Disusun Oleh
NAMA : HASDINAR FIRDA
KELAS : SNT 06
NIM :c1k017032
NO : 36
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Pancasila tentang
“Sejarah Lahirnya Pancasila”. Makalah Pancasila ini telah kami susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini.
Untuk itu kami menyampaikan permohonan maaf kami menyadari sepenuhnya bahwa
masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah agama ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah agama tentang hak asasi manusia sehingga
dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Mataram, 17 Oktober 2017
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................................................ i
Daftar Isi ................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan .......................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Lahirnya Pancasila dan Konstitusi Republik Indonesia ... 3
B. Sejarah Lambang Pancasila ........................................................... 4
C. Arti Kiasan Lambang Pancasila .................................................... 6
D. Biografi Singkat Sultan Hamid II .................................................. 7
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Badan ini mengadakan sidangnya yang pertama dari tanggal 29 Mei (yang nantinya selesai
tanggal 1 Juni 1945).Rapat dibuka pada tanggal 28 Mei 1945 dan pembahasan dimulai keesokan
harinya 29 Mei 1945 dengan tema dasar negara. Rapat pertama ini diadakan di gedung Chuo
Sangi In di Jalan Pejambon 6 Jakarta yang kini dikenal dengan sebutan Gedung Pancasila. Pada
zaman Belanda, gedung tersebut merupakan gedung Volksraad (bahasa Indonesia: "Perwakilan
Rakyat").
Setelah beberapa hari tidak mendapat titik terang, pada tanggal 1 Juni 1945, Bung Karno
mendapat giliran untuk menyampaikan gagasannya tentang dasar negara Indonesia merdeka,
yang dinamakannya "Pancasila". Pidato yang tidak dipersiapkan secara tertulis terlebih dahulu
itu diterima secara aklamasi oleh segenap anggota Dokuritsu Junbi Cosakai.
Selanjutnya Dokuritsu Junbi Cosakai membentuk Panitia Kecil untuk merumuskan dan
menyusun Undang-Undang Dasardengan berpedoman pada pidato Bung Karno tersebut.
Dibentuklah Panitia Sembilan (terdiri dari Ir. Soekarno, Mohammad Hatta, Mr. AA
Maramis, Abikoesno Tjokrosoejoso,Abdul Kahar Muzakir, Agus Salim, Achmad
Soebardjo, Wahid Hasjim, dan Mohammad Yamin) yang ditugaskan untuk merumuskan kembali
Pancasila sebagai Dasar Negara berdasar pidato yang diucapkan Bung Karno pada tanggal 1 Juni
1945, dan menjadikan dokumen tersebut sebagai teks untuk memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia.
Seltelah melalui proses persidangan dan lobi-lobi akhirnya rumusan Pancasila hasil
penggalian Bung Karno tersebut berhasil dirumuskan untuk dicantumkan dalam Mukadimah
Undang-Undang Dasar 1945, yang disahkan dan dinyatakan sah sebagai dasar negara Indonesia
merdeka pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh BPUPKI. [1]
Dalam kata pengantar atas dibukukannya pidato tersebut, yang untuk pertama kali terbit pada
tahun 1947, mantan Ketua BPUPK Dr. Radjiman Wedyodiningrat menyebut pidato Ir. Soekarno
itu berisi “Lahirnya Pancasila”.
Bila kita pelajari dan selidiki sungguh-sungguh Lahirnya Pancasila ini, akan ternyata
bahwa ini adalah suatu Demokratisch Beginsel, suatu Beginsel yang menjadi dasar Negara kita,
yang menjadi Rechtsideologie Negara kita; suatu Beginsel yang telah meresap dan berurat-
berakar dalam jiwa Bung Karno, dan yang telah keluar dari jiwanya secara spontan, meskipun
sidang ada dibawah penilikan yang keras dari Pemerintah Balatentara Jepang. Memang jiwa
yang berhasrat merdeka, tak mungkin dikekang-kekang! Selama Fascisme Jepang berkuasa
dinegeri kita, Demokratisch Idee tersebut tak pernah dilepaskan oleh Bung Karno, selalu
dipegangnya teguh-teguh dan senantiasa dicarikannya jalan untuk mewujudkannya. Mudah-
mudahan ”Lahirnya Pancasila” ini dapat dijadikan pedoman oleh nusa dan bangsa kita
seluruhnya dalam usaha memperjuangkan dan menyempurnakan Kemerdekaan Negara.”
