Anda di halaman 1dari 12

Makalah Dipresentasikan 16-10-2014

MODEL PENELITIAN HADITS


1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hadits merupakan sumber ajaran Islam yang kedua setelah AlQuran. Kajian terhadap hadits sangatlah menarik karena keberadaanya
yang mewarnai masyarakat dalam berbagai bidang kehidupa. Penelitian
terhadap hadits baik secara keotentikannya ,kandungan mana dan
ajaran yang diajarkanya, macam-macam tingkatan dan fungsi dalam
menjelaskan kandungan yang ada pada al-Quran banyak dilakukan oleh
para ahli. Hasil dari kajian dan penelitian yang dilakukannya kemudian di
publikasikan diberbagai kalangan akademis diperguruan tinggi, madrsah
maupun masyarakat umum melalui berbagai karya-karya yang telah
dirumuskanya. Hasil dari kajian-kajian tersebut bisa dijadikan sebagai
suatu kajian Islam dalam study hadits yang kita perlukan.
Penerimaan hadis dari nabi Muhammmad banyak mengandalkan
hafalan para sahabat, hanya beberapa sahabat saja yang menulisnya.
Pada awalnya penulisan tersebut hanya dipergunakan untuk kepentingan
individunya. Oleh karena itu hadis-hadis yang ada dari para sahabat
kemudian diterima pra tabiin ditemukan dengan redaksi dengan lafadz
yang asli dari nabi dan ada pula yang sesuai dengan makna dan
maksudnya saja.
Sebagaimana Al-Quran hadis banyak diteliti oleh para ahli, dapat
dikatakan penelitian hadis lebih banyak kemungkinan dibandingkan
penelitian al-Quran. Ditinjau dari segi datangnya, Al-Quran diyakini
secara mutawatir dari Allah. sedangkan al-Hadis tidak seluruhnya diyakini
berasal dari nabi. Hal ini disebabkan sifat-sifat lafadz hadis tidak bersifat
mujizat dan juga perhatian terhadap penulisan hadis pada zaman
Rasulullah agak kurang bahkan Beliau pernah melarang penulisan
terhadap hadis. Begitupula sebab-sebab politisme lainnya, antara masingmasing pembawa hadits berbeda. sehingga perlulah hadis tersebut untuk
di teliti.

Makalah Dipresentasikan 16-10-2014


B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertiyan hadis.
2. Bagai mana model metode penelitian hadis.
3. Jelaskan kriteria keshahihan hadis.
C. Tujuan
1. Menjelaskan pengertiyan hadis.
2. Menjelaskan model metode penelitiyan hadis.
3. Menjelaskan kriteriya keshahihan hadis.

D. Manfaat
1. Menambah pemahaman pembaca tentang pengertiyan hadis.
2. Menambah pemahaman pembaca tentang model metode penelitiyan
hadis.
3. Menambah pemahaman pembaca tentang kritteriya keshahihan hadis.

2. PEMBAHASAN
A. Pengertian Hadis
Kata hadis berasal dari bahasa Arab (al-hadis) jamak dari kata (alahadits). Dari segi bahasa, kata ini memiliki banyak arti, diantaranya: (aljadid) yang artinya baru, lawan kata dariri

(al-qodim) yang arti

lama.Dalam hal ini sewua yang disandarkan kepada Nabi Muhammad


Saw.itu adalah hadis (baru) sebagai lawan dari wahyu Allah (kalam Allah)
yang bersifat qadim (lama).
Sedangkan menurut istilah banyak para ulama yang berbeda
pendapat dalam mengartika hadis itu sendiri. Bahkan ulama hadis itu
sendiri berbeda-beda pendapat dalam mengartikan hadis itu sendiri. Para
ulama hadis tersebut ada yang mengartikan secara terbatas dan ada pula
yang mengartikan secara luas.
Pengertian hadis menurut Ibn al-Subki (wafat771 H = 70
M ), hadis adalah segala sabda dan perbuatan Nabi Muhammad
Saw.

Beliau

tidak

memasukan

taqrir

Nabi

Muhammad

Saw.sebagai bagian dari rumusan definisi hadis 1


Yang dimaksudkan perkataan ialah segala sesuatu yang pernah
Nabi ucapkan dalam berbagai bidang, seperti bidang hukum, akhlak,
aqidah

dan

sebagainya.

