Anda di halaman 1dari 2

Nama : Thasya Ummul Kulsum

Kelas : SI4205
NIM : 1202184044

TUGAS 6
Pertanyaan :

1. (B/S) Sistem perbankan di Indonesia sehat


2. (B/S) Perkembangan Sistem Pembayaran Cashless di Indonesia tidak merata
3. (Y/T) Indonesia memliki peluang perbankan masa depan.
4. Sebutkan 1 persoalan perbankan yang ada di Indonesia berkaitan dengan penyalahgunaan
produk utama perbankan

Jawaban :
1. Benar, karena perbankan di Indonesia dalam pengawasan OJK dan juga dikelola oleh Bank Indonesia
sehingga regulasi dan sistem pengawasan yang dilakukan. Bahkan sistem pengawasan yang dilakukan
oleh OJK dibagi menjadi 3 strategi yaitu pengawasan normal yang dilakukan secara rutin, pengawasan
intensif, dan pengawasan khusus. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengklaim kondisi perbankan
Indonesia masih cukup sehat di tengah pandemic Covid-19. Mereka mengakui ada satu atau dua bank
yang perlu mendapat perhatian khusus karena indikatornya keuangannya kurang baik. Kesehatan ini
tercermin dari kondisi likuiditas bank melalui rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR)
yang masih di kisaran 22 persen per Mei 2020.
Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso menyatakan simulasi di lembaga pengawas industri
jasa keuangan memperkirakan CAR bank hanya akan turun sekitar 2 persen bila tidak ada penambahan
modal atau likuiditas dalam waktu dekat. Penurunan itu, masih tetap menunjukkan kecukupan likuiditas
bank dengan batas minimum 12 persen. Sementara OJK mencatat pertumbuhan simpanan atau Dana
Pihak Ketiga (DPK) nasabah tercatat tumbuh 8,08 persen pada April 2020. Lalu, rasio penyaluran kredit
dari total dana yang dimiliki (Loan to Deposit Ratio/LDR) berkisar 91,55 persen pada periode yang
sama.
(Sumber : https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20200623095614-78-516336/ojk-pastikan-bank-di-
ri-masih-sehat-walau-ada-corona )
2. Benar, perkembangan sistem pembayaran Cashless di Indonesia tidak merata. Walaupun di
Indonesia sudah menerapkan sistem pembayaran Cashless yang dapat dilakukan melalui
aplikasi seperti OVO, Gopay, Dana, dan E-money, namun dirasa itu masih kurang merata.
Terlebih lagi di tengah wabah virus corona ini yang diharuskan kita untuk mengurangi kontak
fisik dengan orang sekitar. Salah satu permasalahan dan tantangan yang muncul adalah
penyebarannya yang belum merata khususnya di daerah yang bukan merupakan kota besar,
yaitu daerah terpencil. Masyarakat biasa menggunakan sistem pembayaran tunai atau cash,
dikarenakan sistem ini berhubungan langsung dengan infrastruktut dan teknologi yang akan
digunakan. Di daerah terpencil ini menjadi permasalahan dikarenakan membutuhkan teknologi
dan koneksi internet yang stabil. Oleh karena itu saya berpendapat perkembangan sistem
pembayaran Cashless di Indonesia ini masih belum merata.
3. Ya, Indonesia memiliki peluang perbankan di masa yang akan datang. Seperti yang sudah
marak diperbincangkan di media berita yaitu hadirnya Neobank. Peluang neo bank di Indonesia
dapat dikatakan cukup besar, melihat penetrasi pemanfaatan layanan digital oleh masyarakat
telah bertumbuh secara pesat, apalagi dengan hadirnya kondisi pandemi sejak tahun lalu. Frecy
Ferry Daswaty, VP of Marketing KoinWorks menjelaskan, pada dasarnya kehadiran neo bank
di Indonesia memiliki potensi yang besar terutama untuk mendukung peningkatan tingkat
literasi dan inklusi keuangan di Indonesia termasuk ke para pelaku UKM. Selain itu,
dibandingkan menjadikannya sebagai ancaman atau saingan, sama seperti dengan bank
konvensional.
Neobank dapat disebut sebagai perusahaan Financial Technology (Fintech) yang menyediakan
pembayaran solusi keuangan digital dan mobile-first, transfer uang, pinjaman uang, dll. Namun
kehadiran neobank ini dianggap juga sebagai penghambat bank konvensional serta saingan
fintech karena semakin banyaknya user yang mulai beralih ke e-wallet. Peluang untuk neobank
di Indonesia sendiri cukup besar dilihat dari penetrasi pemanfaatan layanan digital yang tumbuh
dengan pesat apalagi karena pandemi Covid-19 membuat semua transaksi keuangan secara
digital meningkat pesat. Hal ini juga yang membuat industri perbankan membaca ada pola yang
akan berubah dalam kebutuhan finansial.
(Sumber : https://keuangan.kontan.co.id/news/begini-prospek-bisnis-neo-bank-di-indonesia-
ke-depan )
4. Kasus penyalahgunaan produk utama perbankan, salah satu contohnya adalah pembobolan
Kantor Kas Bank Rakyat Indonesia (BRI) Tamini Square. Melibatkan supervisor kantor kas
tersebut dibantu empat tersangka dari luar bank. Modusnya, membuka rekening atas nama
tersangka di luar bank. Uang ditransfer ke rekening tersebut sebesar 6 juta dollar AS. Kemudian
uang ditukar dengan dollar hitam (dollar AS palsu berwarna hitam) menjadi 60 juta dollar AS.

Kasus ini bermula pada 12 Juli 2010 lalu, saat Agus Mulyana membuatkan rekening untuk Agus
Setiawan di BRI Kantor Kas Tamini Square. Berkali-kali Agus Mulyana melakukan transfer
fiktif atau Real Time Gross Settlement (RTGS) fiktif tanpa persetujuan pimpinan dalam kurun
waktu 12 Juli 2010 - 2 September 2010 yang seolah-olah berasal dari rekening atas Agus
Setiawan. Total nilai transfer mencapai Rp 29,63 miliar.

Uang ini lalu dicuci lewat rekening perusahaan money changer PT Ayu Masagung di BCA dan
Bank Mandiri. Pencucian uang ini melibatkan banyak pihak. JPU mendakwa apa yang
dilakukan Agus Mulayana telah melanggar pasal 2 ayat 1 junto pasal 3 UU Tindak Pidana
Korupsi juncto pasal 49 ayat 2 huruf b UU No 10/1998 tentang Perbankan.

JPU lalu meminta majelis hakim Pengadilan Tipikor untuk menjatuhkan hukuman 13 tahun
penjara kepada Agus Mulyana. Namun majelis hakim hanya mengabulkan hukuman selama 8
tahun saja pada 2 Juli 2011.
(Sumber :
https://money.kompas.com/read/2011/05/03/09441743/Inilah.9.Kasus.Kejahatan.Perbankan )

Anda mungkin juga menyukai