PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akan tetapi kenyataannya masih banyak anak-anak, orang dewasa, bahkan orang tua
yang belum bisa membaca Al-Qur’an dengan benar. Beberapa faktor penyebabnya antara lain
metode kurang tepat, media pembelajaran yang kurang mendukung atau pribadi itu sendiri
yang kurang menyadari pentingnya belajar Al-Qur’an. Perkembangan ilmu pengetahuan
mempunyai dampak positif terhadap berbagai bidang kehidupan, bagaimana membaca Al-
Qur’an yang baik dan benar, tidak cukup hanya dengan mempelajari ilmu tajwid yang contoh
bacaannya sudah banyak ditemukan dimasyarakat, tetapi juga harus mengerti bacaan penting
lainnya dalam Al-Qur’an yaitu ghorib dan musykilat. Dalam materi ghorib dan musykilat
dijelaskan tentang bacaan-bacaan Al-Qur’an yang tidak sesuai dengan tulisannya dan bacaan-
bacaan yang harusti-hati ketika membacanya. Banyak lafal dalam ayat-ayat Al-Qur’an yang
aneh bacaannya. Maksudnya aneh adalah ada beberapa bacaan tulisan didalam Al-Qur’an
yang tidak sesuai dengan kaidah aturan membaca yang umum atau yang biasa berlaku dalam
kaidah bacaan bahasa arab.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perlu adanya sebuah pembelajaran yang
menarik untuk mempermudah mempelajari bacaan-bacaan ghorib dan musykilat dalam Al-
Qur’an serta mengetahui bagaimana cara membacanya dengan baik dan benar.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2. Dapat mengetahui cara pembacaan Al-Qur’an menurut metode ghorib dan musykilat.
BAB II
PEMBAHASAN
A. GHORIB
1. Pengertian Ghorib
Ghorib artinya asing. Bacaan ghorib adalah bacaan asing.Yaitu bacaan yang tidak
sebagaimana biasanya sehingga dikhawatirkan salah dalam membacanya. Agar tidak
turut latah dan membiarkan terjadinya kesalahan,alangkah baiknya apabila kita mencatat
ayat-ayat yang mengandung bacaan ghorib.
Lafal gharib berasal dari bahasa Arab, yakni bentuk jamak dari gharibah yang
berarti asing atau sulit pengertiannya apabila dihubungkan dengan al-Qur‟an maka yang
dimaksudkan adalah ayat-ayat al-Qur‟an yang sukar pemahamannya sehingga hampir-
hampir tidak dimengerti. Banyak lafal dalam ayat-ayat al-Qur‟an yang aneh bacaannya.
Maksud aneh adalah ada beberapa bacaan tulisan al-Qur‟an yang tidak sesuai dengan
kaidah aturan membaca yang umum atau yang biasa berlaku dalam kaidah bacaan bahasa
arab. Hal ini menunjukkan adanya keistimewaan al-Qur‟an yang mengandung
kemukjizatan yang sangat tinggi, disinilah letak kehebatannya sehingga kaum sastrawan
tidak mampu menandinginya. Dari segi tulisan, mushaf yang kita terima ini tidak ada
masalah karena telah dipersatukan tulisannya oleh khalifah Usman.[1]
a. Saktah
Menurut Imam Hafs saktah yaitu berhenti sebentar tanpa bernafas dengan niat
melanjutkan bacaan. Tanda saktah dalam al-Qur‟an biasanya dengan سىث سىحdan
juga kadang-kadang dengan سsaja. Di dalam al-Qur‟an ada 4 yaitu:
ُالر ْح َمن
َّ ع َد
َ َو َما َمرْ َق ِدنَا سكتة هَ َذا م ِْن. Menurut Ad-Darwisy
ٰ
lafadz هذَاitu mubtada’ dan khabarnya adalah lafadz الر ْح َم ُن َّ َما َو َع َد. Berbeda halnya
dengan pendapat Az-Zamakhsyari yang menjadikan lafadz هذَاitu ٰ na’at dari َمرْ قَ ِد,
sedangkan َماsebagai mubtada’ yang khabarnya tersimpan, yaitu
lafadz حقatau هذَا. ٰ Dari segi makna, kedua alasan penempatansaktah tersebut
sama-sama tepat. Pertama, orang yang dibangkitkan dari kuburnya itu
mengatakan: “Siapakah yang membangkitkan dari tempat tidur kami (yang) ini.
