Anda di halaman 1dari 4

Nama : Arifin (215120054)

Kelas : ESY 2 (Dua)


Mata kuliah : Studi Hadits
Jurusan/Semester : Ekonomi Syariah/II

Soal !
1. Syarat apa saja yg harus dibutuhkan untuk menentukan kualitas hadits. Serta
berikan sampel contoh haditsnya !
2. Bagaimana pendapat anda tentang orang yang ingkar akan Sunnah !
3. Sebutkan apa saja metode meng Takhrij sebuah hadits dan jelaskan dari cara kerja
setiap metode Takhrij hadits tersebut !

Jawaban :
1. Berikut ini beberapa syarat yang harus dibutuhkan untuk menentukan kualitas
hadits yaitu :
a. Ittishalus Sanad
Syarat sebuah hadis yang pertama ialah ittishalus sanad atau sanadnya
bersambung. Baik itu marfu' (tersambung sampai Rasulullah SAW) atau
mauquf (sampai sahabat saja).
b. Perawi Semasa dengan Guru
Cara untuk mengetahui bahwa perawi tersebut semasa atau tidak adalah
dengan memeriksa tahun wafatnya di kitab tarajim. Jika seorang perawi lahir
sebelum gurunya wafat, maka bisa dipastikan bahwa dia semasa.
c. Perawi Mendengarkan Langsung
Syarat sanad yang baik selanjutnya ialah perawi mendengarkan langsung dari
sang guru. Bisa jadi ada rawi yang pernah bertemu dengan gurunya, tetapi
tidak pernah meriwayatkan hadis dari orang tersebut. Hal inilah yang disebut
dalam musthalah hadis sebagai mursal khafi.
d. Rawi Bertemu Gurunya
Syarat sanad hadis dipercaya berikutnya, memastikan bahwa rawi tersebut
bertemu dengan gurunya. Sebab ada beberapa perawi yang satu masa tapi
tidak pernah bertemu. Caranya dengan memeriksa makanur rihlah (tempat-
tempat yang pernah dikunjungi) untuk mencari hadis. Sebagai bukti mereka
pernah berjumpa.
e. Menggunakan Sighat Ada'
Syarat berikutnya menggunakan sighat ada' yang pasti atau jazm, seperti:
‫"سمعت" أو "حدثنا‬. Bukan menggunakan sighat tamridl (ruwiya an, hukiya an,
atau kalimat lain yang mabni majhul).
f. Rawi Masuk Daftar Murid
Syarat sanad yang baik, bahwa perawi tersebut masuk dalam daftar murid
gurunya di kitab tarajim. Biasanya dalam kitab tarajim, nama-nama tersebut
disebutkan setelah kata rawa anhu (‫ )روى عنه‬dalam biografi gurunya.
g. Guru Masuk Daftar Guru Perawi
Syarat selanjutnya dapat dipastikan bahwa guru tersebut juga masuk dalam
daftar guru para rawi. Hal ini bisa diperiksa sebagaimana poin sebelumnya.
h. Gurunya Tidak Muttashil
Tidak ada ketetapan dari para imam hadis bahwa periwayatan rawi dari
gurunya tersebut tidak muttashil. Semisal dijumpai dalam kitab tarajim,
ungkapan para ulama bahwa rawi tersebut mudallis dari fulan. Seperti: Qala
Ibnu Hatim, fulan mudallis an fulan, dan lain sebagainya.
i. Tidak Mursal
Syarat yang terakhir ialah tidak adanya ketetapan dari para Imam bahwa
periwayatan seorang rawi dari gurunya mursal. Mursal adalah hadis yang
hilang atau tidak disebutkan perawi dari golongan sahabat.
Dan contoh Haditsnya yaitu sebagai dijelaskan oleh Mahmud Thahan dalam
Taisir Musthalahil Hadits yaitu hadits shahih adalah :
‫ما اتصل سنده بنقل العدل الظابط عن مثله إلى منتهاه من غير شذوذ وال علة‬

Artinya :
“Setiap hadits yang rangkaian sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh
perawi yang adil dan dhabit dari awal sampai akhir sanad, tidak terdapat di
dalamnya syadz dan ‘illah.”

