Anda di halaman 1dari 3

PENGENALAN PRAKTEK TAKHRIJUL HADUTS

A. Metode Men-takhrij Hadits


Menelesuri Hadits tidak semudah menelusuri ayat Al-Qur’an, karena
menelusururi ayat al-Qur’an cukup dengan sebuah kamus al-Qur’an, misalnya
kitab al-Mu’jam al-Muhfahras li Alfaz al-Qur’an al- Qarim yang disusun
Muhammad fu’ad ‘abd al-Baqidengan kiyab al-Qur’an sebagai rujukan. Berbeda
dengan menelusuri hadits, karena terhimpun dalam berbagai kitab sehingga lebih
sulit untuk untuk menelusurinya dan tidak cukup hanya mempergunakan sebuah
kamus dan sebuah kitab sebagai rujukan. Ada beberapa cara atau jalan yang dapat
diempuh untuk mentakhrij hadits, yaitu : (1) melalui pengenalan nama sahabat
perawi haditts (2) melalui pengenalan awal lafaz atau matan suatu hadits; (3)
melalui pengenalan topic yang terkandung dalam matan hadits; (4) melalui
pengamatan tertentu yang terdapat dalam suatu hadits (5) melalui pengenalan
kata-kata yang merupakan bagian dari matan hadits.

B. Bimbingan Praktek Takhrijul dan Penelitian Hadits


Pelaksanaan kegiatan takhrij dan penelitian hadits dapat dilakukan melalui
bebrapa langkah :. Pertama, memilih atau menetapkan hadits yang akan diteliti,
misalnya hadits tentang “ larangan berbuat zalim”. Teks hadits yang diingat hanya
bagian lafaz matan yang berbunyi “la yazlimu-hu”.Dengan modal lafaz tersebut,
maka lafaz itu ditelusuri melalui halaman kamus (al-Mu’jam al-Mufahras li
Alfazh al-Hadits) yang memuat lafaz zhalama. Setelah diperoleh, kemudian dicari
lafal yazhlimu. 2 Kedua, melalui kegiatan al-I’tibar. Sebagaima telah
dikemukakan bahwa hadits yang diteliti ini, ternyata ada juga yang diriwayatkan
secara makna. Oleh karena itu, hadits tersebut tampak mempunyai beberapa
sanad. Pada sanad-sanad tersebut terdapat satu jalan yang berkedudukan sebagai
periwayat pertama (tingkat sahabat), yakni ‘Abd Allah bin ‘Umar, dan empat
perwayat terakhir (mukharrij), yaitu al-Bukhari, Muslim, Abu Daud, dan Ahmad
bin Hambal. Ketiga, kegiatan peneltian sanad, maksudnya penilitian kritikus
terhadap siperawi, apakah ia termasuk orang yang huffaz, wara’, tsiqah atau
sebaliknya ia merupakan ahli bid’ah. Dan apakah hadits tersebut sampai kesumber
pertama, yaitu Nabi Muhammad SAW. Keempat, penelitian matan. Meskipun
sanad hadits yang diteliti adalah berkualias sahih, tidak mesti matan-nya juga
sahih. Oleh karena itu, kegiatan selanjutnya adalah meneliti matan hadits
dimaksud. Langkah penelitian hadits ada 3 (tiga) yaitu: 1. Meneliti matan dengan
melihat kualitas sanad-nya 2. Meneliti susunan lafaz berbagai matan yang
semakna 3. Meneliti kandungan matan Sedangkan unsure yang harus dipenuhi
oleh suatu matan hadits yang berkualitas sahih ada dua macam, yakni terhindar
dari syuzuz dan ‘illat. Untuk itu, penelitian matan haduts ini di uraikan sebagai
berikut: 1. Keadaan sanad hadits Bila salah satu sanad hadits yang diteliti sahih,
maka penelitian sanad lainnya boleh tidak dilakukan. 2. kegiatan penelitian
susunan lafaz yang semakna. Jika ada perbedaan dari matan hadits dalam segi
tulisannya yang bersifat sahih, maka perbedaan tidak mempengaruhi kualitas
matan hadits yang diteliti. Ini berarti bahwa matan hadits yang dimaksud adalah
sahih. 3 3. Kegiatan penelitian kandungan matan. Kandungan matan hadits yang
diteliti apakah menjelaskan larangan atau suruhan dari Nabi Muhammad SAW.
Kelima, syarah hadits. Hadits yang akn disyarah adalah hadits yang telah diteliti
sanad dan matannya, saperi hadits mengenai larangan berbuat zalim. Dalam islam,
orang muslim antara satu dan lainnya bersaudara, baik majikan atau hamba, sudah
baligh atau belum.
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam mempelajari ilmu hadits masih kurang lengkap kalau tidak
mempelajari ilmu takhrij. Karena ilmu takhrij merupakan bagian ilmu hadits
penting untuk dipelajari dan dikuasai, karena didalamnya dibicarakan berbagai
kaidah untuk mengetahui dari sumber hadts itu berasal. Selain itu, didalamnya
ditemukan banyak kegunaan dan hasil yang diperoleh khususnya dalam
menentukan kualitas sanad hadits dan untuk mengetahui asal –usul riwayat hadits
yang akan diteliti.
BAB 3 PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Menelusuri hadits lebih sulit dibandingkan menelusuri ayat-ayat
alquran, karena menelusuri ayat-ayat alquran cukup dengan sebuah kamus
alquran, berbeda denga menelusuri hadits , karena terhimpun dalam berbagai
kitab. Sehingga lebih sulit untuk menelusurinya dan tidak cukup hanya
mempergunakan sebuah kamus dan sebuah kitab hadits sebagai rujukan.
2. Dengan adanya pengenalan praktek takhrijul hadits ini, kita akan
mengetahui tentang asal-usul riwayat hadits yang akan diteliti, mengetahui ada
atau tidaknya syahid atu mutabi’ pada sanad yang diteliti. Dan mengetahui
bagaimana pandang para uulama tantang kesahehan suatu hadits masih banyak
lagi hal-hal penting yang serta kegunaan laiinya dalam hubunannya dngan pen-
takhrij hadits

B. Saran
Demikianlah penulis berusaha menerangkan beberapa hal pokok mengenai
takhrijul hadits, semoga dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi kehidupan kita,
baik di dunia maupun diakhirat kelak. Pemakalah sangat menyadari akan segala
kekurangan yang terdapat dalam penulisan karya tulis ini. Oleh karena itu,
pemakalah sangat mengharapkan kritik dan sarannya dari pembaca yang sifatnya
membangun guna lebih menyempurnakan karya tulis ini.

DAFTAR PUSTAKA --- Sulaiman, Muhammad Noor, Antologi ilmu


Hadits. Jakarta: Gaung Persada Pres Jakarta: 2009

Anda mungkin juga menyukai