Anda di halaman 1dari 13

PENGANTAR MATERIALISME DIALEKTIKA HISTORIS

1. Apakah Filsafat Itu?


Bagi sebagian besar orang, belajar filsafat dianggap sebagai suatu hal yang kurang penting. Sebab,
selain filsafat dianggap tidak banyak berkaitan dengan problem praktis kehidupan, filsafat juga dianggap sebagai
ilmu yang sangat tinggi. Padahal, pengertian yang demikian tidaklah benar. Bahkan, dengan belajar filsafat kita
akan semakin mudah memahami kontradiksi-kontradiksi yang dialami dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk itu, kita perlu mengetahui apa yang dimaksud dengan filsafat. Secara singkat dan sederhana
yang dimaksud filsafat adalah : seluruh pandangan manusia terhadap dunia keseluruhanya baik alam
maupun pikiran. Dengan kata lain, belajar filsafat berarti belajar tentang dasar atau pangkal pandangan kita
terhadap gejala-gejala alam, masyarakat dan pikiran. Setiap manusia mempunyai pandangan–pandangan
tertentu misalnya, tentang alam. Ada orang yang berpendapat bahwa manusia bukan hanya tidak bisa
mengubah alam tetapi malah dikuasai alam. Akibat pandangan itu maka manusia menyembah dan memohon
kepada alam: batu-batu, pohon-pohon tertentu, gunung dan sebagainya, disembah, diberi sajian korban dan
sebagainya.
Tetapi ada pula orang yang berpendirian bahwa, alam itu bisa dikenal dan dikuasai oleh manusia untuk
kebahagiaan manusia. Misalnya, para sarjana di negeri-negeri Sosialis sedang dengan giat mempelajari ruang
angkasa luar dan sistem planet hingga mereka telah berhasil memotret punggung bulan yang tak kelihatan,
mengirimkan manusia untuk mengitari bumi, untuk mempelajari ruang angkasa luar dan keadaan planet-planet
lainya dengan pengetahuan yang luas dan mendalam
Untuk lebih memudahkan kita memahami filsafat, marilah kita lihat contoh berikut ini. Si Amin,
mempelajari sejarah Indonesia; dari hasil bacaannya ia mengetahui bahwa dahulu kala Indonesia tidak pernah
dijajah, kemudian dijajah Imperialis Belanda dan sesudah itu oleh fasis Jepang. Selama penjajahan itu, rakyat
Indonesia terus-menerus mengadakan perlawanan untuk menghancurkan kekuasaan kaum penjajah itu
Kemudian pecah revolusi Agustus 1945 dan sekarang ini Indonesia adalah negara yang belum Merdeka penuh
dan setengah feodal. Ia menarik kesimpulan bahwa masyarakat Indonesia ini Jadi, menurutnya sejarah
masyarakat Indonesia terus mengalami perubahan, karena adanya perjuangan yang terdapat dalam
masyarakat itu.
Pendapat atau pandangan yang diajukan si Amin itu adalah fikiran-fikiran filsafat dan ketika ia
mengajukan pendapat atau pandangan maka ia sudah berfilsafat, sekalipun ia tidak mempelajarinya. Jadi, jelas
bahwa filsafat itu erat hubunganya dengan kehidupan kita. Soalnya ialah, bagaimana kita memahami dan
memiliki filsafat yang benar.

2. Apakah Filsafat Itu Berwatak Kelas?


Oleh karena filsafat tidak terpisah dari praktek kehidupan, maka dalam masyarakat berkelas dengan
sendirinya filsafatpun berkelas juga, Dalam masyarakat berkelas ada filsafat kelas penghisap dan filsafat
yang dihisap. Misalnya, dalam masyarakat kapitalis ada filsafat borjuis dan ada filsafat proletar. Filsafat
borjuis itu mencerminkan kepentingan kelas borjuis sehingga pandangan apapun yang diajukannya, intinya
tetap merupakan pandangan yang mempertahankan kepentingan kelasnya. Misalnya, pandangan itu mau tidak
mau membenarkan dan mempertahankan penghisapan borjuasi atas kelas atau golongan-golongan lain dan
untuk mencapai tujuan itu mereka tidak segan-segan memutarbalikkan keadaan yang sebenarnya, melakukan
pemalsuan dsb.
Maka itu filsafat tersebut memusuhi segala sesuatu yang maju, yang revolusioner : sebaliknya ia
mempertahankan yang lapuk, yang reaksioner.
Bagaimanakah filsafat proletar? Filsafat proletar, mencerminkan hukum umum daripada perkembangan
alam, masyarakat dan pikiran manusia. Hukum berlaku bagi masa lampau, masa kini dan masa depan. Dalam
mencerminkan hukum-hukum itu, MDH menuturkan sebagaimana adanya, tanpa dibumbui sedikitpun. MDH
dengan demikian adalah obyektip dan maka itu benar.
Dalam mengungkapkan kenyataan dalam masyarakat kapitalis, MDH menyimpulkan bahwa di dalam
masyarakat kapitalis ada dua kelas pokok yang berlawanan kepentinganya yang menentukan arah
perkembangan masyarakat itu yaitu borjuasi dan proletariat. Borjuasi adalah kelas penghisap yang akan
mengalami keruntuhanya, sedangkan ploretariat adalah masyarakat yang akan memikul tanggung jawab
membangun suatu masyarakat baru, yakni masyarakat tanpa kelas dimana tidak ada penindasan dan
penghisapan manusia atas manusia lainnya. MDH karena objektif mau tidak mau berfihak kepada proletariat
dan mengandung pandangan proletariat terhadap segala sesuatu.
Watak khas lainnya yang menonjol dari MDH ialah segi prakteknya, ia mengandung metode untuk
mengubah segala sesuatu. MDH adalah suatu senjata teori atau moril bagi proletariat untuk mengubah sistem
masyarakat lama, menghapuskan penghisapan manusia oleh manusia dan menciptakan dunia baru yaitu
masyarakat tanpa kelas. Tegasnya, MDH dan proletariat adalah dua hal yang tidak dapat dipisah-pisahkan
dalam mewujutkan masyarakat tanpa kelas itu. Seperti yang ditegaskan oleh Marx, bahwa PROLETARIAT
MENDAPATKAN SENJATA MORILNYA PADA MDH, SEDANGKAN MDH MENDAPATKAN SENJATA
MATERIILNYA PADA PROLETARIAT.

3. Bagaimana Mempelajari MDH?


Mempelajari filsafat MDH adalah sama dengan mempelajari teori-teori Marxisme yang lain, yaitu
dengan bersikap rendah hati, jujur dan sungguh-sungguh. Karena MDH adalah filsafat kelas proletar maka kita
harus mempelajarinya secara proletar juga, bukan secara intelektualistis atau teori-teorian yang terlepas dari
praktek. Dengan kata lain, mempelajari MDH harus dihubungkan dengan praktek.

