Anda di halaman 1dari 13

PERTEMUAN 5:

JAMINAN HUTANG

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai pengertian jaminan hutang, hak
tanggungan, hipotik dan Jaminan Fidusia. Anda harus mampu:
1.1 Mengidentifikasi konsep pengertian Jaminan Hutang.
1.2 Menjelaskan Hak Tanggungan.
1.3 Menjelaskan Hipotik dan Jaminan Fidusia

B. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 1.1:
Mengidentifikasi konsep pengertian Jaminan Hutang.

LATAR BELAKANG DAN PENGERTIAN JAMINAN HUTANG


Menurut Pasal 1131 KUH Perdata, maka semua benda milik debitur,
bergerak atau tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang akan ada menjadi
tanggungan hutang yang dibuatnya (Jaminan Umum). Dalam ilmu hukum
jaminan dikenal pula jaminan yang bersiafat khusus.Yang dimaksudkan dengan
jaminan kebendaan yang khusus ini adalah penentuan/ penunjukkan atas benda
tertentu milik debitur atau milik pihak ketiga, yang dimaksudkan sebagai jaminan
hutangnya kepada kreditur, dimana jika debitur wanprestasi atas pembayaran
hutangnyahasil dari penjualan benda objek jaminan tersebut harus terlebih dahulu
(preferens) dibayar kepada kreditur yang bersangkutan untuk melunasi
pembayaran hutangnya, sedangkan jika ada sisanya, baru dibagi-bagikan kepada
kreditur yang lain (kreditur kongkuren).
Pada umumnya Pihak kreditur tidak puas dengan jaminan umumsesuai
Pasal 1131 KUH Perdata, dengan alasan sebagai berikut :
1. Benda Tidak Khusus
Dalam hal ini Pasal 1131 KUH Perdata tidak menunjuj terhadap suatu barang
khusus tertentu, tetapi menunjuk terhadap semua barang milik debitur.

54
2. Benda Tidak diblokir
Jika dibuat jaminan hutang khusus (yang bersifat kebendaan), maka dapat
ditentukan bahwa benda tersebut tidak dapat dialihkan kecuali dengan seizin
pihak kreditur.Hal ini tidak dapat dilakukan atas jaminan umum sesuai Pasal
1131.
3. Jaminan Tidak Mengikuti Benda
Jika telah dibuat jaminan hutang yang khusus (yang bersifat kebendaan),
maka apabila benda objek jaminan hutang dialihkan kepada pihak lain oleh
debitur, maka hak kreditur tetap melekat pada benda tersebut, terlepas di
tangan siapapun benda tersebut berada. Hal ini tidak dimiliki oleh jaminan
umum.
4. Tidak ada Kedudukan Preferens dari Kreditur
Terhadap pemegang jaminan hutang yang khusus (bersifat kebendaan), oleh
hukum diberikan hak preferens, artinya krediturnya diberikan kedudukan
yang lebih tinggi (didahulukan) pembayaran hutangnya yang diambil dari
hasil penjualan benda jaminan hutang, sedangkan jika ada sisa dari penjualan
benda jaminan hutang, baru dibagi-bagikan kepada kreditur yang
lainnya.Dalam jaminan umum (pasal 1131 KUH Perdata) kedudukan
preferens dari kreditur tersebut tidak ada.
Berdasarkan pertimbangan diatas, maka pihak kreditur cenderung untuk
meminta jaminan hutang yang khusus dari pihak debitur agar pembayaran
hutangnya menjadi aman.Jaminan khusus (bersifat kebendaan) tersebut misalnya
berupa hipotik, fidusia, hak tanggungan atau gadai.
Hak jaminan terdiri dari hak jaminan konvensional dan hak jaminan yang
nonkonvensional.Hak jaminan konvensional terdiri dari : Hipotik, Hak
tanggungan, Gadai benda bergerak, Gadai tanah, Fidusia, Bank Garansi, Personal
garansi dan Corporate garansi.
Sedangkan jaminan yang nonkonvensional antara lain :
1. Cessie untuk menjamin hutang (assignment of Receivable for Security
Purpose)
2. Pengalihan hak tagih asuransi (assignment of Insurance Procees)
3. Kuasa menjual yang tidak dapat dicabut kembali.