Sedangkan

yang

dimaksudkan

dengan

perbuatan ialah penjelasan praktis mengenai peraturan-peraturan syariat


yang belum jelas pelaksanaannya. Misalnya cara sembahyang dan cara
menghadap kiblat dalam sembahyang sunnat di atas kendaraan yang
sedang berjalan.
1.Bustamin,Metodologi kritik hadis,( Jakarta : PT Raja Grafi Persada,2004 )Hlm 6.
2

Makalah Dipresentasikan 16-10-2014


Dalam pengertian yang luas seperti yang di kemukakan oleh para
ahli hadis yang lainnya yaitu :
hadis bukan hanya di sandarkan kepada Nabi Muhammad SAW
saja, melainkan dapat pula disebutkan pada apa yang mauquf ( di
hubungkan dengan perkataan dan sebagainya dari sahabat) dan pada
apa yang maqthu (dihubungkan dengan perkataan dan sebagainya dari
thabiin )2.
B. Model penelitiyan hadis
Hadis sebagaimana Al-Quran banyak diteliti oleh para ahli,
bahkan dapat dikatakan lebih banyak kemungkinan dibandingkan
penelitian al-Quran. Ditinjau dari segi datangnya, al-Quran diyakini
secara mutawatir dari Allah. Berbeda dengan al-Hadis tidak seluruhnya
diyakini berasal dari nabi. Hal ini disebabkan sifat-sifat lafadz hadis tidak
bersifat mujizat dan juga perhatian terhadap penulisan hadis pada zaman
Rasulullah agak kurang bahkan Beliau pernah melarangnya. Dan juga
karena sebab-sebab politisme lainya. Keadaan inilah yang menyebabkan
para ulama seperti
segenap

tenaga,

Imam Bukhari dan Muslim yang mencurahkan


fikiran

dan

waktunya

bertahun-tahun

untuk

mengadakan penelitian hadits, dan hasil penelitianya dibukukan dalam


kitab Sahih Bukhari dan Shahih Muslim.
Luasnya perbedaan dan pengaruhnya dari kedua macam kitab
tersebut

maka

banyak

sekali

para

peneliti

yang

menggunakan

pendekatan Comparativ juga melakukan kritik. Namun demikian kritik


terhadap kedua kitab tersebut tidak akan sampai menjatuhkan kesahihan
keduanya.
Menurut penelitian jumhur Sahihul Bukhari lebih tinggi dibanding
dengan sahihul Muslim dengan alasan :
a. Persyaratan yang diberikan lebih ketat
b. Kritik terhadap Bukhari lebih sedikit
c. Perawi hadits yang dikritik adalah orang-orang yang
diketahui keadaanya oleh Bukhari.
Disisi lainya yang menilai bahwa sahihul muslim lebih memiliki
kelebihan dibandingkan yang dimiliki Bukhari . kelebihan tersebut :
a. Sistematika lebih baik
b. Redaksi Muslim lebih diterima
Ulama maghriby menganggap bahwa hadits sahih Muslim lebih
tinggi disbanding dengan sahih Bukhari, meskipun persyaratan yang
2 Fatchur Rahman,ikhtishar mushthalahul hadits, Bandung, Pt Al-Maarif, cetakan ke 7, 1991. 13
3

Makalah Dipresentasikan 16-10-2014


diberikan lebih sedikit namun sudah dianggap memenuhi persyaratan
minimal.
1. Model H.M.Quraisy Shihab
Penelitian yang di lakukan oleh Qurasy syihab mengenai hadis
lebih sedikit dibandingkan penelitiannya terhadap Al Quran. Beliau
hanya meneliti dua sisi dari hadis tersebut, yakni mengenai hubungan
hadis dan Al quran dan posisi sunnah dalam tafsir3.
Hasil penelitian Quraish Shihab mengenai fungsi hadis
terhadap Al Quran menekankan bahwa hadis atau sunnah berfungsi
menjelaskan maksud dari firman-firman Allah. Seperti dalam surat an
Nahl ayat 44 Allah berfrman :
Keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. dan kami
turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada
umat manusia apa yang Telah diturunkan kepada mereka dan
supaya mereka memikirkan. ( Q. S An Nahl :44)
Pandangan ulama terhadap bentuk dan sifat serta fungsi
sunnah sangat beragam, ada yang di perselisihkan dan ada pula yang
tidak. Adapun pendapat yang tidak di perselisihkan menengenai
fungsi sunnah terhadap Al quran seperti yang di ungkapkan Abu Halim
adalah :
Pertama Fungsi sunnah yaitu sekedar utuk menguatkan apa
yang ada dalam Al quran. Oleh sebab itu sunnah menjadi sumber
hukum yang kedua setelah Al quran. Sedangkan yang kedua fungsi
sunnah adalah bukan hanya sekedar untuk memperkuat Al quran,
melainkan sunnah berfungsi untuk memperluas, merinci, bahkan
membatasi pengertian lahir dari ayat-ayat Al quran.
Selain itu hadis juaga berfungsi sebagai penetap hukum yang
tidak di dapatkan dalam Al quran. Sebagai contohnya yaitu : Tidak
boleh seseorang mengumpulkan (memadu) seorang wanita dengan
ammah ( saudari bapak ) nya dan seorang wanita dengan khalah
( saudari ibu nya)4. ( H.R Bukhari ). Dalam hadis lain sesunguhnya
Allah

