Anda di halaman 1dari 27

Penelitian Sanad

dan Matan
‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
Anggota kelompok 8:

Eni Listyowati 21104060018


Thalita Emilia 21104060019
Rizca Daimatul Mahmudah 21104060032
Latiffatunnissa Nurul Hidayah 21104060033
Istikomah Yulfa Agustin 21104060049
01
Pengertian dan
Sejarah
Pertumbuhan
Penelitian Hadits
Kata penelitian (kritik) dalam ilmu hadis sering
dinisbatan pada kegiatan penelitian hadis yang disebut
dengan al Naqd (‫ ) ا لنـقـد‬yang secara etimologi adalah
bentuk masdar dari ( ‫ ) نقـد ينقـد‬yang berarti mayyaza,
yaitu memisahkan sesuatu yang baik dari yang buruk.
Kata al Naqd itu juga berarti “kritik” seperti dalam
literatur Arab ditemukan kalimat Naqd al kalam wa
naqd al syi’r yang berarti “mengeluarkan kesalahan
atau kekeliruan dari kalimat dan puisi atau Naqd al
darahim yang berarti : ‫تمييزالدراهم واخراج الزيف منها‬
(memisahkan uang yang asli dari yang palsu ).
Apabila kritik diartikan hanya untuk
membedakan yang benar dari yang salah maka
dapat dikatakan bahwa kritik Hadis sudah
dimulai sejak pada masa Nabi Muhammad,
kegiatan kritik Hadis tersebut sebenarnya
hanyalah merupakan konfirmasi dan suatu proses
konsolidasi. Oleh karena itu kegiatan kritik hadis
pada masa nabi sangat simple dan mudah, karena
keputusan tentang otentisitas suatu hadis
ditangan nabi sendiri.
Pada masa Sahabat, kegiatan kritik Hadis
dilakukan oleh Abu Bakar al shidiq. Seperti yang
dikatakan oleh Al Dzahabi bahwa “Abu Bakar
adalah orang pertama yang berhati-hati dalam
menerima riwayat hadis” dan juga yang dikatakan
oleh Al Hakim bahwa “Abu Bakar adalah orang
pertama yang membersihkan kebohongan dari
Rasul SAW”.
Setelah periode Abu Bakar, maka Umar bin
Khattab melanjutkan upaya yang dirintis
pendahulunya dengan membakukan kaidah-
kaidah dasar dalam melakukan kritik dan
penelitian Hadis. Ibn Khibban menyatakan bahwa
sesungguhnya Umar dan Ali adalah sahabat yang
pertama membahas tentang para perawi Hadis
dan melakukan penelitian tentang periwayatan
Hadis
Demikian pula Aisyah, Abdullan ibn Umar Abu
ayyub al Anshari serta sahabat lainnya juga
melakukan kritik Hadis, terutama ketika
menerima riwayat dari sesama sahabat, seperti
yang dilakukan Abu Ayyub al Anshari dengan
melakukan perjalanan ke Mesir hanya dalam
rangka mencocokkan sebuah Hadis yang berasal
dari ‘Uqbah ibn Amir.
02
Tujuan dan Manfaat
Penelitian Sanad
dan
Matan
Penelitian sanad sering disebut “kritik ekstern”
atau al-naqd al kharij, sedangkan penelitian
matan disebut dengan “kritik intern” atau al-naqd
al dakhili