4. Perbedaan Idealisme dan Materialisme


4.1. Keadaan dan Fikiran Mana Yang Primer?
Masalah terpokok dari segala persoalan filsafat adalah masalah hubungan antara keadaan (materi) dan
fikiran (ide) : manakah yang ada lebih dahulu dan menentukan, keadaan atau pikiran? Untuk menjawab
permasalahan ini, kita mesti mengetahui apa yang dimaksud dengan pikiran dan keadaan itu.
Yang dimaksud dengan keadaan dan materi ialah misalnya; batu dan tumbuh-tumbuhan, kejadian-
kejadian di lingkungan kerja kita, di dalam negeri dan luar luar negeri, keadaan-keadaan sosial seperti
kemiskinan, pengganguran, penghisapan dsb. Pada pokoknya, keadaan atau materi adalah segala sesuatu
yang objektif ada di luar dan tak tergantung pada kesadaran kita. Sedangkan yang dimaksud dengan fikiran
atau ide ialah misalnya; kesadaran, akal, perasaan, kemauan politik, rencana, pendapat, pengertian dan dsb
nya tentang sesuatu materi. Ia (ide) merupakan gambaran tentang suatu materi di dalam otak atau fikiran kita.
Dengan kata lain, pandangan atau fikiran dan cara menerangkan atau memahamkan bahwa segala
sesuatu itu bertolak dari fikiran atau ide itu adalah idealisme
Idealisme berpendapat bahwa ide itu primer atau menentukan sedangkan materi sekunder atau
ditentukan. Misalnya, seorang gerakan mahasiswa atau gerakan buruh-tani jika dalam menyusun tuntutan bagi
massa yang dipimpinya tidak bertolak dari kebutuhan kongkrit massa itu sendiri (materi) melainkan bertolak dari
keinginan dirinya sendiri, dari pendapat atau kesimpulanya sendiri (ide) maka dia berpandangan idealisme.
Contoh lain, dalam menjelaskan kejadian-kejadian di dalam alam atau masyarakat ini, seperti : banjir,
kemiskinan yang mencolok, tentara yang represif, sebagai sesuatu yang disebabkan oleh kekuatan gaib atau
oleh takdir.
Sebaliknya pandangan atau pokok pikiran atau cara menerangkan atau memahamkan bahwa segala
sesuatu kejadian atau peristiwa itu bertolak dari keadaan kongkrit, dari materi adalah materialisme. Jadi,
materialisme adalah pandangan dunia yang bertolak dari kenyataan objektif. Misalnya, di dalam masyarakat
terdapat keadaan sebagai berikut : pengangguran merajarela, sulit mendapatkan sandang pangan, nilai mata
uang rupiah merosot tajam terhadap dollar AS, kapasitas produksi mundur atau macet dsb. Melihat kenyataan
itu, maka dalam fikiran kita akan tergambar hal-hal itu dan menyimpulkan bahwa, menurut kenyataanya
kapitalisme dan imperialisme telah mengekploitasi bangsa Indonesia.
Dengan lain perkataan, untuk menjadi seorang materialis, ide kita merupakan gambaran atau
pencerminan dari materi yang bersangkutan. Karena materi itu suatu yang rumit, bersegi banyak terutama
masyarakat manusia, maka dalam mencerminkan suatu materi itu kita harus berhati-hati dan bersikap tepat.
Kita harus mencerminkanya menurut kerumitanya itu atau menurut banyak kesegianya itu jika tidak, maka kita
akan terkena penyakit subjektivisme. Inilah yang dimaksud oleh seorang revolusioner bahwa : "jika seorang
tidak mengetahui bahwa pendapat yang tepat itu tidak lain daripada pencerminan yang objektif yang meliputi
segala sudut kenyataan, dan bertindak menurut keinginanya yang subjektif dan berat sebelah maka, dia tetap
akan membikin kesalahan yang besar atau kecil sungguhpun segala motifnya mengandung maksud yang baik" .
Karena itu untuk mengelakan kesalahan, kita harus tepat membedakan mana yang benar mana yang salah.
Maka itu pencerminan yang tidak menyeluruh yang menurut keinginan subjektif menambahkan atau mengurangi
sesuatu pada kenyataan objektif itu adalah bertentangan dengan materialisme. Misalnya, dalam penyelidikan di
desa penggolongan kaum tani dilakukan tidak berdasarkan kedudukannya dalam hubungan-hubungan produksi
secara keseluruhanya tetapi pada hubungan-hubungan seperti pada, hubungan kekeluargaan, konco atau pada
besar kecil penghasilannya saja. Contoh lain, dalam menyusun plan/rencana tiga tahun tidak diadakan
penyelidikan yang kongkrit tentang syarat–syarat materiil pelaksanaan plan itu, tidak diselidiki keadaan para
siswa tempat belajar guru, persediaan makanan ataupun hal-hal lain yang bisa mendorong atau merintangi
suatu jatah yang terlalu tinggi atau yang terlalu rendah
Dari penjelasan singkat tentang arti serta perbedaan antara materialisme dan idealisme itu, kita bisa
semakin mudah memahami, menganalisis dan membimbing praktek revolusioner kita. Penjelasan ini penting
mengingat masih banyak yang memahami dan menafsirkan pengertian materialisme dan idealisme dalam
filsafat secara tidak tepat yaitu, antara lain menurut pengertian moral. Menurut mereka seorang materialis
adalah orang yang mengutamakan atau menjunjung tinggi kebendaan atau keduniawian, sehingga tidak
mempunyai cita-cita yang luhur dan tidak bermoral tinggi. Segala sesuatunya diukur atau dinilai berdasarkan
materi atau benda. Sebaliknya, seorang idealis adalah orang yang mengejar cita-cita luhur, bermoral halus,
sederhana dalam kenikmatan materiil, rela berkorban untuk kepentingan umum dan sebagainya.
Pengertian yang semacam ini jelas sangat keliru. Seorang materialis dalam filsafat, dalam memandang
alam, masyarakat dan fikiran menempatkan materi pada kedudukan yang menentukan dan sentral, sedangkan
ide pada kedudukan yang ditentukan. Jadi, materi dalam pandangan filsafat tidak semata-mata benda : uang,
mobil, rumah mewah dsb. Ini sih, materialisme vulgar. Bahkan, jika ditinjau dari segi “moral”, kenyataan telah
menunjukan bahwa kita (aktivis PRD) yang menganut paham materilisme ini adalah yang paling bermoral.
Kita bukannya congkak, tapi lihatlah pengorbanan kawan-kawan kita : diintimidasi, difitnah, dipenjara, diculik,
dan dibunuh oleh rezim Orba, karena kita memperjuangkan demokrasi sejati di negeri ini. Dalam berjuang itu,
kita sedikitpun tidak mengindahkan soal materi : uang dan jabatan. Keinginan kita cuma satu : agar rakyat
kembali memiliki kedaulatannya yang sejati, agar tidak ada lagi penindasan manusia atas manusia.

5. Hubungan Praktek Dengan Pengetahuan


Menurut pengertian MDH, tujuan kita dalam mempelajari pengetahuan (teori) agar bisa membimbing
praktek. Seorang yang berpikir MDH tidak akan berhenti pada diskusi-diskusi teoritis, ia belajar teori bukan demi
teori itu sendiri, tetapi yang lebih penting ia harus berpraktek. Seorang yang belajar MDH, akan menganggap
bahwa pengetahuan hanya akan berguna sepanjang pengetahuan itu bisa diterapkan ke dalam praktek
sehingga bisa diuji kebenarannya. Bahkan, ia harus menekankan dalam-dalam pada pikirannya, bahwa praktek
lebih tinggi dari pada teori karena ia tidak hanya mengandung nilai-nilai yang umum, tetapi nilai realitas yang
langsung. Karena itu, penting sekali buat kita untuk mengetahui bagaimana hubungan antara teori dan praktek
itu.
Pengetahuan (teori) manusia adalah pencerminan tentang kenyataan yang objektif (materi). Untuk bisa
mencerminkan sesuatu materi manusia harus mengadakan hubungan dengan materi yang bersangkutan, dan
hubungan itu dilakukan dengan praktek. Lewat praktek itulah nanti akan timbul pengetahuan (teori) tentang
materi itu dalam fikiran kita. Misalkan, jika kita ingin memiliki pengetahuan-tentang buruh, maka kita harus turun
ke pabrik-pabrik, bekerja dan hidup ditengah-tengah kaum buruh. Hanya dengan demikian barulah kita memiliki
pengetahuan yang tepat tentang buruh itu.
Yang dimaksud dengan praktek adalah praktek sosial manusia. Praktek sosial manusia meskipun
banyak seginya tetapi pada hakekatnya, adalah praktek produksi dan praktek perjuangan kelas. Dalam praktek
produksi, manusia melakukan praktek melalui perjuangan alam, mengubah alam untuk disesuaikan dengan
kebutuhannya. Dalam praktek perjuangan kelas manusia melakukan perjuangan di dalam masyarakat untuk
memajukan hubungan-hubungan produksi. Lewat perjuangan melawan alam, manusia memahami dan
mengenal gejala-gejala serta hakekat alam dan akhirnya melahirkan teori tentang hukum-hukum alam. Lewat
perjuangan kelas, manusia mengenal gejala-gejala serta hakekat masyarakat dan akhirnya melahirkan teori
tentang hukum masyarakat.
Jadi, praktek adalah sumber pengetahuan, praktek melahirkan teori. Atau dengan kata lain,
pengetahuan adalah hasil proses perkembangan praktek sosial manusia. Misalnya, untuk bisa merumuskan
teori tentang revolusi Indonesia, kita harus melakukan perjuangan kelas di dalam masyarakat Indonesia; kita
mesti mengetahui dan mengenali, siapa tenaga penggeraknya, siapa musuhnya dsb. Misal lain, kita tidak akan
mungkin mengetahui keadaan kaum buruh jika kita tidak mengadakan kontak-kontak dengan kaum buruh.
Persoalan lain, bagaimana kita tahu bahwa pengetahuan kita itu benar atau salah? Satu-satunya jalan adalah,
mengujinya kembali pada materi yang bersangkutan lewat praktek. Jika lewat praktek kesimpulan kita mengenai
materi itu adalah sesuai dengan keadaan yang sesunguhnya dari materi itu atau hasil yang kita harapkan sesuai
dengan pengetahuan kita tentang materi itu maka dapat dipastikan, bahwa pengetahuan kita tentang materi itu
adalah benar. Tetapi, jika tidak maka pengetahuan kita tidak benar atau kurang lengkap. Misalnya, kita
simpulkan bahwa gerakan mahasiswa merupakan pelopor (vanguard) dari gerakan rakyat, jika dalam
prakteknya, ciri-ciri gerakan vanguard itu kita temukan di lapangan.
Jika pengetahuan itu sudah benar apakah ia berhenti disitu saja? Tentu saja tidak. Materi, seperti yang
akan kita lihat nanti, senantiasa mengalami gerak. Maka dari itu pengetahuan kita tentang materi itu harus
berkembang sedemikian rupa. Kalau tidak, maka pengetahuan dan perjuangan kita untuk membebaskan rakyat
tertindas akan mengalam kebuntuan. Demikianlah, proses pengetahuan itu berlangsung terus, dari proses
pencerminan ke proses pengujian, dan kemudian ke proses pencerminan dan pengunjian lagi dengan tiada
akhirnya. Atau seperti yang dikatakan oleh seorang revolusioner: "pengetahuan mulai dengan praktek,
mencapai bidang teori melalui praktek, dan kemudian harus kembali lagi ke praktek".
Praktek ada dua macam, yaitu praktek langsung dan praktek tidak langsung.Yang dimaksud dengan
praktek langsung ialah praktek yang langsung kita alami sendiri, sedangkan praktek tidak langsung ialah praktek
orang lain yang dapat kita ketahui dengan membaca tulisan atau keterangan-keterangan lisan orang itu.
Misalnya, untuk mengetahui hukum-hukum revolusi Indonesia kita ikut langsung dalam revolusi Indonesia
(praktek langsung) atau membaca tulisan-tulisan atau mendengarkan uraian lisan tentang revolusi Indonesia
(praktek tidak langsung). Antara kedua praktek itu, yang terpenting ialah praktek langsung. Pengetahuan yang
kita peroleh dari praktek penyelidikan langsung oleh kita sendiri, jauh lebih baik daripada pengetahuan yang kita
dapat dari buku mana saja. Keuntungan lain dari praktek langsung adalah, jika hasil penyelidikan kita benar
tentu sangat baik tetapi, jika ada kawan-kawan yang membikin kesalahan dalam penyelidikan praktek, maka hal
itu akan lebih mudah diperbaiki karena materinya telah tersedia. Namun demikian, tidak berarti praktek tidak
langsung menjadi tidak penting. Praktek tidak langsung penting karena, kita sebagai perorangan dibatasi oleh
jasmani, umur maupun tempat dimana kita bisa mengadakan praktek langsung. Misalnya, kita tidak mungkin
mengalami langsung praktek perbudakan, feodalisme dan lahirnya kapitalisme di Barat karena kita pada waktu
itu belum lahir. Tetapi praktek rakyat pada waktu itu dapat kita pelajari dan ketahui dari membaca tulisan orang.
Di zaman itu, orang-orang yang melakukan praktek langsung sedangkan kita yang berada disuatu daerah di
Indonesia tidak mungkin mengalami praktek langsung.

