Anda di halaman 1dari 65

1.

Bahasa Indonesia: Pengertian, Tujuan, Fungsi, dan Sejarah


Pengertian Bahasa

Ada beberapa pengertian bahasa secara umum dan menurut para ahli bahasa.

Pengertian bahasa secara umum adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk
berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya.

Bahasa (berasal dari bahasa Sanskerta भाषा, Bhāṣā) adalah kapasitas khusus yang ada pada
manusia untuk dapat memperoleh serta menggunakan sistem komunikasi yang kompleks,
serta sebuah bahasa adalah contoh spesifik dari sistem tersebut.

Dan berikut ini adalah definisi bahasa menurut para ahli:

1. Menurut Gorys Keraf (1997), bahasa adalah alat komunikasi antara anggota
masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
2. Menurut Felicia (2001), bahasa adalah alat yang digunakan untuk
berkomunikasi sehari-hari, baik bahasa lisan atau pun bahasa tulis.
3. Menurut Sunaryo (2000), bahasa di dalam struktur budaya ternyata memiliki
kedudukan, fungsi serta peran ganda, bahasa sendiri adalah sebagai akar serta
produk budaya yang sekaligus berfungsi sebagai sarana berfikir dan sarana
pendukung pertumbuhan serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
4. Menurut Owen, bahasa dapat didefinisikan sebagai kode yang diterima secara
sosial atau pun sistem konvensional untuk menyampaikan konsep melalui
kegunaan simbol-simbol yang dikehendaki serta kombinasi simbol-simbol
yang telah diatur oleh ketentuan.
5. Tarigan (1989) memberikan 2 definisi bahasa. Pertama, bahasa adalah suatu
sistem yang sistematis, barang kali juga sistem generatif. Kedua, bahasa
adalah seperangkat lambang-lambang mana suka atau pun simbol-simbol
arbitrer.
6. Menurut Santoso (1990), bahasa adalah rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh
alat ucap manusia secara sadar.
7. Menurut Mackey (1986), bahasa salah suatu bentuk serta bukan suatu keadaan
(Language may be Form and Not Matter) atau pun sesuatu sistem lambang
bunyi yang arbitrer, atau suatu sistem dari sekian banyak sistem-sistem, suatu
sistem dari suatu tatanan atau pun suatu tatanan dalam sistem-sistem.
8. Menurut Wibowo (2001), bahasa adalah sistem simbol bunyi yang bermakna
serta berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap) yang mempunyai sifat arbitrer
serta konvensional, dipakai sebagai alat berkomunikasi oleh sekelompok
manusia untuk melahirkan perasaan serta pikiran.
9. Menurut Walija (1996), bahasa adalah komunikasi yang paling lengkap dan
efektif untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan serta suatu
pendapat kepada orang lain.
10. Syamsuddin (1986) juga memberikan 2 definisi bahasa. Pertama, bahasa
merupakan alat yang dipakai untuk membentuk pikiran, perasaan, keinginan
dan perbuatan-perbuatan, serta alat yang dipakai untuk mempengaruhi dan
kedua, bahasa adalah tanda yang jelas dari suatu kepribadian entah itu yang
baik maupun yang buruk, sebuah tanda yang jelas dari keluarga serta bangsa
dan tanda yang jelas dari budi kemanusiaan.
11. Menurut Pengabean (1981), bahasa adalah suatu sistem yang mengutarakan
serta melaporkan apa yang terjadi pada sistem saraf.
12. Menurut Soejono (1983), bahasa adalah suatu sarana perhubungan rohani yang
teramat penting dalam hidup bersama.
2. Tujuan Bahasa

Tujuan bahasa jika dilihat dari tujuan penggunaannya antara lain:

1. Tujuan praktis, bahasa digunakan untuk komunikasi sehari-hari


2. Tujuan artistik, bahasa yang dirangkai dengan sedemikian rupa sehingga
menjadi bahasa yang indah dan dapat digunakan untuk pemuas rasa estetis.
3. Tujuan pembelajaran, bahasa sebagai media untuk mempelajari berbagai
ilmu pengetahuan baik dalam lingkup bahasa itu sendiri atau di luar bahasa.
4. Tujuan filologis, bahasa digunakan untuk mempelajari naskah-naskah tua
guna menyelidiki latar belakang sejarah manusia, kebudayaan, dan adat
istiadat serta perkembangan bahasa.
3. Fungsi Bahasa

Fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Terdapat tiga fungsi utama bahasa
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Berikut adalah fungsi bahasa tersebut:

3.1 Sebagai Alat Komunikasi

Bahasa merupakan kata-kata yang memiliki makna. Setiap kata memiliki makna dan
hubungan abstrak dengan suatu konsep atau objek yang diwakilinya. Melalui bahasa, setiap
individu dapat melakukan komunikasi dua arah yang dapat dimengerti oleh masing-masing
individu.

3.2 Sebagai Alat Pemersatu Bangsa

Bahasa berfungsi sebagai alat pemersatu bangsa karena penggunaannya sebagai alat untuk
berkomunikasi. Setiap warga suatu bangsa dapat menyampaikan pemikirannya dengan
menggunakan bahasa yang bisa dimengerti. Komunikasi masyarakat dengan menggunakan
bahasa yang sama dan dapat dimengerti satu sama lain akan mempersatukan bangsa menjadi
lebih kuat.

3.3 Sebagai Identitas Suatu Suku atau Bangsa

Setiap bangsa atau suku pasti memiliki bahasa yang berbeda-beda, hal ini bisa menjadikan
bahasa sebagai identitas dan keunikan tersendiri bagi suatu bangsa atau suku.
Dalam tata cara penulisan huruf, ada dua penulisan huruf yang menjadi fokus kita. Yang
pertama, adalah penggunaan huruf kapital atau sering kita sebut huruf induk. Yang kedua,
adalah penggunaan huruf miring atau secara universal disebut italic. Berikut ini tata cara
penulisan huruf yang wajib kita ketahui:

A. Cara Penulisan Huruf Kapital Yang Benar


1. Huruf kapital digunakan sebagai penggunaan huruf pertama dalam ungkapan yang
berkaitan dengan hal-hal keagamaan, kitab suci, nama Tuhan termasuk kata gantinya.

Contohnya:
– Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
– Qur’an, Alkitab, Injil, Taurat
– Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Budha
– Al-Baqarah ayat 145, Yohanes : 2
– Tuhan akan menunjukkan jalan yang benar kepada hamba-Nya.
– Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat.

2. Huruf kapital digunakan sebagai hurufpertama gelar kehormatan, keturunan, dan


keagamaan yang diikuti nama orang.

Contohnya:
– Muhammad SAW, Isa Al-Masih
– Nabi Ibrahim, Nabi Nuh, Malaikat Jibril
– Imam Syafi’I, Haji Agus Salim, Sri Sultan Hamengkubuwono IX

Adapun beberapa perhatian khusus, seperti dalam kalimat ini :


– Dia baru saja diangkat menjadi sultan yang kesebelas.
– Dua tahun berikutnya, dosen kami akan berangkat haji.
– Hassanuddin, sultan Makassar, digelari Ayam Jantan dari Timur.

3. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang diikuti
nama orang pemangku jabatan.

Contohnya:
– Presiden Soekarno, Wakil Presiden B.J. Habibie, Perdana Menteri Silvio Berlusconi,
Paduka        Yang Mulia Raja Bhumibol Adulyadej, Ratu Elizabeth
– Walikota Tri Rismaharini, Gubernur Ahok
– Menteri Pendidikan Anis Baswedan, Menteri Bambang Sudibyo
– Profesor Soepomo, Letnan Jenderal Djoko Santoso, Letjen Suprapto
Adapun beberapa perhatian khusus, seperti dalam kalimat ini :
– Siapakah walikota yang baru dilantik itu?
– Dua hari yang lalu, Mayor Jenderal Djoko Santoso baru diangkat menjadi letnan jenderal.
4. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama orang.

Contohnya:
– Muchamad Resya Firmansyah, Arum Sulistyowati, Sri Handayani, Patrick Simamora, Alan
Budi Kusuma, Giovanni Putri Astuti, Bambang Sutrisno, Rhendy Sapta Wardhana
– Bastian Schweinsteiger, Carlo Ancellotti, Vladimir Putin, Kobe Bryant, Scarlet Johansson,  
Muhammad Ali, Carl Jhonson, Chris Evans, Cristiano Ronaldo, Robert Downey Jr., Gal        
Gadot
Adapun beberapa pengecualian dalam nama orang, karena latar belakang keluarga                
ataupun budaya pemilik nama seperti :
– LeBron James, Leonardo DiCaprio

5. Huruf Kapital digunakan sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa.

Contohnya :
– bangsa Indonesia, suku Dayak, bahasa Jepang
Adapun perhatian khusus dalam penyusunan kalimat, seperti :
– . . . mengindonesiakan kata-kata asing.
– Jangan keinggris-inggrisan!

6. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan
peristiwa sejarah.

Contohnya :
– tahun Hijrah, bulan Oktober, hari Galungan, Jum’at Kliwon, hari Natal, Perang Tabuk,
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Adapun perhatian khusus dalam penyusunan kalimat, seperti :
– Soekarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada . . .
– Perkembangan teknologi nuklir memicu resiko pecahnya perang . . .

7. Huruf kapital digunakan sebagai nama khas geografi.

Contohnya :
– Asia Tenggara, Sungai Nil, Kali Opak, Lembah Baliem, DKI Jakarta, Jabotabek, Kota
Pelajar, Daerah Istimewa Yogyakarta
Adapun perhatian khusus seperti :
– . . . mereka pun akhirnya pergi ke selatan.
– Mandi di kali adalah kebiasaan masyarakat . . .

8. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama resmi badan, lembaga pemerintahan,
organisasi, ketatanegaraan, dan nama dokumen resmi, serta sebagai huruf pertama setiap
unsur bentuk ulang sempurna.

Contohnya :
– Undang Undang Dasar 1945 (UUD 45)
– Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
– Kementrian Riset dan Teknologi dan Pendidikan Tinggi
– Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
– Palang Merah Indonesia (PMI)
– Rancangan Undang-Undang Kepegawaian
– Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia, Nomor 57, Tahun 2004
Adapun beberapa perhatian khusus, antara lain :
– Pemerinttah republik kita telah menyepakati . . .
– . . . menurut undang-undang yang berlaku, guru . . .
– . . . kasus suap dalam beberapa lembaga badan hukum.

9. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama semua kata di dalam nama buku, majalah,
surat kabar, dan judul karangan, kecuali kata partikel seperti di, ke, dari, untuk, dan yang,
yang tidak pada posisi awal.Contohnya :
– Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma
– Bacalah majalah Bahasa dan Sastra
– Yadi adalah wartawan koran Jawa Pos

10. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan
sapaan khusus.Contoh :
– S.S. sarjana sastra
– Prof. professor
– S.pd.                   sarjana pendidikan
– M.A.                   master of arts

  – Tn.                       tuan
– Bpk.                    bapak
– Ny.                      nyonya
– Sdr.                     Saudara

Adapun perhatian khusus dalam pemberian huruf kapital dalam gelar adalah dokter dan
doktor:
– Dr. digunakan kepada seseorang yang telah menempuh pendidikan hingga lulus strata tiga
(S3). Misalnya : Dr. Eko Setyo Humanika, M.Hum.

– Sedangkan penggunaan dr. digunakan kepada seorang ahli penyakit yang telah menempuh
pendidikan profesi dokter. Misalnya : dr. Erwin Santosa

– Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penulisan dalam awal kalimat, disarankan


untuk tidak menggunakan singkatan. Misalnya : “. . . penyakit tersebut. Dokter Muchlis
akhirnya memutuskan untuk . . .”, bukan “. . . penyakit tersebut. Dr. Muchlis akhirnya
memutuskan untuk . . .” ataupun “. . . kasus tersebut. dr. Muchlis akhirnya memutuskan untuk
. . .”

11. Huruf kapital digunakan khusus sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
Contohnya :
– Sudahkah Anda tahu?
– . . . gagal. Maka dari itu, Anda tidak wajib . . .
– Jamu ini sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh Anda.

Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama pada awal kalimat.


Contohnya :
– Mereka pergi ke seminar tersebut menggunakan angkutan umum.
– Akan tetapi, para pemimpin dunia saat itu tidak menyepakati . . .
– . . , tidak sebanding dengan dana yang terbuang. Pembangunan itu pun akhirnya
terbengkalai.

Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama petikan langsung.


Contohnya :
– Akupun bertanya pada diri sendiri, “Apakah setelah lulus nanti dia akan pergi?”
– Bapak menghibau kami, “Jangan sampai harapan kalian hilang!”
– “Kemana saja kau dari kemarin??”, katanya.
– “Besok pagi,” kata neneknya, “dia akan berangkat”.

12. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan
seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman, yang dipakai dalam penyapaan dan
pengacuan.
Contohnya :
– “Kapan Bapak berangkat?” tanya Siti.
– Karin bertanya,”itu apa, Pak?”
– “Silakan duduk, Kakak!” kata pelayan kafe itu.
– Minggu depan Paman akan pulang.
Adapun perhatian khusus seperti :
– Sebagai anak yang berbakti, wajib hukumnya untuk menghormati bapak dan ibu kita.
– Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.

B. Teknik Menulis Huruf Miring

1. Huruf miring digunakan untuk menulis nama buku, majalah, dan surat kabar yang
dikutip dalam tulisan.
Contohnya :
– majalah Bobo
– surat kabar Kompas
– novel Tenggelamnya Kapal Van der Wijk karya Buya Hamka
2. Huruf miring digunakan untuk menegaskan atau menghususkan huruf, bagian kata,
atau kelompok kata.
Contohnya :
– Buku ini bukan  buku novel fantasi semata, melainkan . . .
– Orang itu memanglah panjang tangan!
– Dia tidak menafkahi, tetapi dinafkahi oleh istrinya yang sudah . . .
3. Huruf miring digunakan ketika menulis kata-kata nama ilmiah dan ungkapan asing,
kecuali yang telah disesuaikan ejaannya dengan EYD.
Contohnya :
– Menurut Darwin, Homo sapiens adalah makhluk yang disebut . . .
– Kurang dari sewindu, negara tersebut secara de facto telah . . .
– Yggdrasil, secara mitologi nordik, diterjemahkan sebagai pohon dunia.
Adapun contoh istilah asing yang telah disesuaikan, yaitu :
– Lembaga tersebut tengah melakukan komputerisasi data. (dari
kata computerization)
– Negara itu telah mengalami empat kali kudeta (dari kata coup d’etat)
– Virus adalah mikroorganisme yang menyebabkan penyakit (dari
kata microorganism)
Pada akhirnya kita wajib mengetahui kaidah ini supaya tulisan kita menjadi berkualitas.
Tentunya juga, demi tujuan menulis buku yang berkualitas.  Pelajaran yang didapat: “Jangan
pernah menyepelekan hal yang kecil”.

Meskipun kecil, aturan inilah yang menjadi tolak ukur ketelitian kita dalam menulis buku.
Serta, tolak ukur kepedulian kita. Bagaimana kita dapat memajukan diri sendri jika hal yang
kecil saja kita tidak bisa? Semoga artikel ini bermanfaat. [Mas Aji Gustiawan]

Pengertian Kalimat Efektif


Kalimat efektif dapat diartikan sebagai susunan kata yang mengikuti kaidah kebahasaan
secara baik dan benar. Tentu saja karena kita berbicara tentang bahasa Indonesia, kaidah yang
menjadi patokan kalimat efektif dalam bahasan ini adalah kaidah bahasa Indonesia
menurut ejaan yang disempurnakan (EYD).
Syarat Kalimat Efektif

Pada dasarnya, ada empat syarat utama sebuah kalimat dapat dikatakan efektif atau tidak.

1. Sesuai EYD
Sebuah kalimat efektif haruslah menggunakan ejaan maupun tanda baca yang tepat. Kata
baku pun mesti menjadi perhatian agar tidak sampai kata yang kamu tulis ternyata tidak tepat
ejaannya.

2. Sistematis
Sebuah kalimat paling sederhana adalah yang memiliki susunan subjek dan predikat,
kemudian ditambahkan dengan objek, pelengkap, hingga keterangan. Sebisa mungkin guna
mengefektifkan kalimat, buatlah kalimat yang urutannya tidak memusingkan. Jika memang
tidak ada penegasan, subjek dan predikat diharapkan selalu berada di awal kalimat.

3. Tidak Boros dan Bertele-tele


Jangan sampai kalimat yang kalian buat terlalu banyak menghambur-hamburkan kata dan
terkesan bertele-tele. Pastikan susunan kalimat yang kalian rumuskan pasti dan ringkas agar
orang yang membacanya mudah menangkah gagasan yang kalian tuangkan.

4. Tidak Ambigu
Syarat kalimat efektif yang terakhir, kalimat efektif menjadi sangat penting untuk
menghindari pembaca dari multiftafsir. Dengan susunan kata yang ringkas, sistemastis, dan
sesuai kaidah kebahasaan; pembaca tidak akan kesulitan mengartikan ide dari kalimat kalian
sehingga tidak ada kesan ambigu.
Ciri-ciri Kalimat Efektif
Untuk membuat kalimat efektif tidaklah sulit asalkan sudah memahami ciri-ciri suatu kalimat
dikatakan efektif. Berikut ini adalah 5 ciri-ciri sehingga suatu kalimat dapat kita katakan
efektif. 

1. Kesepadanan Struktur
Hal pertama yang harus diperhatikan adalah kelengkapan struktur dan penggunaannya. Inilah
yang dimaksud dengan kesepadanan struktur. Ada beberapa hal yang menyangkut ciri-ciri
yang satu ini.

a. Pastikan kalimat yang dibuat mengandung unsur klausa minimal yang lengkap, yakni
subjek dan predikat.
b. Jangan taruh kata depan (preposisi) di depan subjek karena akan mengaburkan pelaku
di dalam kalimat tersebut.
Contoh kalimat efektif dan tidak efektif:
Bagi semua peserta diharapkan hadir tepat waktu. (tidak efektif)
Semua peserta diharapkan hadir tepat waktu. (efektif)

c. Hati-hati pada penggunaan konjungsi yang di depan predikat karena membuatnya


menjadi perluasan dari subjek.
Contoh:
Dia yang pergi meninggalkan saya. (tidak efektif)
Dia pergi meninggalkan saya. (efektif)

d. Tidak bersubjek ganda, bukan berarti subjek tidak boleh lebih dari satu, namun lebih ke
arah menggabungkan subjek yang sama.
Contoh:
Adik demam sehingga adik tidak dapat masuk sekolah. (tidak efektif)
Adik demam sehingga tidak dapat masuk sekolah. (efektif)

2. Kehematan Kata
Karena salah satu syarat kalimat efektif adalah ringkas dan tidak bertele-tele, kalian tidak
boleh menyusun kata-kata yang bermakna sama di dalam sebuah kalimat. Ada dua hal yang
memungkinkan kalimat membuat kalimat yang boros sehingga tidak efektif. Yang pertama
menyangkut kata jamak dan yang kedua mengenai kata-kata bersinonim. Untuk menghindari
hal tersebut, berikut ini contoh mengenai kesalahan dalam kata jamak dan sinonim yang
menghasilkan kalimat tidak efektif.

Contoh Kata Jamak:


Para siswa-siswi sedang mengerjakan soal ujian masuk perguruan tinggi. (tidak efektif)
Siswa-siswi sedang mengerjakan soal ujian masuk perguruan tinggi. (efektif)
Ketidakefektifan terjadi karena kata para merujuk pada jumlah jamak, sementara siswa-siswi
juga mengarah pada jumlah siswa yang lebih dari satu. Jadi, hilangkan salah satu kata yang
merujuk pada hal jamak tersebut.
Contoh Kata Sinonim:
Ia masuk ke dalam ruang kelas. (tidak efektif)
Ia masuk ruang kelas.

Ketidakefektifan terjadi karena kata masuk dan frasa ke dalam sama-sama menunjukkan arti


yang sama. Namun, kata masuk lebih tepat membentuk kalimat efektif karena sifatnya yang
merupakan kata kerja dan dapat menjadi predikat. Sementara itu, jika menggunakan ke
dalam  dan menghilangkan kata masuk—sehingga menjadi ia ke dalam ruang kelas—kalimat
tersebut akan kehilangan predikatnya dan tidak dapat dikatakan kalimat efektif menurut
prinsip kesepadanan struktur.
3. Kesejajaran Bentuk
Ciri-ciri yang satu ini menyangkut soal imbuhan dalam kata-kata yang ada di kalimat, sesuai
kedudukannya pada kalimat itu. Pada intinya, kalimat efektif haruslah berimbuhan pararel
dan konsisten. Jika pada sebuah fungsi digunakan imbuhan me-, selanjutnya imbuhan yang
sama digunakan pada fungsi yang sama.
Contoh:
Hal yang mesti diperhatikan soal sampah adalah cara membuang, memilah, dan
pengolahannya. (tidak efektif)
Hal yang mesti diperhatikan soal sampah adalah cara membuang, memilah, dan
mengolahnya. (efektif)

4. Ketegasan Makna
Tidak selamanya subjek harus diletakkan di awal kalimat, namun memang peletakan subjek
seharusnya selalu mendahului predikat. Akan tetapi, dalam beberapa kasus tertentu, kalian
bisa saja meletakkan keterangan di awal kalimat untuk memberi efek penegasan. Ini agar
pembaca dapat langsung mengerti gagasan utama dari kalimat tersebut. Penegasan kalimat
seperti ini biasanya dijumpai pada jenis kalimat perintah, larangan, ataupun anjuran yang
umumnya diikuti partikel lah atau pun.
Contoh:
Kamu sapulah lantai rumah agar bersih! (tidak efektif)
Sapulah lantai rumahmu agar bersih! (efektif)

5. Kelogisan Kalimat
Ciri-ciri kalimat efektif terakhir yang amat krusial menyangkut kelogisan kalimat yang kalian
buat. Kelogisan berperan penting untuk menghindari kesan ambigu pada kalimat. Karena itu,
buatlah kalimat dengan ide yang mudah dimengerti dan masuk akal agar pembaca dapat
dengan mudah pula mengerti maksud dari kalimat tersebut.

