Agus Kurniawan
FAKULTAS TARBIYAH
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan kita nikmat
sehat dan kesempatan untuk dapat memahami serta mendalami ibadah dan qira'ati dalam
praktikum ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah SAW,
yang telah menjadi teladan bagi umat manusia dalam melaksanakan ibadah dan membaca Al-
Qur'an dengan baik.
Makalah ini disusun sebagai bagian dari tugas Praktikum kami dalam upaya memahami
lebih dalam tentang Ibadah dan Qira'at yang diampu oleh Drs.H. Abdullah Munir,MA. Kami
berharap bahwa makalah ini dapat memberikan wawasan yang berguna bagi pembaca dalam
mengenali makna dan tujuan dari berbagai aspek ibadah serta metode bacaan Al-Qur'an yang
benar.
Tentu saja, kami menyadari bahwa makalah ini tidak sempurna dan masih banyak hal
yang perlu dipelajari dan ditingkatkan. Namun, kami berharap bahwa makalah ini dapat
menjadi awal yang baik untuk lebih memahami serta mengamalkan ibadah dan qira'ati dengan
lebih baik.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
kami dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua
dalam meningkatkan kualitas ibadah dan qira'at kita.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ........................................................................................................................... 12
iii
BAB I
A. Latar Belakang
Berbicara tentang Alqur’an memang bagai lautan yang tak bertepi, semakin
jauh ia dikejar semakin luas pula jangkauannya. Dari aspek manapun al-qur’an dikaji
dan diteliti, ia tidak pernah habis atau basi, bahkan semakin kaya dan selalu aktual.
Mungkin itulah salah satu mukjizat yang terpancar dari kitabullah sebagai bukti
kebenaran risalah Allah yang dititipkan pada Rasul-Nya, yaitu al-Islam.
Aspek bacaan al-Qur’an atau qiraah dalam pengertian yang luas, bukan hanya
sekedar melafalkan huruf Arab dengan lancar, akan tetapi juga merupakan salah satu
aspek kajian yang paling jarang diperbincangkan, baik oleh kalangan santri maupun
kaum terpelajar umumnya.
Antusiasme para “santri” dalam mempelajari dan mencari dalil-dalil fiqh, baik
dari al-Qur’an, hadis ataupun dari pendapat-pendapat ulama, ternyata tidak diikuti oleh
semangat mentashihkan bacaan atau mencari jawaban tentang apa dan mengapa ada
bacaan saktah, madd, ghunnah yang sama-sama wajib (kifayah) dipelajari bagi kaum
muslimin.
Dari fenomena di atas perlu ditumbuhkan kembali semangat untuk mengkaji
aspek bacaan al-Qur’an yang masih “misteri” bagi kebanyakan orang sebagaimana
semangatnya anak-anak kecil di tempat-tempat pendidikan al-Qur’an untuk bisa
“membaca” dengan lancar.
Sebagai akibat dari kurangnya informasi yang memadai tentang bacaan al-
Qur’an, bagi kebanyakan orang, ilmu qiraah (yang dipersempit dengan ilmu tajwid)
dianggap hanya mempelajari makhraj dan sifat huruf, hukum nun atau mim mati dan
tanwin, dan mad saja, lalu mereka membaca al-Qur’an apa adanya sebagaimana yang
terdapat dalam tulisan mushaf atau rasm , padahal banyak kalimat yang cara bacanya
tidak sama persis dengan tulisannya, seperti bacaan imalah, tashil, isymam dan lain
sebagainya.
4
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian bacaan Gharib dalam al-Qur’an?
2. Apa saja bacaan Gharib dalam al-Qur’an?
3. Apa faedah mengetahui bacaan Gharib al-Qur’an?
C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Untuk mengetahui pengertian bacaan Gharib dalam al-Qur’an.
2. Untuk mengetahui macam-macam bacaan Gharib dalam al-Qur’an.
3. Untuk mengetahui faedah bacaan Gharib al-Qur’an
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
B. Macam Macam Gharib Dalam Al-Qur’an
Di dalam al-qur’an banyak dijumpai bacaan gharib, diantara macam-macamnya adalah
sebagai berikut:
1. Saktah
Saktah menurut bahasa artinya diam, tidak bergerak. Sedangkan menurut istilah
ilmu qira’ah, saktah yaitu berhenti sejenak sekedar satu alif tanpa bernafas dengan niat
melanjutkan bacaan. Di dalam Al-Qur'an ada 4 bacaan saktah, yaitu:
1) Surat al-Kahfi : ayat 1-2
7
Sebab-sebab di-Imalahkannya lafadz diantaranya adalah untuk
membedakan antara lafadz yang artinya berjalan di darat dengan lafadz
yang artinya berjalan di laut.
Dalam salah satu kamus bahasa arab dijelaskan bahwa lafadz berasal
dari lafadz yang artinya berjalan atau mengalir. dan lafadz tersebut dapat dipakai
dalam arti berjalan di atas daratan maupun berjalan di atas lautan (air), namun
kecenderungan perjalanan di permukaan laut (air) tidak stabil seperti halnya di daratan.
Terkadang diterjang ombak kecil dan besar atau terhempas angin, sehingga sangat tepat
apabila lafadz di imalahkan.
