Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, bank adalah

badan usaha penghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan lalu menyalurkannya

kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau lainnya guna meningkatkan taraf hidup

masyarakat.

Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Bank disebutkan sebagai

badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya

dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat. Kemudian munculah Undang Undang

No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, bank syariah merupakan bank yang

menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah atau prinsip hukum islam.

Kemudian dengan adanya UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah telah

terdapat legitimasi yuridis secara tegas bukan saja kemungkinan untuk tumbuh dan

berkembangnya perbankan syariah, melainkan juga perlu mengembangkan lembaga syariah

non bank.1 Jadi, terdapat dua jenis sistem

perbankan di Indonesia, yaitu perbankan syariah dan perbankan konvensional yang

mana telah berkembang di perbankan Indonesia.

1
Sebagaimana diterjemahkan dari bahasa inggrisnya “Then with Law no. 21 of 2008 concerning Islamic
Banking, there is strict juridical legitimacy not only for the possibility of growth and development of Islamic
banking, but also the need to develop non-bank Islamic institutions” sebagaimana dikutip dari Zainal Abidin
Pakpahan. Implementation of Mediation as an Unique Step in Resolving Banking Business Disputes Sharia in
Religious Courts. Pada International Journal of Business, Technology, and Organizational Behavior (IJBTOB)
ISSN: 2775-4936 Vol. 2 No. 6, December 2022. Hal.762

1
2

Lembaga syariah non bank adalah bank umum yaitu bank yang melaksanakan

kegiatan usaha secara konvensional dan atau dijalankan berdasarkan prinsip syariah, yang

dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Bank konvensional dapat melakukan pengelolaan dana di dalam seluruh lini bisnis

menguntungkan di bawah naungan Undang-Undang. Sedangkan, bank syariah menggunakan

aturan Islam dalam mengelola uang nasabahnya. Bank syariah akan mengelola dana nasabah

pada lini bisnis yang diizinkan oleh aturan Islam.

Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), bank konvensional adalah bank yang

menjalankan kegiatan usahanya secara konvensional. Sedangkan berdasarkan buku Dampak

Dana Pihak Ketiga Bank Konvensional dan Bank Syariah oleh Supiah Ningsih, bank

konvensional adalah bank yang melakukan kegiatan usaha secara konvensional yang dalam

kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.2

Selain Bank konvensional memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran juga

memberikan perlindungan terhadap data pribadi nasabah merupakan salah satu kewajiban

dari pihak bank. Untuk itu dalam penyelenggaraannya antara bank dengan nasabah memiliki

hubungan yang terbagi dalam bentuk hubungan kontraktual dan hubungan non kontraktual.

Hubungan kontraktual antara bank dan nasabah di dalamnya diatur mengenai hak dan

kewajiban antara bank dengan nasabah serta tata cara penyelesaian sengketa yang timbul.

Seperti halnya dalam kegiatan penghimpunan dana melalui simpanan dalam bentuk giro,

deposito, sertifikat deposito, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu

yang didasarkan pada perjanjian penyimpanan dana antara bank dengan nasabah.

Pihak bank sebagai pelaku jasa keuangan dapat dimintai pertanggung jawabannya

dalam hal adanya kesalahan yang dilakukan oleh pegawai bank tersebut yang merugikan
2
https://ukmindonesia.id/baca-deskripsi-posts/bank-konvensional/ diakses pada tanggal 5 Januari 2023
konsumen atau nasabah bank. Hal tersebut juga berkaitan dengan prinsip pertanggung

jawaban pengganti atau vicarious liability. Korporasi dalam hal ini adalah bank bertanggung

jawab atas perbuatan yang dilakukan oleh pegawainya atau pihak yang menjadi tanggung

jawab dan yang mempunyai ikatan dengan bank. Kesalahan dari pegawai tersebut

diatribusikandan dipikul oleh bank.

Regulasi perbankan berkaitan erat dengan hierarki peraturan perundang-undangan

dan harmonisasi regulasi hubungan pusat dan daerah. Asas-asas dan norma dalam

pembentukan peraturan perundang-undangan memang merupakan inti dari perbaikan regulasi

aturan perundang-undangan. Akan tetapi, terdapat karakteristik masing-masing daerah yang

berbeda sehingga dibutuhkan perlakuan yang berbeda.3

Misalnya kabupaten Labuhanbatu dengan ibukotanya Rantauprapat memiliki luas

wilayah 922.318 Ha (9.223,18 KM2) atau setara dengan 12,87% dari luas Wilayah Propinsi

Sumatera Utara. Kabupaten ini mempunyai wilayah terluas di Propinsi Sumatera Utara

secara administratif terdiri dari 22 Kecamatan, 209 Desa dan 33 Kelurahan. 4 Kabupaten

Labuhanbatu mempunyai kedudukan yang cukup strategis, yaitu berada pada jalur lintas

timur Sumatera dan berada pada persimpangan menuju Propinsi Sumatera Barat dan Riau,

yang menghubungkan pusat-pusat perkembangan wilayah di Sumatera dan Jawa serta

mempunyai akses yang memadai ke luar negeri karena berbatasan langsung dengan Selat

Malaka.

Sebagai daerah yang termasuk strategis dalam bidang sektor perbankan yang mana

tingkat minat masyarakat labuhanbatu banyak menjadi nasabah perbankan yang berada di

wilayah labuhanbatu, adapun perbankan konvensional tersebut diantaranya:

3
bd. Rais Asmar, Strategi Harmonisasi Regulasi Hubungan Pusat dan Daerah (Jurnal Bilancia IAIN Palu
Volume 12 Nomor 1, Januari-Juni 2018), h. 22
4
https://labuhanbatukab.go.id/index.php/profil, diakses pada tanggal 29 Januari 2023

3
4

a. Bank SUMUT beralamat Jl. Gatot Subroto No.1A, Rantauprapat, Kec. Rantau
Selatan, Kab. Labuhanbatu, Sumatera Utara 21413
b. Bank Mandiri beralamat Jl. Bukit Kota Pinang No.6, Kota Pinang, Labuhanbatu
Selatan, Kab. Labuhanbatu Selatan, Sumatera Utara 21464
c. Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) beralamat JL. HM. Thamrin, No. 51,
Rantauprapat, Kec. Rantau Selatan, Kab. Labuhanbatu, Sumatera Utara 21425
d. Bank Rakyat Indonesia (BRI) beralamat Jl. Doponegoro, Rantauprapat, Kec. Rantau
Utara, Kab. Labuhanbatu, Sumatera Utara 21411
e. Bank Negara Indonesia (BNI) beralamat Jl. Lintas Sumatra No.186, Aek Kanopan,
Kec. Kualuh Hulu, Kabupaten Labuhanbatu Utara, Sumatera Utara 21273
Dalam menjalankan aktivitasnya, bank konvensional menggunakan metode penetapan

harga sesuai dengan tingkat suku bunga yang sudah dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Contoh

bank konvensional adalah Bank Mandiri, Bank BRI, BNI, BTN sebagaimana disebutkan diatas

dan masih banyak lagi lainnya.

Permasalahan hukum sering timbul dan terjadi antara pihak nasabah dengan bank.

