TAFSIR BI AL-RA’YI
(Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Study Al-
Qur’an Hadis)
Dosen Pengampu:
Dr. K.H. Amiruddin, M.Pd.I
Disusun Oleh:
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur‟an merupakan sumber hukum Islam yang pertama dan utama.
Penggalian makna yang tersimpan di dalam setiap ayat Al-Qur‟an harus
dilakukan dengan usaha penafsiran yang mendalam dengan tetap mengacu
pada syarat-syarat yang harus dipenuhi seorang mufassir dan tidak melenceng
dari ajaran Islam yang sebenarnya. Al-Qur‟an secara teks memang tidak
berubah, tetapi penanfsiran atas teks, selalu berubah, sesuai dengan konteks
ruang dan waktu. Karenanya, Al-Qur‟an selalu membuka diri untuk dianalisis,
dipersepsi, dan diinterpretasikan (ditafsirkan) dengan berbagai alat, metode dan
pendekatan untuk menguak isi sejatinya. Aneka metode dan tafsir diajukan
sebagai jalan untuk membedah makna terdalam dari Al-Qur‟an itu. Sehingga
Al-Qur‟an seolah menantang dirinya untuk dibedah.1
Ilmu tafsir berperan menguraikan maksud yang terkandung dalam ayat-
ayat Al-Qur‟an, mengingat Al-Qur‟an diturunkan selain dengan gaya bahasa
yang sangat tinggi, juga terdapat ayat-ayat yang muhkam dan mutasyabih.
Dalam hal ini para ulama‟ sering mengklaim bahwa Al-Qur‟an diturunkan
dengan kalimat yang ringkas namun membawa unsur-unsur uslub (gaya)
bahasa yang padat makna sehingga membuat para ahli bahasa zaman dahulu
(bahkan sampai sekarang) tidak mampu menandingi Al-Qur‟an. Selain itu, juga
tidak setiap orang memiliki kompetensi untuk menafsirkan Al-Qur‟an.2
Kemampuan setiap orang dalam memahami Al-Qur‟an dan ungkapan Al-
Qur‟an tidaklah sama. Sehingga terjadinya perbedaan daya nalar diantara
mereka ini adalah suatu hal yang sangat mungkin terjadi. Itulah sebabnya
seorang dalam meraih kebenaran teks dan konteks sebuah ayat membutuhkan
ilmu-ilmu pendukung lainnya. Dengan ilmu tersebut, seseorang bisa lebih
1
Abdina Imam, 20 Oktober 2012, Tafsir Bi Al-Ra'y [online], (http://ab-
dina.blogspot.co.id/2012/10/tafsir-bi-al-ray.html), diakses pada hari Minggu, 28 Mei 2017 |
Pkl. 13.27
2 Sirr Amir, 15 Mei 2012, Tafsir bi al-Ra‟yi,[online], (http://sirr-
amir.blogspot.co.id/2012/05/tafsir-bi-al-rayi.html), diakses pada hari Minggu, 28 Mei 2017 |
Pkl 13:51
1
2
3
Abdina Imam, 20 Oktober 2012, Tafsir Bi Al-Ra'y [online], (http://ab-
dina.blogspot.co.id/2012/10/tafsir-bi-al-ray.html), diakses pada hari Minggu, 28 Mei 2017 |
Pkl. 13.56
3
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat diambil rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apa Pengertian Tafsir Bi Al-Ra‟yi?
2. Bagaimana sejarah munculnya Tafsir Bi Al-Ra‟yi?
3. Bagaimana pendapat ulama mengenai Tafsir Bi Al-Ra‟yi?
4. Apa macam dan contoh Tafsir Bi Al-Ra‟yi?
5. Apa Kelebihan dan kekurangan Bi Al-Ra‟yi?
C. Tujuan
Dari rumusan masalah diatas dapat diambil manfaat sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian Tafsir Bi Al-Ra‟yi.
2. Untuk mengetahui sejarah munculnya Tafsir Bi Al-Ra‟yi.
3. Untuk mengetahui pendapat ulama mengenai Tafsir Bi Al-Ra‟yi.
4. Untuk mengetahui macam dan contoh Tafsir Bi Al-Ra‟yi.
5. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan Tafsir Bi Al-Ra‟yi.
BAB II
PEMBAHASAN
4
Sirr Amir, 15 Mei 2012, Tafsir bi al-Ra‟yi [onlie], (http://sirr-
amir.blogspot.co.id/2012/05/tafsir-bi-al-rayi.html), diakses pada hari Senin, 29 Mei 2017 | Pkl.
