Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS SEMANTIK

PERUBAHAN MAKNA SAYYAROH DALAM AL-QUR’AN

Hani Amrina Rosyada

UIN K.H Abdurrahman Wahid Pekalongan

Email: hanihanii890@gmail.com

Abstrak

Tulisan ini membahas mengenai makna dari kata sayyaroh dalam al-Qur’an. Teori yang
digunakan dalam penelitia ini ialah teori semantik yang dilihat dari sisi sejarah. Semantik dari
sisi sejarah maksudnya ialah mengetahui makna dari suatu kata dengan meneliti kembali sejarah
lahirnya suatu bahasa atau kata. Penelitian ini masuk dalam kategori penelitian kualitatif. Metode
yang digunakan adalah metode deskriptif dengan teknik pengumpulan data melalui studi
kepustakaan. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik baca dan catat, kemudian data itu
dianalisis dan disajikan dalam bentuk deskripsi. Hasil penelitian ini ialah bahwa Kata sayyara
dalam al-Quran mempunyai makna yang berbeda, memiliki akar kata yang sama namun makna
berbeda, dan memiliki akar yang sama memiliki penafsiran yang sama. Dari situ penulis
berkesimpulan bahwa kata sayyara bergeser dan berubah dalam suatu konteks yang berbeda,
sesuai kebutuhan penutur bahasa, aspek linguistik baik itu meluas, menyempit atau seimbang.

Kata Kunci : Sayyarah, Al-Qur’an, Sejarah

PENDAHULUAN
Penafsiran al-Qur`an selalu mengalami perkembangan dan pergeseran sesuai dengan
kondisi masyarakat pada zaman tertentu. Begitu pun dengan pendekatan dalam memahaminya
telah banyak dilakukan oleh cendekiawan Muslim maupun Barat. 1 Perkembangan zaman
menuntut para cendekiawan untuk melakukan kajian al-Qur`an berdasarkan perspektif yang
bermacam-macam, seperti perspektif antropologi, sosial, prikologis, dan lain sebagainya. Amin

1
Nasimah Abdullah, Saifulah Samsudin, and Nor Fatihah Suliman, ‘Masalah Semantik Dalam Terjemahan Majāz
Mursal Al-Quran: Analisis Terhadap Hubungan Musabbab’, Al-Irsyad: Journal of Islamic and Contemporary
Issues, 6.1 (2021), 508–22 <https://doi.org/10.53840/alirsyad.v6i1.145>.
al-Kulli berpendapat bahwa analisis linguistik dan sastra al-Qur`an sangat diperlukan dalam
melakukan kajian karena kebahasaan menjadi poin penting dalam memahami al-Qur`an.2
Pembumian firman Tuhan tersebut ke dalam bahasa Arab dalam wujud Al-Quran
menjadikan manusia mampu memahami dan menghayati pesan-pesan yang dikandungnya.3
Dalam upaya untuk memahami aspek-aspek kebenaran Alquran, umat islam sebenarnya sejak
lama telah mengalami pergulatan intelektual yang cukup serius, meskipun bisa di katakan
pergulatan tersebut muncul pada dataran persepsi atau pada aspek metodologis pemahamnya
serta pada hasil pemahamannya, bukan pada kesangsian akan kebenaran Alquran itu sendiri.
Mesti diakui prinsip-prinsip bahwa tidak hanya pengetahuan tentang bahasa arab saja yang
diperlukan untuk memahami Alquran secara tepat, tetapi juga tentang idiom-idiom bahasa arab
pada zaman Nabi.4
Bahasa berkembang sesuai dengan perkembangan masyarakat bahasa dalam kehidupan.
Salah satu perubahan yang dirasakan dalam bahasa adalah perkembangan makna. Perkembangan
makna dalam hal ini harus diberi jangkauan (cakupan) perubahan, perluasan dan penyempitan,
serta pergeseran makna. Perubahan makna dapat terjadi sebagai akibat perkembangan makna
oleh pemakai bahasa. Perubahan makna ini menjadi jangkauan semantik historis, dan perubahan
makna dapat terjadi melalui hubungan sintagmatik, rumpang dalam kosa kata, peralihan dari
pengacuan yang konkrit menjadi abstrak, timbulnya gejala sinestesia dan penerjemahan harfiah.5
Begitu pun dalam al-Qur’an, kosa kata yang terdapat dalam al-Quran ternyata mengalami
pergeseran dan perubahan makna, dan itu tampak sesuai kebutuhan zamannya. Seperti kata
sayyarah di dalam surat yusuf ayat 19 memiliki makna kelompok orang-orang musafir, dan
dalam kasus yang sama makna itu berkembang atau bahkan diganti dengan makna lain yang
tidak jauh maknanya, dan itu masih menyangkut tentang konteks perjalanan, yaitu mobil.
Berkenaan dengan hal itu, penulis melakukan penelitian pada al-Quran surat yusuf ayat 19
mengenai perubahan makna kata sayyarah.

