Anda di halaman 1dari 5

Nama : Agung Kurnia

NIM : 1803016004
No Absen :4
Kelas : PAI 5A
Mata Kuliah : Naqd al-Hadis
Dosen : Prof. Dr. H. Moh. Erfan Soebahar, M.Ag
ULANGAN AKHIR SEMESTER

1. Apa yang dimaksud dengan naqd al-hadis dan sejauh mana kaitan ilmu ini dengan
ulumul hadis dan hadis tarbawi yang lalu?
2. Melakukan iktibar sanad adalah langkah yang tidak bisa ditinggalkan dalam penelitian
hadis, apa sebenarnya iktibar sanad itu dan bagaimana membuat iktibar sanad yang
lengkap utuh dan benar dan beri contoh
3. Meneliti hadis mesti diakhiri dengan menarik kesimpulan, bagaimana cara yang benar
menarik kesimpulan matn hadis dan kenapa kesimpulan sebelum di tarik harus diiringi
uraian fikhul hadis tunjuukan dengan memberikan contoh-contol real
4. Ilmu hadis dan naqdhul hadis adalah dua ilmu yang bisa disatukan, coba buat 13 poin
kerangka materi yang perlu ada sekiranya ilmu ini disatukan atau 26 poin

Jawab:
1. Naqd al-Hadis adalah usaha untuk menguji kelayakan sanad dan matan Hadis dengan
tujuan mengakui kelemahan dan kekuatan sanad dan menetapkan kebenaran dan
kesalahan matan. Dalam terminologi ilmu hadis, kritik hadis atau naqd alhadis atau
penelitian hadis nabi merupakan upaya untuk menyeleksi hadis agar dapat diketahui
mana hadis yang shahih dan mana hadis yang tidak shahih. Karena hadis terdiridari
sanad dan matan, maka obyek penelitian hadispun mencakup penelitian sanad dan
matan hadis.
Ulumul hadis adalah “Ilmu yang membahas atau yang berkaitan dengan hadits
Nabi Saw”. Kaitan naqd al hadis dengan ulumul hadis dan hadis tarbawi yaitu Naqd al
hadis akan menguji kelayakan sanad dan matan hadis dan apakah hadis tersebut
shahih atau tidak shahih sehingga setiap hadis baik ulumul hadis atau hadis tarbawy
menjadi tau apakah itu hadis shahih atau bukan. Ketiga ilmu inisangat berkaitan
karena membahas tentang hadis Rasulullah SAW dan saling melengkapi antara satu
sama lain.
2. Menurut istilah ilmu hadits, ali’tibar berarti menyertakan sanad-sanad yang lain untuk
suatu hadits tertentu, yang hadits itu pada bagian sanad-nya tampak hanya terdapat
seorang periwayat saja, dan dengan menyertakan sanad-sanad yang lain tersebut akan
dapat diketahui apakah ada periwayat yang lain ataukah tidak ada untuk bagian sanad
dari sanad hadits dimaksud sedangkan Kata “Sanad” menurut bahasa adalah
“sandaran”, atau sesuatu yang kita jadikan sandaran.
Dalam istilah ilmu hadits, i’tibar al-sanad didefinisikan sebagai: menyertakan
jalur atau sanad-sanad hadits tertentu yang tampak hanya diketahui satu rawi saja,
agar diketahui apakah ada rawi lainnya dalam riwayat hadits tersebut baik ia
meriwayatkan secara lafdhi atau maknawi, dalam jalur itu sendiri atau dari jalur
sahabat yang lain, ataukah tidak ditemukan sama sekali dalam riwayat tersebut jalur
lain yang meriwayatkan baik secara lafdhi maupun maknawi.
Guna memudahkan proses pembacaan terhadap jaringan para rawi dari hadits
yang sedang diteliti, disusunlah skema sanad dari masing-masing mukharrij,
kemudian dilakukan penggabungan dari seluruh jalur sanad (9 jalur dari 6 mukharrij).
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan skema sanad antara lain:
a. Proses penyusunan diawali dari mukharrij hingga Nabi SAW.
b. Setiap tingkatan diberi kode.
c. Pembuatan skema diawali secara tunggal, baru dilakukan penggabungan.
d. Pembuatan jalur seluruh sanad secara jelas (garisnya jelas).
e. Nama-nama periwayat dalam keseluruhan jalur sanad harus cermat.
f. Shighat tahammul wa ada’ al-hadits ditempatkan disebelah garis.
g. Dilakukan pengecekan ulang setelah selesai penyusunan.

