D. Manfaat
1. Menambah pemahaman pembaca tentang pengertiyan hadis.
2. Menambah pemahaman pembaca tentang model metode penelitiyan
hadis.
3. Menambah pemahaman pembaca tentang kritteriya keshahihan hadis.
2. PEMBAHASAN
A. Pengertian Hadis
Kata hadis berasal dari bahasa Arab (al-hadis) jamak dari kata (alahadits). Dari segi bahasa, kata ini memiliki banyak arti, diantaranya: (aljadid) yang artinya baru, lawan kata dariri
Beliau
tidak
memasukan
taqrir
Nabi
Muhammad
dan
sebagainya.
Sedangkan
yang
dimaksudkan
dengan
tenaga,
dan
waktunya
bertahun-tahun
untuk
maka
banyak
sekali
para
peneliti
yang
menggunakan
telah
mengharamkan
mengawini
seseorang
karena
3 . Abuddin Nata, Prof. Dr. H. M.A. Metodologi Studi Islam. 2004. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
pandangan
kaum
Khawarij.
Syiah,
Mutazilah
dan
5 . Al-Hafizh Jalaluddin As-Sayuthi. Proses Lahirnya Sebuah Hadits. 1986. Bandung: Pustaka
5
Litera Antarnus
tampak
begitu
luas
terutama
jika
dikaitkan
dengan
Akibat
dari
keadaan
demikian,
tampak
bahwa
bersambung
bersangkutan
artinya
benar-benar
setiap
menerimanya
rawi
dari
hadits
yang
rawi
yang
2. Rawinya 'adil
Keadilan rawi merupakan faktor penentu bagi diterimanya
suatu riwayat, karena keadilan itu merupakan suatu sifat yang
mendorong seseorang untuk bertakwa dan mengekangnya dari
berbuat maksiat, dusta dan lain-lain yang merusak harga diri
(muruah) seseorang8
Dengan persyaratan ini, maka definisi di atas tidak
mencakup hadis maudhu dan hadis-hadis dhaif yang disebabkan
rawinya dituduh fasik, rusak muruahnya dan sebagainya.
Secara bahasa kata 'adl berasal dari 'adala ya'dilu,
'adalat, yang berarti condong, lurus lawan dari dzalim dan
pertengahan. Kata 'adl ini kemudian digunakan oleh muhadditsin
sebagai sifat yang mesti ada pada diri seorang rawi agar
riwayatnya bisa diterima. Menurut Muhammad 'Ajjaj al-Khatib,
'adalat merupakan sifat yang melekat didalam jiwa yang mampu
mengarahkan pemiliknya untuk senantiasa bertaqwa, menjaga
muru'ah, menjauhi perbuatan dosa, tidak melakukan dosa-dosa
kecil, dan menjauhi perbuatan yang menjatuhkan muru'ah seperti
kencing dijalan, makan dijalan dan lain sebagainya.
7 Nuruddin 'Itr, Manhaj al-Naqd fi 'Ulum al-Hadits, terj. Mujiyo (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,
1994), 2.
8.
bahwa
kedhabitan
telah
mencakup
potensi
hadis
itu
terbebas
dari
sifat-sifat
samar
yang
3. PENUTUP
1. KESIMPULAN
Meskipun banyak ulama yang berbeda pendapat mengenai penafsiaran
hadis di atas, namun pada hakiktnya hadis merupakan segala sesuatu yang di
sandarkan kepada rasulullah SAW. Baik perbuatannya, sifat, ucapannya, diam
atau tidaknya dan segala sesuatu yang bersumber dari rasulullah SAW. Sehingga
dalam ajran islam dijadikan sumberhukum yang kedua setelah Al Quran.
Mengenai berbagai model penelitian hadis yang sudah di jelaskan di atas,
dapat di simpulkan bahwa berbagai macam model penelitian yang di tawarkan
oleh para peneliti islam, yaitu pada dassarnya mencari kebenaran hadis tersebut,
karena hadis merupakan hukum ke dua setelah Al Quran dalam agama islam.
Adapun berbagai macam model yang di tawarkan di atas yaitu penelitian
mengenai fungsi hadis, sejarah hadis, dan juga penelitian yang di lakukan kepada
matan dan sanad hadis. Agar hadis itu dapat di jadikan sebagai tuntunan bagi
ummat islam.
Dalam intinya, hadis shohih itu mem punnyai keriteriya agar bisa dibilang
sebuwah hadis shohih.Yaitu sanadnya bersambung, rowinya adil, rowinya bersifat
dhabit, tidak terdapat kejanggalan, tidak ter dapat cacat ( illat ).
DAFTAR PUSTAKA
Bustamin,Metodologi kritik hadis,Jakarta,PT Raja Grafi Persada,2004.6
Fatchur Rahman,ikhtishar mushthalahul hadits, Bandung, Pt Al-Maarif,
cetakan ke 7, 1991. 13
Abuddin Nata, Prof. Dr. H. M.A. Metodologi Studi Islam. 2004. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
10
11
12