Dipantau dari beberapa media online, mulai media nasional dan media lokal di labuhantu, ada

beberapa permasalahan yang muncul, diantaranya sebagai berikut:

1. “Nasabah Bank Sumut Cabang Lima Puluh, Kabupaten Batu Bara merugi puluhan juta
rupiah, dampak diduga Bank plat merah di Provinsi Sumut tersebut melakukan
pemblokiran sepihak terhadap nasabah.5
2. “Sertifikat Tak Kunjung Kembali, Kadam Laporkan Bank Mega Cabang Rantauprapat,”
sertifikat Hak Milik yang diagunkan di bank tersebut setelah penyelesaian untuk
pelunasan kredit tersebut, tidak dikembalikan oleh pihak Mega.
3. “Diduga Hilangkan Agunan Nasabah, Bank BRI Unit Labuhan Kota Pinang Dilaporkan Ke
Polisi.

5
https://metro24sumut.com/2023/02/10/diduga-blokir-rekening-sepihak-bank-sumut-rugikan-nasabah-
puluhan-juta/ diakses pada tanggal 31 Januari 2023
Terkait kasus pemblokiran yang dilakukan pihak Bank Sumut Cabang Lima Puluh, yaitu

sebagai berikut :

Nanda sebagai nasabah bank Bank Sumut Cabang Lima Puluh, mengatakan “Akibat

blokir itu sembako (beras) tersebut gak bisa dibeli oleh suami saya, sehingga kami rugi 60jt”,

Kemudian kami menanyakan prihal Blokir rekening tersebut kepada petugas Bank Sumut di

Lima Puluh, Namun petugas tersebut tak memberikan penjelasan yang jelas, dan mengatakan

sudah di buka Blokirnya. Kejadian tersebut terjadi pada saat waktu ATM ingin digunakan oleh

suaminya nanda membayar sembako (Beras) pada hari kamis tanggal 09 febuari 2023, ternyata

di ATM ada pemberitahuan blokir rekening saldo seluruhnya, dan nasabah sangat terkejut, dan

pihak bank tidak ada pemberitauhan informasi sebelumnya terkait akan diblokir tabungan nanda,

ini merupakan kelalaian dari pihak bank SUMUT.

Terkait kasus laporan Kadam sebagai nasabah Bank Mega Ke Polres Labuhanbatu yaitu

sebagai berikut :

“Setelah melakukan pelunasan atas pinjamannya, akan tetapi Sertifikat Hak Milik Tanah

yang jadi jaminan belum juga di kembalikan oleh Bank Mega sebagai pemberi pinjaman

(Kreditur).” Berdasarkan itu, jika debitur telah melakukan pelunasan atas pinjamannya, maka

jaminan tersebut harus sudah di kembalikan kepada nasabah ( debitur) oleh Bank pemberi

pinjaman ( Kreditur ), dan pihak Bank Mega tidak boleh menahan nahan jaminan agunan

tersebut, jika tidak diberikan pihak kreditur maka sudah melakukan perbuatan melawan hukum,

dan bisa di pidana secara hukum.

Terkait kasus Kasus dugaan menghilangkan agunan (barang berharga) nasabah oleh pihak

BRI Unit Cabang Labuhan kotapinang, kabupaten Labubanbatu Selatan, yaitu sebagai berikut :

5
6

Nasabah mengatakan “Saya ambil kredit di Bank BRI Unit Labuhan pada tahun 2014

yang lalu dan sudah saya lunasi pada tahun 2017 lalu, namun sertifikat yang menjadi jaminan

belum juga dikembalikan pihak Bank hingga saat ini dengan alasan sertifikat yang saya agunkan

ada ditangan Notaris yang bekerjasama dengan Bank BRI Unit Labuhan kotapinang, sehingga

pihak bank masih menunggu jawaban dari Notaris.” Berdasarkan kasus tersebut tentu nasabah

bank konvensional tersebut mengalami kerugian materil maupun immaterial, dimana selaku

petani atas kehilangan jaminan surat itu. Bank dalam statusnya sebagai kreditur diduga sudah

dengan sengaja menghilangkan jaminan atau agunan kredit,

Berdasarkan dari latar belakang melalui pemikiran dengan beberapa kasus yang terjadi

pada penelitian tersebut antara nasabah dan/atau debitur dengan perbankan konvensional diatas

maka penulis tertarik untuk meneliti tentang berkenaan dengan Perlindungan Hukum Bagi

Nasabah Perbankan Konvensional Dikabupaten Labuhanbatu.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah tersebut diatas, maka perumusan masalah adalah

sebagai berikut :

1. Bagaimana perlindungan hukum bagi nasabah debitur perbankan sebagai konsumen

pengguna jasa bank konvensional?

2. Bagaimana tinjaun yuridis terhadap perlindungan hukum atas kerahasiaan data pribadi

nasabah Bank Konvensional ?

3. Bagaimana bentuk penyelesaian sengketa antara nasabah dengan perbankan konvensional

terkait timbulnya permasalahan hukum di kabupaten labuhanbatu?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari dilakukannya penulisan Tesis ini adalah :


1. Untuk mengetahui perlindungan hukum bagi nasabah debitur perbankan sebagai

konsumen pengguna jasa bank konvensional.

2. Untuk mengetahui tinjaun yuridis terhadap perlindungan hukum atas kerahasiaan data

pribadi nasabah.

3. Untuk mengetahui bentuk penyelesaian sengketa antara nasabah dengan perbankan

konvensional terkait timbulnya permasalahan hukum di kabupaten labuhanbatu.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian dalam tesis ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara

teoritis maupun secara praktis sebagai berikut :

1. Secara Teoritis

Diharapkan dapat memberikan masukan bagi ilmu pengetahuan, masukan atau

tambahan dokumentasi karya tulis dalam bidang hukum perdata pada umumnya. Secara

khusus, dan diharapkan dapat memberikan masukan terutama bagi penyempurnaan

proposal tesis ini.

2. Secara Praktis

Diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi masyarakat

khususnya nasabah perbankan di kabupaten Labuhanbatu, dan Menjadi landasan

berfikirdan menjadi manfaat/solusi dan regulasi terbaik terhadap perlindungan hukum

dalam dunia perbankan di Indonesia

E. Keaslian Penelitian

7
8

Berdasarkan informasi dan penelusuran yang dilaksanakan dan dilakukan terhadap

hasil-hasil dari penelitian/tesis di Perpustakaan Universitas Labuhanbatu mengenai judul

“TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH

PERBANKAN KONVENSIONAL DIKABUPATEN LABUHANBATU.” Hasil

penelusuran tidak menemukan judul Penelitian/Tesis pada topik dan permasalahan yang

sama.

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa penulisan Tesis ini berdasarkan hasil

penelitian, pemikiran dan pemaparan asli dari saya sendiri, baik untuk naskah laporan

maupun kegiatan Penelitian yang tercantum sebagai bagian dari Tesis ini. Jika terdapat karya

orang lain, saya akan mencantumkan sumber yang jelas.

Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat

penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima

sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya tulis ini dan

sanksi lain sesuai dengan peraturan yang berlaku di Universitas Labuhanbatu.

Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar tanpa paksaan dari pihak

manapun.

F. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep

1. Kerangka Teori

Dalam melakukan suatu penelitian diperlukan adanya kerangka teoritis sebagaimana

yang dikemukakan oleh Ronny H. Soemitro bahwa untuk memberikan landasan yang mantap

pada umumnya setiap penelitian harus selalu disertai dengan pemikiran teoritis. 6 Sehingga dapat

mengetahui peraturan-peraturan apa saja yang diberlakukan dalam menyelesaikan penelitian,

dan mempermudah mencari referensi dalam memperkaya sumber hukum yang digunakan. Teori
6
Ronny H. Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta : Ghalia, 1982), hal. 37.
menempati kedudukan yang penting sebagai pisau analisis untuk merangkum dan memahami

masalah secara lebih baik. Hal-hal yang semula tampak tersebar dan berdiri sendiri dapat

disatukan dan ditunjukkan kaitannya satu sama lain secara bermakna. Teori memberikan

penjelasan melalui cara mengorganisasikan dan mensistematiskan masalah yang dibicarakan. 7

Sehingga membantu dalam menganalisis peraturan-peraturan yang digunakan dalam

menyelesaikan suatu kasus yang ditelti.

Berkaitan dengan sejumlah permasalahan yang dijadikan obyek kajian penelitian ini,

maka penting untuk dilakukan eksplorasi berbagai teori sebagai pisau analisis dalam penelitian

ini, yaitu teori perlindungan hukum sebagai grand theory, teori kepastian hukum sebagai

applied theory menurut Satjipto Rahardjo, teori utilitarianisme sebagai middle theory Menurut

Jeremy Bentham yang relevan bagi upaya menilai Tentang Perlindungan Hukum Bagi Nasabah

Perbankan Konvensional Dikabupaten Labuhanbatu. Adapun teorinya yang akan digunakan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Teori Perlindungan Hukum

Dengan hadirnya hukum dalam kehidupan bermasyarakat, berguna untuk

mengintegrasikan dan mengkoordinasikan kepentingan-kepentingan yang

biasambertentangan antara satu sama lain. Maka dari itu, hukum harus bisa

mengintegrasikannya sehingga benturan-benturan kepentingan itu dapat ditekan seminimal

mungkin. Pengertian terminologi hukum dalam Bahasa Indonesia menurut KBBI adalah

peraturan atau adat yang secara resmi dianggap mengikat, yang dikukuhkan oleh penguasa

ataupun pemerintah, undang-undang, peraturan, dan sebagainya untuk mengatur pergaulan

7
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2000), hal. 253.

9
10

hidup masyarakat, patokan atau kaidah tentang peristiwa alam tertentu, keputusan atau

pertimbangan yang ditetapkan oleh hakim dalam pengadilan, atau vonis8

Menurut R. La Porta, bentuk perlindungan hukum yang diberikan oleh suatu negara

memiliki dua sifat, yaitu bersifat pencegahan (prohibited) dan bersifat hukuman (sanction).

Bentuk perlindungan hukum yang paling nyata adalah adanya institusi-institusi penegak

hukum seperti pengadilan, kejaksaan, kepolisian, dan lembaga-lembaga penyelesaian

sengketa diluar pengadilan (non-litigasi) lainnya.

Perlindungan yang di maksud dengan bersifat pencegahan (prohibited) yaitu

membuat peraturan, Sedangkan Perlindungan yang di maksud bersifat hukuman (sanction)

yaitu menegakkan peraturan.

Pada perlindungan hukum di butuhkan suatu wadah atau tempat dalam pelaksanaanya

yang sering di sebut dengan sarana perlindungan hukum. Sarana perlindungan hukum di bagi

menjadi dua macam yaitu sebagai berikut:9

1) Sarana Perlindungan Hukum Preventif, Pada perlindungan hukum preventif ini,

subyek hukum diberikan kesempatan untuk mengajukan keberatan atau pendapatnya

sebelum suatu keputusan pemerintah mendapat bentuk yang definitif. Tujuannya

adalah mencegah terjadinya sengketa. Perlindungan hukum

Preventif sangat besar artinya bagi tindak pemerintahan yang didasarkan pada

kebebasan bertindak karena dengan adanya perlindungan hukum yang preventif

pemerintah terdorong untuk bersifat hati-hati dalam mengambil keputusan yang

didasarkan pada diskresi. Di indonesia belum ada pengaturan khusus mengenai

perlindungan hukum preventif.

8
Tim penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Edisi kedua, cet. 1,(Jakarta: Balai Pustaka, 1991) Hal 595
9
http://suduthukum.com/2015/09/perlindungan-hukum.html. di akses 19 Januari 2023
2) Sarana Perlindungan Hukum Represif, Perlindungan hukum yang represif

bertujuan untuk menyelesaikan sengketa. Penanganan perlindungan hukum oleh

Pengadilan Umum dan Peradilan Administrasi di Indonesia termasuk kategori

perlindungan hukum ini. Prinsip perlindungan hukum terhadap tindakan pemerintah

bertumpu dan bersumber dari konsep tentang pengakuan dan perlindungan terhadap hak-

hak asasi manusia karena menurut sejarah dari barat, lahirnya konsep-konsep tentang

pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia diarahkan kepada

pembatasan-pembatasan dan peletakan kewajiban masyarakat dan pemerintah. Prinsip

kedua yang mendasari perlindungan hukum terhadap tindak pemerintahan adalah prinsip

negara hukum. Dikaitkan dengan pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi

manusia, pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia mendapat tempat

utama dan dapat dikaitkan dengan tujuan dari negara hukum.

Dengan demikian untuk mengetahui tentang perlindungan hukum bagi nasabah perbankan

konvensional, perlu mengetahui apa yang terjadi atau fenomena secara keseluruhan yang

terjadi di masyarakat terhadap pelayanan atau perlindungan kepada nasabah atau debitur

sebuah perbankan konvensioanal, seperti kasus yang terjadi pada bank SUMUT, Bank

Mega, dan Bank Rakyat Indonesia di Labuhanbatu. Teori ini dapat digunakan sebagai

pisau analisis dalam memecahkan persoalan yang terjadi.

Seperti permasalahan hukum pada kasus bank konvensional seperti pada Bank

Sumut Cabang Lima Puluh, dimana “Nasabah Bank Sumut Cabang Lima Puluh, Kabupaten

Batu Bara merugi puluhan juta rupiah, dampak diduga Bank plat merah di Provinsi Sumut

tersebut melakukan pemblokiran sepihak terhadap nasabah.”

11
12

Teori perlindungan hukum sebagai grand theory digunakan sebagai dasar menilai

prilaku manusia dalam hal ini nasabah atau debitur, apakah benar atau tidaknya nasabah

telah dirugikan oleh pihak bank SUMUT, dimana pada disaat nasabah melakukan transaksi

kartu debitnya telah diblokir oleh pihak bank SUMUT, atau kelalai nasabah dalam

memasukan PIN dari kartu debit tersebut. Teori yang menjelaskan mengenai keseluruhan

dari kehidupan sosial, sejarah, atau pengalaman manusia. Dimana grand teori ini bersifat

abstrak karena tersusun dari konsep utama yang dipakai untuk memahami dunia sosial.