55
4. Jaminan menutupi kekurangan biaya (cost defeciency)
5. Indemnity
6. Bid Tender Bonds
7. Penyisihan dana dalam escrow account.
Dalam ilmu hukum jaminan diajarkan beberapa Prinsip Yuridis bagi suatu
jaminan kredit yaitu : Prinsip Teritorial, Prinsip Assessoir, Prinsip Hak Preferensi,
Prinsip Non-Distribusi, Prinsip Disclosure, Prinsip eksistensi Benda, Prinsip
eksistensi kontrak pokok, Prinsip Larangan Mendaku, Prinsip Formalisme, Prinsip
Ikutan Objek, Prinsip Ikutan Piutang. Penjelasannya adalah :
1. Prinsip Territorial adalah suatu prinsip dimana objek jaminan yang ada di
Indonesia hanya berlakud bagi piutang yang dibuat di Indonesia. Berlaku bagi
jaminan hipotik sesuai Pasal 1173 KUH Perdata.
2. Prinsip Assessoir (prinsip buntutan) adalah prinsip yang menentukan bahwa
setiap perjanjian jaminan hutang merupakan assessoir (buntut, ikutan) dari
perjanjian pokonya, yaitu perjanjian hutangnya.
3. Prinsip Hak Preferensi adalah hak dari pemegang hipotik untuk mengambil
hasil penjualan barang yang dijaminkan terlebih dahulu dibandingkan dengan
kreditur lainnya.
4. Prinsip Non-Distribusi adalah prinsip yang menyatakan bahwa pada
prinsipnya objek hak tanggungan tidak dapat dipecah-pecah kepada beberapa
orang kreditur atau kepada beberapa hutang.
5. Prinsip Disclosure (publisitas) mengajarkan bahwa suatu hak jaminan
haruslah diektahui oleh masyarakat, karena itu harus diumumkan kepada
masyarakat.
6. Prinsip Eksistensi Benda mengajarkan bahwa suatu jaminan hutang hanya
dapat diberikan terhadap benda yang benar-benar sudah ada.
7. Prinsip Eksistensi Kontrak Pokok adalah suatu prinsip yang mengajarkan
bahwa suatu hak jaminan mensyaratkan adanya suatu kontrak pokok, yaitu
kontrak yang menimbulkan hutang-piutang.
8. Prinsip Larangan Mendaku. Semua jenis jaminan hutang melarang untuk
menaku, artinya dilarang jika pemegang jaminan hutang tersebut menghaki
atau mengambil untuk dirinya sendiri manakala debitur wanprestasi.

56
9. Prinsip Formalisme adalah bahwa agar suatu jaminan hutang sah mestilah
diikuti formalitas tertentu.
10. Prinsip Ikutan Objek adalah bahwa suatu jaminan hutang tetap melekat
dengan benda objek jaminan hutang tersebut, di manapun benda tersebut
berada.
11. Prinsip Ikutan Piutang adalah prinsip yang mengajarkan bahwa suatu jaminan
hutang mengikuti piutang yang dijaminkan tersebut.

Tujuan Pembelajaran 1.2:


Menjelaskan Hak Tanggungan.

