Anda di halaman 1dari 4

Nama : CUT PUTRO RISKINA

NIM : 210703013
MK : MSI

FINAL

1. Islam dapat dipahami dengan bermacam pendekatan yakni teologis normatif, antropologis,
sosiologis, historis, empiris dan psikologis. coba Anda jelaskan masing- masing definisi pendekatan
tersebut dan bagaimana memahami Islam dengan pendekatan tersebut! Berdasarkan sumber atau
referensi (ayat, buku dan lainnya).
Jawab:
a) Pendekatan Teologis Normatif
Pendekatan teologis normatif dalam memahami agama secara harfiah dapat diartikan
sebagai upaya memahami agama dengan menggunakan kerangka ilmu ketuhanan yang bertolak dari
suatu keyakinan bahwa wujud empirik dari suatu keagamaan dianggap sebagai yang paling benar
dibandigkan dengan yang lainnya.

b) Pendekatan Antropologis
Pendekatan antropologis dalam memahami agama dapat diartikan
sebagai salah satu upaya memahami agama dengan cara melihat wujud praktik keagamaan yang
tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Melalui pendekatan ini agama tampak akrab dan dekat
dengan masalah-masalah yang dihadapi manusia dan berupaya menjelaskan dan memberikan
jawaban.

c) Pendekatan Sosiologis
Menurut Soerjono Soekanto sosiologis sebagai suatu ilmu pengetahuan
yang membatasi diri terhadap persoalan penilaian. Sosiologis tidak menetapkan ke arah mana
sesuatu seahrusnya berkembang dalam arti memberi petunjuk- petunjuk yang menyangkut
kebijaksanaan kemasyarakatan dari proses kehidupan bersama tersebut.

d) Pendekatan Historis
Historis atau sejarah adalah suatu ilmu yang didalamnya dibahas berbagai peristiwa dengan
memperhatikan unsur tempat, waktu, objek, latar belakang, dan pelaku dari peristiwa tersebut.
Pendekatan historis merupakan penelaahan serta sumber-sumber lain yang berisi informasi yang
mengenai masa lampau dan dilaksanakan secara sistematis.

e) Pendekatan Empiris
Pendekatan empiris merupakan pendekatan yang digunakan untuk memperoleh ilmu
pengetahuan yang dihasilkan dari pengamatan terhadap
Indonesia (KBBI), empiris adalah sesuatu yang berdasarkan pengalaman, terutama pengalaman yang
diperoleh melalui penemuan, percobaan atau pengamatan.

f) Pendekatan Psikologis
Pendekatan psikologis adalah pendekatan yang menggunakan acra pandang ilmu psikologi,
yakni pendekatan yang melihat kajian pada jiwa manusia. Pendekatan psikologis dalam kajian agama
merupakan pendekatan yang bertujuan untuk melihat keadaan jiwa pribadi-pribadi yang beragama.

1Taufik Abdullah dan M. Rusli Karim (Ed). Metodologi penelitian agama sebuah pengantar
(Yogyakarta: Tiara Wacana Yogyakarta, 1990), cet. II, hlm. 92.
2Soerjono Soekanto. Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: CV Rajawali, 1992), cet, I, hlm, 18 dan 53.
2. Studi Al-qur’an dan hadis menggunakan beberapa metode dalam menafsirkannya. Sebutkan dan
jelaskan makna studi Al-qur’an beserta metodenya, juga jelaskan hadist beserta metode penelitian
sanad dan matannya.
Jawab:
Metodologi tafsir Al-Qur;an dibagi menjadi emapat, yaitu:

 Metode Tahlili (Analitis)


Metode Tahlili adalah metode tafsir yang ayat demi ayat, surat demi
surat, sesuai tata urutan mushaf Utsmani dengan penjelasan yang cukup terperinci. Menjelaskan
kandungan ayat-ayat Al-Qur’an dari keseluruhan aspeknya, seperti aspek asbab nuzul, aspek
munasabah, aspek balaghah, aspek hukum dan lain sebagainya.

 Metode Ijmali (Global)


Metode ijmali adalah metode tafsir yang menjelaskan ayat-ayat Al-
Qur’an dengan cara mengemukakan makna yang bersifat global dengan menggunakan bahasa yang
ringkas sehingga mudah dipahami. Mufassir menghindari uraian yang bertele-tele serta istilah-istilah
dalam ilmu-ilmu Al- Qur’an. Dalam bahasa lain, mufassir menjelaskan pesan-pesan pokok dari ayat
yang ditafsirkan.