3. Isymam
Isymam yaitu isyarah dhommah di tengah-tengah dengung. Isymam di dalam
Al-Qur'an hanya ada 1, yaitu di surat Yusuf ayat 11, Juz 12.
yaitu pada waktu membaca lafadz tersebut, gerakan lidah seperti halnya
mengucapkan lafadz sehingga hampir tidak ada perubahan bunyi antara
mengucapkan lafadz dengan Dengan kata lain, asal dari lafadz
adalah lafadz diteliti lebih dalam, ternyata rasm utsmani hanya menulis satu nun
yang bertasydid. Ada pertanyaan muncul, dimana letak dhammahnya? Sehingga untuk
mempertemukan kedua lafadz tersebut dipilihlah jalan tengah yaitu bunyi bacaan
mengikuti rasm, sedangkan gerakan bibir mengikuti lafadz asal.
4. Tashil
Tashil artinya lunak, yakni hamzah pertama dibaca tahqiq (jelas) dan pendek,
sedangkan hamzah kedua dibaca tashiil, yaitu meringankan bacaan antara Hamzah dan
Alif. Di dalam Al-Qur'an hanya terdapat 1 kali, yaitu di Surah Fussilaat ayat :44.
Alasan lafadz dibaca tashil, karena apabila ada dua hamzah qatha’
bertemu dan berurutan pada satu lafadz, bagi lisan orang Arab merasa berat
melafadzkannya, sehingga lafadz tersebut bisa ditashilkan (diringankan)
5. Naql
Naql menurut bahasa berasal dari lafadz yang artinya memindah,
sedangkan menurut istilah ilmu qira’ah artinya memindahkan harakat ke huruf
8
sebelumnya. Yaitu lam alif dibaca kasroh lam- nya. Sedangkan kata hamzah-nya
tidak dibaca.
Dalam qira’ah Imam Ashim riwayat Hafs ada satu bacaan naql yaitu lafadz
Alasan dibaca naql pada lafadz adalah karena adanya dua hamzah washal,
yakni hamzah al ta’rif dan hamzah ismu yang mengapit lam, sehingga kedua hamzah
tersebut tidak terbaca apabila disambung dengan kata sebelumnya. Faidahnya bacaan
naql ialah untuk memudahkan dalam mengucapkannya atau membacanya.
6. Badal
Badal menurut bahasa artinya mengganti, mengubah, sedangkan maksud badal
disini adalah mengganti huruf hijaiyah satu dengan huruf hijaiyah lainnya. Diantara
lafadz-lafadz yang di badal dalam Al-Qur’an menurut Imam Ashim riwayat Hafs yaitu:
Cara membacanya, yaitu apabila seorang qari’ membaca waqaf pada lafadz
huruf ta’ mati dan hamzah mati diganti ya’
sedangkan apabila dibaca washal tidak ada perubahan.
b. Badal Yaitu mengganti shad dengan siin, sebagian
imam qira’ah termasuk Imam Ashim mengganti صdengan سpada lafadz
dalam QS. Al-Baqarah : 245:
Sebab-sebab digantinya huruf shad dengan siin pada kedua lafadz tersebut
karena mengembalikan pada asal lafadznya, yaitu Sedangkan pada
lafadz dalam QS. Al-Ghasyiyah : 22.
9
huruf صtetap dibaca shad karena sesuai dengan tulisan dalam mushaf (rasm
utsmani) dan menyesuaikan sifat ithbaq dengan huruf sesudahnya (tha’) yang
mempunyai sifat isti’la’. Adapun pada lafadz dalam QS. AtThur : 37,
huruf صboleh tetap dibaca shad dan boleh dibaca siin karena, pertama,
mengembalikan pada asal lafadznya yaitu, . kedua, menyesuaikan
sifat ithbaq, dengan huruf sesudahnya (tha’) yang mempunyai sifat isti’la’.
7. Ba’ di idgham ke mim
Yaitu huruf Ba’ Mati (disukun) ketika bertemu Mim diidghamkan ke huruf Mim
tersebut. Dalam ilmu tajwid, bacaan ini termasuk bacaan Idgham Mutaqoribain. Di
dalam Al-Qur'an hanya terdapat 1 kali, yaitu di surat Huud ayat 42 Juz 12 :
10
3. Memperoleh keyakinan eksistensi Alqur’an sebagai kalam ilahi. Dengan diketahui
maksud yang terkandung dalam ayat-ayat gharibah, maka akan diperoleh suatu
pemahaman yang mendalam dari ayat tersebut.
11
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Lafadz gharib berasal dari bahasa arab, yakni bentuk jamak dari lafadz gharibah
yang berarti asing, tersembunyi, samar atau sulit pengertiannya. Sedangkan menurut
istilah Ulama qurra’, gharib artinya sesuatu yang perlu penjelasan khusus dikarenakan
samarnya pembahasan atau karena peliknya permasalahan baik dari segi huruf, lafadz,
arti maupun pemahaman yang terdapat dalam Al-Qur’an.
Gharib al qur’an adalah suatu hal yang samar dan jauh dari kepahaman. Beliau
membagi gharib al qur’an menjadi dua, yang pertama adalah hal yang jauh maknanya
serta samar, yang hanya dapat dipahami setelah melalui proses pemikiran yang
mendalam. Sedangkan yang kedua adalah perkataan seseorang yang rumahnya jauh
dari kabilah arab sehingga jika kalimat tersebut diungkapkan kepada kita (orang arab)
maka otomatis kita langsung menganggapnya aneh. Sedangkan menurut Muchotob
Hamzah Gharib al qur'an adalah Ilmu al-qur’an yang membahas mengenai arti kata dari
kata-kata yang ganjil dalam al-qur’an yang tidak biasa digunakan dalam percakapan
sehari-hari.
Dari ketiga definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa Gharib al-qur’an adalah
ilmu yang membahas suatu makna kata dari ayat al-qur’an yang dianggap aneh (tidak
cocok) dan sulit dipahami.
12