Contoh:
Kepada Bapak Kepala Sekolah, waktu dan tempat kamu persilakan. (tidak efektif)
Bapak Kepala Sekolah dipersilakan menyampaikan pidatonya sekarang. (efektif)

 PARAGRAF DAN PENGEMBANGANNYA


1.   Pengertian Paragraf

Paragraf atau yang biasa juga disebut Alenia adalah seperangkat kalimat yang tersusun secara
logis, sistematis  dan mengandung satu kesatuan ide pokok yang terdiri atas satu kalimat
utama dan beberapa kalimat penjelas. Disamping itu, secara teknis paragraf merupakan
satuan terkecil dari sebuah karangan.

2.   Unsur-unsur Paragraf

Paragraf merupakan seperangkat kalimat yang dipergunakan oleh pengarang sebagai alat
untuk menyatakan dan menyampaikan jalan pikirannya kepada para pembaca. Agar pikiran
tersebut dapat diterima dengan jelas oleh pembaca, maka paragraf harus tersusun secara
logis-sistematis. Alat Bantu untuk menciptakan susunan logis-sistematis  tersebut ialah unsur-
unsur paragraf seperti berikut :

a.    Ide pokok, merupakan ide pembicaraan atau tema yang akan dibicarakan dalam paragraph,
biasanya berbentuk abstrak. Ide pokok bisa berupa kata, frase atau klausa.

b.    Kalimat topik, merupakan perwujudan dari ide pokok dalam bentuk kalimat.

c.    Ide pengembang, yaitu rincian atau penjelasan ide pokok dalam bentuk yang kongkret. Ide
pengembang berupa kata, frase, atau klausa.

d.   Kalimat pengembang, yaitu perwujudan pernyataan ide pengembang dalam bentuk kongkret.

e.    Kalimat penegas, yaitu kalimat yang berfungsi menegaskan dengan cara mengulang bentuk
kalimat topik pada bagian akhir paragraf.

f.     Transisi, yaitu mata rantai penghubung paragraf. Transisi berfungsi sebagai penunjang


koherensi atau kepaduan antar kalimat maupun antar paragraf dalam suatu karangan.

3.   Syarat Paragraf

Paragraf yang efektif memenuhi tiga syarat, yaitu:

a.    Kesatuan Makna (Koherensi)

Sebuah paragraf dikatakan mengandung kesatuan makna jika seluruh kalimat dalam paragraf
itu hanya membicarakan satu ide pokok, satu topik, atau satu masalah saja. Jika dalam sebuah
paragraf terdapat kalimat yang menyimpang dari masalah yang sedang dibicarakan, berarti
dalam paragraf itu terdapat lebih dari satu ide atau masalah.

Contoh: Sebuah penelitian mengandung tiga unsur pokok, yakni apa yang diteliti,
bagaimana penelitian itu dilaksanakan, dan mengapa penelitian itu dilaksanakan. Pertanyaan
pertama mengenai masalah penelitian, pertanyaan kedua mengenai metodologi penelitian,
dan pertanyaan ketiga mengenai pentingnya penelitian. Usaha untuk menjawab
apa, merupakan kegiatan pokok. Oleh karena itu, kegiatan tersebut merupakan inti dari
pelaksanaan suatu penelitian.

b.     Kesatuan bentuk paragraf atau kohensi terwujud jika aliran kalimat berjalan mulus, lancar,
dan logis. Kohesi itu dapat dibentuk dengan cara repetisi, penggunaan kata ganti, penggunaan
kata sambung atau frasa penghubung antarkalimat.

Contoh: Dalam mengajarkan sesuatu  langkah pertama yang perlu kita lakukan ialah
menentukan tujuan. Tanpa adanya tujuan yang sudah ditetapkan, materi yang diberikan,
metode yang digunakan, dan evaluasi yang dipilih, tidak akan memberikan manfaat bagi anak
didik dalam menerapkan hasil proses belajar mengajar. Dengan mengetahui tujuan, kita dapat
menentukan materi yang diajarkan, metode yang digunakan, serta bentuk evaluasinya.

c.     Hanya Memiliki Satu Pikiran Utama

Paragraf yang baik hanya memiliki satu pikiran utama atau gagasan pokok. Jika dalam satu
paragraf terdapat dua atau lebih pikiran utama, paragraf tersebut tidak efektif. Paragraf
tersebut harus dipecah agar tetap memiliki satu pikiran utama. Satu pikiran utama itu
didukung oleh pikiran-pikran penjelas. Pikiran-pikiran penjelas ini lazimnya terwujud dalam
bentuk kalimat-kalimat penjelas yang tentu harus selalu mengacu pada pikiran utama.

4.       Jenis – Jenis Paragaraf

1)    Jenis Paragraf Berdasarkan Sifat dan Tujuannya

a.   Paragraf Pembuka

Paragraf pembuka merupakan paragraf yang dimaksudkan untuk mengawali suatu karangan
dengan tujuan sebagai pembuka pokok pikiran dalam karangan tersebut. Paragraf pembuka
harus bersifat menarik, serta sanggup menyiapkan pikiran pembaca kepada apa yag sedang
diuraikan. Paragraf yang pendek jauh lebih baik, karena paragraf-paragraf yang panjang
hanya akan menimbulkan kebosanan pembaca.
b.   Paragraf Penghubung atau paragraf isi

Yang dimaksud dengan paragraf penghubung adalah semua paragraf yang terdapat di antara
paragraf pembuka dan paragraf penutup. Inti persoalan yang akan dikemukakan penulisan
terdapat dalam paragraf-paragraf ini. Sebab itu dalam membentuk paragraf-paragraf
penghubung, harus diperhatikan agar hubungan antara satu paragraf dengan paragraf yang
lain itu bersifat logis dan sistematis.

c.    Paragraf Penutup

Paragraf penutup adalah paragraf yang dimaksudkan untuk mengakhiri karangan atau bagian
karangan. Dengan kata lain paragraf ini mengandung kesimpulan pendapat dari apa yang
telah diuraikan dalam paragraf-paragraf penghubung. Apapun yang menjadi topik atau tema
dari sebuah karangan haruslah tetap diperhatikan agar paragraf penutup tidak terlalu panjang,
tetapi juga tidak berarti terlalu pendek. Hal yang paling esensial adalah bahwa paragraf itu
harus merupakan suatu kesimpulan yang bulat atau betul-betul mengakhiri uraian itu serta
dapat menimbulkan banyak kesan kepada pembacanya.

2)      Jenis Paragraf Berdasarkan Letak Kalimat Utama

a.       Paragraf Deduktif (U-K-K)

Paragraf deduktif adalah paragraf yang kalimat utamanya terdapat di awal paragraf. Paragraf
dimulai dengan mengemukakan persoalan pokok atau kalimat utama. Kemudian diikuti
dengan kalimat-kalimat penjelas yang berfungsi menjelaskan kalimat utama. Paragraf ini
biasanya dikembangkan dengan metode berpikir deduktif, dari yang umum ke yang khusus.

Contoh kalimat: Pada masa sekarang ini banyak rumah sakit dibangun, baik itu
rumah sakit negeri maupun swasta. Semarak berdirinya rumah sakit tersebut diperkirakan
karena adanya izin pendirian rumah sakit yang relatif mudah. Rumah sakit negeri di daerah
tertinggal mempunyai jumlah yang jauh lebih banyak dibandingkan swasta. Hal tersebut
dapat dinalar karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi, misalnya faktor finansial,
sosial, asal-muasal adanya dokter, dan masih banyak lagi.
b.      Paragraf Induktif (K-K-U)

Paragraf induktif adalah paragraf yang kalimat utamanya terdapat di akhir paragraf. Paragraf
ini dimulai dengan mengemukakan penjelasan-penjelasan atau rincian-rincian, kemudian
ditutup dengan kalimat utama. Paragraf ini dikembangkan dengan metode berpikir induktif,
dari hal-hal yang khusus ke hal yang umum.

            Contoh kalimat: Di sebagian besar daerah pedesaan secara menyebar didirikan tempat
pendidikan yang berupa sekolah dasar. Meningkat, di kota kecamatan, pemerintah
mengusahakan berdirinya sekolah menengah tingkat pertama atau bahkan sebagian berdiri
pula sekolah menengah atas. Pada tingkat kabupaten, terutama kabupaten yang sudah maju,
bermunculan perguruan tinggi, baik swasta maupun negeri. Selain tempat pendidikan formal
yang sudah disebutkan itu, menjamur pula tempat pendidikan nonformal, misalnya: tempat
pelatihan komputer, kursus menyablon, kursus memasak, potong rambut, bengkel mobil,
pertanian, dan kerajinan. Jadi, anak sekarang seharusnya tidak mengalami kesulitan lagi
memilih tempat pendidikan di negeri ini. Anak tinggal menentukan tempat berpendidikan
dengan menyesuaikan kesenangan dan kemampuannya.

c.       Paragraf Gabungan atau Campuran

Pada paragraf ini kalimat topik ditempatkan pada bagian awal dan akhir paragraf. Dalam hal
ini kalimat terakhir berisi pengulangan dan penegasan kalimat pertama. Pengulangan ini
dimaksudkan untuk lebih mempertegas ide pokok karena penulis merasa perlu untuk itu. Jadi
pada dasarnya paragraf campuran ini tetap memiliki satu pikiran utama, bukan dua.

Contoh kalimat: Buku merupakan sarana utama dalam mencari ilmu. Dengan


buku orang bisa mengetahui ilmu dari berbagai belahan dunia. Dari buku pula kita bisa
mendapat hiburan dan menambah pengalaman. Jelaslah bahwa buku sangat berpengaruh
dalam kehidupan manusia.

3)      Jenis-Jenis paragraph berdasarkan isi

a. Paragraf Argumentasi

paragraf yang berisi ide/gagasan dengan diikuti alasan yang kuat untuk menyakinkan
pembaca.

Contoh kalimat: Semakin hari kini semakin mahal harga kebutuhan pokok. Tentunya
menjadi salah satu hal yang menyulitkan bagi kita semua. Belum lagi masalah BBM yang
akan naik dalam waktu dekat ini. Tidak hanya itu saja, biaya pendidikan yang tidak sedikit
juga menjadi beban tersendiri bagi masyarakat. Pada tahun 2010 saja angka kemiskinan
dinegara ini telah melonjak hingga 10% dari tahun sebelumnya. Alasan-alasan tersebutlah
yang menjadikan hidup kita tertutama rakyat miskin semakin terpuruk pastinya anda semua
setuju dengan hal tersebut.

b.     Paragraf Eksposisi

paragraf yang bertujuan untuk menjelaskan dan menerangkan sesuatu permasalahan kepada
pembaca agar pembaca mendapat gambaran yang sejelas-jelasnya tentang sesuatu
permasalahan yang dimaksud pengarang.

               Contoh kalimat: Parang Tritis adalan nama desa diKretek, Bantul, Daerah Istimewa
Yogyakarta. Didesa ini terdapat pantai samudra hindia yang terletak kurang lebih 25KM
sebelah selatan kota Yogyakarta. Parang tritis merupakan objek wisata yang cukup trkenal
diYogyakarta selain objek pantai lainnya seperti Samas, Baron, Ukup, Kerakal, dan Glagah.
Parang tritis mempunyai keunikan pemandangan yang tidak terdapat pada objek wisata
lainnya yaitu selain ombak yang besar juga ada gunung-gunung pasir yang tinggi disekitar
pantai, gunung tersebut biasa disebut gumuk. Objek wisata ini sudah dikelola oleh pihak
pemda Bantul dengan cukup baik muali dari fasilitas penginapan maupun pasar yang
menjajahkan suvenir khas Parang Tritis. Selain itu ada pemandian yang disebut Parang
wedang konon air dipemandian dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit diantaranya
penyakit kulit, air dari pemandian tersebut mengandug belerang yang berasal dari
pegunungan dilokasi tersebut. Air panas dari parang wedang dialirkan dipantai parang tritis
untuk bilas setelah bermain pasir dan juga mengairi kolam kecil bermain anak-anak. diParang
Tritis juga ada ATV, kereta kuda, dan kuda yang dapat disewa untuk menyusuri pant dari
timur kebarat selain itu juga Parang Tritis sebagai tempat untuk olahraga udara
atau Aeromodeling

c. Paragraf Deskripsi

paragraf yang melukiskan atau menggambar-kan sesuatu dengan tujuan agar pembaca
seakan-akan bisa melihat, mendengar, atau merasakan sendiri semua yang ditulis oleh
penulis.

Contoh kalimat: Masih melekat di mataku, pemandangan indah nan elok pantai
Parangtritis. Gelombang ombak bergulung-gulung datang silih berganti menyambutku serasa
ingin mengajak bermain. Air yang jernih dan pasir putih lembut yang menghampar luas tanpa
ada tumbuh-tumbuhan atau karang yang menghalangi membuatku ingin kembali lagi. Di
sebelah kanan kiri, aku bisa memandang air laut sejauh mata memandang, pantai dengan
bukit berbatu, pesisir serta pemandangan bukit kapur di sebelah utara pantai kurasakan dingin
membasuh kakiku karena ombak menghempas kakiku dan terasa asin air itu ketika bibirku
terkena percikan. Sepanjang aku berjalan, hampir pinggiran pantai di penuhi oleh
pengungjung wisatawan. Kulihat ada yang berlari berkejar-kejaran di bibir pantai, bermain
bola, brmain dengan air, berfoto-foto dengan latar sekitar pantai. Tapi yang paling
membuatku tertarik kulihat ada beberapa turis mancanegara yang menikmati keindahan
pantai ini dengan naik delman.

d.    Paragraf Persuasi

paragraf yang bertujuan meyakinkan dan membujuk seseorang atau pembaca agar
melaksanakan /menerima keinginan penulis.

               Contoh kalimat: Pantai Parangtritis memang memiki keindahan eksotis yang


membuat wisatawan ramai berkunjung, tetapi juga sering menelan korban. Yang
disayangkan, sebagian masyarakat Indonesia masih saja menganggap peristiwa tersebut
berkaitan dengan hal-hal mistis, yakni dikarenakan Ratu Pantai Selatan meminta tumbal.
Padahal, ada penjelasan ilmiah di balik musibah tersebut. Para praktisi ilmu kebumian
menegaskan bahwa penyebab utama hilangnya sejumlah wisatawan di Pantai Parangtritis,
Bantul, adalah akibat terseret rip current. Dengan kecepatan mencapai 80 kilometer per jam,
arus balik tidak hanya kuat, tetapi juga mematikan. Jadi, banyaknya korban tenggelam tidak
ada kaitannya sama sekali dengan anggapan para masyarakat. Ali Susanto, Komandan SAR
Pantai Parangtritis, juga menambahkan bahwa disepanjang Pantai Parangtritis juga banyak
terdapat palung (pusaran air) yang tempatnya selalu berpindah-pindah dan sulit diprediksi.
Kondisi inilah yang sering banyak menimbulkan korban mati tenggelam. Oleh karena itu,
selayaknya warga masyarakat tidak lagi percaya hal-hal gaib dan bisa mengedepankan
penalaran logika atau akal sehat. Pemerintah daerah pun sebaiknya memberikan pemahaman
yang benar mengenai penyebab bencana laut kepada warga di sekitar pantai. Informasi
tersebut dapat diteruskan kepada wisatawan guna meningkatkan kewaspadaan mereka.

e.  Paragraf Narasi

suatu bentuk paragraf yang menceritakan serangkaian peristiwa yang disusun menurut urutan


waktu terjadinya

contoh kalimat: Tepat ketika tanggal 10 Maret, sekolahku libur selama sembilan hari
dan akan berakhir pada tanggal 18 Maret. Aku dan seluruh keluargaku tidak menyia-nyiakan
waktu ini untuk mengadakan liburan keluarga. Ketika itu aku memilih berlibur ke Pantai
Parangtritis. Pagi-pagi aku telah berbenah dan menyiapkan semua perbekalan yang nantinya
diperlukan. Sepanjang perjalanan, aku iringi dengan nyanyian lagu riang. Betapa senangnya
aku ketika sampai di pantai tersebut. Dengan hati suka ria, aku sambut Pantai Parangtritis
dengan senyumku. Pantai Parangtritis, pantai nan elok yang menjadi favoritku. Tanpa
menyia-nyiakan waktu, aku mengajak kakakku untuk bermain air. Kuambil air dan aku
ayunkan ke mukanya. Dengan canda tawa, kami saling berbalasan. Puas rasanya, terasa
hilang semua kepenatan karena kesibukan tiap harinya. Di sana, aku dan seluruh keluargaku
saling berfoto-foto untuk mengabadikan momen yang indah ini. Tak terasa waktu berjam-jam
telah kuhabiskan disana. Hari pun mulai sore menandakan perpisahan dan kembali pulang.
Tak rela rasanya kebahagiaan ini akhirnya selesai. Dalam benakku, aku kan kembali esok.

4)           Pengembangan Paragraf

Menulis paragraf berarti mengembangkan paragraf, sebuah paragraf merupakan hasil


pengembangan sebuah pernyataan menjadi sekelompok pernyataan yang berkaitan.
Pernyataan yang dikembangkan itu merupakan ide atau gagasan, sedangkan pernyataan-
pernyataan lain merupakan pernyataan pengembang atau pernyataan penjelas.

a. Sebab-akibat

Paragraf sebab akibat yaitu paragraf yang pengembangannya memanfaatkan makna


hubungan sebab akibat antar kalimat. Ciri khas paragraf jenis ini ialah terbinanya hubungan
sebab akibat antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain.  Jadi hubungan sebab akibat
ini merupakan satu rangkaian yang berkesinambungan.

               Contoh kalimat: Ani dan Ina adalah 2 orang yang bersahabat sejak mereka masih
kecil. Suatu hari muncul masalah antara mereka berdua. Ani melaporkan Ina yang ketahuan
sedang menccontek di kelas. Akibatnya Ina dipanggil ke ruang kepala sekolah dan diberi
nasihat di sana. Karena tidak terima dengan perlakuan Ani yang sudah dianggap sebagai
sahabat sejati Ina menjadi benci terhadap Ani dan mereka menjadi sering beradu mulut.
Akibat beradu mulut terus menerus suatu saat mereka berkelahi dan saling melukai. Mereka
seperti sudah lupa akan persahabatan mereka dulu.

b.     Contoh atau ilustrasi

Sesuai dengan sebutannya, paragraf contoh atau paragraf ilustrasi, paragraf jenis ini
dikembangkan dengan menggunakan contoh atau ilustrasi. Contoh atau ilustrasi inilah yang
memberikan penjelasan akan kebenaran ide atau gagasan paragraf, baik dengan cara deduktif,
induktif, atau paduan keduanya.
c. Perbandingan dan Pertentangan

Paragraf perbandingan ialah paragraf yang isinya merupakan perbandingan tentang dua hal
yang baik yang menyangkut kesamaan maupun perbedaannya. Jika lebih banyak
menguraikan persamaannya, maka paragraph tersebut dalam pengembangannya
menggunakan metode perbandingan. Sebaliknya, jika lebih banyak menguraikan
perbedaannya, maka pengembangan paragraph tersebut menggunakan metode pertentangan.

Contoh kalimat: Melakukan investasi di pasar modal bisa diibaratkan seperti nelayan


yang memancing di laut. Keduanya sama-sama beresiko. Bila berinvestasi di pasar modal
dengan hanya menggunakan sedikit modal, maka gain atau keuntungan yang diperoleh juga
akan sedikit. Begitu juga dengan nelayan, bila hanya memiliki modal sedikit, dalam artian
hanya mempunyai perahu kecil dan peralatan seadanya, maka hasil tangkapan yang didapat
juga tidak akan sebanyak hasil tangkapan kapal besar. Ini disebabkan karena dengan adanya
keterbatasan perlengkapan, nelayan tidak bisa melaut jauh dari bibir pantai. Hal inipun
berlaku di dunia investasi pasar modal. Investor besar akan mendapatkan keuntungan yang
besar karena modal yang ditanamkan juga besar. Bagaimana dengan tingkat resiko? Di dunia
pasar modal terdapat istilah high risk high gain, dimana semakin tinggi resiko maka
keuntungan yang akan didapat juga akan semakin besar. Jika di dunia nelayan, semakin besar
dan komplit peralatan yang dimiliki, akan semakin besar juga resikonya. Seperti resiko
ditangkap bajak laut, resiko tenggelam karena badai. dll. Oleh karena itu, sebelum
memutuskan untuk menanamkan investasi di pasar modal, perlu diketahui dan disadari bahwa
semua investasi pasti memiliki resiko.

d.    Definisi

Sesuai dengan sebutannya, paragraf definisi merupakan paragraf yang mengembangkan


definisi atau pembatasan sebuah istilah. Dalam sebuah paragraf definisi, sebuah istilah
mungkin didefinisikan , mungkin pula dibacakan pengertiannya.