Tujuan penelitian sanad dan matan adalah


untuk mengetahui kualitas suatu hadis. Hadis
yang perlu diteliti adalah hadis yang berkategori
ahad, yaitu yang tidak sampai statusnya kepada
derajat Mutawatir, karena Hadis kategori tersebut
berstatus zhanni al-wurud.
Hadis mutawatir tidak perlu dilakukan penelitian
menurut para ulama karena hadis mutawatir
telah menghasilkan keyakinan yang pasti bahwa
hadis tersebut berasal dari Nabi SAW. Akan tetapi
bukan berarti hadis mutawatir tidak dapat
dilakukan penelitian. Penelitian dapat dilakukan
dengan tujuan untuk membuktikan apakah benar
hadis tersebut berstatus mutawatir dan bukan
untuk mengetahui kualitas sanad dan matannya.
03
Faktor-faktor yang
Mendorong
Penelitian Sanad
dan
Matan
1. Kedudukan hadist sebagai sumber
ajaran islam
Hadist Nabi Muhammad SAW berfungsi
sebagai sumber ajaran islam sesudah Al-Qur’an.
Berdasarkan status hadist tersebut maka
penelitian terhadap hadist menjadi suatu
keharusan, untuk menghindari penggunaan
hadist-hadist yang sebenarnya bukan berasal
dari Nabi SAW.
2. Tidak seluruh hadist dituliskan pada masa Nabi
SAW
Pada masa Nabi Muhammad SAW hadist lebih
banyak diriwayatkan secara hafalan, hanya
beberapa sahabat yang menuliskan untuk koleksi
pribadi atau tujuan lainnya, dikarenakan juga
terdapat perintah untuk tidak menuliskan hadist,
sehingga baik hadist yang sudah tertulis maupun
hadist yang belum dituliskan perlu penelitian
lebih lanjut terhadap para perawinya dan
periwayatannya sehingga dapat membuktikan
kebenaran dari hadist tersebut.
3. Timbulkan kegiatan pemalsuan hadist
Pada masa Ali Ibn Abi Thalib banyak terjadi pemalsuan
hadist yang disebabkan oleh faktor politik dan berbagai
faktor lain, oleh karena kegiatan penelitian hadist
khususnya pribadi para perawi merupakan hal pokok yang
harus dilakukkan.
4. Lamanya masa pengkodifikasian hadist
Pengkodifikasian hadist baru dimulai pada masa kekhalifahan
Umar ibn ‘Abd al-Aziz (tahun 99). Puncak pengkodifikasian hadist
terjadi pada pertengahan abad ke-3 H. Jarak antara masa Nabi
dengan masa pengkodifikasian hadist ini menuntut penelitian
lebih lanjut agar terhindar dari hadist yang tidak dapat
dipertanggung jawabkan ke-sahihanya.
5. Beragam metode penyusunan kitab-kitab
hadist
Terdapat beragam metode dan sistematika
penyusunan kitab hadist dari para ulama, sehingga
tersusun kriteria tentang kualitas hadist tersebut
seperti Al-Kutub, al-Khamsah, Al Kutub al-Sittah dan Al-
Kutub al-Sab’ah yaitu berupa kitab-kitab hadist yang
standar. Berdasarkan adanya kriteria tersebut
menjadikan kulaitas hadist tidak selalu sama, sehingga
diperlukan penelitian untuk mengetahui ke-sahihan
hadist berdasarkan kualitas para periwayat yang
termuat dalam berbagai sanad, apakah memenuhi
syarat atau tidak.
6. Adanya periwayatan hadist secara makna
Sebagaian sahabat dan ulama memperbolehkan
periwayatan hadist secara makna dengan syarat-syarat
tertentu, misalnya perawinya harus mengetahui bahasa
arab secara mendalam. Adanya periwayatan hadist secara
makna mengindikasikan bahwa hadist tersebut memiliki
matan tertentu dari Rasulullah, sementara itu untuk
mengetahui kandungan petunjuk dari hadist terutama
hadist Qauli terlebih dahulu harus mengetahui redaksi
hadist yang bersangkutan, oleh karena itu diperlukan
adanya penelitian hadist.
04
Bagian-Bagian
yang Harus di
Teliti
Sanad Hadits
Pembagian Jenis Penelitian Hadīs
Menurut strukturnya yang terdiri dari
dua unsur utama yaitu sanad dan matan,
maka penelitian hadis akan tertuju
kepada kedua unsur tersebut.
Pentingnya sanad suatu hadīs dapat dilihat dalam
ungkapan-ungkapan mereka, diantaranya adalah:
Imam Muhammad bin Sirin berkata :” Sesungguhnya
ilmu ini adalah bagian dari agama, maka
perhatikanlah dari mana kalian mengambil agama
kalian”.
Ibnu al-mubārak :” Isnad itu bagian dari
agama”.
Bagian-bagian sanad yang diteliti Dalam penelitian
sanad hadīs , seorang peneliti harus paham elemen apa
saja yang harus diteliti dari sebuah sanad. Ada dua
bagian penting yang dapat dilihat :
1. Nama-nama periwayat yang terlibat dalam periwayatan
hadī yang bersangkutan.
2. Lambang-lambang periwayatan hadīs yang telah
digunakan oleh masing-masing periwayat dalam
meriwayatkan hadī yang bersangkutan.
Penelitian
Matan
Matan hadīs merupakan salah satu
unsur pembentuk hadīs , matan hadīs
adalah lafadz-lafdz hadīs itu sendiri.
Sebagaiman halnya pada sanad, maka
matn suatu hadī juga harus dipastikan,
apakah benar berasal dari Rasulullah
atau tidak. Oleh karena itu matan hadī
merupakan salah satu obyek
penelitian dalam masalah hadīs.
Untuk matan hadīs yang mengandung berita tentang
peperangan atau kisah- kisah tertentu, maka
penelitian matan tidak perlu dilakukan pada kata
perkata, namun bila suatu hadīs mengandung suatu
ajaran, perintah atau larangan, maka penelitian
matan harus mencakup keadaan setiap kata dalam
matn tersebut. Oleh karena itu penelitian hadī
dalam masalah ini merupakan penelitian yang
berdasarkan semantic.
Adapun untuk meneliti matan hadīs dari segi
kandungannya, maka terkadang diperlukan pendekatan
rasio, sejarah dan prinsip-prinsip pokok ajaran
islam.dengan demikian kesahihan matan hadī yang
dihasilkan tidak saja dilihat dari sisi bahasa
saja. Meskipun penelitian matan hadī dapat dilakukan
dengan berbagai pendekatan, namun tetap saja
penelitian matan masih terasa sulit. Betapa tidak,
kitab –kitab yang membahas tentang penelitian matan
sangat sedikit, berbeda dengan penelitian sanad,
dimana kitab-kitab yang membahasnya masih sangat
banyak.
Kesulitan dalam melakukan penelitian
matan hadīs adalah karena beberapa
hal:
1. Adanya periwayatan secara makna.
2. Pendekatan yang digunakan dapat
bermacam-macam.
3. Latar belakang timbulnya petunjuk
hadī tidak selalu mudah diketahui.
4. Terbatasnya kitab-kitab yang
membahas penelitian matan hadīs.
Any Have
Question?
Thanks Do you have any questions?
addyouremail@freepik.com
+91 620 421 838
yourcompany.com

CREDITS: This presentation template was created


by Slidesgo, including icons
by Flaticon, infographics & images by Freepik

Please keep this slide for attribution

Anda mungkin juga menyukai