6. Tentang Logika
Sebelum kita melangkah lebih lanjut kepembahasan soal metode berpikir MDH, ada baiknya kita
mengetahui dulu apa yang dimaksud dengan logika dan cabang-cabangnya. Logika adalah suatu ilmu yang
mempelajari proses pikiran. Dengan demikian, para ahli logika menyelidiki akivitas proses pikiran yang
berlangsung di dalam kepala manusia dan merumuskan hukum-hukum, bentuk-bentuk dan interelasi (saling
hubungan) dari proses-proses mental tersebut.
Ada dua tipe utama dari logika, yakni logika formal dan logika dialektik. Logika formal, sejarahnya
bisa diurut hingga ke jaman Yunani kuno dan mencapai puncaknya pada pemikiran Aristoteles. Selama hampir
200 tahun, logika formal tidak mampu digoyahkan, sampai muncul logika tandingannya, yakni logika dialektik
yang dirumuskan oleh Hegel. Logika dialektik yang dirumuskan oleh Hegel ini, kemudian disempurnakan atau
dimaterialkan oleh Marx. Kita akan membahas hukum-hukum dari logika formal, setelah itu kita akan
memfokuskan diri pada penguraian tentang MDH.
Materialisme dialetik adalah sebuah metode berpikir yang memperlajari sebab-sebab terjadinya
penindasan manusia atas manusia dan bertujuan untuk mengubah dunia yang menindas itu. Ia dinamakan
materialisme dialetik sebab, metodenya dalam mendekati gejala-gejala alam, metodenya dalam memahami dan
mempelajari gejala-gejala itu adalah dialektik, sedangkan keterangannya (interprestasi) mengenai gejala-gejala
alam pengertian dari gejala-gejala ini teorinya adalah materialis. Dari keterangan ini jelaslah, bahwa dialektika
adalah suatu metode untuk mengenal dan mengubah kenyataan objektif. Metode dialektik berbeda dengan
metode metafisik, karena metode ini berdasarkan hukum-hukum yang berlaku di dalam kenyataan objektif itu
sendiri. Hukum-hukum objektif dialektik itu dapat dirumuskan dalam 4 pokok sbb :
1. Asas Gerak
2. Asas Saling Hubungan
3. Asas perubahan kuantitatif ke perubahan Kualitatif
4. Asas Kontradiksi
Kemudian, kita harus pula meninjau segi-segi itu dari sudut kedudukanya, yaitu dari sudut peranan segi
yang satu terhadap segi yang lain dalam kontradiksi itu. Pada suatu tingkat proses perkembangan tertentu
sesuatu kontradiksi, ada segi yang berperan memimpin segi yang lain sehingga ia memimpin arah
perkembangan kontradiksi itu. Segi yang memimpin disebut segi pokok sedangkan segi yang dipimpin itu
disebut segi bukan pokok. Misalnya, perkembangan kontradiksi antara ideologi proletariat dengan ideologi non
proletariat di dalam pikiran seorang buruh. Pada mulanya ideologi proletariat itu masih merupakan benih-benih
yang baru tumbuh, ia masih lemah sementara, pada saat itu ideologi non proletariat merupakan segi pokok,
masih kuat kedudukannya. Tetapi lewat pengalaman perjuangan dan usaha yang ulet serta terus-menerus dari
aktivis-aktivis partai dalam menjelaskan program dan konstitusi partai kepadanya maka, ideologi proletariat itu
berkembang hingga kesuatu tingkat menjadi sedemikian kuatnya sehingga menentukan tindak tanduknya dan
mendorong dia masuk menjadi anggota partai. Pada saat itu ideologi proletariat menjadi segi pokok dan ideologi
non proletariat menjadi segi bukan pokok.
Dalam keadaan tertentu dari proses perkembangan suatu kontradiksi pokok bisa berubah menjadi segi
bukan pokok dan sebaliknya. Demikian pula dalam kontradiksi antara ideologi proletariat dengan ideologi non
proletariat tadi, pada mulanya segi pokoknya adalah non proletariat tetapi dalam proses selanjutnya ideologi non
proletariat itu menjadi segi bukan pokok yaitu, ketika ia menjadi anggota partai. Ideologi proletariat yang pada
mulanya segi bukan pokok kemudian menjadi segi pokok.