telah

mengharamkan

mengawini

seseorang

karena

3 . Abuddin Nata, Prof. Dr. H. M.A. Metodologi Studi Islam. 2004. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Makalah Dipresentasikan 16-10-2014


sepersusuan, sebagaimana Allah telah mengharamkan karena
senasan ( H.R. Bukhari dan Muslim ).
2.

Model Mustafa Al-Sibaiy


Mustafa Al-Sibaiy dikenal sebagai tokoh intelektual muslim
dari mesir, selain banyak meneliti mengenai masalah-masalah sosial
dan ekonomi beliau juga menulis buku-buku yang mengkaji tentang
islam. dalam buku-bukunya itu beliau mengkaji dengan menggunakan
pendekatan historis dan di sajikan secara deskriptis analitis. Yakni
dalam sistem penyajian menggunakan
Pendekatan urutan waktu dalam sejarah. Ia berupaya
mendapatkan bahan-bahan penelitian sebanyak-banyaknya dari
berbagai leteratur hadis sepanjang perjalanan kurun waktu.
Hasil penelitian Mustafa Al-Sibaiy antara lain mengenai
sejarah proses dan tersebarnya hadis dimulai dari masa rasulullah
sampai terjadinya upaya pemalsuan hadis dan usaha para lama untuk
membendungnya, dengan melakukan pencatatan sunnah.
Selanjutnya beliau juga menyampaikan hasil penelitiannya
mengenai

pandangan

kaum

Khawarij.

Syiah,

Mutazilah

dan

mutakllimin, para penulis moderen dan para umat muslim umumny.


Dilanjutkan dengan laporan tentang sejumlah kelompok dimasa
sekarang yang mengingkari kehujjahan Al sunnah disertai pembelaan.
3. Model Muhammad Al- Ghazali
Muhammad Al Ghazali menyajikan hasil penelitiannya tentang
hadis dalm buku al-sunnah al-Nabawiyah baina ahl Al Fiqh wa ahl al
hadits5. Dilihat dari segi kandungannya yang terdapat dalam buku
tersebut, nampak bahwa penelitian hadis yang dilakukan Muhammad
al Ghazali ini termasuk penelitian eksploratif, yaitu membahas,
mengkaji dan menyelami sedalam-dalamnya berbagai persoalan
aktual yang uncul dimasyarakat yang untuk kemudian di berikan
status hukumnya dengan berpijak pada kontek hadis tersebut.
4 . Abdurrahman.M.Dr. Pergeseran Pemikiran Hadits. 2000. Jakarta: Paramidana.

5 . Al-Hafizh Jalaluddin As-Sayuthi. Proses Lahirnya Sebuah Hadits. 1986. Bandung: Pustaka
5

Makalah Dipresentasikan 16-10-2014


Dengan kata lain beliau terlebih dahulu memahami hadis yang di
telitinya itu dengan melihat konteksnya kemudian baru dihubungkan
dengan masalah aktual yang muncul di masyarakat.

