Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi, Allah yang telah memberikan nikmat sehah dan
kesempatan-Nya, sehingga kami berhasil menyelesaikan penulisan makalah untuk
memenuhi tugas kelompok mata kuliah “Ilmu Hadits” dengan judul “Konsep
Kritik Matan”

Shalawat dan salam, semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad


SAW, yang telah mengantarkan para ummatnya dari alam kejahiliyaan menuju
alam terang benderang dengan sinarnya iman dan Islam.

Kami menyadari sepenuuhnya bahwa, makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, dikarenakan terbatasnya pengetahuan dan pengalaman yang kami
miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran dan masukan
yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya, semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat berupa ilmu dan wawasan bagi kita semua, juga
perkembangan dalam pendidikan.

Takengon, 02 Desember 2023

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................1
DAFTAR ISI...........................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................3
A. Latar Belakang Masalah............................................................................3
B. Rumusan Masalah.......................................................................................4
C. Tujuan Penulisan........................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................5
A. Pengertian dan Sejarah Kritik Matan Hadits..........................................5
B. Tujuan Dan Manfaat Kritik Matan Hadits..............................................9
C. Langkah-Langkah Penelitian Matan Hadits..........................................10
BAB III PENUTUP..............................................................................................13
A. Kesimpulan................................................................................................13
B. Saran..........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hadits selalu menjadi bahan rujukan kedua setelah al-Qur’an dan

menempati posisi yang sangat penting dalam kajian keislaman. Mengingat

penulisan hadits dilakukan ratusan tahun setelah Nabi Muhammad wafat,

maka banyak terjadi silang pendapat terhadap keabsahan sebuah hadits.

Adanya hadits-hadits palsu (maudhu’), mendorong diadakannya kodifikasi

atau tadwin hadits sebagai uapaya penyelamatan dari pemusnahan dan

pemalsuan.

Mengingat hadits menjadi rujukan sentral dalam kajian keislaman,

tentu hal yang paling tepat ialah memilih dan memilah hadits yang benar-

benar aman untuk ‘dikonsumsi’ oleh umat Islam, terlebih hadits yang

membahas masalah ibadah atau praktik ajaran Islam secara umum. Karena

harus diakui bahwa banyak hadits yang dianggap shahih dan siap

dikonsumsi, namun belum tentu shahih dan siap saji. Semua ini dilatari

oleh kenyataan bahwa validitas sebuah hadits sangat tergantung pada

integritas seorang perawi yang sangat personal. Itulah mengapa verifikasi

menjadi sangat penting dilakukan terhadap teks hadits.1

1
Masrukhin Muhsin,”KRITIK MATAN HADIS” Studi Komparatif antara al-A’azami dan
G.H.A Juynboll”, 2016 ,Vol.02, no.1.hal 48.

3
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan sejarah kritik matan hadits?
2. Apa tujuan dan manfaat kritik matan hadits?
3. Apa langkah-langkah penelitian matan hadits?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dan sejarah kritik matan hadits.
2. Untuk mengetahui tujuan dan manfaat kritik matan hadits.
3. Untuk mengetahui apa saja langkah-langkah penelitian matan hadits.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Sejarah Kritik Matan Hadits


Dalam Ilmu Dirayah Hadis, kritik matan bisa dilakukan dengan dua
cara: Pertama, kritik terhadap redaksi matan hadis, dan kedua, kritik
terhadap makna matan hadis.Mengingat bahwa metode penyandaran Hadis
yang dilakukan secara maknawi lebih banyak dipakai dalam periwayatan
Hadis, maka kritik matan menjadi sangat penting. Metode ini sarat dengan
subjektifitas perawi, karena mereka hanya mengambil inti dari apa yang
didengar atau dilihat dari Nabi saw., kemudian menyampaikannya
menurut kepekaan intelektual masing-masing.
Persoalan kritik matan hadits sampai saat ini masih menjadi bahan
perdebatan dikalangan para peneliti hadits, hal ini dikarenakan sejumlah
peneliti berpendapar bahwa penelitian yang selama ini ada tidak
menyentuh kepada matan, melainkan hanya kritik pada sanad saja.
Kritik matan sendiri merupakan upaya positif dalam rangka untuk
menjaga kemurnian matan hadis, disamping juga untuk mendapatkan
pemahaman yang lebih tepat terhadap hadis Rasulullah. Kritik matan
merupakan sebuah upaya untuk memeriksa dan meneliti teks-teks hadis,
kemudian dipisahkan antara yang autentik dan tidak, antara yang sahih dan
daif.2 Adapun sejarah dari kritik matan :