Untuk memperjelas dan mempermudah proses kegiatan al-i’tibar, diperlukan


pembuatan skema untuk seluruh sanad bagi hadits yang akan diteliti, yaitu:
a. Jalur seluruh sanad; artinya dalam melukiskan jalur-jalur sanad, garis-garisnya
harus jelas sehingga dapat dibedakan antara sanad yang satu dan jalur sanad yang
lainnya.
b. Nama-nama periwayat untuk seluruh sanad; artinya nama-nama periwayat yang
dicantumkan dalam skema sanad harus cermat sehingga tidak mengalami kesulitan
ketika dilakukan penelitian melalui kitab-kitab rijal terhadap masing-masing
periwayat. Meliputi seluruh nama, mulai dari periwayat pertama, yakni sahabat
Nabi yang mengemukakan hadits, sampai mukharrij-nya, misalnya alBukhari atau
Muslim.
c. Metode periwayatan yang digunakan oleh masing-masing periwayat sebab metode
yang dipergunakan oleh masing-masing perawi itu beragam, sehingga
pencantuman kode-kode periwayatan hadis dalam skema harus dilakukan secara
cermat dan hati-hati

Nama – nama periwayat yang dicantumkan dalam skema sanad harus cermat


sehingga tidak mengalami kesulitan tatkala dilakukan penelitian melalui kitab –
kitab rijal (kitab – kitab yang menerangkan keadaan para periwayat hadis) terhadap
masing – masing periwayat.
Contoh : hadits yang berbunyi ‫ من رأى منكم منكرا‬atau yang semakna dengan
itu. Dalam melakukan penelitian hadis ini, yang harus dilakukan lebih dahulu adalah
melacaknya dari berbagai macam kitab koleksi para kolektor hadis, diantaranya
adalah pada kitab-kitab sebagai berikut:
a. Muslim dalam Shahih Muslim, Juz 1 halaman 69.
b. Abu Daud dalam Sunan Abi Daud, Juz I, hlm. 297, dan Juz IV hlm 123.
c. At-Turmudzi dalam Sunan at-Turmudzi, Juz III, hlm 317-318.
d.  An-Nasa’i dalam Sunan an-Nasa’i, Juz VIII, hlm 111-112.
e. Ibnu Majah dalam Sunan Ibni Majah, Juz I, hlm 406, dan Juz II, hlm. 1330.
f. Ahmad bin Hambal dalam Musnad Ahmad, Juz III, hlm 10, 20, 49, 52-53, dan 92.

Dalam mengemukakan riwayat, Imam Muslim menyandarkan riwayatnya


kepada dua periwayat sebelumnya, yakni Abu Bakr bin Abi Syaibah dan Muhammad
bin al-Musanna. Kedua nama periwayat yang disandari oleh Iman Muslim tersebut
dalam ilmu hadis disebut sebagai sanad pertama. Maka, sanad yang terakhir untuk
riwayat hadis  dia atas adalah Abu Sa’id al-Khudri, yakni periwayat pertama karena
dia sebagai sahabat Nabi yang berstatus sebagai pihak pertama yang menyampaikan
riwayat hadis tersebut.

