Anda di halaman 1dari 10

MATERI BAHASA INDONESIA PERTEMUAN I

1.1 Pendahuluan

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai: standar kompetensi, sistematika penyajian,

pengertian dan hakikat bahasa, tujuan mempelajari bahasa, perkembangan bahasa Indonesia,

peresmian nama bahasa Indonesia, serta kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia.

1.2 Capaian Pembelajaran

Mahasiswa mampu menjelaskan: pengertian bahasa secara umum, tujuan mempelajari bahasa

secara umum, perkembangan bahasa Indonesia, serta kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia. Di

samping itu, mahasiswa diharapkan memiliki sikap positif terhadap bahasa Indonesia.

1.3 Standar Kompetensi

Secara umum, standar kompetensi yang ingin dicapai atas isi buku ini adalah agar

mahasiswa dapat memahami dan menerapkan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Kaidah tersebut meliputi: kaidah fonologi, morofologi, kosa kata, kalimat, paragraf, dan ejaan.

Di samping itu, mahasiswa juga diharapkan memahami dan dapat menerapkan ragam bahasa

khususnya ragam bahasa ilmiah. Dengan demikian, setelah membaca isi buku ini mahasiswa

tidak hanya mampu menggunakan bahasa Indonesia secara lisan, tetapi juga bahasa Indonesia

tulis khususnya berupa karya tulis ilmiah.


1.4 Sistematika Penyajian

Untuk mencapai standar kompetensi di atas, isi buku ini disajikan dengan sistematika

sebagai berikut. Secara keseluruhan, isi buku ini dibagi menjadi tujuh bab. Pada bagian

pendahuluan (Bab I) diuraikan pengertian dan hakikat bahasa, tujuan mempelajari bahasa,

perkembangan bahasa Indonesia, peresmian nama bahasa Indonesia, serta kedudukan dan fungsi

bahasa Indonesia.

Bab-bab selanjutnya meliputi uraian tentang ragam bahasa, bahasa Indonesia yang baik

dan benar (bahasa bukan sekedar alat komunikasi, konsep bahasa Indonesia yang baik dan benar,

kaidah umum bahasa Indonesia), ejaan, kosa kata, kalimat, dan paragraf. Semua itu diuraikan

berturut-turut pada Bab II, Bab III, Bab IV, Bab V, Bab VI, dan Bab VII. Pada akhir setiap bab

juga disajikan soal-soal pelatihan yang harus dikerjakan oleh mahasiswa, untuk mengukur

pemahaman mahasiswa terhadap isi setiap bab.

1.5 Pengertian Bahasa, Tujuan Mempelajari Bahasa, Perkembangan Bahasa Indonesia,


Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia

1.5.1 Pengertian Bahasa

Ada beberapa istilah yang digunakan untuk menyebutkan bahasa. Misalnya, lingua dalam

bahasa Latin, langue dalam bahasa Perancis, go dalam bahasa Jepang, langua dalam bahasa

Sepanyol, language dalam bahasa Inggris, bhasa dalam bahasa Sanskerta, taal dalam bahasa

Belanda, lugathun dalam bahasa Arab, dan sprache dalam bahasa Jerman. (Sulaga, 1986: 1)

Bahasa sebagai alat komunikasi memiliki banyak definisi tergantung pada sudut pandang

para ahli bahasa. Beberapa definisi tersebut dapat dikemukakan seperti di bawah ini.

1) Bahasa adalah “Alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang

dihasilkan oleh alat ucap manusia”. (Keraf, 1980:1)


2) Bahasa adalah “Lambang berupa bunyi yang dihasilkan oleh alat-alat ucap manusia,

mempunyai sistem dan mengandung arti yang bersifat arbitrer; dipakai oleh manusia

dalam kehidupannya sebagai alat komunikasi antarsesamanya untuk membentuk,

mengungkapkan, dan menyampaikan pikiran dan perasaannya”. (Sitindoan, 1984: 17)

3) Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat dengan bunyi atau lambang

bunyi yang dikeluarkan oleh alat-alat ucap (manusia dan bukan alat ucap lain) secara

teratur. (Sulaga, 1986: 2)

4) Bahasa adalah “sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu

masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri”. (Depdiknas,

2008: 116)

5) Bahasa adalah “sistem lambang bunyi yang dipergunakan oleh para anggota suatu

masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri”.