Contoh kalimat: Kata Enzim berasal dari bahasa Yunani enzymas yang berarti
menyebabkan perubahan. Enzim inilah yang merupakan unsur pembuat apel, pisang, atau
buah lainnya menjadi matang dan sampai akhirnya membusuk. Enzim terdapat pada semua
organisme hidup, termasuk juga berada pada tubuh kita. Setiap reaksi kimia dan biologi yang
terjadi dalam tubuh kita selalu membutuhkan enzim sebagai katalisator, yaitu zat yang
memungkinkan terjadinya reaksi tetapi tidak ikut bereaksi. Enzim terdiri dari 3 golongan,
yaitu enzim metabolik, enzim pencernaan, dan enzim pangan.
e. Analogi

Analogi adalah bentuk pengungkapan suatu objek yang dijelaskan dengan objek lain yang
memiliki kesamaan atau kemiripan.

Contoh kalimat: Analogi (berdasarkan kesamaan/kemiripan) Sebuah pisau yang


tajam dapat bermanfaat bagi manusia, dapat pula merugikan. Semua itu tergantung
bagaimana menggunakanya. Begitu pula, perkembangan teknologi bisa bermanfaat bagi
penggunanya, bisa juga merugikan. Jika digunakan dengan benar, perkembangan teknologi
akan bermanfaat bagi manusia. Sebaliknya, apabila disalahgunakan, perkembangn teknologi
justru akan merugikan. Dapat dikatakan bahwa bermanfaattidaknya perkembangan teknologi
sama dengan sebuah pisau yang tajam.

Analogi (berdasarkan kebiasaan) Pada hari Minggu minggu  pertama dan terakhir bulan
Desember kemarin saya dan kakak berjalan-jalan di kota Bogor mengendarai mobil baru
kakak. Ketika kami melintasi penjual tanaman, kakak langsung membeli tanaman bonsai.
Pada minggu pertama bulan Januari ini kami berjalan-jalan lagi ke Bogor dan ketika
melewati penjual tanaman kakak juga membeli tanaman bonsai. Minggu depan kami
berencana akan jalan-jalan lagi ke Bogor. Saya dapat memastikan bahwa kakak akan
membeli tanaman bonsai lagi ketika menemui penjual tanaman.

f. Alamiah

Dalam teknik pengembangan alamiah, penulis menggunakan pola yang terdapat pada objek
atau kejadian yang di bicarakan. Susunan ini mengenal 2 macam, yakni Urutan Ruang
(spasial)  dan Urutan Waktu (Kronologis).

Contoh kalimat: penulis menggambarkan urutan terjadinya peristiwa dari bencana


airbah. Dalam pengembangan dengan teknik kronologis, seorang penulis mengemukakan
peristiwa itu detik demi edtik, atau menit demi menit, dan seterusnya.

g.     Penguraian (klasifikasi)

Paragraf jenis ini dikembangkan dengan cara menguraikan atau memilah-milah


(mengklasifikasi) sesuatu. Dengan pernyataan lain, paragraf penguraian atau pemilahan ialah
paragraf yang berisi penjelasan secara terurai atau pemilahan sesuatu secara rinci.

               Contoh kalimat: (a) dalam karangan-mengarang atau tulis-menulis dituntut beberapa
kemampuan antara lain kemampuan yang berhubungan dengan kebahasaan dan kemampuan
pengembangan atau penyajian. (b) yang termasuk kemampuan pengembangan ialah
kemapuan menata peragraf, kemampuan membedakan pokok bahasan, subpokok bahasan,
dan kemapuan menguraikan pokok bahsan kedalam urutan yang sistematik.
Perencanaan Karangan

Perencanaa Karangan

Perencanaan karangan adalah proses awal dalam membuat karangan sampai


dengan akhir penulisan. Penulisan sebuah karangan harus memenuhi persyaratan.Persyaratan
ini menyangkut isi, bahasa, dan teknik penyajian, Oleh sebab itu untuk membuat sebuah
karangan perlu direncanakan dan tentunya sesuai dengan pengelompokkan karangannya, baik
menurut bentuk, ragam, jenis, rumpun, ataupun macam karangannya.[1]

Secara teoritis, perencanaan karangan terdiri atas tiga tahapan: prapenulisan,


penulisan, dan pascapenulisan (revisi). Pada tahap prapenulisan, seorang penulis dituntut
untuk mempersiapkan bahan-bahan yang akan dijadikan tulisan pada tahap berikutnya. Pada
tahap selanjutnya, penulis dituntut untuk mengembangkan kerangka yang sudah dibuat tadi.
Dengan kalimat, ungkapan, frare, dan kata-kata, penulis mengembangkan kerangka
tersebutmenjadi paragraph, subbab, bab, wacana, akhirnya menjadi sebuah karya tulis yang
utuh. Tahap pascapenulisan (revisi) merupakan tahap akhir penulisan. Pada tahap ini, penulis
mengurangi segala kekeliruan dan kekurangan yang mungkin timbul.[2]

A.    Tema, Topik, dan Judul Karangan

1.      Pengertian Tema, Topik, dan Judul

Sebelum melakukan penulisan, setiap orang pasti sudah memikirkan apa yang
ingin ditulisnya. Tentu hal-hal yang akan ditulis berhubungan dengan segala yang telah
diketahui. Jika hal tersebut merupakan hal yang baru, maka setidaknya ia akan mengaitkan
hal yang ingin ditulis dan hal yang telah diketahuinya atau ia akan mengumpulkan bahan-
bahan informasi yang berhubungan dengan sesuatu yang ingin ditulis.[3]

Topik: 

Topik adalah berasal dari bahasa Yunani “topoi” yang berarti tempat, dalam tulis menulis
berarti pokok pembicaraan atau sesuatu yang menjadi landasan penulisan suatu artikel.

Tema:

Tema berasal dari bahasa Yunani “thithenai”, berarti sesuatu yang telah diuraikan atau
sesuatu yang telah ditempatkan. Tema merupakan amanat utama yang disampaikan oleh
penulis melalui karangannya. Dalam karang mengarang, tema adalah pokok pikiran yang
mendasari karangan yang akan disusun. Dalam tulis menulis, tema adalah pokok bahasan
yang akan disusun menjadi tulisan. Tema ini yang akan menentukan arah tulisan atau tujuan
dari penulisan artikel itu. Menentukan tema berarti menentukan apa masalah sebenarmya
yang akan ditulis atau diuraikan oleh penulis.

Sumber Tema dapat berupa:

1.     Pengalaman

2.     Penelitian atau pengamatan

3.     Pendapatan atau keyakinan

4.     Daya khayal atau imajinasi (khusus karangan fiksi)

Cara mencari Tema (dalam suatu bacaan)

1.      Jika pilihan jawaban berupa kalimat luas 

Maka:

·         Tentukan objek yang dibicarakan 

·         Pilih kalimat yang paling luas yang memuat objek tersebut atau pikirkan objek tersebut
merupakan bagian atau persempitan dari objek yang lebih luas 

     2. Jika pilihan jawaban berupa kalimat sempit atau langsung pada isi bacaan 

Maka : pilih satu kalimat yang dibicarakan dalam setiap paragraf yang ada.

·         Judul 

            Judul adalah nama yang dipakai untuk buku, bab dalam buku, kepala berita, dan lain-
lain; identitas atau cermin dari jiwa seluruh karya tulis, bersifat menjelaskan diri dan yang
menarik perhatian dan adakalanya menentukan wilayah (lokasi). Dalam artikel judul sering
disebut juga kepala tulisan.

            Ada yang mendefinisikan Judul adalah lukisan singkat suatu artikel atau disebut juga
miniatur isi bahasan. Judul hendaknya dibuat dengan ringkas, padat dan menarik. Judul
artikel diusahakan tidak lebih dari lima kata, tetapi cukup menggambarkan isi bahasan.  

Syarat-syarat pembuatan judul :

1.      Harus relevan, yaitu harus mempunyai pertalian dengan temanya, atau ada pertalian dengan
beberapa bagian penting dari tema tersebut. 
2.      Harus provokatif, yaitu harus menarik dengan sedemikian rupa sehingga menimbulkan
keinginan tahu dari tiap pembaca terhadap isi buku atau karangan. 

3.      Harus singkat, yaitu tidak boleh mengambil bentuk kalimat atau frase yang panjang, tetapi
harus berbentuk kata atau rangkaian kata yang singkat. Usahakan judul tidak lebih dari lima
kata.

Judul terbagi menjadi dua, yaitu :  

1.      Judul langsung : Judul yang erat kaitannya dengan bagian utama berita, sehingga
hubungannya dengan bagian utama nampak jelas. 

2.       Judul tak langsung : Judul yang tidak langsung hubungannya dengan bagian utama berita
tapi tetap menjiwai seluruh isi karangan atau berita. 

·         Fungsi Judul 

1.      Merupakan identitas/cermin dari jiwa seluruh karya tulis.

2.      Temanya menjelaskan diri dan menarik sehingga mengundang orang untuk membacanya
atau untuk mempelajari isinya. 

3.      Merupakan gambaran global tentang arah, maksud, tujuan, dan ruang lingkupnya.

4.      Relevan dengan isi seluruh naskah, masalah maksud,dan tujuannya.

            Judul yang dibuat atau dipilih harus memiliki daya tarik untuk mendorong orang
membaca karangan tersebut. Judul dapat berbentuk pertanyaan atau seruan,

misalnya:

- Sudah Sukseskah Anda?

- Narkoba? No Way!

dan sebagainya

            Penulisan judul harus sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Huruf awal
setiap kata ditulis dengan huruf kapital, kecuali kata depan atau kata tugas yang berada di
tengah. Kata tugas yang berada di awal kalimat judul ditulis dengan huruf kapital.

Contoh hubungan antara tema, topik, tujuan, dan judul dalam perencanaan membuat
karangan:

Tema : Perpustakaan sekolah


Topik : - Perpustakaan sekolah

            - Sebagai sumber belajar

            - Memanfaatkan perpustakaan sekolah

            - Perpustakaan sekolah sarana berkumpul.[4]

·         Perbandingan antara Topik,Tema dan Judul :

            Topik, tema, dan judul pada dasarnya hampir sama maknanya, yaitu pokok
pembicaraan dalam diskusi atau dialog, pokok pikiran suatu karangan, dan nama yang
digunakan untuk makalah atau buku atau bahan sajak. Untuk jelasnya, marilah kita kutip apa
yang dikemukakan oleh Pusat Bahasa lewat Kamus Besar Bahasa Indonesia, sebagai berikut :

Topik
Pokok pembicaraan dalam diskusi, ceramah, karangan, dan sebagainya ; bahan diskusi. Hal
yang menarik perhatian umum waktu akhir-akhir ini ; bahan pembicaraan. 

Tema
Pokok pikiran, dasar cerita ( yang dipercakapkan, dipakai sebagai dasar mengarang,
mengubah sajak, dan sebagainya ).

Judul
Nama yang dipakai untuk buku atau bab dalam buku yang dapat menyiratkan secara pendek
isi buku atau bab itu. Kepala karangan (cerita, drama; tajuk). Berjudul berarti berkepala
karangan; bertajuk.

            Jelas terlihat bahwa apa yang dikemukakan Kamus Besar Bahasa


Indonesia menyiratkan bahwa arti ketiga kata yang kita bicarakan ini sama adanya. Jika kita
berdialog dengan seseorang, biasanya kita memperbincangkan satu masalah tertentu,
misalnya tentang banjir, tentang narkoba, tentang sepak bola, dan lain sebagainya. Kalau
yang kita bicarakan hanya satu masalah saja, maka hal semacam itu topik tunggal. Akan
tetapi, kadangkala kita mula-mula membicarakan satu masalah saja, kemudian berkembang
kepada masalah lain, maka topiknya menjadi banyak. Topik semacam itu kita
sebut multitopik atau topik ganda.

            Tidak saja topik yang dapat dipecahan menjadi subtopik, tema dapat pula menjadi
subtema, judul menjadi subjudul. Dialog dengan subtopik seperti contoh tadi, merupakan
komunikasi yang efektif. Hal semacam itu harus diahindari dengan empathy, yaitu merasakan
apa yang dirasakan lawan bicara kita. Sebuah dialog bisa berhasil baik, jika keduanya berada
dalam mood (suasana hati) yang sama.

            Judul dapat dikatakan sebagai jabaran topik atau tema. Karena itu judul harus mempu
mencerminkan topik atau tema, tidak boleh menyimpang dari intinya. Itulah sebabnya
memilih judul tidak selalu gampang. Dalam percakapan sehari-hari  yang kurang penting,
tidak biasa ditentukan topiknya. Namun, dalam pembicaraan atau dialog khusus bisa saja
ditentukan topiknya supaya pihak-pihak bisa mempersiapkan diri. 

·         PERBEDAAN TOPIK, TEMA DAN JUDUL 

            Topik berasal dari bahasa Yunani yaitu “Topoi” yang berati tempat dalam tulis
menulis, pembicaraan atau sesuatu yang menjadi landasan penulisan. Maka dari itu topik 
dalam wacana merupakan salah satu unsur yang penting dalam percakapan. Menurut Howe,
topik itu merupakan syarat terbentuknya wacana percakapan.

            Tema merupakan amanat utama yang disampaikan oleh penulis melalui karangannya
atau dalam karang mengarang, tema juga adalah pokok pikiran yang mendasari karangan
yang akan disusun. Dalam tulis menulis, tema adalah pokok bahasan yang akan disusun
menjadi tulisan. Tema ini yang akan menentukan arah tulisan atau tujuan dari penulisan
artikel itu. Menentukan tema berarti menentukan apa masalah sebenarnya yang akan ditulis
atau diuraikan.

            Judul adalah sebuah nama yang dipakai untuk buku, bab dalam buku, atau kepala
berita. Dalam artikel judul sering disebut juga kepala tulisan. Ada yang mendefinisikan Judul
adalah lukisan singkat suatu artikel atau disebut juga miniatur isi bahasan. Judul hendaknya
dibuat dengan ringkas, padat dan menarik. Judul artikel diusahakan tidak lebih dari lima kata,
tetapi cukup menggambarkan isi bahasan. 

Syarat topik bisa ditinjau dari 2 segi, yaitu topik yang baik bagi penulis dan topik yang baik
bagi pembaca. 

Bagi penulis, topik yang baik yaitu berbasis pada kompetensi penulisnya yaitu

ü  Bidang keahlian. 

ü  Bidang studi yang didalami.

ü  Bidang kerja atau profesi.

ü  Karakter penulis (baik, cerdas, inovatif, kreatif).

ü  Temuan yang pernah diteliti.


ü  Kualifikasi pengalaman: nasional, internasional.

ü  Kemampuan memenuhi tuntutan masyarakat pembacanya.

ü  Kemampuan memenuhi target kebutuhan segmen pembacanya, dan

ü  Temuan baru dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperlukan pembacanya.

Sedangkan bagi pembaca, topik itu baik jika layak dibaca. Artinya, topik tersebut dapat
mengembangkan kompetensi pembacanya, yaitu sesuai dengan:

ü  Tuntutan pembaca untuk mencapai target informasi yang diharapkan.

ü  Upaya pembaca untuk meningkatkan kecerdasan, kompetensi pengembangan akademik dan


profesi.

ü  Ilmu pengetahuan dan teknologi yang ditekuni pembacanya.

ü  Pengembangan dan peningkatan karier dan profesinya.

ü  Upaya mempertajam dan memperhalus rasa kemanusiaan.

ü  Upaya mempertajam dan memperhalus daya nalarnya.

ü  Sesuai dengan kebutuhan informasi iptek yang diperlukan, dan sebagainya.

Namun, jika ditinjau secara umum syarat topik yang baik yaitu:

1.      Menarik untuk ditulis dan dibaca. Topik yang menarik bagi penulis akan meningkatkan
kegairahan dalam mengembangkan penulisannya, dan bagi pembaca akan mengundang minat
untuk membacanya. 

2.      Dikuasai dengan baik oleh penulis minimal prinsip-prinsip ilmiah. Untuk


menghasilkan tulisan yang baik, penulis harus menguasai teori-teori (data sekunder), data di
lapangan (data primer). Selain itu, penulis juga harus menguasai waktu, biaya, metode
pembahasan, bahasa yang digunakan, dan bidang ilmu.

Syarat-syarat tema Berikut ini beberapa syarat tema yaitu :

1.      Tema harus menarik perhatian penulis. 

2.      Tema harus diketahui/dipahami penulis. 

3.      Tema harus Bermanfaat. 


4.      Tema yang dipilih harus berada disekitar kita. 

5.      Tema yang dipilih harus yang menarik. 

6.      Tema yang dipilih ruang lingkup sempit dan terbatas. 

7.      Tema yang dipilih memiliki data dan fakta yang obyektif. 

8.      Tema yang dipilih harus memiliki sumber acuan.

Ada beberapa Syarat-syarat judul yaitu:

·         Harus berbentuk frase, 

·         Tanpa ada singkatan atau akronim, 

·         Awal kata harus huruf kapital kecuali preposisi dan konjungsi,

·         Tanpa tanda baca di akhir judul karangan 

·         Menarik perhatian, 

·         Logis, 

·         Sesuai dengan isi 

·         Judul harus: asli, relevan, provakitif, dan singkat

 Pembatasan Topik

Menurut Sabarti Akhadiah (1994:211), ada lima hal yang perlu diperhatikan
dalam memilih topik:

1)      Ada manfaatnya untuk perkembangan ilmu atau profesi

2)      Cukup menarik untuk dibahas

3)      Dikenal dengan baik

4)      Bahannya mudah diperoleh

5)      Tidak terlalu luas dan tidak terlalu sempit

Keraf (1979: 113) merumuskan kiat pembatasan topik adalah dengan langkah
sebagai berikut :

Pertama, tetapkan topik yang ingin dibahas dalam suatu kedudukan sentral.

Kedua, ajukanlah pertanyaan, apakah yang berada dalam kedudukan sentral itu masih dapat
diperinci lebih lanjut? Bila dapat, tempatkanlah perincian itu di sekitar lingkaran topik yang
pertama tadi.
Ketiga, tetapkanlah yang mana dari perincian tadi yang akan dipilih.

Keempat, ajukanlah pertanyaan apakah sektor tadi masih perlu diperinci lebih lanjut?
Demikian dilakukan berulang sampai diperoleh topik yang sangat khusus.[5]

            Pembatasan sebuah topik mencangkup konsep, variabel, data, lokasi atau lembaga dan
waktu pengumpulan data. Topik yang terlalu luas menghasilkan tulisan yang dangkal, tidak
mendalam, dan tidak tuntas. Selain itu, pembahasan menjadi tidak fokus pada masalah utama
yang ditulis atau dibaca. Akibatnya, pembahasan menjadi panjang, namun tidak berisi.
Sebaliknya, topik yang terlalu sempit menghasilkan tulisan yang tidak (kurang) bermanfaat
bagi pembacanya. Selain itu, karangan menjadi sulit dikembangkan, tidak menarik untuk
dibahas atau pun dibaca. Maka dari itu, pembahasan topik dilakukan secara cermat, sesuai
dengan kemampuan, tenaga, waktu, tempat, dan kelayakan yang dapat terima oleh
pembacanya. Contoh pembatasan topik:  “Upaya mengembangkan kualitas perawatan yang
bermutu bagi pelayanan pasien di Rumah Sakit”. Jadi, kualitas perawatan ini dikembangkan
terbatas bagi pelayanan pasien di Rumah Sakit.

Contoh Penentuan Topik, Tema dan judul dalam membuat suatu karangan adalah :

Topik   : Banjir di Bandung Selatan.

Tema   : Apakah sebab-sebab terjadinya banjir dan bagaimanakah cara mengatasi akibat
banjir tersebut.

Judul   : Penanggulangan akibat banjir di Bandung Selatan.

B.     Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ialah gambaran atau perencanaan menyeluruh yang akan
mengarahkan penulis dalam melakukan tindakan menyelesaikan tulisannya. Dengan
mengetahui tujuan, penulis akan dapat menentukan bahan (materi) tulisan, organisasi
karangan, dan sudut pandang (point of view).

Ada dua cara untuk menyatakan tujuan penulisan, yaitu : tesis dan


pernyataan maksud.

1)      Tesis

Tesis adalah rumusan singkat yang mengandung tema dasar dari sebuah karangan bila
ada sebuah tema karangan yang dominan. Tesis sama dengan sebuah kalimat utama dalam
paragraf. Oleh sebab itu, tesis tidak diperkenankan lebih dari satu kalimat.[6]

2)      Pengungkapan Maksud
            Pengungkapan maksud dilakukan tidak bermaksud untuk mengembangkan ide sentral.
[7]

Contoh tujuan pada karangan berbentuk narasi:

Tema : Kisah usaha seorang kakak untuk membelikan adiknya boneka dari hasil menyemir
sepatu.

Tujuan : Menggugah simpati pembaca untuk ikut memikirkan betapa susahnya hidup orang
tak mampu tapi tetap menyayangi saudaranya.

Contoh tujuan pada karangan argumentasi:

Tema : Bahaya kecanduan rokok

Tujuan : Menggugah orang yang terbiasa merokok agar mengurangi kebiasaan merokok.

C.    Bahan Penulisan

            Langkah yang terpenting dalam penulisan ialah menentukan tujuannya. Jika tujuan
tersebut sudah diketahui, penulis akan mudah mencari bahan penulisan untuk mencapai
tujuan yang diinginkan. Semua informasi atau data yang diperlukan itulah yang disebut bahan
penulisan. Bahan tersebut berupa kutipan, pengalaman pribadi, data, contoh, perbandingan,
kasus, fakta, gagasan, hasil observasi, aksioma, dalil, dan sebagainya.