HAK TANGGUNGAN
1. Pengertian Hak Tanggungan dan Latar Belakang
Hak Tanggungan adalah hak jaminan yang dibebankan atas hak atas
tanah yang dimaksudkan sebagai pelunasan hutang tertentu, yang diberikan
kedudukan yang diutamakan kepada kreditur tertentu (kreditur pemegang hak
tanggungan) dibandingkan dengan kreditur-kreditur lainnya.Hak Tanggungan
lahir setelah keluarnya Undang-Undang Hak Tanggungan Nomor 4 tahun
1996.Sebelumnya UU Pokok Agraria Nomor 5 tahun 1960.
Sebelum lahirnya UU Hak Tanggungan No. 4 Tahun 1996, terhadap
jaminan atas tanah yang berlaku adalah hipotik yang bersumber dari KUH
Perdata dan credietverband berdasarkan S. 1908 – 542 dan diubah dengan S.
1937 – 190.
Proses Pengikatan hak tanggungan sampai dengan lahirnya hak
tanggungan adalah :
a. Proses Pembuatan Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan
(SKMHT).
b. Proses Pembuatan Akta Pemberian Hak tanggungan. Proses ini wajib
dilakukan.
c. Proses pendaftaran Hak Tanggungan. Proses ini wajib diikuti dan setelah
pendaftaran inilah dianggap hak tanggungan secara resmi lahir.
Adapun yang merupakan ciri-ciri dari suatu Hak Tanggungan adalah

57
sebagai berikut :
a. Hak Tanggungan memberikan hak preferensi (hak yang didahulukan)
kepada pemegang hak tanggungan.
b. Hak Tanggungan mengikuti objek (tanah) yang dijamin, dalam tangan
siapa pun objek atau hak atas objek tersebut berada.
c. Hak Tanggungan memenuhi asas spesialitas dan publisitas, sehingga
mengikat pihak ketiga dan memberikan kepastian hukum.
d. Hak Tanggungan mudah dan pasti dalam pelaksanaan eksekusinya.
Beberapa dasar hak tanggungan (diletakkan oleh UU Hak
Tanggungan), yang merupakan ketegasan yuridis bagi hak tanggungan.Dasar-
dasar tersebut adalah :
a. Disesuaikan dengan perkembangan ekonomi
b. Dimungkinkan adanya hak tanggungan atas hak pakai atas tanah.
c. Berlakunya prinsip pemisahan horizontal antara tanah dengan segala
sesuatu yang ada di atasnya.
d. Ketegasan syarat-syarat tentang Kuasa Pembebanan Hak Tanggungan
(SKPHT)
e. Penyusutan hak tanggungan, sesuai dengan penyusutan jumlah hutang
f. Eksekusi hak tanggungan yang beragam
g. Janji-janji dalam hak tanggungan yang lebih beragam
h. Batas waktu pendaftaran hak tanggungan yang lebih pasti
i. Ketegasan tentang saat lahirnya hak tanggungan, yakni ketika didaftarkan
j. Penegasan tempat penempatan irah-irah (judul: “Demi Keadilan
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa), yakni pada sertifikat hak
tanggungan, bukan pada akta hak tanggungan
k. Perluasan Kewenangan Pengadilan Negeri dalam hubungan dengan haka
tanggungan
l. Peringkat hak preferensi yang lebih tegas (yakni hanya piutang kepada
negara yang dapat mengalahkannya)
m. Jangka waktu pelaksanaan pencoretan hak tanggungan (roya) yang lebih
tegas
n. Sanksi yang lebih tegas kepada Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) dan

58
notaris
o. Penegasan dan perluasan ruang lingkup hak tanggungan, sehingga
termasuk juga hak tanggungan atas rumah susun
p. Jumlah hutang boleh tidak tetap
q. Penegasan bahwa perjanjian pokok tidak hanya perjanjian hutang, tetapi
boleh perjanjian lain, seperti perjanjian pengelolaan kekayaan orang di
bawah umur atau orang yang beraa dibawah pengampuan, yang diikuti
oleh pemberian hak tanggungan.
r. Penegasan bahwa di bawah permukaan tanah seperti basement dari suatu
bangunan atau plaza dapat diikat hak tanggungan ,sepanjang ada
hubungan dengan hak atas tanah yang bersangkutan.
2. Objek Hak Tanggungan
Yang merupaka objek hak tanggungan, artinya terhadap benda atau
hak apa saja dapat diikatkan dengan hak tanggungan adalah :
a. Hak milik atas tanah
b. Hak Guna Usaha
c. Hak Guna Bangunan
d. Hak Pakai atas tanah negara
e. Hak Pakai atas tanah hak milik
f. Hak atas tanah berikut bangunan, tanaman dan hasil karya yang telah ada
g. Rumah susun dan hak milik atas satuan rumah susun
h. Bawah tanah sepanjang secara fisik ada hubungannya dengan bangunan
yang ada di atas tanah.
3. Akta Hak Pemberian Tanggungan dan Janji-Janji dalam Akta
Pemberian Hak Tanggungan
Salah satu dokumen wajib dalam pemberian hak tanggungan adalah
apa yang di sebut dengan Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT). APHT
di buat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT).APHT berisikan hal-hal
yang biasa dalam suatu akta, seperti identitas dan domisili para pihak,
penyebutan tentang hutang yang dijamin, penyebutan tentang tanah objek hak
tanggungan atau penyebutan nilai tanggungan.Disamping itu, akta hak
tanggungan dapat pula diisi dengan janji-janji.

