Anda di halaman 1dari 5

Sejarah, Kedudukan, dan Fungsi Bahasa Indonesia

Penyusun: Ivan Lanin

A. Pengertian Bahasa

Secara umum bahasa didefinisikan sebagai lambang. Bahasa adalah alat komunikasi yang berupa
sistem lambang bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia.
Sebagaimana kita ketahui, bahasa terdiri atas kata-kata atau kumpulan kata. Masing-masing
mempunyai makna, yaitu, hubungan abstrak antara kata sebagai lambang dengan objek atau konsep
yang diwakili. Kumpulan kata atau kosakata itu oleh ahli bahasa disusun secara alfabetis, atau
menurut urutan abjad, disertai penjelasan artinya dan kemudian dibukukan menjadi sebuah kamus
atau leksikon.
Pada waktu kita berbicara atau menulis, kata-kata yang kita ucapkan atau kita tulis tidak tersusun
begitu saja, melainkan mengikuti aturan yang ada. Untuk mengungkapkan gagasan, pikiran atau
perasaan, kita harus memilih kata-kata yang tepat dan menyusun kata-kata itu sesuai dengan aturan
bahasa. Seperangkat aturan yang mendasari pemakaian bahasa, atau yang kita gunakan sebagai
pedoman berbahasa inilah yang disebut tata bahasa.
Pada bab berikutnya, sehubungan dengan tata bahasa akan kita bicarakan secara terperinci fonologi,
morfologi, sintaksis, semantik dan etimologi. Fonologi ialah bagian tata bahasa yang membahas
atau mempelajari bunyi bahasa. Morfologi mempelajari proses pembentukan kata secara gramatikal
beserta unsur-unsur dan bentuk-bentuk kata. Sintaksis membicarakan komponen-komponen kalimat
dan proses pembentukannya. Bidang ilmu bahasa yang secara khusus menganalisis arti atau makna
kata ialah semantik, sedang yang membahas asal-usul bentuk kata adalah etimologi,

B. Fungsi Bahasa

Fungsi utama bahasa, seperti disebutkan di atas, adalah sebagai alat komunikasi, atau sarana untuk
menyampaikan informasi (fungsi informatif).
Tetapi, bahasa pada dasarnya lebih dari sekadar alat untuk menyampaikan informasi, atau
mengutarakan pikiran, perasaan, atau gagasan, karena bahasa juga berfungsi:
a. untuk tujuan praktis: mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari.
b. untuk tujuan artistik: manusia mengolah dan menggunakan bahasa dengan seindah-indahnya
guna pemuasan rasa estetis manusia.
c. sebagai kunci mempelajari pengetahuan-pengetahuan lain, di luar pengetahuan kebahasaan.
d. untuk mempelajari naskah-naskah tua guna menyelidiki latar belakang sejarah manusia,
selama kebudayaan dan adat-istiadat, serta perkembangan bahasa itu sendiri (tujuan
filologis).
Dikatakan oleh para ahli budaya, bahwa bahasalah yang memungkinkan kita membentuk diri
sebagai makhluk bernalar, berbudaya, dan berperadaban. Dengan bahasa, kita membina hubungan
dan kerja sama, mengadakan transaksi, dan melaksanakan kegiatan sosial dengan bidang dan peran
kita masing-masing. Dengan bahasa kita mewarisi kekayaan masa lampau, menghadapi hari ini, dan
merencanakan masa depan.
Jika dikatakan bahwa setiap orang membutuhkan informasi itu benar. Kita ambil contoh, misalnya,
mahasiswa. Ia membutuhkan informasi yang berkaitan dengan bidang studinya agar lulus dalam
setiap ujian dan sukses meraih gelar atau tujuan yang diinginkan. Seorang dokter juga sama. Ia
memerlukan informasi tentang kondisi fisik dan psikis pasiennya agar dapat menyembuhkannya
dengan segera. Contoh lain, seorang manager yang mengoperasikan, mengontrol, atau mengawasi
perusahaan tanpa informasi tidak mungkin dapat mengambil keputusan atau menentukan kebijakan.
Karena setiap orang membutuhkan informasi, komunikasi sebagai proses tukar-menukar informasi,
dengan sendirinya bahasa juga mutlak menjadi kebutuhan setiap orang.

