Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS KATA MUNKAR DAN FAHSYA DENGAN TEORI ANTI-

SINONIMITAS AISYAH BINTU SYATHI’

(Penelitian Studi Pustaka)

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Penelitian


Prodi Ilmu Al-Quran dan Tafsir.

oleh:

RESA AMALIA ZULFA

NIM: 202005072

PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PERSIS GARUT

1444 H/2023 M
A. Latar Belakang Penelitian
Al-Quran yang diinterpretasi oleh Umat Islam adalah salah
satu tugas yang tidak akan pernah berhenti. Karena itu merupakan
sebuah upaya dan ikhtiar untuk memahami pesan-pesan Ilahi. Akan
tetapi, pemahaman manusia itu relative. Sehingga pesan Ilahi yang
terdapat dalam Al-Quran tidak bisa dipahami secara sama dari waktu
ke waktu pasti akan mengalami perkembangan bahkan perubahan
sekalipun seiring dengan perkembangan zaman dan peradaban
manusia serta kondisi sosial budaya.1
Al-Quran memiliki bahasa dan makna yang mengandung
nilai yang tinggi, sehingga keduanya digunakan dalam berabagai
ayat Al-Quran. Al-Quran memiliki berbagai konsep dan beragam
arti. Hal ini bisa dilihat dari kajian kritis terhadap kebahasaan dalam
Al-Quran yang mengalami perubahan dan perkembangan yang
signifikan. Adapun salah satu factor yang dapat mempengaruhi
adalah karena bahasa Al-Quran yang memiliki kekayaan bahasa
yang beragam, luas dan melimpah sehingga bahasa Al-Quran kaya
akan makna dan penafsiran. Oleh karena itulah kajian kritis
mengenai kebahasaan di dalam Al-Quran tentunya mengalami
dinamika perubahan dan perkembangan yang sangat signifikan.
Motif para pemikir kontemporer ini adalah membuat sebuah teori
yang baru karena Al-Quran sendiri merupakan objek yang sampai
saat ini selalu menarik untuk diteliti lebih mendalam. Berbeda hal
nya ketika Al-Quran muncul, itu hanya diposisikan sebagai teks
tunggal/sacral atau sejalan dengan istilahnya Muhammad Arkoun
yang menyatakan bahwa Al-Quran adalah teks yang tertutup atau
disebut dengan corpus resmi. Yang artinya, Al-Quran tidak bisa
ditambah dan dikurangi baik dari segi ayat ataupun suratnya.
Sehingga menimbulkan implikasi bahwa Al-Quran itu hanya
dijadikan sebuah media yang hanya bisa digunakan untuk dibaca
saja bukan untuk dikaji ataupun diteliti. Sehingga pada masa klasik,
para mufassir cenderung memahami makna Al-Quran dengan kaku
dan stagnan. Karena belum memiliki upaya kritik.2
Seiring berjalannya perkembangan, terdapat salah satu teori
yang menarik yang perlu dikaji lebih mendalam yaitu teori anti-
sinonimitas atau istilahnya dalam „ulumul quran dikenal dengan la
taradufa fi alfaz Al-Quran. Teori ini merupakan salah satu cabang
dari aspek I’jaz Al-Quran dan menyatakan bahwa kata-kata dalam

