Anda di halaman 1dari 9

TUJUAN ILMU GHARIBIL QUR’AN

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah : Ilmu Gharibil Qur’an
Dosen Pengampu: Prof. Dr. H Fauzul Iman, M.A

Di
Di susun oleh:
Ayu Kurniawati (191320061)
Emah Mukarroamah Aulia (191320074)
Ayinida (191320073)

FAKULTAS USHULUDDIN DAN ADAB


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN MAULANA HASANUDDIN
BANTEN 2021
[Type here]

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kenikmatan
jasmani dan rohani sehingga kami bisa menyelesaikan tugas ini dengan baik. Shalawat
bermahkotakan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada panutan kita, yakni
Rasulullah Muhammad Saw beserta keluarga, sahabat, tabi’in, tabi’it-tabi’in dan kita sebagai
umatnya yang mengharapkan safa’atnya di hari akhir kelak.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk mengembangkan ilmu dan pengetahuan
kami sebagai penyusun, serta dimaksudkan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Gharibil
Qur’an. Makalah ini telah kami selesaikan semaksimal mungkin dengan bantuan berbagai
pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu, kami mengucapkan
banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang membantu. Namun, tidak lepas dari semua
itu kami mengaharapkan kepada para pembaca untuk memberikan saran dan kritik. Karena
kami menyadari bahwa banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini, baik dalam segi
penyusunan, bobot materi maupun yang lainya.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bemanfaat dan menjadikan inspirasi bagi para
pembaca.

Serang, 20 September 2021

Penyusun

2
[Type here]

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG...............................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH..........................................................................................................5
C. TUJUAN MAKALAH..............................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................6
A. Pengetian Ilmu Gharibil Qur’an................................................................................................6
B. Obyek kajian Ilmu Gharibil Qur’an..........................................................................................6
C. Tujuan Ilmu Gharibil Qur’an…………………………………………………………………6
D. Faedah Ilmu Ghoribil Qur’an....................................................................................................7
BAB III : PENUTUP ......................................................................................................................8
A. KESIMPULAN ........................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................9

3
[Type here]

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan pedoman pertama dan utama umat Islam. Al-Qur’an diturunkan
dengan berbahasa Arab. Namun yang menjadi masalah dan pangkal perbedaan adalah
kapsitas manusia yang sangat terbatas dalam memahami alQur’an, karena pada
kenyataannya tidak semua yang pandai bahasa Arab, sekalipun orang Arab sendiri,
mampu memahami dan menagkap pesan Ilahi yang terkandung dalam al-Qur’an secara
sempurna. Terlebih orang ‘ajam (non-Arab). Bahkan sebagian para sahabat Nabi dan
tabi’in yang tergolong lebih dekat kepada masa Nabi, masih ada yang keliru menangkap
pesan al-Qur’an1.
Kesulitan-kesulitan itu menyadarkan para sahabat dan ulama generasi berikutnya akan
kelangsungan dalam memahami al-Qur’an. Mereka merasa perlu membuat rambu-rambu
dalam memahami al-Qur’an. Terlebih lagi penyebaran Islam semakin meluas, dan
kebutuhan pada pemahaman al-Qur;an sangat mendesak. Hasil jerih payah para ulama itu
menghasilkan cabang ilmu al-Qur’an yang sangat banyak. Beberapa kasus yang terjadi
pada sebagian sahabat, dan tabi’in, menunjukkan akan urgensi ilmu-ilmu al-Qur’an
sebagai sarana menggali pesan Tuhan (Allah SWT), untuk mendapat pemahaman yang
benar dan bimbingan yang lurus2.
Berbicara tentang Alqur’an memang bagai lautan yang tak bertepi, semakin jauh ia
dikejar semakin luas pula jangkauannya. Dari aspek manapun al-qur’an dikaji dan diteliti,
ia tidak pernah habis atau basi, bahkan semakin kaya dan selalu aktual. Mungkin itulah
salah satu mukjizat yang terpancar dari kitabullah sebagai bukti kebenaran risalah Allah
yang dititipkan pada Rasul-Nya, yaitu al-Islam.
Aspek bacaan al-Qur’an atau qiraah dalam pengertian yang luas, bukan hanya sekedar
melafalkan huruf Arab dengan lancar, akan tetapi juga merupakan salah satu aspek kajian
yang paling jarang diperbincangkan, baik oleh kalangan santri maupun kaum terpelajar
umumnya. Antusiasme para “santri” dalam mempelajari dan mencari dalil-dalil fiqh, baik
dari al-Qur’an, hadis ataupun dari pendapat-pendapat ulama, ternyata tidak diikuti oleh
semangat mentashihkan bacaan atau mencari jawaban tentang apa dan mengapa ada
bacaan saktah, madd, ghunnah yang sama-sama wajib (kifayah) dipelajari bagi kaum
muslimin. Dari fenomena di atas perlu ditumbuhkan kembali semangat untuk mengkaji
aspek bacaan al-Qur’an yang masih “misteri” bagi kebanyakan orang sebagaimana
semangatnya anak-anak kecil di tempat-tempat pendidikan al-Qur’an untuk bisa
“membaca” dengan lancar.
Sebagai akibat dari kurangnya informasi yang memadai tentang bacaan al-Qur’an,
bagi kebanyakan orang, ilmu qiraah (yang dipersempit dengan ilmu tajwid) dianggap
hanya mempelajari makhraj dan sifat huruf, hukum nun atau mim mati dan tanwin, dan
mad saja, lalu mereka membaca al-Qur’an apa adanya sebagaimana yang terdapat dalam

