Anda di halaman 1dari 12

B A H A S A

I N D O N E S I A

http://www.badricenter.co.cc/
*M. Badri, S.Pd., M.Pd.*

PENGERTIAN BAHASA Secara umum bahasa didefinisikan sebagai simbol bunyi yg keluar dari alat artikulator yg bersifat arbitrer dan tidak intingtif dan disepakati secara konvensional. Menurut Keraf dalam Smarapradhipa (2005:1), memberikan dua pengertian bahasa. Pengertian pertama menyatakan bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yg dihasilkan oleh alat ucap manusia. Kedua, bahasa adalah sistem komunikasi yg mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yg bersifat arbitrer. Lain halnya menurut Owen dalam Stiawan (2006:1), menjelaskan definisi bahasa yaitu language can be defined as a socially shared combinations of those symbols and rule governed combinations of those symbols (bahasa dapat didefenisikan sebagai kode yg diterima secara sosial atau sistem konvensional untuk menyampaikan konsep melalui kegunaan simbol-simbol yg dikehendaki dan kombinasi simbol-simbol yg diatur oleh ketentuan). Pendapat di atas mirip dg apa yg diungkapkan oleh Tarigan (1989:4), bahwa bahasa adalah suatu sistem yg sistematis, barang kali juga untuk sistem generatif. Kedua, bahasa adalah seperangkat lambang-lambang mana suka atau simbol-simbol arbitrer. Menurut Santoso (1990:1), bahasa adalah rangkaian bunyi yg dihasilkan oleh alat ucap manusia secara sadar. Definisi lain, Bahasa adalah suatu bentuk dan bukan suatu keadaan (lenguage may be form and not matter) atau sesuatu sistem lambang bunyi yg arbitrer, atau juga suatu sistem dari sekian banyak sistem-sistem, suatu sistem dari suatu tatanan atau suatu tatanan dalam sistem-sistem. Pengertian tersebut dikemukakan oleh Mackey (1986:12). Menurut Wibowo (2001:3), bahasa adalah sistem simbol bunyi yg bermakna dan berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap) yg bersifat arbitrer dan konvensional, yg dipakai sebagai alat berkomunikasi oleh sekelompok manusia untuk melahirkan perasaan dan pikiran. Hampir senada dg pendapat Wibowo, Walija (1996:4), mengungkapkan definisi bahasa ialah komunikasi yg paling lengkap dan efektif untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan dan pendapat kepada orang lain. Pendapat lainnya tentang definisi bahasa diungkapkan oleh Syamsuddin (1986:2), beliau memberi dua pengertian bahasa. Pertama, bahasa adalah alat yg dipakai untuk membentuk pikiran dan perasaan, keinginan dan perbuatan-perbuatan, alat yg dipakai untuk mempengaruhi dan dipengaruhi. Kedua, bahasa adalah tanda yg jelas dari kepribadian yg baik maupun yg buruk, tanda yg jelas dari keluarga dan bangsa, tanda yg jelas dari budi kemanusiaan. Sementara Pengabean (1981:5), berpendapat bahwa bahasa adalah suatu sistem yg mengutarakan dan melaporkan apa yg terjadi pada sistem saraf. Pendapat terakhir dari makalah singkat tentang bahasa ini diutarakan oleh Soejono (1983:01), bahasa adalah suatu sarana perhubungan rohani yg amat penting dalam hidup bersama. Sebagaimana kita ketahui, bahasa terdiri atas kata-kata atau kumpulan kata. Masing-masing mempunyai makna, yaitu, hubungan abstrak antara kata sebagai lambang dg objek atau konsep yg diwakili Kumpulan kata atau kosa kata itu oleh ahli bahasa disusun secara alfabetis, atau menurut urutan abjad, disertai penjelasan artinya dan kemudian dibukukan menjadi sebuah kamus atau leksikon. Pada waktu kita berbicara atau menulis, kata-kata yg kita ucapkan atau kita tulis tidak tersusun begitu saja, melainkan mengikuti aturan yg ada. Untuk mengungkapkan gagasan, pikiran atau perasaan, kita harus memilih kata-kata yg tepat dan menyusun kata-kata itu sesuai dg aturan bahasa. Seperangkat aturan yg mendasari pemakaian bahasa, atau yg kita gunakan sebagai pedoman berbahasa inilah yg disebut Tata bahasa. Dari pengertian di atas dapat diasumsikan bahwa fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi, atau sarana untuk menyampaikan informasi (= fungsi informatif l) Tetapi, bahasa pada dasarnya lebih dari sekadar alat untuk menyampaikan informasi, atau mengutarakan pikiran, perasaan, atau gagasan, karena bahasa juga berfungsi sebagai berikut. 1. Untuk tujuan praktis: mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari. 2. Untuk tujuan artistik: manusia mengolah dan menggunakan bahasa dg seindah-indahnya guna pemuasan rasa estetis manusia. 3. Sebagai kunci mempelajari pengetahuan-pengetahuan lain, di luar pengetahuan kebahasaan. Dikatakan oleh para ahli budaya, bahwa bahasalah yg memungkinkan kita membentuk diri sebagai makhluk bernalar, berbudaya, dlan berperadaban. Dg bahasa, kita membina hubungan dan kerja sama, mengadakan transaksi, dan melaksanakan kegiatan sosial dg bidang dan peran kita rnasing-masing. Dg bahasa kita mewarisi kekayaan masa larnpau, rnenghadapi hari ini, dan merencanakan masa depan. Jika dikatakan bahwa setiap orang membutuhkan informasi itu benar. Kita ambil contoh, misalnya, mahasiswa. la membutuhkan informasi yg berkaitan dg bidang studinya agar lulus dalarn setiap ujian dan sukses meraih gelar atau tujuan yg diinginkan. Seorang dokter juga sama. la memerlukan informasi tentang kondisi fisik dan psikis pasiennya agar dapat menyembuhkannya dg segera. Contoh lain, seorang manager yg mengoperasikan, mengontrol atau mengawasi perusahaan tanpa informasi is tidak mungkin dapat mengambil keputusan amu menemuukan kebijaksanaan Karena setiap orang membutuhkan informasi, komunikasi sebagai proses tukar-menukar informasi, dg sendirinya juga mutlak menjadi kebutuhan setiap orang. SEJARAH NAMA INDONESIA Kata Indonesia berasal dari gabungan kata Yunani Indus 'India' dan nesos 'Negara-negara kepulauan'. Jadi secara etimologis berarti kepulauan yg telah dipengaruhi oleh kebudayaan India, atau hanya kepulauan India. Pencipta kata tersebut ialah Ricard Lacan pada thn 1819 dan George Samuel Windsor Earl, sarjana Inggris dalam Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia, Vol. iv- him 17 Feb 1850. Ia menggunakan kata Indonesians dalam majalah itu Sedangkan, orang yg mempopulerkan kola lndnnesin adalah ahli etnologi Jerman, Adolf Bastian, yg memakainya dalam buku-buku yg ditulisnya sejak thn 1884. Buku-buku ini diberi judul Indwonesien order die Inseln des Malayischen Archipel.