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
Dalam pembuatan Makalah ini tujuan utamanya yaitu untuk mengetahui segala sesuatu
yang ada dalam rumusan masalah sekaligus sabagai alat untuk melengkapi tugas dari dosen
mata pelajaran yang bersangkutan.
BAB II
PEMBAHASAN
Pancasila adalah dasar negara Indonesia. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila
bersumber pada kepribadian bangsa Indonesia. Karena Pancasila sebagai dasar negara
Indonesia maka semua sendi kehidupan bangsa harus sesuai dengan Pancasila. Sejak akhir
tahun 1944 dalam perang Asia Timur Raya (Perang Dunia ke II) Jepang mulai mengalami
kekalahan dari sekutu, untuk menarik simpati rakyat Indonesia Jepang menjanjikan
kemerdekaan Indonesia agar bangsa Indonesia tidak melawan dan mau membantu Jepang.
Masa persidangan pertama BPUPKI dimulai pada tanggal 29 Mei 1945 sampai dengan 1
Juni 1945 untuk membahas rumusan dasar negara untuk Indonesia merdeka. Pada persidangan
dikemukakan berbagai pendapat tentang dasar negara yang akan dipakai Indonesia merdeka.
Pendapat tersebut disampaikan oleh Mr. Mohammad Yamin, Mr. Supomo, dan Ir. Sukarno.
b. peri kemanusiaan;
c. peri ketuhanan;
d. peri kerakyatan;
e. kesejahteraan rakyat.
2) Mr. Supomo (31 Mei 1945)
a. persatuan;
b. kekeluargaan;
d. musyawarah;
e. keadilan sosial.
a. kebangsaan Indonesia;
d. kesejahteraan sosial;
Kelima asas tersebut diberinya nama Pancasila sesuai saran teman yang ahli bahasa.
Untuk selanjutnya, tanggal 1 Juni kita peringati sebagai hari Lahir Istilah Pancasila.
Garuda muncul dalam berbagai kisah, terutama di Jawa dan Bali. Dalam banyak kisah
Garuda melambangkan kebajikan, pengetahuan, kekuatan, keberanian, kesetiaan, dan disiplin.
Sebagai kendaraan Wishnu, Garuda juga memiliki sifat Wishnu sebagai pemelihara dan penjaga
tatanan alam semesta. Dalam tradisi Bali, Garuda dimuliakan sebagai "Tuan segala makhluk
yang dapat terbang" dan "Raja agung para burung". Di Bali ia biasanya digambarkan sebagai
makhluk yang memiliki kepala, paruh, sayap, dan cakar elang, tetapi memiliki tubuh dan lengan
manusia. Biasanya digambarkan dalam ukiran yang halus dan rumit dengan warna cerah
keemasan, digambarkan dalam posisi sebagai kendaraan Wishnu, atau dalam adegan
pertempuran melawan Naga. Posisi mulia Garuda dalam tradisi Indonesia sejak zaman kuna
telah menjadikan Garuda sebagai simbol nasional Indonesia, sebagai perwujudan ideologi
Pancasila. Garuda juga dipilih sebagai nama maskapai penerbangan nasional Indonesia Garuda
Indonesia. Selain Indonesia, Thailand juga menggunakan Garuda sebagai lambang negara.