Demikian halnya permasalahan hukum pada kasus Bank Mega Cabang

Rantauprapat, dimana sertifikat Hak Milik yang diagunkan di bank tersebut setelah

penyelesaian untuk pelunasan kredit tersebut, tidak dikembalikan oleh pihak Mega. Begitu

juga kasus pada Bank BRI Unit Labuhan Kota Pinang Dilaporkan Ke Polisi,” karena

diduga Hilangkan Agunan Nasabah, disini Teori perlindungan hukum sebagai grand

theory dalam melihat kasus yang dialami nasabah kedua bank tersebut. Bank Mega Cabang

Rantauprapat tidak mengembalikan angunan milik nasabah setelah melakukan pelunasan,

dan hal sama serupa pada Bank BRI Unit Labuhan Kota Pinang, nasabah telah

melakuka pelunasan tetapi pihak bank mengatakan anggunannya tidak ada alian

hilang atau tidak dapat dipertanggungjawabkan oleh kreditur atau bank.

b. Teori Kepastian Hukum

Kajian Umum tentang Teori Kepastian Hukum Kepastian berasal dari kata “pasti”,

yang maknanya tentu, sudah tetap, tidak boleh tidak, suatu hal yang sudah tentu. 10 Menurut

Gustav Radbruch filsuf hukum dari jerman, terdapat tiga ide dasar hukum yang mana oleh

banyak pakar teori hukum dan filsafat hukum diartikan sebagai tiga tujuan hukum,

10
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Balai Pustaka,
2006. hal 847.
diantaranya keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum. 11 Dengan adanya hukum modern

maka mengakibatkan terbukanya pintu masuk untuk permasalahan yang sebelumnya tidak

ada yaitu kepastian hukum itu sendiri. Kepastian hukum ialah suatu hal yang baru akan tetapi

nilai keadilan serta kemanfaatan secara tradisional telah ada jauh sebelum era hukum

modern.

Gustav Radbruch mengatakan kepastian hukum adalah “Scherkeit des Rechts selbst”

(kepastian hukum tentang hukum itu sendiri). Terdapat empathal yang memiliki hubungan

dengan makna kepastian hukum, antara lain:12

1) Bahwa hukum itu positif, yang artinya hukum itu adalah perundang-undangan

(gesetzliches Recht).

2) Hukum didasarkan kepada fakta (Tatsachen), bukan didasarkan kepada sebuah

rumusan tentang penilaian yang nantinya dilakukan oleh hakim, seperti kemauan

baik dan kesopanan.

3) Bahwa fakta tersebut haruslah dirumuskan secara jelas guna

menghindari kekeliruan dalam penafsiran, selain itu juga mudah untuk dijalankan.

4) Hukum positif tidak boleh untuk sering diubah.

Pendapat lain tentang kepastian hukum dikemukakan oleh Roscoe Pound, seperti

halnya yang ditulis Peter Marzuki di dalam bukunya Pengantar Ilmu Hukum yangmana

kepastian hukum mempunyai dua makna, yaitu:13

1) Pertama, yaitu sebagai aturan yang bersifat umum guna membuat individu mengerti

tentang perbuatan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan.

11
Achmad Ali, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) & Teori Peradilan (Judicialprudence) Termasuk
Undang-Undang (Legisprudence) Volume I Pemahaman Awal, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2010 , hal
288
12
Ibid, hal 292-293
13
Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2008, hal 137.

13
14

2) Kedua, berupa keamanan hukum untuk setiap orang dari

kesewenangan pemerintah, dengan adanya aturan yang bersifat umum tersebut

individu dapat mengerti apa saja yang boleh untuk dibebankan atau dilakukan oleh

Negara kepada tiap individu. Kepastian hukum berarti terdapat konsistensi dan

ketetapan dalam putusan hakim antara putusan yang satu dengan yang lain dalam

kasus yang sama yang telah diputus. Jadi kepastian hukum tidaklah hanya berupa

pasal dalam UU.

Kepastian hukum menurut Jan Michiel Otto mendefenisikan sebagai kemungkinan

bahwa dalam situasi tertentu:

1) Tersedia aturan -aturan yang jelas (jernih), konsisten dan mudah diperoleh,

diterbitkan oleh dan diakui karena (kekuasaan) nagara.

2) Instansi-instansi penguasa (pemerintah) menerapkan aturan-aturan hukum tersebut

secara konsisten dan juga tunduk dan taat kepadanya.

3) Warga secara prinsipil menyesuaikan prilaku mereka terhadap aturanaturan tersebut.

4) Hakim-hakim (peradilan) yang mandiri dan tidak berpikir menerapkan aturan-aturan

hukum tersebut secara konsisten sewaktu mereka menyelesaikan sengketa hukum.

5) Keputusan peradilan secara konkrit dilaksanakan.14

Menurut Sudikno Mertukusumo, kepastian hukum merupakan sebuah jaminan

bahwa hukum tersebut harus dijalankan dengan cara yang baik. Kepastian hukum

menghendaki adanya upaya pengaturan hukum dalam perundang-undangan yang dibuat oleh

pihak yang berwenang dan berwibawa, sehingga aturan-aturan itu memiliki aspek yuridis

14
Soeroso, 2011. Pengantar Ilmu Hukum, Pt. Sinar Grafika, Jakarta, hal 87.
yang dapat menjamin adanya kepastian bahwa hukum berfungsi sebagai suatu peraturan

yang harus ditaati.15

Dari uraian-uraian mengenai kepastian hukum di atas, maka kepastian dapat

mengandung beberapa arti, yakni adanya kejelasan, tidak menimbulkan multitafsir, tidak

menimbulkan kontradiktif, dan dapat dilaksanakan. Hukum harus berlaku tegas di dalam

masyarakat, mengandung keterbukaan sehingga siapapun dapat memahami makna atas suatu

ketentuan hukum. Hukum yang satu dengan yang lain tidak boleh kontradiktif sehingga

tidak menjadi sumber keraguan. Kepastian hukum menjadi perangkat hukum suatu negara

yang mengandung kejelasan, tidak menimbulkan multitafsir, tidak menimbulkan

kontradiktif, serta dapat dilaksanakan, yang mampu menjamin hak dan kewajiban setiap

warga negara sesuai dengan budaya masyarakat yang ada.

Demikian halnya permasalahan hukum pada kasus Bank Mega Cabang

Rantauprapat, Bank Mega Cabang Rantauprapat, dan Bank BRI Unit Labuhan Kota

Pinang, nasabah/debitur dan kreditur telah melakukan kelalaian dalam melaksanakan

kewajibannya.

Dalam hal ini, teori kepastian hukum sebagai applied theory dimana teori tersebut

bersaha untuk mewujudkan pelayanan prima pun memerlukan pemahaman komprehensif

menyangkut kualitas layanan. Apakah kepastian hukum telah dimiliki oleh nasabah atau

debitur dari layanan pihak perbankan, sehingga nasabah tau debitur tidak meragukan lagi

atas apa yang diberikan oleh pihak perbankan konvesional.