Bahasa Indonesia yg sekarang itu ialah bahasa Melayu Kuno, yg dahulu digunakan orang Melayu di Riau, Johor. dan Lingga, yg telah mengalami perkembanggan berabad-abad lamanya Dalam keputusan Seksi A No. 8. hasil Kongres Bahasa Indonesia 11 di Medan, 1954, dikatakan bahwa dasar bahasa Indonesia ialah bahasa Melayu yg disesuaikan dg pertumbuhan dalam masyarakat den kebadayaan Indonesia sekarang. 1. Sehubungan dg perkembangan bahasa Indonesia, ada beberapa masa dan thn bersejarah yg penting, yakni : Masa Kerajaan Sriwijaya sekitar abad ke-7. Pada waktu itu Bahasa Indonesia yg masih bernama bahasa Melayu telah digunakan sebagai lingua franca atau bahasa penghubung, bahasa pengantar. Bukti, hostoris dari masa ini antara lain prasasti atau batu bertulis yg ditemikan di Kedukan Bukit, Kota Kapur, Talang Tuwo. Karang Brahi yg berkerangka thn 680 Masehi. Selain ini dapat disebutkan bahwa data bahasa Melayu paling tua justru dalam prasasti yg ditemukan di Sojomerta dekat Pekalongan, Jawa Tengah. Masa Kerajan Malaka, sekitar abad ke-15. Pada masa ini peran bahasa Melavu sebagai alat komunikasi semakin penting. Sejarah Melayu karya Tun Muhammad Sri Lanang adalah peninggalan karya sastra tertue yg ditulis pada masa ini. Sekitar thn 1521, Antonio Pigafetta menyusun daftar kata Italy-Melayu yg pertama. Daflar itu dibuat di Tidore dan berisi kata-kata yg dijurnpai di sana. Masa Abdullah bin Abdulkadir Munsyi, sekitar abad ke-19. Fungsi bahasa Melayu sebagai sarana pengungkap nilai-nilai estetik kian jelas. Ini dapat dilihat dari karya-karya Abdullah seperti Hikayat Abdullah, Kisah Pelayaran Abdullah ke Negeri Jedah, Syair tentang Singapura Dimakan Api, dan Pancatanderan Tokoh lain yg Perlu dicatat di sini ialah Raja Ali Haji yg terkenal sebagai pengarang Gurindam Dua Belas, Silsilah Melayu Bugis, dan Bustanul Katibin. Pada thn 1901 diadakan pembakuan ejaan yg pertama kali oleh Prof. Ch. van Ophuysen dibantu Engku Nawawi dan Moh. Taib Sultan Ibrahim. Hasil pembakuan mereka yg dikenal dg Ejaan Van Ophuysen ditulis dalam buku yg berjudul Kitab Logat Melajoe. Thn 1908 pemerintah Belanda mendirikan Commissie de lndlandsche School en Volkslectuur ( Komisi Bacaan Sekolah Bumi Putra dan Rakyat) Lembaga ini mempunyai andil besar dalam menyebarkan Serta mengembangkan bahasa Melayu melalui bahanbahan bacaan yg diterbitkan untuk umum. Thn 1928 tepatnya tanggal 28 Oct, dalarn Sumpah Pemuda, bahasa Melayu diwisuda menjadi bahasa Nasional bangsa Indonesia sekaligus namanya diganti menjadi bahasa Indonesia. Alasan dipilihnya bahasa Melayu menjadi bahasa nasional ini didasarkan pada kenyataan bahwa bahasa tersebut (1) telah dimengerti dan dipergunakan selama berabad-abad sebagai Lingua franca hampir di seluruh daerah kawasan Nusantara, (2) strukturnya sederhana sehingga mudah dipelajari dan mudah menerima pengaruh luar untuk memperkaya serta menyempurnakan fungsinya. (3) bersifat demokratis sehingga menghindarkan kemungkinan timbulnya perasaan sentimen dan perpecahan, dan (4) adanya semangat kebangsaan yg lebih besar dari penutur bahasa Jawa dan Sunda. "Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa jang sama, bahasa Indonesia" demikian rumusan Sumpah Pemuda yg terakhir dan yg benar. Thn 1933 terbit majalah Poedjangga Baroe yg pertama kali. Pelopor pendiri majalah ini ialah Sutan Takdir Alisyahbana, Amir Hamzah, dan Armijn Pane, yg ketiganya ingin dan berusaha memajukan bahasa Indonesia dalam segala bidang. Thn 1938, dalam rangka peringatan 10 thn Sumpah Pemuda diadakan Kongres Bahasa Indonesia I di Solo, yg dihadiri ahli-ahli bahasa dan para budayawan seperti Ki Hadjar Dewantara, Prof Dr Purbatjaraka dan Prof Dr. Husain Djajadiningrat. Dalam kongres ditetapkan keputusan untuk menditikan Institut Bahasa Indonesia, mengganti ejaan van Ophuysen, serta menjadikan bahasa Indonesia menjadi bahasa pengantar dalam Badan Perwakilan. Masa pendudukan Jepang (1942-1945) Pada masa ini peran bahasa Indonesia semakin penting karena pemerintah Jepang melarang penggunnan bahasa Belanda yg dianggapnya sebagai bahasa musuh Penguasa Jepang terpaksa mengangkat bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi dalam administrasi pemerintahan dan bahasa pengantar di lembaga pendidikan, karena bahasa Jepang sendin belum banyak dimengerti oleh bangsa Indonesia. Untuk mengatasi berbagai kesulitan, akhirnya Kantor Pengajaran Balatentara Jepang mendirikan Komisi Bahasa Indonesia. Thn 1945, tepamya 18 Agust bahasa Indonesia diangkat sebagai bahasa negara, sesuai dg bunyi UUD 45, Bab XV, Pasal 36: Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia. Tanggal 19 Maret 1947 diresmikan pemakaian Ejaan Repoeblik sebagai penyempummn ejaan sebelumnya Ejaan ini kemudian lebih dikenal dg sebutan Ejaan Soewandi. Balai Bahasa yg dibentuk Wont 1948, yg kemudian namanya diubah menjadi Lembaga Bahasa Nasional (LBN) thn 1968, dan dirubah lagi menjadi Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Pada thn 1972 adalah lembaga yg didirikan dalam rangka usaha pemantapan perencanaan bahasa. Atas prakarsa Mentri PP dam K, Mr. Moh. Yamin, Kongres Bahasa Indonesia Kedua diadakan di Medan tanggal 28 Oct s.d. 1 Nov 1954. Dalam kongres ini disepakati suatu rumusan bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu, tetapi bahasa Indonesia berbeda dari bahasa Melayu karena bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu yg sudah disesuaikan pertumbuhannya dg masyraakat Indonesia sekarang. Thn 1959 ditetapkan rumusan Ejaan Malindo, sebagai hasil usaha menyamakan ejaan bahasa Indonesia dg bahasa Melayu yg digunakan Persekutuan Tanah Melayu. Akan tetapi, karena pertentangan politik antara Indonesia dan Malaysia, ejaan tersebut menjadi tidak pernah diresmikan pemakaiannya. Thn 1972, pada tanggal 17 Agust, diresmikan pemakaian Ejaan Yg Disempurnakan yg disingkat EYD. Ejaan yg pada dasarnya adalah hasil penyempurnaan dari Ejaan Bahasa Indonesia yg dirancang oleh panitia yg diketuai oleh A. M. Moeliono juga digunakan di Malaysia dan berlaku hingga sekarang. Thn 1978, dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda yg ke-50. bln Nov di Jakarta diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia III. Kongres ini berhasil mengambil keputusan tentang pokok-pokok pikiran mengenai masalah pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia. Di antaranya ialah penetapan bln September sebagai bln bahasa. Tanggal 21 - 26 Nov 1983, di Hotel Kartika Chandra, Jakarta, berlangsang Kongres Bahasa Indonesia IV. Kongres yg dibuka olch Mentri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof Dr. Nugroho Notosusanto, berhasil merumuskan usaha-usaha atau tindak lanjut untuk memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan negara. Dg tujuan yg sama, di Jakarta 1988, diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia V. Thn 1993, diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia VI di Jakarta. Kongres Bahasa Indonesia berikutnya akan diselenggarakan setiap lima thn sekali.

2.

3.

4. 5.

6.

7. 8.

9.

10. 11. 12.

13.

14.

15.

16.

17.

18. 19.

Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia. Sebagairmana kita ketahui dari uraian di atas, bahwa sesuai dg ikrar Sumpah Pemuda tanggal 28 Okt 1928 bahasa Indonesia diangkat sebagai bahasa nasional, dan sesuai dg bunyi UUD 45, Bab XV, Pasal 36 Indonesia juga dinyatakan sebagai bahasa negara. Hal ini berarti bahwa bahasa Indonesia mempunyai kedudukan baik sebagai bahasa nasional dan bahasa negara.

