Anda di halaman 1dari 5

Duit Nasabah di Bali Hilang Rp56 Miliar, Bank Mega (MEGA) Beri Penjelasan ke

Bursa

31 Maret 2021, 17:06 WIB

Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Mega Tbk. (MEGA) memberikan penjelasan kepada


Bursa Efek Indonesia (BEI) terkait dengan dana nasabah yang hilang.

Sejumlah nasabah di Bali dikabarkan telah kehilangan uangnya yang disimpan dalam
bentuk deposito di Bank Mega. Saat ini ada 14 nasabah Bank Mega yang mengaku
kehilangan dana senilai total Rp56 miliar.

Keempatbelas nasabah tersebut saat ini menjadi klien dari dua kuasa hukum yakni Munnie
Yasmin dengan sembilan nasabah dan Suryatin Lijaya sebanyak lima nasabah.

Kasus ini mulai terungkap dalam pemberitaan di media massa sejak Februari lalu dan
jumlahnya kini terus bertambah. Terbaru, jumlah kerugian saat ini ditaksir sekitar Rp56
miliar dengan jumlah korban sekitar 14 nasabah.

Dalam keterbukaan informasi yang ditandatangani oleh Direktur Utama Bank Mega
Kostaman Tahyib dan Corporate Secretary Chistiana M. Damanik, manajemen MEGA
menyatakan telah menerima pengaduan tersebut dan saat ini masih melakukan investigasi dan
verifikasi kepada pihak-pihak yang terkait secara penelusuran transaksi nasabah-nasabah
yang dimaksud secara cermat.

"Perseroan tidak akan mentolerir setiap kegiatan yang melanggar nilai-nilai perusahaan dan
ketentuan hukum. Siapapun yang diduga melakukan tindak pidana maupun pihak-pihak yang
mengambil keuntungan dari hasil kejahatan akan kami proses sesuai perundang-undangan
yang berlaku," jelas manajemen Bank Mega pada Rabu (31/3/2021).

Tindak lanjut perseroan untuk mengatasi dampak/risiko yang dialami akibat kasus tersebut
adalah dengan mengambil langkah melaporkan permasalahan ini kepada pihak yang berwajib
untuk mengungkap secara obyektif atas peristiwa tersebut.
Ini Instruksi OJK di Kasus Hilangnya Uang Simpanan Nasabah di
Maybank

Senin, 09 November 2020 | 13:18 WIB

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Perkara yang merugikan nasabah industri keuangan kembali


terjadi. Mulai dari pencurian data, hingga pembobolan dana nasabah yang dlakukan para
oknum bank sendiri.  Paling anyar ada perkara pembobolan dana nasabah PT Bank Maybank
Tbk atas nama Winda Lunardi dan Ibunya Fioletta Lizzy Wiguna yang duitnya raib senilai
Rp 22,87 miliar akibat aksi Kepala Cabang Maybank Cipulir berinisial A. 

A yang telah ditetapkan Bareskrim sebagai tersangka oleh BAreskrim Polri, Jumat (6/11)
diketahui menggelapkan dana Winda dan ibunya di Maybank untuk berinvestasi. Ia juga
merekayasa rekening koran Winda dimana dana seolah-olah berada dalam rekening, meski
ternyata tidak.  Hal tersebut baru diketahui Winda dan ibunya pada Mei 2020 lalu, saat
mereka hendak melakukan pencairan dana namun gagal karena saldo hanya tersisa Rp
600.000. Mengetahui hal ini, Winda dan Ibunya langsung melaporkan kejadian kepada
kepolisian.

Sayangnya, saat dikonfirmasi KONTAN, Presiden Direktur Maybank Taswin Zakaria belum
menunjukkan komitmen yang jelas soal pengembalian dana. Ia bilang, Maybank sejatinya
juga merupakan korban atas tindak pembobolan dana tersebut.  “Maybank di sini juga
sebagai pelapor, mohon perlindungan hukum dan investigasi kemungkinan keterlibatan
pihak-pihak selain internal. Mohon kita sama-sama mengikuti dan menghormati dulu proses
yang sedang berjalan," ungkap Taswin kepada KONTAN, Jumat (6/11). 

Menanggapi hal tersebut, Deputi Komisioner Humas dan Logistik OJK Anto Prabowo
mengimbau agar Maybank justru segera melakukan tindakan untuk melindungi nasabah yang
dirugikan tersebut.  “Kami mengingatkan bank untuk segera melakukan investigasi atas
dugaan fraud tersebut. Untuk nasabah, kami juga mendorong bank agar segera melakukan
langkah lanjutan dalam kaitan perlindungan nasabahnnya,” katanya kepada KONTAN,
Minggu (8/11).