Dengan demikian untuk mengetahui tentang kepastian hukum dalam menjamin hak

dan kewajiban nasabah dan/atau debitur pada bank konvensional memerlukan teori yang

tepat seperti dalam teori ini, untuk menjawab persoalan hukum yang terjadi.
15
Asikin zainal, 2012, Pengantar Tata Hukum Indonesia, Rajawali Press, Jakarta, hal 76

15
16

c. Teori Utilitarianisme

Teori utilitarianisme yang digagas oleh Jeremy Bentham (juga John Stuart Mill dan

Rudolf von Jhering) adalah bentuk reaksi terhadap konsepsi hukum alam pada abad ke

delapan belas dan sembilan belas. Bentham mengecam konsepsi hukum alam, karena

menganggap bahwa hukum alam tidak kabur dan tidak tetap. Bentham mengetengahkan

gerakan periodikal dari yang abstrak, idealis, dan apriori sampai kepada yang konkret,

materialis, dan mendasar.16

Menurut Bentham, tujuan hukum adalah memberikan kemanfaatan dan kebahagiaan

terbesar kepada sebanyak-banyaknya warga masyarakat. Jadi, konsepnya meletakkan

kemanfaatan sebagai tujuan utama hukum. Ukurannya adalah kebahagian yang sebesar-

besarnya bagi sebanyak-banyaknya orang. Penilaian baik-buruk, adil atau tidaknya hukum

ini sangat tergantung apakah hukum mampu memberikan kebahagian kepada manusia atau

tidak. Kemanfaatan diartikan sama sebagai kebahagiaan (happiness).

Jeremy Bentham dilahirkan di London tahun 1748. Ia hidup selama masa perubahan

sosial, politik dan ekonomi yang masif, juga mengikuti terjadinya revolusi di Perancis dan

Amerika yang membuat Bentham bangkit dengan teorinya. Ia banyak diilhami oleh David

Hume dengan ajarannya bahwa sesuatu yang berguna akan memberikan kebahagiaan.

Menurut Bentham hakikat kebahagiaan adalah kenikmatan dan kehidupan yang bebas dari

kesengsaraan.

Prinsip-prinsip dasar ajaran Bentham dapat dijelaskan sebagai berikut. Tujuan

hukum adalah hukum dapat memberikan jaminan kebahagiaan kepada individu-individu,

barulah kepada orang banyak. ”the greatest happiness of the greatest number” (kebahagiaan

16
https://business-law.binus.ac.id/2016/06/30/utilitarianisme-dan-tujuan-perkembangan-hukum-
multimedia-di-indonesia/ diakses 25 Januari 2023
yang sebesar-besarnya dari sebanyak-banyaknya orang). Prinsip ini harus diterapkan secara

kuatitatif, karena kualitas kesenangan selalu sama. Untuk mewujudkan kebahagiaan individu

dan masyarakat maka perundang-undangan harus mencapai empat tujuan: (1) to provide

subsistence (untuk memberi nafkah hidup); (2) to Provide abundance (untuk memberikan

nafkah makanan berlimpah); (3) to provide security (untuk memberikan perlindungan); dan

(4) to attain equity (untuk mencapai persamaan).

Undang-undang yang banyak memberikan kebahagiaan pada bagian terbesar

masyarakat akan dinilai sebagai undang-undang yang baik. Lebih lanjut Bentham

berpendapat bahwa keberadaan negara dan hukum semata-mata sebagai alat untuk mencapai

manfaat yang hakiki yaitu kebahagiaan mayoritas rakyat. Ajaran Bentham yang sifat

individualis ini tetap memperhatikan kepentingan masyarakat, agar kepentingan idividu

yang satu dengan individu yang lain tidak bertabrakan maka harus dibatasi tidak terjadi

homo homini lupus. Menurut Bentham agar tiap-tiap individu memiliki sikap simpati kepada

individu lainnya sehingga akan tercipta kebahagiaan individu dan kebahagiaan masyarakat

akan terwujud. Bentham menyebutkan“The aim of law is the greatest happines for the

greatest number”.

Undang-Undang Hak Cipta, Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik,

Undang-Undang Merek, juga dapat dilihat dengan kacamata teori Utilitarianisme ala

Bentham, yakni berupaya memberikan gambaran tentang hukum yang bisa bermanfaat bagi

masyarakat banyak. Teori ini seakan menjadi dasar pemikiran perkembangan multimedia di

Indonesia, bahwa tujuan hukum itu adalah untuk memberi kemanfaatan bagi banyak orang,

yakni kemanfaatan hukum yang memberikan perlindungan bagi setiap individu kreatif

melalui sarana multimedia dengan memberikan perlindungan secara moral maupun secara

17
18

ekonomi atas kreativitas ciptaannya. Negara ikut mengatur kepentingan warga negara dan

menjaga kestabilan serta ketertiban hukum, yang pada gilirannya untuk menciptakan secara

terarah berbagai kondisi kesejahteraan sosial yang dikehendaki masyarakat.

Dengan teori ini dalam pengembangan hipotesis yang ada di dalam penelitian sangat

dibutuhkan agar penelitian ini terlaksana secara sistematis dan untuk mengembangkan teori

gabungan yang akan menjelaskan mengenai semua penelitian yang serupa seperti kasus

yang terjadi pada perbankan konvesional yang berada di labuhanbatu, sehingga dapat

menghasilkan sebuah model penelitian, namun tidak membahas keseluruhan fenomena

tersebut, dan sangat memperhatikan kedisiplinan dalam mengembangkan, dengan menguji

suatu teori atau untuk menarik kesimpulan yang bisa diuji dalam penelitian ini.

Sebagaimana kasus pada perbankan konvensional di labuhanbatu yaitu bank

SUMUT, dimana pada disaat nasabah melakukan transaksi kartu debitnya telah diblokir oleh

pihak bank SUMUT, dan pada kasus Bank Mega Cabang Rantauprapat, dimana sertifikat

Hak Milik yang diagunkan di bank tersebut setelah penyelesaian untuk pelunasan kredit

tersebut, tidak dikembalikan oleh pihak Mega. Begitu juga kasus pada Bank BRI Unit

Labuhan Kota Pinang Dilaporkan Ke Polisi,” karena diduga Hilangkan Agunan Nasabah,

disini teori utilitarianisme sebagai middle theory dimana teori ini yang dapat menjelaskan

fenomena kepuasan pelanggan dari perspektif psikologi.

Middle theory ini memperbesar perbedaan antara ekspektasi dan kinerja produk/ jasa.

Artinya, bila kinerja melampaui ekspektasi, maka konsumen akan merasa sangat puas.

Namun jika kinerja produk dibawah ekspektasi, maka konsumen akan sangat tidak puas. Hal

ini menyiratkan bahwa konsumen sangat sensitive terhadap ekpektasi yang tidak terpenuhi

dan bisa bereaksi secara berlebihan. Reaksi berlebihan ini juga bisa mempengaruhi rasa
kepercayaan publik terhadap perusahaan, sehingga dapat merubah image atau citra

perusahaan di mata publik menjadi buruk.

