Tujuan dari takhrij Hadits sendiri secara garis besar adalah untuk menunjukkan
sumber-sumber Hadits dan menerangkan diterima atau ditolaknya Hadits tersebut.
Namun masih banyak tujuan lain dari takhrij yang bisa diperinci sebagai berikut:
Sedangkan manfaat dari takhrij secara garis besar adalah terkumpulnya berbagai
macam sanad suatu Hadits dan mengumpulkan berbagai macam redaksi matan
Hadits. Namun apabila di perinci, manfaat Hadits adalah sebagai berikut:
1
M. Hafil Birbik, Takhrij Hadits (Metode Penelitian Sumber-sumber Hadits untuk Meminimalisir Pengutipan
Hadits Secara Sepihak), Jurnal Ar Risalah, 2020, Hal. 4
Itulah manfaat serta tujuan dari takhrij Hadits yang pada umumnya bisa
memberikan manfaat serta mashlahat yang besar bagi kalangan umum dan khususnya
bagi para peneliti Hadits-Hadits nabawiyyah.
Metode ini tergantung kepada kata-kata yang terdapat dalam matan hadits,
baik itu berupa isim (kata benda) atau fi’il (kata kerja), sedangkan huruf tidak
digunakan dalam metode ini. Hadits-hadits yang dicantumkan hanyalah bagian
hadits saja, adapun ulama-ulama yang meriwayatkannya dan nama-nama kitab
induknya dicantumkan di bawah potongan hadits-haditsnya. Para penyusun kitab
kitab-kitab takhrij menitikberatkan peletakan hadits-haditsnya menurut lafal-lafal
yang asing, semakin asing (gharib) suatu kata maka pencarian akan semakin
mudah. Diantara kitab yang terkenal dalam metode takhrij melalui kata-kata yang
terdapat dalam matan hadits adalah Al-Mu’jam Al-Mufahras Li Alfadz Al-Hadits
An-Nabawi karya A.J. Wensinck.
Metode takhrij yang kedua ini berlandaskan pada perawi pertama suatu hadits.
Para penyusun kitab-kitab takhrij dengan metode ini mencantumkan hadits-hadits
oleh setiap perawi pertama (shahabat atau tabi’i). Sebagai langkah pertama ialah
mengenal terlebih dahulu perawi pertama setiap hadits yang akan kita takhrij
melalui kitabkitabnya.
1) Metode ini tidak dapat digunakan dengan baik tanpa mengetahui lebih
dahulu perawi pertama hadist yang kita maksud.
1) Kitab Al-Athraf
2) Kitab Musnad
6
Tajudin Nur dan Debibik Nabilatul Fauziah, Hal. 6
a) Musnad tersusun menurut perawi teratas, baik shahabat atau tabi’in bila
hadits tersebut mursal.
c) Dapat menjadi jalan untuk sampai kepada hadits yang dituju. Takhrij
melalui musnad dapat dilakukan dengan mudah, meskipun dibutuhkan
kehati-hatian dan kesabaran dalam mencari hadits dari shahabat yang
banyak riwayatnya.
7
Tajudin Nur dan Debibik Nabilatul Fauziah, Hal. 6
8
Abu Muhammad ‘Abd al-Mahdi ibn ‘Abd al-Qadir ibn ‘Abd al-Hadi, 1986, Hal. 138-139
c. Metode Ketiga: Takhrij Menurut Tema Hadits
Takhrij dengan metode ini bersandar pada pengenalan tema hadits, setelah
kita menentukan hadits yang akan kita takhrij maka langkah selanjutnya ialah
menyimpulkan tema hadits tersebut kemudian kita mencarinya melalui tema ini
pada kitab-kitab metode ini. Kitab yang terkenal yang menggunakan metode ini
adalah kitab Miftah Kunuz As-Sunnah karya DR. AJ. WENSINCK, seorang
orientalis dan guru besar bahasa Arab di Universitas Leiden.9
9
Tajudin Nur dan Debibik Nabilatul Fauziah, Hal. 7
10
Said Agil Husaen Al-Munawwar dan Ahmad Rifqi Muchtar, Metode Takhrij Hadist, Semarang: Dina Utama,
1994, Hal. 122-123
1) Kitab –kitab takhrij hadits secara umum, seperti: - Kanzul ‘Ummal Fi Sunan
al-Aqwal wa al-Af’al, Muntakhab Kanz al-‘Ummal, karangan al-Muttaqi al-
Hindi.