SEJARAH PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA Versi 1 Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Dasar RI 1945, Pasal 36. Ia juga merupakan bahasa persatuan bangsa Indonesia sebagaimana disiratkan dalam Sumpah Pemuda 28 Oct 1928. Meski demikian, hanya sebagian kecil dari penduduk Indonesia yg benar-benar menggunakannya sebagai bahasa ibu, karena dalam percakapan sehari-hari yg tidak resmi masyarakat Indonesia lebih suka menggunakan bahasa daerahnya masing-masing sebagai bahasa ibu, seperti bahasa Melayu pasar, bahasa Jawa, bahasa Sunda, dan lain sebagainya. Untuk sebagian besar masyarakat Indonesia lainnya, bahasa Indonesia adalah bahasa kedua dan untuk taraf resmi bahasa Indonesia adalah bahasa pertama. Bahasa Indonesia merupakan sebuah dialek bahasa Melayu yg menjadi bahasa resmi Republik Indonesia. Bahasa Indonesia diresmikan pada kemerdekaan Indonesia thn 1945. Bahasa Indonesia merupakan bahasa dinamis yg hingga sekarang terus menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan, maupun penyerapan dari bahasa daerah dan asing. Bahasa Indonesia adalah dialek baku dari bahasa Melayu yg pokoknya dari bahasa Melayu Riau sebagaimana diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantara dalam Kongres Bahasa Indonesia I thn 1939 di Solo, Jawa Tengah, Jang dinamakan Bahasa Indonesia jaitoe bahasa Melajoe jang soenggoehpoen pokoknja berasal dari Melajoe Riaoe, akan tetapi jang soedah ditambah, dioebah ataoe dikoerangi menoeroet keperloean zaman dan alam baharoe, hingga bahasa itoe laloe moedah dipakai oleh rakjat di seloeroeh Indonesia; pembaharoean bahasa Melajoe hingga menjadi bahasa Indonesia itoe haroes dilakoekan oleh kaoem ahli jang beralam baharoe, ialah alam kebangsaan Indonesia. atau sebagaimana diungkapkan dalam Kongres Bahasa Indonesia II 1954 di Medan, Sumatra Utara, bahwa asal bahasa Indonesia ialah bahasa Melaju. Dasar bahasa Indonesia ialah bahasa Melaju jang disesuaikan dg pertumbuhannja dalam masjarakat Indonesia. Secara sejarah, bahasa Indonesia merupakan salah satu dialek temporal dari bahasa Melayu yg struktur maupun khazanahnya sebagian besar masih sama atau mirip dg dialek-dialek temporal terdahulu seperti bahasa Melayu Klasik dan bahasa Melayu Kuno. Secara sosiologis, bolehlah kita katakan bahwa bahasa Indonesia baru dianggap lahir atau diterima keberadaannya pada tanggal 28 Oct 1928. Secara yuridis, baru tanggal 18 Agust 1945 bahasa Indonesia secara resmi diakui keberadaannya. Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu, sebuah bahasa Austronesia yg digunakan sebagai lingua franca (bahasa pergaulan) di Nusantara kemungkinan sejak abad-abad awal penanggalan modern. Bentuk bahasa sehari-hari ini sering dinamai dg istilah Melayu Pasar. Jenis ini sangat lentur, sebab sangat mudah dimengerti dan ekspresif, dg toleransi kesalahan sangat besar dan mudah menyerap istilah-istilah lain dari berbagai bahasa yg digunakan para penggunanya. Bentuk yg lebih resmi, disebut Melayu Tinggi yg pada masa lalu digunakan oleh kalangan keluarga kerajaan di sekitar Sumatera, Jawa, dan Semenanjung Malaya. Bentuk bahasa ini lebih sulit karena penggunaannya sangat halus, penuh sindiran, dan tidak seekspresif Bahasa Melayu Pasar. Pemerintah kolonial Belanda melihat kelenturan Melayu Pasar dapat mengancam keberadaan bahasa dan budaya. Belanda berusaha meredamnya dg mempromosikan bahasa Melayu Tinggi, diantaranya dg penerbitan karya sastra dalam Bahasa Melayu Tinggi oleh Balai Pustaka. Tetapi Bahasa Melayu Pasar sudah digunakan oleh banyak pedagang dalam berkomunikasi.

Melayu Kuno Penyebutan pertama istilah Bahasa Melayu sudah dilakukan pada masa sekitar 683-686 M, yaitu angka thn yg tercantum pada beberapa prasasti berbahasa Melayu Kuno dari Palembang dan Bangka. Prasasti-prasasti ini ditulis dg aksara Pallawa atas perintah raja Sriwijaya, kerajaan maritim yg berjaya pada abad ke-7 sampai ke-12. Wangsa Syailendra juga meninggalkan beberapa prasasti Melayu Kuno di Jawa Tengah. Keping Tembaga Laguna yg ditemukan di dekat Manila juga menunjukkan keterkaitan wilayah itu dg Sriwijaya. Berbagai batu bertulis (prasasti) yg ditemukan itu seperti: 1. Prasasti Kedukan Bukit di Palembang, thn 683. 2. Prasasti Talang Tuo di Palembang, thn 684. 3. Prasasti Kota Kapur di Bangka Barat, thn 686. 4. Prasasti Karang Brahi antara Jambi dan Sungai Musi, thn 688. Yg kesemuanya beraksara Pallawa dan bahasanya bahasa Melayu Kuno memberi petunjuk bahwa bahasa Melayu dalam bentuk bahasa Melayu Kuno sudah dipakai sebagai alat komunikasi pada zaman Sriwijaya. Prasasti-prasasti lain yg bertulis dalam bahasa Melayu Kuno juga terdapat di: 1. Jawa Tengah: Prasasti Gandasuli, thn 832, dan Prasasti Manjucrigrha. 2. Bogor: Prasasti Bogor, thn 942. Kedua prasasti di pulau Jawa itu memperkuat pula dugaan bahwa bahasa Melayu Kuno pada saat itu bukan saja dipakai di Sumatra, melainkan juga dipakai di Jawa. Penelitian linguistik terhadap sejumlah teks menunjukkan bahwa paling sedikit terdapat dua dialek bahasa Melayu Kuno yg digunakan pada masa yg berdekatan.

Melayu Klasik Karena terputusnya bukti-bukti tertulis pada abad ke-9 hingga abad ke-13, ahli bahasa tidak dapat menyimpulkan apakah bahasa Melayu Klasik merupakan kelanjutan dari Melayu Kuno. Catatan berbahasa Melayu Klasik pertama berasal dari Prasasti Terengganu berangka thn 1303. Seiring dg berkembangnya agama Islam yg dimulai dari Aceh pada abad ke-14, bahasa Melayu klasik lebih berkembang dan mendominasi sampai pada tahap di mana ekspresi Masuk Melayu berarti masuk agama Islam.

Bahasa Indonesia Bahasa Melayu di Indonesia kemudian digunakan sebagai lingua franca, namun pada waktu itu belum banyak yg menggunakannya sebagai bahasa ibu. Bahasa ibu masih menggunakan bahasa daerah yg jumlahnya mencapai 360 bahasa.

Pada pertengahan 1800-an, Alfred Russel Wallace menuliskan di bukunya Malay Archipelago bahwa, Penghuni Malaka telah memiliki suatu bahasa tersendiri yg bersumber dari cara berbicara yg paling elegan dari negara-negara lain, sehingga bahasa orang Melayu adalah yg paling indah, tepat, dan dipuji di seluruh dunia Timur. Bahasa mereka adalah bahasa yg digunakan di seluruh Hindia Belanda. Jan Huyghen van Linschoten di dalam bukunya Itinerario menuliskan bahwa, Malaka adalah tempat berkumpulnya nelayan dari berbagai negara. Mereka lalu membuat sebuah kota dan mengembangkan bahasa mereka sendiri, dg mengambil kata-kata yg terbaik dari segala bahasa di sekitar mereka. Kota Malaka, karena posisinya yg menguntungkan, menjadi bandar yg utama di kawasan Tenggara Asia, bahasanya yg disebut dg Melayu menjadi bahasa yg paling sopan dan paling pas di antara bahasa-bahasa di Timur Jauh. Bahasa Indonesia modern dapat dilacak sejarahnya dari literatur Melayu Kuno. Pada awal abad ke-20, bahasa Melayu pecah menjadi dua. Di thn 1901, Indonesia di bawah Belanda mengadopsi ejaan Van Ophuijsen, sedangkan pada thn 1904 Malaysia di bawah Inggris mengadopsi ejaan Wilkinson. Bahasa Indonesia secara resmi diakui sebagai bahasa nasional pada saat Sumpah Pemuda 28 Oct 1928. Penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa nasional atas usulan Muhammad Yamin, seorang politikus, sastrawan, dan ahli sejarah. Dalam pidatonya pada Kongres Nasional kedua di Jakarta, Yamin mengatakan bahwa, Jika mengacu pada masa depan bahasa-bahasa yg ada di Indonesia dan kesusastraannya, hanya ada dua bahasa yg bisa diharapkan menjadi bahasa persatuan yaitu bahasa Jawa dan Melayu. Tapi dari dua bahasa itu, bahasa Melayulah yg lambat laun akan menjadi bahasa pergaulan atau bahasa persatuan. Selanjutnya perkembangan bahasa dan kesusastraan Indonesia banyak dipengaruhi oleh sastrawan Minangkabau, seperti: Marah Rusli, Abdul Muis, Nur Sutan Iskandar, Sutan Takdir Alisyahbana, Hamka, Roestam Effendi, Idrus, dan Chairil Anwar. Sastrawan tersebut banyak mengisi dan menambah perbendaharaan kata, sintaksis, maupun morfologi bahasa Indonesia.