1
Amroni Drajat, Ulumul Qur’an Pengentar Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, (Jakarta: Penerbit Kencana, 2017), hal. 2.
2
Amroni Drajat, Ulumul Qur’an Pengentar Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, hal. 4-5.

4
[Type here]

tulisan mushaf atau rasm , padahal banyak kalimat yang cara bacanya tidak sama persis
dengan tulisannya, seperti bacaan imalah, tashil, isymam dan lain sebagainya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan Ilmu Gharibil Qur’an?
2. Bagaimana tinjauan bahasa dan istilah makna Gharib?
3. Apa tujauan Ilmu Gharibil Qur’an?
4. Apa faedah mempelajari Ilmu Gharibil Qur’an?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui Ilmu Gharibil Qur’an
2. Mengenal makna gharib secara tinjauan makna bahasa dan istilah
3. Mengetahui tujuan adanya Ilmu Gharibil Qur’an
4. Mengetahui faedah Ilmu Ghoribil Qur’an

5
[Type here]

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Garibil Qur’an


a. Secara etimologi
lafal Gharib berasal dari kata bahasa Arab yaitu ‫ غرب‬sama dengan makna ‫بعد‬
artinya jauh atau asing3. Gharib memiliki makna yang berfaedah jauh dari tempatnya
dan samar dalam perkataannya.
b. Secara Terminologi
Gharib adalah sesuatu yang samar dari perkataan. Sedangkan Ilmu Gharibul
Qur’an yaitu ilmu yang khusus mempelajari penafsiran lafal-lafal yang samar di
dalam al-Qur’anul karim dan penjelasan makna-makna yang terdapat di dalam bahasa
Arab dan percakapan mereka sehari-hari.
Hamzah berpendapat bahwa Gharib al-Qur’an adalah ilmu al-Qur’an yang
membahas mengenai arti kata dari kata-kata yang ganjil dalam al-Qur’an yang tidak
bisa digunakan dalam percakapan sehari-hari4.
Jadi, Ilmu Gharibil Qur’an adalah ilmu yang membicarakan arti kata yang
ganjil yang tidak digunakan dalam pembicaraan sehari-hari. Atau ilmu yang
menjelaskan makna kata-kata yang ganjil, yang tidak umum digunakan dalam
pergaulan sehari-hari, dan makna kata-kata yang halus dan bernilai sastra tinggi5.
B. Tujuan Ilmu Ghoribil Qur’an
Para mufassir mengetahui ilmu ini sangatlah penting, tanpa terkecuali bahkan
tidak diperbolehkan baginya menafsirkan al-Qur’an jika belum tahu ilmu tersebut.
Sebagaimana perkataan Anas bin Malik r.a : “Tidaklah didatangkan seorang laki-laki
yang bisa menafsirkan kitabulloh selain orang yang mengetahui ilmu balaghoh. kecuali
dijadikannya sebagai contoh”. Mujahid rahimahullah juga berkata : “Tidak halal bagi
seseorang yang beriman kepada Allah dan hari akhir berbicara tentang kitabulloh jika ia
belum tahu tentang balaghoh arobiyah “. Dan Ikrimah juga meriwayatkan dari Ibnu Abas
r.a berkata : “jika kalian bertanya kepadaku tentang gharibul qur’an maka carilah di
dalam syair karena sesungguhnya syair itu diwanul arob”.
Diantara contoh dari ayat ghoribil qur’an yaitu diriwayatkan bahwa syaidina Abu
Bakar r.a ditanyai tentang makna lafal ً ‫ا‬N ‫ اَب‬dalam firman Allah: ( ً ‫ا‬N ‫ةً َواَب‬N َ‫) َوفا َ ِكه‬, lalu ia