2
Nur Umi Luthfiana, ‘Analisis Makna Khauf Dalam Al-Qur`an’, AL ITQAN: Jurnal Studi Al-Qur’an, 3.2 (2017),
95–118 <https://doi.org/10.47454/itqan.v3i2.61>.
3
Nurbayan Yayan, ‘Analisis Semantik Ayat-Ayat Al-Quran Tentang Penciptaan Manusia’, 1–10.
4
Ecep Ismail, ‘Analisis Semantik Pada Kata Ahzāb Dan Derivasinya Dalam Al-Quran’, Al-Bayan: Jurnal Studi
Ilmu Al- Qur’an Dan Tafsir, 1.2 (2016), 139–48 <https://doi.org/10.15575/al-bayan.v1i2.1598>.
5
Supadi, ‘Perkembangan Makna Sebagai Ajang Semantik’, Prosiding Seminar Daring Nasional: Pengembangan
Kurikulum Merdeka Belajar, 2020, 76–83
<https://ejournal.unib.ac.id/index.php/semiba/issue/view/956/Tersediadi:https://ejournal.unib.ac.id/index.php/
semiba/issue/view/956/>.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini masuk dalam kategori penelitian kualitatif. Metode yang digunakan adalah
metode deskriptif dengan teknik pengumpulan data melalui studi kepustakaan. Pengumpulan
data dilakukan dengan teknik baca dan catat, kemudian data itu dianalisis dan disajikan dalam
bentuk deskripsi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Sebab-Sebab Perubahan Makna
Perubahan makna yang terjadi dalam kosakata bahasa Arab yang diserap kedalam bahasa
Indonesia tidak mungkin lepas dari faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan
tersebut. Terdapat banyak faktor yang menjadi penyebab terjadinya perubahan makna sebuah
kata, antara lain:
1. Perkembangan dalam Ilmu dan Teknologi
Perkembangan dalam bidang ilmu dan kemajuan dalam bidang teknologi dapat
menyebabkan terjadinya perubahan makna sebuah kata. Di sini, sebuah kata yang tadinya
mengandung konsep makna mengenai sesuatu yang sederhana, tetap digunakan walaupun
konsep makna yang dikandung telah berubah sebagai akibat dari pandangan baru, atau
teori baru dalam satu bidang ilmu atau sebagai akibat dalam perkembangan teknologi.6
Kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan, menyebabkan perubahan makna
dalam suatu kosakata tertentu. Contoh seperti kata ‘filsafat’ yang merupakan kata serapan
dari bahasa Arab falsafah. Perubahan makna kata ‘filsafat’ dari pandangan hidup
(falsafah) menjadi ilmu yang berintikan logika, estetika, metafisika, dan
epistemology,adalah contoh perkembangan dalam bidang keilmuan. Pandangan-
pandangan baru atau teori baru mengenai filsafat menyebabkan makna filsafat dapat
berubah.
2. Perkembangan Sosial dan Budaya