C. Sejarah dan Perkembangan Bahasa Indonesia

Kata Indonesia berasal dari gabungan kata Yunani Indus ‘India’ dan nesos ‘pulau atau kepulauan’.
Jadi secara etimologis berarti kepulauan yang telah dipengaruhi oleh kebudayaan India, atau hanya
kepulauan India. Pencipta kata tersebut ialah George Samuel Windsor Earl, sarjana Inggris yang
menulis dan memakai kata itu dalam Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia, Vol. IV,
hlm. 17, bulan Februari 1850. Ia menggunakan kata Indonesians dalam majalah itu. Sedangkan,
orang yang memopulerkan kata lndonesien adalah ahli etnologi Jerman, Adolf Bastian, yang
memakainya dalam buku yang ditulisnya sejak tahun 1884. Buku ini diberi judul Indonesien oder
die Inseln des Malayischen Archipel.
Bahasa Indonesia yang sekarang itu ialah bahasa Melayu Kuno, yang dahulu digunakan orang
Melayu di Riau, Johor. dan Lingga, yang telah mengalami perkembangan berabad-abad lamanya
Dalam keputusan Seksi A No. 8. hasil Kongres Bahasa Indonesia 11 di Medan, 1954, dikatakan
bahwa dasar bahasa Indonesia ialah bahasa Melayu yang disesuaikan dengan pertumbuhan dalam
masyarakat dan kebudayaan Indonesia sekarang.
Sehubungan dengan perkembangan bahasa Indonesia, ada beberapa masa dan tahun bersejarah yang
penting, yakni:
1. Masa Kerajaan Sriwijaya (sekitar abad ke-7). Pada waktu itu Bahasa Indonesia yang masih
bernama bahasa Melayu telah digunakan sebagai lingua franca atau bahasa penghubung,
bahasa pengantar. Bukti historis dari masa ini antara lain prasasti atau batu bertulis yang
ditemukan di Kedukan Bukit (Palembang, ed), Kota Kapur (Bangka, ed), Talang Tuwo
(Palembang, ed), dan Karang Brahi (Jambi, ed) yang berkerangka tahun 680 Masehi. Selain
ini dapat disebutkan bahwa data bahasa Melayu paling tua justru dalam prasasti yang
ditemukan di Sojomerta dekat Pekalongan, Jawa Tengah.
2. Masa Kerajaan Malaka (sekitar abad ke-15). Pada masa ini peran bahasa Melayu sebagai
alat komunikasi semakin penting. Sejarah Melayu karya Tun Muhammad Sri Lanang adalah
peninggalan karya sastra tertua yang ditulis pada masa ini. Sekitar tahun 1521, Antonio
Pigafetta menyusun daftar kata Italia-Melayu yang pertama. Daftar itu dibuat di Tidore dan
berisi kata-kata yang dijumpai di sana.
3. Masa Abdullah bin Abdulkadir Munsyi (sekitar abad ke-19). Fungsi bahasa Melayu sebagai
sarana pengungkap nilai-nilai estetik kian jelas. Ini dapat dilihat dari karya-karya Abdullah
seperti Hikayat Abdullah, Kisah Pelayaran Abdullah ke Negeri Jeddah, Syair tentang
Singapura Dimakan Api, dan Pancatanderan. Tokoh lain yang Perlu dicatat di sini ialah
Raja Ali Haji yang terkenal sebagai pengarang Gurindam Dua Belas, Silsilah Melayu Bugis,
dan Bustanul Katibin.
4. Pada tahun 1901 diadakan pembakuan ejaan yang pertama kali oleh Prof. Ch. van Ophuysen
dibantu Engku Nawawi dan Moh. Taib Sultan Ibrahim. Hasil pembakuan mereka yang
dikenal dengan Ejaan Van Ophuysen ditulis dalam buku yang berjudul Kitab Logat Melajoe.
5. Tahun 1908 pemerintah Belanda mendirikan Commissie der lndlandsche School en
Volkslectuur (Komisi Bacaan Sekolah Bumi Putra dan Rakyat). Lembaga ini mempunyai
andil besar dalam menyebarkan serta mengembangkan bahasa Melayu melalui bahan-bahan
bacaan yang diterbitkan untuk umum.
6. Tahun 1928 tepatnya tanggal 28 Oktober, dalam Sumpah Pemuda, bahasa Melayu diwisuda
menjadi bahasa Nasional bangsa Indonesia sekaligus namanya diganti menjadi bahasa
Indonesia. Alasan dipilihnya bahasa Melayu menjadi bahasa nasional ini didasarkan pada
kenyataan bahwa bahasa tersebut (1) telah dimengerti dan dipergunakan selama berabad-
abad sebagai lingua franca hampir di seluruh daerah kawasan Nusantara, (2) strukturnya
sederhana sehingga mudah dipelajari dan mudah menerima pengaruh luar untuk
memperkaya serta menyempurnakan fungsinya, (3) bersifat demokratis sehingga
menghindarkan kemungkinan timbulnya perasaan sentimen dan perpecahan, dan (4) adanya
semangat kebangsaan yang lebih besar dari penutur bahasa Jawa dan Sunda.
"Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa jang sama, bahasa Indonesia"
demikian rumusan Sumpah Pemuda yang terakhir dan yang benar.
7. Tahun 1933 terbit majalah Poedjangga Baroe yang pertama kali. Pelopor pendiri majalah ini
ialah Sutan Takdir Alisyahbana, Amir Hamzah, dan Armijn Pane, yang ketiganya ingin dan
berusaha memajukan bahasa Indonesia dalam segala bidang.
8. Tahun 1938, dalam rangka peringatan 10 tahun Sumpah Pemuda diadakan Kongres Bahasa
Indonesia I di Solo, yang dihadiri ahli-ahli bahasa dan para budayawan seperti Ki Hadjar
Dewantara, Prof Dr Purbatjaraka, dan Prof Dr. Husain Djajadiningrat. Dalam kongres
ditetapkan keputusan untuk mendirikan Institut Bahasa Indonesia, mengganti ejaan van
Ophuysen, serta menjadikan bahasa Indonesia menjadi bahasa pengantar dalam Badan
Perwakilan.
9. Masa pendudukan Jepang (1942-1945). Pada masa ini peran bahasa Indonesia semakin
penting karena pemerintah Jepang melarang penggunaan bahasa Belanda yang dianggapnya
sebagai bahasa musuh. Penguasa Jepang terpaksa mengangkat bahasa Indonesia sebagai
bahasa resmi dalam administrasi pemerintahan dan bahasa pengantar di lembaga
pendidikan, karena bahasa Jepang sendiri belum banyak dimengerti oleh bangsa Indonesia.
Untuk mengatasi berbagai kesulitan, akhirnya Kantor Pengajaran Balatentara Jepang
mendirikan Komisi Bahasa Indonesia.
10. Tahun 1945, tepatnya 18 Agustus, bahasa Indonesia diangkat sebagai bahasa negara, sesuai
dengan bunyi UUD 45, Bab XV, Pasal 36: Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia.
11. Tanggal 19 Maret 1947 diresmikan pemakaian Ejaan Repoeblik sebagai penyempurnaan
ejaan sebelumnya. Ejaan ini kemudian lebih dikenal dengan sebutan Ejaan Soewandi.
12. Balai Bahasa yang dibentuk Wont 1948, yang kemudian namanya diubah menjadi Lembaga
Bahasa Nasional (LBN) tahun 1968, dan diubah lagi menjadi Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa pada tahun 1972 adalah lembaga yang didirikan dalam rangka usaha
pemantapan perencanaan bahasa.
13. Atas prakarsa Menteri PP dan K, Mr. Moh. Yamin, Kongres Bahasa Indonesia Kedua
diadakan di Medan tanggal 28 Oktober s.d. 1 November 1954. Dalam kongres ini disepakati
suatu rumusan bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu, tetapi bahasa Indonesia
berbeda dari bahasa Melayu karena bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu yang sudah
disesuaikan pertumbuhannya dengan masyarakat Indonesia sekarang .
14. Tahun 1959 ditetapkan rumusan Ejaan Malindo, sebagai hasil usaha menyamakan ejaan
bahasa Indonesia dengan bahasa Melayu yang digunakan Persekutuan Tanah Melayu. Akan
tetapi, karena pertentangan politik antara Indonesia dan Malaysia, ejaan tersebut menjadi
tidak pernah diresmikan pemakaiannya.
15. Tahun 1972, pada tanggal 17 Agustus, diresmikan pemakaian Ejaan Yang Disempurnakan
yang disingkat EYD. Ejaan yang pada dasarnya adalah hasil penyempurnaan dari Ejaan
Bahasa Indonesia yang dirancang oleh panitia yang diketuai oleh A. M. Moeliono juga
digunakan di Malaysia dan berlaku hingga sekarang.
16. Tahun 1978, dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda yang ke-50. bulan
November di Jakarta diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia III. Kongres ini berhasil
mengambil keputusan tentang pokok-pokok pikiran mengenai masalah pembinaan dan
pengembangan bahasa Indonesia. Di antaranya ialah penetapan bulan September sebagai
bulan bahasa.
17. Tanggal 21-26 November 1983, di Hotel Kartika Chandra, Jakarta, berlangsung Kongres
Bahasa Indonesia IV. Kongres yang dibuka oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof
Dr. Nugroho Notosusanto, berhasil merumuskan usaha-usaha atau tindak lanjut untuk
memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan negara.
18. Dengan tujuan yang sama, di Jakarta 1988, diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia V.
19. Tahun 1993, diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia VI di Jakarta. Kongres Bahasa
Indonesia berikutnya akan diselenggarakan setiap lima tahun sekali.

D. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia


Sebagaimana kita ketahui dari uraian di atas, bahwa sesuai dengan ikrar Sumpah Pemuda tanggal
28 Oktober 1928, bahasa Indonesia diangkat sebagai bahasa nasional, dan sesuai dengan bunyi
UUD 45, Bab XV, Pasal 36 Indonesia juga dinyatakan sebagai bahasa negara. Hal ini berarti bahwa
bahasa Indonesia mempunyai kedudukan baik sebagai bahasa nasional dan bahasa negara.
Yang dimaksud dengan kedudukan bahasa ialah status relatif bahasa sebagai sistem lambang nilai
budaya, yang dirumuskan atas dasar nilai sosialnya Sedang fungsi bahasa adalah nilai pemakaian
bahasa tersebut di dalam kedudukan yang diberikan.

1. Bahasa Nasional

Sehubungan dengan kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki empat
fungsi.
Keempat fungsi tersebut ialah sebagai:
1. lambang identitas nasional,
2. lambang kebanggaan nasional,
3. alat pemersatu berbagai masyarakat yang mempunyai latar belakang sosial budaya dan
bahasa yang berbeda-beda, dan
4. alat perhubungan antarbudaya dan daerah.

2. Bahasa Negara

Berkaitan dengan statusnya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai:
1. bahasa resmi negara,
2. bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan,
3. bahasa resmi dalam perhubungan tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan serta pemerintahan, dan
4. bahasa resmi di dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan serta
teknologi.

E. Bahasa Indonesia Baku

Bahasa Indonesia yang baku ialah bahasa Indonesia yang digunakan orang-orang terdidik dan yang
dipakai sebagai tolak bandingan penggunaan bahasa yang dianggap benar. Ragam bahasa Indonesia
yang baku ini biasanya ditandai oleh adanya sifat kemantapan dinamis dan ciri kecendekiaan. Yang
dimaksud dengan kemantapan dinamis ini ialah bahwa bahasa tersebut selalu mengikuti kaidah atau
aturan yang tetap dan mantap namun terbuka untuk menerima perubahan yang bersistem. Ciri
kecendekiaan bahasa baku dapat dilihat dari kemampuannya dalam mengungkapkan proses
pemikiran yang rumit di berbagai bidang kehidupan dan ilmu pengetahuan.
Bahasa Indonesia baku dipakai dalam:
1. komunikasi resmi, seperti dalam surat-menyurat resmi, peraturan pengumuman instansi
resmi atau undang-undang;
2. tulisan ilmiah, seperti laporan penelitian, makalah, skripsi, disertasi dan buku-buku ilmu
pengetahuan;
3. pembicaraan di muka umum, seperti dalam khotbah, ceramah, kuliah pidato; dan
4. pembicaraan dengan orang yang dihormati atau yang belum dikenal.

Sumber: Dikutip dari https://pdfslide.tips/documents/rangkuman-tata-bahasa-indonesia.html

Anda mungkin juga menyukai