1. Kritik Matan dimasa Nabi saw

Nabi Muhammad saw sebagai tokoh sentral dalam agama Islām,


pada masa Nabi kritik matan ḥadῑṡ seperti sangat mudah karena keputusan
tentang otentitas sebuah ḥadῑs berada ditangan Nabi sendiri. Lain halnya
sesudah Nabi wafat kritik ḥadῑs tidak dapat dilakukan dengan menanyakan
2
Al-Vidatuz Zuhriah, KRITIK MATAN DAN URGENSINYA DALAM PEMBELAJARAN
HADIS: Studi Hadis Puasa Daud,2020,Vol.3,no.1 hal.3

5
kembali kepada Nabi, melainkan menanyakan dengan orang yang ikut
mendengar atau melihat ḥadῑṡ itu berasal dari Nabi. Kritik matan pada
masa Nabi saw, lebih mudah dilakukan dibandingkan kritik matan setelah
masa sahabat. Pada masa Nabi saw, sahabat yang menemukan
“kejanggalan” atau kesulitan dalam memahami perkataan atau perbuatan
Nabi dapat langsung menanyakan kepada Nabi saw dan menerima
penjelasan apa yang dimaksud dengan perkataan atau perbuatan beliau,
karena Nabi sawadalah sebagai subyek yang paling mengetahui maksud
tindakan atau perkataan beliau.Motif kritik pemberitaan ḥadῑs bercorak
konfirmasi, klarifikasi dan upaya memperoleh testimoni yang target
akhirnya menguji validitas keterpecayaan berita (al-Istisaq). Kritik
bermotif konfirmasi, yakni upaya menjaga kebenaran dan keabsahan
berita, antara lain terbaca pada kronologi kejadian yang diriwayatkan
Aisyah r.a merupakan salah satu dari para sahabat yang paling banyak
mengetahui hal tersebut.“Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Sa'id
bin Abu Maryam berkata, telah mengabarkan kepada kami Nafi' bin Umar
berkata, telah menceritakan kepadaku Ibnu Abu Mulaikah bahwa Aisyah
istri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tidaklah mendengar sesuatu yang
tidak dia mengerti kecuali menanyakannya kepada Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam sampai dia mengerti, dan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
pernah bersabda: "Siapa yang dihisab berarti dia disiksa" Aisyah berkata:
maka aku bertanya kepada Nabi: "Bukankah Allah Ta'ala berfirman:
"Kelak dia akan dihisab dengan hisab yang ringan" Aisyah berkata: Maka
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya yang
dimaksud itu adalah pemaparan (amalan). Akan tetapi barangsiapa yang
didebat hisabnya pasti celaka".
Berdasarkan kejadian tersebut dapatlah dikatakan bahwa penelitian
ḥadῑṡ telah dimulai dalam bentuk yang sederhana dimasa hidup Nabi
saw. Praktik merujuk kepada Nabi ini dengan sendirinya berhenti
dengan wafatnya beliau. Tetapi adalah kewajiban individu, masyarakat
dan negara Islām untuk mengikuti jejak Nabi. Konsekuensinya, mereka

6
harus bersikap sangat berhatihati dalam menisbatkan pernyataan-
pernyataan dari Nabi, dan harus menelitinya dengan cermat.Upaya
kritik matan terhadap sabda Nabi Saw pada masa sahabat adalah dengan
cara meneliti kandungan sabda Nabi Saw dengan cara
menyesuaikannya dengan apa yang pernah didengar sendiri oleh
sahabat, kemudian membandingkannya dengan al-Qur’an.