2. Jadi menurut saya orang yang akan ingkar sunnah yaitu orang yang secara tidak
langsung telah mengingkari Al-Qur'an. Mengapa saya mengatakan hal demikian,
karena pada umumnya mereka memang tidak menjadikan sunnah sebagai salah
satu pedoman utama di samping al-Quran. Mereka menganggap bahwa al-Quran
sudah cukup untuk memberikan berbagai penjelasan yang diperlukan umat
manusia di dunia ini. Biasanya mereka mendasarkan diri kepada beberapa ayat
yang mereka pahami sebagai isyarat bahwa Al-Qur'an itu memang sudah
komplit, sehingga tidak memerlukan lagi tambahan, seperti al-sunnah ataupun
lainnya. Padahal selain Al-Qur'an, Sunnah (Hadits) juga merupakan sumber
hukum dalam islam. itu sendiri sudah menyuruh untuk mengimani as sunnah.

3. Berikut ini beberapa metode meng Takhrij sebuah hadits dan cara kerja setiap
metode Takhrij hadits tersebut yaitu :
a. Takhrij berdasarkan awal kata dari isi hadist. Cara kerjanya yaitu harus
dengan mengetahui seluruh atau minimal awal dari matan (isi) hadist tersebut.
Beberapa ulama yang menuliskan kitab takhrij dengan model ini, yaitu Jam'u
al-Jawami' karya Imam Suyuti dan Kanz al-Haqaid fi Hadis Khair al-Khalaiq
karya Abdur Rauf bin Tajuddin Ali.
b. Menggunakan perawi paling atas. Cara kerjanya yaitu menelusuri hadist
dengan mengetahui perawi paling atas dari hadist tersebut. Kitab-kitab yang
menggunakan metode ini adalah Musnad Imam Ahmad karya Imam Ahmad,
Atraf as-Sahihain karya Abu Mas'ud Ibrahim bin Muhammad, Atrar Kutub as-
Sittah karya Syamsuddin Abu al-Fadl.
c. Berdasarkan tema. Cara kerjanya yaitu penelusuran dilakukan berdasar tema
bahasan hadist apakah hukum, fikih, tafsir, atau yang lain. Contoh kitab yang
memakai metode ini adalah Kanz al-Ummal fi Sunan al-Aqwal wa al-Af'al
karya al-Burhanpuri dan al Mughni Haml al-Asfar fi Takhrij ma fi al-Ihya min
al-Akhbar karya al-Iraqi.
d. Berdasarkan sifat lahir hadist. Cara kerjanya yaitu penelusuran ini dilakukan
pada hadist mutawatir, qudsi, mursal, dan maudu. Kitab yang memuat hadist
mutawatir yaitu al-Azhar al-Mutanasirah fi al-Akhbar al-Mutawatirah karya
Imam Suyuti. Sedangkan kitab yang memuat hadis qudsi yaitu al-Ittihafat as-
Sunniah fi al-Ahadis al-Qudsiah karya al-Madani.
e. Berdasarkan pada lafal-lafal matan hadis. Cara kerja pada metode ini
dilakukan dengan cara menelusuri hadis berdasarkan huruf awal kata dasar
pada lafal-lafal yang ada pada matan hadis. Baik itu berupa ism (kata benda)
maupun fi'il (kata kerja). Dalam metode ini huruf tidak dijadikan pegangan.
Misal terdapat hadis, innama al-a'mal bi an-niyyat (sesungguhnya setiap amal
tergantung dari niat). Hadis ini dapat ditelusuri dari lafal al-a'mal dari ain
sebagai huruf awal dari kata dasar al- a'mal yakni amal atau amalan.

Anda mungkin juga menyukai