6. Tentang Logika
Sebelum kita melangkah lebih lanjut kepembahasan soal metode berpikir MDH, ada baiknya kita
mengetahui dulu apa yang dimaksud dengan logika dan cabang-cabangnya. Logika adalah suatu ilmu yang
mempelajari proses pikiran. Dengan demikian, para ahli logika menyelidiki akivitas proses pikiran yang
berlangsung di dalam kepala manusia dan merumuskan hukum-hukum, bentuk-bentuk dan interelasi (saling
hubungan) dari proses-proses mental tersebut.
Ada dua tipe utama dari logika, yakni logika formal dan logika dialektik. Logika formal, sejarahnya
bisa diurut hingga ke jaman Yunani kuno dan mencapai puncaknya pada pemikiran Aristoteles. Selama hampir
200 tahun, logika formal tidak mampu digoyahkan, sampai muncul logika tandingannya, yakni logika dialektik
yang dirumuskan oleh Hegel. Logika dialektik yang dirumuskan oleh Hegel ini, kemudian disempurnakan atau
dimaterialkan oleh Marx. Kita akan membahas hukum-hukum dari logika formal, setelah itu kita akan
memfokuskan diri pada penguraian tentang MDH.

6.1. Tiga Hukum Dasar dari Logika Formal


Ada tiga hukum fundamental dari logika formal. Pertama dan yang paling penting adalah Hukum
identitas. Hukum ini bisa dinyatakan dalam berbagai cara seperti: Suatu benda selalu sama atau identik dengan
dirinya. dalam istilah aljabar: A sama dengan A.
Formulasi khusus dari hukum ini tak begitu penting sewaktu ide terlibat. Pemikiran esensial tercakup
dalam hukum identitias. Hukum ini mengatakan, bahwa suatu benda selalu sama terhadap dirinya dan adalah
sama juga menilai, bahwa di bawah semua kondisi ia tetap satu dan sama. Suatu benda yang ada berada
secara absolut pada setiap momen yang ada. Seperti ahli fisis katakan: "Materi tak bisa diciptakan dan
dihancurkan," contohnya, materi selalu menjadi materi.
Penilaian yang tak kondisional dari hukum identitas absolut dari suatu benda dengan dirinya sendiri,
menimbulkan perbedaan dari esensi benda-benda dan pikiran. Bila suatu benda selalu dan dalam semua
kondisi sama atau identik dengan dirinya, tak pernah bisa tidak sama atau berbeda dari dirinya. Kesimpulan ini
mengambil secara logis dan tak terhindarkan dari hukum identitas. Bila A selalu sama dengan A, tak bisa pernah
sama dengan non-A.
Kesimpulan ini dibuat eksplisit dalam hukum kedua dari logika formal : Hukum kontradiksi. Hukum
kontradiksi menyatakan: A adalah bukan non-A. Ini tak lebih dari formulasi negatif dari penilaian positif yang
dinyatakan dalam hukum yang pertama dari logika formal. Bila A adalah A, berikutnya, menurut pemikiran
formal, bahwa A tak bisa menjadi non-A. Jadi Hukum logika formal kedua, hukum kontradiksi, membentuk
tambahan esensial bagi hukum yang pertama.
Beberapa contoh: seorang manusia tak bisa menjadi bukan manusia; demokrasi tak bisa menjadi tidak
demokrasi; seorang buruh tak bisa menjadi seorang bukan buruh. Hukum kontradiksi menyiratkan hasil
perbedaan dari esensi benda-benda dan pikiran tentang benda-benda. Bila A selalu perlu identik dengan
dirinya, tak bisa berbeda dari dirinya. Perbedaan dan persamaam adalah, menurut dua aturan logika ini,
berbeda sekali, benar-benar tak berhubungan, karakter ekslusif saling menunjang dari baik benda-benda
maupun pikiran-pikiran.
Ijinkan aku menempatkan suatu contoh menarik dari jenis pemikiran ini yang berasal dari tulisan-tulisan
Aristoteles. Di dalam Posterior Abalytics (Buku I; bab 33, hal, 158), Aristoteles berkata, bahwa seseorang tak
bisa secara simultan memahaminya, bahwa manusia secara esensial adalah binatang- dan kedua, bahwa
manusia secara esensial bukan binatang, itulah, mungkin menganggap bahwa dia lain daripada binatang.
Begitulah, seorang manusia secara esensial adalah seorang manusia dan tak pernah bisa atau berpikir tak
menjadi seorang manusia.
Ini pasti tentulah menurut diktat dari hukum logika formal. Kini kita semua tahu ternyata bertentangan
dengan fakta. Teori evolusi alam mengajarkan bahwa manusia secara esensial adalah binatang dan tak bisa
lain daripada binatang. Secara logis berbicara, manusia adalah seekor binatang. Namun kita tahu juga dari teori
evolusi sosial, yang merupakan kelanjutan dan perkembangan dari evolusi binatang secara murni, bahwa
manusia tak lebih dari dan lain dari seekor binatang. Dengan kata lain dia secara esensial bukan seekor
binatang melainkan manusia, yang merupakan spesies mkhluk hidup yang sangat berbeda dari semua binatang
lainnya. Kita tahu bahwa kita, dua benda ekslusif yang saling bergantung pada satu dan saat yang sama.
Aristoteles dan hukum-hukum secara ekspresif adalah catatan yang diambil dari dalam hukum ketiga
dari logika formal. Ini adalah hukum pertengahan khusus. Menurut hukum ini, setiap benda adalah dan pasti
juga salah satu dari dua benda-benda ekslusif. Bila A sama dengan A, ia tak bisa sama dengan non-A. A tak
bisa jadi bagian dari dua klas yang berlawanan pada satu atau saat yang sama. Dimana saja dua pernyataan
yang saling berlawanan atauhubungan bermusuhan satu sama lain, baik itu mungkin benar atau juga salah. A
adalah juga B atau ia bukan B. Kebenaran dari suatu pendapat menyiratkan ketidakbenaran kebalikannya.
Hukum ketiga ini adalah suatu kombinasi dari dua pertama dan mengalir secara logis dari mereka.
Ketiga hukum ini merupakan basis dari logika formal. Semua jawaban-jawaban formal dihasilkan dari
aturan atau dari proposisi-proposisi ini. Selama dua ratus tahun mereka merupakan aksioma tak terbantahkan
dari sistim pikiran Aristoteles, hanya sebagai logika formal sebaliknya tak kokoh berdiri.

7. Apakah Materialisme Dialektik Itu ?

Materialisme dialetik adalah sebuah metode berpikir yang memperlajari sebab-sebab terjadinya
penindasan manusia atas manusia dan bertujuan untuk mengubah dunia yang menindas itu. Ia dinamakan
materialisme dialetik sebab, metodenya dalam mendekati gejala-gejala alam, metodenya dalam memahami dan
mempelajari gejala-gejala itu adalah dialektik, sedangkan keterangannya (interprestasi) mengenai gejala-gejala
alam pengertian dari gejala-gejala ini teorinya adalah materialis. Dari keterangan ini jelaslah, bahwa dialektika
adalah suatu metode untuk mengenal dan mengubah kenyataan objektif. Metode dialektik berbeda dengan
metode metafisik, karena metode ini berdasarkan hukum-hukum yang berlaku di dalam kenyataan objektif itu
sendiri. Hukum-hukum objektif dialektik itu dapat dirumuskan dalam 4 pokok sbb :
1. Asas Gerak
2. Asas Saling Hubungan
3. Asas perubahan kuantitatif ke perubahan Kualitatif
4. Asas Kontradiksi