2. Kritik Matan Masa Sahabat

Proses transfer (pengoperan) informasi ḥadῑs di kalangan sesama


sahabat Nabi saw cukup berbekal kewaspadaan terhadap kadar akurasi
pemberitaan. Kondisi daya ingat, ketetapan persepsi dalam menguasai
fakta kehadisan di masa hidup Nabi dan faktor gangguan indera mata
itu saja yang perlu dicermati dampaknya. Antara sesama sahabat tidak
terpantau kecenderungan mencurigai kedustaan, baik dalam
memberitakan sendiri sendiri setiap informasi ḥadῑṡ atau yang berasal
dari sahabat lain. Latar belakang tersebut kiranya yang memdasari
Imam Syafe‟i bersikap optimis untuk mendukung kehujjahan ḥadῑṡ
mursal ṣaḥabi, utamanya yang melibatkan ṣaḥabat senior. Upaya kritik
matan terhadap sabda Nabi Saw pada masa sahabat adalah dengan cara
meneliti kandungan sabda Nabi Saw dengan cara menyesuaikannya
dengan apa yang pernah didengar sendiri oleh sahabat, kemudian
membandingkannya dengan al-Qur’an.

3. Kritik Matan pada Masa Tabi’in

Pada masa ini, terdapat tiga alas an utama para ahli hadits dalam

melakukan dan menjaga otentitas (keaslian) hadits, diantaranya:

Pertama, pengumpulan hadits yang dilakukan oleh al-Zuhri atas

perintah Umar bin Abdul al-‘Aziz. Kedua, lahirnya ilmu kritik hadits

dalam arti sesungguhnya. Kelanjutan dari proses “kematangan” kritik

7
sanad. Ketiga, lahirnya semangat kuat untuk melakukan pelacakan

hadits sebagaimana yang telah dilakukan oleh para generasi

sebelumnya. Para Tabi’in sebagaimana sahabat, ketika meriwayatkan

hadits tidak puas tanpa mengecek ulang kepada para periwayatannya.

Apabila pada masa ṣaḥabat, kritik ḥadῑṡ dilakukan semata-mata guna

memperoleh pemantapan pemberitaan, maka pasca fitnah, segala

langkah metodologis kritik sanad dan matan diorientasikan pada

maksud tujuan pemikiran maqbul (diterima sebagai ḥujjah syar’iyyah)

atau harus mardud (ditolak).3 Pada masa ini, para tabiin melakukan

penelitian matan dengan cara mu‟aradhah.

Ada beberapa faktor-faktor perlunya kritik matan di antaranya:


a. Merebaknya Pemalsuan hadits pada masa Periwayatan Sebab-sebab
yang disengaja dalam pemalsuan ḥadῑs ada dua: Pertama, niat untuk
menghancurkan Islām dari dalam. Kedua, pembelaan terhadap aliran
yang dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Pembelaan terhadap Aliran Politik. Pertentangan-pertentangan
politik di kalangan ṣaḥabat menimbulkan adanya berbagai aliran.
Masing-masing aliran berusaha membuat ḥadῑṡ palsu demi
membela aliran yang bersangkutan, terutama tentang pandangan-
pandangan politiknya.
2) Pembelaan terhadap Agama. Persoalan-persoalan keagamaan, baik
berkenaan dengan aqidah, ushul, furu’ atau yang lain telah
memasuki ruang perdebatan. Sehingga memunculkan ḥadῑṡ-ḥadῑṡ
palsu yang mengukuhkan suatu pendapat atau bahkan menolak
pendapat lain yang berkaitan.

3
Hasjim Abbas, Kritik Matan Hadis: Versi Muhadditsin dan Fuqaha. Cet I, (Yogyakarta:
Teras, 2004), hal. 13

8
3) Pembelaan terhadap Aliran Geografis.Ingin Mendekati Penguasa.
Yakni ia akan membuat ḥadῑṡ palsu yang sesuai dengan keinginan
penguasa yang dimaksudkan, sebagai upaya untuk meraih harta dan
jawaban. Mencari Pendukung (Massa). Motif ini termasuk duniawi,
sebab periwayat (pemalsu) ḥadῑs akan merasa gagah dan bangga
terhadap dirinya sendiri,tatkal banyak orang berdatangan
kepadanya untuk meriwayatkan haditsdarinya