            Dalam menulis karangan fiktif, sumber bahan yang utama adalah hasil imajinasi.
Bahan utama karya ilmiah ialah fakta dan data. Untuk mendapatkan itu, yang harus dilakukan
oleh seorang penulis nonfiksi adalah penelitian (research), baik penelitian perpustakaan
(library research), maupun penelitian lapangan (field research). Dengan demikian, jika
dibandingkan dengan karangan fiktif tadi, sebuah tulisan ilmiah tidak dapat dihasilkan hanya
dengan melamun atau mengkhayal. Dengan adanya fakta dan data, karya ilmiah harus
mencukupi syarat-syarat ilmiah misalnya: empiris, sistematis, objektif, dan rasional.

1)      Bahan Pustaka

            Ada dua macam bahan pustaka yang harus penulis kumpulkan. Yang pertama, bahan
bahan sumber yang bersifat teori. Ini biasanya digunakan untuk mencari definisi, pengertian,
atau terminologi dan lain-lain dari bahan penelitian. Bahan teori ini biasanya merupakan
sumber dari bab dua baik penelitian kualitatif maupun kuantitatif. Yang kedua, bahan sumber
asli yang berasal dari seorang tokoh. Ini biasanya digunakan untuk studi tokoh atau pendapat
seorang tokoh. Sumber seperti ini biasanya digunakan untuk studi literatur.
2)      Wawancara

           Wawancara (interview) adalah salah satu cara mengumpulkan data dengan


mengajukan pertanyaan kepada seseorang yang dianggap berkompeten (berotoritas) tentang
yang ditulis. Wawancara biasanya digunakan untuk mendapatkan data secara lisan.

3)      Angket

            Angket (quetioner) adalah pertanyaan yang digunakan untuk menjaring pendapat


(opini) orang tentang sesuatu. Jawaban pertanyaan sudah disediakan. Responden tinggal
melingkari atau menyilangnya.

   

D.    Kerangka Karangan

            Menyusun kerangka karangan merupakan tahap terakhir dari prapenulisan. Yang


mempengaruhi kerangka karangan ini ialah tujuan dan tahap penulisan. Menyusun kerangka
pada hakikatnya membagi topic ke dalam subtopic dan selanjutnya ke dalam sub-subtopik
yang lebih kecil.

Bentuk Kerangka

I.                   PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang: Isinya bahasan kesenjangan konsep ideal dan fakta, kajian pustaka, dan
penalaran yang menimbulkan masalah.

B.     Perumusan Masalah: Isinya rumusan masalah dalam kalimat tanya yang akan dibahas dan
akhirnya akan dijawab dalam kesimpulan.

C.     Tujuan Penulisan: Isinya target yang ingin dicapai.

D.    Pembatasan Masalah: Isinya perincian ruang lingkup pembahasan, tempat penelitian, dan
waktunya.

E.     Metode Pembahasan: Isinya metode yang digunakan dalam penelitian tersebut.

F.      Sistematika Penulisan: Isinya adalah urutan-urutan dan system pembahasan.

II.                LANDASAN TEORI: Rumusan teori yang berhubungan dengan topik yang akan
dibahas, misalnya: pengertian, bagian-bagian, dan lain-lain yang sifatnya teoritis.

III.             HASIL PENELITIAN Isinya inti pembahasan. Biasanya merupakan aplikasi teori, hasil
dari seluruh penelitian.
IV.             PENUTUP biasanya berisi kesimpulan (jawaban masalah) dan saran-saran jika ada.

                        DAFTAR PUSTAKA yang memuat referensi tentang tulisan tersebut.

E.     Pengembangan Kerangka

            Setelah kerangka selesai, tahap selanjutnya adalah mengembangkan kerangka tersebut


menjadi kalimat, wacana, dan bab. Kalimat, wacana, dan bab tidak langsung menjadi tulisan
yang benar dan utuh, namun masih dapat diperbaiki dan direvisi. Dengan kata lain, jarang
sekali ada tulisan yang langsung menjadi sebuah artikel, tanpa adanya tahap revisi.

F.     Revisi

            Ini merupakan tahap pascapenulisan. Sebagaimana dinyatakan di atas, tulisan berupa


kalimat, wacana, dan bab yang merupakan hasil pengembangan kerangka kemungkinan akan
salah. Kesalahan yang mungkin timbul misalnya pengetikan, penemuan data baru sehingga
data lama perlu diganti, penemuan pendapat baru, dan sebagainya. Dengan adanya tahap
revisi, semua kesalahan dan kekurangan itu dapat diantisipasi.

            Berikut ini contoh teks karangan yang perlu disunting karena masih mengandung
beberapa kesalahan. Bacalah baik-baik!

Aku Mengetahui Banyak Hal Dari Liburanku

            Saat aku masih berusia 9 tahun pada saat liburan kenaikan kelas, bersama keluarga
pergi berlibur ke Bail. Pada saat itulah aku mendapat pengalaman yang berharga. Pada hari
pertama di Bali, kami di sambut seorang pemandu yang sangat lucu. Dia memperkenalkan
dirinya dan mengajak kami naik ke bus. Kami di antar kesebuah hotel, yang kawasannya
berada di depan pantai kuta. Pantai kuta adalah merupakan salah satu pantai yang terkenal
di bali. Seharian penuh kami sekeluarga main main di sekitar pantai itu. Menjelang hari sore,
aku bermain di pantai sambil mengumpulkan kerang kerang kecil juga sambil menanti
tenggelamnya mata hari.pemandangan mata hari terbenam saat itu sangatlah indah. Setelah
itu sekeluarga kami kembali ke hotel untuk beristirahat dan menantikan esok hari.

Aku Mengetahui Banyak Hal Dari Liburanku

            Saat aku masih berusia 9 tahun pada saat liburan kenaikan kelas, bersama dengan
keluarga pergi berlibur ke Bali. Pada saat itulah aku mendapat pengalaman yang berharga.
Pada hari pertama di Bail, kami di sambut seorang pemandu yang sangat lucu. Dia
memperkenalkan dirinya dan mengajak kami naik ke bus. Kami di antar kesebuah hotel,
yang kawasannya berada di depan pantai kuta. Pantai kuta adalah merupakan salah satu
pantai yang terkenal di bali. Seharian penuh kami sekeluarga main main di sekitar pantai itu.
Menjelang hari sore, aku bermain di pantai sambil mengumpulkan kerang
kerang kecil juga sambil menanti tenggelamnya mata hari.pemandangan matahari terbenam
saat itu sangatlah indah. Setelah itu sekeluarga kami kembali ke hotel untuk beristirahat dan
menantikan esok hari.

Bandingkanlah naskah yang belum dikoreksi dengan naskah hasil koreksi berikut ini:

Aku Mengetahui Banyak Hal dari Liburanku

            Ketika berusia 9 tahun, pada saat liburan kenaikan kelas, aku pergi berlibur ke Bali
bersama keluarga. Pada saat itulah aku mendapat pengalaman berharga. Pada hari pertama di
Bali, kami disambut seorang pemandu yang sangat lucu. Dia memperkenalkan diri dan
mengajak kami naik bus. Kami diantar ke sebuah hotel yang terletak di depan Pantai Kuta.
Pantai Kuta adalah salah satu pantai yang terkenal di Bali. Seharian penuh kami sekeluarga
bermain di pantai itu. Menjelang sore, aku mengumpulkan kerang-kerang kecil sambil
menanti tenggelamnya matahari. Pemandangan matahari saat terbenam sangatlah indah.
Setelah itu, kami kembali ke hotel untuk beristirahat dan menantikan hari esok.

DIKSI (PILIHAN KATA)

– Diksi dan Gaya Bahasa


Bahasa terbentuk dari beberapa tataran gramatikal, yaitu dari tataran terendah sampai
tertinggi. Tataran gramatikal tersebut adalah kata, frase, klausa dan kalimat. Ketika anda
menulis atau berbicara, kata adalah kunci pokok dalam membentuk tulisan dan ucapan. Maka
dari itu, kata-kata dalam bahasa Indonesia harus dipahami dengan baik, supaya ide dan pesan
seseorang dapat dimengerti dengan baik. Kata-kata yang digunakan dalam komunikasi harus
dipahami dalam konteks alinia dan wacana. Tidak dibenarkan menggunakan kata-kata
dengan sesuka hati, tetapi harus mengikuti kaidah-kaidah yang benar.

Menulis merupakan kegiatan yang menghasilkan ide secara terus menerus dalam bentuk
tulisan yang teratur yang mengungkapkan gambaran, maksud, gagasan dan perasaan
(ekspresif). Untuk itu penulis atau pengarang membutuhkan keterampilan dalam hal struktur
bahasa dan kosakata. Hal terpenting dalam menulis adalah penguasaan kosakata yang
merupakan bagian dari diksi. Ketepatan diksi dakam membuat suatu tulisan atau karangan
tidak dapat diabaikan demi menghasilkan tulisan yang mudah dimengerti.

Ketika membuat sebuah karangan kita dituntut memilih kata yang tepat dan selaras dalam
pengunaannya agar pembaca dan juga penulis mudah memahami maksud yang diutarakan.
Dalam hal ini pemahaman tentang diksi sangat berperan penting untuk tujuan tersebut. Selain
diartikan dengan pilihan kata, diksi adalah suatu pernyataan yang dipakai untuk
mengungkapkan gagasan atau mengungkapkan sebuah cerita yang membahas gaya bahasa,
mengungkapkan gagasan maupun lainnya. Sehingga dengan adanya diksi, setiap kata bisa
dibaca dan juga dipahami oleh pembaca dan pendengar.

Gaya bahasa itu ditentukan oleh ketepatan dan kesesuaian pilihan kata, kalimat, paragraf atau
wacana menjadi efektif jika diekspresikan dengan gaya bahasa yang tepat. Gaya bahasa
mempengaruhi terbentuknya suasana, kejujuran, kesopanan, kemenarikan, dan tingkat
keresmian atau realita. Gaya resmi, misalnya dapat membawa pembaca/pendengar ke dalam
suasana serius dan penuh perhatian. Suasana tidak resmi mengarahkan pembaca/pendengar
ke dalam situasi rileks tetapi efektif. Gaya percakapan membawa suasana ke dalam situasi
realistis.

Selain itu, pilihan dan kesesuaian kata yang didukung dengan tanda baca yang tepat dapat
menimbulkan nada kebahasaan, yaitu sugesti yang terekspresi melalui rangkaian kata yang
disertai penekanan mampu menghasilkan daya persuasi yang tinggi. Gaya bahasa
berdasarkan nada yang dihasilkan oleh pilihan kata ini ada tiga macam, yaitu: (1) Gaya
bahasa bernada rendah (gaya sederhana) menghasilkan ekspresi pesan yang mudah dipahami
oleh berbagai lapisan pembaca, misalnya dalam buku-buku pelajaran, penyajian fakta, dan
pembuktian; (2) Gaya bahasa bernada menengah, rangkaian kata yang disusun berdasarkan
kaidah sintaksis dengan menimbulkan suasana damai dan kesejukkan, misalnya: dalam
seminar, kekeluargaan dan kesopanan; dan (3) Gaya bahasa bernada tinggi,
mengekspresikan maksud dengan penuh tenaga, menggunakan pilihan kata yang penuh
vitalita, energi, dan kebenaran universal. Gaya ini menggunakan kata-kata yang penuh
keagungan dan kemuliaan yang dapat menghanyutkan emosi pembaca atau pendengarnya.
Gaya ini sering digunakan untuk menggerakkan massa dalam jumlah yang sangat banyak.

Diksi berfungsi sebagai alat agar tidak terjadi kesalahpahaman antara pembaca atau penulis
terhadap pendengar atau pembaca dalam berkomunikasi

– Pengertian Diksi
Keterbatasan kosakata yang dimiliki seseorang dalam kehidupan sehari-hari dapat membuat
seseorang tersebut mengalami kesulitan mengungkapkan maksudnya kepada orang lain.
Sebaliknya, jika seseorang terlalu berlebihan dalam menggunakan kosa kata, dapat
mempersulit diterima dan dipahaminya maksud dari isi pesan yang hendak disampaikan.
Oleh karena itu, agar tidak terjadi hal demikian, seseorang harus mengetahui dan memahami
bagaimana pemakaian kata dalam komunikasi. Salah satu yang harus dikuasai adalah diksi
atau pilihan kata. Menurut Enre (1988: 101) diksi atau pilihan kata adalah penggunaan kata-
kata secara tepat untuk mewakili pikiran dan perasaan yang ingin dinyatakan dalam pola
suatu kalimat.

Pendapat lain dikemukakan oleh Widyamartaya (1990: 45) yang menjelaskan bahwa diksi
atau pilihan kata adalah kemampuan seseorang membedakan secara tepat nuansa-nuansa
makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikannya, dan kemampuan tersebut
hendaknya disesuaikan dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki sekelompok masyarakat
dan pendengar atau pembaca. Diksi atau pilihan kata selalu mengandung ketepatan makna
dan kesesuaian situasi dan nilai rasa yang ada pada pembaca atau pendengar.

Pendapat lain dikemukakan oleh Keraf (1996: 24) yang menurunkan tiga kesimpulan utama
mengenai diksi, antara lain sebagai berikut.

1. Pilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai untuk
menyampaikan gagasan, bagaimana membentuk pengelompokkan kata-kata yang
tepat.
2. Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa
makna dari gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan menemukan bentuk
yang sesuai atau cocok dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok
masyarakat pendengar.
3. Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan penguasaan sejumlah besar
kosakata atau perbendaharaan kata bahasa.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa diksi adalah pilihan kata dan
kejelasan lafal yang tepat untuk mengungkapkan gagasan, ide atau pikiran ke dalam bentuk
kalimat yang sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat pendengar atau pembaca dengan
mempertimbangkan aspek makna kata yaitu makna denotatif dan makna konotatif sebab
sebuah kata dapat menimbulkan berbagai pengertian.

– Ketepatan Kata

Ketepatan adalah kemampuan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan yang sama pada
imajinasi pendengar, seperti yang dipikirkan atau dirasakan oleh pembicara, maka setiap
pembicara harus berusaha secermat mungkin memilih kata-katanya untuk mencapai maksud
pembicaraan. Ketepatan diksi akan tampak pada reaksi selanjutnya, baik berupa aksi verbal
maupun berupa aksi nonverbal dari pembicara atau pendengar. Ketepatan diksi tidak akan
menimbulkan salah paham. Jadi, ketika berbicara kita harus cermat dalam memilih kata untuk
mencapai maksud dari apa yang dibicarakan.

Seperti halnya pembicara, penulis juga harus memiliki kemampuan memberdayakan diksi
secara cermat dan tepat, agar gagasan yang disampaikan bisa menimbulkan gagasan yang
tepat pada imajinasi pendengar. Menurut Wibowo (2005:37) Penulis yang baik dituntut
mampu memberdayakan diksi secara cermat, agar gagasan dalam tulisanya dapat diterima
pembacanya dengan jenih.
Menurut Doyin dan Wagiran (2009: 45) seorang pembicara tidak memiliki banyak waktu
untuk memilih dan mempertimbangkan penggunaan katanya, sehingga pembicara harus
memiliki keterampilan dalam pemilihan kata dan harus menguasai diksi, agar ketika
berbicara tidak mengalami kesulitan dalam pemilihan kata.

Diksi adalah Ketepatan pilihan kata. Penggunaan ketepatan pilihan kata ini dipengaruhi oleh
kemampuan pengguna bahasa yang terkait dengan kemampuan mengetahui, memahami,
menguasai, dan menggunakan sejumlah kosakata secara aktif yang dapat mengungkapkan
gagasan secara tepat sehingga mampu mengomunikasikannya secara efektif kepada pembaca
atau pendengarnya. Indikator ketepatan kata ini, antara lain: (1) mengomunikasikan gagasan
berdasarkan pilihan kata yang tepat dan sesuai berdasarkan kaidah bahasa Indonesia; (2)
menghasilkan komunikasi puncak (yang paling efektif) tanpa salah penafsiran atau salah
makna; (3) menghasilkan respon pembaca atau pendengar sesuai dengan harapan penulis atau
pembicara; dan (4) menghasilkan target komunikasi yang diharapkan.

Selain pilihan kata yang tepat, efektivitas komunikasi menuntut persyaratan yang harus
dipenuhi oleh pengguna bahasa, yaitu kemampuan memilih kata yang sesuai dengan tuntutan
komunikasi.

Diksi atau pilihan kata hendaknya tepat, jelas, dan bervariasi. Kata-kata yang dipilih
hendaknya kata-kata yang konkret, sehingga tidak mengundang pertanyaan dari pendengar.
Pilihan kata atau diksi harus disesuaikan dengan pokok pembicaraan dan pendengar. Berikut
beberapa butir perhatian dan persoalan yang harus diperhatikan setiap orang, agar bisa
mencapai ketepatan pilihan kata (Keraf, 2008: 88-89).

1. Membedakan secara cermat denotasi dan konotasi. Dari dua kata yang mempunyai
makna yang mirip satu sama lain, kita harus menetapkan mana yang akan
dipergunakannya untuk mencapai maksudnya. Kalau hanya pengertian dasar yang
diinginkan, maka kita menggunakan kata denotatif; kalau kita menghendaki reaksi
emosional tertentu, kita harus memilih kata yang konotatif sesuai dengan sasaran
yang akan dicapai.
2. Membedakan dengan cernat kata-kata yang hampir bersinonim. Sinonim adalah
kata-kata yang memiliki makna yang sama. Kata-kata yang bersinonim tidak selalu
memiliki distribusi yang saling melengkapi. Sebab itu, pembicara harus hati-hati
memilih kata dari sekian sinonim yang ada untuk menyampaikan apa yang
diinginkannya, sehingga tidak timbu interpretasi yang berlainan.
3. Membedakan kata yang mirip dalam ejaannya. Bila pembicara sendiri tidak mampu
membedakan kata-kata yang mirip ejaannya, maka akan membawa akibat yang
tidak diinginkan, yaitu terjadi kesalahpahaman dari pendengar. Kata-kata yang
mirip ejaannya itu misalnya: bahwa-bawah-bawa, interferensi-inferensi, karton-
kartun, preposisi-proposisi, korporasi-koperasi, dan sebagainya.
4. Hindarilah kata-kata ciptaan sendiri. Bahasa selalu tumbuh dan berkembang sesuai
dengan perkembangan dengan masyarakat. Perkembangan bahasa pertama-tama
tampak dari pertambahan jumlah kata baru. Namun, hal itu tidak berarti bahwa,
setiap orang boleh menciptakan kata baru seenaknya. Kata baru biasanya muncul
untuk pertama kali, karena pakai oleh orangorang yang terkenal atau pengarang
tekenal. Bila anggota masayarakat lainnya menerima kata itu, maka kata itu lama-
kelamaan akan menjadi milik masyarakat.
5. Waspadalah terhadap penggunaan akhiran asing, teritama kata-kata asing yang
mengundang akhiran asing tersebut. Perhatikan penggunaan: favorablefavorit,
idiom-idiomatik, progres-progresif, kultur-kultural, dan sebagainya.
6. Kata kerja yang menggunakan kata depan harus digunakan secara idiomatis: ingat
akan bukan ingat terhadap; berharap, berharap akan; mengharapkan bukan
mengharap akan; berbahaya, berbahaya bagi, membahayakan sesuatu bukan
membahayakan bagi sesuatu; takut akan, menakuti sesuatu (lokatif)
7. Untuk menjamin ketepatan diksi, pembicara harus membedakan kata umum dan
kata khusus. Kata khusus lebih tepat menggambarkan sesuatu daripada kata umum.
8. Menggunakan kata-kata indria yang menunjukan persepsi yang khusus.
9. Memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah dikenal.
10. Memperhatikan kelangsungan pilihan kata. Yang dimaksud kelangsungan pilihan
kata adalah teknik memilih kata sedemikian rupa, sehingga maksud atau pikiran
seseorang dapat disampaikan secara tepat dan ekonomis. Kelangsungan dapat
terganggu bila seeorang pembicara mempergunakan terlalu banyak kata untuk
suatu maksud yang dapat diungkapkan secara singkat, atau mempergunakan kata-
kata yang kabur, yang dapat menimbulkan ambiguitas (makna ganda).

Halangan pertama untuk mencapai kelangsungan pilihan kata berasal dari penggunaan kata
yang terlalu banyak untuk suatu maksud serta kekaburan makna dari kata-kata yang
digunakan. Menggunakan kata-kata yang tidak menambah kejelasan dapat menjadi halangan
bagi kelangsungan piliahn kata.

Menurut Winarto (2004:152), kesalahan atau kekurangtepatan di dalam memilih kata atau
diksi, dapat disebabkan oleh banyak hal. Di antaranya dapat disebabkan oleh penguasaan
kosakata yang terbatas, pemahaman yang tidak tepat terhadap kata-kata baru, pengaruh
kesalahkaprahan penggunaan kata umum terjadi, maupun oleh keinginan untuk gagah-
gagahan dengan memanfaatkan katakata asing dengan penerapan yang sulit. Namun, perlu
disadari terlebih dahulu bahwa, kesalahan atau kekurangtepatan pemilihan kata yang sering
terjadi itu dapat pula diakibatkan oleh ketidaksesuaiannya dengan ragam bahasa yang dipilih,
atau dengan laras bahasa yang sesuai.