8. Materialisme Histori
Filsafat Marxisme terdiri dari dua bagian pokok yaitu materialisme dialektik dan materialisme histori.
Dua bagian itu merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan dan saling melengkapi. Jika
materialisme dialektik mengungkapkan hukum umum perkembangan hal ihwal masyarakat, maka materialisme
histori adalah penerapan hukum umum pada gejala masyarakat itu. Jadi materialisme histori mempelajari
hukum-hukum umum perkembangan masyarakat, hukum umum perkembangan sejarah manusia.
1. Pengantar
1.1. Produksi Materi (Barang-barang) Kebutuhan Merupakan Basis dari Kehidupan Sosial.
Banyak pendapat mengenai siapa apa yang menyebabkan adanya perkembangan masyarakat.
Seorang agamawan misalnya, mengatakan bahwa perkembangan masyarakat itu adalah takdir Tuhan. Namun,
ilmu pengetahuan dan praktek membuktikan bahwa tidak ada kekuatan supranatural yang mendorong
perkembangan masyarakat. Sementara para ilmuwan borjuis berpendapat bahwa perkembangan sosial
tergantung pada lingkuangan alam, yakni kondisi alam semiasal iklim, tanah, mineral, dan lain-lain. Memang
benar bahwa kondisi alam merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan masyarakat, tapi itu
tidak menentukan. Sebagai bukti, selama 300 tahun telah terjadi suksesi (pergantian) sistem sosial di Eropa
Barat dan bahkan terjadi empat kali di Eropa Tengah dan Timur; namun selama periode tersebut kondisi alam
di Eropa belum pernah mengalami perubahan sama sekali. Beberapa orang berpendapat bahwa arah
perkembangan sejarah hanya tergantung pada pada kehendak para tokoh negarawan yang ada, para jenderal
dan sebagainya. Kenyataannya, sebaliknya, para tokoh-tokoh itu bisa mendukung ataupun menghambat suatu
perubahan, namun mereka tak mampu menentukan arah sejarah.
Lalu apa yang menentukan perkembangan masyarakat? Jawabnya : “Dalam rangka mempertahankan
hidup, orang harus makan dan berpakaian, memiliki rumah dan barang-barang lain sebagai sarana hidup. Untuk
memilikinya, orang harus berproduksi, artinya harus bekerja. Masyarakat manapun akan punah jika tidak
mau memproduksi barang kebutuhan. Oleh karenanya, produksi barang kebutuhan adalah basis kehidupan
dan perkembangan masyarakat.
Yang dimaksud dengan produksi barang kebutuhan adalah : proses menghasilkan barang-barang
kebutuhan yang memasukkan (=menggunakan, menggabungkan) tenaga kerja (labour), faktor-faktor
kerja (mean of labour), dan obyek kerja (object of labour) .
Tenaga kerja (labour) = tindakan yang mempunyai tujuan yang dilakukan oleh manusia yang
diarahkan untuk menghasilkan barang kebutuhan. Proses produksi tidak cukup jika tanpa alat-alat kerja.
Faktor kerja (means of labour) = semua barang yang dengan bantuan tindakan manusia terhadap
suatu benda/obyek kerja dan merubahnya. Faktor-faktor kerja meliputi : mesin dan perlengkapan, peralatan,
bangunan, fasilitas transportasi, saluran air, jaringan listrik, dll. Tanah adalah merupakan alat produksi yang
universal. Instrumen (peralatan) produksi memainkan peran yang paling menentukan dibandingkan
dengan faktor-faktor produksi yang lain. Kemampuan manusia mempengaruhi alam tergantung pada
instrumen (peralatan) yang ia gunakan. Manusia primitif menggunakan batu dan tongkat sebagai instrumen
produksinya, oleh karenanya mereka sangat tidak berdaya dihadapan alam. Manusia modern bekerja dengan
bantuan mesin, dan kekuasaannya terhadap alam meningkat terus. Oleh karenanya, dapat disimpulkan
bahwa : epos (sejarah besar) ekonomi dibeda-bedakan tidak dari apa yang diproduksi tetapi dari
instrumen apa yang digunakan untuk berproduksi.