B. Tujuan Dan Manfaat Kritik Matan Hadits


Kritik matan hadis termasuk kajian yang jarang dilakukan oleh
muhaddisin, jika dibandingkan dengan kegiatan mereka terhadap kritik
sanad hadis. Tindakan tersebut bukan tanpa alasan. Menurut mereka
bagaimana mungkin dapat dikatakan hadis Nabi kalau tidak ada silsilah
yang menghubungkan kita sampai kepada sumber hadis (Nabi Muḥammad
saw). Kalimat yang baik susunan katanya dan kandungannya sejalan
dengan ajaran Islām, belum dapat dikatakan sebagai ḥadis, apabila tidak
ditemukan rangkaian perawi sampai kepada Rasulullah. Sebaliknya
tidaklah bernilai sanad ḥadῑṡ yang baik, kalau matannya tidak dapat
dipertanggungjawabkan keabsahannya. Adapun tujuan kritik matan
menurut Muhammad Thahir alJawabi menjelaskan dua tujuan kritik
matan, yaitu:
1. Untuk menentukan benar tidaknya matan hadis.
2. Untuk mendapatkan pemahaman yang benar mengenai kandungan
yang terdapat dalam sebuah matan hadis.4
Dengan demikian, kritik matan hadis ditujukan untuk meneliti
kebenaran informasi sebuah teks hadis atau mengungkap pemahaman dan
interpretasi yang benar mengenai kandungan matan hadis. Dengan kritik
hadis kita akan memperoleh informasi dan pemahaman yang benar
mengenai sebuah teks hadis.

4
Umi Sumbulah, Kritik Hadis: Pendekatan Historis Metodologis, (Malang: UIN Press,
2008), hal 26

9
Kegiatan kritik matan penting dilakukan, karena terdapat fungsi di
dalamnya yaitu: Pertama, Sebagai langkah menghindari sikap ceroboh dan
berlebihan dalam meriwayatkan hadis karena adanya ukuran-ukuran
tertentu dalam metodologi kritik matan. Kedua, Sebagai langkah alternatif
menghadapi kemungkinan adanya kesalahan pada diri para periwayat.
Ketiga, Sebagai usaha menghadapi musuh-musuh Islam yang memalsukan
hadis dengan menggunakan sanad sahih. Keempat, Menghadapi
kemungkinan terjadinya kontradiksi antara beberapa riwayat5

C. Langkah-Langkah Penelitian Matan Hadits


Perlunya penelitian matan hadis tidak hanya karena keadaan matan
hadis itu tidak dapat dilepaskan dari pengaruh keadaan sanad saja, tetapi
juga karena dalam periwayatan matan hadis ada yang disebut periwayatan
secara makna (ar-riwayah bi al-ma‘na).Ulama-ulama hadis telah
menetapkan syarat sahnya periwayatan secara makna. Namun hal itu
tidaklah berarti bahwa seluruh periwayatan yang terlibat dalam
periwayatan hadis telah mampu untuk memenuhi dengan baik semua
ketentuan itu. Untuk melakukan penelitian terhadap kandungan matan
hadis maka acap kali juga diperlukan penggunaan pendekatan rasio,
sejarah dan prinsip-prinsip pokok ajaran Islam. Untuk itu dalam hal
melakukan penelitian matan hadis maka sangat sulit untuk melakukannya,
karena disebabkan oleh beberapa faktor:
1. Adanya periwatan secara makna
2. Acuan yang digunakan sebagai pendekatan tidak satu macam saja
3. Latar belakang timbulnya petunjuk hadis tidak selalu dapat diketahui
4. Adanya kandungan petunjuk hadis yang berkaitan dengan hal-hal
yang berdimensi supra rasional danmasih langkanya kitab-kitab yang
membahas secara khusus penelitian matan hadis.