Syarat-syarat ketepatan pilihan kata dengan makna kata menurut Widjono Hs. (2012: 125)
sebagai berikut:

 Membedakan makna denotasi dan konotasi dengan cermat, denotasi yaitu kata yang
bermakna lugas dan tidak bermakna ganda. Sedangkan konotasi dapat
menimbulkan makna yang bermacam-macam, lazim digunakan dalam pergaulan,
untuk tujuan estetika dan kesopanan;
 Membedakan secara cermat makna kata yang hampir bersinonim, kata yang hampir
bersinonim misalnya: adalah, ialah, yaitu, merupakan, dalam pemakaiannya
berbeda-beda;
 Membedakan makna kata dengan cermat kata yang mirip ejaannya,
misalnya: inferensi (kesimpulan) dan interferensi(saling
mempengaruhi), sarat (penuh, bunting) dan syarat (ketentuan);
 Tidak menafsirkan makna kata secara subjektif berdasarkan pendapat sendiri, jika
pemahaman belum dapat dipastikan, pemakai kata harus menemukan makna yang
tepat dalam kamus, misalnya: modern sering diartikan secara
subjektif canggih menurut kamus modernberarti terbaru atau mutakhir;
canggih berarti banyak cakap, suka mengganggu, banyak mengetahui, bergaya
intelektual;
 Menggunakan imbuhan asing (jika diperlukan) harus memahami maknanya secara
tepat, misalnya; dilegalisir seharusnya dilegalisasi, koordinir
seharusnya  koordinasi;
 Menggunakan kata-kata idomatik berdasarkan susunan (pasangan) yang benar,
misalnya: sesuai bagi  seharusnya sesuai dengan;
 Menggunakan kata umum dan kata khusus, secara cermat. Untuk mendapatkan
pemahaman yang spesifik karangan ilmiah sebaliknya menggunakan kata khusus,
misalnya: mobil  (kata umum) corolla (kata khusus, sedan buatan Toyota);
 Menggunakan kata yang berubah makna secara cermat, misalnya: isu(berasal dari
bahasa Inggris issue berarti publikasi, kesudahan, perkara) isu (dalam bahasa
Indonesia berarti kabar yang tidak jelas asal usulnya, kabar angin);
 Menggunakan dengan cermat kata bersinonim (misalnya: pria dan laki-laki,
saya  dan aku); berhomofoni (misalnya: bangdan bank, ke
tahanan dan ketahanan); dan berhomografi (misalnya: apel buah, apel upacara);
 Menggunakan kata abstrak dan kata kongkret secara cermat, kata abstrak (konseptual,
misalnya: pendidikan, wirausahadan pengobatan modern) dan kata konkret atau
kata khusus (misalnya: mangga, sarapan, dan berenang).

– Kesesuaian Kata

Persoalan kedua dalam pendayagunaan kata adalah kecocokan atau kesesuaian. Perbedaan
antara ketepatan dan kecocokan mencakupi soal kata mana yang akan digunakan dalam
kesempatan tertentu. Dalam persoalan ketepatan, kita bertanya apakah pilihan kata yang kita
pakai sudak setepat-tepatnya, sehingga tidak akan menimbulkan interpretasi yang berlainan
antara pembicara dengan pendengar; sedangkan dalam persoalan kecocokan atau kesesuaian,
kita mempersoalkan apakah pilihan kata yang dipergunakan tidak merusak suasaba dan
menyinggung perasaan orang yang hadir.

Sebab itu, ada beberapa hal yang perlu diketahui setiap penulis atau pembicara agar kata-kata
yang dipergunakan tidak akan mengganggu suasana, dan tidak akan menimbulkan
ketegangan antara pembicara dengan pendengar. Menurut Keraf (2008:103-104), syarat-
syarat tersebut sebagai berikut.

1. Hindarilah sejauh mungkin bahasa atau unsur substandar dalam suatu situasi yang
formal. Bahasa substandar digunakan untuk pergaulan biasa, tidak cocok dipakai
dalam situasi formal atau resmi. Bahasa standar lebih ekspresif dari bahasa
substandar. Bahsa substandar cukup untuk dipergunakan dalam kebutuhan-
kebutuhan umum. Kata-kata terbatas, sehingga sulit dipakai dalam penjelasan
berbagai macam gagasan yang kompleks.
2. Gunakanlah kata-kata ilmiah dalam situasi yang khusus saja. Dalam situasi umum
hendaknya menggunakan kata-kata populer. Pembicara harus mengenal sasarannya
(pendengar) agar dapat memilih kata yang sesuai. Jika pendengar dari suatu
kelompok khusus yang diikat oleh suatu bidang ilmu tertentu maka pembicara
harus menggunakan kata-kata ilmiah, tetapi bila yang menjadi sasarannya adalah
masyarakat umum, maka kata yang dipilih adalah kata-kata populer.
3. Pembicara sejauh mungkin menghindari kata-kata slang. Kata-kata slang adalah
semacam kata percakapan yang tinggi atau murni. Kata slang adalah kata-kata
substandar yang informal, yang disusun secara khas; atau kata-kata biasa yang
diubah secara erbitrer; atau kata-kata kiasan yang khas, bertenaga dan jenaka yang
dipakai dalam percakapan. Kadang kala kata slang dihasilkan dari salah ucap yang
disengaja, atau kadangkala berupa pengrusakan sebuah kata biasa untuk mengisi
suatu bidang makna lain.
4. Hindarilah ungkapan-ungkapan usang (idiom yang mati). Biasanya idiom
disejajarkan dengan pengertian peribahasa dalam bahasa Indonesia. Sebenarnya
pengertian idiom ini jauh lebih luas dari peribahasa. Untuk mengetahui makna
sebuah idiom, setioap orang harus mempelajarinya sebagai seorang penutur asli,
tidakj mungkin hanya melalui makna dari katakata yang membentuknya. Misalnya
seorang asing yang sudah mengetahui arti makandan tangan, tidak akan memahami
makna frasa makan tangan. Tidak akan terpikir oleh orang asing tersebut,
bahwa makan tangan berarti kena tinju atau beruntung besar. Contoh idiom lain
yaitu makan garam, makan hati, makan suap, dan sebagainya. Oleh sebab itu,
sebagai pembicara kita harus mengenal pendengar dan tidak asal menyebutkan atau
mengungkapkan sebuah idiom, karena belum tentu semua orang atau pendengar
mengerti dengan idiom yang kita ungkapkan. Untuk amannya, lebih baik hindari
idiom-idiom yang tidak dimengerti oleh pendengar.
5. Jauhkan kata-kata atau bahasa yang artifisial. Bahasa artifisialadalah bahasa yang
disusun secara seni. Bahasa yang artifisial tidak terkandung dalam kata yang
digunakan, tetapi dalam pemakaiannya untuk menyatakan suatu maksud. Fakta dan
pernyataan-pernyataan yang sederhana dapat diungkapkan dengan sederhana dan
langsung yang tidak perlu disembunyikan.

Berikut ini contoh penggunaan kata artifisial.

1. Ia mendengar kepak sayap kelelawar dan guyuran sisa hujan dari dedaunan, karena
angin pada kemuning.
2. Ia mendengar resah kuda serta langkah pedati ketika langit bersih kembali
menampakkan bimasakti yang jauh.

Kalimat-kalimat tersebut dapat diganti dengan kalimat yang biasa.

1. Ia mendengar bunyi sayap kelelawar dan sisa hujan yang ditiup angin di daun.
2. Ia mendengar derap kuda dan pedati ketika langit mulai terang.

Dalam karya sastra, memang perlu ditampilkan bahasa yang indah. Dalam bahasa umum atau
bahasa ilmiah, bahasa artifisial ini perlu dihindari. Jika pembicara menggunakan bahasa
artifisial, belum tentu pendengar dapat memahami arti dari bahasa artifisial yang ungkapkan
tersebut.

Memperhatikan kesesuaian kata agar tidak merusak makna, suasana, dan situasi yang hendak
ditimbulkan, atau suasana yang sedang berlangsung. Syarat kesesuaian kata menurut Widjono
Hs.(2012: 126) sebagai berikut.

1. Menggunakan ragam baku dengan cermat dan tidak mencampuradukkan


penggunaannya dengan kata tidak baku yang hanya digunakan dalam pergaulan.

Misalnya:

 hakikat (baku), hakekat (tidak baku),
 konduite (baku), kondite (tidak baku);

2. Menggunakan kata yang berhubungan dengan nilai sosial dengan cermat.

Misalnya:

 kencing (kurang sopan), buang air kecil (lebih sopan),


 pelacur (kasar), tunasusila (lebih halus);

3. Menggunakan kata berpasangan (idiomatik) dan berlawanan makna dengan cermat.

Misalnya:

 sesuai bagi (salah), sesuai dengan (benar),


 bukan hanya … melainkan juga (benar),
 bukan hanya … tetapi juga  (salah),
 tidak hanya … tetapi juga (benar);

4. Menggunakan kata dengan nuansa tertentu.

Misalnya:

 berjalan lambat, mengesot, dan merangkak;


 merah darah, merah hati.

5. Menggunakan kata ilmiah untuk penulisan karangan ilmiah, dan komunikasi


nonilmiah (surat-menyurat,diskusi umum) menggunakan kata populer,

Misalnya:

 argumentasi  (ilmiah), pembuktian  (populer);


 psikologi  (ilmiah), ilmu jiwa (populer).

6. Menghindarkan penggunaan ragam lisan (pergaulan) dalam bahasa tulis.

Misalnya:

 tulis, baca, kerja(bahasa lisan);


 menulis, menuliskan, membaca, membacakan, bekerja, mengerjakan,
dikerjakan (bahasa tulis).

Ketepatan kata terkait dengan konsep, logika, dan gagasan yang hendak ditulis dalam
karangan. Ketepatan itu menghasilkan kepastian makna. Sedangkan kesesuaian kata
menyangkut kecocokan antara kata yang dipakai dengan situasi yang hendak diciptakan
sehingga tidak mengganggu suasana batin, emosi, atatu psikis antara penulis dengan
pembacanya, pembicara dan pendengarnya. Misalnya: keformalan, keilmiahan,
keprofesionalan, dan situasi tertentu yang hendak diwujudkan oleh penulis. Oleh karena itu,
untuk menghasilkan karangan yang berkualitas penulis harus memperhatikan ketepatan dan
kesesuaian kata.
Penggunaan kata dalam surat, proposal, laporan, pidato, diskusi ilmiah, dll harus tepat dan
sesuai dengan situasi yang hendak diciptakan. Dalam karangan ilmiah, diksi dipakai untuk
menyatakan sebuah konsep, pembuktian, hasil pemikiran, atau solusi suatu masalah.
Tegasnya, diksi merupakan faktor penting dalam menentukan kualitas suatu karangan.
Pilihan kata yang tidak tepat dapat menurunkan kualitas suatu karangan.

Memilih kata yang tepat untuk menyampaikan gagasan ilmiah menuntut penguasaan: (1)
keterampilan yang tinggi terhadap bahasa yang digunakan; (2) wawasan ilmu yang ditulis; (3)
konsistensi penggunaan sudut pandang, istilah, baik dalam makna maupun bentuk agar tidak
menimbulkan salah penafsiran; (4) syarat ketepatan kata; dan (5) syarat kesesuaian kata

Dari beberapa keterangan di atas, dapatlah ditarik beberapa kesimpulan mengenai fungsi
diksi.

 Melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal;


 Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi, tidak resmi)
sehingga menyenangkan pendengar atau pembaca;
 Menciptakan komunikasi yang baik dan benar;
 Menciptakan suasana yang tepat;
 Mencegah perbedaan penafsiran;
 Mencegah salah pemahaman; dan
 Mengefektifkan pencapaian target komunikasi.

– Pergeseran Makna

Pengertian pergeseran makna adalah berubahnya atau bergesernya makna suatu kata
menjadi/memiliki makna baru. Perubahan makna tersebut diakibatkan oleh beberap faktor,
seperti faktor kebetulan, perkembangan zaman, tabu, dan faktor polysemy. Kata-kata yang
mengalami pergeseran makna akan mengalami perluasan (generalisasi), menyempit
(spesialisasi), memburuk (peyorasi), membaik (ameliorasi) pertukaran makna (sinestesia),
persamaan makna (sinestesia).

Faktor penyebab perubahan atau pergeseran makna.

1. Kebahasaan

a. Perubahan intonasi adalah perubahan makna yang diakibatkan oleh perubahan nada, irama,
dan tekanan.

b. Perubahan struktur frasa: kaleng susu(kaleng bekas tempat susu), susu kaleng (susu yang


dikemas dalam kaleng)

c. Perubahan bentuk kata adalah perubahan makna yang ditimbulkan oleh perubahan
bentuk. Tua(tidak muda) jika ditambah awalan ke- menjadi ketua, makna berubah menjadi 

d. Kalimat akan berubah makna jika strukturnya berubah.

2. Kesejarahan

Penggunaan kata bercetak miring pada masa lalu dan bandingkan dengan pemakaian kata
bahasa masa sekarang.
Prestasi orang itu berbobot. (sekarang berkualitas)

Prestasi kerjanya mengagumkan. (sekarang kinerja)

Ia karyawan yang pintar. (sekarang cerdas)

Ia pantas menjadi teladan karena konduite kerjanya sangat tinggi (sekarang layak)

3. Kesosialan

Masalah sosial berpengaruh terhadap perubahan makna. Kata gerombolan  yang pada


mulanya bermakna orang berkumpul atau kerumun. Kemudian kata itu tidak digunakan
karena berkonotasi dengan pemberontak, perampok dan sebagainya.

Perhatikan kata-kata berikut:

Petani kaya  disebut petani berdasi

Militer disebut baju hijau

Guru disebut pahlawan tanpa tanda jasa

4. Kejiwaan

Perubahan makna karena faktor kejiwaan ditimbulkan oleh pertimbangan: (a) rasa takut, (b)
kehalusan ekspresi, dan (c) kesopanan.

Perhatikan contoh berikut ini:

Tabu:

 pelacur disebut tunasusila atau penjaja seks komersial (PSK)


 germo disebut hidung belang
 koruptor  disebut penyalahgunaan jabatan

Kehalusan (pleonasme):

 bodoh  disebut kurang pandai


 malas disebut kurang rajin
 perampok hutan disebut penjarah hutan

Kesopanan:

 ke kamar mandi disebut ke belakang


 gagal disebut kurang berhasil
 sangat baik disebuttidak buruk

5. Bahasa Asing

Perubahan makna karena faktor bahasa asing, misalnya:


 jalur khusus bus disebut busway
 tempat orang terhormat disebut VIP
 kereta api satu rel disebut monorel
 penuh warna, kalerful dari kata colourfull

6. Kata Baru

Kreativitas pemakai bahasa berkembang terus sesuai dengan kebutuhannya. Kebutuhan


tersebut memerlukan bahasa sebagai alat ekspresi dan komunikasi. Kreativitas baru
dihadapkan pada kelangkaan makna leksikal, yang mendasari bentuk inflesi suatu kata atau
istilah baru yang mendukung pemikirannya. Kebutuhan tersebut mendorong untuk
menciptakan istilah baru bagi konsep baru yang ditemukannya.

Contoh:

 jaringan kerja (jejaring)  untuk menggantikan network


 justifikasi untuk menggantikan pembenaran
 kinerja  untuk menggantikan permormance
 klarifikasi untuk menggantikan clarification
 vasektomi  menggantikan operasi untuk memandulkan kaum pria dengan cara
memotong saluran sperma dari bawah jakar sampai kantung sperma.
 unduh  untuk menggantikan download
 unggah  untuk menggantikan upload
 surel (surat elektronik) untuk menggantikan email
 dll

– Denotasi dan Konotasi

Kata denotasi lebih menekankan tidak adanya nilai rasa, sedangkan konotasi bernilai
kias. Makna denotasi lazim disebut (1) makna konseptual yaitu makna yang sesuai dengan
hasil observasi (pengamatan) menurut penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan, atau
pengalaman yang berhubungan dengan informasi (data) faktual dan objektif; (2) makna
sebenarnya, umpamanya, kata kursi yaitu tempat duduk yang berkaki empat (makna
sebenarnya); dan (3) makna lugas yaitu makna apa adanya, lugu, polos, makna sebenarnya,
bukan makna kias.

Makna Konotasi merupakan makna bukan sebenarnya dan merujuk pada hal yang lain.
Makna konotasi adalah makna kias.

Contoh:

 Dalam peristiwa itu, dia dijadikan kambing hitam. (kambing hitam bermakna orang
yang dipersalahkan)
 Anak itu berangkatbesar ketika ayahnya pergi ke Jepang. (berangkat bermakna
beranjak atau mulai menjadi)
 Bunga desaitu sudah menjadi karyawan bank. (Kata bunga desa bermakna sesuatu
yang dianggap cantik)

Sebuah kata dapat merosot nilai rasanya karena penggunaannya tidak sesuai dengan makna
denotasinya. Umpamanya, kata kebijaksanaan yang bermakna
denotasi kelakuan atau tindakan arif dalam menghadapi suatu masalah, menjadi negatif
konotosinya akibat kasus-kasus tertentu.

Misalnya:

 Pengemudi kendaraan bermotor ditilang karena melanggar peraturan lalu lintas


minta kebijaksanaan kepada petugas agar tidak diperkarakan. (damai di tempat)
 Untuk mengurus surat-surat di kantor pemerintah seringkali kita diminta
memberi kebijaksanaan oleh sang petugas agar urusan tidak terlambat.
(memberikan uang suap)

– Sinonim

Sinonim ialah persamaan makna kata. Artinya, dua kata atau lebih yang berbeda bentuk,
ejaan, dan pengucapannya, tetapi bermakna hampir sama. Contoh: kredit bersinonim dengan
mencicil, berdusta bersinonim dengan berbohong, rajin bersinonim dengan giat, haus
bersinonim dengan dahaga, baju bersinonim dengan pakaian, bunga bersinonim dengan
kembang, dll.

Perhatikan contoh kata-kata bersinonim dan hampir bersinonim berikut ini. Cermatilah,
dapatkah kata-kata tersebut dipertukarkan penggunaannya dalam sebuah kalimat? Jika tidak,
kata-kata tersebut tidak bersinonim sepenuhnya.

 hamil, bunting
 hasil, produksi, prestasi, keluaran
 kecil, mikro, minor, mungil
 korupsi, mencuri
 strategi, teknik, taktik, siasat, kebijakan
 terminal, halte, perhantian, stasiun, pangkalan, pos.

Jadi, kesinoniman mutlak jarang ditemukan dalam perbendaharaan kata bahasa Indonesia.

Dua kata bersinonim atau hampir bersinonim tidak digunakan dalam sebuah frasa. Misalnya:
adalah merupakan, agar supaya, bagi untuk, adalah yaitu, yth. kepada.

Misalnya:

 Kucing adalah merupakan  binatang buas. (salah)

1. Kucing adalah binatang buas. (benar)


2. Kucing merupakan binatang buas (benar)

 Kepada Yth. Ibu Fathimah. (salah)

1. Kepada Ibu Fathimah. (benar)


2. Ibu Fathimah. (benar)

 Ia bekerja keras agar supaya (salah)

1. Ia bekerja keras agar sukses. (benar)


2. Ia bekerja keras supaya sukses. (benar)
– Idiomatik

Kata yang idiomatik adalah penggunaan kedua kata yang berpasangan. Misalnya: sesuai
dengan, disebabkan oleh, berharap akan, dan lain-lain. Pasangan idiomatik kadua kata
seperti itu tidak dapat digantikan dengan pasangan lain.

Contoh:

 Bangsa Indonesia berharap akan tampilnya seorang presiden yang mampu mengatasi


berbagai kesulitan bangsa.
 Karyawan itu bekerja sesuai dengan aturan perusahaan.
 Kekacauan sosial di berbagai tempat disebabkan oleh  tidak meratanya keadilan dan
kemakmuran.

Kata berharap akan (kalimat 1) tidak dapat diganti oleh mengharapkan akan atau berharap


dengan. Pasangan kedua kata sesuai dengan (kalimat 2) tersebut tidak boleh diganti pasangan
lain. Misalnya: sesuai pada, disebabkan karena, mengharapkan akan. Kata ganti disebabkan
oleh (kalimat 3) tidak dapat diganti disebabkan karena atau disebabkan dengan.

Ungkapan idiomatik adalah ugkapan yang khas pada suatu bahasa yang salah satu unsurnya
tidak dapat dihilangkan atau diganti. Ungkapan idiomatik adalah kata-kata yang  mempunyai
sifat idiom yang tidak terkena kaidah ekonomi bahasa. Oleh karena itu, setiap  kata yang
membentuk idiom berarti di dalamnya sudah ada kesatuan bentuk dan makna. Meski dengan
prinsip ekonomi bahasa pun, salah satu unsurnya tetap tidak boleh dihilangkan. Setiap idiom
sudah terpatri sedemikian rupa sehingga para pemakai bahasa mau tidak mau   harus tunduk
pada aturan pemakainya. Sebagian besar idiom yang berupa kelompok kata,
misalnya, gulung tikar, adu domba, muka tembok, tidak boleh dipertukarkan susunannya
menjadi  tikar  gulung,  domba   adu,  tembok muka karena ketiga kelompok kata yang
terakhir itu bukan idiom.