Versi Ke-2 Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28 Oct 1928. pada saat itu, para pemuda dari berbagai pelosok Nusantara berkumpul dalam Kerapatan Pemuda dan berikrar (1) bertumpah darah yg satu, tanah Indonesia, (2) berbangsa yg satu, bangsa Indonesia, dan (3) menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Ikrar para pemuda ini dikenal dg nama Sumpah Pemuda. Unsur yg ketiga dari Sumpah Pemuda merupakan pernyataan tekad bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Pada thn 1928 itulah bahasa Indonesia dikukuhkan kedudukannya sebagai bahasa nasional. Bahasa Indonesia dinyatakan kedudukannya sebagai bahasa negara pada tanggal 18 Agust 1945 karena pada saat itu UndangUndang Dasar 1945 disahkan sebagai Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa Bahasa negara ialah bahasa Indonesia (Bab XV, Pasal 36). Keputusan Kongres Bahasa Indonesia II thn 1954 di Medan, antara lain, menyatakan bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Bahasa Indonesia tumbuh dan berkembang dari bahasa Melayu yg sejak zaman dulu sudah dipergunakan sebagai bahasa perhubungan (lingua franca) bukan hanya di Kepulauan Nusantara, melainkan juga hampir di seluruh Asia Tenggara. Pada zaman Sriwijaya, bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa kebudayaan, yaitu bahasa buku pelajaran agama Budha. Bahasa Melayu juga dipakai sebagai bahasa perhubungan antarsuku di Nusantara dan sebagai bahasa perdagangan, baik sebagai bahasa antarsuku di Nusantara maupun sebagai bahasa yg digunakan terhadap para pedagang yg datang dari luar Nusantara. Informasi dari seorang ahli sejarah Cina, I-Tsing, yg belajar agama Budha di Sriwijaya, antara lain, menyatakan bahwa di Sriwijaya ada bahasa yg bernama Koen-louen (I-Tsing:63,159), Kou-luen (I-Tsing:183), Kouen-louen (Ferrand, 1919), Kwenlun (Alisjahbana, 1971:1089). Kunlun (Parnikel, 1977:91), Kun-lun (Prentice, 1078:19), yg berdampingan dg Sanskerta. Yg dimaksud Koen-luen adalah bahasa perhubungan (lingua franca) di Kepulauan Nusantara, yaitu bahasa Melayu. Perkembangan dan pertumbuhan bahasa Melayu tampak makin jelas dari peninggalan kerajaan Islam, baik yg berupa batu bertulis, seperti tulisan pada batu nisan di Minye Tujoh, Aceh, berangka thn 1380 M, maupun hasil susastra (abad ke-16 dan ke-17), seperti Syair Hamzah Fansuri, Hikayat Raja-Raja Pasai, Sejarah Melayu, Tajussalatin, dan Bustanussalatin. Bahasa Melayu menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan dg menyebarnya agama Islam di wilayah Nusantara. Bahasa Melayu mudah diterima oleh masyarakat Nusantara sebagai bahasa perhubungan antarpulau, antarsuku, antarpedagang, antarbangsa, dan antarkerajaan karena bahasa Melayu tidak mengenal tingkat tutur. Bahasa Melayu dipakai di mana-mana di wilayah Nusantara serta makin berkembang dan bertambah kukuh keberadaannya. Bahasa Melayu yg dipakai di daerah di wilayah Nusantara dalam pertumbuhannya dipengaruhi oleh corak budaya daerah. Bahasa Melayu menyerap kosakata dari berbagai bahasa, terutama dari bahasa Sanskerta, bahasa Persia, bahasa Arab, dan bahasa-bahasa Eropa. Bahasa Melayu pun dalam perkembangannya muncul dalam berbagai variasi dan dialek. Perkembangan bahasa Melayu di wilayah Nusantara mempengaruhi dan mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan persatuan bangsa Indonesia. Komunikasi antarperkumpulan yg bangkit pada masa itu menggunakan bahasa Melayu. Para pemuda Indonesia yg tergabung dalam perkumpulan pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia, yg menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa Indonesia (Sumpah Pemuda, 28 Oct 1928). Kebangkitan nasional telah mendorong perkembangan bahasa Indonesia dg pesat. Peranan kegiatan politik, perdagangan, persuratkabaran, dan majalah sangat besar dalam memodernkan bahasa Indonesia. Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agust 1945, telah mengukuhkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia secara konstitusional sebagai bahasa negara. Kini bahasa Indonesia dipakai oleh berbagai lapisan masyarakat Indonesia, baik di tingkat pusat maupun daerah. (from: berbagai sumber)

Versi Ke-3 Tanggal 28 Oct 1928 merupakan tanggal bersejarah bagi bahasa Indonesia yg saat itu diresmikan menjadi bahasa negara dan menjadi bahasa persatuan dari sekian ratus bahasa daerah.

Namun seperti apakah yg dinamakan bahasa Indonesia itu? Orang mengenalnya sebagai bahasa Melayu yg dimodifikasi, lalu dicampur dg bahasa-bahasa serapan dari berbagai daerah dan dari bahasa asing, kemudian dibakukan.Dari manakah asal-usul bahasa Melayu itu? Apakah bahasa itu hanya dituturkan oleh etnis Melayu sejak berabad-abad lalu? Padahal etnis Melayu sendiri hanya sebagian kecil saja dari ratusan etnis di nusantara? Arkeolog Harry Truman Simanjuntak mengatakan, bahasa Melayu dan ratusan bahasa daerah lainnya di nusantara sebenarnya berakar dari bahasa Austronesia yg mulai muncul sekitar 6.000-10.000 thn lalu. Penyebaran penutur bahasa Austronesia, ujar Ketua Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI) itu, merupakan fenomena besar dalam sejarah umat manusia karena sebagai suatu rumpun bahasa, Austronesia merupakan yg terbesar di dunia, meliputi 1.200 bahasa dan dituturkan oleh hampir 300 juta populasi. Masyarakat penuturnya tersebar luas di wilayah sepanjang 15 ribu km meliputi lebih dari separuh bola bumi, yaitu dari Madagaskar di barat hingga Pulau Paskah di ujung timur, dari Taiwan-Mikronesia di utara hingga Selandia Baru di selatan. Out of Taiwan Mengenai asal-usul penutur Austronesia, Harry mengatakan, ada beberapa hipotesa. Yg paling umum adalah hipotesa bahwa asal leluhur penutur Austronesia adalah Formosa (Taiwan) atau model Out of Taiwan. Arkeolog lainnya Daud A Tanudirjo menyebutkan, Robert Blust adalah pakar linguistik yg paling lantang menyuarakan pendapat bahwa asal-ususl penutur Austronesia adalah Taiwan. Sejak 1970-an Blust telah mencoba merekonstruksi silsilah dan pengelompokan bahasa-bahasa dari rumpun Austronesia misalnya kosakata protobahasa Austronesia yg berkaitan dg flora dan fauna serta gejala alam lain, kata Daud. Ia juga menawarkan rekonstruksi pohon kekerabatan rumpun bahasa Austronesia dan perkiraan waktu pencabangannya mulai dari Proto-Austronesia hingga Proto-Oseania, katanya. Para leluhur ini, diungkapkan Daud, awalnya berasal dari Cina Selatan yg bermigrasi ke Taiwan pada 5.000-4.000 SM, namun akar bahasa Austronesia baru muncul beberapa abad kemudian di Taiwan. Kosakata yg dapat direkonstruksi dari bahasa awal Austronesia yg dapat dilacak antara lain : rumah tinggal, busur, memanah, tali, jarum, tenun, mabuk, berburu, kano, babi, anjing, beras, batu giling, kebun, tebu, gabah, nasi, menampi, jerami, hingga mengasap. Para petani purba di Taiwan ini berkembang cepat dan lalu terpecah-pecah menjadi kelompok-kelompok yg hidup terpisah dan bahasanya menjadi berbeda-beda dg setidaknya kini ada sembilan bahasa yg teridentifikasi sebagai bahasa formosa. Bermigrasi Migrasi leluhur dari Taiwan ke Filipina mulai terjadi pada 4.500-3.000 SM. Leluhur ini adalah salah satu dari kelompok yg memisahkan diri. Mereka bermigrasi ke selatan menuju Kepulauan Filipina bagian utara yg kemudian memunculkan cabang bahasa baru yakni Proto-Malayo-Polinesia (PMP). Tahap berikutnya, ujar Daud, terjadi pada 3.500-2.000 SM di mana masyarakat penutur bahasa PMP yg awalnya tinggal di Filipina Utara mulai bermigrasi ke selatan melalui Filipina Selatan menuju Kalimantan dan Sulawesi serta ke arah tenggara menuju Maluku Utara. Proses migrasi ini membuat bahasa PMP bercabang menjadi bahasa Proto Malayo Polinesia Barat (PWMP) di kepulauan Indonesia bagian barat dan Proto Malayo Polinesia Tengah-Timur (PCEMP) yg berpusat di Maluku Utara. Rupanya ketika bermigrasi ke arah tenggara penanaman padi mulai ditinggalkan karena tidak sesuai dg lingkungannya. Mereka mulai memanfaatkan tanaman keladi dan umbi-umbian lain serta buah-buahan, katanya. Namun pada 3.000-2.000 SM leluhur yg ada di Maluku Utara bermigrasi ke selatan dan timur. Hanya dalam waktu singkat migrasi dari Maluku Utara mencapai Nusa Tenggara sekitar 2.000 SM yg kemudian memunculkan bahasa Proto Malayo Polinesia Tengah (PCMP). Demikian pula migrasi ke timur yg mencapai pantai utara Papua Barat dan melahirkan bahasa-bahasa Proto Malayo-Polinesia Timur (PEMP). Migrasi dari Papua Utara ke barat terjadi pada 2.500 SM dan ke timur pada 2.000-1.500 SM, di mana penutur PEMP di wilayah pantai barat Papua Barat melakukan migrasi arus balik menuju Halmahera Selatan, Kepulauan Raja Ampat, dan pantai barat Papua Barat yg kemudian muncul bahasa yg dikelompokkan sebagai Halmahera Selatan-Papua Nugini Barat (SHWNG). Setelah itu kelompok lain dari penutur PEMP bermigrasi ke Oseania dan mencapai kepulauan Bismarck di Melanesia sekitar 1.500 SM dan memunculkan bahasa Proto Oseania. Sedangkan di Kepulauan Indonesia di bagian barat, setelah sempat menghuni Kalimantan dan Sulawesi, pada 3.000-2.000 SM, para penutur PWMP bergerak ke selatan, bermigrasi ke Jawa dan Sumatera, katanya. Penutur PWMP yg asalnya dari Kalimantan dan Sulawesi itu lalu bermigrasi lagi ke utara antara lain ke Vietnam pada 500 SM dan Semenanjung Malaka, ujarnya. Menjelang awal thn Masehi, penutur bahasa WMP juga menyebar lagi ke Kalimantan sampai ke Madagaskar, tambah Daud. Bentuk rumpun bahasa Austronesia ini lebih menyerupai garu daripada bentuk pohon. Karena semua proto-bahasa dalam kelompok ini, dari Proto Malayo Polynesia hingga Proto Oseania menunjukkan kesamaan kognat yg tinggi, yaitu lebih dari 84 persen dari 200 pasangan kata, katanya. Dg demikian, kata Harry Truman, hampir seluruh kawasan nusantara bahkan sampai ke kawasan negeri-negeri tetangga dan masyarakat kepulauan Pasifik dan Madagaskar menuturkan bahasa yg asal-muasalnya merupakan bahasa Austronesia. Kecuali masyarakat yg ada di pedalaman Papua dan pedalaman pulau Timor yg bahasanya lebih mirip dg bahasa pedalaman Australia, katanya. Bahasa Indonesia sekarang ini, kata Harry lagi, sudah sangat kompleks karena penuturnya tidak hanya hidup dg sukunya masingmasing dan beradaptasi dg rumpun bahasa dunia lainnya seperti dari India, Arab, Portugis, Belanda dan Inggris.