Anto menambahkan, pengawasam OJK juga akan melakukan evaluasi terhadap sisitem
pengawasan Maybank. Selain untuk memperjelas duduk perkara, hal tersebut dilakukan agar
perseroan bisa meminimalkan tindakan kecurangan (fraud) dari internal maupun eksternal. 

Sebelum kasus Bank Maybank mengemuka, nasabah PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) asal
Surabaya Anna Suryawati juga mengaku gagal melakukan pencairan deposito yang
ditabungannya selama 32 tahun dengan nilai Rp 5,4 miliar. 
Kasus Kejahatan Pegawai Bank: Pembobolan Tabungan hingga Pemalsuan
Deposito
Kamis, 16 September 2021 09:30 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Dalam beberapa tahun terakhir, berbagai kasus kejahatan perbankan
terus terjadi dan melibatkan pegawai bank langsung. Para pegawai ini terlibat dalam berbagai
dugaan pidana, mulai dari pembobolan dana nasabah hingga pemalsuan bilyet deposito.
Tempo meragkum beberapa kasus tersebut, yang telah menjerat pegawai di beberapa bank ini
menjadi tersangka. Berikut di antaranya:
1. Pembobolan Kredit Bank Mandiri Rp 1,8 T
Pertengahan 2018, ada lima pegawai PT Bank Mandiri(persero) Tbk yang ditetapkan
oleh sebagai tersangka dalam kasus pembobolan kredit senilai Rp 1,8 triliun. "Lima
tersangka dari Bank Mandiri sudah ditetapkan sebagai tersangka dan dua tersangka
dari PT TAB," kata Direktur Penyidikan pada JAM Pidsus Warih Sadono saat itu.
Berdasarkan hasil audit independen, kasus pembobolan Bank Mandiri ini
mengakibatkan kerugian negara mencapai Rp 1,4 triliun yang dihitung dari pokok,
bunga, dan denda. Sementara Badan Pemeriksa Keuangan menjelaskan total kerugian
negara akibat pembobolan kredit itu sekitar Rp 1,83 triliun, atau lebih besar Rp 400
miliar dari audit sebelumnya.
2. Pembobolan Rekening Ilham Bintang
Awal 2020, giliran wartawan senior Ilham Bintang yang menjadi korban pembobolan
rekening bank. Salah satu tersangka dalam kasus ini adalah Hendri, yang bekerja di
Bank Perkreditan Rakyat Bintara Pratama Sejahtera, menjual data tersebut kepada
tersangka lainnya, Desar.
"Kronologis kejadian ini berawal dari tersangka D (Desar) memiliki teman tersangka
H (Hendri) yang bekerja di Bank Perkreditan Rakyat Bintara Pratama Sejahtera," ujar
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Yusri Yunus, di Polda
Metro Jaya, Rabu, 5 Februari 2020.
Hendri lalu menjual data kepada Desar. Dari data tersebut, Desar bersama Hendri dan
dua pelaku pembobolan rekening lainnya memilih calon korbannya secara acak. Ia
mengincar nasabah yang memiliki jumlah tabungan besar. Saat itu, pilihan mereka
jatuh kepada Ilham Bintang.
3. Pembobolan Bank Riau Kepri Rp 1,3 Miliar
Maret 2021, polisi juga menangkap dua mantan teller PT Bank Riau Kepri bernisial
NH dan AS. Keduanya diduga membobol uang tabungan tiga nasabah dengan total
nilai sekitar Rp 1,3 miliar.
Kabid Humas Polda Riau, Kombes Pol Sunarto, mengatakan, kejahatan keduanya
terungkap saat tiga nasabah melaporkan uang tabungan yang disimpan di bank
tersebut berkurang hingga hanya tersisa Rp 9,7 juta. Padahal nasabah mengaku tidak
pernah melakukan penarikan dana di rekening terkait sejak menabung pada tahun
2005.
Saat itu, NH sebagai teller, sementara AS menjabat sebagai head teller. “Dari hasil
pemeriksaan, modus kedua tersangka membobol rekening dengan memalsukan tanda
tangan ketiga nasabah,” ujar Sunarto, Selasa, 30 Maret 2021.
4. Kasus Deposito Bank Mega Raib Rp 56 Miliar
Maret 2021, muncul juga kasus raibnya deposito 14 nasabah PT Bank Mega Tbk di
kantor cabang Denpasar, Bali, dengan jumlah Rp 56 miliar. Tiga orang ditetapkan
menjadi tersangka, salah satunya MRPP, kepala kantor Bank Mega cabang di
Denpasar tersebut,
Saat ini kasus tersebut sedang berjalan di Pengadilan Negeri Makassar. Walau begitu,
dana masalah belum bisa dikembalikan pihak bank.
"Dalam hal ini, Bank Mega menunggu hasil persidangan," kata Sekretaris Perusahaan
Bank Mega Christiana M. Damanik saat dihubungi pada 12 September 2021.
5. Kasus Pemalsuan Deposito BNI Rp 110 Miliar
Hingga yang terbaru, kasus pemalsuan bilyet deposito di Bank Negara Indonesia
(persero) Tbk di kantor cabang Makassar, Sulawesi Selatan. Total, ada 9 bilyet
deposito yang diduga dipalsukan dengan nilai total Rp 110 miliar.
Polisi telah menetapkan 3 tersangka dalam kasus ini. Sama seperti kasus-kasus
sebelumnya, salah satu tersangka adalah pegawai bank BNI sendiri, Melati Bunga
Sombe."Saat ini berkas sudah dikirimkan (tahap 1) ke Kejaksaan," kata Direktur
Tindak Pidana Ekonomi Khusus, Bareskrim Polri, Brigadir Jenderal Helmy Santika
saat dihubungi pada Minggu, 12 September 2021.
Untuk kedua kasus terakhir, Tempo mengkonfirmasi ke Otoritas Jasa Keuangan
(OJK) soal tindakan yang sudah mereka lakukan. Termasuk, apakah ada titik lemah
pengawasan di internal perbankan. Hingga belum berita ini ditulis, belum ada
jawaban yang diberikan.
Kinerja 2021: Aset Bank Mega (MEGA) Tumbuh 18,42 Persen Yoy