Biasanya, idiom juga digolongkan dengan peribahasa dalam bahasa Indonesia.  Padahal,
pengertian idiom  jauh  lebih  luas  daripada  peribahasa.  Untuk  mengetahui  makna  sebuah
idiom, setiap orang harus mempelajarinya sebagai seorang penutur asli, tidak mungkin hanya
melalui makna dari kata-kata  yang  membentuknya. Jadi, pengertian idiom adalah pola-pola
struktural yang menyimpang dari kaidah-kaidah bahasa  yang  umum,  biasanya  berbentuk
frasa,  sedangkan artinya tidak bisa diterangkan secara logis atau secara gramatikal, dengan
bertumpu pada makna kata-kata yang membentuknya. Misalnya, ada seorang asing yang
sudah mengetahui makna kata makan dan tangan,  tidak  akan  memahami  frasa makan
tangan.  Siapa  orang yang akan  berpikir bahwa makan tangan sama  artinya  dengan kena
tinju atau beruntung  besar?  Selanjutnya,  masih  terdapat  idiom dengan kata makan lainnya,
seperti makan garam yang berarti berpengalaman dalam hidup, makan hati yang berarti
bersusah  hati  karena  perbuatan  orang  lain, makan suap yaitu  menerima  uang sogok.

– Homonim, Homofon, Homograf

1. Homonim

Homonim adalah kata yang sama lafal dan ejaannya dengan kata yang lain tetapi berbeda
maknanya karena berasal dari sumber yang berbeda.
Contoh pasangan kata yang termasuk homonim:

 bisa : dapat
 bisa : racun
 buku : ruas
 buku : kitab
 salak : nama buah
 salak : bunyi gonggongan anjing
 bulan : waktu 30 hari
 bulan : nama satelit bumi
 genting : gawat
 genting : benda penutup atap rumah
 malam : nama waktu lawannya siang
 malam : nama  zat bahan membatik
 bandar : pelabuhan
 bandar : parit
 bandar : pemegang uang dalam perjudian

    2. Homofon

Homofon terdiri atas kata homo berarti sama dan foni (phone) berarti bunyi atau suara.
Homofoni mempunyai pengertian sama bunyi, berbeda tulisan, dan berbeda makna.

Contoh:

 halaman : halaman buku

          halaman : halaman rumah

 baku : bahasa baku : bahasa standar

          baku : baku hantam : saling hantam

 bank : tempat simpan dan pinjam uang

          bang : sebutan atau panggilan dari abang atau kakak laki-laki

3. Homograf

Homograf terdiri dari kata homo berarti sama dan graf (graph) berarti tulisan. Homografi


ditandai oleh kesamaan tulisan, berbeda bunyi, dan berbeda makna.

Contoh:

 apel : nama buah

         apel : upacara di lapangan

 teras : pejabat utama


         teras : lantai depan rumah

teras : bidang tanah datar yang miring di perbukitan

 serang : mendatangi untuk menyerang

         serang : nama kabupaten di Banten

– Kata Abstrak dan Kata Konkret

Kata abstrak adalah sebuah kata yang memiliki rujukan berupa konsep atau pengertian.
Sesuai dengan namanya kata abstrak lebih memerlukan pendalaman pemahaman, karena
sifatnya yang tidak nyata. Pemakaian dalam penulisan bergantung pada jenis dan tujuan
penulisan. Karangan berupa deskripsi fakta menggunakan kata-kata konret, seperti: hama
tanaman penggerek, penyakit radang paru-paru, virus HIV. Tetapi, karangan berupa
klasifikasi atau generalisasi sebuah konsep menggunakan kata abstrak, seperti: pendidikan
usia dini, bahasa pemrogram, high text markup language (HTML).

Uraian sebuah konsep biasanya diawali dengan pembahasan umum yang menggunakan kata
abstrak dilanjutkan dengan detail yang menggunakan kata konkret.

Perhatikan contoh berikut ini:

 APBN RI mengalami kenaikan lima belas persen. (kata konkret)


 Kebaikan (kata abstrak) seseorang kepada orang lain bersifat abstrak. (tidak berwujud
atau tidak berbentuk)
 Kebenaran (kata abstrak) pendapat itu tidak terlalu tampak.

Untuk lebih jelasnya lihat beberapa contoh kata abstrak di bawah ini.

Kata Abstrak:

– Kaya
– Miskin
– Kesenian
– Kerajinan
– Demokrasi
– Kemakmuran

Kata konkret merupakan kebalikan dari kata abstrak. Kata konkret yaitu kata yang
mempunyai rujukan berupa objek yang dapat diserap oleh panca indera. Kata konkret
memiliki ciri bisa dirasakan, bisa dilihat, diraba, didengar, dan bisa dicium.

Di bawah ini contoh-contoh kata konkret.

Kata Konkret:

– Sandang
– Pangan
– Bekerja
– Membaca
– Berunding

– Kata Umum dan Kata Khusus

Kata umum ialah kata-kata yang memiliki makna dan cakupan pemakaian yang lebih luas.
Kata-kata yang termasuk dalam kata umum disebut dengan hipernim. Sedangkan kata khusus
ialah kata-kata yang ruang lingkup dan cakupan maknanya lebih sempit disebut juga
dengan hiponim. Pada umumnya kata umum memiliki beberapa macam kata khusus,
meskipun kata-kata khusus memiliki bentuk yang berbeda, maknanya tetaplah sama dengan
makna kata umum.

Contoh:

 Kataumum: melihat
 Kata khusus: menengok, menyaksikan, melirik, memandang, memelototi,
mengamati dan memperhatikan

 Kata umum: mendatangi
 Kata khusus: mampir, singgah, berkunjung

 Kataumum: membawa
 Kata khusus: mengangkat, menjinjing, menggendong, mengangkut, menyeret,
membopong, memanggul

Setiap kata umum dapat digunakan dalam setiap konteks penggunaan bahasa di dalam
kalimat, sedangkan kata khusus hanya digunakan dalam konteks-konteks kalimat tertentu.
Dengan kata lain, kata khusus tidak bisa sembarangan digunakan pada kalimat. Oleh karena
itu, pemilihan kata atau diksi dalam kata khusus sangat penting untuk diperhatikan.

Perhatikan contoh berikut ini:

 Ayah melihat  adiknya yang sedang dirawat di rumah sakit.


 Ayah menengok adiknya yang sedang dirawat di rumah sakit.
 Ayah melirik  adiknya yang sedang sakit dirumah sakit.

Kalimat di atas memiliki kata umum yakni melihat dan kata khusus


seperti menengok dan melirik. Pada kalimat pertama, kata umum masih bisa digunakan sesuai
dnegan konteks kalimat di atas. Sedangkan pada kalimat ketiga kata khusus melirik tidaklah
sesuai dengan konteks kalimat tersebut. Kata khusus yang sesuai ialah menengok pada
kalimat kedua.

Contoh lainnya:

 Pak Dadang membawa karung beras yang sangat berat.


 Pak Dadang memikul karung beras yang sangat berat.
 Pak Dadang menjinjing karung beras yang sangat berat.

Kata khusus dari kata umum membawa yang tepat sesuai dengan konteks di atas
ialah memikul. Sedangkan menjinjing tidaklah tepat digunakan dalam konteks kalimat
tersebut. Oleh karena itu, penggunaan kata khusus memiliki cakupan yang lebih sempit dan
hanya bisa dipakai dalam kalimat tertentu, sehingga pemilihan kata atau diksi sangat
diperlukan.

Contoh kata umum dan khusus dalam kalimat:

 Mata ibu mengeluarkan air mata ketika mengiris bawang merah. (kata khusus)


 Ketika hari raya tiba, umat muslim memotongsapi dan kambing sebagai hewan
kurban. (kata umum)
 Adik disuruh ibu untuk memangkasrumput yang sudah tinggi di halaman belakang.
(kata khusus)

– Peristilahan

Memaknai istilah atau memberi makna pada istilah berkaitan dengan: kata, kalimat, dan
paragraf. Istilah yang dimaksud harus berkaitan dengan konteksnya. Untuk kata, dikaitkan
penggunannya dalam kalimat. Demikian juga untuk kalimat dikaitkan konteksnya dengan
paragraf. Dalam membahas istilah, perlu diperhatikan beberapa proses pembentukan istilah
berdasarkan kaidah Ejaan yang Disempurnakan (EYD) atau Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI).

Istilah adalah kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan suatu makna,
konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang tertentu. Ada dua macam istilah:
(1) istilah khusus; dan (2) istilah umum. Istilah khusus: kata yang pemakaiannya dan
maknanya terbatas pada suatu bidang tertentu, misalnya: pencakar
langit (bangunan), agregat (ekonomi).  Istilah umum: kata yang menjadi unsur bahasa umum,
misalnya: ambil alih, daya guna, kecerdasan, dan tepat guna merupakan istilah umum.

Dalam pembentukan istilah perlu diperhatikan persyaratan dalam pemanfaatan kosakata


bahasa Indonesia sebagai berikut:

 Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang paling tepat untuk mengungkapkan
konsep termaksud dan yang tidak menyimpang dari makna itu,
 Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang paling singkat di antara pilihan yang
tersedia yang mempunyai rujukan sama.
 Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang bernilai rasa (konotasi) baik.
 Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang sedap didengar (eufonik).
 Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang bentuknya seturut kaidah bahasa
Indonesia.

Contoh:

 Kata tahanan

Sebagai kata, makna kata tahanan masih bersifat umum, tetapi sebagai istilah dalam bidang
hukum makna kata tahanan adalah lembaga pemasyarakatan atau penjara, sedangkan
sebagai istilah dalam bidang kelistrikan kata tahanan itu bermakna daya yang menahan arus
listrik.

 Kata akomodasi
Sebagai istilah dalam bidang kepariwisataan, akomodasi mempunyai makna atau berkenaan
dengan hal-hal yang berkaitan dengan fasilitas penginapan dan tempat makan. Sebagai
istilah dalam bidang optik kata akomodasi itu bermakna penyesuaian lensa dengan cahaya.
Namun, karena frekuensi penggunaan kata akomodasi sebagai istilah bidang pariwisata lebih
tinggi daripada dalam bidang pelistrikan, maka masyarakat umum lebih mengenal kata
akomodasi sebagai istilah bidang pariwisata itu.

 Kata tangan  dan lengan

Makna kata sebagai istilah memang dibuat setepat mungkin untuk menghindari
kesalahpahaman dalam bidang ilmu atau kegiatan tertentu. Dalam bidang kedokteran,
misalnya, kata tangan dan lengan digunakan sebagai istilah untuk pengertian yang berbeda.
Tangan adalah dari pergelangan sampai ke jari-jari; sedangkan lengan dari pergelangan
sampai ke pangkal bahu. Sebaliknya dalam bahasa umum lengan dan tangan dianggap
bersinonim, sama maknanya.

 Kata telinga  dan kuping

Kata telinga dan kuping dalam bahasa umum dianggap bersinonim, tetapi sebagai istilah
kedokteran diperbedakan maknanya. Telinga adalah bagian dalam dari alat
pendengaran sedangakan kuping adalah bagian luarnya.

Istilah dalam bahasa Indonesia bersumber pada kosakata umum bahasa Indonesia, kosakata
bahasa serumpun, dan kosakata bahasa asing. Proses pembentukan istilah dimulai dengan
pemadanan atau penerjemahan, misalnya camera menjadi kamera; dan gabungan
penerjemahan dan penyerapan, misalnya subdivision menjadi subbagian.

–  Proses pembentukan istilah

1. Konsep ilmu pengetahuan dan peristilahannya

Upaya kecendikiaan ilmuan (scientist) dan pandit (scholar) telah dan terus menghasilkan
konsep ilmiah, yang pengungkapannya dituangkan dalam perangkat peristilahan. Ada istilah
yang sudah mapan dan ada pula istilah yang masih perlu diciptakan. Konsep ilmiah yang
sudah dihasilkan ilmuwan dan pandit Indonesia dengan sendirinya mempunyai istilah yang
mapan. Akan tetapi, sebagian besar konsep ilmu pengetahuan modern yang dipelajari,
digunakan, dan dikembangkan oleh pelaku ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia
datang dari luar negeri dan sudah dilambangkan dengan istilah bahasa asing. Di samping itu,
ada kemungkinan bahwa kegiatan ilmuwan dan pandit Indonesia akan mencetuskan konsep
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang sama sekali baru sehingga akan diperlukan
penciptaan istilah baru.

2. Bahan baku istilah Indonesia

Tidak ada satu bahasa pun yang sudah memiliki kosakata yang lengkap dan tidak
memerlukan ungkapan untuk gagasan, temuan, atau rekacipya yang baru. bahasa Inggris yang
kini dianggap bahasa internasional utama, misalnya, pernah menyerap kata dan ungkapan
dari bahasa Yunani, Latin, Prancis, dan bahasa lain, yang jumlahnya hampir tiga perlima dari
seluruh kosakatanya. Sejalan dengan itu, bahan istilah Indonesia diambil dari berbagai
sumber, terutama dari tiga golongan bahasa yang penting, yakni (1) bahasa Indonesia,
termasuk unsur serapannya, dan bahasa Melayu; (2) bahasa Nusantara yang serumpun,
termasuk bahasa Jawa Kuno; dan (3) bahsa asing, seperti bhasa Inggris dan bahasa Arab.

3. Pemantapan istilah Nusantara

Istilah yang mengungkapkan konsep hasil galian ilmuwan dan pandit Indonesia, seperti
bhinneka tunggal ika, batik, banjar, sawer, gunungan, dan pamor, telah lama diterima secara
luas sehingga dapat dimantapkan dan hasilnya dikodifikasi.

4. Pemadanan istilah

Pemadanan istilah asing ke dalam bahasa Indonesia, dan jika perlu ke salah satu bahasa
serumpun, dilakukan lewat penerjemahan, penyerapan, atau gabungan penerjemahan dan
penyerapan. Demi keseragaman, sumber rujukan yang diutamakan ialah istilah Inggris yang
pemakaiannya bersifat internasional karena sudah dilazimkan oleh para ahli dalam
bidangnya. Penulisan istilah serapan itu dilakukan dengan atau tanpa penyesuaian ejaannya
berdasarkan kaidah fonotaktik, yakni hubungan urutan bunyi yang diizinkan dalam bahasa
Indonesia.

5. Penerjemahan dengan perekaan

Adakalanya upaya pemadanan istilah asing perlu dilakukan dengan menciptakan istilah baru.
Istilah factoring, misalnya, sulit diterjemahkan atau diserap secara utuh. Dalam khazanah
kosakata bahasa Indonesia/Melayu terdapat bentuk anjak dan piutang yang menggambarkan
pengalihan hak menagih utang. Lalu, direka istilah anjak piu-tang sebagai padanan istilah
factoring. Begitu pula pemadanan catering menjadi jasa boga dan invention menjadi rekacipta
diperoleh lewat perekaan.

6. Perekaciptaan istilah

Kegiatan ilmuwan, budayawan dan seniman yang bergerak di baris terdepan ilmu, teknologi,
dan seni dapat mencetuskan konsep yang belum ada selama ini. Istilah baru untuk
mengungkapkan konsep itu dapat direkacipta sesuai dengan lingkungan dan corak bidang
kegiatannya. Misalnya, rekacipta istilah fondasi cakar ayam, penyangga sosrobahu, plasma
inti rakyat, dan tebang pilih Indonesia telah masuk ke dalam khazanah peristilahan.

Misalnya, rekacipta istilah fondasi cakar ayam, penyangga sosrobahu, plasma inti rakyat, dan
tebang pilih Indonesia telah masuk ke dalam khazanah peristilahan.

– Kata Baku dan Nonbaku

Kata baku adalah kata yang digunakan sudah sesuai dengan pedoman atau kaidah bahasa
yang telah di tentukan. Kata baku merupakan kata yang sudah benar dengan aturan maupun
ejaan kaidah bahasa Indonesia dan sumber utama dari bahasa baku yaitu Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI). Kata baku umumnya sering digunakan pada kalimat yang resmi,
baik itu dalam suatu tulisan maupun dalam pengungkapan kata-kata.
Kata-kata baku yaitu kata yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang sudah
ditentukan sebelumnya dan suatu kata bisa disebut dengan kata tidak baku jika kata yang
digunakan tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Ketidakbakuan suatu kata bukan
hanya ditimbulkan oleh salah penulisan saja, akan tetapi bisa juga disebabkan oleh
pengucapan yang salah dan penyusunan suatu kalimat yang tidak benar. Biasanya kata tidak
baku selalu muncul dalam percakapan kita sehari-hari.

Kata baku biasanya sering digunakan ketika: membuat karya ilmiah; membuat surat lamaran
pekerjaan; membuat surat dinas, surat edaran dan surat resmi lainnya; membuat laporan;
membuat nota dinas; saat berpidato dan rapat dinas; saat musyawarah atau diskusi; dan surat
menyurat antara organisasi, instansi atau lembaga.

Adapun faktor-faktor yang dapat menyebabkan munculnya kata tidak baku, antara lain:
pengguna bahasa tidak mengetahui bentuk penulisan dari kata yang dia maksud; pengguna
bahasa tidak memperbaiki kesalahan dari penggunaan suatu kata, itulah yang menyebabkan
kata tidak baku selalu ada; pengguna bahasa sudah terpengaruh oleh orang-orang yang
terbiasa menggunakan kata yang tidak baku; dan pengguna bahasa sudah terbiasa memakai
kata tidak baku.

Contoh:

 pergi (baku)

         pigi (nonbaku)

 praktik (baku)

         praktek (nonbaku)

 November (baku)

         Nopember (nonbaku)

 apotek (baku)

         apotik (nonbaku)

 nasihat (baku)

         nasehat (nonbaku0

 teknik (baku)

         tekhnik (nonbaku)

 bus (baku)

          bis (nonbaku)

 kualitas (baku)
          kwalitas (nonbaku)

 jadwal (baku)

          jadual (nonbaku)

Ciri-ciri bahasa baku antara lain: (1) tidak dipengaruhi oleh bahasa daerah; (2) tidak
dipengaruhi oleh bahasa asing; (3) bukan merupakan ragam bahasa percakapan; (4) tidak
rancu; (5) digunakan sebagai konteks kalimat; dan (6) pemakaian imbuhan secara eksplisit

Ciri-ciri bahasa nonbaku antara lain: (1) bentuk kalimatnya sederhana, singkat, kurang
lengkap, tidak banyak; (2) menggunakan kata penghubung; dan (3) menggunakan kata-kata
yang biasa dan lazim dipakai sehari-hari, contoh: bilang, bikin, pergi, biarin.

– Majas (Gaya Bahasa)

Sebagian dari kita mungkin tidak banyak yang tahu mengenai majas. Paling tidak secara
harfiah. Meski nyatanya tanpa disadari kerap menggunakan itu dalam kehidupan sehari-hari
dalam percakapan di rumah, di sekolah, ataupun di lingkungan lainnya. Begitu juga dalam
bahasa tulisan.

Penggunaan majas dalam gaya bahasa ini bertujuan untuk membuat pembaca bisa merasakan
efek emosional tertentu dari gaya bahasa tersebut. Berbagai jenis majas sering digunakan
sesuai dengan arah pembicaraan atau efek gaya bahasa yang diinginkan. Itu sebabnya,
dikenal ada banyak jenis majas dalam bahasa Indonesia. Lantas, apa sebenarnya yang
dimaksud dengan majas?

Jika mengacu pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 989) majas atau gaya bahasa
sendiri merupakan cara melukiskan sesuatu dengan jalan menyamakannya dengan sesuatu
yang lain atau kiasan. Majas umumnya digunakan dalam penulisan karya sastra, termasuk di
dalamnya puisi dan prosa. Tujuannya sederhana, memperkaya pemilihan kata dan bahasa
dalam karya. Artinya sendiri bisa berbeda tergantung pada konteks penggunaannya.

Secara umum, majas dibagi ke dalam empat kategori, yakni: (1) majas perbandingan; (2)
majas pertentangan; (3) majas sindiran; dan (4) majas penegasan.

1. Majas Perbandingan

Jenis majas perbandingan meliputi majas yang menggunakan gaya bahasa ungkapan dengan
cara menyandingkan atau membandingkan suatu objek dengan objek yang lainnya, yakni
melalui proses penyamaan, pelebihan, atau penggantian. Di dalam majas perbandingan ini
pun masih dapat dibagi ke dalam beberapa sub jenis, sebagai berikut.

a. Majas Personifikasi

Majas personifikasi menggunakan gaya bahasa yang ungkapannya seakan menggantikan


fungsi benda mati yang dapat bersikap seperti manusia. Majas ini membandingkan benda
mati dan manusia. Jadi, intinya adalah pada kata ‘person’ yang berarti orang, atau meng-
orang-kan benda mati.
Contoh:

 Pensil itu menari-naridi atas kertas untuk menghasilkan gambar yang indah.


 Hembusan angin di tepi pantai membelai
 Ombak berkejar-kejaranke tepi pantai.
 Padi menundukmengucapkan selamat pagi.
 Pepohonan di hutan itu tampak sedihkarena musim kemarau panjang.
 Lautan biru itu seolah menatapkudalam hening.
 Aku bisa merasakan dinding-dinding di sekitarku mendengarpembicaraan kita.
 Laptopku sedang kelelahankarena digunakan semalam suntuk.

b. Majas Metafora

Metafora adalah majas yang mengungkapkan ungkapan secara langsung berupa perbandingan
analogis. Pemakaian kata atau kelompok kata bukan dengan arti yang sebenarnya, melainkan
sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan atau perbandingan, misalnya tulang punggung;
dalam kalimat: pemuda adalah tulang punggung negara.

Contohnya :

 Cuaca mendung karena sang raja siangenggan menampakkan diri.