(Kridalaksana, 2008: 24)

Beberapa definisi bahasa di atas dapat diberikan penjelasan lebih lanjut bahwa bahasa itu

adalah:

1) Berarti sesuatu yang dapat berfungsi sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat.

2) Berarti sesuatu yang dapat berupa bunyi atau lambang bunyi.

3) Berarti bunyi yang dikeluarkan oleh alat-alat ucap manusia (artikualasi, artikulator, dan

udara)

4) Berarti bunyi atau lambang bunyi yang teratur.


1.5.2 Tujuan Mempelajari Bahasa

Salah satu ciri bahasa adalah harus dipelajari. Maksudnya, orang akan bisa berbahasa

apabila ia mempelajari bahasa. Seandainya orang itu lahir di lingkungan masyarakat yang fasih

berbahasa Bali, maka orang itu lebih cenderung bisa berbahasa Bali daripada berbahasa lain.

Demikian juga, orang yang dibesarkan di lingkungan masyarakat yang berbahasa Inggris,

jelaslah mereka akan lebih mampu berbahasa Inggris daripada memakai bahasa lain. Semua ini

bisa terladi karena yang bersangkutan harus mempelajari bahasa minimal untuk berkomunikasi

di antara sesama.

Pada hakikatnya terdapat beberapa tujuan yang terkandung di dalam mempelajari bahasa,

yaitu seperti di bawah ini.

a. Tujuan Praktis

Tujuan praktis ialah mempelajari bahasa dengan tujuan sekedar untuk dapat berhubungan

kepada masyarakat yang menggunakan bahasa yang bersangkutan.

Contoh :

Seorang pedagang dari Jawa dengan bahasa ibunya bahasa Jawa, berdagang di Pasar Badung,

Denpasar. Ia akan berusaha mempelajari bahasa Bali agar dapat berkomunikasi lebih efektif

dengan pelanggan yang kebanyakan orang Bali yang menggunakan bahasa Bali sebagai bahasa

komunikasi keseharian. Jadi, dalam hal ini pedagang dari Jawa mempelajari bahasa Bali

hanyalah merupakan tujuan praktis yaitu agar dapat berkomunikasi dengan bahasa Bali.

b. Tujuan Linguistik

Tujuan linguistik ialah mempelajari bahasa dengan tujuan membina dan mengembangkan

bahasa menjadi bahasa yang agung di kemudian hari. Dalam konteks tujuan ini, biasanya yang

melakukan adalah para ahli bahasa dan kaum terpelajar.


Contoh :

Para ahli bahasa Indonesia mempelajari bahasa Indonesia untuk kepentingan bahasa

Indonesia di kemudian hari. Mereka berusaha menjadikannya bahasa yang sempurna,

ketaatasasan kaidah maupun faktor lainnya. Demikian juga semua siswa SMP, SMA, dan yang

lainnya mempelajari bahasa Indonesia bertujuan seperti ini, yaitu kelak mampu berperan serta

membina dan mengembangkan bahasa Indonesia.

c. Tujuan Artistik

Mempelajari bahasa dengan tujuan artistik maksudnya mempelajari bahasa agar dapat

digunakan sebagai ramuan seni. Misalnya, seni sastra dalam berbagai bentuk seperti puisi,

cerpen, prosa, dan drama; seni pertunjukan; dan seni pedalangan.

Contohnya:

Seorang pengarang novel harus mempelajari ragam bahasa sastra dalam bahasa

Indonesia, agar mampu mewahani ide seninya yang ingin disampaikan kepada pembaca.

Demikian juga seorang dalang dalam pewayangan, mempelejari suatu bahasa agar mampu

mewahani cerita yang disampaikan kepada penonton yang pada akhirnya penonton dapat

memahami jalan ceritanya.

d. Tujuan Psikologi

Tujuan psikologi maksudnya mempelajari bahasa dengan maksud ingin mengetahui jiwa

si pemakai bahasa itu, karena pada prinsipnya, bahasa dapat menunjukkan karakter seseorang.