Merujuk keterangan Bung Hatta dalam buku “Bung Hatta Menjawab” untuk
melaksanakan Keputusan Sidang Kabinet tersebut Menteri Priyono melaksanakan sayembara.
Terpilih dua rancangan lambang negara terbaik, yaitu karya Sultan Hamid II dan karya M Yamin.
Pada proses selanjutnya yang diterima pemerintah dan DPR adalah rancangan Sultan Hamid II.
Karya M. Yamin ditolak karena menyertakan sinar-sinar matahari yang menampakkan pengaruh
Jepang.
Setelah rancangan terpilih, dialog intensif antara perancang (Sultan Hamid II), Presiden
RIS Soekarno dan Perdana Menteri Mohammad Hatta, terus dilakukan untuk keperluan
penyempurnaan rancangan itu. Mereka bertiga sepakat mengganti pita yang dicengkeram
Garuda, yang semula adalah pita merah putih menjadi pita putih dengan menambahkan
semboyan "Bhineka Tunggal Ika".Tanggal 8 Februari 1950, rancangan lambang negara yang
dibuat Menteri Negara RIS, Sultan Hamid II diajukan kepada Presiden Soekarno. Rancangan
lambang negara tersebut mendapat masukan dari Partai Masyumi untuk dipertimbangkan
kembali, karena adanya keberatan terhadap gambar burung Garuda dengan tangan dan bahu
manusia yang memegang perisai dan dianggap terlalu bersifat mitologis. [2]
Sultan Hamid II kembali mengajukan rancangan gambar lambang negara yang telah
disempurnakan berdasarkan aspirasi yang berkembang, sehingga tercipta bentuk Rajawali-
Garuda Pancasila. Disingkat Garuda Pancasila. Presiden Soekarno kemudian menyerahkan
rancangan tersebut kepada Kabinet RIS melalui Moh Hatta sebagai perdana menteri. AG
Pringgodigdo dalam bukunya “Sekitar Pancasila” terbitan Dep Hankam, Pusat Sejarah ABRI
menyebutkan, rancangan lambang negara karya Sultan Hamid II akhirnya diresmikan
pemakaiannya dalam Sidang Kabinet RIS pada tanggal 11 Februari 1950.[3] Ketika itu gambar
bentuk kepala Rajawali Garuda Pancasila masih "gundul" dan tidak berjambul seperti bentuk
sekarang ini. Presiden Soekarno kemudian memperkenalkan untuk pertama kalinya lambang
negara itu kepada khalayak umum di Hotel Des Indes Jakarta pada 15 Februari 1950.
Soekarno terus memperbaiki bentuk Garuda Pancasila. Pada tanggal 20 Maret 1950
Soekarno memerintahkan pelukis istana, Dullah, melukis kembali rancangan tersebut; setelah
sebelumnya diperbaiki antara lain penambahan "jambul" pada kepala Garuda Pancasila, serta
mengubah posisi cakar kaki yang mencengkram pita dari semula di belakang pita menjadi di
depan pita, atas masukan Presiden Soekarno. Dipercaya bahwa alasan Soekarno menambahkan
jambul karena kepala Garuda gundul dianggap terlalu mirip dengan Bald Eagle, Lambang
Amerika Serikat.[2] Untuk terakhir kalinya, Sultan Hamid II menyelesaikan penyempurnaan
bentuk final gambar lambang negara, yaitu dengan menambah skala ukuran dan tata warna
gambar lambang negara. Rancangan Garuda Pancasila terakhir ini dibuatkan patung besar dari
bahan perunggu berlapis emas yang disimpan dalam Ruang Kemerdekaan Monumen Nasional
sebagai acuan, ditetapkan sebagai lambang negara Republik Indonesia, dan desainnya tidak
berubah hingga kini.
C. Arti Kiasan Lambang Pancasila
1. Garuda
· Garuda Pancasila sendiri adalah burung Garuda yang sudah dikenal melalui mitologi kuno
dalam sejarah bangsa Indonesia, yaitu kendaraan Wishnu yang menyerupai burung elang
rajawali. Garuda digunakan sebagai Lambang Negara untuk menggambarkan bahwa Indonesia
adalah bangsa yang besar dan negara yang kuat.
