Anda di halaman 1dari 10

ULANGAN AKHIR SEMESTER

Nama / Kelas : Siti Hana Fauziah / PGMI 2-A


NPM : 19.07.0743
Mata Kuliah : Al Hadist
Dosen pengampu : Anis Husni Firdaus. S.Th.I., M.Pd.I.
Daftar pustaka : Izzan, Ahmad. 2012. Studi Takhrij Hadis. Bandung.
Tafakur.
Catatan:

Metode takhrij

1. Takhrij Melalui Lafal Pertama Matan Hadis,


Penggunaan metode ini tergantung dari lafal pertama matan
hadis. Berarti metode ini juga mengkodifikasikan hadis-hadis yang
lafalpertamanya sesuai dengan urutan huruf Hijaiyah, seperti hadis-hadis
yang huruf pertamanya alif, ba`ta` dan seterusnya. Suatu keharusanbagi yang
akan menggunakan metode ini untuk mengetahui denganpasti lafal-lafal
pertama dari hadis-hadis yang akan dicarinya. Setelah ituia melihat huruf
pertamanya melalui kitab-kitab takhrij yang disusundengan metode ini,
demikian pula dengan huruf kedua dan seterusnya.
Kekurangan dan kelebihannyayaitu :Dengan menggunakan metode ini
kemungkinan besar kita dengan cepat menemukan hadis-hadis yang dimaksud.
Hanya saja bila terdapat kelainan lafal pertama tersebut sedikitpun akan
berakibat sulit menemukan hadis.Yang termasuk dalam metode ini yaitu
diantaranya :
- Kitab Faydh Al-Qadir Bi Syarh Al-Jami` Al-Shaghir
- Al-Jami` Al-Shagir Min Hadis Al-Basyir Al-Nadzir
- Kitab Al-Fathu Al-Kabir Fi Dhammi Al-Ziya`dahIla Al-Jami’ Al-Shaghir
 Kitab-kitab yang telah nyata keshahihannya:
1. Shahih al-Bukhari
2. Shahih Muslim
3. Shahih Ibn Hibban
4. Mustadrak al-Hakim
5. Mukhtarah Ahiya` al-Maqdisy
6. Muwaththa`Malik
7. Shahih Ibn Huzaimah
8. Shahih Abi `Uwanah
9. Shahih Ibn as-Sakan
10. Muntaqa Ibn Jarud
11. Al-Mustakhraja`t.
 Kitab-kitab yang mencakup hadis-hadis shahih, hasan, dan dha`if:
1. Sunan Abu Daud
2. Sunan Turmudzi
3. Sunan Nasa`i
4. Sunan Ibn Majah
5. Musnad Abu Daud al-Thayalisy,dan lain-lain.
2. Takhrij Melalui Kata-Kata Dalam Matan Hadis
Metode ini didasarkan pada kata-kata yang terdapat dalam matanhadis,
baik berupa isim (nama benda) atau fi`il (kata kerja). Hadis-hadis yang
dicantumkan hanyalah bagian hadis dan yang meriwayatkannyadan nama kitab
induknya dicantumkan di bawah potongan hadis.
kelebihan dan kekurangan nya diantaranya :
 Kelebihan
- Metode ini mempercepat pencarian hadis-hadis
- metode ini membatasi hadis dalam beberapa kitab-kitab induk dengan
menyebutkan nama kitab, juz, dan halaman
- memungkinkan pencarian hadis melalui kata-kata apa saja yang terdapat
dalam metode ini
 Kekurangan
- keharusan bagi peneliti untuk memiliki kemampuan bahasa Arab beserta
perangkat ilmu-ilmunya yang memadai
- Metode ini tidak menyebutkan perawi dari kalangan sahabat
- Terkadang suatu hadis tidak didapatkan dengan satu kata sehingga orang
yang mencarinya harus menggunakan kata-kata yang lain.
 Kitab yang menggunakan metode ini diantaranya :Al-Mu`jam Al-Mufahras Li
Al-Faadz Al-Hadis An-Nabawy.
Di antara kitab-kitab takhrij hadis melalui kata-kata dalam
matannya selain al-Mu`jam al-Mufahras:
1. Kitab Fihris Shahih Muslim yang disusun oleh Muhammad Fuad Abdu al-
Baqy.
2. Kitab Fihris Sunan Abu Daud, disusun oleh Ibn Bayumi
3.Takhrij melalui perawi pertama