6
Muhandis Azzuhri, ‘PERUBAHAN MAKNA NOMINA BAHASA ARAB DALAM AL-QUR’AN: Analisis
Sosiosemantik’, Jurnal Penelitian, 9.1 (2013) <https://doi.org/10.28918/jupe.v9i1.134>.
Perkembangan dalam bidang sosial kemasyarakatan dapat menyebabkan
terjadinya perubahan makna. Sebagaimana perubahan makna yang terjadi karena
perkembangan dalam bidang ilmu dan teknologi, sebuah kata yang pada mulanya
bermakna ‘A’, lalu berubah menjadi ‘B’ atau ‘C’. Jadi, bentuk katanya tetap sama, tetapi
konsep makna yang dikandungnya sudah berubah.
3. Perbedaan Bidang Pemakaian
Dalam setiap bidang kehidupan atau kegiatan tertentu, tentu memiliki kosakata
tersendiri yang hanya dapat digunakan dan dipahami melalui makna yang terkandung
dalam bidang tersebut. Katakata yang menjadi kosakata dalam bidang tertentu itu dalam
kehidupan dan pemakaian sehari-hari dapat pula digunakan oleh bidang lain dan menjadi
kosakata umum. Oleh karena itu, kata-kata tersebut akan memiliki makna baru selain
makna asli yang terkandung di dalamnya atau makna yang berlaku dalam bidangnya.
Contoh seperti kata ‘wakaf’, kata serapan dari bahasa Arab waqf yang bermakna ‘tempat
berhenti atau perhentian’. Namun,setelah diserap kedalam bahasa Indonesia, kata tersebut
mengalami perubahan makna. Kata ‘wakaf’ dalam bahasa Indonesia digunakan dalam
bidang sosial yang bermakna sebuah pemberian yang suci dan ikhlas, biasanya berupa
tanah atau benda bergerak atau tidak bergerak yang disediakan untuk kepentingan umum
dan digunakan untuk tujuan amal.7
4. Faktor Sejarah
Adanya perubahan kata yang disebabkan oleh faktor sejarah sangat berhubungan
erat dengan perkembangan kata. Misalnya dalam al-Quran kata “‫ ”الكتاب‬yang disebutkan
sebanyak 151 kali bermakna seluruh kitab suci yang diturunkan Allah SWT mulai dari
kitab Zabur, Taurat, Injil, dan Al-Quran.
Contohnya dalam QS. Al-Baqarah ayat 2
5. ‫َٰذ ِلَك ٱْلِكَٰت ُب اَل َر ْيَب ۛ ِفيِهۛ ُهًدى ِّلْلُم َّتِقيَن‬
“Kitab al-Quran ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang
bertaqwa”
Dalam QS Al-Baqarah ayat 2 bermakna khusus yakni al-Quran namun dalam
perkembangan arti kitab sendiri bermakna buku atau kitab itu sendiri. Sedangkan di

7
Faizetul Ukhrawiyah, ‘Perubahan Makna Kosakata Bahasa Arab Yang Diserap Ke Dalam Bahasa Indonesia’, Al-
Ma‘Rifah, 16.2 (2019), 132–39 <https://doi.org/10.21009/almakrifah.16.02.03>.
Indonesia alkitab dimaknai dengan injil. Jadi dari kata alkitab bukan hanya dimaknai
sebagai kitab suci, namun juga buku apapun yang dikatakan sebagai kitab.8

Pembahasan
Proses penjabaran teori telah penulis paparkan diatas, dan kali ini penulis mencoba
menganalisis menggunakan teori yang telah penulis pahami dan cerna. Cara yang penulis
gunakan dalam menganalisis suatu makna dalam al-Quran yaitu dengan memakai pisau analisis
semantik (pergeseran dan perubahan makna), dan kata yang penulis dalam analisis adalah kata
Sayarah’ yang terdapat dalam surat yusuf ayat sembilan belas, kemudian proses analisis melihat
kata tersebut, mencari referensi makna dalam kamus, tafsir dan akhirnya proses analisis.
Sebelum proses itu terjadi alangkah baiknya, jika kita memahami ayat 19 pada surat yusuf,
seperti yang ada dibawah ini.
Artinya : “Kemudian datanglah kelompok orang-orang musafir, lalu mereka menyuruh
seorang pengambil air, Maka dia menurunkan timbanya, dia berkata: "Oh; kabar gembira, Ini
seorang anak muda!" Kemudian mereka menyembunyikan dia sebagai barang dagangan. dan
Allah Maha mengetahui apa yang mereka kerjakan.”
Sekilas kita telah membaca dan mencoba memahami, sebenarnya apa arti atau maksud
ayat tersebut. ayat Yusuf ini bercerita mengenai sekelompok orang yang menyelamatkan seorang
yang shalih dan akhirnya orang shalih ini menjadi penguasa yang baik. Paparan pada kalimat
sebelumnya perlu penulis batasi, dan yang palin perlu penulis tekankan mengenai makna
sayyara’ atau seperti yang ada dalam terjemahan diatas bermakna sekelompok orang, kata
tersebut seiring perkembangan zamannya berubah arti menjadi mobil. Pada kesempatan ini,
supaya pembahasan makna sayarah ini terlalu jauh alangkah bagusnya kita melihat beberapa
tinjauan dibawah dan sampai proses analisis serta kesimpulan.
1) Tinjauan makna kamus
Makna sayyara’ yaitu Carriage mempunyai arti kata dokar automobile or car or
motorcar mempunyai arti kata oto dalam bahasa melayu, mobil dalam bahasa Indonesia. Dalam
bahasa Inggris makna sayarah dapat menggunakan caravan the travelers ( pelancong, orang
yang dalam perjalanan atau bakcpaker) menurut kamus Hans Wehr kata sayyara’ mempunyai
arti mobil (kendaraan yang dapat bergerak) kemudian makna berkembang menjadi kendaranan