1
Ariefta Hudi Fahmi. Sinonimitas Dalam Al-Quran. Hal. 1 (Skripsi., Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2015)
2
Andy Rosyidin. Fahsya dan Munkar Dalam AL-Quran Dengan Analisis Teori Anti-
Sinonimitass. Hal 1 (Skripsi., Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2020)
Al-Quran yang pada susunan luarnya (zhahir) memiliki kesamaan
arti (mutaradif) hakikatnya berbeda dengan makna spesifiknya
(batin). Hal ini menunjukkan bahwa segala yang disampaikan dalam
Al-Quran memiliki maksud dan tujuannya masing-masing. Yang
salah satu factor yang mempengaruhinya adalah karena bahasa Al-
Quran adalah bahasa Arab yang memiliki kekayaan bahasa yang
sangat melimpah.3
Melihat realitas praktik yang berkembang di masyarakat,
yang terkadang membaca dan memahami Al-Quran dengan
bahasanya sendiri yang bukan menurut konsep bahasa aslinya,
misalnya melalui terjemahan dalam bahasa Indonesia. Lalu
munculah perdebatan di kalangan para ulama mengenai lafadz atau
kata yang maknanya tampak sinonim dalam Al-Quran.4
Seiring perkembangannya, diskursus ini tentunya menuai pro
kontra. Para ulama yang kontra dan berpegang pada pendapat bahwa
terdapat sinonimitas dalam Al-Quran adalah Sibawaih, Khalil, dan
Suyuthi, mereka berhujjah dengan tiga alasan 1) sinonim adalah
jenis dari taukid makna. 2) taraduf adalah salah satu dari
penyerupaan (al-mutasyabih) yaitu pergantian kata satu dengan yang
lain dalam dua ayat yang semisal. 3) penafsiran ayat oleh ulama
dengan menggunakan kalimat maknanya serta menjelaskan yang
samar terhadap lafal-lafal Al-Quran. Adapun kelompok yang yang
pro terhadap “anti-sinonimitas” dalam Al-Quran diantaranya adalah
Ibnu Al-„Arabi, Ahmad bin Yahya Sa‟lab, Ahmad bin Faris. Dan
berhujjah bahwa setiap kalimat dalam Al-Quran memiliki makna
yang spesifik, yang membedakan antara satu kalimat dengan
lainnya. M. Quraish Shihab pakar tafsir Indonesia, yang juga
menolak adanya sinonim murni dalam Al-Quran. Ia bahkan
mengungkap kaidah umum mengenai mutaradif yakni tidak ada dua
kata yang berbeda kecuali pada perbedaan maknanya.5
Selain itu, Bintu Syathi juga mengatakan bahwa setiap kata
yang terdapat dalam Al-Quran telah mempunyai sebab dan tujuan
makna tertentu. Beliau menuliskan mengenai metodologi teori anti-
sinonimitas yaitu hal pertama yang harus dilakukan jika ingin
meneliti makna kata dalam Al-Quran yaitu mengumpulkan dan
memperhatikan kata-kata yang membahas satu objek tertentu dalam
Al-Quran yaitu makna-makna secara kebahasaan, kemudian

3
Ibid, hal 2.
4
Ariefta Hudi Fahmi. Sinonimitas Dalam Al-Quran. Hal. 4 (Skripsi., Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2015)
5
Alif Jabal Kurdi, Saipul Hamzah. Menelaah Teori Anti-Sinonimitas.. Hal. 248-249.
Millati, Journal of Islamic Studies and Humanities Vol. 3, No. 2, Des. 2018.
memperhatikan penggunaan Al-Quran terhadap kata itu dengan jalan
susunan redaksi ayat secara menyeluruh, bukan pada kata yang bisa
secara berdiri sendiri terlepas dari konteksnya. Bintu Syathi juga
memberikan contoh ayat yang dianggap sinonim, namun sebenarnya
antara satu kata dengan kata lainnya berbeda makna, yaitu kata al-
hulm dan al-ru’ya, kata al-bashar dan al-insan.6
Adapun sama halnya dengan kata fahsya dan munkar, pada
dasarnya kedua kata tersebut memiliki kesamaan dari segi arti, tetapi
jika ditinjau lebih mendalam lagi maka kedua kosa kata tersebut
memiliki pemaknaan tersendiri. Fahsya adalah kejahatan yang
berimplikasi kepada ganjaran had bagi pelakunya. Sedangkan
munkar masih diperdebatkan hukuman dan sanksinya. Namun, jika
berkaca kepada terjemahan Al-Quran semisal pada Al-Quran pada
umumnya diterjemahkan dengan perbuatan yang keji. Dari
terjemahan harfiah tersebut dipahami bahwa kedua kata tersebut
memiliki kesamaan arti segala sesuatu yang bertendensi kepada
perbuatan yang negative.
Berdasarkan penjelasan-penjelasan tersebut, maka dapat
dikatakan bahwa lafadz fahsya dan munkar bermakna yang sama-
sama kejahatan atau perbuatan yang negative. Lalu bagaimana
penerapan teori anti-sinonimitas pada keduanya? Bukankah banyak
beberapa kelompok yang berbeda pandangan mengenai teori
sinonimitas dan anti-sinonimitas dalam Al-Quran. Sehingga menjadi
menarik, apabila teori anti-sinonimitas lafadz-lafadz Al-Quran ini
digunakan sekaligus diuji dengan melihat makna dari kata-kata yang
akan dikaji. Penelitian ini diharapkan mampu mengetahui
keberadaan sinonimitas dalam Al-Quran melalui sampling kata
dengan menggunakan pasangan kata Munkar dan Fahsya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana teori taraduf atau sinonimitas dan la taraduf atau
anti-sinonimitas?
2. Apa makna kata fahsya dan munkar serta derivasinya dalam Al-
Quran?
3. Bagaimana perbedaan kata fahsya dan munkar?
4. Bagaimana aplikasi teori anti-sinonimitas Aisyah Bintu Syathi‟?