25 Feb 2022, 11:54 WIB

Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Mega Tbk. (MEGA) mencatatkan kinerja apik sepanjang
2021. Tercatat, total aset perusahaan milik Chairul Tanjung ini tumbuh 18,42 persen year on
year/yoy, menjadi Rp132,87 triliun. Penambahan aset tersebut salah satunya didorong oleh
penyaluran kredit yang tumbuh 25,14 persen yoy menjadi Rp60,67 triliun pada 2021. 

Rasio NPL Gross dan NPL Net yang turun, dari 1,39 persen dan 1,07 persen pada 2020
menjadi 1,12 persen dan 0,81 persen pada 2021. 

Merujuk data laporan keuangan yang dipublikasikan di Bisnis Indonesia, total dana pihak
ketiga yang dihimpun Bank Mega pada 2021 sebesar Rp99,18triliun, tumbuh 22,16 persen
yoy. Bila dirinci, giro tumbuh 92,16 persen yoy menjadi Rp16,35 triliun tabungan Rp14,45
triliun naik 5,1 persen yoy dan deposito sebesar Rp68,09 triliun, tumbuh 15,56 persen.

Sementara itu pendapatan bunga tumbuh 0,79 persen yoy pada 2021, menjadi Rp8,11 triliun.
Beban bunga turun 20,17 persen menjadi Rp3,26 triliun. Hal tersebut membuat laba rugi
bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik pada 2021 tercatat senilai Rp4 triliun, naik
33,24 persen dibandingkan dengan 2020 yang senilai Rp3 triliun. Sebelumnya, Bank Mega
menargetkan kredit dapat tumbuh di kisaran 11 persen menjadi Rp68 triliun pada 2022.

Berdasarkan materi paparan publik perseroan di keterbukaan informasi BEI, Selasa


(22/2/2022), Bank Mega menargetkan pertumbuhan laba bersih tahun berjalan dari Rp4
triliun per Desember 2021 menjadi Rp4,3 triliun pada tahun ini. 

Dari sisi penghimpunan, emiten bank dengan kode saham MEGA ini tercatat menghimpun
dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 25 persen menjadi Rp99 triliun sepanjang 2021. 

Bank milik pengusaha nasional Chairul Tanjung ini pun memasang target pertumbuhan DPK
sebesar 7 persen pada 2022, yakni sebesar Rp106 triliun. Selanjutnya, Bank Mega
memproyeksikan pertumbuhan aset di kisaran 6 persen dari Rp133 menjadi Rp141 triliun
pada 2022.

Anda mungkin juga menyukai