4. Model Zain Al-Din Abdl Ar Rahim bin Al husain Al iraqiy


Beliau hidup tahun 725-806 terolong ulama generasi pertama
yang banyak melakukan penelitian hadis. Bukunya yang berjudul al
Taqyid wa al Idlah Syarh muqaddiman ibn al Shalah6 adalah
termasuk kitab ilmu hadis yang tertua yang banyak menjadi rujukan
bagi penulis ilmu hadis generasi berikutnya.
Beliau nampaknya mencoba membangun ilmu hadis dengan
menggunakan bahan-bahan hadis nabi serta berbagai pendapat para
ulama yang di jumpai dalam kitab tersebut, dengan demikian,
penelitiannya bersifat penelitia awal, yakni penelitian yang ditujukan
untuk menemukan bahan-bahan yang digunakan untuk membangun
suatu ilmu. Buku inilah yang pertama kali mengemukakan berbagai
macam hadis yang di dasarkan pada kualitas sanad dan matannya,
yaitu hadis yang tergolong sahih, hasan dan dhaif. Kemudian dilihat
pula dari keadaan tersambung atau terputusnya sanad yang di
baginya menjadi hadis musnad, muttasil, marfu, mauquf, mursal, al
munqati. Selanjutnya dilihat pula dari eadaan kualitas matannya.

5. Model penelitian lainnya


Selanjutnya, terdapat pula model penelitian hadis yang di
arahkan pada fokus kajian aspek tertentu saja misalnya Rifaah Fauzi
Abd Muthalib pada tahun 1981, meneliti perkembangan sunnah pada
tahun ke dua hijriah. Selanjutnya Mahmud Abu Rayyah melalui telaah
kritis terhadap hadis Nabi SAW. Dan masih banyak ulama-Ulama lain
yang meneliti hadis dengan mengrahkan pada aspek tertentu saja.
Dalam pada itu ada pula yang menyusun buku-buku hadis
dengan mengambil bahan-bahan pada penelitian tersebut di atas.
Berdasarkan pada hasil penelitian tersebut, maka kini ilmu hadis
tumbuh menjadi salah satu di siplin ilmu keislaman. Penelitian hadis
6 . Abu Muhammad Muhammad Syuhbah. Kitab Hadits Shahih Yang Enam.1994. Bogor: Pustaka

Litera Antarnus

Makalah Dipresentasikan 16-10-2014


masih

tampak

begitu

luas

terutama

jika

dikaitkan

dengan

permasalahan aktual dewasa ini. Penelitian terhadap kualitas hadis


yang di pakai dalam berbagai kitabmisalnya belum banyak di lakukan,
demikian pula penelitian hadis yang ada hubungannya dengan
masalah atual tampak masih terbuka luas. Berbagai pendedkatan
dalam memahami hadis juga belum banyak di gunakan. Misalnya
pendekatan sosiologis, pedagogis, antropologis, ekonomi, politik,
filosofis, tampaknya belum banyak digunakan oleh para peneliti hadis
sebelumnya.

Akibat

dari

keadaan

demikian,

tampak

bahwa

pemahaman masyarakat terhadap hadis umumnya masih bersifat


parsial.

C. Kriteria kesahihan Hadits


Ulama hadits dalam menetapkan dapat diterimanya suatu hadits
tidak hanya mensyaratkan hal-hal yang berkaitan dengan rawi hadits
saja. Hal ini, disebabkan karena hadits sampai kepada kita melalui mata
rantai yang teruntai dalam sanadnya. Oleh karena itu, haruslah
terpenuhinya syarat-syarat lain yang memastikan kebenaran perpindahan
hadits disela-sela mata rantai tersebut. Syarat-syarat tersebut kemudian
dipadukan dengan syarat-syarat diterimanya rawi, sehingga penyatuan
tersebut dapat dijadikan ukuran untuk mengetahui mana hadits yang
dapat diterima dan mana hadits yang harus ditolak.
Pada umumnya para pakar hadits mengklasifikasikan hadits
kedalam tiga bentuk, yaitu: shahih, hasan dan dha'if. Adapun hadits
maudhu' tidak termasuk dalam pembagian tersebut, karena pada
dasarnya itu bukan hadits. Penyebutannya sebagai hadits hanya
dikatakan oleh orang yang suka membuatnya. Dalam menetapkan kriteria
kesahihan hadits, terjadi perbedaaan pendapat di kalangan Muhaditsin.
Meskipun demikian, kriteria kesahihan hadits yang banyak diikuti oleh
para pakar hadits adalah yang dikemukakan oleh Ibn Shalah yang
menyebutkan lima kriteria keotentikan hadits, yaitu:
1. Sanadnya bersambung
Kata ittishal berarti bersambung atau berhubungan.
Sanad-nya

