Disusun Oleh:
Suprihartono
Jl. KH. Hasyim Ashari KM 3 Poris Plawad Utara Cipondoh Kota Tangerang
MAKNA KATA KAFIR DALAM AL-QUR’AN
Sosiologi )
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat kelak.1 Perkara – perkara yang tercakup
untuk senantiasa menjadi bahan pembahasan dan up to date yakni term kafir
sebanyak 525 kali yang tersebar di 73 surat dari 114 surat yang ada dalam Al-
Qur’an dengan segala bentuknya.2 Dengan jumlah ayat yang banyak membahas
term kafir tersebut, memungkinkan kata kafir memiliki makna dan penafsiran
1
Muhammad Chirzin,Permata Al – Qur’an (Jakarta:Kalil,20140) Hal. 3
2
M. Fuad ‘Abd al Baiy, Mu’jam al Muhfarasi li Ahfaz al Qur’anil Karim ( Beirut;Daar al Fikr,
1981), Hal. 605-613.
Kata kafir merupakan bagian dari konsep syariat Islam, yang
penerapannya harus berlandaskan pada dalil yang syar’i pula. Keberadaan kata
kafir sebenarnya sudah ada sejak zaman Rasulullah SAW dengan pembuktian
melalui pengulasan tentang kafir baik dari sisi pelaku atau perbuatannya. Selama
Abu Bakar ,Umar dan Utsman tidak pernah terjadi perpecahan terhadap umat
Islam. 3
setelah Rasulullah SAW wafat. Penyematan kata kafir dengan argumentasi dalil
yang tidak syar’i yang ditujukan kepada sebagian sahabat Rasul SAW, oleh
kelompok khawarij. Khawarij menilai bahwa pelaku dosa besar dari kalangan
umat Islam teranggap sebagai orang yang keluar dari Islam dan dinyatakan kafir
negara yang majemuk atau heterogen baik dari bahasa, budaya atau pun agama.
3
Nasir ibnu Abd al Karim al -Aql, Ciri-ciri dan DoktriAkidah Khawarij Dulu Dan Kini, terj.
Mustofa Aini ( Jakarta:Darul Haq,2013),Hal.5
menjaga keutuhan bangsa dan negara. Sikap menghargai atau toleransi terhadap
yang lebih luas bukan lagi pada tataran tekstual namun melihat dari sisi
mendorong terjadinya hubungan tersebut. Bukan hanya itu sosiologi juga dapat
dijadikan sebagai salah satu pendekatan dalam memahami agama.4 Bahkan tidak
Qur’an dan hadits itu dengan cara memperhatikan keadaan masyarakat setempat
secara umum.
penggunaan kata kafir kepada orang non Islam dianggap berafiliasi dengan
4
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002,Hal 39.
mengganti penyebutan kafir kepada orang selain Islam dengan sebutan “non
muslim”.
dalam perspektif yang luas ataupun dalam perspektif yang khusus. Dan
bagaimana pula penggunaan kata kafir dalam konteks sosiologi dan upaya
Sayyid Quthb (Fi Dzilalil Qur’an) dalam menafsirkan kata kafir yang tertuang di
dalam Al- Qur,an. Namun dalam penyajian penelitian ini , penulis membatasi
pemahaman yang utuh dari kedua mufasir, yakni Sayyid Qutub ( Fi Dzilalil
Qur’an) dan Buya Hamka (Al Ahzar). Sekaligus berupaya untuk menghadirkan
kemiripan history atau sejarah kehidupan yang mirip, yakni sama-sama hidup
jeruji besi. Meskipun dalam sektor budaya cenderung berbeda antara satu dengan
yang lainnya. Sayyid Quthb hidup di wilayah dengan budaya Islam yang
budaya.
Apakah latar belakang atau history kedua mufassir menghasilkan
pemaknaan kata kafir yang sama antara satu dengan yang lainnya. Atau kondisi
B. Rumusan Masalah
2. Apa makna kafir dalam tafsir Fi Dzilalil Qur’an karya Sayyid Quthb ?
sosiologi ?
C. Batasan Masalah
Agar pembahasan term kafir ini tidak meluas dan bias dalam
mufassir atas term kafir yang memiliki makna berbeda dari berbagai tinjauan
maka penulis hanya terfokus pada pembahasan yang berkaitan dengan nilai-nilai
sosiologi. Tentunya diksi kafir secara sosiologi tidak lagi disebut sebagai
konsekuensi atas seseorang atau kelompok orang yang tidak beriman tetapi
dibawa lebih jauh lagi sebagai orang -orang yang “membangkang” (ashaw) atau
wawasan bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya. Dari paparan yang ada
didalamnya terkait penelitian kata kafir oleh kedua mufassir dapat memberikan
adanya gesekan lagi tentang pemahaman sempit terkait pemaknaan kata kafir.
Sehingga hubungan antar golongan dan anak bangsa dalam bernegara bisa
dilakukan oleh pihak lain. Setelah peneliti melakukan beberapa kajian dari
berbagai sumber terkait penggunaan kata kafir dalam Al-Qur’an , peneliti tidak
5
Romdhoni fathur, “Penafsiran Sayyid Quthb atas Kafir dalam Tafsir Fi Dzilalil Qur’an”
(Skripsi IAIN Yogyakarta 2017).
6
Sholeh, Moh, and Masruroh Masruroh. "Identitas Kafir dalam Al-Qur’an (Studi Analisis
Tematik Penafsiran Buya Hamka)." AL-THIQAH: Jurnal Ilmu Keislaman 4.2 (2021): 22-41.
Dalam hal ini penulis tidak mendapati karya peneliti sebelumya
pembahasan terkait makna kafir dari kedua mufassir ditinjau dari perspektif
sosiologi.
F. Metodologi Penelitian
padahal isi kandungannya sama, atau antara ayat-ayat yang redaksinya mirip
diajukan. Dalam pengambilan data-data penelitian ini hanya melalui buku, jurnal,
7
Drs.H.Ahmad Izzan, M.ag, Metodologi ilmu tafsir, hal 106
8
Mardalis,”Metode Penelitian;Suatu Pendekatan Proposal”, PT. Bumi Aksara, Jakarta,h.28
Untuk sumber primer penelitian ini menggunakan kitab Al-Qur’an
dan tafsir Al Azhar serta Fi Dzilail Qur’an. Namun demikian untuk melengkapi
berbagai buku,jurnal,artikel dan skripsi yang membahas judul dari penelitian ini.
G. Sistematika Penulisan
yang tersusun berkaitan antara pembahasan satu bab ke bab berikutnya, sehingga
Bab I: Pendahuluan
Dalam bab ini berisi tentang definisi kata kafir, ayat-ayat yang
Qur’an
Dzilalil Qur’an serta penafsiran ayat-ayat kafir oleh Hamka dan Sayyid Quthb ,
Bab V: Kesimpulan
BAB I: PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
C. Batasan Masalah
D. Tinjauan Pustaka
E. Metodologi Penelitian
F. Sistematika Penulisan
C. Jenis-Jenis Kafir
D. Definisi Sosiologi
Qur’an
Bab V: Kesimpulan