menjawab “langit mana tempat aku berlindung, dan bumi mana tempat aku berpijak,
kalua aku berbicara yang berkaitan tentang kitabullah sedangkan aku tidak
3
Ibnu Mandhur, Lisanul Arob, (Lebanon : Darul Kutub Ilmiah), hal. 784
4
Anita Hidayati, Skripsi: Studi Analisis Pemahaman Santri Tentang Materi Tajwid Dan Gharib Di
Pondok Pesantren Putri Tahfidzul Qur’an Purwoyoso Ngaliyan Semarang, (Semarang: UIN Walisongo, 2015),
hal. 31.
5
Ali As-Sahbuny, Kamus Al-Qur’an: Quranic Explorer, (Tp: 2016), hal. 161

6
[Type here]

mengetahuinya.6” Umar bin khatab juga berkata : “semua itu telah kita ketahui, tetapi
apakah abban itu?” kemudian beliau mengangkat tongkat yang dipegangnya berkata :
“inilah yang disebut pemaksaan. Tidak ada celaan bagimu, wahai putra Ibu Umar, jika
tidak mengetahui abban itu? Kemudia beliau menghadap kepada siapa saja yang di
sekelilingnya seraya berkata “ikutilah apa yang di jelaskan kepadamu dari sesuatu yang
tercantum dalam kitabullah ini dan amalkanlah, sedangkan yang kalian tidak ketahui
serahkan kepada Allah”.
Padahal Umar adalah orang Arab yang ahli dalam bidang sastra Arab dan
memiliki Bahasa yang paling fasih. Serta al-Qur’an diturunkan menggunakan bahasa
Arab. Dari peristiwa tersebut dapat kita ketahui bahwa Gharibul Qur’an bukanlah hal
yang baru. Mereka lebih memilih untuk memauqufkan-Nya da tidak berpendapat
sedikitpun karena kehati-hatiann-Nya.
Imam az-Zarkasyi rahimakumullah berkata setelah mengetahui kabar ini : “Bab
ini sangatlah penting dan dari sinilah banyak di antara para salaf memuliakan tafsir qur’an
dan mereka lebih memilih diam atau meninggalkan-Nya Ketika ditanya tentang Gharibul
Qur’an karna khawatir akan tergelincir terhadap kesalahan dari yang ia maksud, padahal
para Ulama itu faqih dalam ilmu diin.
Banyak lafadz dalam ayat-ayat al-Qur’an yang aneh bacaan-Nya. Maksud aneh
adalah ada beberapa bacaan atau tulisan al-Qur’an yang tidak sesuai dengan kaidah aturan
membaca yang umum atau yang biasa berlaku dalam kaidah Bahasa Arab. Hal ini
menunjukkan adanya keistimewaan al-Qur’an yang mengandung kemu’jizatan yang
sangat tinggi. Disinilah letak kehebatan-Nya sehingga kaum sastrawan tidak mampu
menandinginya. Dari segi tulisan, mushaf yang kita terima ini tidak ada masalah karna
telah dipersatukan tulisan-Nya oleh khalifah Utsman7.
C. Faedah Mengetahui Gharaib al-Qur’an
Banyak faedah yang dapat dipetik dengan mengetahui dan mempelajari ayat-ayat
yang gharibat antara lain sebagai berikut:
1. Mengundang tumbuhnya penalaran ilmiah. Artinya, mempelajari ayat-ayat yang sulit
dalam pemahamannya itu akan melahirkan berbagai upaya guna memahaminya.
2. Mengambil perhatian umat. Dengan diketahuinya ke-gharib-an ayat-ayat al-Qur’an,
maka terasa mendalam ketinggian bahasa yang dibawa oleh Alqur’an.
3. Memperoleh keyakinan eksistensi Alqur’an sebagai kalam ilahi. Dengan diketahui
maksud yang terkandung dalam ayat-ayat gharibat, maka akan diperoleh suatu
pemahaman yang mendalam dari ayat tersebut8.