7.1. Asas Gerak


Asas dialektik yang pertama ialah bahwa, segala sesuatu itu berada dalam keadaan bergerak, dalam
keadaan berkembang dan berubah. Asas dialektik ini bertentangan dengan asas metafisika yang berpendapat
bahwa, segala sesuatu itu berada dalam keadaan diam, dalam keadaan tidak mengalami perubahan. Kalau kita
teliti segala sesuatu yang ada dalam sekitar kita apakah itu alam, fikiran atau masyarakat maka, akan terlihatlah
bahwa ia mempunyai masa awalnya, masa perkembangan dan masa kehancuran atau pergantianya. Misalnya
bibit tumbuh lalu berkembang menjadi pohon dan akhirnya melapuk dan mati : masyarakat pemilikan budak
lahir, berkembang dan kemudian digantikan masyarakat feodal dstnya. Demikian juga halnya dengan fikiran kita.
Mula-mula kaum buruh berfikiran bahwa sistem kapitalis itu baik karena mereka merasa tertolong dengan
mendapat pekerjaan sebagai buruh pabrik; lama-kelamaan mulai terlintas dalam fikiran kaum buruh itu bahwa
sistem kapitalisme ini membuat mereka menjadi miskin, terasing dan tidak mampu memiliki alat-alat produksi
karena nilai lebihnya dicuri oleh pemilik modal. Keadaan menguntungkan dan kemudian menjadi merugikan itu
menyebabkan pikiran kaum buruh berubah mengalami pergerakan sebagai pencerminan yang menyeluruh
terhadap keadaan sekelilingnya.
Pertanyaannya, apakah yang menyebabkan segala sesuatu itu bergerak? Seperti yang telah kita bahas
pada bagian di atas, ada dua pendapat yang menyebabkan segala sesuatu itu bergerak dan berubah. Yang
pertama adalah idealisme, yang menyatakan bahwa jika sesuatu itu berubah maka ia diubah oleh kekuatan ide
yang berada di luar materi yang bersangkutan atau di luar dunia materiil. Yang kedua, adalah dialektika
materialis yang berpendirian bahwa materi itu bergerak karena kekuatan yang terkandung di dalam materi itu
sendiri. Kekuatan itu disebut SEBAB DALAM dari gerak materi itu. Misalnya, revolusi Indonesia mencapai
kemajuan- kemajuan. Apa yang menjadi sebab kemajuan kemajuan itu? Yang menjadi sebabnya adalah
kekuatan-kekuatan yang terkandung didalam masarakat Indonesia itu sendiri, yaitu klas-klas yang ada
didalamnya serta saling hubungan di antara klas-klas itu. Revolusi Indonesia mencapai kemajuan-kemajuan
bukan karena takdir, bukan pula karena hasutan dan desakan luar negeri.
Contoh lain, telor ayam bisa menetaskan anak ayam terutama karena di dalam telur ayam itu ada
bibitnya sebagai sebab di dalamnya. Jika telor ayam itu tidak mengandung bibit ayam, maka bagaimanapun
usaha untuk menetaskanya akan sia-sia belaka. Jadi, jelaslah bahwa gerak atau perkembangan segala sesuatu
pertama-tama disebabkan oleh sebab dalam.
Pengaruh faktor luar sudah tentu ada, tetapi tidak menentukan. Pengaruh itu ada artinya, jika di dalam
sesuatu itu ada faktor dalam yang menampung faktor luar tersebut. Jika faktor dalam itu tidak mampu, maka
pengaruh itu tidak akan ada. Ambil contoh telor ayam tadi. Untuk menetaskan telor menjadi anak ayam
membutuhkan suhu tertentu (faktor luar) tetapi, suhu itu tidak akan ada artinya jika telor itu bukan telor bibit atau
telor itu busuk. Contoh lainya, bagaimana menguntungkannya situasi dunia Internasional sebagai faktor luar
dalam membangun demokrasi sejati, tetapi jika kekuatan–kekuatan prodemokrasi di dalam negeri tidak solid,
tidak punya organisasi yang terpimpin, tidak punya strategi-taktik yang jitu dan tidak punya program yang tepat,
maka gerakan prodemokrasi itu tidak akan bisa mencapai hasil yang maksimal. Tegasnya, faktor luar itu
memainkan peranan yang penting bagi gerak suatu materi, tetapi yang menentukan adalah faktor dalam. Faktor
luar itu hanya bisa memberikan pengaruhnya lewat sebab dalam itu sendiri. Faktor luar itu disebut juga syarat
luar dari gerak materi.
Sesuai dengan asas dialetika objektif ini, maka metode kita dalam memahami dan mengubah kenyataan
objektif haruslah bertolak dari sebab dalam itu sendiri; dari gerak, saling hubungannnya dan kontradiksinya.

7.2. Asas Saling Hubungan (interelasi)


Kaum metafisika (idealisme) perpendapat bahwa, segala sesuatu itu berdiri sendiri-sendiri, tidak
mempunyai hubungan satu sama lain atau tidak mempunyai saling hubungan. Sebaliknya, asas dialetika
menyatakan dan memang demikianlah kenyataanya bahwa, segala sesuatu itu tidak berdiri sendiri–sendiri,
tetapi mempunyai saling hubungan. Hal yang satu mempengaruhi atau menentukan hal yang lain dan
sebaliknya. Saling hubungan itu terdapat di dalam bagian-bagian di dalam sesuatu dan antara hal yang satu
dengan hal yang lain saling hubungan itu terdapat pula antara masa lampau dan masa kini serta dengan masa
depan.
Misalnya, dalam masyarakat Indonesia terdapat saling hubungan di antara kelas yang ada didalamnya,
dimana yang satu mempengaruhi dan menentukan yang lain. Contoh lain, keadaan di kita yang terbelenggu
oleh sistem kapitalis-militeris saat ini tidak terlepas dari keadaan masa yang lalu : keadaan yang sekarang akan
menentukan dimasa depan .
Saling hubungan adalah saling hubungan yang secara objektif ada didalam kenyataan, ia adalah sesuatu
yang diada-adakan atau yang dikira-kirakan oleh manusia secara subjektif. Misalnya, ada saling hubungan
secara objektif antara watak seseorang dengan keadaan sosialnya, tetapi tidak ada saling hubungan dengan
namanya. Contoh lain: ada saling hubungan antara krisis ekonomi kapitalis dengan sistem ekonomi yang
berdasarkan hak milik perorangan kapitalis atas alat-alat produksi tetapi, tidak ada saling hubungan dengan
bintik-bintik matahari. Jika sesuatu mengandung lebih pada satu hubunganya maka satu di antara saling
hubungan itu adalah saling hubungan pokok. Saling hubungan pokok ini peranannya menentukan di antara
saling hubungan-hubungan lainnya. Saling hubungan bukan pokok, bersifat tidak menentukan tetapi
mempengaruhi. Misalnya, terdapat hubungan antara kaum tani dengan tuan tanah dengan proletariat dengan
borjuasi dsbnya. Saling hubungan pokoknya ialah, saling hubungan kaum tani itu dengan tuan tanah .
Seorang anggota partai dalam menentukan pendiriannya mengenai sesuatu hal, dipengaruhi oleh garis
partai, keinginan keluarganya, pengaruh keadaan di sekitar tempat tinggalnya /tempat kerjanya, dsb. Saling
hubungan pokok dalam hal ini ialah, saling hubungan dengan garis partai. Berdasarkan asas saling hubungan
ini maka, metode kita mendekati, memahami dan mengubah sesuatu haruslah dalam saling hubunganya yang
ada secara objektif dengan hal-hal di sekelilingnya dengan masa lampau dan masa depan.