59
4. Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan
Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT) ini dapat
dibuat dengan akta Notaris atau dengan akta PPAT.Terhadap SKMHT
berlaku persyaratan-persyaratan yuridis sebagai berikut:
a. Tidak memuat kuasa untuk melakukan hal lain selain dari kuasa
membebankan hak tanggungan
b. Tidak memuat kuasa substitusi
c. Mencantumkan secara jelas objek hak tanggungan, jumlah hutang, serta
identitas para pihak dan debitur (jika debitur bukan pemberi hak
tanggungan)
d. SKMHT tidak dapat di batalkan, ditarik kembali atau hapus karena
alasan apapun, kecuali jika kuasa tersebut sudah digunakan atau sudah
berakhir jangka waktunya.
e. Akta pemberian hak tanggungan harus sudah di buat selambatlambatnya
dalam jangka waktu satu bulan (untuk tanah sudah terdaftar) atau tiga
bulan (untuk tanah yang belum terdaftar).
5. Eksekusi Hak Tanggungan
Apabila pihak debitur cidera janji atas perjanjian pokok, maka hak
tanggungan dapat dieksekusi untuk mengambil pelunasan
hutangnya.Eksekusi hak tanggungan ini dapat dilakukan dengan cara-cara
sebagai berikut:
a. Secara fiat eksekusi (lewat penetapan pengailan) ,dengan memanfaatkan
titel eksekutorial dari sertifikat hak tanggungan.
b. Secara parate eksekusi, dengan menjual sendiri (tanpa campur tangan
pengadilan) lewat suatu pelelangan umum apabila memenuhu
syaratsyarat sebagai berikut :
1) Berlaku hanya untuk pemegang hak tanggungan pertama
2) Harus diperjanjikan antara para pihak
c. Secara parate eksekusi, dengan menjual sendiri (tanpa campur tangan
pengailan) secara di bawah tangan dn tanpa lewat suatu pelelangan
umum apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1) Harus diperjanjikan antara para pihak

60
2) Apabila dengan demikian memperoleh harga tertinggi
3) Sebelumnya telah diberitahukan secara tertulis kepada pihak yang
berkpentingan
4) Diumumkan sedikit-dikitnya dalam dua surat kabar
5) Tidak ada pihak yang mnegajukan keberatan
d. Eksekusi dengan gugatan biasa lewat pengadilan.

Tujuan Pembelajaran 1.3:


Menjelaskan Hipotik dan Jaminan Fidusia

HIPOTIK
Sebelum lahirnya hak tanggungan, maka jaminan atas tanah diberikan
dengan jalan memberikan hipotik, yang ketentuannya diatur dalam KUH Perdata,
buku kedua.Setelah ber;akunya UU Hak Tanggungan Nomor 4 Tahun 1996, maka
yang berlaku terhadap jaminan atas tanah adalah Hak Tanggungan itu sendiri.
Karena itu sejauh menyangkut dengan hak atas tanah serta benda yang berada di
atas tanah, hipotik tidak berlakuk lagi.Lalu bagaimanakah kedudukan lembaga
hipotik yang diatur dalam KUH Perdata.Hipotik tersebut masih tetap berlaku
tetapi tidak berobjekan tanah dan benda yang ada diatasnya.Hipotik untuk benda-
benda lainnya masih tetap berlaku.Misalnya hipotik atas kapal laut, pesawat
terbang dan helikopter.
Karena hak tanggungan pada prinsipnya merupakan penjelmaan hipotik
yang di sana sini telah disesuaikan dengan perkembangan zaman, maka
sebenarnya kententuan tentang hak tanggungan versi UU Hak Tanggungan pada
prinsipnya tidak jauh berbeda dengan hipotik versi KUH Perdata.