 Raja kelanabertiup lirih di celah dedaunan.
 Tulisan ini adalah buah pikiranadikku yang masih berusia 7 tahun.
 Ia adalah lintah daratyang sangat terkenal.
 Dinda adalah buah hatipasangan yang fenomenal itu.
 Budi hanya bisa pasrah dianggap sebagai sampah masyarakat.

c. Majas Asosiasi atau Perumpamaan

Majas asosiasi atau perumpamaan adalah perbandingan terhadap dua hal yang pada
hakikatnya berbeda, tetapi sengaja dianggap sama. Majas ini ditandai oleh penggunaan
kata bagai, bagaikan, seumpama, seperti, bak, dan laksana.

Contoh:

 Semangatnya keras bagaikan baja.


 Lidahmu bagaikan pisau belati.
 Mukanya pucat bagai mayat.
 Nasib kita pasti berganti seperti roda yang berputar.
 Memberi Heni hadiah sama saja seperti menabur garam di lautan.
 Menasehati kakak beradik itu laksana berbicara dengan tembok.
 Aku sangat kecewa dengan tindakanmu yang bagaikan duri dalam sekam.
 Dia sungguh tak tahu balas budi, bak pagar makan tanaman.

d. Majas Hiperbola

Majas hiperbola adalah majas yang mengungkapkan sesuatu dengan kesan yang berlebihan,
dan bahkan membandingkan sesuatu dengan cara yang hampir tidak masuk akal. Dalam
pengertian yang lebih lengkap, hiperbola adalah majas yang melebih-lebihkan apa yang
sebenarnya dengan maksud untuk memperhebat, meningkatkan kesan dan daya pengaruh,
baik jumlah, ukuran, maupun sifat-sifatnya.
Bukan hanya dalam karya sastra, tanpa kita sadari majas hiperbola sering kali mengisi
percakapan kita. Bisa saja, pesan yang ingin disampaikan biasa-biasa saja namun menjadi
lebih wah ketika kalimatnya dibentuk sedemikian rupa dengan majas hiperbola. Untuk
mendapat kesan dramatis dari sebuah kalimat, pengarang kerap menggunakan majas
hiperbola. Kesan hiperbola (sangat berlebih-lebihan) dalam menceritakan sesuatu sengaja
dilakukan dengan tujuan, yaitu untuk manarik perhatian dari para pembaca.

Contoh:

 Harga beras mencekik lehersetelah kenaikan harga bahan bakar minyak.


 Sampah-sampah di kota Jakarta bertumpuk setinggi gunung.
 Suaramu memecahkangendang telingaku.
 Dia menguap sampai aku hampir tertelan.
 Guruku sangat baik seperti malaikat.
 Soal matematika ini sangat mudah bagiku, sampai bisa kuselesaikan dalam sekejap
mata.
 Dia bisa berlari sangat cepat secepat kilat.
 Dia sudah terbiasa memeras keringatuntuk menafkahi keluarga.
 Emalia girang setengah matikarena mendapat kado ulang tahun dari papanya di
Amerika.
 Lili menangis sampai air matanya habiskarena kehilangan dompet.

e. Majas Alegori

Majas alegori adalah majas yang menjelaskan maksud tanpa secara harfiah. Umumnya
alegori merujuk kepada penggunaan retorika, tetapi alegori tidak harus ditunjukkan melalui
bahasa, misalnya alegori dalam lukisan atau pahatan. Atau dengan kata lain, majas alegori
adalah majas dengan gaya bahasa yang menyandingkan suatu objek dengan kata-kata kiasan
bermakna konotasi atau ungkapan.

Contoh:

 Perjalanan  hidup manusia seperti sungai yang mengalir menyusuri tebing-tebing,


yang kadang-kadang sulit ditebak kedalamannya, yang rela menerima segala
sampah, dan yang pada akhirnya berhentiketika bertemu dengan laut.
 Dalam pertarungan  mencari jati diri, diri kita sendirilah petarungnya, dan orang tua
adalah pelatihnya.
 Pertandinganpolitik ini, membutuhkan kapten yang tepat.
 Di dalam perlombaanmemenangkan hati, jurinya adalah perasaan

f. Majas Eufemisme

Dari segi bahasa, kata eufimisme berasal dari bahasa Yunani, yaitu euphemizein yang
berarti kata-kata yang baik. Dari segi istilah majas eufimisme adalah gaya bahasa jenis
perbandingan yang dapat menggantikan satu pengertian dengan kata-kata lain yang memiliki
makna yang hampir sama. Ada juga yang mengartikan majas eufimisme sebagai ungkapan
atau gaya bahasa pelembut dengan menghindari kata-kata kasar dan kurang sopan untuk
menjaga tata krama. Jadi, dapat dikatakan bahwa majas eufimisme berfungsi untuk
menghaluskan suatu maksud kalimat agar lebih sopan atau tidak menimbulkan kesan
menyinggung lawan bicara.
Contoh:

 Anggota DPR yang terlibat korupsi itu mengenakan rompi orangesaat digandeng


polisi.
 Dia adalah seorang tuna daksa.
 Kita harus menolong orang yang tuna wisma.
 Kasihan anak itu, ia terlahir tuna rungu.
 Guru itu adalah seorang difabel, tapi ia sangat pandai mengajar.
 Dia terpaksa mendekam di hotel prodeokarena kecelakaan itu.
 Karena terjerat kasus korupsi, ia harus dihadapkan di meja hijau.
 Orang tua itu sudah tidak memiliki sanak saudara, makanya ia diletakkan di panti
jompo.
 Meskipun ia adalah kaum marginal, tapi ia memiliki semangat belajar tinggi.
 Jika kita bertemu kaum fakir, kita tidak boleh menghinanya.
 Dia mengalami gangguan jiwakarena kehilangan pekerjaan dan keluarga sekaligus.
 Penjahat itu telah diamankanoleh yang berwenang.
 Polisi itu dibebastugaskankarena telah melakukan pungli terhadap pengendara.

g. Majas Metonimia

Majas metonimia adalah salah satu jenis majas yang sering digunakan dalam kehidupan
sehari-hari berupa pemakaian nama ciri atau nama hal yang ditautkan dengan orang, barang,
atau hal sebagai penggantinya, misalnya kata.

Majas metonimia adalah majas yang menggunakan sebagian atau seluruh kata yang
merupakan merek, ciri khas, lebel maupun atribut tertentu yang merupakan satu kesatuan dari
sebuah kata. Penggunaan majas ini bertujuan untuk memberi efek khusus yang berbeda
kepada pendengar sehingga dapat menghaluskan kata yang ingin diucapkan.

Contoh:

 Sehabis berolah raga saya minum satu gelas Aqua.


 Pejalan kaki itu tewas tertabrak Avanza.
 Setelah sarapan, Ronal selalu menghisap Gudang Garam.(rokok).
 Menyambut bulan pusasa, Mataharimengadakan diskon besar-besaran.
 Indomie menjadi pilihan terbaik jika tanggal tua.
 Anak muda masa kini identik dengan
 Gerindramengadakan pertemuan bulanan di Kertanegara.

h. Majas Simile

Majas simile atau ibarat adalah salah satu majas dalam bahasa Indonesia. Simile adalah majas
yang membandingkan sesuatu hal dengan hal yang lainnya dengan menggunakan kata
penghubung atau kata pembanding. Kata penghubung yang digunakan contohnya seperti,
bagaikan, bak, layaknya, laksana, dll. Hanya bedanya, pada majas simile tidak
membandingkan dua objek yang berbeda, melainkan membandingkan kegiatan dengan
menggunakan ungkapan yang maknanya serupa.

Contoh:
 Kasih sayang ibu kepada anaknya bagai sang suryamenyinari dunia.
 Orang itu sangat sombong seperti raja Fir’aun.
 Bayi yang baru lahir bagai kertas putihyang belum ada coretan.
 Pak Feri sekarang sudah kaya raya dan sekarang lupa pada saya bagai kacang lupa
kulitnya.
 Kepalaku sudah sangat panas bagai kompor mleduk.
 Sering-seringlah bergaul, agar tidak seperti kura-kura dalam tempurung.
 Dia selalu saja patuh pada ketua geng itu, seperti kerbau yang ditusuk hidungnya.
 Lili memang sudah terkenal sebagai pemalas, seperti beruang di musim dingin.
 Adikmu tampak sangat lapar, jalannya seperti singa kelaparan.
 Rapat hari ini sangat kacau, seperti hutanterserang angin ribut.
 Gadis cantik itu bagaikan melati yang baru mekar.
 Persahabatan kita layaknya rantai yang kokoh.
 Dirimu laksana bulanyang menyinari kegelapan.

i. Majas Sinekdok

Gaya bahasa sinekdok ini menunjukkan adanya perwakilan dalam mengungkapkan sesuatu.
Agar lebih jelas, kita bisa melihat pada pembagian majas sinekdok ini, di mana majas ini
masih terbagi lagi dalam dua macam, yaitu (1) sinekdok pars pro toto; dan (2) sinekdok totem
pro parte.

Sinekdok pars pro toto (part/sebagian mewakili total) adalah gaya bahasa yang menyebutkan
sebagian unsur dengan maksud mewakili keseluruhan benda. Sedangkan sinekdok totem pro
parte (total mewakili part/sebagian) adalah kebalikannya, yaitu berupa gaya bahasa yang
menunjukkan keseluruhan bagian yang mewakili hanya pada sebagian benda atau situasi saja.

Contoh majas sinekdok pars pro toto:

 Kita hanya perlu mewakilkan satukepala saja dalam rapat ini.


 Ibu membeli tigaekor ayam untuk pesta nanti malam.
 Dia hanya menampakkan batang hidungnyasebentar saja, lalu pergi.
 Seribu batang pohondi hutaan setiap tahun semakin berkurang.
 Warga korban longsor di ponorogo terpaksa angkat kakidari tempat tinggalnya.
 Kecantikanya sudah menyita ribuan pasang mata.
 Senyum manisnya berhasil mencuri hatiku.
 Sepucuk surat telah tiba dari sekian hariyang telah ku tunggu.
 Suara merdunya berhasil memanjakan ribuan telingapengunjung yang hadir.

Contoh majas sinekdok totem pro parte:

 Kecamatan Pancoranharus pulang lebih dahulu dalam perempat final turnamen bola
voli setelah dikalahkan kecamatan Mampang Prapatan.
 Malaysiaberhasil mengalahkan Thailand dalam pertandingan bola itu.
 Amerika Serikatmenyerang negara-negara yang dianggapnya berbahaya.
 China menyatakan bahwa negaranya telah terbuka dalam hubungan internasional.
 Jepangberhasil menerbangkan rudal tempur terbaru yang diklaim sangat canggih.
 Sekolahkumemenangkan lomba cerdas cermat di Semarang.
 Keluarga Kerajaanmenjadi keluarga paling terhormat di seluruh negara Malaysia.
 Manchester Unitedmenjadi wakil Inggris dalam liga Champion Eropa.
j. Majas Simbolik

Majas simbolik termasuk dalam salah satu kategori majas perbandingan. Sesuai dengan
namanya, majas simbolik merupakan gaya bahasa yang membandingkan suatu hal dengan
simbol lain, dapat berupa lambang, tokoh, hewan, ataupun benda. Simbol yang digunakan
dalam majas ini mempunyai makna tertentu yang mewakili suatu hal yang ingin disampaikan.

Fungsi penggunaan majas simbolik adalah untuk memperhalus makna sesungguhnya yang
ingin disampaikan serta memberikan efek yang menarik bagi pendengar. Majas simbolik
dapat digunakan untuk menyampaikan gagasan, mengkritik atau beropini terhadap suatu hal
atau seseorang. Dengan kata lain, majas simbolik digunakan untuk menyampaikan pesan
secara tersirat atau implisit. Simbol yang digunakan merupakan simbol yang sudah umum
digunakan. Baik pembicara maupun lawan bicara sudah mengetahui tentang simbol yang
digunakan.

Contoh:

 Sejak ayah sakit-sakitan, ibulah yang menggantikan peran ayah menjadi tulang


punggung
 Tenaga pemadam kebakaran tidak sanggup mengatasi kekuatan si jago merah
 Rajna dijuluki kembang desadi kampung Sarinaga karena banyak pemuda yang
tergila-gila padanya.
 Lilitan hutang dari lintah daratmembuat Pak Jarwo tidak bisa menabung untuk
membangun rumah.
 Miko tidak dijauhi oleh teman-teman perempuannya karena sudah terkenal
sebagai buaya daratdi kampusnya.
 Ayah selalu menjemput kakak ketika pulang kerja agar kakak tidak menjadi
korban bajing loncatyang sedang merajalela di kampungnya.
 Ibu selalu berpesan agar tidak menjadi bunglonkarena tidak akan disukai banyak
orang.
 Mata bulatnya yang seperti bola ping pongjustru menarik bagi siapa saja yang
melihatnya.
 Narkoba dan seks bebas seperti lingkaran setanyang akan menjerumuskan siapa saja
yang memasukinya.
 Lorenzo dan Rossi sudah mempersiapkan kuda besimereka masing-masing dengan
kekuatan prima.
 Anak-anak harus selalu diawasi ketika mulai mengenal cakrawala dunia.
 Seluruh pendukung pemimpin sudah butaoleh janji-janji yang digaungkan selama ini.
 Pemimpin itu melancarkan semua akal bulusnyauntuk memenangkan pemilu ini.
 Memang sudah watak Robingu adalah seorang mata keranjang, tak bisa diam ketika
melihat wanita cantik walaupun ia sudah beristri empat.

2. Majas Pertentangan

Majas pertentangan adalah sebuah ungkapan gaya bahasa yang menjelaskan maksud tertentu
dengan menggunakan peryataan kalimat yang berlawanan dengan makna yang sebenarnya.
Pernyataan berlawanan ini dimaksudkan untuk menguatkan makna dari wacana yang
disampaikan. Gaya bahasa ini juga dimaksudkan agar tercipta sebuah kesan estetika pada
redaksi wacana, sehingga pembaca merasa terkesan dengan gaya bahasa yang ditulis.

a. Majas Litotes
Sebagaimana majas pada umumnya, majas litotes memiliki gaya bahasa tersendiri yang
menjadi ciri khas, yaitu adanya bentuk pertentangan dalam pernyataan kalimatnya. Menurut
KBBI (2008:836) litotes adalah pernyataan yang memperkecil sesuatu atau melemahkan, dan
menyatakan kebalikannya, misalnya untuk mengatakan pandai digunakan ungkapan tidak
bodoh. Majas ini mengungkapkan suatu hal dengan penuturan kata yang cenderung merendah
dan seringkali berlawanan dengan makna sebenarnya.

Contoh:

 Saya yang masih anak kemarin soreini dengan penuh rasa hormat memohon
bimbingan para senior sekalian.
 Mari saya antar anda ke kantor dengan motor butut
 Mudah-mudahan hadiah murahdariku ini bisa bermanfaat untukmu.
 Tolong terima bantuan kami yang tak seberapa
 Aku nantikan kehadiranmu di bilik kumuhku.
 Aku rakyat kecildengan impian asa dan harapan yang terlalu besar.

b. Majas Paradoks

Dalam KBBI (2008: 1019) dijelaskan bahwa paradoks adalah suatu pernyataan yang
sepertinya berlawanan (bertentangan) dengan pendapat umum atau kebenaran, tetapi
sebenarnya mengandung kebenaran. Artinya, paradoks ini menyiratkan adanya kontradiksi
yang terkandung dalam suatu pernyataan. Dapat disimpulkan bahwa pengertian majas
paradoks adalah majas yang menerangkan pernyataan yang tampaknya bertentangan, padahal
kenyataannya tidak. Majas paradoks mempertentangkan dua objek berlainan yang terkandung
dalam satu baris kalimat.

Contoh:

 Kenaikanharga BBM berimbas pada penurunan kesejahteraan rakyat.


 Meski cuaca sedang panastetapi pikiran harus tetap dingin.
 Jangan lihat usianya yang sudah tuakarena semangatnya tidak kalah dengan
yang muda.
 Kemajuanteknologi sekarang ini justru berakibat pada kemunduran nilai moral dan
sosial masyarakat.
 Keberaniannyadalam meringkus pencuri memang harus di berikan apresiasi karena
warga sudah tidak ketakutan.
 Sungguh miris, di negara yang kayaini, masyarakat justru hidup dalam
lingkaran kemiskinan.

c. Majas Antitesis

Secara bahasa, antitesis berasal dari gabungan dua kata yaitu anti yang berarti berlawanan
dan tesis yang berarti penempatan. Menurut KBBI (2008: 77)) antitesis adalah pengungkapan
gagasan yang bertentangan dalam susunan kata yang sejajar, seperti dalam
semboyan Merdeka atau mati. Adapun secara istilah, pengertian majas antitesis dapat
diartikan sebagai suatu gaya bahasa yang dibuat dengan memadukan dua kata yang saling
berlawanan pada kondisi yang saling berhadapan.

Contoh:
 Jangan terpengaruh pada kaya miskinnyateman Anda jika ingin menjalin tali
persahabatan yang baik.
 Keras lunaknyakeybord komputer biasanya dipengaruhi oleh bahan yang digunakan
untuk membuatnya.
 Mahal murahnyaharga sangat dipengaruhi banyak hal, termasuk faktor permintaan
dan ketersediaan barang.
 Tinggi rendahnyaderajat seseorang di mata Allah hanya ditentukan oleh tingkat
ketakwaannya.
 Dosen Bahasa Indonesia yang baru itu sangat disiplin, ia memperlakukan siswa laki-
laki maupun perempuandengan adil tanpa adanya pilih kasih.
 Banyak sedikitnyarezeki yang kita dapat jangan sampai mengurangi rasa syukur kita
kepada Tuhan Yang Mahakuasa.

d. Majas Kontradiksi Interminus

Majas kontradiksi interminus adalah majas yang menyatakan suatu penyangkalan atas
pernyataan yang sudah di ucapkan sebelumnya. Biasanya, pernyataan yang dipertentangkan
oleh majas ini adalah pernyataan yang diawali oleh kata semua kemudian dipertentangkan
dengan pernyataan kata kecuali.

Contoh:

 Ketika paman datang, beliau membawakan kami semua jenis buah-buahan dari
desanya, kecualidurian yang gagal panen.
 Adik sudah mulai bisa melafalkan huruf, tinggalhuruf r saja yang sulit dan seringkali
tertukar dengan huruf l.
 Semua mahasiswa wajib hadir di saat jam pelajaran tiba, kecualikarena sakit atau izin.
 Semua mahasiswa dilarang melakukan kegiatan organisasi saat jam pelajaran
berlangsung, kecuali yang sudah memberikan surat dispensasi kepada dosen yang
bersangkutan.
 Semua buku di perpustakaan boleh dipinjam mahasiswa, kecualibuku ensiklopedia
yang hanya boleh dibaca di ruang perpustakaan saja.

       3. Majas Sindiran

Majas sindiran adalah gaya bahasa yang mengungkapkan suatu maksud atau pernyataan
dengan menggunakan perkataan yang bersifat menyindir dan bertujuan untuk memperkuat
makna atau kesan kalimat tersebut.

a. Majas Ironi

Kata Ironi berasal dari kata dalam bahasa Yunani eironeia artinya berpura-pura tidak
mengerti. Ironi adalah majas yang menyatakan makna yang bertentangan dengan maksud
berolok-olok. Maksud itu dapat dicapai dengan tiga cara, yaitu: (1) mengemukakan makna
yang berlawanan dengan makna yang sebenarnya; (2) ketidaksesuaian antara suasana yang
diketengahkan dan kenyataan yang mendasarinya; dan (3) ketidaksesuaian antara harapan dan
kenyataan (Moeliono, 1984: 3).
Menurut Tarigan (1985: 61) ironi adalah sejenis gaya bahasa yang mengimplikasikan sesuatu
yang nyata berbeda, bahkan ada kalanya bertentangan dengan yang sebenarnya dikatakan itu.
Ironi ringan merupakan bentuk humor, tetapi ironi berat atau ironi keras biasanya merupakan
suatu bentuk sarkasme atau satire.

Dapat disimpulkan majas ironi adalah majas yang berisi suatu hal yang berlawanan dengan
makna sesungguhnya dimana penyampaian dan pengungkapan kata-katanya menggunakan
sindiran halus.

Contoh:

 Enak sekali masakan yang kamu buat ini, rasanya pedas dan asin sekali.
 Kelakuanmu begitu baiknya sampai-sampai orang tuamu menagis karena ulahmu.
 Bagus sekali tulisanmu sampai-sampai aku tidak bisa membacanya.
 Suaramu merdu sekali, seperti kaset kusut.
 Dia orang yang sangat rajin. Dia bahkan membantu pekerjaan orang tuanya setelah
semuanya selesai.
 Dialah anak yang paling pintar dikelas sampai rangkingnya paling terakhir diantara
anak lainnya.
 Aku salut sama kamu Beb, kamu sangat baik. Melihat nenek tua yang kesusahan saja
kamu hanya diam.
 Buat apa kamu puasa, Beb? Setiap hari kamu mencari kesempatan untuk makan,
bahkan setiap tahun puasamu selalu bolong.
 Bagus sekali model rambutmu, sampai aku kira tante-tante tadi.
 Kamu anak yang jujur sekali Don. Apa yang kamu katakan tidak sesuai dengan
kenyataannya.

b. Majas Sarkasme

Sarkasme adalah majas sindiran yang sangat kasar dan menyakitkan (Lestari, 2008: 22). Bila
dibandingkan dengan ironi dan sinisme, maka sarkasme ini lebih kasar. Sarkasme adalah
sejenis gaya bahasa yang mengandung olok-olok atau sindiran pedas dan menyakiti hati
(Tarigan, 1985: 92).