Contoh:

Seorang psikiater mempelajari bahasa yang digunakan seseorang agar dapat mengetahui

karakternya. Dari sinilah ia akan dapat menyimpulkan bahwa seseorang mempunyai sifat
pemalu, nakal, sombong, atau yang lainnya. Demikian juga seorang guru atau seorang dosen

dapat mengetahui karakter anak didiknya dari segi cara berbahasa atau cara berbicara.

e. Tujuan Filologi

Filologi adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari naskah-naskah kuno. Tujuan

mempelajari bahasa secara filologi maksudnya, mempelajari bahasa yang digunakan pada

naskah-naskah lama dengan maksud untuk mengetahui peranan dan fungsi bahasa itu di masa

lampau.

Contoh:

Seorang filolog mempelajari bahasa Jawa Kuna yang digunakan dalam sebuah prasasti

kerajaan yang ada di Indonesia. Berdasarkan angka tahun prasasti tersebut akan dapat diketahui

peranan dan fungsi bahasa itu pada zaman kerajaan terdahulu. Ataau seorang filolog dapat

mengetahui peranan dan fungsi bahasa Melayu pada zaman Kerajaan Sriwijaya dari prasasti atau

naskah-naskah sastra zaman itu.

1.5.3 Perkembangan Bahasa Indonesia

Pembicaraan tentang bahasa Indonesia tidak dapat dilepaskan dari bahasa Melayu yang

merupakan sumber bahasa Indonesia yang digunakan sekarang. Bahasa Indonesia tumbuh dan

berkembang dari bahasa Melayu yang sejak dahulu sudah dipakai sebagai bahasa perantara

(lingua pranca), tidak saja di kepulauan Nusantara tetapi juga hampir di seluruh Asia Tenggara.

Mengenai pemakaian bahasa Melayu sebagai alat komunikasi, dapat diketahui dari

berbagai batu bertulis (prasasti) kuno yang ditemukan, seperti: (1) Prasasti Kedukan Bukit di
Palembang, tahun 683; (2) Prasasti Talang Tuo di Palembang, tahun 684; (3) Prasasti Kota

Kapur di Bangka Barat, tahun 686; dan (4) Prasasti Karang Brahi antara Jambi dan Sungai Musi,

tahun 688 yang bertuliskan Prae-Negari dan bahasanya bahasa Melayu Kuno. Prasasti-prasasti

itu memberi petunjuk kepada kita bahwa bahasa Melayu dalam bentuk bahasa Melayu Kuno

sudah dipakai sebagai alat komunikasi pada zaman Kerajaan Sri Wijaya (Amran Halim dalam

Arifin, 1985:3). Prasasti-prasasti yang juga tertulis dalam bahasa Melayu Kuno terdapat di Jawa

Tengah (Prasasti Gandasuli, tahun 832) dan di Bogor (Prasasti Bogor, tahun 942). Kedua prasasti

yang disebutkan terakhir memperkuat dugaan kita bahwa bahasa Melayu Kuno pada saat itu

tidak saja digunakan di pulau Sumatra, tetapi juga di Pulau Jawa.

Berdasarkan bukti-bukti di atas, dapat dikatakan pula bahwa pada zaman Kerajaan

Sriwijaya bahwa Melayu berfungsi sebagai berikut:

a. Bahasa Melayu berfungsi sebagai bahasa kebudayaan, yaitu bahasa buku-buku yang berisi

aturan-aturan hidup dan sastra.

b. Bahasa Melayu berfungsi sebagai bahasa perhubungan (lingua franca) antarsuku di

Indonesia.

c. Bahasa Melayu berfungsi sebagai bahasa perdagangan, terutama di tepi-tepi pantai, baik

antarsuku yang ada di Indonesia maupun terhadap pedagang-pedagang yang datang dari

luar Indonesia.

d. Bahasa Melayu berfungsi sebagai bahasa resmi kerajaan.