 Metode Muqaran (Komparatif)


Metode Muqaran adalah metode tafsir yang menjelaskan ayat-ayat Al-
Qur’an dengan membandingkan ayat al-Qur’an dengan Hadis, atau pendapat satu tokoh mufassir
dengan mufassir lain dalam satu atau beberapa ayat yang ditafsirkan, atau membandingkan Al-
Qur’an dengan kitab suci lain. Metode ini lebih bertujuan untuk menganalisis persamaan dan
perbedaan dalam penafsiran Al-Qur’an, daripada menganalisis kandungannya.

 Metode Maudhu’i (Tematik)


Metode Maudhu’i adalah metode tafsir yang menjelaskan ayat-ayat Al-
Qur’an dengan mengambil suatu tema tertentu. Kemudian mengumpulkan ayat- ayat yang terkait
dengan tema tersebut, lalu dijelaskan satu persatu dari sisi penafsirannya, dihubungkan antara satu
dengan yang lain sehingga membentuk suatu gagasan yang utuh dan komprehensif mengenai
pandangan Al-Qur’an terhadap suatu tema yang dikaji.

Dalam hubungannya dengan penelitian sanad, maka unsur-unsur kaidah ke-shahih-an yang
berlaku untuk sanad dijadikan sebagai acuan.
• Aspek kebersambungan sanad
Menurut muslim, sebuah sanad dikatakan bersambung apabila antara
satu perawi dan perawi berikutnya begitu seterusnya ada kemungkinan
bertemu.
• Aspek keadilan perawi
Ibnu Shalah menyatakan bahwa seorang perawi disebut memiliki sifat adil jika dia seorang
yang muslim, baligh, berakal, memelihara moralitas (muru’ah) dan tidak berbuat fasiq.
• Aspek intelektualitas (dhabit)
Dhabit adalah orang yang kuat hafalannya tentang apa-apa yang didengarnya dan mampu
menyampaikan hafalanya itu kapan saja dia menghendakinya.
• Terhindar dari syadz
Tidak janggal atau Syadz. Adalah hadist yang tidak bertentangan dengan hadist lain yang
sudah diketahui tinggi kualitas ke-shahih-annya. Terhindar dari 'illat (cacat).
• Terhindar dari 'illat (cacat)
Dalam terminologi ilmu hadis, 'illat didefinisikan sebagai sebuah hadis yang didalamnya
terdapat sebab-sebab tersembunyi, yang dapat merusak keshahihan hadis yang secara lahir tampak
shahih.Ibn Shalah mendefinisikan 'illat sebagai tempat tersembunyi yang merusak kualitas hadis,
karena keberadaannya menyebabkan hadis yang lahirnya berkualitas shahih menjadi tidak shahih.

1Suryadi, Metodologi Penelitian Hadis, (Yogyakarta: TH-Press, 2009), hlm. 5.


2Bustamin, M. Isa, Metodologi Kritik Hadis, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 1.

3. Fenomena kehidupan umat Islam Indonesia berbeda dengan kehidupan saudara-saudara di


belahan dunia lain, seperti timur tengah. Jelaskan mengapa hal itu dapat terjadi pada sumber
ajarannya sama!
Jawab:
Said menjelaskan umat Islam yang berada di Indonesia sangat dekat dengan budaya di
tempat mereka tinggal dan inilah yang menjadi landasan munculnya konsep Islam Nusantara. "Ini
juga yang membedakan kita dengan saudara kita di timur tengah," ujar Said. Menurutnya, dalam
konsep tersebut, menggambarkan umat Islam Indonesia yang menyatu dengan budaya hasil kreasi
masyarakat yang tidak bertentangan dengan syariat. "Kita harus menyatu dengan budaya itu, selama
budaya itu baik dan tidak bertentangan itu semakin membuat indah Islam, kita tidak boleh
menentang atau melawannya, terkecuali budaya yang bertentangan dengan syariat seperti
zinah,berjudi,mabuk dan lainnya.