09:24
5 Beti Yanuari, 2015, Tafsir bil Ra‟yi [Online], (http://www.tongkronganislami.net/2016/03/tafsir-
bil-rayi-atau-bid-diroyah.html) , diakses pada hari Senin, 29 Mei 2017 | Pkl 9:34
6al-Dirayah ialah tafsir yang pemahaman terhadap ayat-ayat Al-Quran melalui ijtihad dengan
menggunakan akal pikiran, yang dalam prakteknya mendayagunakan atau mengerahkan
seluruh kemampuan ilmu yang dimiliki, guna mencapai hasil penafsiran yang memadai, sesuai
dengan kehendak ayat yang bersangkutan.
4
5
yang ditunjukkan oleh berbagai informasi yang dimiliki seorang ahli tafsir
seperti bahasa dan berbagai peristiwa.8
169. Sesungguhnya syaitan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan
keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui. [QS.
10
Yakni: perintah-perintah, larangan-larangan, aturan dan lain-lain yang terdapat dalam Al Quran.
11
Ibid
8
29. ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh
dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatNya dan
supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran. (QS.
Shaad:29) (Tafsir Qur'an Per Kata Dilengkapi Dengan Asbabun Nuxul
& Terjemah, Departemen Agama RI, Jakarta: Magfirah, 2011;)
Proses tazakkur tidak akan bisa dilakukan tanpa mendalami rahasia-
rahasia Al-Qur‟an dan berusaha untuk memahami artinya.
b. Allah SWT. membagi manusia dalam dua klasifikasi; kelompok awam
dan kelompok ulama (cerdik cendikiawan). Allah memerintahkan
mengembalikan segala persoalan kepada ulama yang bisa mengambil
dasar hukum, firman Allah:
Artinya :
“Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan ulil Amri[322]
di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui
kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan ulil
Amri).” [QS. An-Nisa‟:83] (Tafsir Qur'an Per Kata Dilengkapi Dengan
Asbabun Nuxul & Terjemah, Departemen Agama RI, Jakarta: Magfirah,
2011;).
c. Mereka berpendapat, “bila penafsiran menurut ijtihad tidak dibenarkan
maka ijtihad itu sendiri niscaya tidak diperbolehkan. Akibatnya banyak
hukum yang terkatung-katung. Hal ini tidak mungkin karena bila
seorang mujtahid berijtihad dalam hukum syara‟, ia akan mendapatkan
pahala, baik benar maupun salah dalam ijtihadnya.12
12
Ibid
9
terpuji – al-tafsir al-mahmud – dan tafsir bi al-ra‟yi yang tercela – al-tafsir al-
madzmum.
Tafsir bi al-ra‟yi yang terpuji yaitu tafsir yang memiliki ciri-ciri sebagai
berikut :
a. Sesuai dengan tujuan al-Syari‟ (Allah SWT)
b. Jauh atau terhindar dari kesesatan
c. Dibangun atas dasar kaidah-kaidah kebahasaan – bahasa Arab – yang tepat
dengan mempraktekkan gaya bahasa – uslubnya – dalam memahami nash-
nash Alquran.
d. Tidak mengabaikan – memperhatikan – kaidah-kaidah penafsiran yang
sangat penting seperti memperhatikan asbabun nuzul, ilmu munasabah dan
lain-lain saran yang dibutuhkan oleh mufassir.
Tafsir bi al-ra‟yi seperti inilah yang tergolong tafsir yang baik lagi terpuji
dan layak digunakan. Karenanya maka tafsir Mahmud13 juga sering dijuluki
dengan al-Tafsir al-Masyru’ – tafsir yang disyari‟atkan.
Adapun tafsir bi al-ra‟yi yang tercela yaitu tafsir bi al-ra‟yi yang ciri-ciri
penafsirannya sebagai berikut :
a. Mufassirnya tidak mempunyai keilmuan yang memadai – bodoh.
b. Tidak didasarkan pada kaidah-kaidah keilmuan.
c. Menafsirkan Alquran dengan semata-mata mengandalkan kecenderungan
hawa nafsu.
d. Mengabaikan aturan-aturan bahasa Arab dan aturan syari‟ah yang
menyebabkan penafsirannya menjadi rusak, sesat dan menyesatkan.