FUNGSI BAHASA INDONESIA DALAM RUANG LINGKUP KEILMUAN Fungsi Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional Sehubungan dg kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki empat fungsi.Keempat fungsi tersebut ialah sebagai berikut. 1. Lambang identitas nasional, 2. Lambang kebanggan nasionnai, 3. Alat pemersatu berbagai masyarakat yg mempunyai latar belakang sosial budaya dan bahasa yg berbeda-beda, dan 4. Alat perhubtmgan antarbudaya clan daerah. Fungsi Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara. Berkaitan dg statusnya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai berikut. 1. Bahasa resmi Negara. 2. Bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan. 3. Bahasa resmi dalam perhubungan tingkat nanional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintahan. 4. Bahasa resmi di dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan serta teknologi Bahasa Indonesia Baku Bahasa Indonesia yg baku ialah bahasa Indonesia yg digunakan orang orang terdidik dan yg dipakai sebagai tolak bandingan penggunaan bahasa yg dianggap benar. Ragam bahasa Indonesia yg baku ini biasanya ditandai oleh adanya sifat kemantapan dinamis dan ciri kecendekiaan. Yg dimaksud dg kemantapan dinamis ini ialah bahwa bahasa tersebut selalu mengikuti kaidah atau aturan yg tetap dan mantap namun terbuka untuk menerima perubahan yg bersistem. Ciri kecendekiaan bahasa baku dapat dilihat dari kemampuannya dalam mengungkapkan proses pemikiran yg rumit di berbagai bidang kehidupan dan ilmu pengemhuan. 1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 4. Bahasa Indonesia baku dipakai dalam : komunikasi resmi, seperti dalam surat-menyurat resmi, peraturan pengumuman instansi resmi atau undang-undang; tulisan ilmiah, seperti laporan penelitian, makalah, skripsi, disertasi dan buku-buku ilmu pengetahuan. pembicaraan di muka umum, seperti dalam khotbah, ceramah, kuliah pidato, dan pembicaraan dg orang yg dihomnati atau yg belum dikenal. Fungsi Sebagai Bahasa Resmi Negara Bahasa penyelenggaraan pemerintahan dan administrasi negara Bahasa komunikasi/perhubungan bagi seluruh bangsa Indonesia Bahasa pengantar untuk pendidikan dan pengajaran mulai dari TK sampai PT Bahasa untuk mengembangkan IPTEK

Pemakaian Bahasa Indonesia dalam Penyelenggaraan Administrasi Negara BI digunakan dalam segala upacara, peristiwa dan kegiatan kenegaraan, baik lisan maupun tulis. BI digunakan untuk menuliskan semua dokumen perundang-undangan, peraturan-peraturan, dan surat-menyurat yg dikeluarkan oleh Pemerintah dan Instansi Kenegaraan lainnya. BI digunakan oleh seluruh masyarakat yg mengadakan upacara atau kegiatan-kegiatan yg berkaitan dg peristiwa-peristiwa kenegaraan. Penguasaan BI dijadikan sebagai salah satu faktor yg menentukan dalam pengembangan ketenagaan, baik dalam penerimaan karyawan baru, kenaikan pangkat, maupun pemberian tugas atau jabatan tertentu pada seseorang.

Pemakaian BI dalam Dunia Pendidikan 1. 2. 3. 4. BI digunakan sebagai bahasa pengantar dalam proses pembelajaran sejak TK sampai PT. (Undang-Undang Nomor 20 Thn 2003 Pasal 33 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional) BI digunakan untuk penulisan buku-buku pelajaran (buku teks) penerjemahan buku-buku referensi dalam berbagai bidang ilmu, penyajian perkuliahan di semua lembaga pendidikan untuk masyarakat umum. BI digunakan untuk menyampaikan laporan hasil belajar peserta didik baik dalam buku laporan pendidikan (raport) maupun dalam bentuk-bentuk laporan hasil belajar yg lain. BI digunakan untuk pengembangan bahan ajar, strategi pembelajaran, evaluasi pembelajaran, pengelolaan sumber belajar, pembuatan dan penggunaan media pembelajaran.

BI Sebagai Bahasa Iptek BI digunakan dalam pengembangan IPTEK, antara lain untuk: a. b. c. d. e. Melaksanakan penelitian dalam berbagai bidang ilmu; Menerjemahkan berbagai buku, artikel, laporan penelitian, dan karya-karya ilmiah yg lain dari bahasa-bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia; Menulis berbagai buku referensi dalam berbagai bidang ilmu; Bahasa pengantar dalam berbagai kegiatan seminar, diskusi, dialog, loka karya dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Bahasa komunikasi antara para ahli dalam bidang ilmu sejenis maupun lintas bidang IPTEK

KARAKTERISTIK BAHASA INDONESIA Seperti halnya bahasa lain pada umumnya, bahasa Indonesia dalam penulisan karya tulis ilmiah juga mempunyai karakteristik. Karakteristik bahasa Indonesia dalam konsep ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu: karakteristik umum dan karakteristik khusus.

