Disusun Oleh :
BAB I ...................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................. 4
BAB II .................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN .................................................................................................... 6
PENUTUP ............................................................................................................ 17
A. KESIMPULAN ......................................................................................... 17
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada tuhan yang maha esa, yang telah
memeberikan rahmat serta hidayah nya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah berjudu pancasila sebagai lintasan sejarah lanjutan ini
dengan tepat waktu.
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
bapak Hanifah Azwar, S.Ip,.S.H.I.,M.A. pada mata kuliah Pancasila. Selain itu,
Makalah ini bertujuan agar kami bisa menambah wawasan tentang bagaimana
pancasila pada masa orde lama, orde baru, dan sampai pada reformasi seperti saat
ini.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
ini. Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Lima dasar atau sila yang buliau ajukan itu dinamakan filosofische
grondslag yaitu nilai-nilai esensial yang terkandung dalam pancasila, yaitu:
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan serta keadilan, dalam
kenyataannya secara objektif telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sejak
zaman dahulu kala sebelum mendirikan negara. Proses terbentuknya negara
dan bangsa Indonesia melalui suatu proses sejarah yang cukup panjang yaitu
sejak zaman batu kemudian timbulnya kerajaan-kerajaan pada abad ke IV
dan ke V kemudian dasar-dasar kebangsaan Indonesia telah mulai nampak
pada abad ke VII ketika timbulnya kerajaan-kerajaan besar di Jawa Timur
dan lainnya. Dasar-dasar pembentukan Nasionalisme modern dirintis oleh
para pejuang kemerdekaan bangsa, antara lain rintisan yang dilakukan oleh
para tokoh pejuang kebangkitan nasional pada tahun 1908, kemudian
dicetuskan pada sumpah pemuda pada tahun 1928.
A. RUMUSAN MASALAH
B. TUJUAN MASALAH
PEMBAHASAN
Setelah jepang kalah oleh sekutu pada perang dunia 2, itu memberikan
hikmah bagi indonesia dimana setelah itu pasukan jepang ditarik pulang, dan
jendral pada saat itu tarauci memberikan tiga cap jari sebagai tanda bahwa dibentuk
nya panitia persiapan kemerdekaan indonesia (PPKI) dengan menunjuk Ir.
Soekarno sebagai ketua dan Moh. Hatta sebagai wakil. Pada tanggal 9 agustus 1945,
PPKI mulai bertugas, dimana tugas nya meliputi pemilihan presiden dan wakil
presiden, menyelenggarakan undang undang dasar negara republik indonesia.
Badan ini merupakan badan bentukan jepang namun pada saat jepang jatuh menjadi
badan nasional.
1.2.Sidang PPKI
Sidang PPKI pertama (18 Agustus 1945)
Pada sidang pertama ini PPKI menghasilkan suatu kesepakatan
tentang naskah pembukaan Undang Undang Dasar 1945, memilih presiden
dan wakil presiden pertama.
Sidang PPKI kedua (19 Agustus 1945)
Sidang PPKI yang kedua menentukan tentang daerah propinsi
dengan pembagian dareah propinsi Jawa, Sumatra, Borneo, Sulawesi,
Maluku, Sunda Kecil.
D. ERA REFORMASI
Di Era Reformasi ini, Pancasila seakan tidak memiliki kekuatan
mempengaruhi dan menuntun masyarakat. Pancasila tidak
lagi populer seperti pada masa lalu. Elit politik dan masyarakat terkesan masa
bodoh dalam melakukan implementasi nilai-nilai pancasila dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.Pancasila memang sedang kehilangan legitimasi, rujukan
dan elan vitalnya. Sebab utamannya karena rezim Orde Lama dan OrdeBaru
menempatkan Pancasila sebagai alat kekuasaan yang otoriter.
Terlepas dari kelemahan masa lalu, sebagai konsensus dasar dari berdirinya
bangsa ini, yang diperlukan dalam konteks era reformasi adalah pendekatan-
pendekatan yang lebih konseptual,komprehensif, konsisten, integratif, sederhana
dan relevan dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara.
Saat Orde Baru tumbang, muncul fobia terhadap Pancasila. Dasar Negara
itu untuk sementara waktu seolah dilupakan karena hampir selalu identik dengan
rezim Orde Baru.Dasar negara itu berubah menjadi ideologi tunggal dan satu-
satunya sumber nilai serta kebenaran. Negara menjadi maha tahu mana yang benar
dan mana yang salah. Nilai-nilai ituselalu ditanam ke benak masyarakat melalui
indoktrinas.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamasikan yang kemudian diikuti dengan
pengesahaan Undang-Undang Dasar 1945, maka roda pemerintahan yang seharusnya dapat
berjalan dengan baik dan tertib, ternyata menghadapisejumlah tantangan yang mengancam
kemerdekaan negara dan eksistensi Pancasila. Salah satu bentuk ancaman itu muncul dari
pihak Belanda yang ingin menjajah kembali Indonesia. Belanda ingin menguasai kembali
Indonesia dengan berbagai cara. Tindakan Belanda itu dilakukan dalam bentuk agresi
selama kurang lebih 4 tahun. Setelah pengakuan kedaulatan bangsa Indonesia oleh
Belanda pada 27 Desember 1949, maka Indonesia pada 17 Agustus 1950 kembali ke
negara kesatuan yang sebelumnya berbentuk Republik Indonesia Serikat (RIS).
Perubahan bentuk negara dari Negara Serikat ke Negara Kesatuan tidak diikuti dengan
penggunaan Undang-Undang Dasar 1945, tetapi dibuatlah konstitusi baru yang dinamakan
Undang-Undang Dasar Sementara 1950 (UUDS 1950). Permasalahannya ialah ketika
Indonesia kembali Negara Kesatuan, ternyata tidak menggunakan Undang-Undang Dasar
1945 sehingga menimbulkan persoalan kehidupan bernegara dikemudian hari.
Sesudah dikeluarkannya Dekrit 5 Juli 1959 oleh Presiden Soekarno, terjadi beberapa
penyelewengan terhadap UUD 1945. Antara lain, Soekarno diangkat sebagai presiden seumur
hidup melalui TAP No. III/MPRS/1960. Selain itu, kekuasaan Presiden Soekarno berada di
puncak piramida, artinya berada padaposisi tertinggi yang membawahi ketua MPRS, ketua
DPR, dan ketua DPA yang pada waktu itu diangkat Soekarno sebagai menteri dalam
kabinetnya sehingga mengakibatkan sejumlah intrik politik dan perebutan pengaruh
berbagai pihak dengan berbagai cara, baik dengan mendekati maupun menjauhi presiden.
Pertentangan antarpihak begitu keras, seperti yang terjadi antara tokoh PKI dengan perwira
Angkatan Darat (AD) sehingga terjadilahpenculikan dan pembunuhan sejumlah perwira
AD yang dikenal dengan peristiwa Gerakan 30 September (G30S PKI). Peristiwa G30S
PKI menimbulkan peralihan kekuasaan dari Soekarno ke Soeharto. Peralihan kekuasan itu
diawali dengan terbitnya Surat Perintah dari Presiden Soekarno kepada Letnan Jenderal
Soeharto, yang di kemudian hari terkenal dengan nama Supersemar (Surat Perintah Sebelas
Maret). Surat itu intinya berisi perintah presiden kepada Soeharto agar “mengambil langkah-
langkah pengamanan untuk menyelamatkan keadaan”. Supersemar ini dibuatdi Istana Bogor
dan dijemput oleh Basuki Rahmat, Amir Mahmud, dan M. Yusuf.