bersambung

bersangkutan

artinya

benar-benar

setiap

menerimanya

rawi
dari

hadits

yang

rawi

yang

sebelumnya dan begitu selanjutnya sampai pada rawi yang


pertama. Dengan demikian menurut al-Suyuti, hadits munqati,
7

Makalah Dipresentasikan 16-10-2014


mu'dhal, mu'allaq, mudallas dan mursal tidak termasuk kategori
hadits shahih karena sanad-nya tidak bersambung. Menurut Ibnu
al-Shalah, hadits muttasil meliputi hadits marfu dan hadits
mauquf. Sedangkan hadits musnad adalah hadits yang khusus
disandarkan kepada rasulullaah Saw. Dengan demikian, ulama
hadits umumnya berpendapat bahwa hadits musnad pasti marfu'
dan bersambung sanad-nya, sedangkan hadits muttashil tidak
mesti bersambung sanad-nya.
Sanad suatu hadis dianggap tidak bersambung bila
terputus salah seorang atau lebih dari rangkaian para perawinya.
Boleh jadi rawi yang dianggap putus itu adalah seorang rawi yang
dhaif , sehingga hadis yang bersangkutan tidak shahih 7

2. Rawinya 'adil
Keadilan rawi merupakan faktor penentu bagi diterimanya
suatu riwayat, karena keadilan itu merupakan suatu sifat yang
mendorong seseorang untuk bertakwa dan mengekangnya dari
berbuat maksiat, dusta dan lain-lain yang merusak harga diri
(muruah) seseorang8
Dengan persyaratan ini, maka definisi di atas tidak
mencakup hadis maudhu dan hadis-hadis dhaif yang disebabkan
rawinya dituduh fasik, rusak muruahnya dan sebagainya.
Secara bahasa kata 'adl berasal dari 'adala ya'dilu,
'adalat, yang berarti condong, lurus lawan dari dzalim dan
pertengahan. Kata 'adl ini kemudian digunakan oleh muhadditsin
sebagai sifat yang mesti ada pada diri seorang rawi agar
riwayatnya bisa diterima. Menurut Muhammad 'Ajjaj al-Khatib,
'adalat merupakan sifat yang melekat didalam jiwa yang mampu
mengarahkan pemiliknya untuk senantiasa bertaqwa, menjaga
muru'ah, menjauhi perbuatan dosa, tidak melakukan dosa-dosa
kecil, dan menjauhi perbuatan yang menjatuhkan muru'ah seperti
kencing dijalan, makan dijalan dan lain sebagainya.
7 Nuruddin 'Itr, Manhaj al-Naqd fi 'Ulum al-Hadits, terj. Mujiyo (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,

1994), 2.
8.

Nuruddin 'Itr, Manhaj al-Naqd fi 'Ulum al-Hadits, terj. Mujiyo, 3.

Makalah Dipresentasikan 16-10-2014

3. Rawinya bersifat dhabit.


Dhabit artinya cermat dan kuat hapalannya. Sedangkan
yang dimaksud dengan rawi dhabit adalah rawi yang kuat
hafalannya, tidak pelupa, tidak banyak ragu, tidak banyak salah,
sehingga ia dapat menerima dan menyampaikannya sesuai
dengan apa yang ia terima. Dari sudat kuatnya hafalan rawi, kedhabit-an ini terbagi menjadi dua macam, yaitu:pertama, dhabit
shadri atau dhabth al-fu'ad, dan kedua dhabth al-kitab.
Dhabt al-Shadr artinya kemampuan untuk memelihara
Hadits dalam hafalan sehingga apa yang ia sampaikan sama
dengan apa yang ia terima dari guruya. Sedangkan
dhabth al-kitab adalah terpeliharanya pe-riwayat-an itu
melalui tulisan-tulisan yang dimilikinya.
Yang dimaksud dhabit adalah bahwa rawi hadis yang
bersangkutan dapat menguasai hadisnya dengan baik , baik
hapalannya kuat maupun dengan kitabnya, kemudian ia mampu
mengungkapkannya kembali ketika meriwayatkannnya.
4. Tidak terdapat kejanggalan atau syadz.
Mengenai hadits yang syadz, al-Syafi'i dan ulama Hijaz
berpendapat bahwa suatu hadits dipandang syadz jika ia
diriwayatkan oleh seorang yang tsiqat namun bertentangan
dengan hadits yang diriwayatkan oleh orang tsiqat yang banyak,
sementara itu tidak ada rawi lain yang meriwayatkannya.
Sebenarnya kerancuan hadis itu akan hilang dengan
terpenuhinya tiga syarat sebelumnya, karena para muhadditsin
menganggap