Karakteristik Umum Bahasa Indonesia merupakan media pemapar berbagai gagasan kailmuan, baik barupa konsep, fakta, prinsip, prosesdur, teori dan sebagainya. Dalam penulisan karya ilmiah seorang penulis harus memerhatikan asas penulisan sehingga laporan yg ditulis betulbetul mencerminkan karya tulis ilmiah. Asas tersebut antara lain 1) keobjektifan, 2) ringkas dan jelas, 3) cendekia, 4) formal, dan 5) konsisten. 1. Objektif Dalam menulis karya tulis ilmiah seorang penulis dituntut untuk menyampaikannya secara objektif. Objektif yg dimaksud di sini ialah mendeskripsikan fenomena atau kejadian, pengamatan dll sesuai dg apa adanya berdasarkan sudut pandang sendiri. Yg perlu diperharikan dalam hal ini ialah bahwa seorang penulis tidak boleh menyertakan kata yg bersifat pemutlakan, misalnya (harus, wajid, tentu, pasti, dll) yg sekiranya menimbulkan kesan pembenaran pribadi secara subjektif. Selain itu seorang penulis juga tidak diperkenankan menyertakan kata-kata pronomena eksplisit, misalnya (saya, kita, mu, nya, kami, dll) karena hal demikian terkesan tulisan fiksi yg tidak menekankan pada unsure objektifitas. Contoh Kita tentu sering medengar istilah tentang ilmu jiwa. Barangkali yg mula-mula terpikir oleh kita bahwa ilmu jiwa tentu membahas tentang ilmu jiwa. Tidak diragukan lagi bahwa keterangan seperti itu masih samar, dan tidak memberikan penjelasan apa-apa tentang topic itu karena tidak lebih dari mengulang kata-kata saja. Untuk lebih jelasnya dapat dikatakan bahwa ilmu jiwa membahas mengenai berbagai keadaan ilmu jiwa, misalnya gembira, sedih, kesal, lega, sakit hati, senang ragu-ragu dan sebagainya. Di samping itu dibahas pula yg biasanya dinamakan kegiatan mental, misalnya mengingat, berfikir, berkhayal, membaygkan, memperhatikan, mengenal dan seterusnya (sumber: data mahasiswa).

2.

Jelas dan Ringkas Selain keterangan di muka, yg tidak kalah pentingnya lagi dalam penulisan karya ilmiah ialah bahwa ciri khas penulisan yg digunakan harus lugas dan langsung pada inti komunikasi. Oleh karena itu unsur bahasa yg harus digunakan setidak-tidaknya menghindari kata-kata metaforis atau kata-kata konotatif. Dalam hal ini cara penyampaiannya langsung pada inti informasi dg menggunakan unsur (kata atau istilah yg memang diperlukan) untuk memaparkan informasi keilmuan. Contoh Controller mempunyai fungsi sebagai pengendali, oleh karena itu dalam penelitian ini akan diukur sampai beberapa persen hal-hal yg akan dikemukakan di atas berkembang di lingkugan perusahaan secara efektif (sumber: tulisan mahasiswa). . Tidak diragukan lagi bahwa keterangan seperti itu masih samar, dan tidak memberikan penjelasan apa-apa tentang topic itu karena tidak lebih dari mengulang kata-kata saja (Sumber: data mahasiswa).

3.

Cendekia Pola penulisan karya tulis ilmiah harus dipertingbangkan dg matang. Hal ini karena karya tulis ilmiah secara tidak langsung mencerminkan karakter dan keilmuan si penulis itu sendiri. Oleh karena itu alur nalar, cara berfikir mempunyai peranan yg sangat penting dalam penulisan tersebut. Kesalahan dalam penulisan yg non gramatikal (bukan pada karakter kata) menggambarkan bahwa si penulis belum bisa dikatakan cendekia. Contoh Suatu perencanaan apabila diikuti dg pengendalian yg teratur dapat mengharsilkan penghematan-penghematan di dalam perusahaan yg sekaligus akan memperkuat kemampuan perusahaan dan memberi saran-saran kepada manajemen.

4.

Formal Masih banyak ditemukan dalam karya ilmiah mahasiswa tentang tulisan-tulisan yg tidak formal. Sehingga hal ini bisa dijadikan titik kelemahan oleh dosen pembimbing pada saat mahasiswa yg bersangkutan sedang diuji. Ciri formal penulisan karya ilmiah dapat ditemukan dalam tataran kosa-kata, bentukan kata, dan kalimat. Kosakata kolokial atau percakapan sehari-hari, misalnya (kayaknya, bikin, tapi, ngak, lantas, cumin, buat, ketemu, ketinggalan, kebawa, menganalisa, dll) masih sering muncul dalam tulisan karya ilmiah. Contoh . Sedang yg dimaksud dg pengendalian adalah berkaitan dg mengevaluasi dan menganalisa apakah kegiatan tersebut sudah berjalan dg rencana yg sudah ditetapkan. . Maka controller mempunyai fungsi sebagai pengendali, oleh karena itu dalam penelitian ini akan mencoba melihat sejauh mana hal-hal yg dikemukakan di atas berkembang dalam lingkungan perusahaan secara efektif (sumber: data mahasiswa).

5.

Konsisten Penggunaan unsur kata dalam karya tulis ilmiah digunakan secara konsisten. Unsur kata yg dimaksud misalnya, bentukan kata dan penggunaan singkatan. Hal itu berbeda dg diksi dalam karya non keilmuan yg lebih menekankan pada kevariasian penggunaan kata. Dalam karya keilmuan jika sebuah istilah atau kata digunakan maka selanjutnya istilah kata atau istilah tersebut digunakan secara ajek atau tetap. Contoh . Mula-mula yg dilakukan peneliti adalah menghimpun data dilapangan, mengelolanya dan memberikan penafsiran. Setelah data-data tersebut dikumpul, selanjutnya peneliti menganalisis dan menginterpretasi (sumber: data mahasiswa).

KARAKTERISTIK KHUSUS BAHASA INDONESIA UNTUK PENULISAN KARYA ILMIAH

Bentukan Kata dalam Penulisan Karya Ilmiah Untuk mengungkapkan gagasan atau informasi dalam bentuk karangan ilmiah dibutuhkan kata standar atau yg telah distandarkan. Bentukan kata standar adalah bentukan kata yg tunduk pada kaidah tata bahasa baku bahasa Indonesia. Bentukan kata standar menghindari bentukan kata yg dipengaruhi dialek bahasa daerah atau logat bahasa asing. Bentukan kata standar tersebut memiliki ciri tersendiri. Contoh: Bentuk Kata standar bertemu ditemukan terjepit terpeleset mengubah merusak pergelaran bidang studi tes standar gelas pernis pulang pergi lebih kurang keluar masuk tidak tetapi, namun seperti, sebagaimana kemudian, lalu sebab, karena akan, hendak membuat berbicara Bentuk Kata Nonstandar ketemu diketemukan kejepit kepeleset merubah, mengubah mengrusak pagelaran bidang study test standard glas vernis pergi pulang kurang lebih masuk keluar ndak, ngak tapi, kayaknya, sepertinya lantas lantaran mau membikin ngomong Keterangan Bentukan kata Indonesia dan bentuka kata daerah

Bentukan kata Indonesia dan kata bahasa asing.

Penggabungan kata standar dg kata bahasa Jawa.

Kosa-kata standar dan kosa-kata percakapan.

Dalam konteks keilmuan, bentukan kata standar dapat memlilih tiga bentuk, yakni bentukan denga cara (1) afiksasi, (2) reduplikasi, (3) pemajemukan atau penggabungan kata. AFIKSASI STANDAR pengubah, dan peubah pembingbing, terbimbing simpulan kemudahan berterima PENGULANGA STANDAR jari-jari jala-jala jarring-jaring PENGGABUNGAN STANDAR rangkaian elektrik jaring kerja elektrik AFIKSASI NONSTANDAR pengubah, dan terubah pebimbing, bimbingan kesimpulan kegampangan terterima PENGULANGAN NONSTANDAR jejari jejala jejaring PENGGABUNGAN NONSTANDAR rangkaian listirik jaringa listrik KETERANGAN Menyatakan yg meMenyatakan hasil Padanan kata falislitas Menyatakan dapat dirterima

KETERANGAN - Pengulangan lajur kanan kurang.

KETERANGAN - Kata listrik lebih mendunia daripada terjemahannya

Pola Pengembangan Kosakata dalam Penulisan Karya Ilmiah Dinamiika yg ditulis dalam karya ilmiah kian pesat. Oleh karena itu, kosakata yg digunakan juga perlu dikembangkan. Dikembangkan dalam arti dimekarkan atau ditambah jumlahnya, atau ditingkatkan mutu dan kualitasnya. Teknik atau pola yg diatempuh antara lain, (1) memperdayakan kosa-kata bahasa Indonesia, (2) menyerap bahasa daerah atau bahasa serumpun, dan (3) menyerap bahasa asing.

(1) Perberdayaan Kosakata Bahasa Indonesia a. Kosa Kata BI yg lazim dan yg lama dg makna acuan baru.

KOSA KATA BI YG LAZIM baca, terbaca, keterbacaan sedia, tersedia, ketersediaan kikis, terkikis, keterkikisan oleh, perolehan, pemerolehan ancang, ancangan KOSAKATA BI LAMA liput, meliput

PADANAN DALAM BAHASA INGGRIS readibilitiy avaibility aerodibility aquisition approach MAKNA LAMA Menutupi, menyelubungi, melingkupi Menikah lagi dg istri yg telah diceraikan

ACUAN MAKNA BARU Menyatakan sifat dan syarat.