Metode takhrij yang ketiga ini berdasarkan pada perawi pertamasuatu hadis,
baik perawi tersebut dari kalangan sahabat bila sanadhadisnya bersambung kepada
Nabi (mutashil), atau dari kalangan tabi`inbila hadis itu mursal.Para penyusun kitab-
kitab takhrij dengan metodeini mencantumkan hadis-hadis yang diriwayatkan oleh
setiap mereka(perawi pertama), sahabat atau tabi`in. Sebagai langkah pertama
ialahmengenal terlebih dahulu perawi pertama setiap hadis yang akan kitatakhrij
melalui kitab-kitabnya. Langkah selanjutnya mencari namaperawi pertama tersebut
dalam kitab-kitab itu, dan kemudian mencari hadis yang kita inginkan diantara hadis-
hadis yang tertera dibawahnama perawi pertamanya itu. Bila kita telah
menemukannya, maka kitaakan mengetahui pula ulama hadis yang meriwayatkannya.
 Kelebihan
- Metode ini memperpendek masa proses takhrij dengan diperkenalkannya
ulama hadis yang meriwayatkannya besertakitab-kitabnya
- memberikan kesempatan melakukan takhrij persanad
 Kekurangannya yaitu Metode ini tidak dapat digunakan secara efektif tanpa
mengetahui terlebih dahulu perawi hadis yang kita maksud.
 Kitab yang menggunakan metode ini yaitu :
- Kitab-kitab al-Athraf
- Kitab-kitab Musnad
4.Takhrij menurut tema hadits
Takhrij dengan metode ini bersandar pada pengenalan tema hadis.Setelah
ditemukan hadis yang akan di takhrij, maka langkah selanjutnyaialah menyimpulkan
tema hadis tersebut. Kemudian mencarinya melaluitema ini pada kitab-kitab metode
ini.
Takhrij yang keempat ini mendasari metodenya pada pengenalantema hadis.
Oleh karena itu, ketidaktahuan akan tema hadis akanmenyulitkan proses takhrij.
 Kitab tersebut diantaranya :
- Kitab Kanzu al-‘Ummaal oleh al-Hindy.
Pertama yang harus kita perhatikan ialah hadis itu sendiri
untukmengetahui di kitab apa letaknya, apakah termasuk kitab imam,
shalat,zakat atau lainnya? Kemudian membuka bab-bab dalam kitab ini
pada
daftar indeks, agar dapat diketahui bab hadis tersebut. Lalu menelusuri
seluruh hadis-hadisnya untuk mendapatkan hadis yang kita maksud.
Setelah ditemukan hadis yang dimaksud lalu menjelaskan kode-kode
dan menisbatkannya kepada Imam yang mengeluarkan hadis tersebut
seperti yang diberitakan oleh penyusun.
Kelebihan dan Kekurangan
Di antara kelebihan kitab ini adalah :
1. Kemudahan yang didapat karena pengaturan hadis-hadisnyaberdasar
aturan bab-bab fiqih.
2. Kitab ini bagaikan gudang bagi yang memiliki selera tematikal.Hadis-
hadis bertema dapat dicari dengan mudah dan tersusundengan teratur
berikut keterangan mengenai ulama-ulama yangmengeluarkannya serta pada
umumnya diberi penjelasan shahihdan tidaknya hadis-hadis tersebut.
Adapun diantara kekurangan-kekurangannya antara lain:
Kitab ini mengelompokkan hadis-hadis yang saling terpisah.
Hadis-hadis yang dikutip dari Minhaj al-Ummal dipisahkan dari
hadis-hadisal-Ikmal.
- Kitab Muntakhab Kanz al’Ummaal olehal-Hindy.
- Kitab Miftah Kunuz al-Sunnah olehWensinck.ِ
Metode Takhrij
Kitab ini tidak menuntut hadis yang mesti dihafal sekalipunhanya kata-
kata pertamanya.Melainkan menunjukkan tempat temahadis.
Kelebihan dan Kekurangan
Kitab ini memiliki kelebihan, antara lain:
1. Sangat membantu peneliti tematik karena dapat menunjukkan
tema suatu hadis dari empat belas kitab literaturnya, yang
menghimpun antara sunah, sejarah hidup dan biografi beberapa
orang.
2. Kitab ini juga memberikan porsi penjelasan posisi beradanya namanama
beberapa orang, tempat-tempat dan kejadian-kejadian. Jadi
tidak terbatas pada tema-tema saja, melainkan lebih luas dari itu.
3. Kitab ini juga memiliki kandungan keilmiahan seperti kitab-kitab
yang menjadi leteraturnya sebanyak 14 kitab.
4. Untuk memfungsikan kitab ini tidak mesti harus mengetahui
perawi hadis atau beberapa kata dalam hadisnya atau kata
pertamanya, tetapi cukup dengan mengetahui tema pokok suatu
hadis.
5. Kitab ini pula menginformasikan peneliti nomor bab, nomor hadis,
juz dan halaman.
Di antara kekurangannya:
1. Tata letak yang kurang jelas.
2. Terdapat beberapa kesalahan bahasa.
3. Pada beberapa tempat, pembatasan yang dibuat berdasarkan hal-hal
yang berubah menurut cetakan.
- Kitab al-Mughny ‘An Hamli al-Asfar olehal-‘Iraqy
- Kitab Nashbu al-Rayah oleh al-Zayla’iy,dan lain-lain.
Metode Takhrij
Hadis-hadis dalam kitab Nushubu al-Rayah disusun menurutaturan bab-bab
fiqih. Jadi bagi yang akan mencari sebuah hadisharus memahami dahulu
isinya dan memilih bab fiqih yang disebutdibawahnya hadis ini, kemudian
kembali pada bab tersebut dalamNushub al-Rayah. Insya Allah akan
ditemui hadis yang dimaksudnya.
Kelebihan dan Kekurangan
Kitab ini memiliki beberapa kelebihan, antara lain
1. Memiliki tingkat ilmiah yang tinggi.
2. Susunannya yang berdasarkan aturan bab fiqih hingga memudahkan
pemakai sampai pada tujuan.
3. Untuk mendapati sejumlah hadis dalam suatu tema tertentu dapat
diketahui sudah terhimpun dengan sendirinya berikut takhrij dan
penelitiannya.
Adapun kekurangan kitab ini sama halnya dengan kitab-kitablainnya
yang tersusun berdasar tema, yaitu seorang peneliti hadismengetahui
terlebih dahulu fiqh al-hadis, dan bab tempat beradanyahadis tersebut.
 Kekurangan
a. Terkadang kandungan hadis sulit disimpulkan oleh seorang peneliti hingga
tidak dapat menentukan temanya.
b. Terkadang pula pemahaman peneliti tidak sesuai dengan pemahaman penyusun
kitab
 Kelebihan
Kitab-kitab takhrij dengan metode tema ini dapat lebih mempersingkat cara.