Penggunaan metode ini tergantung dari lafal pertama matan hadits. Metode
ini juga mengkodifikasikan hadits-hadits yang lafal pertamanya sesuai dengan
urutan huruf-huruf hijaiyyah, seperti hadits-hadits yang huruf pertamanya alif,
11
Tajudin Nur dan Debibik Nabilatul Fauziah, Hal. 9
ba’, ta’, dan seterusnya. Suatu keharusan bagi yang akan menggunakan metode
ini untuk mengetahui dengan pasti lafal-lafal pertama dari hadits-hadits yang akan
dicarinya. Setelah itu ia melihat huruf pertamanya melalui kitab-kitab takhrij
yang disusun dengan metode ini, demikian pula dengan huruf kedua dan
seterusnya. Diantara kitab yang menggunakan metode ini adalah kitab Al-Jami’
Ash-Shaghir Min Hadits Al-Basyir AnNadzir karya Imam As-Suyuthi.
12
Tajudin Nur dan Debibik Nabilatul Fauziah, Hal. 10
memudahkan proses takhrij, karena sebagian besar hadits-hadits yang dimuat
dalam suatu karya tulis berdasarkan sifat-sifat hadits sangat sedikit, sehingga
tidak memerlukan pemikiran yang lebih rumit.13
13
Tajudin Nur dan Debibik Nabilatul Fauziah, Hal. 11
14
Muhammad az-Zahrani, Ensiklopedia Kitab-kitab Rujukan Hadits, Jakarta: Darul Haq, 2011, cet. Pertama,
hlm. 237.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Takhrij Hadits dalam hal ini dapat di definisikan sebagai sebuah usaha untuk
meneliti dan mencari sanad serta matan suatu Hadits secara lengkap dan sistematik pada
sumber-sumbernya yang terdapat didalam kitab-kitab asal. Dengan Takhrij Hadits, kita
dapat mengetahui matan serta sanad suatu hadits secara lengkap dan terperinci. Dan
kualitas dari masing-masing Hadits dapat kita ketahui dengan adanya metode ini.
Metode ini muncul sebab banyak terjadinya kasus pengkutipan Hadits tanpa
menyebutkan sumber-sumbernya secara lengkap yang dalam hal ini dapat kita temukan
didalam sebagian kitab-kitab fiqh, sejarah, dan tafsir, yang mengkutip Hadits tanpa
adanya sumber Hadits yang jelas. Namun, ada beberapa instrumen penting yang perlu
dipersiapkan sebelum melakukan pentakhrijan diantaranya, mempersiapkan kamus
Hadits : Mu’jam alMufahros Li alfadz al-AHadits, Miftah Kunuz as-Sunnah; Kitab-kitab
Hadits (Kutub as-Sittah), Kitab sejarah para perawi (Kutub at-Tabaqat), Kitab ilmu
dirayah/musthalah Hadits.
B. Saran
Penyusun menyadari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari kata “sempurna”.
Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun akan memperbaiki makalah
ini, dengan senang hati dan terbuka saya menerima kritik dan saran dari pembaca. Akhir
kata penyusun makalah mengharapkan agar makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi
bahan refrensi khususnya di dalam menyikapi hukum-hukum aktivitas keseharian kita
terutama dalam konteks ibadah.
DAFTAR PUSTAKA