MAKNA BARU berita

rujuk

referensi

b.

Pemanfaatan imbuhan Selain imbuhan yg sudah lazim digunakan dalam penulisan karya ilmiah, masih ada beberapa imbuhan yg perlu diperhatikan dalam penulisan atau pun penempatannya. Impuhan tersebut antara lain, sisipan (in) yg berarti di-kan, dan (em) yg mengubah kata kerja menjadi kata sifat. Imbuhan yg dimaksud di muka, keberadaannya bisa ditemukan di bidang Astronomi, Biologi, Kedokteran, Ekonomi, Fisika, Geologi, Geografi, Kiimia, Sastra, dan teknologi. Dg demikian diperlukan kecermatan dan ketelitian pada saat menempatkan imbuhan tersebut.

(2) Menyerap Bahasa Daerah Dalam penulisan karya ilmiah juga banyak memanfaatkan kosakata bahasa daerah, misalnya kosakata (a) bahasa Jawa: anjlok, ambrol, ampuh, ajek, bejat, bolong, bobrok, borok, cacat, cacah, cegat, cacat, dongkol, (b) bahasa Sunda; anjangsana, becus, nyeri, gurat, (c) dialek Jakarta: usut, usil, telak, (e) bahasa Minangkabau: acuh, asih, asuh, himbau, lambung, gigih, resah, dan senjang. Dalam konteks keilmuan, sumbangan kosakata bahasa daerah lebih banyak lebih banyak berkaitan dg kosakata sosiobudaya. Kosakata yg dimaksud antara lain: ama, adil, asah, asih, asuh, luhur, gotong-royong, telaten, luhur, rukun, sabar, selaras, dsb. Untuk merawat dan mempertahankan kohesi sosial kata-kata seperti itu sangat sering digunakan. Misalnya, untuk indikator kepedulian sosial terhadap warga bencana alam di belahan wilayah kepulauan Indonesia.

(3) Menyerap Bahasa Asing Ada tiga cara yg lazim digunakan untuk menyerap kosakata bahasa Asing atau bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia, yakni cara adopsi, adaptasi, dan terjemahan. Adopsi terpaksa dilakukan apabila (a) konsep keilmuannya tidak terdapat di dalam bahasa Indonesia, (b) memang tidak dapat diindonesiakan baik secara ucapan atau pun secara tulisan, (c) dipertahankan makna autentiknya, (d) jika dibahasaindonesiakan banyak menghasilkan sinonim. Berikut contoh beberapa adopsi yg digunakan. Kosakata dalam bidang sain yg belum diatur ketentuan penulisannya, mengacu pada sistem internasional misalnya satuan ukuran ohm, watt, coulomb, farad, tesla, ampere, joule, volt, henry, dan newton. Penulisan aslinya dipertahankan, begitu juga lambing-lambang penandanya. Hal serupa ditemukan dalam bidang keilmuan lainnya misalnya mouse, key board, printer, casing, cateridge, cdrom dsb. Kosakata adaptasi, ditempuh dg cara menyesuaikan dg lafal atau penulisan bahasa Indonesia . lazimnya kosakata dalam penulisan karya ilmiah banyak memanfaatkan kosakata adaptasi ini. Misanya penyesuaian atau penghilangan bunyi asing seperi berikut

glass vernis zuurzak chauffeur lectuur cholera

gelas pernis Sirsak sofir lektur kolera

KALIMAT KEILMUAN Penggunaan kalimat dalam penulisan karya ilmiah perlu dilakukan secara efektif. Keefektifan kalimat tersebut dapat diukur dari dua sisi, yaitu dari sisi (a) penulis, dan (b) pembaca. Dari sisi penulis, kalimat dikatakan efektif jika kalimat yg digunakan dapat mangakomodasi gagasan keilmuan penulis secara tepat dan akurat. Dari sisi pembaca, pesan kalimat ditafsirkan sama persis dg yg dimaksudkan penulisnya. Oleh sebab itu jika pembaca masih mengalami kebingungan, kesulitan yg mengakibatkan salah menafsirkan pesan kalimat maka kalimat tersebut belum dikatagorikan efektif. Kalimat dikatakan efektif jika memiliki cirri (1) gramatikal, (2) logis, (3) lengkap, (4) sejajar, (5) hemat, dan (6) ada penekanan. 1) Gramatikal Kalimat memiliki cirri gramatikal jika kalimat tersebut disusun mengikuti kaidah bahasa Indonesia yg berlaku. Untuk memperjelas pengertian tersebut, perhatikan kalimat-kalimat berikut. a. b. c. d. Pendapatmu tentang tafsiran karya sastra itu bersifat subjektif, tidak bisa diterima olehku. Mahasiwa Ekonomi akan ungkapkan perasaan mereka lewat unjuk karya ilmiah. Para petani tentu mengharapkan hasil panennya akan cepat terjual dan laba banyak. Di Negara-negara maju hampir setiap keluarga memiliki mobil pribadi di mana hal ini sangat mungkin terjadi juga di Indonesia.

Empat kalimat di atas tidak gramatikal. Contoh kalimat a tidak gramtikal karena strukturnya tidak benar, kalimat b tidak gramtikal karena bentukan kata transitifnya tidak benar, kalimat c tidak gramatikal karena karena penggunaan kata gantinya tidak tepat, dan kalimat d tidak gramatikal karena karena penggunaan kata tanya di mana yg difungsikan secara kata sambung tidak benar. 2) Logis Kalimat dikatakan logis jika jalan pikiran, atau gagasan keilmuan yg dinyatakan dalam kalimat dapat diterima kebenarannya oleh akal sehat pembaca. Perhatikan contoh kalimat berikut. a. Masalah perencanaan karangan ini mau saya jelaskan pada pertemuan yg akan datang. b. Di pabrik rokok Gudang Garam banyak membutuhkan tenaga kerja wanita, terutama yg belum menikah. Kedua kalimat di atas tidak logis. Kaliamt a tidak logis karena pilihan katanya yg salah. Kata mau tidak tepat untuk konteks tersebut. Perencanaan karangan tidak mungkin mempunyai kemauan yg mempunyai kemauan adalah orangnya. Contoh kalimat b tidak logis karena di pabrik rokok Gudang Garam tidak mungkin membutuhkan tenaga kerja wanita, yg membutuhkan itu adalah pabrik rokok Gudang Garam. Penempatan kata depan (di) sebelum subjek mengakibatkan kalimat itu tidak logis. 3) Lengkap Kalimat karya tulis ilmiah perbeda dg kalimat percakapan sehari-hari dalam hal kelengkapannya. Dalam kalimat keilmuan diperlukan penggunaan unsure-unsur wajib, yakni penggunaan subjek, predikat, objek, dan keterangan secara jelas dan fungsional. Perhatikan contoh kalimat berikut ini. a. Agar tercipta lingkungan yg bersih membutuhkan tenaga , biaya, dan partisipasi masyarakat yg mengelolanya. b. Ketidakberhasilan para penguasaha kecil itu karena ketidaktahuan mereka dalam mengelola usaha. c. Para guru SD sebenarnya sudah berusaha menerapkan, tetapi KTSP itu memang rumit. d. Bank-bang di Indonesia sudah mulai berani meminjami pengusaha kecil . Empat kelimat di atas tidak lengkap . Contoh kalimat a tidak bersubjek; kalimat b tidak berpredikat; kalimat c d dan d tidak berobjek.