7. 3. Asas Perubahan dari Kuantitas ke Kualitas


Asas ini mengunkapkan bentuk-bentuk yang ditempuh oleh setiap materi dalam proses gerak atau
perkembanganya dan dengan demikian mengariskan arah gerak atau perkembanganya. Apa yang dimaksud
dengan kualitas itu? Kualitas adalah, seluruh ciri atau sifat yang terkandung di dalam sesuatu yang memberikan
kepastian pada sesuatu itu. Yang membedakanya dengan hal yang lain dari pengertian kualitas ini, tidak hanya
terbatas pada pengertian nilai dalam percakapan sehari-hari dan lebih luas pada pengertian sifat atau ciri saja.
Misalnya, di dalam dunia semesta ini terdapat banyak sekali hal ihwal yang beraneka ragam, tetapi hal itu tidak
menjadikan kita bingung karena kita bisa membedakan satu dengan yang lain; seperti kita dapat segera
membedakan air dengan minyak, manusia dengan kera, masyarakat kapitalis dengan masyarakat sosialis.
Untuk mengetahui kualitasnya kita mengungkapkan antara lain, hubungan kemasyarakatan yang
terdapat di dalam kedua sisterm di masyarakat terutama, hubungan produksinya. Seorang anggota partai
adalah hal yang lain yang berbeda dari seorang yang bukan anggota partai. Perbedaan ini karena kualitas yang
terkandung di dalam kedua hal itu, yakni perbedaan dalam ideologinya, politiknya, dan moralnya.
Kemudian, yang penting kita ketahui bahwa kualitas sesuatu itu dinyatakan dalam banyak segi, dalam
banyak ciri. Diantara segi-segi atau ciri-ciri itu, ada yang merupakan ciri dasar dari kualitasnya. Jika ciri dasar
kualitas itu mengalami perubahan, maka terjadilah perubahan fundamentil pada materi itu dan berubahlah
materi itu menjadi materi yang baru. Tetapi, jika perubahan itu pada ciri-ciri yang bukan dasar maka tidak terjadi
perubahan fundamentil pada materi itu. Masyarakat kapitalis kualitasnya bisa dilihat dari segi sistem
ekonominya, sistem pemerintahannya, kebudayaannya, dsbnya. Tetapi yang paling menentukan ialah sistem
ekonominya, yang merupakan ciri dasar kualitasnya. Jika sistem ekonomi masyarakat kapitalis itu berubah,
maka berubah pulalah masyarakat kapitalis itu. Misal lain, kaum buruh kualitasnya bisa dilihat dari segi
hubunganya dengan hak milik, jumlah penghasilanya, kedudukanya dengan proses produksi, pendidikanya,
kegemaranya, pengetahuannya dsbnya. Tetapi, segi yang paling menentukan ialah, hubunganya dengan hak
milik yaitu bahwa kaum buruh tidak memiliki alat-alat produksi dan hidup dari menjual tenaga kerjanya. Jika ciri
ini tidak ada lagi misalnya, ia sudah memiliki alat-alat produksi dan tidak lagi menjual tenaganya maka,
kualitasnya telah mengalami perubahan fundamentil yaitu dia umpanya telah berubah menjadi borjuis kecil.
Sekarang, apa yang dimaksud dengan kuantitas? Kuantitas adalah, jumlah dalam arti kata yang seluas-
luasnya yaitu : banyak-sedikit, besar-kecil, luas-sempit, lama-sebentar. Dsbnya. Jadi, pengertian kuantitas disini,
tidak terbatas pada bilangan saja. Kualitas dan kuantitas, terdapat bersama-sama dalam setiap hal. Atau
dengan kata lain, setiap hal itu mengandung kualitas dan kuantitas tertentu. Kesatuan dari kedua unsur itulah
yang menetapkan sesuatu itu. Misalnya, penanaman modal asing di negeri ini, besar kecinya berpengaruh
disegala bidang kehidupan sosial, atau luas tanah yang berpusat di dalam tangan tuan tanah dsbnya. Lalu,
apakah yang dimaksud dengan perubahan kuantitas ke perubahan kualitas? Adalah perubahan yang bersifat
penambahan atau pengurangan yang tidak membawa perubahan pada ciri dasar kualitas. Misanya, seorang
anggota partai sebelum dia mengajukan permintaan atau diterima sebagai calon anggota telah mengalami
perubahan-perubahan kuantitatif yakni, semakin banyak pengalaman revolusionernya semakin makin tebal
kesadaran kelasnya, makin tinggi kesadaran politiknya dan makin mengenal perjuangan dan cita-cita partai
maka, makin yakin akan kebenaran konstitusi dan program partai. Contoh lain, air ketika dimasak dalam proses
pemanasan dan sebelum air itu berubah menjadi uap, terjadilah perubahan-perubahan kuantitatif yaitu
perubahan pada hubungan intern molekul-molekul air itu dsbnya.
Perubahan kualitatif adalah perubahan yang terjadi pada ciri dasar kualitas materi yang bersangkutan,
sehingga akibatnya lahirlah ciri dasar yang baru. Misalnya, orang yang bukan orang partai tadi, menjadi calon
anggotanya dan kemudian menjadi anggota partai. Perubahan dari bukan anggota menjadi anggota itu, adalah
perubahan kualitatif. Atau, air yang dimasak tadi berubah menjadi uap. Perubahan kuantitatif itu berlangsung
secara berangsur-angsur sedangkan perubahan kwalitatif berlangsung secara tiba-tiba, revolusioner dan
merupakan suatu lompatan dalam perkembangan materi yang bersangkutan. Antara kedua bentuk perubahan
itu, terdapat saling hubungan yang erat sekali. Perubahan kuantitatif menciptakan perubahan kualitatif
sebaliknya, perubahan kualitatif menyelesaikan perubahan kuantitatif yang yelah terjadi yang merupakan
perubahan kuantitatif yang baru. Misalnya, program cabut dwifungsi ABRI merupakan perubahan dalam
hubungan sipil-militer (perubahan kuantitatif) yang menuju ke perubahan dari masa kediktatoran ke masa
demokrasi sejati (perubahan kualitatif). Sebab, kita percaya bahwa selama dwifungsi ABRI masih bercokol
selama itu pula, demokrasi senantiasa dalam ancaman bahaya. Dialektikanya, adanya perubahan kualitatif akan
melahirkan perubahan kuantitatif yang baru. Misalnya, dalam masa demokrasi sejati, kesempatan untuk
berbicara, berpendapat, dan berorganisasi, akan lebih mudah bagi setiap individu, kelompok maupun partai
politik, ketimbang di era kediktatora.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa perubahan itu berlangsung dari perubahan kuantitatif
(evolusioner) ke perubahan kualitatif (revolusioner), dari yang kecil-kecil menunju ke yang besar, dari
tingkat yang rendah ke tingkat yang lebih tinggi. Kedua hal ini tidak boleh dipertentangkan atau
dikontradiksikan, keduanya berhubungan erat dan sejiwa. Dalam perjuangan menegakkan demokrasi sejati
itu, kita tidak boleh terjebak pada pilihan: gerakan evolusi atau gerakan revolusioner. Perubahan revolusioner
harus didahului oleh perubahan yang evolusioner sedangkan, perubahan evolusioner mesti ditingkatkan ke
perubahan revolusioner. Mau mengadakan perubahan revolusioner tanpa mendahuluinya dengan perubahan-
perubahan evolusioner adalah metode kekiri-kirian, avonturisme. Sebaliknya, jika kita tetap bersikukuh pada
metode evolusioner tanpa meningkatkan ke perubahan revolusioner, maka kita telah terperangkap pada cara
kerja reformisme yang kompromis dan oportunis.

7.4. Asas Kontradiksi


Asas dialektika yang ke empat adalah asas kontradiksi. Asas ini merupakan asas dialektika yang
terpenting karena ia mengungkapkan lebih lanjut apa yang menyebabkan sesuatu itu bergerak. Dalam dialektika
materialis kontradiksi mengandung arti yang luas, yang tidak terbatas pada pertentangan saja tetapi
mencakup juga perbedaan yang sekecil-kecilnya. Misalnya, perbedaan pendapat antara si A dan si B
mengenai hal yang remeh sekalipun adalah kontradiksi.
Kontradiksi terjadi apabila ada dua hal atau dua bagian dari suatu hal yang bertentangan atau berbeda.
Dua hal atau dua bagian sesuatu itu disebut segi-segi atau aspek aspek kontradiksi, misalnya, antara rakyat
dan Dwifungsi ABRI dimana kedua hal itu terdapat kontradiksi. Rakyat adalah salah satu aspek atau segi
kontradiksi itu sedangkan Dwifungsi ABRI adalah segi atau aspek yang lain. Contoh lain, antara pendapat ”ya,
dan tidak“ mengenai sesuatu persoalan juga adalah konntradiksi. Pendapat " ya” adalah salah satu kontradiksi
itu sedangkan pendapat "tidak” adalah segi lainya.

7.4.1. Keumuman dan Keumuman Kontradiksi


Kontradiksi seperti asas-asas dialektika lainya berlaku secara umum. Ia terdapat di dalam segala hal
ihwal dalam semua keadaan dan semua gejala, apakah gejala itu gejala alam, masyarakat atau pikiran,
kesemuanya mengandung kontradiksi
Di dalam masyarakat yang berkelas terdapat kontradiksi kelas, didalam alam organik terdapat
kontradiksi antara sel yang tumbuh dengan sel yang akan mati, di dalam fikiran terdapat yang salah dengan
yang benar, yang kolot dengan yang baru. Disamping itu keumuman kontradiksi berarti juga kontradiksi itu
terdapat diseluruh proses perkembangan waktu, ia terdapat sejak awal hingga akhir proses itu. Misalnya,
kontradiksi antara rakyat Indonesia dengan Imperialisme sejak Indonesia dijajah kaum Imperialis hingga
Indonesia menjadi negeri yang merdeka.
Namun, disamping segi keumumannya, kontradiksi juga mengandung segi kekhususannya. Maknanya,
untuk mengenal gerak sesuatu yang kongkrit tidaklah cukup hanya mengetahui keumuman kontradiksinya saja,
kita harus pula mengenal kontradiksi yang terdapat di dalam hal yang kongkrit itu, yang khusus itu. Lebih
jelasnya, yang dimaksud dengan kekhususan kontradiksi bahwa, kontradiksi yang terdapat pada hal yang
satu tidaklah sama dengan kontradiksi yang terdapat pada hal yang lain. setiap hal yang khusus
mengandung hal yang kontradiksi yang khusus pula. atau kontradiksi-kontradiksinya sendiri-sendiri. Perbedaan
itu dapat dilihat dari aspek–aspek yang berkontradiksi, kedudukan salah satu kontradiksi dsbnya. Misalnya,
terdapat kontradiksi yang berbeda di kota dengan di desa, hal itu bisa dilihat dari: di desa terdapat kontradiksi
yang menonjol antara kaum tani dengan tuan tanah sedangkan di kota antara kaum buruh dengan kaum
borjuasi. Demikian juga di dalam masyarakat berkelas, terdapat kontradiksi kelas sedangkan di dalam
masyarakat sosialis, kontradiksi itu adalah antara pandangan yang benar dengan pandangan yang salah.
Disamping itu pada tiap tingkat dalam proses perkembangan sesuatu terdapat pula kontradiksi yang
tidak sama yang terdapat pada tingkat yang berbeda. Misalnya, kontradiksi yang terdapat pada masyarakat
feodal berbeda dengan kontradiksi yang terkandung di dalam masyarakat kapitalis. Di dalam masyarakat feodal
terdapat kontradiksi antara petani dan tuan tanah antara tuan tanah dengan produsen kecil dsbnya, sedangkan
di dalam masyarakat kapitalis kontradiksinya adalah antara kelas buruh dengan kaum borjuasi, antara borjuasi
dengan produsen kecil dsbnya.
Karena pada hal yang berbeda atau pada tiap tingkat proses perkembangan sesuatu itu terdapat
kontradiksi yang berbeda pula, yakni yang khusus, maka metode dalam memecahkan kontradiksi itu haruslah
secara khusus pula. Metode pemecahan yang digunakan untuk menjawab kontradiksi yang satu tidak bisa
digunakan untuk menjawab kontradiksi khusus yang lain, metode memecahkan kontradiksi yang terdapat di
dalam masyarakat Indonesia adalah tidak sama dengan yang digunakan dinegeri lain : metode memecahkan
kontradiksi di kalangan rakyat berbeda dengan metode memecahkan kontradiksi antara rakyat dengan musuh
rakyat : metode memecahkan kontradiksi di dalam pikiran seorang anggota partai juga berbeda dengan metode
memecahkan kontradiksi di dalam pikiran seorang yang bukan anggota partai.