1https://nasional.kompas.com/read/2015/07/30/01353821/Ini.yang.Bedakan.Umat.Islam.Indonesia
.dan. Timur.Tengah.
2https://www.antaranews.com/berita/527575/islam-di-indonesia-beda-dengan-di-timur-tengah

4. Apa yang anda ketahui mengenai pluralisme dalam agama dan mengapa sangat diperlukan?
Jawab:
Pluralisme agama adalah suatu paham yang mengajarkan bahwa semua agama
adalah sama dan karenanya kebenaran setiap agama adalah relatif; oleh sebab itu, setiap pemeluk
agama tidak boleh mengklaim bahwa hanya agamanya saja yang benar sedangkan agama yang lain
salah. Menurut Anis Malik Thoha Pluralisme agama adalah kondisi hidup bersama (koeksistensi)
antar agama (dalam arti yang luas) yang berbeda-beda dalam suatu komunitas dengan tetap
mempertahankan ciri-ciri spesifik atau ajaran masing-masing agama.

1https://www.kompasiana.com/abdull/5529443ff17e6113568b456d/pluralisme-dalam-pandangan-
agama.
2Farkhani – STAIN Salatiga. 2013. Pluralisme dan pluralitas.
iainsalatiga.ac.id/web/2013/02/pluralisme- dan-pluralitas.

5. Di Indonesia, ada berbagai agama yang diakui fenomena yang terjadi antara umat beragama yang
satu dengan umat beragama yang lain saling mengucapkan selamat hari raya. misalnya umat Islam
mengucapkan selamat hari raya Natal terhadap umat Kristiani. bagaimana Islam mengenai
fenomena memberikan ucapan selamat hari raya tersebut? bagaimana argumentasi Anda? jelaskan
bagaimana kaitannya dengan fenomena Islam di masyarakat Islam dewasa ini disertai beberapa
indikatornya!
Jawab:
Perbedaan pendapat terhadap boleh tidaknya seorang muslim mengucapkan selamat
hari raya kepada umat non muslim masih menjadi perdebatan hingga saat ini. Ada dua pendapat
ulama besar yang pastinya ada yang memperbolehkan ada juga yang tidak memperbolehkan. Ada
dua perbedaan ulama tentang ucapan hari raya kepada umat non muslim seperti menurut Mayoritas
ulama salaf dari madzhab empat yaitu Syafi’i, Hanafi, Maliki, dan Hambali mengharamkan ucapan
selamat pada hari raya non muslim. Ibnu Hajar Al-Haitami dalam Al-Fatawa Al-Fiqhiyah halaman
4/238-239 menyatakan, “Aku melihat sebagian ulama muta’akhirin menuturkan pendapat yang
sama denganku, lalu ia berkata: Termasuk dari bid’ah terburuk adalah persetujuan muslim pada
Nasrani pada hari raya mereka dengan menyerupai dengan makanan dan hadiah dan menerima
hadiah pada hari itu. Kebanyakan orang yang melakukan itu adalah kalangan orang Mesir. Namun
dibalik itu ada juga ulama yang memperbolehkan seperti menurut Sebagian ulama ahlussunnah
waljamaah terkini menghalalkan ucapan selamat Natal. Sebut saja, Wahbah Zuhaili seorang ahli fikih
asal Suriah.
Wahbah Zuhaili mengatakan, “Tidak ada halangan dalam bersopan santun (mujamalah)
dengan orang Nasrani menurut pendapat sebagian ahli fikih berkenaan hari raya mereka asalkan
tidak bermaksud sebagai pengakuan atas (kebenaran) ideologi mereka.”
Secara teori dari berbagai sumber buku, saya sependapat dengan Ibnu Hajar Al- Haitami
dimana umat muslim tidak boleh mengucapkan apa lagi merayakan hari raya non muslim karena itu
sama saja seperti kita meyakini apa yang mereka sembah. karena beberapa alasan diantaranya
adalah :
• Tasyabbuh atau Perbuatan yang menyerupai Non Muslim
Tak sepantasnya umat Islam terpedaya ikut merayakan Natal dan hari raya
agama lain, sebab hal itu merupakan tasyabbuh. At-Tasyabbuh secara bahasa diambil dari kata al-
musyabahah yang berarti meniru atau mencontoh, menjalin atau mengaitkan diri, dan mengikuti.
At-Tasybih berarti peniruan. Dan mutasyabih berarti mutamatsilain (serupa). Dikatakan tasyabbaha
bihi artinya serupa dengannya,meniru dan mengikutinya.

1https://almasoem.sch.id/mengucapkan-selamat-hari-raya-non-muslim-bolehkah.
2https://mediaindonesia.com/humaniora/371638/perbedaan-pendapat-para-ulama-tentang-
ucapan- selamat-natal

Anda mungkin juga menyukai