 Karya – karya dalam metode tema hadis :
1. karangan al-Muttaqy al-Hindy
2. karangan al-Hindy
3. karangan Wensinsck
4. karangan al-Iraqy
5. karangan al-Zayla`iy
6. karangan Ibnu Hajar,dsb.
5. Takhrij Berdasarkan Status Hadis
metode kelima ini mengetengahkan suatu hal
yang baru berkenaan dengan upaya para ulama yang telah menyusun
kumpulan hadis-hadis berdasarkan status hadis. Kitab-kitab sejenis
ini sangat membantu sekali dalam proses pencarian hadis berdasarkan
statusnya, seperti hadis-hadis qudsi. Hadis-hadis yang sudah masyhur,
hadis-hadismursal dll. Dengan membuka kitab-kitab seperti ini berarti
kita telah melakukan takhrij.
Kelebihan
Kelebihan-kelebihan yang dimiliki metode ini yaitu diantaranya
dapat memudahkan proses takhrij. Hal ini dimungkinkan, karena
sebagian besar hadis-hadis yang dimuat dalam suatu karya tulis
berdasarkan sifat-sifat hadis sangat sedikit, sehingga tidak memerlukan
pemikiran yang lebih rumit.
Kekurangan
Hanya metode ini cakupannya sangat terbatas karena sedikitnya
hadis-hadis yang dimuat tersebut. Hal ini akan tampak lebih jelas lagi
ketika berbicara mengenai masing-masing kitabnya.
Karya-karya
Kitab-kitab yang disusun menurut metode ini diantaranya :
1. Sekitar Hadis-Hadis Mutawatir, seperti :
- karangan Suyuthi.
2. Sekitar Hadis-Hadis Qudsi, seperti :
- karangan al-Madani.
3. Sekitar Hadis-Hadis Yang Terkenal:
- karangan Sakhawi
- karangan al-‘Ijluni
4. Sekitar Hadis-Hadis Mursal, seperti :
- karangan Abu Daud.
5. Sekitar Hadis-Hadis Maudhu’, seperti :
- karangan Ibnu ‘Iraq
- karangan al-Qaari.
6.Takhrij Dengan Penelitian Sanad dan MatanLangkah-Langkah Kegiatan
Penelitian Sanad Hadis
1. Melakukan Al-I’tibar
Setelah dilakukan kegiatan takhrij sebagai langkah awal penelitian untuk hadis
yang diteliti, maka seluruh sanad hadis dicatat dandihimpun untuk kemudian
dilakukan kegiatan al-i’tibar.
al-i’tibaradalah “peninjauan terhadap berbagai hal denganmaksud untuk dapat
diketahui sesuatunya yang sejenis“.Menurut istilah ilmu hadis, al-i’tibar berarti
menyertakan sanadsanadyang lain untuk suatu hadis tertentu, yang hadis itu pada
bagiansanad-nya tampak hanya terdapat seorang periwayat saja, dan
denganmenyertakan sanad-sanad yang lain tersebut akan dapat diketahui apakahada
periwayat yang lain ataukah tidak ada untuk bagian sanad darisanad hadis yang
dimaksud.Dengan dilakukannya al-i’tibar, maka akan terlihat dengan jelas
seluruh jalur sanad hadis yang diteliti, demikian juga nama-namaperiwayatnya, dan
metode periwayatan yang digunakan oleh masingmasingperiwayat yang bersangkutan.
Untuk memperjelas dan mempermudah proses kegiatan al-i’tibar,diperlakukan
pembuatan skema untuk seluruh sanad bagi hadis yangakan diteliti.