bahwa

kedhabitan

telah

mencakup

potensi

kemampuan rawi yang berkaitan dengan sejumlah hadis yang


dikuasainya. Boleh jadi terdapat kekurangpastian dalam salah
satu hadisnya, tanpa harus kehilangan predikat kedhabitannya
sehubungan dengan hadis-hadisnya yang lain. Kekurangpastian
tersebut hanya mengurangi keshahian hadis yang dicurigai
saja[4
5. Tidak terdapat cacat ('illat)
Menurut Ibn Shalah, 'illat adalah sebab yang tersembunyi
yang merusak kualitas hadits. Keberadaannya menyebabkan
hadits yang pada lahirnya tampak shahih menjadi tidak shahih.

Makalah Dipresentasikan 16-10-2014


Hadits yang mengandung unsure 'illat tersebut disebut dengan
hadits mu'allal dan ma'lul. Dikatakan tidak ada cacat jika hadis
yang bersangkutan terbebas dari cacat-cacat keshahihannya.
Yakni

hadis

itu

terbebas

dari

sifat-sifat

samar

yang

membuatnyacacat, meskipun tampak bahwa hadis itu tidak


menunjukkan adanya cacat-cacat tersebut. dan hadis yang
mengandung cacat itu bukan hadis shahih. sebagian ulama yang
menyebutkan 'illat dan syadz ada pada sanad.

3. PENUTUP
1. KESIMPULAN
Meskipun banyak ulama yang berbeda pendapat mengenai penafsiaran
hadis di atas, namun pada hakiktnya hadis merupakan segala sesuatu yang di
sandarkan kepada rasulullah SAW. Baik perbuatannya, sifat, ucapannya, diam
atau tidaknya dan segala sesuatu yang bersumber dari rasulullah SAW. Sehingga
dalam ajran islam dijadikan sumberhukum yang kedua setelah Al Quran.
Mengenai berbagai model penelitian hadis yang sudah di jelaskan di atas,
dapat di simpulkan bahwa berbagai macam model penelitian yang di tawarkan
oleh para peneliti islam, yaitu pada dassarnya mencari kebenaran hadis tersebut,
karena hadis merupakan hukum ke dua setelah Al Quran dalam agama islam.
Adapun berbagai macam model yang di tawarkan di atas yaitu penelitian
mengenai fungsi hadis, sejarah hadis, dan juga penelitian yang di lakukan kepada
matan dan sanad hadis. Agar hadis itu dapat di jadikan sebagai tuntunan bagi
ummat islam.
Dalam intinya, hadis shohih itu mem punnyai keriteriya agar bisa dibilang
sebuwah hadis shohih.Yaitu sanadnya bersambung, rowinya adil, rowinya bersifat
dhabit, tidak terdapat kejanggalan, tidak ter dapat cacat ( illat ).

DAFTAR PUSTAKA
Bustamin,Metodologi kritik hadis,Jakarta,PT Raja Grafi Persada,2004.6
Fatchur Rahman,ikhtishar mushthalahul hadits, Bandung, Pt Al-Maarif,
cetakan ke 7, 1991. 13
Abuddin Nata, Prof. Dr. H. M.A. Metodologi Studi Islam. 2004. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.

10

Makalah Dipresentasikan 16-10-2014


Abuddin Nata, Prof. Dr. H. M.A. Metodologi Studi Islam. 2004. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
Abdurrahman.M.Dr. Pergeseran Pemikiran Hadits. 2000. Jakarta:
Paramidana.
Al-Hafizh Jalaluddin As-Sayuthi. Proses Lahirnya Sebuah Hadits. 1986.
Bandung: Pustaka.
Abu Muhammad Muhammad Syuhbah. Kitab Hadits Shahih Yang

Enam.1994. Bogor: Pustaka Litera Antarnusa.


Nuruddin 'Itr. Manhaj al-Naqd fi 'Ulum al-Hadits. Terj. Mujiyo (Bandung: PT Remaja
Rosda Karya, 1994), 2.
Nuruddin 'Itr. Manhaj al-Naqd fi 'Ulum al-Hadits. Terj. Mujiyo(Bandung: PT Remaja
Rosada Karya,1994), 3.

11

Makalah Dipresentasikan 16-10-2014

12

Anda mungkin juga menyukai