7.4.2. Kontradiksi Pokok/kunci


Seperti yang sudah dikemukakan di atas, kontradiksi itu mengandung banyak segi, yang khusus dan
yang umum, bertingkat-tingkat di mana dalam setiap tingkatannya kontradiksinya juga mengalami peningkatan.
Karena itu, penting sekali bagi kita untuk mengetahui kunci di dalam memecahkan dan menyelesaikan
kontradiksi itu.
Kontradiksi yang menjadi kunci penyelesaian pada tingkat perkembangan itu disebut kontradiksi
pokok, sedangkan kontradiksi-kontradiksi lainya adalah kontradiksi bukan pokok. Jika kontradiksi pokok itu
sudah diselesaikan maka penyesaian terhadap kontradiksi bukan pokok atau kontradiksi-kontradiksi lainya akan
lebih mudah diselesaikan. Konsekuensinya, kontradiksi pokok harus menjadi prioritas untuk ditangani,
sedangkan kontradiksi bukan pokok penyelesaiannya bisa di nomorduakan atau bisa ditunda. Sebagai contoh,
masyarakat Indonesia saat ini di dalamnya terdapat kontradiksi-kontradiksi seperti antara rakyat Indonesia
dengan Imperialisme dan feodalisme, antara kaum buruh dengan borjuasi nasional dan transnasional, antara
kaum buruh dan kaum tani, antara rakyat sipil dengan Dwifungsi ABRI/TNI dsbnya. Pertanyaan yang harus kita
jawab lebih dahulu, kontradiksi mana yang menjadi kunci dalam menyelesaikan kontradiksi-kontradiksi yang
terkandung di dalam masyarakat Indonesia itu? Jika kita simpulkan bahwa kontradiksi pokoknya adalah rakyat
sipil dan Dwifungsi ABRI/TNI, maka kontradiksi ini harus dipecahkan terlebih dahulu sehingga kontradiksi yang
lain akan lebih mudah diselesaikan. Sebaliknya, jika kita salah di dalam menentukan mana kontradiksi
pokoknya, maka penyelesaian kontradiksi tidak akan membawa kita pada penyelesaian kontradiksi yang lebih
maju atau lebih tinggi.

7.4.3. Mutasi Kontradiksi


Kesalahan di dalam mengenali dan mengetahui mana kontradiksi pokok dan mana kontradiksi bukan
pokok, disamping akan menghambat pemecahan kontradiksi, juga dapat menyebabkan pengalihan atau
pemutarbalikkan kontradiksi pokok dan bukan pokok. Pengalihan atau perubahan kontradiksi pokok menjadi
kontradiksi bukan pokok atau sebaliknya, kontradiksi bukan pokok menjadi kontradiksi pokok, kita mutasi
kontradiksi.
Misalnya, kontradiksi pokok, kontradiksi yang tidak terdamaikan di dalam masyarakat Indonesia saat ini
adalah antara rakyat sipil dengan Dwifungsi ABRI. Dwifungi ABRI menjadi musuh rakyat karena dengannya,
tentara menjadi leluasa di dalam membungkam dan menumpas seluruh kekuatan rakyat yang berusaha
mewujudkan keadilan dan demokrasi yang sejati. Karena itu, maka tuntutan pencabutan Dwifungsi ABRI harus
menjadi program mendesak, harus menjadi prioritas bagi seluruh kaum prodemokrasi. Tetapi, tidak jarang kita
temui bagaimana kelompok-kelompok reaksioner berusaha mengalihkan kontradiksi pokok ini ke masalah
SARA, bahwa sumber kericuhan, sumber ketidakadilan itu disebabkan oleh dominasi minoritas non-muslim atas
mayoritas muslim. Nah, perubahan dari isu Dwifungsi ABRI ke isu SARA itulah yang disebut MUTASI
KONTRADIKSI.

7.4.4. Segi-segi Kontradiksi


Di dalam mempelajari kekhususan kontradiksi, disamping mengetahui kontradiksi pokok dan bukan
pokok, perlu sekali bagi kita untuk memahami watak dan kedudukan dari segi-segi yang berkontradiksi itu.
Seperti telah dijelaskan di atas, antara segi-segi yang berkontradiksi itu terdapat perjuangan dimana dalam
perjuangan itu, sudah tentu ada segi yang akan kalah dan ada segi yang akan menang, ada segi yang akan
berkembang dan ada segi yang akan mengalami kehancuranya. Segi yang akan menang dan segi yang akan
berkembang itu disebut segi baru sedangkan segi yang akan kalah dan akan mengalami kehancuranya itu
disebut segi lama.
Segi baru pada awalnya lemah, tetapi ia berkembang dan lama-kelamaan menjadi segi yang kuat dan
mengalahkan segi lama. Harus juga diketahui bahwa menilai segi-segi itu dari sudut yang tertera adalah
menilainya dari sudut wataknya. Contoh : kontradiksi antara rakyat Indonesia dengan tentara yang berdwifungsi.
Rakyat Indonesia adalah segi baru sedangkan tentara adalah segi lama. Rakyat Indonesia pada awal
kontradiksi itu adalah segi yang lemah tetapi berkembang terus dan akhirnya ia pasti akan mengalahkan tentara
yang berdwifungsi.

Kemudian, kita harus pula meninjau segi-segi itu dari sudut kedudukanya, yaitu dari sudut peranan segi
yang satu terhadap segi yang lain dalam kontradiksi itu. Pada suatu tingkat proses perkembangan tertentu
sesuatu kontradiksi, ada segi yang berperan memimpin segi yang lain sehingga ia memimpin arah
perkembangan kontradiksi itu. Segi yang memimpin disebut segi pokok sedangkan segi yang dipimpin itu
disebut segi bukan pokok. Misalnya, perkembangan kontradiksi antara ideologi proletariat dengan ideologi non
proletariat di dalam pikiran seorang buruh. Pada mulanya ideologi proletariat itu masih merupakan benih-benih
yang baru tumbuh, ia masih lemah sementara, pada saat itu ideologi non proletariat merupakan segi pokok,
masih kuat kedudukannya. Tetapi lewat pengalaman perjuangan dan usaha yang ulet serta terus-menerus dari
aktivis-aktivis partai dalam menjelaskan program dan konstitusi partai kepadanya maka, ideologi proletariat itu
berkembang hingga kesuatu tingkat menjadi sedemikian kuatnya sehingga menentukan tindak tanduknya dan
mendorong dia masuk menjadi anggota partai. Pada saat itu ideologi proletariat menjadi segi pokok dan ideologi
non proletariat menjadi segi bukan pokok.
Dalam keadaan tertentu dari proses perkembangan suatu kontradiksi pokok bisa berubah menjadi segi
bukan pokok dan sebaliknya. Demikian pula dalam kontradiksi antara ideologi proletariat dengan ideologi non
proletariat tadi, pada mulanya segi pokoknya adalah non proletariat tetapi dalam proses selanjutnya ideologi non
proletariat itu menjadi segi bukan pokok yaitu, ketika ia menjadi anggota partai. Ideologi proletariat yang pada
mulanya segi bukan pokok kemudian menjadi segi pokok.

8. Materialisme Histori
Filsafat Marxisme terdiri dari dua bagian pokok yaitu materialisme dialektik dan materialisme histori.
Dua bagian itu merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan dan saling melengkapi. Jika
materialisme dialektik mengungkapkan hukum umum perkembangan hal ihwal masyarakat, maka materialisme
histori adalah penerapan hukum umum pada gejala masyarakat itu. Jadi materialisme histori mempelajari
hukum-hukum umum perkembangan masyarakat, hukum umum perkembangan sejarah manusia.