Apa yang dijanjikan Allah dan dibenarkan oleh para rasul ini pasti benar”. Kedua,
orang yang dibangkitkan dari kuburnya itu mengatakan: “Siapakah yang
membangkitkan kami dari tempat tidur kami. Inilah yang dijanjikan Allah dan
dibenarkan oleh para rasul ini pasti benar”. Dengan membaca saktah, kedua
makna yang sama-sama benar tersebut bisa diserasikan, sekaligus juga untuk
memisahkan antara ucapan malaikat dan orang kafir.
b. Imalah
Imalah adalah pembacaan fathah yang miring kekasroh. Contoh pada surat
Hud (11) مﺠﺮهاBunyi RO dibaca RE (seperti bunyi REmot) sehingga menjadi majREha.
c. Isymam
cara bacanya “laa ta’manna” Nah, karena ini termasuk bacaan isymam, cara
membacanya yaitu “laa ta’mannuna”, namun kata “nuu” yang menjadi tambahan
hanya diisyaratkan dengan gerakan bibir ditambah mencucu tanpa suara. Jadi suara
yang kedengaran hanya sebatas “laa ta’manna”.
d. Naql
e. Tashil
Tashil yaitu meringankan hamzah kedua (dari dua hamzah yang beriringan)
dengan bunyi leburan hamzah dengan alif.Terdapat dalam surat Fushilat 44yang
berbunyi عﺄجﻤﻲ
Ketika bertemu dua hamzah qatha’ yang berurutan pada satu kata maka
melafadzkan kata semacam ini bagi orang Arab terasaberat, sehingga bacaan seperti
ini bisa meringankan.
B. MUSYKILAT
1. Pengertian Musykilat
Musykilat adalah bacaan-bacaan yang antara tulisan dengan cara membacanya
berbeda. Hal ini bertujuan agar kita dalam membacanya lebih berhati-hati dan terhindar
dari kesalahan membaca.
❖ Ada huruf yang tertulis tapi dibaca dengan suara atau bunyi lain.
✓ Shifir Mustadhir : bulatan kecil di atas huruf alif yang berada di tengah
kata sehingga huruf alif tersebut tidak berfungsi dan dibaca pendek.
2. Jenis-jenis Musykilat
a) Perubahan suara
Yaitu suara huruf صdi ganti dengan suara huruf س, ini berada di 3 tempat : QS.Al-
Baqarah ayat 245, QS.Al-A’raf ayat 69, dan QS.Ath-thur ayat 37 (yang ini boleh
dibaca tetap صatau di ganti dengan)س.
e) Harakat “ ”ه
Dalam Al-Qur’an terdapat beberapa kata yang membacanya tidak sesuai dengan
kaidah penulisannya. Misal :ﻓﻴه, علﻴهdan lainnya.
h) “ ”ﺊdibaca pendek
Yaitu terdapatnya ﺊdalam sebuah kata,tapi dibaca pendek. Misal: kata ﺘلﻘا ﺊ
, ورا ﺊdan sebagainya.
i) “ ”ﺃوdibaca pendek
Yaitu terdapat nya dalam sebuah kata,tapi dibaca pendek. Misal:
kata ,ﺃولﺌك ﺃولواdan sebagainya.[3]
Yaitu terdapatnya huruf alif dalam sebuah kata,tetapi tidak dibaca. Misal:
kata ﺘاﻴﺌﺴوا, ﺠاﻱﺀ
Terdapat “… ”…اdalam sebuah kata, tapi dibaca pendek. Misal : kata, مالنه
اﻓاننdan sebagainya.
Terdapat “… اdalam sebuah kata, tapi dibaca pendek. Misal : kata ثمودوا, ندعوا
dan sebagainya.
m) “… اsaat waqof
Terdapat “… اdalam sebuah kata, saat waqof dibaca panjang. Misal
: السبيال, الرسوالdan sebagainya.
Terdapat “… اdalam sebuah kata, saat washal dibaca pendek. Misal
: السبيال, الرسوالdan sebagainya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gharib menurut bahasa artinya tersembunyi atau samar, sedangkan menurut istilah
Ulama qurra’, gharib artinya sesuatu yang perlu penjelasan khusus dikarenakan samarnya
pembahasan atau karena peliknya permasalahan baik dari segi huruf, lafadz, arti maupun
pemahaman yang terdapat dalam Al-Quran. Adapun bacaan-bacaan yang dianggap gharib
(tersembunyi/samar) dalam qira’ah Imam Ashim riwayat Hafs diantaranya adalah : Imalah,
Isymam, Saktah, Tashil, Naql, Badal dan Shilah. Sedangkan.
DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.walisongo.ac.id/2135/3/63111120-Bab2.pdf.