JAMINAN FIDUSIA
1. Pengertian dan Prinsip-Prinsip Fidusia
Fidusia diatur dalam UU No. 42 Tahun 1999.Istilah Fidusia sudah
merupakan istilah resmi dalam dunia hukum.Fidusia dalam bahasa Indonesia
juga disebut dengan istilah “Penyerahan Hak Milik Secara Kepercayaan”.
Dalam bahasa Belanda disebut Fiduciare Eigendom Overdracht dan bahasa

61
Inggris di sebut Fiduciary Transfer of Ownership.Dalam literatur Belanda kita
jumpai pula pengungkapan jaminan fidusia ini dengan istilah-istilah sebagai
berikut :
a. Zekerheids-Eigendom (Hak Milik sebagai Jaminan)
b. Bezitloos Zekerheidsrecht (Jaminan Tanpa Menguasai)
c. Verruimd Pand Begrip (Gadai Yang diperluas)
d. Eigendom Overdracht tol Zekerheid (Penyerahan Hak Milik Secara
Jamianan)
e. Bezitloos Pand (Gadai tanpa Penguasaan)
f. Een Verkapt Pand Recht (Gadai Berselubung)
g. Uitbaouw dari Pand (Gadai yang diperluas).
Beberapa prinsip utama dari jaminan fidusia adalah sebagai berikut:
a. Bahwa secara riil, pemegang fidusia hanya berfungsi sebagai pemegang
jaminan saja, bukan sebagai pemilik yang sebenarnya.
b. Hak pemegang fidusia untuk mengeksekusi barang jaminan baru ada jika
ada wan prestasi dari pihak debitur.
c. Apabila hutang sudah dilunasi, maka objek jaminan fidusia mesti
dikembalikan kepada pihak pemberi fidusia.
d. Jika hasil penjualan (eksekusi) barang fidusia melebihi jumlah
hutangnya, maka sisa hasil penjualan harus dikembalikan kepada
pemberi fidusia.
Agar Sahnya peralihan hak dalam konstruksi hukum tentang fidusia
ini, haruslah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. Terdapat perjanjian yang bersifat Zakelijk
b. Adanya titel untuk suatu peralihan hak
c. Adanya kewenangan untuk menguasai benda dari orang yang
menyerahkan benda.
d. Cara tertentu untuk penyerahan, yakni dengan cara costitutum
possessorium bagi benda bergerak yang berwujud atau dengan cara
cessie untuk hutang-piutang.
Pemberian fidusia dilakukan lewat proses yang disebut dengan
Constitutum possessorium (penyerahan kepemilikan benda tanpa