Dengan instrumen produksi mereka, orang berbuat terhadap obyek kerja (objects of labour). Obyek
kerja = segala sesuatu yang menggunakan tenaga kerja manusia. Dan karena tenaga kerja digunakan
terhadap alam yang mengelilingi kita, alam itu sendiri (tanah dan segala hal di atas bumi ini) adalah merupakan
obyek kerja yang universal. Semua obyek kerja primer disediakan oleh alam. Manusia harus menyesuaikan diri
terhadap obyek kerja yang disediakan alam tersebut.
2.1. Hukum Nilai --Hukum Ekonomi mengenai Produksi Komoditi Persaingan dan Anarkhisme
Produksi
Jika kepemilikan pribadi yang berlaku, maka produksi komoditas-komoditas dijalankan secara spontan.
Tidak ada lembaga yang berwenang untuk memberi indikasi bagi produser komoditi apa yang seharusnya
dihasilkan dan seberapa banyak. Antara wiraswasta dan petani tidak mengkoordinasikan produksi mereka
dengan para bisnisman yang lain atau dengan para konsumen. Yang terjadi adalah anarkhi, yakni : tanpa
perencanaan, penyakit dalam produksi.
Anarkhisme Produksi ditingkatkan oleh adanya persaingan, oleh perjuangan pahit di antara para
produser demi kondisi yang lebih baik bagi produksi dan penjualan, demi laba yang paling besar. Persaingan
dan Anarkhisme Produksi adalah merupkan hukum dari produksi komoditi yang berbasis pada
kepemilikan pribadi.
Produksi kapitalis adalah kombinasi dari pembuatan nilai-guna dan proses pertumbuhan nilai. Sifat
tenaga kerja adalah mendua. Di satu sisi, ia merupakan tenaga kongkrit dan ia menghasilkan nilai-guna. Di
sisi lainnya, ia merupakan tenaga abstrak dan ia menghasilkan nilai komoditas. Bagi kapitalis, produksi nilai-
guna hanya berarti meraih tujuan dia. Tujuan dan motif penguasaan produksi kapitalis tersebut adalah
pembuatan nilai lebih.
Penghisapan Kapitalis = Pencurian Nilai Lebih. Jumlah nilai lebih langsung dimasukkan/digabungkan
dengan modal (akumulasi modal).
Permintaan (kebutuhan) masyarakat terhadap barang tidak menurun jika terjadi krisis, tetapi terjadi
penurunan secara tajam daya beli rakyat.
Over-produksi adalah kontradiksi mendasar kapitalisme --kontradiksi antara watak sosial produksi dan
bentuk kepemilikan pribadi oleh kapitalis terhadap hasil produksi.
5. Imperialisme
Imperialisme adalah bentuk tertinggi dari kapitalisme.
Gambaran umum imperialisme:
a. Konsentrasi produksi dan Monopoli
Terjadi konsentrasi di induk-induk imperialis dan adanya monopoli yang diakibatkan menangnya
persaingan modal besar terhadap modal kecil.
b. Modal Finasial dan Oligarkhi Financial
Uang telah menjadi komoditas dan lahirnya sekelompok kecil pemilik modal yang bisa mempunyai
kekuasaan penuh. Di Amerika dan Inggris, misalnya, pengusaha besar bisa mengatur negara. Di dunia :
IMF bisa mengatur kebijakan ekonomi hampir semua negara.
c. Ekspor Modal dan adanya teritori ekonomi yang membagi-bagi bumi
Dalam rangka persaingan, akhirnya harus ada perebutan wilayah. Dulu bentuknya dengan penjajahan-
penjajahan, sekerang bentuknya adalah blok-blok ekonomi seperti : Uni Eropa, AFTA, NAFTA, APEC,
dll.