2 . Kerangka Konseptual

Konsep yang digunakan untuk mendapat konseptual berdasarkan tinjauan

kepustakaan dan untuk menghindari pemahaman dan penafsiran yang keliru serta

memberikan pedoman yang sama, landasan konsepsional ini, akan menjelaskan hal-hal yang

berkaitan dengan konsep yang digunakan antara lain sebagai berikut:

a. Tinjauan Yuridis

Tinjauan adalah hasil dari kegiatan meninjau, pandangan, pendapat (sesudah

menyelidiki atau mempelajari) Ada berbagai macam karya ilmiah, yaitu laporan

penelitian, skripsi, tesis, disertasi, surat pembaca, laporan kasus, laporan tinjauan,

resensi.

Fungsi penting dalam tinjauan merupakan dapat membantu dalam melakukan

verifikasi masalah penelitian dan menunjukkan kepada peneliti mengenai urgensi

rumusan masalah atau hipotesis yang dibahas

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, pengertian tinjauan adalah

mempelajari dengan cermat, memeriksa (untuk memahami), pandangan, pendapat

(sesudah menyelidiki, mempelajari, dan sebagainya).

Menurut Kamus Hukum, kata yuridis berasal dari kata Yuridisch yang berarti

menurut hukum atau dari segi hukum. Dapat disimpulkan tinjauan yuridis berarti

mempelajari dengan cermat, memeriksa (untuk memahami), suatu pandangan atau

pendapat dari segi hukum.17

17
http://infopengertian.biz/pengertian-yuridis-dan-penerapannya-di-masyarakat.html diakses pada tanggal
02 Febuari 2023

19
20

Kemudian unsur yuridis menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk

mengatasi permasalahan hukum atau mengisi kekosongan hukum dengan

mempertimbangkan aturan yang telah ada, yang akan diubah, atau yang akan dicabut

guna menjamin kepastian hukum dan rasa keadilan masyarakat.

Tinjauan yuridis dapat diartikan sebagai kegiatan pemeriksaan yang teliti,

pengumpulan data atau penyelidikan yang dilakukan secara sistematis dan objektif

terhadap sesuatu menurut atau berdasarkan hukum dan undang-undang.

Tinjauan yuridis pada hukum bisnis Pada Prinsipnya hukum bisnis merupakan

aturan tertulis Oleh pemerintah dimaksudkan untuk mengatur, mengawasi dan

melindungi semua kegiatan usaha, termasuk kegiatan industri, perdagangan dan jasa, dan

segala hal yang berkaitan dengan keuangan dan kegiatan usaha lainnya.

Adanya hukum bisnis bertujuan untuk mengatur serta melindungi berbagai jenis

bisnis atau usaha dagang yang dilakukan, mulai dari bisnis dengan skala besar hingga

bisnis kecil seperti UMKM. Hukum bisnis dibuat untuk melindungi kita sebagai pelaku

ekonomi dari hal-hal curang yang mungkin saja dilakukan oleh pihak lain.

Setidaknya ada lima prinsip umum yang terdapat dalam hukum bisnis, antara lain:

1) Prinsip otonomi. Pelaku bisnis otonom sadar akan kewajiban yang mereka

lakukan.

2) Prinsip kejujuran. Kejujuran adalah poin penting dalam berbisnis.

3) Prinsip keadilan.

4) Prinsip saling menguntungkan.

5) Prinsip integritas moral.

b. Perlindungan hukum
Perlindungan hukum adalah upaya melindungi yang dilakukan pemerintah atau

penguasa dengan sejumlah peraturan yang ada. Berikut pengertian dan cara

memperolehnya. Semua orang berhak memperoleh perlindungan hukum.

Perlindungan Hukum adalah memberikan pengayoman kepada hak asasi

manusia yang dirugikan orang lain dan perlindungan tersebut diberikan kepada

masyarakat agar mereka dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum

atau dengan kata lain perlindungan hukum adalah berbagai upaya hukum yang harus

diberikan oleh aparat penegak hukum untuk memberikan rasa aman, baik secara pikiran

maupun fisik dari gangguan dan berbagai ancaman dari pihak manapun.

Menurut Setiono, Perlindungan Hukum adalah tindakan atau upaya untuk

melindungi masyarakat dari perbuatan sewenang-wenang oleh penguasa yang tidak

sesuai dengan aturan hukum, untuk mewujudkan ketertiban dan ketentraman sehingga

memungkinkan manusia untuk menikmati martabatnya sebagai manusia.18

Menurut Muchsin, Perlindungan Hukum merupakan kegiatan untuk melindungi

individu dengan menyerasikan hubungan nilai-nilai atau kaidah- kaidah yang menjelma

dalam sikap dan tindakan dalam menciptakan adanya ketertiban dalam pergaulan hidup

antar sesama manusia. Perlindungan Hukum adalah segala upaya pemenuhan hak dan

pemberian bantuan untuk memberikan rasa aman kepada saksi dan/atau korban,

perlindungan hukum korban kejahatan sebagai bagian dari perlindungan masyarakat,

dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk, seperti melalui pemberian restitusi,

kompensasi, pelayanan medis, dan bantuan hukum.

c. Nasabah

18
Setiono, Supremasi Hukum, (Surakarta: UNS, 2004), hal. 3

21
22

Nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa bank. 19 Dalam istilah Perbankan,

nasabah adalah orang atau badan usaha yang mempunyai rekening simpanan atau

pinjaman pada bank. Nasabah adalah orang pemakai barang dan/atau jasa yang

diberikan bank tidak untuk diperdagangkan. Maka dalam hal ini nasabah termasuk juga

konsumen. Pengertian Perlindungan Konsumen terdapat dalam Pasal 1 angka 1

Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

Pada dasarnya hubungan hukum antara bank dengan nasabah adalah hubungan

yang bersifat kontraktual yang berdasarkan pada hukum perjanjian. Nasabah sebagai

konsumen wajib mendapat perlindungan hukum atas pemanfaatan produk jasa yang

ditawarkan oleh bank. Nasabah pada umumnya terbagi menjadi 2 yaitu nasabah

penyimpan dan nasabah debitur.

Nasabah Penyimpan adalah nasabah yang menempatkan dananya di bank dalam

bentuk simpanan berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan. 20

Nasabah Debitur adalah nasabah yang memperoleh fasilitas kredit atau pembiayaan

berdasarkan Prinsip Syariah atau yang dipersamakan dengan itu berdasarkan perjanjian

bank dengan nasabah yang bersangkutan.21 Jadi Dalam istilah Perbankan, nasabah

adalah orang atau badan usaha yang mempunyai rekening simpanan atau pinjaman pada

bank. Nasabah dibagi menjadi dua jenis, yaitu Nasabah Penyimpan dan Nasabah

Debitur.

Dalam istilah Perbankan, nasabah adalah orang atau badan usaha yang

mempunyai rekening simpanan atau pinjaman pada bank. Nasabah dibagi menjadi dua
19
Pasal 1 ayat (16) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
20
Pasal 1 ayat (17) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
21
Pasal 1 ayat (18) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
jenis, yaitu Nasabah Penyimpan dan Nasabah Debitur. Nasabah Penyimpan adalah

nasabah yang menempatkan dananya di bank dalam bentuk simpanan berdasarkan

perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan, Sobat Sikapi. Sementara Nasabah

Debitur adalah nasabah yang memperoleh fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan

perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan. Tetapi selain dua jenis diatas,

masyarakat yang melakukan transaksi langsung di bank tanpa memiliki simpanan atau

memperoleh fasilitas pembiayaan juga bisa dikategorikan sebagai nasabah.