8
Muhandis Az-Zuhri, dkk., Semantik Bahasa Arab & Al-Qur’an, (STAIN Pekalongan Press: Pekalongan, 2014).
untuk perjalanan (travel) dan beberapa perangkatnya seperti supir, biro perjalanan, atau pun
mobil berlapis baja.

2) Kajian Tafsir
Penulis mengambil beberapa tafsiran dari beberapa tafsir supaya hemat penulis dapat
membandingkan makna yang seperti adanya keranah tafsir yang lebih luas dan dipengaruhi oleh
para mufassir. Kata sayyara yang penulis ambil dari tafsir, pertama tafsir Jalalain mengatakan
sayyara memiliki makna kelompok orang-orang musafir, mereka orang-orang yang datang dari
Madyan menuju Mesir, lalu mereka singgah di dekat sumur di mana Yusuf berada.14 Kedua,
penulis mengambil tafsiran dari ustadz Qurais syihab, didalam tafsirnya al-Misbah dikatakan
bahwa kata sayyara memiliki arti sekelompok orang musafir, jika penulis dapat menambahkan
bahwa penafsiran yang dipergunakan oleh Qurais Syihab lebih dekat kepada penafsiran awal
yang terdapat pada tafsir Jalalain. Artinya meski tafsir yang digunakan oleh penulis berbeda, ciri
tafsir jalalain bersifat tafsir linguistik dan tafsir al-Misbah lebih ke tafsir ijmali namun
pandangan mengenai makna tafsiran sayyara itu sama.
3) Analisis
Berpijak pada teori sebelumnya, penulis memulai analisis ini dengan menjelaskan
beberapa hal yang terkait mengenai pergeseran kemudian disusul dengan perubahan. Pertama
aspek pergeseran makna, pergeseran makna dalam semantik mempunyai unsur-unsur, dan unsur-
unsur inilah yang menjadikan pergeseran dan perubahan makna itu sendiri.
Kata yang penulis ambil dalam al-Quran adalah sayyara yang menurut kajian tafsirannya
kata ini selalu bermakna sama. Kata sayyara bermakna sekelompok orang yang didalam
perjalanan, sedangkan dari tinjauan makna kamus memiliki perbedaan makna, kata sayyara
dalam beberapa kamus memiliki makna yang berbeda dan makna itu adalah kelompok
pelancong, penulis menambahkan bahwa makna tersebut dikarenakan terpengaruh unsur
kemodernan.
Makna kata sayyara juga disebutkan bermakna mobil atau otomobile ia merupakan
sebuah alat penolong manusia yang mempermudah aktivitas pekerjaan. Jika kita kaitkan keteori
bahwa makna sayyara bermakna mobil, maka asumsi penulis mengatakan bahwa proses
pergeseran makna begitu signifikan dan meliputi pergeseran secara keseluruhan. Melanjutkan
pembahasan bahwa, pergeseran makna diakibatkan kekurangan motivasi sehingga masyarakat
terkesan bodoh dan hanya bertahan pada pemakaian kata atau ejaan lama. Seperti pada kasus
kata sayyara dalam al-Quran yang bermakna sekelompok orang musafir yang notabene kata itu
sudah muncul dan dipakai oleh al-Quran.
Menurut Abdul Chaer dalam Taufiqqurrahman beberapa perubahan makna itu
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu (1) perkembangan Iptek, (2) perkembangan sosial
budaya, (3) perkembangan pemakaian kata, (4) perkembangan tanggapan indera, dan adanya (5)
asosiasi. Perkembangan Iptek ternyata memberi pengaruh dan dampak besar adalah kata sayyara
dalam al-Quran masih dipakai oleh istilah Iptek asumsi penulis bahwa kata ini masih
dipergunakan dan berubahnya makna karena adanya rujukan akar yang sama serta memiliki
kesamaan dalam fungsinya. Perkembangan sosial menitik beratkan pada pola dan perubahan
sosial itu sendiri, dalam masyarakat penutur bahasa biasanya bahasa dipergunakan oleh beberapa
trens jika dibahasakan mengikuti arus bahasa itu sendiri, seperti halnya kata sayyara dahulu
memiliki arti sekelompok musafir dan hari ini mempunyai makna mobil, perubahan ini
disebabkan oleh fenomena sosial.9