3. langkah terakhir yang dilakukan oleh peneliti adalah menyimpulkan hasil penelitian
mam. Karena kualitas man hanya dikenal dua macam saja, yakni sahih dan day maka
kesimpulan penelitian mata akan berkisar pada dua kemungkinan tersebut.
Sebagaimana halnya penelitian sanad, maka dalam me menyimpulkan
penelitian matnjuga harus didasarkan kepada argu men-argumen yang Jelas.
Argumen-argumen itu dapat dikmukakan sebelum diajukan natijah ataupun sesudah
di ajukan natijah.
Apabila matn yang diteliti ternyata sahih dan sanad-nya juga sahih, maka
dalam natah disebutkan bahwa hati yang diteliti berkualitas sahih. Apabita matn dan
sanad sama-sama berkualita da'if maka dalam natijah disebutkan bahwa hadis yang
diteliti berkualtas da'if Apabila antara matn dan sanas berbeda kualitasnya. maka
perbedaan tersebut harus dijelaskan.
Kenapa kesimpulan sebelum di tarik harus diiringi uraian fikhul hadis karena
fi’khul hadis adalah salah satu aspek ilmu yang mempelajari dan berupaya memahami
hadi-hadis nabi dengan baik

Contoh:
Meneliti matn hadis yang kandungannya tampak bertentangan dengan matn
hadis yang lain Dalam hadis riwayat Muslim, ad-Darimi, dan Ahmad dinyatakan:

(Hadis riwayat) dari Abu Sa'id al-Khudri bahwa Rasulullah Lelah bersabda:
Janganlah kamu tulis fapa yang berasal dariku dan barang siapa yang telah menulis
dariku selan al Quran, maka hendaklah dia menghapusnya. 170

Hadis di atas tampak bertentangan dengan hadis riwayat al Bukhart, Muslim,


dan Abu Daud yang berbunyi:
(Hadis rhoayat dart Abu Hurairah dart Nabt s.aw, betiu bersabda loepada para
sahabat: Tuliskanlah khutbah saya tadi untuk Abu Syah lyang telah minta untuk
dihultskan ter sebut, 171

Hadis yang disebutkan pertama di atas juga tampak ber tentangan dengan
hadis riwayat Abu Daud, ad-Darimi, dan Ahmad yang berbunyi:
O‫ كنت أكت كي اسمعه ين مول الهم أرند چنله تنی قيش وقالوا‬، ‫عن عبد هللا بن عمرو قال‬
‫ فنگر (ذلك) لرسول هللا واال فات مش‬، ‫أي کشیده ورسول هللا مش بيكم في القضي عن الكتاب‬
‫ ن ی سیده ما‬O‫ ال فوالذی‬، ‫أوما بابعه إلى فيه فقال‬