Itulah sebabnya mengapa tafsir seperti ini disebut pula dengan al-tafsir
al-bathil. Bahkan tidak jarang digabung menjadi tafsir madzmum yang bathil.14
1. Beberapa Contoh Kitab Tafsir Bi Al-Ra’yi
Beberapa contoh kitab tafsir bi al-ra‟yi yang sangat besar manfaatnya
bagi perkembangan tafsir ilmu tafsir, di antaranya ialah :
15
Ibid, h. 78 – 79
11
16 Ibid, h. 74
12
g
17
„Ilat adalah sebuah sifat yang nampak dan terindrai, yang menjadi dasar ada atau tidaknya
sebuah hukum.
18
kondisional adalah kalimat mengekspresikan implikasi faktual, atau situasi hipotetis dan
konsekuensinya
13
19
Ismail Sumartono, 02 Oktober 2016, Tafsir bir-Ra'yi, http://al-
hibrun.blogspot.co.id/2016/10/tafsir-bir-rayi.html, [online], diakses pada tanggal 30 Mei 2017 |
Pkl. 10.0
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Tafsir bi al-ra‟yi adalah penjelasan tentang ayat-ayat al-Qur‟an dengan
menggunakan akal yang merupakan bentuk dari ijtihad berdasarkan dalil-dalil
yang sahih, serta menggunakan kaidah-kaidah yang murni dan tepat.
Tafsir bi al-ra‟yi muncul pada awal masa pemerintahan Bani Umayyah.
sejarah awal mula munculnya tafsir bi al-ra‟yi sangat di pengaruhi oleh kondisi
politik di masa itu, sehingga di antara mereka ada yang menulis tafsirnya
dengan ungkapan yang indah dan menyusupkan madzhabnya ke dalam untaian
kalimat yang dapat memperdaya banyak orang sebagaimana dilakukan penulis
Tafsir al-kassyaf dalam menyisipkan paham ke-mu‟tazila-annya.
Para ulama berbeda pendapat tentang status hukum tafsir bi al-ra‟yi, ada
ulama yang membolehkan untuk menafsirkan Al-Qur‟an, dan ada yang
melarang dengan keras menafsirkan Al-Qur‟an dengan hadis. Namun jika di
cermati kedua ulama sebenarnya hanya perbedaan dalam hal lafzhi, intinya
kedua pendapat sama-sama melarang penafsiran Al-Qur‟an bir-ra‟yi tanpa
kaidah-kaidah khusus yang harus di kuasai seorang mufassir sebelum menafsir
Al-Qur‟an.
Ada banyak sekali macam dan contoh buku dari tafsir bi al-ra‟yi ini. Para
ahli ilmu tafsir membedakan tafsir bi al-ra’yi ke dalam 2 macam yaitu: tafsir bi
al-ra‟yi yang terpuji – al-tafsir al-mahmud – dan tafsir bi al-ra‟yi yang tercela –
al-tafsir al-madzmum. Sedangkan untuk contoh kitab tafsir bi al-ra‟yi yang
terkenal adalah Mafatih al-Ghaib, Tafsir al-Jalalayn, Anwar al-Tanzil wa Asrar
al-Ta‟wil, dan masih banyak lagi yang tidak kami sebutkan disini.
Kelebihan dan kekurangan dari tafsir ini menurut Prof. Dr. Amin Suma
adalah terletak pada penafsiran yang bisa menafsirkan sesuai dengan
perkembangan zaman, sedangkan kelemahannya terletak pada penafsiran yang
mungkin saja dipaksakan dan subjektivitas serta jauh pendekatan ilmiah.
1
DAFTAR PUSTAKA
Baidan, Nashruddin, Prof, Dr, 2002, Metode Penafsiran Alquran, Kajian Kritis
Terhadap Ayat-Ayat yang Beredaksi Mirip, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Madjid, Nor Khalis, 1998, Kaki Langit Peradaban Islam, (ed) alqbal
Abdurraufsaimima, Jakarta: Pustaka Panjimas .
Manzhur, Ibn, Lisan al-Arab, Beirut: Dar Shadir, V, Qaththan, Manna‟ al-,
1973, Mabahits fi Ulumi Alquran, Manshurat al-Ashr al-Hadits.
Qaththan, Syaikh Manna‟, “Pengantar Studi Ilmu Alquran”, terj. H. Aqunur Rafiq
14
El-Mazni, Lc, MA.
Syirbashi, Ahmad Asy-, 1996, Sejarah Tafsir Quran, Jakarta: Pustaka Firdaus.
Suma, H. Muhammad Amin, Prof, Dr, MA, SH, 2001, Studi Ilmu-Ilmu
Alquran 2, Jakarta: Pustaka Firdaus.