Majas sarkasme merupakan suatu acuan yang lebih kasar dari ironi dan sinisme. Ia adalah
suatu acuan yang mengandung kepahitan dan celaan yang getir. Sarkasme ini akan menyakiti
hati dan kurang enak didengar (Keraf, 2004: 143-144).

Dapat disimpulkan bahwa sarkasme adalah salah satu jenis majas sindiran yang bertujuan
untuk menyindir atau menyinggung seseorang/sesuatu sebagai bentuk penghinaan yang
mengekspresikan rasa kesal dan marah dengan menggunakan kata-kata kasar. Majas ini dapat
melukai perasaan seseorang. Biasanya sarkasme digunakan dalam konteks humor.

Contoh

 Apa kau tak punya hati? Ibumu terbaring lemah di rumah sakit, jangankan untuk
merawat beliau bahkan sekedar datang berkunjung pun kau tidak pernah.
 Aku merasa jijik dan mau muntah jika berada di dekatnya. Badannya sangat bau
seperti tak pernah mandi selama satu tahun.
 Sudahlah, jangan kau habiskan uangmu untuk membeli obat. Semua itu hanya sia-sia,
kau terima saja kenyataan bahwa tinggi badanmu memang ditakdirkan di bawah
rata-rata.
 Percuma saja dia sekolah tinggi-tinggi sampai jenjang S2. Ucapannya sangat kasar
dan perilaku kurang ajarnya seperti orang yang tidak berpendidikan.
 Jangan bermimpi kau bisa menjadi menantu keluarga terhormat itu. Kau hanyalah
anak dari keluarga miskin dan tidak berpendidikan. Bahkan jadi pembantu mereka
saja kau tidak akan diterima.
 Putih benar wajahmu, sampai bisa disendoki bedaknya.
 Jadi koruptor banyak hartanya. Kasihan, hidupnya lebih banyak di penjara.
 Kemana kamu taruh matamu, barang sebesar ini tidak terlihat!
 Dasar otak udang, disuruh melakukan pekerjaan yang sangat mudah seperti ini saja
kau tidak bisa. Lalu, apa yang kau bisa?
 Cepat ke sini! Dari tadi kupanggil, masih saja kau asyik bermain di situ! Apa kau tak
punya telinga? Apa perlu kuseret kau ke sini?
 Aku tidak selera mencicipi masakannya. Baunya saja tidak enak apalagi rasanya.
Kasihan lidahku, bisa-bisa mati rasa karena mencicipi masakan itu.

c. Majas Sinisme

Menurut KBBI (2008: 1314) sinisme memiliki dua pengertian yakni: (1) pandangan atau
pernyataan sikap yang mengejek atau memandang rendah; (2) pandangan atau gagasan yang
tidak melihat suatu kebaikan apapun dan meragukan sifat baik yang ada pada manusia.

Majas sinisme digunakan untuk menyatakan sindiran secara langsung. Oleh karena itu, majas
ini termasuk ke dalam kategori majas sindiran. Majas sinisme merupakan kebalikan dari
majas ironi yang menyindir seseorang atau sesuatu dengan mengatakan hal yang
berlawanan/sebaliknya.

Contoh:

 Kuakui dia memang murid terpandai dan teladan di sekolah ini. Tetapi dia bukan
seorang teman yang baik karena tidak pernah peduli jika ada temannya yang sedang
kesusahan.
 Aku heran denganmu. Kau bekerja dan mendapat gaji yang lebih dari cukup tetapi
kau tidak pernah absen meminjam uang padaku setiap bulannya. Kemana perginya
gaji besarmu itu?
 Kau benar-benar anak yang tidak berbakti. Kau sering tidak masuk kuliah, selalu
hura-hura dan menghamburkan uang disini, sementara orang tuamu bantingtulang
menjadi buruh tani di kampung untuk biaya kuliahmu.
 Dia selalu saja mengeluh ini dan itu, mengatakan bahwa pekerjaannya sangat berat.
Padahal pekerjaannya adalah yang paling ringan dan mudah dibandingkan dengan
pekerjaan orang lain.
 Aku tidak suka melihat temanmu yang satu itu. Wajahnya saja yang lugu dan polos
tapi hatinya busuk karena suka memitnah dan menghasut orang lain.
 Harusnya kau malu dengan nilaimu. Masa anak seorang kepala sekolah nilainya gagal
semua.
 Seharusnya kau berhenti merokok sejak dari dulu. Lihalah badanmu sekarang, sangat
kurus seperti mayat hidup.
 Kau benar-benar tidak tahu terima kasih. Ketika susah kau selalu meminta bantuanku,
setelah sukses kau pura-pura tidak mengenalku.

d. Majas Satire

Menurut KBBI (2008: 1231) satire adalah gaya bahasa yang dipakai di kesusastraan untuk
menyatakan sindiran terhadap suatu keadaan atau seseorang; sindiran atau ejekan. Gorys
Keraf (2004: 144) satire adalah ungkapan yang menertawakan atau menolak sesuatu.

Satire adalah gaya ejekan yang menetapkan nada dan makna suatu karya. Hakikat satire
adalah sublimasi dan pemurnian rasa berang, tetapi dapat berfungsi menghilangkan sebab-
sebab penyakit jiwa, seperti kemunafikan, kebohongan, dan keserakahan. Gaya satire dapat
muncul dalam sajak, novel, dan drama. Satire barasal dari bahasa Latin Satire (Zaidan, dkk,
2007: 184).

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa satire adalah gaya bahasa yang menolak
sesuatu untuk mencari kebenarannya sebagai suatu sindiran.

Contoh:

 Tumben sekali kau berpikiran secerdas itu. Jangan-jangan, tadi kau salah minum obat.
 Percuma saja aku bekerja hingga badanku jadi tengkorak begini, kalau ternyata hasil
kerjaku tak kau hargai.
 Badan sih boleh tinggi, tapi hatinya jangan tinggi juga dong!
 Ah, percuma saja kau punya sepasang mata, kalau sosokku ini saja tak pernah kau
tengok sekali pun!
 Apa gajimu dalam sebulan sangat kecil, sampai-sampai membeli baju pun kau tak
sanggup?
 Hei, paru-parumu sekarang terbuat dari batu, ya? Sudah sakit begini masih saja kau
merokok!
 Percuma saja aku menasihatimu, kalau ternyata selama ini ucapanku hanya kau
anggap hembusan angin saja!
 Kau sekarang buta warna ya? Sudah tahu tadi lampu merah. Eh, kau malah seenaknya
menerobos.
 Hambar sekali masakan ini! Apakah persediaan bumbu-bumbu masakan di rumah kita
sudah sangat sedikit?
 Apakah aku harus membenturkan kepalamu ke tembok, agar kau menyadari
kesalahan yang kau buat itu?
 Kau lupa bawa jam tangan, ya? Bisa-bisanya kau bermain sampai lupa waktu!
 Kau sudah gila ya? Badanmu sudah kurus begitu tapi kau masih saja berdiet.
 Setahuku, kau sudah lama bekerja di sini. Tapi, mengapa hasil kerjamu begitu-begitu
saja?

e. Majas Innuendo

Majas ini tergolong majas sindiran yang unik dibanding majas-majas sindiran lainnya. Sebab,
majas ini justru menyindir sesuatu dengan cara mengecilkan fakta sebenarnya dari sesuatu
yang hendak disindir. Hal itu sangat berbeda dengan majas-majas lain yang menyindir
sesuatu dengan cara yang terkadang melebihkan fakta dari sesuatu yang disindir tersebut.

Contoh:
 Berhentilah bersikap seolah-olah kau adalah makhluk paling kesepian di dunia ini!
Kau itu hanya diabaikan oleh seorang wanita, bukan diabaikan oleh seluruh
penduduk muka bumi.
 Aku tak paham mengapa kau bisa semarah itu kepadanya. Dia kan hanya tidak
menghubungimu seharian ini, bukannya mencampakkanmu seumur hidup.
 Sudahlah, kau ini kan hanya tidak diterima di Perguruan Tinggi Negeri favoritmu,
bukan ditolak oleh perempuan idamanmu itu. Lagipula, kau bisa mendaftar lagi
tahun depan, atau kau masuk saja PTS favorit di kota ini.
 Sudahlah, jangan kau hiraukan kata-kata mereka yang meragukanmu. Mereka hanya
belum tahu siapa kamu sebenarnya.
 Kau tak perlu iri kepadanya terus. Lagian, kau ini sebetulnya bisa ebih baik dari dia.
Asalkan, kau mau bekerja keras dan jadi dirimu sendiri.
 Kau tak perlu cemburu pada laki-laki yang tengah mendekati kekasihmu. Lagian,
laki-laki itu kan hanya baru bisa mendekati kekasihmu saja. Belum tentu dia
sepandai kamu dalam mengambil hati kekasihmu.
 Aku tak paham mengapa kau sebegitu irinya sama dia. Lagipula, dia kan bisanya
hanya bagus di penampilannya saja. Belum tentu otaknya bisa lebih cerdas dari
kamu.

4. Majas Penegasan

a. Majas Pleonasme

Ditinjau dari bahasanya, pleonasme berasal bahasa Yunani pleonasmus yang berarti kata


yang berlebihan. Dalam KBBI (2008: 1085) pleonasme adalah pemakaian kata-kata yang
lebih daripada yang diperlukan, misalnya dalam kalimat kita harus dan wajib saling
menghormati.

Majas pleonasme adalah majas yang berfungsi untuk menegaskan arti suatu kalimat dengan
menambahkan frasa yang berlebihan. Majas pleonasme menggunakan kata keterangan
tambahan yang sebenarnya keberadaannya tidak dibutuhkan. Namun keberadaan kata
tambahan tersebut membuat kalimat lebih tegas dan lebih jelas.

Contoh:

 Bapak naik ke atas genting rumah.


 Barisan tentara musuh mundur ke belakang mengaku kalah dalam peperangan.
 Semua penonton mendongak ke atas melihat atraksi terjun payung.
 Andi turun ke bawah melewati tangga.
 Ayah memajukan mobilnya ke depanagar tidak menutupi jalan.
 Supir bus menepikan busnya ke pinggir
 Tebu diolah untuk menghasilkan gula pasir manisutnuk masyarakat.
 Kami hanyalah keluarga miskin yang tak punya apa-apa.
 Pengguna facebook menggunakan gambar foto diri sebagai profile picture.
 Pemberian nilai hasil akhir semester sudah bisa diakses di website Universitas.

b. Majas Repetisi
Dalam KBBI (2008: 1167) repetisi adalah gaya bahasa yang menggunakan kata kunci yang
terdapat di awal kalimat untuk mencapai efek tertentu dalam penyampaian makna ulangan
(sandiwara dan sebagainya).Sedangkan majas repetisi adalah gaya bahasa yang menggunakan
pengulangan kata, frasa, atau klausa yang sama dalam suatu kalimat. Pengulangan kata dalam
gaya bahasa ini bertujuan untuk menegaskan hal atau maksud yang hendak disampaikan.

Contoh:

 Dia terus belajar, belajar,dan belajar demi lulus dengan nilai terbaik.


 Setiap  hari, setiap jam, setiap menit, setiap detik aku selalu memikirkan amarah ibu
kepadaku.
 Keindahan dunia membuatku terlena, keindahan dunia memalingkan tujuan
hidupku, keindahan dunia membuat aku menyakiti orang-orang di sekitarku.
 Dia selalu memprotes
pekerjaanku, kurang inilah, kurang itulah, kurang rapilah, kurang  telitilah, aku
tidak suka mendengarnya.
 Selama sakit dia selalu saja memanggil ibu, ibu, dan ibu dalam tidurnya.
 Warga desa membuat peraturan juga untuk kepentingan warga desa.
 Para peserta aksi selalu meneriakkan Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.
 Ayah, ayah, dan ayah saja yang terus muncul di dalam benakku. Aku selalu teringat
bagaimana aku berteriak kasar kepada beliau.
 Ibu guru menghukum Daniel karena dia terus bermain HP saat pelajaran
berlangsung, bermain HP saat diberi pertanyaan, dan bermain HP ketika ujian
berlangsung.
 Polisi terus menggalakkan razia kelengkapan surat kendaraan bermotor, razia senjata
tajam, dan razia obat-obatan terlarang di setiap sudut kota.
 Andai saja aku tahu perkataanku sangat menyakitkan, perkataanku sangat membekas
luka, aku tidak akan mengeluarkan perkataan

c. Majas Tautologi

Secara etimologis, tautologi berasal dari bahasa Latin tautologia, yang memiliki arti
pengulangan makna. Menurut KBBI (2008: 1412) diartikan sebagai pengulangan
gagasan, pernyataan atau kata yang berlebih yang tidak diperlukan. Jadi, majas tautologi
dapat didefinisikan sebagai gaya bahasa yang menggunakan pengulangan kata atau
menggunakan kata yang memiliki makna serupa untuk memberikan penegasan lebih.

Majas tautologi menyebabkan kalimat menjadi tidak efektif karena adanya pengulangan kata
yang maknanya serupa atau sama. Namun pada konteks tertentu pengulangan ini menjadikan
kalimat yang disampaikan menjadi lebih tegas. Misalnya saat menyampaikan pidato,
ceramah, karya sastra atau pengucapan sumpah. Adanya penggunaan. Pada majas pleonasme
pengulangan tidak diperlukan karena kata sebelumnya mengandung makna implisit
sedangkan majas tautologi cenderung menggunakan sinonim sebagai pengulangan dengan
tujuan menegaskan kalimat yang dibentuk.

Contoh:

 Desti hanya bisa diam dan membisu di depan kelas saat teman sekelas


menertawakannya.
 Dengan menggunakan krim ini kulit wajahmu akan terlihat lebih sehat, lebih cerah
dan lebih
 Aku bersumpah untuk senantiasa menemanimu dalam gembira dan sedih, dalam suka
dan duka, dalam tawa dan tangis.
 Ayo kita bersama-sama membuat sebuah negeri yang damai dan sejahtera, tanpa
ada  pertikaian, tanpa ada SARA, tanpa ada konflik antar kelompok, dan tanpa
ada yang saling bermusuhan.
 Oleh karena itu, ingatlah pada Tuhan maka kita dapat menjauhkan sifat
buruk, menjauhkan pikiran negatif, dan menjauhkan hal kotor dari dalam diri kita.

d. Majas Paralelisme

Paralelisme menurut tinjauan katanya berasal dari bahasa Inggris yaitu paralelizm yang


berarti sejajar. Dalam KBBI (2008: 1020) paralelisme diartikan hal sejajar; kesejajaran.

Majas paralelisme menurut arti katanya dapat diartikan sebagai majas yang mengungkapkan
tentang suatu hal yang saling menunjukkan titik kesejajaran. Majas paralelisme ini juga
sering dipakai dalam mengungkapkan kata-kata dalam puisi dengan menggunakan kata yang
sama pada setiap baris dalam satu bait.

Contoh:

 Para orang tua tak kalah saing dengan anak muda dalam perlombaan 17 Agustus di
Desa Pancurbatu.
 Rakyat menginginkan kesejahteraan, keadilan, dan keamananyang menjadi hak
mereka sebagai warga negara yang baik dan patuh terhadap aturan yang diterapkan.
 Produsen dan konsumen memiliki ketergantungan satu sama lain untuk saling
memenuhi kebutuhannya masing masing.
 Pegawai lama dan pegawai baru mendapatkan bonus yang sama tanpa melihat
senioritas pada perusahaan tersebut.
 Susu coklat ini enak diminum dalam keadaan dingin dan panas.
 Kaum wanita memiliki kedudukan yang sama dengan kaum pria dalam hal berfikir
kritis dan memberikan keputusan dalam suatu situasi.
 Kewajiban pemerintah dan kewajiban warga  negara yang utama adalah menjunjung
tinggi bangsa Indonesia dan melestarikan warisan kekayaan nenek moyang bangsa.
 Seseorang yang berhati baik akan mendapat jodoh orang yang baik hati
 Usia bukanlah acuan untuk kematian. Ajal bisa menjemput orang yang tua maupun
orang yang masih muda

e. Majas Retorik

Dalam KBBI (2008: 1171) retorik adalah bersifat retorika, artinya berkaitan dengan
keterampilan berbahasa secara efektif. Pengertian majas retorik adalah suatu gaya bahasa
yang berbentuk kalimat pertanyaan, namun pada dasarnya pertanyaan tersebut tidak perlu
untuk dijawab karena jawabanya sudah sangat jelas. Majas ini juga berfungsi sebagai kalimat
penegas dan juga penyindir.

Contoh:

 Mungkinkah korban kecelakaan itu bisa menolong dirinya sendiri jika kalian hanya
sibuk menonton dari pinggir jalan?
 Kenapa kalian takut jika disuruh jaga malam, apa kalian pikir mayat-mayat itu akan
hidup lagi?
 Tanpa perbekalan yang cukup, apa menurutmu kita bisa bertahan tanpa makanan dan
minuman?
 Pasar kliwon buka pada hari apa?
 Ibadah sholat Jumat dilakukan ketika hari apa?
 Sewaktu kemarin jatuh dari motor, apa sakit?
 Siapa bilang kalau sukses itu mudah?
 Kalau kamu tidak belajar, mau jadi apa kamu nanti?
 Bensin masih penuh, kenapa diisi lagi?Kalau memang kamu ingin membeli mobil
baru mulailah biasakan menabung. Apa menurutmu gajimu yang hanya cukup
untuk makan itu bisa membeli baru?
 Jangan tanyakan pada saya apa yang terjadi semalam, menurutmu saya tahu apa?
 Jika kamu merasa hidupmu masih kurang teruslah berusaha. Apa kamu pikir hidupmu
bisa berubah jika kamu hanya diam diri seperti ini?
 Apa kamu yakin bisa sampai dalam lima belas menit dengan berjalan kaki? kemarin
menggunakan motor saja butuh waktu tiga puluh menit.
 Kita sudah berusaha dengan keras, Apa lagi yang bisa kita lakukan selain menunggu
pertolongan tuhan?

f. Majas Klimaks

Menurut KBBI (2008: 707) klimaks adalah puncak dari suatu hal, kejadian, keadaan, dan
sebagainya yang berkembang secara berangsur-angsur; kejadian atau adegan yang paling
menarik atau penting. Dapat disimpulkan majas klimaks adalah sebuah bentuk gaya bahasa
yang menggunakan kata-kata yang berurutan mulai dari tingkat paling bawah atau sederhana
ke tingkat yang lebih tinggi, dan biasanya menggunakan kata hubung hingga, ke, dalam
kalimatnya.

Majas ini berfungsi untuk memberikan penegasan, penjelasan, penguatan pada suatu makna
dari sebuah pernyataan.

Contoh:

 Mulai dari balita, anak-anak, remaja, dewasa, dan orang tuatelah terdaftar dalam
pemilu 2019.
 Dari mulai SD, SMP, SMA sampai perguruan tinggi, Fadhil dan Ibnu bersekolah di
sekolah yang sama.
 Saking terpananya dengan artis Korea, dari awal hingga akhir ia mengikuti alur
cerita itu.
 Sejak menjadi pengangguran, dari pagi hingga malam, kerjanya hanya melamun.
 Semua dapat subsidi beras, mulai dari kalangan rakyat jelata, polisi, tentara, bahkan
pemerintah.
 Menurut kabar, sejak tahun 2000 sampai 2010 orang tua Doni tinggal di Amerika.
 Toko ini menjual baju dengan ukuran lengkap, mulai dari XXXL, XL, L, M bahkan
S  semua ada di sini.
 Hampir semua perusahaan menerapakan jam kerja dari senin hingga jumat, dari jam
8 pagi sampai jam 4 sore.

 
g. Majas Antiklimaks

Dalam KBBI (2008: 76) antiklimaks adalah kemerosotan atau kemunduran mendadak sampai
taraf yang tidak berarti dan amat mengecewakan, sangat berlawanan dengan kemajuan atau
kehebatan yang telah dicapai sebelumnya.

Jika majas klimaks menggunakan kata-kata yang urutannya dari yang terkecil atau paling
rendah ke yang terbesar atau paling tinggi, maka majas antiklimaks menggunakan kata-kata
dari yang urutannya terbesar atau paling tinggi menuju kata dengan urutan paling kecil atau
paling rendah, seperti tiga, dua, satu. Sama dengan majas klimaks, kata-kata tiga, dua, satu ini
bisa diganti menggunakan kata seperti hingga, sampai, dan lain sebagainya. Sama seperti
majas klimaks, majas antiklimaks juga termasuk jenis majas penegasan.

Contoh:

 Kompetisi sepak bola tahun ini pesertanya terdiri dari pemain level profesional
sampai pemain level amatir.
 Semua orang bersiap melakukan hitung mundur dari sepuluh sampai satu menjelang
malam pergantian tahun.
 Akibat terkena masalah hukum, harga saham perusahaan itu turun tajam dari harga
4000 per lembar ke harga 1100 per lembar.
 Dari mulai sepatu asli sampai sepatu tiruansemua ada di toko yang terletak di
seberang jalan itu.
 Mulai bulan ini kereta api tujuan Surabaya mulai melayani kelas eksekutif, bisnis, dan
ekonomi.
 Dari mulai Jendral, Letjen, Mayjen, hingga Brigjen semua hadir dalam upacara
perayaan kemarin.

Kenaikan harga BBM bulan lalu disesalkan oleh semua masyarakat dari mulai kalangan atas,
menegah, hingga bawah.

Anda mungkin juga menyukai