5
Al-Vidatuz Zuhriah, KRITIK MATAN DAN URGENSINYA DALAM PEMBELAJARAN
HADIS: Studi Hadis Puasa Daud,hal 9.

10
Sedangkan Arifudin Ahmad mengatakan bahwa faktor yang menjadi
kesulitan dalam penelitian matan hadis ada 3 :
1. Keadaan matan hadis tidak dapat dilepaskan dari pengaruh keadaan
sanad.
2. Adanya periwayatan secara makna.
3. Kandungan matan hadis.
Sedangkan menurut al-Idlibi faktor kesulitan dalam meneliti matan
hadis ada 3 :
1. Kitab-kitab yang membahas kritik matan hadis sangat langka.
2. Pembahasan matan hadis pada kitab-kitab tertentu termuat di
berbagai bab yang bertebaran sehingga sulit dikaji secara khusus.
3. dan adanya kekhawatiran menyatakan sesuatu sebagai bukan hadis
padahal hadis atau menyatakan hadis padahal bukan hadis.
Adapun tujuan pokok dari penelitian hadis, baik sanad maupun
matan adalah untuk mengetahui kualitas hadis yang diteliti tersebut.
Karena kualitas hadis sangat erat kaitannya dengan kehujjahan hadis itu
sendiri. Hadis yang kualitasnya tidak memenuhi syarat maka tidak bisa
dijadikan hujjah. Pemenuhan syarat diperlukan karena hadis merupakan
salah satu sumber ajaran Islam. Penggunaan hadis yang kualitasnya tidak
memenuhi syarat maka akan dapat mengakibatkan ajaran Islam tidak
sesuai dengan apa yang seharusnya. Untuk menyatakan bahwa suatu
matan hadis itu sahih atau tidaknya, maka para ulama memberikan tolak
ukur penelitian matan (ma‘ayir an-naqd al-matn) terhadap penelitian
matan, dalam hal ini M. Syuhudi Ismail mengajukan langkah-langkah
metodologis kegiatan penelitian matan hadis yaitu:
1. Meneliti matan hadis dengan melihat kualitas sanadnya.
2. Meneliti susunan lafal berbagai matan hadis yang semakna, dan
3. Meneliti kandungan matan hadis.
Dengan menempuh ketiga langkah tersebut diharapkan segi-segi
penting yang harus diteliti pada matan hadis dapat membuahkan hasil
penelitian yang dapat dipertanggung jawabkan. Baik secara ilmiah maupun

11
secara agama. Berbagai kaedahdan istilah yang berkaitan dengan langkah-
langkah tersebut memang sangat sulit untuk diterangkan secara rinci.
Kesulitan itu tidak hanya disebabkan oleh banyaknya halaman uraian yang
diperlukan saja, tetapi juga oleh adanya kekhawatiran bahwa bila uraian
berbagai kaedah dan istilah itu dikemukakan secara panjang lebar, maka
langkah-langkah penelitian yang menjadi pokok kajian akan tenggelam
oleh penjelasan-penjelasan itu. Walaupun demikian, akan dibahas
seperlunya sejumlah kaedah dan istilah yang dapat mempermudah
pemahaman tentang langkah-langkah yang dimaksud dalam hal ini.
Sementara itu, menurut Arifuddin Ahmad bahwa langkah-langkah
penelitian matan ada 4, yaitu 3 sama seperti M. Syuhudi Ismail, dan satu
lagi dengan menambahkan kaedah kesahihan matan sebagia acuan.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, penulis dapat menarik kesimpulan
sebagai bahwa Kritik matan hadits adalah kegiatan yang mempunyai cara-cara
sistimatis dalam mengkaji dan menelusuri kebenaran suatu hadits, sehingga
ditemukan status hadits sahih dan tidak sahih dari segi matannya, juga
dimaksudkan sebagai pengecekan kembali kebenaran sumber hadits yang
disandarkan kepada Nabi atau tidak dan kegiatan kritk matan memang sudah
ada sejak zaman Nabi masih hidup. Adapun manfaat penelitian kritik hadits
ini adalah untuk mengetahui kualitas hadits yang diteliti.

B. Saran
Dalam penulisan makalah ini, tentu masih banyak sekali kekurangan-
kekurangan yang ada. Untuk itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran
yang membangun dari bapak dan ibu, guna perbaikan untuk penulisan
berikutnya. Namun demikian kami berharap dengan adanya makalah yang
sederhana ini dapat sedikit membantu menambah ilmu dan wawasan kita.

13
DAFTAR PUSTAKA

Masrukhin Muhsin,”Kritik Matan Hadits” Studi Komparatif antara al-A’azami


dan G.H.A Juynboll”, V.2, No.1. (2016)
Al-Vidatuz Zuhriah, “Kritik Matan Dan Urgensinya Dalam Pembelajaran Hadi”
Studi Hadis Puasa Daud, V.3,No.1 (2020)
Hasjim Abbas, Kritik Matan Hadis: Versi Muhadditsin dan Fuqaha. Cet I,
Yogyakarta: Teras, 2004
Umi Sumbulah, Kritik Hadis: Pendekatan Historis Metodologis, Malang: UIN
Press, 2008

14

Anda mungkin juga menyukai