8.1. Keadaan Sosial Menentukan Kesadaran Sosial


Jika masalah terpokok dalam filsafat diterapkan pada kehidupan masyarakat maka, keadaan sosial yaitu
kenyataan objektif masyarakat adalah primer, sedangkan kesadaran sosial yaitu kehidupan spirituil masyarakat
adalah sekunder. Keadaan sosial menentukan kesadaran sosial sedangkan kesadaran sosial yang merupakan
pencerminan keadaan sosial itu.
Yang dimaksud keadaan sosial adalah syarat-syarat kehidupan materiil masyarakat, yang terdiri dari
antara lain: keadaan geografi, penduduk dan cara menghasilkan kebutuhan hidup materiil masyarakat yaitu,
sandang, pangan tempat tinggal dsbnya. Kesadaran sosial meliputi antara lain : konsepsi politik, agama, filsafat,
moral, kesenian. Karena kesadaran sosial itu sekunder maka, sumber kesadaran sosial itu harus dicari bukan
bukan pada keinginan subjektif manusia yang lepas dari keadaan sosialnya tetapi sebaliknya, pada keadaan
sosial itu sendiri. Misalnya, kesadaran sosial yang mementingkan diri sendiri yang demikian menonjol di segala
bidang di dalam masyarakat kapitalis, haruslah dilihat dari bukan ciptaan atau keingginan subjektif para ahli
ideologinya, ciptaan atau keinginan yang tidak mempunyai hubungan dengan syarat-syarat materiil masyarakat
kapitalis itu, tetapi sebaliknya, pada kenyataan bahwa di dalam masyarakat kapitalis itu berlaku hubungan
produksi yang berdasarkan hak milik perseorangan kapitalis atas alat-alat produksi. Dengan syarat-syarat
kehidupan materiil yang seperti itu kesadaran sosial yang mementingkan kepentingan umum tidak akan
menonjol sebaliknya, di dalam masyarakat sosialis yang dalam hubungan produksinya berdasarkan hak milik
umum atas alat-alat produksi menonjol kesadaran sosial yang mementingkan kepentingan umum.
Karena kesadaran sosial itu ditentukan oleh keadaan sosial maka dalam merumuskan kesadaran sosial
pada tingkat perkembangan tertentu masyarakat itu, konsepsi-konsepsi politik misalnya, harus disusun
berdasarkan keadaan sosial dimana konsepsi-konsepsi itu akan berlaku. Misalnya, masyarakat Indonesia yang
belum merdeka penuh sekarang ini dimana terdapat cara produksi Imperialis feodal, borjuis nasional, dan
produsen kecil maka, konsepsi politik bagi masyarakat Indonesia haruslah sesuai dengan syarat-syarat, a.l:
berdasarkan syarat-syarat kehidupan materiil itu maka, revolusi kita adalah revolusi nasional anti Imperialis,
tenaga pengeraknya adalah kaum buruh, kaum tani, klas borjuis kecil dan elemen-elemen demokratis lainya.
Meskipun kesadaran sosial itu mencerminkan keadaan sosial ia juga mempunyai peranan aktif
dalam mengubah atau mendorong maju keadaan sosial. Ide revolusioner mempunyai peranan penting
dalam mendorong syarat-syarat materiil kehidupan masyarakat untuk maju, misalnya, ide sosialisme sangat
penting artinya dalam membawa perubahan-perubahan dalam cara produksi masyarakat dan dengan demikian
mendorong ke tingkat yang lebih tinggi. Jadi, sederhanaya, ide (kesadaran sosial) ditentukan oleh materi
(keadaan sosial), tetapi pada tingkatan tertentu, ide lebih maju dari pada keadaan sosial.

8.2. Hukum Umum Perkembangan Masyarakat


Materialisme dialektik berpendapat bahwa masyarakat sebagai gejala materiil bergerak dan
berkembang atau berubah. Gerak perkembangan itu ditimbulkan oleh kekuatan-kekuatan materiil yang terdapat
di dalam masyarakat yaitu oleh syarat-syarat materiil.
Di atas sudah dijelaskan bahwa syarat-syarat kehidupan masyarakat materiil itu ialah keadaan geografi,
penduduk dan cara menghasilkan kehidupan materiil masyarakat itu. Menurut kenyataanya di antara unsur-
unsur keadaan sosial itu keadaan mana yang terutama menentukan perkembangan masyarakat? Jika kita tinjau
perkembangan masyarakat maka ternyata keadaan geografi dan penduduk tidak berubah sejalan dengan
perubahan-perubahan yang terjadi dimasyarakat , perubahan-perubahan geografi dan penduduk berlangsung
jauh ketinggalan dari perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat sehinga dapat disimpulkan bahwa,
faktor-faktor itu bukan faktor yang menentukan perkembangan masyarakat. Yang menentukan ialah cara
produksi.
Cara produksi terdiri dari hubungan-hubungan produksi dan tenaga produktif. Kontradiksi antara
tenaga produktif dengan hubungan–hubungan produksilah yang mendorong perkembangan masyarakat. Di
dalam masyarakat berkelas kontradiksi itu mengambil bentuk perjuangan kelas yaitu antara kelas yang
menghisap dan kelas yang dihisap, antara kelas yang memililki alat-alat produksi dengan kelas yang alat-alat
produksinya dirampas.

8.3. Peranan Massa dan Perseorangan Dalam Sejarah


Supaya suatu sistem masyarakat bisa meneruskan kelangsungan hidupnya maka ia harus
menghasilkan kebutuhan hidupnya, terutama kebutuhan hidup materiilnya a.l. sandang, pangan, perumahan
dsb. Jika kebutuha-kebutuhan itu tidak terpenuhi maka masyarakat itu akan lenyap dari permukaan bumi ini,
oleh karena itu menurut materialisme histori mempersoalkan sejarah masyarakat, adalah mempersoalkan
orang-orang yang menghasilakn kebutuhan materiil itu yaitu mempersoalkan rakyat pekerjanya.
Rakyat pekerja adalah pencipta sejarah karena merekalah yang memungkinkan kelangsungan
masyarakat itu. Tanpa rakyat pekerja kelangsungan hidup masyarakat tak mungkin. Sehingga dengan demikian,
kelirulah pandangan kaum idealis yang mengatakan bahwa sejarah masyarakat diciptakan oleh raja-raja, kaisar-
kaisar, pemimpin-pemimpin atau perseorangan-perseorangan .
Apakah dengan demikian materialisme histori menyangkal peranan pemimpin atau perorangan di dalam
sejarah? Materialisme histori mengakuai peranan pemimpin atau perseorangan di dalam sejarah sebagai bagian
dari massa yang paling sadar dan yang dapat mencerminkan dan merumuskan kepentingan dan perasaan
massa untuk memenuhi kepentingan dan perasaan mereka. Jika hal itu tidak dipenuhi maka ia bukan lagi
pemimpin dan kalau ia memainkan peranan yang berlawanan dengan kepentingan dan keinginan massa maka
dalam proses perkembangannya ia pasti akan ditinggalkan oleh massa. Mari kita mengambil masyarakat
Indonesia sebagai contoh. Yang tergolong dalam masyarakat pekerja adalah kaum buruh, kaum tani dan
produsen kecil, mereka itulah yang menjadi pencipta masyarakat Indonesia. Jadi jika dilihat dari segi ini
merekalah yang menjadi tenaga-tenaga penggerak revolusi Indonesia sehingga pemimpin-pemimpin Indonesia
jika ingin berjalan searah dengan pencipta sejarahnya, mesti mencerminkan atau menjadi penyambung lidah
dan organisator massa rakyat pekerja itu. Bersikap bertentangan dengan kepentingan atau perasan massa itu
akan berarti menentang perkembangan masyarakat Indonesia dan akhirnya akan ditinggalkan oleh massa
rakyat pekerja itu. Inilah yang menimpa Soeharto, bahwa karena ia bertentangan dengan kesadaran dan
perasaan massa maka, ia ditinggalkan, ia dilengserkan dari tahtanya. Dari keterangan di atas jelas terlihat saling
hubungan antara peranan massa rakyat dengan pemimpinnya di dalam sejarah. Sehingga dapat disimpulkan,
massa rakyat pekerja adalah pencipta sejarah, tetapi peranan pemimpinnya tidak boleh diabaikan.
Oleh karena rakyat pekerja itu adalah pencipta sejarah maka, salah satu langgam kerja partai yang
terpenting adalah berpegang teguh pada garis massa, sebagai mana dicantumkan dalam konstitusi PRD dan
sering ditekankan di dalam dokumen-dokumen partai. Berpaling dari garis massa berarti kita akan terjerambab
pada lingkaran sejarah yang buntu.