1.5.4 Peresmian Nama Bahasa Indonesia


Kongres Pemuda Indonesia tanggal 28 Oktober 1928 merupakan tonggak bersejarah bagi

perkembangan bahasa Indonesia. Hal ini berhubungan dengan ikrar para pemuda waktu itu, yang

kemudian dikenal dengan Sumpah Pemuda. Selengkapnya, isi Sumpah Pemuda itu adalah:

Pertama : Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah

satu, tanah Indonesia

Kedua : Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang

satu, bangsa Indonesia

Ketiga : Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa

persatuan, bahasa Indonesia

Apabila diperhatikan butir ketiga Sumpah Pemuda di atas, memang tidak merupakan

pengakuan “berbahasa satu”, tetapi merupakan pernyataan tekad kebahasaan yang menyatakan

bahwa kita bangsa Indonesia menjungjung tinggi bahasa persatuan, yaitu bahasa Indonesia.

(Amran Halim dalam Arifin, 1985;5).

Dengan diikrarkannya Sumpah Pemuda, resmilah bahasa Melayu yang sudah dipakai

sejak pertengahan abad VII itu menjadi bahasa Indonesia. Jadi, peresmian nama bahasa

Indonesia ditetapkan tanggal 28 Oktober 1928. Sehubungan dengan hal itu, yang masih menjadi

pertanyaan adalah, “Mengapa bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia?” Mengapa

bukan bahasa yang lain?

Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa

Indonesia, yaitu sebagai berikut:

a. Bahasa Melayu sudah merupakan lingua franca di Indonesia, bahasa perhubungan,

dan bahasa perdagangan.


b. Sistem bahasa Melayu sederhana, mudah dipelajari karena dalam bahasa ini tidak

dikenal tingkatan bahasa (bersifat demokratis) seperti dalam bahasa Jawa, bahasa

Bali yang mengenal adanya bahasa kasar dan bahasa halus.

c. Suku Jawa, suku Sunda dan suku-suku lainnya yang ada di Indonesia dengan suka

rela menerima bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.

d. Bahasa Melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa kebudayaan

dalam arti yang luas dan memiliki daerah sebar yang luas.

Faktor-faktor di atas dapat digolongkan ke dalam faktor intralinguistik dan faktor

ekstralinguitik. Faktor intralinguistik maksudnya, faktor yang memengaruhi pengangkatan

bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia yang bersumber dari masalah kebahasaan. Faktor

ekstralinguistik maksudnya, faktor yang memengaruhi pengangkatan bahasa Melayu menjadi

bahasa Indonesia yang bersumber dari faktor di luar masalah kebahasaan. Dengan demikian, dari

faktor-faktor yang disebutkan di atas, faktor nomor (a) dan (b) adalah faktor intralinguistik,

sedangkan faktor nomor (c) dan (d) adalah termasuk faktor ekstralinguistik.

1.5.5 Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia yang kita kenal sekarang mempunyai kedudukan yang istimewa di

negara Indonesia. Dikatakan demikian, karena bahwa Indonesia mempunyai dua

kedudukan, yaitu sebagai bahasa nasional dan sebagai bahasa resmi negara. Kedudukan sebagai

bahasa nasional dimiliki oleh bahasa Indonesia sejak diikrarkannya Sumpah Pemuda dalam

Kongres Pemuda 28 Oktober 1928 dan sebagai bahasa resmi negara dimiliki sejak ditetapkannya

UUD 1945 yang salah satu pasalnya mengatur bahasa Negara adalah bahasa Indonesia.
Sehubungan dengan kedudukan bahasa Indonesia tersebut, di dalam keputusan Seminar

Politik Bahasa Nasional dinyatakan bahwa:

a. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai:

1) lambang kebanggaan nasional

2) lambang identitas nasional

3) alat pemersatu berbagai masyarakat yang berbeda-beda latar belakang sosial budaya

dan bahasanya

4) alat perhungan antarbudaya dan antardaerah

b. Sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi:

1) bahasa resmi kenegaraan

2) bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan

3) bahasa resmi di dalam perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan

perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintahan

4) bahasa resmi dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan

serta teknologi modern.

Anda mungkin juga menyukai