6
Regita Okti Nurmaulida Sinonimitas Dalam Al-Quran (Aplikasi Pendekatan Susastra Bintu
Syathi’…). (Skripsi., UIN Sunan Ampel Surabaya, 2021).
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah penulis ajukan, dapat
disimpulkan bahwa penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mendeskripsikan diskursus teori sinonimitas dan anti-
sinonimitas dalam penafsiran.
2. Mendeskripsikan makna kata fahsya dan munkar dalam Al-
Quran.
3. Mendeskripsikan perbedaan antara kata fahsya dan munkar.
4. Mendeskripsikan teori aplikasi anti-sinonimitas Aisyah bintu
Syathi‟.

Berdasarkan rumusan dan tujuan penelitian yang telah dipaparkan di


atas, penelitian ini diharapkan menghasilkan manfaat:

1. Manfaat teoritis, manfaat dari penelitian ini yaitu dapat


mengetahui perihal taraduf lebih terperinci dan lebih
menguatkan akan adanya la taraduf atau anti-sinonimitas.
2. Manfaat praktis, manfaat penelitian ini juga untuk menambah
khazanah bidang ulumul quran dan tafsir pada masyarakat luas.
Mengingat bahwa permasalahan taraduf ini masih membutuhkan
kajian yang lebih mendalam. Dan juga untuk mengetahui makna
kata fahsya dan munkar serta perbedaan keduanya.
D. Kerangka Teoritis
1. Diskursus sinonimitas dan anti-sinonimitas
Sinonimitas atau taraduf adalah bentuk bahasa atau kata yang
maknanya mirip atau sama dengan bentuk bahasa atau kata lain.
Secara istilah sinonimitas adalah dua kata atau lebih yang
memiliki satu arti ketika dilihat dari akar katanya. Adapun
antisinonimitas adalah dua kata atau lebih yang tidak memiliki
satu arti.7
Mengenai pro kontra sinonimitas dalam Al-Quran, terdapat dua
kelompok yang merespons: pertama, kelompok yang
berpendapat terdapat sinonimitas dalam Al-Quran, mereka
memiliki tiga argument bahwasannya sinonim adalah jenis dari
taukid yang dilihat dari maknanya yang ditunjukkan dengan
adanya taukid lafal yang serupa dan taukid dengan meng-atafkan
lafal yang serupa. kedua, taraduf adalah salah satu dari
penyerupaan yaitu pergantian kata satu dengan kata yang lain
dalam dua ayat yang semisal. Ketiga, penafsiran ayat oleh ulama
dengan menggunakan kalimat maknanya serta menjelaskan yang