Nasabah adalah orang pemakai barang dan/atau jasa yang diberikan bank tidak

untuk diperdagangkan. Maka dalam hal ini nasabah termasuk juga konsumen.

Pengertian Perlindungan Konsumen terdapat dalam Pasal 1 angka 1 Undang- Undang

Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

Dalam Pasal 4 Bab III Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen, menyebutkan hak-hak konsumen secara khusus, yaitu antara

lain:

1) hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang

dan/atau jasa;

2) hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa

tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;

3) hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan

barang dan/atau jasa;

4) hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang

digunakan;

23
24

5) hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa

perlindungan konsumen secara patut;

6) hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;

7) hak untuk diperlakukan atau dilayanisecara benar dan jujur serta tidak

diskriminatif;

8) hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila

barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak

sebagaimana mestinya;

9) hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

d. Perbankan Konvensional

Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup

kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan

usahanya.22 Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam

bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau

bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.23

Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara

konvensional dan atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya

memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.24

Bank konvensional yaitu bank yang dalam aktivitasnya, baik penghimpunan

dana maupun dalam rangka penyaluran dananya, memberikan dan mengenakan imbalan

22
Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
23
Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
24
Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
berupa bunga atau sejumlah imbalan dalam persentase tertentu dari dana untuk suatu

priode tertentu.

Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), bank konvensional adalah bank yang

menjalankan kegiatan usahanya secara konvensional. Sedangkan berdasarkan buku

Dampak Dana Pihak Ketiga Bank Konvensional dan Bank Syariah oleh Supiah Ningsih,

bank konvensional adalah bank yang melakukan kegiatan usaha secara konvensional

yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Ciri khas dari bank konvensional adalah keuntungan berdasarkan metode

penetapan bunga dan biaya-biaya dalam nominal tertentu sebagaimana yang ada dalam

kegiatan usaha pada umumnya. Contoh kegiatan menghimpun dana misalnya

mengumpulkan dana masyarakat dalam bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito.

Lalu kegiatan menyalurkan dana dapat berupa pemberian pinjaman kepada masyarakat.

Menurut Undang-undang, jenis bank hanya terbagi menjadi tiga berdasarkan

fungsinya yaitu Bank Sentral, Bank Umum, dan Bank Perkreditan Rakyat. Namun, pada

praktiknya, kita juga dapat mengelompokan bank berdasarkan operasionalnya

(Konvensional dan Syariah), kepemilikannya (Pemerintah, Swasta, Asing, dan

Campuran), dan statusnya (Devisa dan Nondevisa).

Bank dapat dikategorikan berdasarkan jenisnya, mulai dari fungsinya,

operasionalnya, kepemilikannya, dan statusnya. Bank berdasarkan fungsinya yaitu:

1) Bank Sentral: Bank yang bertanggung jawab atas kebijakan moneter dalam

negeri untuk menjaga stabilitas harga dan nilai mata uang negara. Bank sentral

juga mempunyai tanggung jawab dalam hal mengatur serta mengawasi

25
26

perbankan lain agar bisa membatasi adanya risiko serta biaya krisis sistemik.

Bank Sentral di Indonesia adalah Bank Indonesia.

2) Bank Umum: Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan

atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa

dalam lalu lintas pembayaran. Bank umum adalah bank yang paling sering kita

gunakan untuk menabung.

3) Bank Perkreditan Rakyat: Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara

konvensional atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya tidak

memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Singkatnya, BPR tidak

menerima simpanan berupa giro, kegiatan valas, dan perasuransian.

Berdasarkan operasionalnya bank terdiri dua (2) yaitu :

1) Bank Konvensional: Bank yang menjalankan kegiatan usaha secara

konvensional dengan metode penetapan harga sesuai dengan tingkat suku bunga

bunga yang sudah dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Contohnya seperti Bank

Mandiri, Bank BRI, BNI, BTN dan masih banyak lagi.

2) Bank Syariah: Bank yang menjalankan kegiatan usaha menerapkan prinsip-

prinsip syariah dalam agama Islam. Peraturan tentang Bank Syariah sudah diatur

dalam Undang-undang Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

Contohnya seperti Bank Syariah Indonesia dan lain-lain.

Berdasarkan kepemilikannya bank terdiri empat (4) yaitu :

1) Bank Pemerintah: Bank yang seluruh atau sebagian besar kepemilikannya

dimiliki pemerintah dan biasanya disebut sebagai Bank BUMN (Badan Usaha

Milik Negara). Contoh bank pemerintah yaitu, Bank Mandiri, BRI, BNI, dan
BTN. Selain pemerintah pusat, pemerintah daerah juga bisa memiliki bank

pemerintah daerah. Contoh bank pemerintah daerah yaitu, Bank Jatim, Bank

NTB, dan lain-lain.

2) Bank Swasta Nasional: Bank yang sebagian besar kepemilikannya dimiliki pihak

swasta atau pengusaha asal Indonesia. Contohnya seperti BCA, Bank Maspion,

Bank Ganesha, dan masih banyak lagi.

3) Bank Asing: Bank yang kepemilikannya dipegang oleh pihak asing dan memiliki

cabang pada suatu negara di luar negara asalnya. Contoh bank asing yang ada di

Indonesia seperti ICBC Indonesia, HSBC, Bank of America, Standard

Chartered, dan sebagainya.

4) Bank Campuran: Bank yang didirikan oleh badan hukum di Indonesia dan badan

hukum luar negeri. Bank ini biasanya disebut juga sebagai joint venture bank.

Contohnya seperti Bank CIMB Niaga.

Berdasarkan statusnya bank terdiri dua (2) yaitu :

1) Bank Devisa: Bank yang bisa melakukan kegiatan transaksi luar negeri dan

kegiatan lainnya yang berhubungan dengan mata uang asing. Biasanya, bank

devisa memiliki produk unggulan seperti tabungan valuta asing atau mata uang

asing. Contoh bank devisa antara lain yaitu Bank Mandiri, BRI, Bank BTN,

Bank Ganesha, dan lain-lain.

2) Bank Non Devisa: Bank yang bisa melakukan kegiatan transaksi luar negeri

dengan wilayah yang terbatas pada negara tertentu saja. Contoh dari bank non

devisa adalah Bank Yudha Bakti, Bank Harda Internasional, dan lain-lain.

27
28

G. Metode Penelitian

Metodologi Penelitian yang digunakan adalah metode yuridis normatif yang

dilakukan dengan meneliti data sekunder, baik yang berupa bahan hukum primer maupun

bahan hukum sekunder.

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Jenis penelitian hukum normatif yaitu suatu proses untuk menemukan suatu

aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab

isu hukum yang dihadapi.25

Penelitian ini merupakan penelitian hukum (legal research) atau disebut juga

penelitian doktrinal (doctrinal research) yang bertujuan mengkaji peraturan perundang-

undangan terkait dengan perlindungan hukum terhadap simpanan dan/atau anggunan

nasabah dari jasa perbankan konvensional yang bersifat diskriptif.

2. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan normatif yaitu penelitian yang dilakukan

dengan cara mengumpulkan data sekunder berupa bahan hukum primer, sekunder dan

tersier. Penelitian ini merupakan penelitian hukum yang menggunakan beberapa

pendekatan untuk dapat menjawab permasalahan yang diteliti yaitu pendekatan undang-

undang (statute approach), dan pendekatan konseptual (conceptual approach).

Pendekatan perundang-undang digunakan untuk dapat mengkaji secara mendalam

berbagai peraturan yang mengatur tentang perlindungan hukum simpanan nasabah.

Pendekatan konseptual digunakan untuk dapat memahami keamanan simpanan nasabah

dan perbankan.

2. Data Penelitian
25
Peter Mahmud Marzuki, 2010, Penelitian Hukum, Jakarta, Kencana, hlm 35
Sumber data diperoleh dari data sekunder. Dilihat dari sudut informasi sumber

data penelitian kepustakaan (library research), dapat dibagi atas 3 (tiga) kelompok,26

yaitu :

a. Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang utama, sebagai bahan hukum

yang bersifat autoritatif, yakni bahan hukum yang mempunyai otoritas, Bahan

hukum primer meliputi peraturan perundang-undangan dan segala dokumen resmi

yang memuat ketentuan hukum, adapun bahan hukum primer diantaranya, yaitu

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, Kitab Undang-undang

Hukum Perdata (BW), UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-

Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 9 Tahun 2017 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah

Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2017 Tentang Akses Informasi

Keuangan Untuk Kepentingan Perpajakan Menjadi Undang-Undang, dan

peraturan perundang-undangan lainnya.

b. Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai

bahan hukum primer, seperti hasil-hasil seminar atau pertemuan ilmiah lainnya,

putusan hakim, bahkan dokumen pribadi atau pendapat dari kalangan pakar

hukum sepanjang relevan dengan objek penelitian ini. 27 Bahan hukum sekunder

adalah dokumen atau bahan hukum yang memberikan

penjelasan terhadap bahan hukum primer seperti buku-buku, artikel, jurnal, hasil

penelitian, makalah dan lain sebagainya yang relevan dengan permasalahan yang

akan dibahas.

26
Alvi Syahrin, Pengaturan Hukum dan Kebijakan Pembangunan Perumahan dan Pemukiman
Berkelanjutan, (Medan : Pustaka Bangsa Press, 2003), hal. 17.
27
Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penemuan Hukum, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1982), hal. 24.

29
30

c. Bahan Hukum tertier, yaitu bahan hukum penunjang yang memberikan petunjuk

dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti

kamus hukum, ensiklopedi, dan kamus bahasa Indonesia.28

3. Tehnik dan Alat Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah

melalui penelitian kepustakaan untuk mendapatkan konsepsi teori atau doktrin, pendapat

atau pemikiran konseptual dan penelitian terdahulu yang berhubungan dengan objek

penelitian ini yang dapat berupa peraturan perundang-undangan dan karya ilmiah

lainnya.

Data penelitian ini yang diperoleh melalui studi kepustakaan (library research)

dianalisa secara kualitatif dengan pendekatan yuridis normatif, guna melengkapi bahan

primer berupa dokumen-dokumen untuk melengkapi bahan hukum dalam penelitian ini.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian

Kepustakaan (Library Reseaarch) dan studi dokumen (documentary study). Penelitian

kepustakaan ini dimaksud untuk memperoleh data sekunder dengan mempelajari

literatur-literatur, peraturan perundang-undangan, teori-teori, pendapat para sarjana dan

hal-hal lain yang berkaitan dengan Perlindungan Hukum Bagi Nasabah Perbankan

Konvensional Dikabupaten Labuhanbatu. Studi dokumen (documentary study) yang

dimaksud berupa dalam bentuk data sekunder yang ada kaitannya, baik langsung maupun

tidak langsung dengan objek yang diteliti, dan dilakukan dengan menganalisis data yang

menjadi objek yang diteliti berupa berita dari media online.

4. Analisis Data

28
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta : Raja
Garindo Persada, 1995), hal. 15.
Dalam proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia

dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam

catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto, dan sebagainya. 29

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola,

kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan

hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.30

Metode analisis data yang dipergunakan adalah analisis data kualitatif, yaitu

proses penyusunan, mengkatagorikan data kualitatif, mencari pola atau tema dengan

maksud memahami maknanya.

Keseluruhan data dalam penelitian ini dianalisis secara kualitatif. 31 Analisis

kualitatif ini akan dikemukakan dalam bentuk uraian yang sistematis dengan menjelaskan

hubungan antara berbagai jenis data. Selanjutnya semua data diseleksi dan diolah,

kemudian dianalisa secara deskriptif,32 sehingga selain menggambarkan dan

mengungkapkan, diharapkan akan memberikan solusi atas permasalahan dalam penelitian

ini sehingga menemukan jawaban yang tepat dalam menjawab persoalan yang ada.

Setelah semua data primer dan data sekunder diperoleh melalui studi kepustakaan

(library research) serta data pendukung yang diperoleh dari hasil pengumpulan data,

maka dilakukan pemeriksaan dan evaluasi untuk mengetahui validitasnya, kemudian data

dikelompokkan atas data yang sejenis. Terhadap data yang sifatnya kualitatif ditafsirkan

secara yuridis, logis, sistematis dengan menggunakan metode analisis data kualitatif.

29
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: Rosda, 2007), hal. 100
30
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1991), Hal. 103.
31
Muslan Abdurrahman, Sosiologi dan Metode Penelitian Hukum, Malang: UMM Press, 2009, Hal. 121.
32
Zainuddin Ali, Op. Cit., Hal. 107.

31
32

Penelitian yuridis normatif yang bersifat kualitatif adalah penelitian

yang mengacu pada norma hukum yang terdapat dalam berbagai peraturan perundang-

undangan, putusan pengadilan.33 Penelitian ini menggunakan metode análisis yuridis

kualitatif, yaitu berupa interpretasi mendalam tentang tentang bahan-bahan hukum

sebagaimana lazimnya penelitian hukum normatif. Selanjutnya hasil análisis tersebut

akan penulis hubungkan dengan permasalahan dalam penelitian ini untuk menghasilkan

suatu penilian obyektif guna menjawab permasalahan dalam penelitian

Dengan menggunakan metode analisis data kualitatif ini, akan diperoleh

persesuaian tentang bagaimana sebenarnya Tentang Perlindungan Hukum Bagi Nasabah

Perbankan Konvensional Dikabupaten Labuhanbatu. Berdasarkan kerangka teori dan

konsep yang digunakan akan dihubungkan dengan pembahasan dan analisis ini

diharapkan diperoleh kesimpulan yang memberikan jawaban atas permasalahan yang

diteliti.

33
Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum, cetakan ketiga Jakarta, Sinar Grafika, 2011, hal. 105

Anda mungkin juga menyukai