62
menyerahkan fisik benda sama sekali). Bentuk rincian dari Constitutum
Possessorium tersebut dalam hal fidusia ini pada prinsipnya dilakukan
melalui 3 (tiga) fase sebagai berikut :
Fase I : Fase Perjanjian Obligatoir (Obligatoir Overeenskomst). Dari segi
hukum dan dokumentasi hukum, maka proses jaminan fidusia
diawali oleh adanya suatu perjanjian obligatoir. Perjanjian
obligatoir tersebut berupa perjanjian pinjam uang dengan jaminan
fidusia di antara pihak pemberi fidusia (debitur) dengan pihak
penerima fidusia (kreditur).
Fase II : Fase Perjanjian Kebendaan (Zakelijke Overeenskomst).
Selanjutnya, diikuti oleh suatu perjanjian kebendaan.Perjanjian
Kebendaan tersebut berupa penyerahan hak milik dari debitur
kepada kreditur, dalam hal ini dilakukan secara constitutum
possessorium.Yakni penyerahan hak milik tanpa menyerahkan fisik
benda.
Fase III : Fase Perjanjian Pinjam Pakai. Dalam fase ketiga ini dilakukan
perjanjian pinjam pakai, dalam hal ini benda objek fidusia yang hak
miliknya sudah berpindah kepada pihak kreditur dipinjampakaikan
kepada pihak debitur, sehingga praktis benda tersebut setelah diikat
dengan jaminan fidusia tetap saja dikuasai secara fisik oleh pihak
debitur.
2. Akta Jaminan Fidusia
Pembebanan fidusia dilakukan dengan menggunakan instrumen yang
disebut dengan akta jaminan fudusia.Akta jaminan fidusia ini haruslah
memenuhi syarat-syarat yaitu:
a. Haruslah berupa akta notaris
b. Haruslah dibuat dalam bahasa Indonesia
c. Haruslah berisikan sekurang-kurangnya hal-hal sebagai berikut :
1) Identitas pihak pemberi fidusia
2) Identitas pihak penerima fidusia, yakni tentang data seperti tersebut
di atas
3) Haruslah dicantumkan hari, tanggal dan jam pembuatan akta fidusia

63
4) Data perjanjian pokok yang dijamin dengan fidusia
5) Uraian mengenai benda yang menjadi objek jaminan fidusia, yakni
tentang identifikasi benda tersebut dan surat bukti kepemilikannya.
6) Berapa nilai penjaminannya
7) Berapa nilai benda yang menjadi objek jaminan fidusia.
3. Objek Jaminan Fidusia
Ketentuan tentang benda yang dapat menjadi jaminan fidusia seperti
yang terdapat dalam Undang-Undang Fidusia adalah sebagai berikut :
a. Benda tersebut harus dapat dimiliki dan dialihkan secara hukum
b. Dapat atas benda berwujud
c. Dapat juga atas benda tidak berwujud termasuk piutang
d. Benda bergerak
e. Benda tidak bergerak yang tidak dapat diikat dengan hak tanggungan
f. Benda tidak bergerak yang tidak dapat diikatkan dengan hipotik
g. Baik atas benda yang sudah ada maupun terhadap benda yang akan
diperoleh kemudian.
h. Dapat atas satu satuan atau jenis benda
i. Dapat juga atas lebih dari satu jenis atau satuan benda
j. Termasuk hasil dari benda yang telah menjadi objek fidusia
k. Termasuk juga hasil klaim asuransi dari benda yang menjadi objek
jaminan fidusia
l. Benda persediaan dapat juga menjadi objek jaminan fidusia
4. Hak Preferensi dari Pemegang Fidusia
Hak Preferensi adalah hak dari kreditur pemegang jaminan tertentu
untuk terlebih dahulu diberikan haknya atas pelunasan hutangnya yang
diambil dari hasil penjualan barang jaminan hutang tersebut.Dalam hubungan
dengan hak preferensi dari penerima jaminan fudusia, hak preferensi adalah
hak penerima fidusia untuk mengambil pelunasan piutangnya atas hasil
eksekusi benda yang menjadi objek jaminan fidusia, dan hak preferensi atas
jaminan fidusia ini memang disebutkan dalam Undang-Undang.Status
preferensi didapatkan oleh penerima fidusia adalah hak preferensi tersebut
baru diperoleh pada saat diaftarkannya fidusia di Kantor Pendaftaran Fidusia.