7
Alif Jabal Kurdi, Saipul Hamzah. Menelaah Teori Anti-Sinonimitas.. Hal. 248.
Millati, Journal of Islamic Studies and Humanities Vol. 3, No. 2, Des. 2018.
samar terhadap lafal-lafal Al-Quran. Kelompok yang menentang
adanya sinonimitas adalah Bintu Syathi‟, yang menyimpulkan
bahwa penggunaan kata dalam Al-Quran didasarkan atas makna
tertentu tidak dapat digantikan oleh kata lain, baik
menurutkamus-kamus bahasa maupun kitab tafsir. Oleh karena
itu, tidak ada sinonim dalam Al-Quran, sebab setiap kata dalam
Al-Quran menunjukkan kapada maknanya sendiri.
E. Kajian Pustaka
Penelitian dan kajian tentang sinonimitas ini telah banyak dilakukan
oleh para ahli tafsir, tokoh-tokoh ulumul Quran maupun para
akademisi, baik berupa buku-buku, jurnal dan karya ilmiah lainnya.
Kajian pustaka ini dilakukan untuk mengetahui perkembangan
fenomena sinonimitas dalam Al-Quran, agar dalam penelitian ini
tidak terjadi pengulangan masalah dan pembahasan.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa penelitian ini merupakan
penelitian lanjutan dari penelitian sebelumnya dengan mengangkat
objek fahsya dan munkar. Berikut beberapa literature yang berkaitan
dengan penelitian ini:
1. Teori Asinonimitas Muhammad Syahrur (kajian antara lafaz
kitabah dengan faridah, dan inzal dengan tanzil dalam Al-Quran)
karya Abdul Rasyud Ridho. Tesis pada program studi Ilmu Al-
Quran Tafsir Pasca Sarjana Institut PTIQ Jakarta, 2016. Tesis ini
membahas tentang lafaz kitabah dan faridah juga inzal dan tanzil
dalam Al-Quran. Kemudian biografi Muhammad Syahrur beserta
biografinya yang meliputi karya-karya nya. Serta mengungkap
teori anti-sinonimitas yang diusung oleh Muhammad Syahrur
mengenai perbedaan lafaz tersebut.
2. Sinonimitas Dalam Al-Quran (Aplikasi pendekatan Susastra
Bintu Syath‟I terhadap lafaz Ajal dan Maut) karya Regita Okti
Nurmaulida. Skripsi pada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN
Sunan Ampel Surabaya, 2021. Skripsi ini membahas tentang
lafaz Ajal dan Maut dalam Al-Quran. Kemudian mengungkap
teori asinonimitas yang diusung oleh Bintu Syath‟I. serta
menjelaskan sinonimitas lafal Ajal dan Maut.
3. fahsya dan munkar dalam Al-Quran dengan Analisis Teori Anti-
Sinonimitas karya Andy Rosyidin. Skripsi pada Fakultas
Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2020. Skripsi ini
membahas tentang kata fahsya dan munkar dalam Al-Quran.
Dengan teori anti-sinonimitas dalam kesusastraan Arab. Juga
menguraikan makna kata fahsya dan munkar.
F. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Dalam metode penelitian ada beberapa bagian yang menjadi
ruang lingkup yang harus dikaji oleh seorang penulis dalam
menulis sebuah karya ilmiah. Supaya karya ilmiah tersebut
mudah dipahami dan dimengerti oleh penulis di dalam menyusun
data-data yang diperoleh. Dalam penelitian ini menggunakan
metode analisis-komparatif. Metode ini digunakan untuk
memperoleh sebuah gagasan dengan cara membandingkan.
Dalam penelitian ini metode tersebut digunakan untuk
memperoleh sebuah gagasan dengan cara membandingkan.
Dalam penelitian ini metode tersebut digunakan untuk
mendapatkan perbedaan makna kata fahsya dan munkar.
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian merupakan cara berpikir peneliti yang ada
dalam sebuah penelitian dan merupakan hal penting yang tidak
terlepas dari area penelitian, adapun pendekatan yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu pendekatan linguistic-kualitatif.
Pendekatan linguistic atau kebahasaan digunakan untuk
menafsirkan Al-Quran melalui bahasa. Pesan-pesan Al-Quran
yang disampaikan dengan bahasa Arab, menjadikan pendekatan
ini adalah cara untuk mencari tafsiran dari setiap ayat-ayat Al-
Quran.
3. Teori Penelitian
Dalam penelitian ini teori yang digunakan yaitu muqaran atau
perbandingan. Dalam perbandingan ini terdapat tiga hal yang
menjadi landasan perbandingan. Pertama, membandingkan ayat-
ayat Al-Quran yang memiliki kesamaan, baik makna maupun
akar katanya atau yang hanya diprediksi sama. Kedua,
membandingkan ayat-ayat Al-Quran dengan hadits yang
keduanya diperkirakan bertentangan. Ketiga, membandingkan
pendapat para ulama tafsir dalam menafsirkan Al-Quran.8
Penelitian ini membandingkan dua kata dalam ayat Al-Quran
yang memiliki kesamaan atau diduga sama, yaitu kata fahsya dan
munkar.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini:
a. Sumber data
Ada dua macam sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu sumber data primer dan sumber data
sekunder. Sumber data primer dari penelitian adalah ayat-
ayat Al-Quran yang mengandung kata fahsya dan munkar.
Sehingga disimpulkan bahwa Al-Quran menjadi sumber
8
Syahrin, Pasaribu. Metode Muqaran dalam Al-Quran. Hal. 44. Jurnal Wahana Inovasi, Vol.
9. No.1. 2020.
utama dalam penelitian ini. Sedangkan sumber sekunder
yang digunakan adalah kamus baik bahasa Arab maupun
bahasa Indonesia, beberapa kitab tafsir dan juga kajian-kajian
lainnya, seperti buku, skripsi, dan jurnal.
b. Analisis data
Dalam sebuah penilitian analisis data bertujuan untuk
menyimpulkan data yang diperoleh dalam bentuk yang
sederhana, ringkas dan mudah dipahami.9 Adapun dalam
penelitian ini menggunakan analisis Paradigmatik, yaitu
menganalisa dengan cara membandingkan kosa kata tertentu
dengan kosa kata lainnya yang dianggap mempunyai makna
serupa. Dan dalam penelitian ini akan menganalisis makna-
makna sebenarnya pada kata fahsya dan munkar dengan
merujuk pada beberapa tafsir.
c. Teknik Pengumpulan data
Penelitian ini menggunakan metode analisis-komparatif.
Sehingga cara-cara yang dilakukan dalam mengumpulkan
data adalah sebagai berikut:
1) Memilih dan menetapkan masalah Al-Quran yang akan
dikaji. Kata yang ditetapkan adalah fahsya dan munkar.
2) Mencari dan menghimpun ayat-ayat yang berkaitan
dengan masalah yang ditetapkan.
3) Membandingkan ayat-ayat yang telah dihimpun dengan
merujuk pada beberapa tafsir.

9
M. Kasiran. Metode Penelitian. Hal. 120. UIN Maliki Press. 2010.

Anda mungkin juga menyukai