KESIMPULAN
Proses pergeseran dan perubahan makna disebabkan oleh beberapa faktor yaitu Bahasa
berkembang, makna kata itu sendiri samar, tanpa konteks tak jelas maknanya, kehilangan
motivasi, Karena ambigu, struktur kosakata dan makna ganda. Menurut Abdul Chaer dalam
Taufiqqurrahman beberapa perubahan makna itu disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu (1)
perkembangan Iptek, (2) perkembangan sosial budaya, (3) perkembangan pemakaian kata, (4)
perkembangan tanggapan indera, dan adanya (5) asosiasi.
Kata sayyara dalam al-Quran mempunyai makna yang berbeda, memiliki akar kata yang
sama namun makna berbeda, dan memiliki akar yang sama memiliki penafsiran yang sama. Dari
situ penulis berkesimpulan bahwa kata sayyara bergeser dan berubah dalam suatu konteks yang
berbeda, sesuai kebutuhan penutur bahasa, aspek linguistik baik itu meluas, menyempit atau
seimbang. Dan Perubahan makna dalam bahasa Arab Alquran berdampak positif terhadap pola
pikir dan pemahaman masyarakat akan kajian Alquran secara komprehensif dan integralistik
sehingga satu kata tidak hanya dipahami dengan monomakna tetapi multimakna.

9
Faridl Hakim, ‘Pergeseran Dan Perubahan Makna Kata ‫ ةَ رَّاَيس‬Dalam Al-Quran’, Tazkiya, 18.1 (2017), 1–12.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Nasimah, Saifulah Samsudin, and Nor Fatihah Suliman, ‘Masalah Semantik Dalam
Terjemahan Majāz Mursal Al-Quran: Analisis Terhadap Hubungan Musabbab’, Al-
Irsyad: Journal of Islamic and Contemporary Issues, 6.1 (2021), 508–22
<https://doi.org/10.53840/alirsyad.v6i1.145>
Azzuhri, Muhandis, ‘PERUBAHAN MAKNA NOMINA BAHASA ARAB DALAM AL-
QUR’AN: Analisis Sosiosemantik’, Jurnal Penelitian, 9.1 (2013)
<https://doi.org/10.28918/jupe.v9i1.134>
Az-Zuhri Muhandis, dkk., Semantik Bahasa Arab & Al-Qur’an, (STAIN Pekalongan Press:
Pekalongan, 2014
Hakim, Faridl, ‘Pergeseran Dan Perubahan Makna Kata ‫ ةَ رَّاَيس‬Dalam Al-Quran’, Tazkiya, 18.1
(2017), 1–12
Ismail, Ecep, ‘Analisis Semantik Pada Kata Ahzāb Dan Derivasinya Dalam Al-Quran’, Al-
Bayan: Jurnal Studi Ilmu Al- Qur’an Dan Tafsir, 1.2 (2016), 139–48
<https://doi.org/10.15575/al-bayan.v1i2.1598>
Nur Umi Luthfiana, ‘Analisis Makna Khauf Dalam Al-Qur`an’, AL ITQAN: Jurnal Studi Al-
Qur’an, 3.2 (2017), 95–118 <https://doi.org/10.47454/itqan.v3i2.61>
Supadi, ‘Perkembangan Makna Sebagai Ajang Semantik’, Prosiding Seminar Daring Nasional:
Pengembangan Kurikulum Merdeka Belajar, 2020, 76–83
<https://ejournal.unib.ac.id/index.php/semiba/issue/view/956/Tersediadi:https://
ejournal.unib.ac.id/index.php/semiba/issue/view/956/>
Ukhrawiyah, Faizetul, ‘Perubahan Makna Kosakata Bahasa Arab Yang Diserap Ke Dalam
Bahasa Indonesia’, Al-Ma‘Rifah, 16.2 (2019), 132–39
<https://doi.org/10.21009/almakrifah.16.02.03>
Yayan, Nurbayan, ‘Analisis Semantik Ayat-Ayat Al-Quran Tentang Penciptaan Manusia’, 1–10

Anda mungkin juga menyukai