4) Sejajar Kesejajaran kalimat artinya kesamaan atau keserasian unsur kebahasaaan, misalnya bentukan kata, atau pola struktur yg digunakan dalam suatu kalimat. Gagasan atau informasi keilmuan yg sama hendaknya dinyatakan dalam bentukan kata atau pola struktur kalimat yg sama, sepadan atau sejajar. Perhatikan contoh kalimat berikut ini. a. Sangat disaygkan bahwa sampai saat ini pimpinan lembaga peneliitian belum merekomendasi usulan penelitian ini. b. Ada beberapa hal yg perlu diperhatikan agar keadaan menjadi sehat, di antaranya adalah (i) berolahraga, (ii) istirahat secukupnya, dan (iii) minum yg banyak. Kedua kalimat di atas tidak sejajar. Contoh kalimat a tidak sejajar karena pola struktur klausan pertama terbentuk pasif dan pola struktur klausa kedua berbentuk aktif. Contoh kalimat b tidak sejajar karena rincian (i) berbentuk kata kerja (ii) berbentuk kata benda, dan (iii) berbentuk kata sambung. 5) Hemat Kalimat dikatakan hemat jika seluruh unsur yg digunakan dalam kalimat misalnya, kata, istilah, dan frasa benar-benar mendukung gagasan keilmuan penulisnya. Oleh sebab itu penggunaan kata, istilah, dan frasa secara mubazir, boros, atau berlebih-lebihan sebaiknya dihindari. Perhatikan conton berikut ini. a. Pembelajaran tentang sain saat ini perlu penanganan khusus karena banyak para siswa yg mengeluhkan kesulitan materi pembelajaran tersebut. b. Maksud daripada dicantumkannya subtopik latihan pada setiap modul adalah untuk mengetahui pemahaman siswa tentang materi. Kedua kalimat di atas tidak hemat karena menggunakan kata tentang dan daripada yg tidak mendukung gagasan penulisnya. Kedua kata dalam dua kalimat tersebut seharusnya dihilangkan. 6) Penekanan Gagasan atau informasi yg dipentingkan oleh penulis perlu diberi penekanan atau emphasis. Hal ini dilakukan oleh penulis aga informasi yg dinyatakan memperoleh perhatian dari pembaca. Peenkanan unsur kalimat dilakukan dg cara (i) meletakkan unsur yg ditekankan di awal pernyataan, atau (ii) membubuhi partikel pementing, yakni lah, kah, dan pun. Perhatikan contoh berikut ini. a. Wanita karyawan sepatutnya mendapatkan perhatikan khusus dari perusahaan tempat mereka bekerja. b. Dalam kekacauan yg terjadi di UGM itu, sebaiknya masyarakat mengangagap bahwa mahasiswalah yg dianggap bersalah. Dalam contoh kalimat a, yg ditekankan dalam kalimat tersebut adalah karyawan wanita. Karena itu, unsur tersebut diletakkan di awal kalimat. Demikian juga frasa karyawan wanita, kata karyawan menempati inti frasa. Kata tersebut berkedudukan sebagai kata yg diterangkan dan ditempatkan di awal frasa, sehingga susunannya bukanlah wanita karyawan, tetapi karyawan wanita. Adapun contoh kalimat b, kata yg ditekanan adalah mahasiswa, sehingga kata tersebut dibubuhi lah, agar pembaca atau pendengar memperhatikan kata tersebut secara khusus.

PARAGRAF DALAM PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH Paragraf dalam penulisan karya ilmiah memiliki ciri hampir sama dg paragraf pada umumnya. Yg membedakan adalah keketatan dalam pengembangan gagasan dan penyusunan kalimatnya. Gagasan dalam paragraph keilmuan dituntut pengembangannya secara utuh, dan lengkap. Kalimat-kalimat dalam paragraph keilmuan dituntut penyusunannya secara runtut atau memiliki kohesi dan koherensi. Berikut ini dicontohkan paragraf keilmuan, yakni: (1) kesatuan; keutuhan, (2) kebertalian, (koheren), dan (3) kecukupan isi/kelengkapan gagasan.

Ciri Paragraf Penulisan Karya Tulis Ilmiah 1) Kesatuan Gagasan Paragraf dinyatakan memiliki kesatuan gagasan apabila seluruh uraian atau detil pengembangannya, seluruh detil penunjang tidak boleh menyimpang dari gagasan utama. Perhatikan controh berikut. Contoh 1 (1) Sebuah Penelitian mengandung tiga unsure pokok, yakni apa yg diteliti, bagaimana peneliitian itu dilaksanakan, dan mengapa penelitian itu dilaksanakan. (2) Pertanyaan pertama mengenai masalah penelitian, pertanyaan kedua mengenai metodologi penelitian, dan pertanyaan ketiga mengenai pentingnya penelitian. (3) Usaha untuk menjawab apa merupakan kegiatan pokok. (4) Oleh karena itu, kegiatan tersebut merupakan inti dari pelakasanaan suatu penelitian. Dalam contoh (1) di muka, kalimat (1) adalah kalimat utama, kalimat (2), (3), dan (4) adalah kalimat penjelas. Kalimat penjelasannya sama-sama mendukung gagasan utama (1) yakni masalah penelitian. Contoh 2 (1) Morfologi adalah ilmu bahasa yg mengkaji bentukan kata. (2) Tiga kajian Morfologi adalah afiksasi, morfologi, dan komposisi. (3) Afiksasi mengaji proses pengimbuhan pada kata dasar, reduplikasi mengaji proses perulangan kata, komposisi mengaji proses pengabungan atau pemajemukan kata. (4) Morfologi diajarkan pada jurusan linguistik dan pendidikan bahasa di perguruan tinggi. Pada contoh (2) adakah kaliamat yg kehadirannya tidak mendukung gagasan utama? Apakah anda menemukan bahwa kalimat (4) adalah kalimat sumbang?

2) Kebertalian (Kohesi Koherensi) Paragraf dinyatakan memiliki kebertalian atau koherensi apabila hubungan antar kalimat sebelum dan sesudahnya bersifat runtun atau tidak melompat-lompat. Paragraf bukanlah kumpulan atau tumpukan kalimat yg masing-masing berdiri sendiri. Paragraf dibentuk oleh beberapa kalimat yg mempunyai hubungan timbale-balik secara fungsional. Contoh (1) (1) Dalam mengajarkan sesuatu, langkap pertama yg perlu dilakukan ialah menentukan tujuan. (2) Tanpa adanya tujuan yg sudah ditetapkan, materi yg diberikan, metode yg digunakan, dan evaluasi yg dipilih, tidak akan memberikan manfaat bagi anak didik dalam menerapkan hasil proses belajar mengajar. (3) Dg mengetahui tujuan, dapat ditentukan materi yg akan diajarkan, metode yg digunakan, serta bentuk yg evaluasinya. Dalam contoh (3) kesetalian dilakukan dg cara mengulang kata kunci, yakni kata yg dianggap penting dalam sebuah paragraf. Kata kunci yg mula-mula timbul di awal paragraf, yakni tujuan kemudian diulang-ulang dalam kalimat berikutnya. Pengulangan ini berfungsi memelihara kesetalian seluruh kalimat.

Contoh (2) (1) Dg penuh kepuasan Pak Mitra memandangi hamparan padi yg tumbuh dg subur. (2) Jerih payahnya tidak sia-sia. (3) Beberapa bln lagi ia akan memetik hasilnya. (4) Sudah terbayg dimatanya, orang sibuk memotong, memanggul padi berkarung-karung, dan menimbunnya di halaman rumah. (5) Tentu anaknya, Sumi, dan calon menantunya, Hendra, akan ikut bergembira. (6) Hasil panen yg berlimpah ini tentu dapat mengantarkan mereka ke magligai perkawinan. Kebertalian paragraph (4) dibentuk dg menggunakan kata ganti. Kata ganti yg mengacu pada manusia, benda, biasanya untuk menghindari kebosanan, diganti dg kata ganti. Untuk menyatakan kebertalian dari sebuah paragraph, ada bentuk lain yg sering digunakan, yakni penggunaan kata atau frasa dalam bermacam hubungan. Contoh (3) Ada empat hal yg perlu diperhatikan dalam memilih topik karya ilmiah. Pertama, topik yg dipilih hendaknya menarik untuk dikaji. Topik yg menarik akan mengimbulkan kegahiraan dalam mengkajinya. Kedua, topik jangan terlalu luas dan jangan terlalu sempit. Topik yg terlalu luas akan menyulitkan penulisannya karena tidak ada pemfokusan masalah. Topik yg terlalu sempit tidak menantang penulisnya. Keiga, topik yg dipilih sesuai dg minat dan kemampuan penulisnya. Keempat, topik yg dikaji hendaknya ada manfaatnya untuk menambah ilmu pengatahuan atau berkaitan dg prestasi.

3) Kecukupan Isi dan Gagasan Paragraf dinyatakan memiliki kesatuan isi dan gagasan apabila diuraikan sejumlah rincian atau detil penunjang sebagaimana dituntut oleh gagasan utama paragraf. Paragraf yg rincian atau detil penunjangnya tidak cukup disebut paragraf mini. Contoh (1) (1) Ilmu dan teknologi memberikan sumbangannya kepada perbaikan produksi pertanian denngan berbagai cara yg penting. (2) Pupuk yg diracik secara alamiah membuat tanah pertanian lebih produktif. Contoh (2) (1) Ilmu dan teknologi memberikan sumbangannya kepada perbaikan produksi pertanian denngan berbagai cara yg penting. (2) Pupuk yg diracik secara alamiah membuat tanah pertanian lebih produktif. (3) Insektisida dan pestisida yg diterapkan dg berkala pada tanaman yg baru tumbuh akan memusnahkan berbagai jenis hama dan serangga yg merantak. (4) Herbisida sanggup membubuh rumput yg tidak dikehendaki sehingga tanaman dapat tumbuh dg subur.

Anda mungkin juga menyukai