2. Meneliti Pribadi Periwayat dan Metoda periwayatannya


a. Kaedah kesahihan sanad sebagai acuan
Untuk meneliti hadis, diperlukan acuan.Acuan yang digunakanadalah kaedah
kesahihan hadis bila ternyata hadis yang diteliti bukanlahhadis mutawatir.
Unsure- unsurekaedah kesahihan hadis adalah sebagai berikut:
1. Sanad hadis yang bersangkutan harus bersambung mulai darimukharrijnya sampai
kepada Nabi SAW;
2. Seluruh periwayat dalam hadis itu harus bersifat adil dan dabit;
3. Hadis itu tadi, jadi sanad, dan matannya harus terhindar darikejanggalan (syudzduz)
dan cacat (‘illat).
b. Segi-Segi Pribadi Periwayat Yang Diteliti
Ulama hadis sependapat bahwa ada dua hal yang harus ditelitipada diri pribadi
periwayat hadis untuk dapat diketahui apakah riwayathadis yang dikemukakannya
dapat diterima sebagai hujjah ataukahharus ditolak.Kedua hal itu adalah keadilan dan
ke-dhabit-annya.Keadilan berhubungan dengan kualitas pribadi, sedang ke-
dhabitannyaberhubungan dengan kapasitas intelektual.
c.Sekitar Al-Jarh Wat-Ta’dil
Menurut bahasa, kata al-jarhmerupakan mashdar dari kata jarahayajrihu,yang
berarti “melukai”.Menurut istilah ilmu hadis, kata al-Jarhberarti tampak jelasnyasifat
pribadi periwayat yang tidak adil, atau yang buruk di bidanghafalannya dan
kecermatannya, yang keadaan itu menyebabkangugurnya atau lemahnya riwayat yang
disampaikan oleh periwayattersebut.
Kata at-ta’dil, asal katanya adalah mashdar dari kata kerja‘addala, artinya:
mengemukakan sifat-sifat adil yang dimiliki olehseseorang. Menurut istilah ilmu
hadis, kata at-ta’dilmempunyai arti:Mengungkap sifat-sifat bersih yang ada pada diri
periwayat. Sehinggadengan demikian tampak jelas keadilan pribadi periwayat itu dan
karenanya riwayat yang disampaikannya dapat diterima.
Kritik yang berisi celaan dan pujian terhadap para periwayat hadistersebut
dikenal dalam ilmu hadis dengan istilah al-jarh wa at-ta’dil.

d.Persambungan Sanad yang Diteliti


Lambang-lambang atau lafal-lafal yang digunakan dalamperiwayatan hadis,
dalam hal ini untuk kegiatan tahammul-hadis,bentuknya bermacam-macam, misalnya
sami’tu, sami’na, haddasani,haddasana, ‘an, dan anna.Sebagian dari lambang-
lambang itu ada yangdisepakati pengunaannya dan ada yang tidak disepakati.
Untuk memperdalam pemahaman tentangmetode periwayatan itu, perlu dipelajari
berbagai kitab ilmu hadis yangmembahas tahammul wa ada’ul-hadis.
a. Hubungan periwayat dengan metode periwayatnya
Secara mudah, keadaan periwayat dapat di bagi kepada yang tsiqahdan yang
tidak tsiqah.Dalam menyampaikan riwayat, periwayat yangtsiqah memiliki tingkat
akurasi yang tinggi dan karena dapat dipercayariwayatnya.Bagi periwayat yang tidak
tsiqah, perlu terlebih dahuluditeliti letak ketidak-tsiqat-annya, yakni apakah berkaitan
dengan kualitaspribadinya atau dengan intelektualnya.Dalam hubungannya dengan
persambungan sanad, kualitasperiwayat sangat menentukan.Periwayat yang tidak
tsiqah yangmenyatakan telah menerima riwayat dengan metode sami’na, Sebaliknya,
apabila yang menyatakan sami’na adalah orangtsiqah, maka informasinya dapat
dipercaya.Selain itu, ada periwayatyang dinilai tsiqah oleh ulama ahli kritik hadis,
namun dengan syarat bilamenggunakan lambang periwayatan haddasani atau sami’tu.
Sanadnyabersambung, tetapi bila menggunakan selain kedua lambang tersebut,
sanadnya terdapat tadlis (penyembunyian cacat).
b. Meneliti Syuzduzd dan ‘illat
kegiatan penelitiansanad masih belum dinyatakan selesai bila penelitian
tentangkemungkinan adanya syudzudz dan ‘illat belum dilaksanakan dengan
cermat. Penelitian terhadap kedua hal tersebut memang termasuklebih sulit bila
dibandingkan dengan penelitian terhadap keadaan paraperiwayat dan
persambungan sanad hadis secara umum.

Anda mungkin juga menyukai