BAB III
6
Imam jalaluddin As Suyuthi, Al-Itqon fi Ulumil Qur’an, diterjemahkan oleh Farikh Marzuqi dan Imam
Fauzi Ja’iz dengan judul Samudra Ulumul Qur’an (Al-Itqon fi Ulumil Qur’an) (Surabaya: PT BinaIlmu Surabaya,
2006) hal.2
7
Abdul Majid Khan, praktikum Qira’at (Jakarta: Amzah, 2008), hal. 100
8
Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005) hal. 270-271

7
[Type here]

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Gharib adalah sesuatu yang samar dari perkataan. Sedangkan Ilmu Gharibul
Qur’an yaitu ilmu yang khusus mempelajari penafsiran lafal-lafal yang samar di
dalam al-Qur’anul karim dan penjelasan makna-makna yang terdapat di dalam bahasa
Arab dan percakapan mereka sehari-hari.
Hamzah berpendapat bahwa Gharib al-Qur’an adalah ilmu al-Qur’an yang
membahas mengenai arti kata dari kata-kata yang ganjil dalam al-Qur’an yang tidak
bisa digunakan dalam percakapan sehari-hari.
Jadi, Ilmu Gharibil Qur’an adalah ilmu yang membicarakan arti kata yang
ganjil yang tidak digunakan dalam pembicaraan sehari-hari. Atau ilmu yang
menjelaskan makna kata-kata yang ganjil, yang tidak umum digunakan dalam
pergaulan sehari-hari, dan makna kata-kata yang halus dan bernilai sastra tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

8
[Type here]

- Drajat Amroni, Ulumul Qur’an Pengentar Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, (Jakarta: Penerbit Kencana, 2017).
- Mandhur Ibnu, Lisanul Arob, (Lebanon : Darul Kutub Ilmiah).
- Hidayati Anita, Skripsi: Studi Analisis Pemahaman Santri Tentang Materi Tajwid Dan Gharib Di Pondok
Pesantren Putri Tahfidzul Qur’an Purwoyoso Ngaliyan Semarang, (Semarang: UIN Walisongo, 2015).
- As-Sahbuny Ali, Kamus Al-Qur’an: Quranic Explorer, (Tp: 2016).
- Imam jalaluddin As Suyuthi, Al-Itqon fi Ulumil Qur’an, diterjemahkan oleh Farikh Marzuqi dan Imam
Fauzi Ja’iz dengan judul Samudra Ulumul Qur’an (Al-Itqon fi Ulumil Qur’an) (Surabaya: PT BinaIlmu
Surabaya, 2006).
- Abdul Majid Khan, praktikum Qira’at (Jakarta: Amzah, 2008).
- Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005).

Anda mungkin juga menyukai