64
5. Pengalihan Hak Atas Piutang
Suatu Piutang dapat saja dialihkan kepada pihak lain dengan jalan
Cessie piutang. Dalam hal ini pengalihan piutang tersebut haruslah dibuat
dengan akta cessie (baik notarial ataupun di bawah tangan) sesuai dengan
ketentuan yang terdapat dalam KUH Perdata.Jika piutang dialihkan kepada
pihak lain, maka fidusia yang menjamin hutang tersebut juga ikut beralih
kepada pihak yang menerima pengalihan piutang.
6. Pengalihan Benda Objek Jaminan Fidusia
Prinsips lain dari jaminan fidusia adalah bahwa jaminan fidusia
tersebut mengikuti ke mana pun benda jaminan tersebut berada. Untuk
melindungi pihak penerima fidusia sebagaimana yang dijaminkan hutangnya,
dalam hal pemegang fidusia mengalihkan benda persediaan, maka pemberi
fidusia diwajibkan mengganti benda persediaan yang telah dialihkan tersebut
dengan benda yang setara.Dalam hal ini setara dalam arti jenis maupun
nilainya.
7. Hapusnya Jaminan Fidusia
Apabila terjadi hal-hal tertentu, maka jaminan fidusia oleh hukum
dianggap telah hapus.Kejadian-kejadian tersebut adalah sebagai berikut :
a. Hapusnya hutang yang dijamin oleh jaminan fidusia
b. Pelepasan hak atas jaminan fidusia oleh penerima fidusia
c. Musnahnya benda yang menjadi jaminan fidusia
Hapusnya fidusia karena musnahnya hutang yang dijamin oleh fidusia
adalah sebagai konsekuensi logis dari karakter perjanjian jaminan fidusia
yang merupakan perjanjian ikutan (assessoir).Yakni assessoir terhadap
perjanjian pokonya berupa perjanjian hutang-piutang .Jadi jika perjanjian
hutang-piutang atau piutangnya lenyap karena alasan apapun, maka jaminan
fidusia sebagai ikutannya juga ikut lenyap.
8. Eksekusi Fudusia
Model-model eksekusi jaminan fidusia menurut Undang-Undang
fudusia adalah :
a. Secara fiat eksekusi, yakni lewat suatu penetapan pengadilan
b. Secara parate eksekusi, yakni dengan menjual (tanpa perlu penetapan

65
pengailan) di depan pelelangan umum.
c. Dijual di bawah tangan oleh pihak kreditur sendiri
d. Sesungguhnya tidak disebutkan dalam UU Fidusia nomor 32 Tahun
1999, tetapi tentunya pihak kreditur dapat menempuh prosedur eksekusi
biasa lewat gugatan biasa ke pengadilan.

C. SOAL LATIHAN/ TUGAS


1. Apa pengertian dari Jaminan Hutang? Coba Saudara Jelaskan
2. Coba Saudara sebutkan hak Jaminan Konvensional ?
3. Apa yang dimaksud Hak Tanggungan? dan apa ciri-ciri dari suatu hak
tanggungan. Coba Saudara jelaskan.
4. Bagaimana kedudukan lembaga Hipotik yang diatur dalam KUH
Perdata? Coba Saudara jelaskan.
5. Coba Saudara subutkan dan jelaskan beberapa prinsip utama dari
Jaminan Fidusia.

D. DAFTAR PUSTAKA
Santiago, Faisal. 2012. Pengantar Hukum Bisnis. Jakarta : Mitra Wacana
Media.
Fuady, Munir. 2008. Pengantar Hukum Bisnis. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Harjono, Dhaniswara. 2009. Aspek Hukum Dalam Bisnis. Jakarta: Pusat
Pengembangan Hukum dan Bisnis Indonesia.
Burton, Richard Simatupang. 2003. Aspek Hukum Dalam Bisnis. Jakarta:
Rineka Cipta.
Saliman, Abdul. 2011. Hukum Bisnis Untuk Perusahaan. Jakarta: Prenada
Media Group.
Sutiyoso, Bambang. 2006. Penyelesaian Sengketa Bisnis. Yogyakarta: Citra
Media.
Najih, Mokhammad. 2012. Pengantar Hukum Indonesia.Malang: Setara
PressSoekanto, Soerjono. 1991. SosiologiSuatuPengantar. Jakarta:
Rajawali Pers
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek).2013.
GrahamediaPress

66

Anda mungkin juga menyukai