‫ ورامی‬O‫ (رواه أبو داود والداری‬.‫منه إآلحق‬

“(Hadis riwayat) dari Abdullah bin 'Amr, dia berkata: Saya menulis setiap
yang saya dengar dari Rasulullah. Saya bermaksud untuk menghafalnya. Orang-orang
Quraisy mencegah saya (agar saya tidak menulis setiap apa yang saya dengar dari
Nabi) dan mereka berkata, "Apakah Anda menulis setiap yang Anda dengar (dari
Rasulullah) padahal Rasulullah itu manusia biasa juga yang (sempat) bersabda dalan
keadaan marah dan dalam rela (tidak marah), maka Anda berpegang (pada petunjuk)
dari kitab (yang Anda tulis) itu". Maka saya mengemukakan hal itu kepada
Rasulullah. Rasulullah lalu mengisyaratkan jari jari pada lisan beliau seraya bersabda,
"Tulislah, demi yang jiwa saya berada di tangan-Nya, tidaklah keluar darinya, kecuali
yang benar".
Masih ada lagi beberapa hadis yang senada dengan kedua hadis yang
disebutkan terakhir di atas. Kandungan matn hadis yang dikutip pertama tampak
bertentangan (at ta'arud) dengan kandungan matan - matan hadis berikutnya.
Dalam upaya menyelesaikan kandungan matan hadis yang tampak
bertentangan itu, ulama berbeda pendapat. Ibn Hajar al-'Asqalani telah menghimpun
pendapatpendapat itu menjadi lima macam, yakni:
1. Pengkompromian (aljam'u), dalam hal ini hadis yang mengandung larangan
menulis hadis dipahami sebagai berstatus khusus (khass) untuk saat ayat Alquran
turun dan keizinan menulis hadis berlaku di luar waktu tersebut. Kebijaksanaan Nabi
itu berlatar belakang kekhawatiran terjadinya kerancuan dalam mencatat Alquran
dengan yang bukan Alquran.
2. Pengkompromian (al-jam'u), dalam hal ini larangan penulisan dipahami
sebagai berstatus khusus (khaşş) bagi yang mencampuradukkan catatan Alquran dan
hadis Nabi pada satu himpunan catatan, sedang keizinan berlaku bagi yang melakukan
penulisan secara terpisah antara catatan Alquran dan catatan hadis Nabi.
3. Penerapan an-nasikh wal-mansukh, yakni hadis yang berisi larangan
menulis hadis merupakan kebijaksanaan Nabi yang datangnya lebih dahulu, sedang
kebijaksanaan yang terakhir berisi keizinan untuk menulis hadis sebab kekhawatiran
terjadinya kerancuan catatan Alquran dan hadis telah tidak ada lagi.
4. Pengkompromian (al-jam'u), dalam hal ini larangan berstatus khusus (haşş)
bagi orang yang kuat hafalannya yang dikhawatirkan dia lalu hanya menyandarkan
pengetahuan hadisnya kepada catatan saja, sedang keizinan menulis hadis diberikan
kepada yang tidak kuat hafalannya.113
5. Menurut al-Bukhari dan lain-lain, hadis yang mengandung larangan menulis
hadis, yakni riwayat Abu Sa'id al-Khudri tersebut berstatus mauquf (hadis yang
disandarkan kepada sahabat dan tidak sampai kepada Nabi); hal itu menjadikan hadis
yang bersangkutan mengandung illat (cacat), dan karenanya tidak dapat dijadikan
hujah. (Dengan menyatakan bahwa hadis tersebut mauquf, maka berarti bahwa
pernyataan dalam matn hadis itu bukanlah sabda Nabi, melainkan pernyataan sahabat
Nabi).
4. Buat 13 poin kerangka materi yang perlu ada sekiranya ilmu ini disatukan atau 26 poin
a. Pengertian Hadis
b. Pengertian sunnah, Khabar atsar dan hadis qudsi
c. Bentuk-bentuk hadis
d. Pengertian ilmu hudis (riwayah dinuyah)
e. Pengertian rijal al-hadis
f. Pengertian jarh wa ta'dil
g. Pengertian tarikh al-ruwah
h. Pengertian ikal a-hadis i Pengertian Nasikh musuh
i. Pengertiin Asbab wurd hadis
j. Pengertian Ghurb al hadis
k. Pergertian Tushif wa tahrif
l. Pengertian Mukhtalif hadis
m. Unsur uns ur pokok hadis (sanad matan rawi)
n. Kedudukan dan fungsi hadis
o. Sejarah pertubulhan dan perkembangan hads
p. Pentagon ludis dari segi kuintitis
q. Pengertian ilmu hadis dan cabang-cabangnya
r. Unsur-unsur pokok hadis
s. Fungsi hadis terhadapal-Quran
t. Hadis pada masa Rasul SAW
u. Hadis pada masa sahabat
v. Hadis pada masa Thabiin
w. Masa seleksi dan penyempurnaan
x. Hadis ditinjau dari segi kualitasnya
y. Pengertian hadis maudhu
z. Periwayatan hadis

Anda mungkin juga menyukai