2. Perisai
Perisai adalah tameng yang telah lama dikenal dalam kebudayaan dan peradaban
Indonesia sebagai bagian senjata yang melambangkan perjuangan, pertahanan, dan
perlindungan diri untuk mencapai tujuan.
Sultan Hamid II, lahir dengan nama Syarif Abdul Hamid Alkadrie, putra
sulung Sultan Pontianak ke-6, Sultan Syarif Muhammad Alkadrie (lahir
di Pontianak, Kalimantan Barat, 12 Juli 1913 – meninggal di Jakarta, 30 Maret 1978 pada
umur 64 tahun) adalah Perancang Lambang Negara Indonesia, Garuda Pancasila. Dalam
tubuhnya mengalir darah Arab-Indonesia. Ia beristrikan seorang
perempuan Belanda kelahiran Surabaya, yang memberikannya dua anak yang sekarang
tinggal di Negeri Belanda.
Pada tanggal 17 Desember 1949, Sultan Hamid II diangkat oleh Soekarno ke Kabinet
RIS tetapi tanpa adanya portofolio. Kabinet ini dipimpin oleh Perdana Menteri Mohammad
Hatta dan termasuk 11 anggota berhaluan Republik dan lima anggota berhaluan Federal.
Pemerintahan federal ini berumur pendek karena perbedaan pendapat dan kepentingan yang
bertentangan antara golongan Unitaris dan Federalis serta berkembangnya dukungan rakyat
untuk adanya negara kesatuan.[1]
Dari transkrip rekaman dialog Sultan Hamid II dengan Masagung (tahun 1974) sewaktu
penyerahan berkas dokumen proses perancangan lambang negara, disebutkan “ide perisai
Pancasila” muncul saat Sultan Hamid II sedang merancang lambang negara. Dia teringat ucapan
Presiden Soekarno, bahwa hendaknya lambang negara mencerminkan pandangan hidup
bangsa, dasar negara Indonesia, di mana sila-sila dari dasar negara,
yaitu Pancasila divisualisasikan dalam lambang negara.
Sultan Hamid II wafat pada 30 Maret 1978 di Jakarta dan dimakamkan di Pemakaman
Keluarga Kesultanan Pontianak di Batulayang.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Proses lahirnya Pancasila sebagai lambang negara Indonesia tidak pernah lepas
dari perjuangan , pemikiran , pengorbanan dari para tokoh nasionalisme Indonesia
diantaranya Bung Karno , Bung Hatta , Muh. Yamin , serta Sultan Hamid II selaku
perancang dari lambang Pancasila. Dimulai dengan pembentukan BPUPKI dimana di
adakan sidang pertama yaitu pada 29 Mei – 1 Juni 1945 dimana melahirkan pemikiran
para nasionalis mengenai asas kewarganegaraan sehingga di pada tanggal 1 Juni lahirlah
pancasila sebagai dasar negara Indonesia, tidak sampai disutu sebuah asas
membutuhkan simbol atau lambang negara sehingga Sultan Hamid II merancang
Lambang negara kita yaitu garuda dan pertama kali di perkenalkan oleh Presiden Ir.
Soekarno di Hotel Des Indes Jakarta pada 15 Februari 1950.
B. Saran
Didalam proses pembuatan pancasila tentunya tidaklah mudah butuh perjuangan untuk
itulah sebagai penerus bangsa sekaligus pelajar hendaknya kita menghargai perjuangan
para tokoh yang berjasa dalam pembuatan pancasila dengan cara mengapresiasi
Pancasila kita saat ini serta menanamkan nilai moril yang terkandung didalam pancasila.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Lambang_negara_Indonesia
https://id.wikipedia.org/wiki/Sultan_Hamid_II