun ini. Dengan berat hati,
manajemen penyedap rasa itu harus menarik puluhan ribu ton produknya yang telanjur beredar di pasaran.
Tindakan ini harus ditempuh karena Majelis Ulama Indonesia telah menjatuhkan vonis: ada lemak babi
pada bumbu masak cap mangkok merah itu. Bukan tuduhan yang ringan, tentunya.

Kejadian naas ini bermula ketika MUI secara resmi mengeluarkan fatwa agar masyarakat tak
mengkonsumsi produk Ajinomoto terhitung tanggal 13 Oktober hingga 24 November 2000. Seruan
tersebut jelas mengagetkan. Sebab, di saat Mandra dan Paramitha Rusady mengajak masyarakat untuk
menggunakan Ajinomoto, pemerintah malah menginstruksikan agar manajemen segara menarik semua
bumbu masak keluaran Ajinomoto. (Sumber: news.liputan6.com
Lebih lanjut, anda dapat mengumpulkan banyak informasi dari website. Sembari mencari informasi, dua
hal yang perlu anda jawab, yakni:

1) Anda telah mempelajari berbagai macam tujuan PR bagi perusahaan. Andaikan sekrang
Ajinamoto tengah berada dalam krisis terburuk, yakni turunnya kepercayaan masyarakat akibat adanya
kandungan minyak babi dalam produk tersebut. Ajinamoto ingin mempekerjakan anda sebagai seorang
PR professional, menurut anda, apa tujuan utama anda berada di perusahaan tersebut?

2) Jika anda seorang PR Ajinamoto, siapa yang menurut anda menjadi publik terpenting?

Daftar Pustaka

Abdurachman, O. 2001. Dasar-Dasar Public Relations. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Abeng. T. 1990. Peran Public Relations dalam Dunia Usaha. Makalah dipresentasikan pada Seminar:
Masa Kini dan Mendatang dalam Era Informasi di Indonesia. Bandung: Hima Humas Fikom Unpad.

Effendy. O. U. 2006. Ilmu Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

El-Ishaq, R. 2017. Public Relations: Teori dan Praktik. Malang: Intrans Publishing.

Fraser P. Saitel. 2015. Praktik Public Relations. Edisi 12, Terj. Sinta. P.S. Yogyakarta: Erlangga.

Pareno. S. A. 2002. Kuliah Komunikasi. Surabaya: Payprus Surabaya

Putra, I. G. N. 2008. Konteks Historis Praktek Humas. Jurnal Ilmu Komunikasi, Vol. 6, No. 3. pp. 178-
190.

Ruslan, Rosady. 2010. Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi. Jakarta : Rajagrafindo
Persada (2010:22-23)

Morissan, manajemen public relation, (Jakarta, Kencana, 2008)

Aswad Ishak, Peran Public Relations dalam Komunikasi Organisasi, Jurnal Komunikasi, Volume 1,
Nomor 4, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Januari 2012,

Danandjaja. 2011. Peranan Humas dalam Perusahaan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Frida Kusumastuti. 2002. Dasar- Dasar HUMAS. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Jefkins, Frank. 1992. Public Relations. Jakarta: Erlangga.


Artis, Strategi Komunikasi Public Relations, Jurnal Sosial Budaya, Vol. 8 No. 02 Juli-Desember 2011

Anda mungkin juga menyukai