DASAR-DASAR TEORI EKONOMI-POLITIK

1. Pengantar

1.1. Produksi Materi (Barang-barang) Kebutuhan Merupakan Basis dari Kehidupan Sosial.
Banyak pendapat mengenai siapa apa yang menyebabkan adanya perkembangan masyarakat.
Seorang agamawan misalnya, mengatakan bahwa perkembangan masyarakat itu adalah takdir Tuhan. Namun,
ilmu pengetahuan dan praktek membuktikan bahwa tidak ada kekuatan supranatural yang mendorong
perkembangan masyarakat. Sementara para ilmuwan borjuis berpendapat bahwa perkembangan sosial
tergantung pada lingkuangan alam, yakni kondisi alam semiasal iklim, tanah, mineral, dan lain-lain. Memang
benar bahwa kondisi alam merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan masyarakat, tapi itu
tidak menentukan. Sebagai bukti, selama 300 tahun telah terjadi suksesi (pergantian) sistem sosial di Eropa
Barat dan bahkan terjadi empat kali di Eropa Tengah dan Timur; namun selama periode tersebut kondisi alam
di Eropa belum pernah mengalami perubahan sama sekali. Beberapa orang berpendapat bahwa arah
perkembangan sejarah hanya tergantung pada pada kehendak para tokoh negarawan yang ada, para jenderal
dan sebagainya. Kenyataannya, sebaliknya, para tokoh-tokoh itu bisa mendukung ataupun menghambat suatu
perubahan, namun mereka tak mampu menentukan arah sejarah.
Lalu apa yang menentukan perkembangan masyarakat? Jawabnya : “Dalam rangka mempertahankan
hidup, orang harus makan dan berpakaian, memiliki rumah dan barang-barang lain sebagai sarana hidup. Untuk
memilikinya, orang harus berproduksi, artinya harus bekerja. Masyarakat manapun akan punah jika tidak
mau memproduksi barang kebutuhan. Oleh karenanya, produksi barang kebutuhan adalah basis kehidupan
dan perkembangan masyarakat.
Yang dimaksud dengan produksi barang kebutuhan adalah : proses menghasilkan barang-barang
kebutuhan yang memasukkan (=menggunakan, menggabungkan) tenaga kerja (labour), faktor-faktor
kerja (mean of labour), dan obyek kerja (object of labour) .
Tenaga kerja (labour) = tindakan yang mempunyai tujuan yang dilakukan oleh manusia yang
diarahkan untuk menghasilkan barang kebutuhan. Proses produksi tidak cukup jika tanpa alat-alat kerja.
Faktor kerja (means of labour) = semua barang yang dengan bantuan tindakan manusia terhadap
suatu benda/obyek kerja dan merubahnya. Faktor-faktor kerja meliputi : mesin dan perlengkapan, peralatan,
bangunan, fasilitas transportasi, saluran air, jaringan listrik, dll. Tanah adalah merupakan alat produksi yang
universal. Instrumen (peralatan) produksi memainkan peran yang paling menentukan dibandingkan
dengan faktor-faktor produksi yang lain. Kemampuan manusia mempengaruhi alam tergantung pada
instrumen (peralatan) yang ia gunakan. Manusia primitif menggunakan batu dan tongkat sebagai instrumen
produksinya, oleh karenanya mereka sangat tidak berdaya dihadapan alam. Manusia modern bekerja dengan
bantuan mesin, dan kekuasaannya terhadap alam meningkat terus. Oleh karenanya, dapat disimpulkan
bahwa : epos (sejarah besar) ekonomi dibeda-bedakan tidak dari apa yang diproduksi tetapi dari
instrumen apa yang digunakan untuk berproduksi.

Dengan instrumen produksi mereka, orang berbuat terhadap obyek kerja (objects of labour). Obyek
kerja = segala sesuatu yang menggunakan tenaga kerja manusia. Dan karena tenaga kerja digunakan
terhadap alam yang mengelilingi kita, alam itu sendiri (tanah dan segala hal di atas bumi ini) adalah merupakan
obyek kerja yang universal. Semua obyek kerja primer disediakan oleh alam. Manusia harus menyesuaikan diri
terhadap obyek kerja yang disediakan alam tersebut.

1.2. Tenaga Produksi dan Hubungan Produksi


Faktor kerja (menas of labour) dan obyek kerja (objects of labour) secara bersama-sama
membentuk faktor produksi (means of production). Tetapi, faktor-faktor produksi itu sendiri tidak tak mampu
menghasilkan barang-barang kebutuhan. Peralatan mesin yang paling canggih sekalipun tak bisa jalan
tanpa ada orang-orang yang mengoperasikannya. Tanpa buruh, pabrik hanyalah rumah-rumah hantu, mesin
hanyalah rongsokan tak berguna dan uang hanyalah sekumpulan angka, begitu kata seniman Wiji Thukul.
Karena itu, faktor yang paling menentukan dalam semua aktivitas produksi adalah manusia itu sendiri,
tenaga kerjanya.
Produksi selalu mempunya dua aspek : kekuatan produktif (productive forces) dan hubungan
produksi (relation of production). Kekuatan produktif meliputi faktor-faktor produksi yang dibuat oleh
masyarakat dan peralatan-peralatan kerja, dan juga orang-orang yang memproduksi barang kebutuhan tersebut.
Mengapa orang-orang masuk di sini karena pengetahuan mereka, pengalaman dan keahlian mereka, yang
mengembangkan alat-alat produksi, yang meningkatkan alat-alat tersebut, mengembangkan mesin-mesin.
Tetapi orang memproduksi barang-barang kebutuhan tidak dengan bekerja sendiri-sendiri, tetapi
bekerja bersama-sama dalam kelompok, secara sosial, atau secara kolektif. Sebagai contoh adalah pabrik
sepatu. Berapa banyak orang yang bekerja di sana, hanya untuk membuat satu macam komoditas alas kaki?
Akibatnya, proses memproduksi barang-barang kebutuhan menghubungkan orang-orang menjadi bersama-
sama, membuat tergantung satu sama lainnya, dan mengharuskan ada hubungan satu-sama lainnya.
Hubungan antara orang-orang dalam proses produksi, distribusi dan pertukaran barang
kebutuhan disebut hubungan produksi atau hubungan ekonomi. Hubungan produksi bisa berbentuk co-
operasi dan saling membantu diantara orang-orang yang bebas dari penghisapan, atau bisa merupakan suatu
bentuk penghisapan oleh manusia terhadap manusia yang lainnya. Ini tergantung siapa yang memiliki
faktor-faktor produksi (tanah dan mineral, hutan, pabrik-pabrik dan workshop, alat-alat kerja, dan
sebagaianya). Jika faktor-faktor produksi dimiliki oleh swasta/pribadi, tidak dimiliki oleh seluruh masyarakat
tetapi oleh individu secara sendiri-sendiri, kelompok sosial tertentu atau kelas sosial tertentu, hubungan
produksi tersebut akan melahirkan penghisapan oleh manusia terhadap manusia yang lainnya, menghasilkan
dominasi dan sub-ordinasi. Ini karena, para buruh dibawah sistem kapitalisme telah dirampas kepemilikannya
atas faktor-faktor produksi sehingga mereka harus bekerja untuk kapitalis. Dalam sistem ekonomi sosialisme,
faktor-faktor produksi menjadi milik sosial (milik masyarakat), maka, tidak ada penghisapan oleh manusia
terhadap manusia yang lainnya, dan hubungan antara orang-orang menjadi hubungan perkawanan yang saling
kerja sama dan saling membantu dan karena itu manusiawi.
Hubungan manusia terhadap faktor-faktor produksi menentukan tempat dimana orang
menguasai produksi, menentukan cara/metode bagaimana produk didistribusikan. Sebagai contoh, dalam
sistem kapitalisme kaum borjuasi (yang memiliki faktor-faktor produksi) memiliki seluruh hasil yang dikerjakan
oleh para buruh, sementara itu kebanyakan orang hidup dalam jurang kemiskinan. Dalam sosialisme, dimana
faktor-faktor produksi menjadi milik rakyat (milik masyarakat), barang-barang konsumen didistribusikan
berdasarkan kerja yang telah disumbangkan oleh orang tersebut, dan terus-menerus menghasilkan barang-
barang dan standar hidup yang berbudaya yang pasti bagi semua orang-orang yang bekerja (pekerja). Ini yang
dimaksud dengan hubungan produksi atau hubungan ekonomi di antara rakyat.
Ada 5 hubungan produksi yang mendasar yang kita ketahui :
1. Masyarakat Primitif --> faktor produksi menjadi milik masyarakat
2. Perbudakan -->faktor produksi menjadi milik pribadi (pemilik budak)
3. Feodalisme --> faktor produksi menjadi milik pribadi (tuan tanah)
4. Kapitalisme ---> faktor produksi menjadi milik pribadi (borjuasi/kapitalis)
5. Sosialisme (yang merupakan fase awal dari Komunisme) --> faktor produksi menjadi milik
masyarakat.
Kepemilikan pribadi atas faktor-faktor produksi tersebut mengakibatkan masyarakat terbagi kedalam
dua kelas yang bertentangan --mengakibatkan pertentangan kelas, pertentangan yang tak terdamaikan--
yaitu : pertentangan antara si penindas dan si tertindas. Oleh karenanya, perjuangan kelas dengan kekerasan
adalah gambaran yang mendasar dari sebuah masyarakat Perbudakan, Feodalisme dan Kapitalsime. Hanya
dalam masyarakat Sosialis-lah dimana terdapat kepemilikin bersama secara sosial terhadap faktor-faktor
produksi dan dimana tidak lagi ada perjuangan kelas, masyarakat akan terdiri dari kelas-kelas yang bersahabat,
yang rukun, yang damai dan penuh rasa solidaritas --kaum buruh dan tani, dan kaum intelejensia sebagai
sebuah strata sosial.
Kekuatan produktif bersama-sama dengan hubungan produksi membentuk corak produksi
(mode of production).
Corak Produksi

Kekuatan-2 Produktif Hubungan-2 Produksi

Orang-2 dengan Bentuk-2 Tempat Kelas- Bentuk-2


pengalaman Kepemilikan 2 dan Distribusi
Faktor-2 berproduksi dan faktor-2 Kelompok-2 barang-2
Produksi keahlian- Produksi Sosial dalam kebutuhan
keahlian buruh masyarakat
dan
hubungan-2
Mereka

Walaupun Corak Produksi memang menggambarkan gabungan antara Kekuatan-kekuatan Produktif


dan Hubungan-hubungan Produksi, kekuatan-kekuatan Produktif dan Hubungan-hubungan Produksi adalah
merupakan dua aspek yang terpisah. Dua hal ini berhubungan dan saling mempengaruhi. Keduanya
berkembang dalam proses peningkatan produksi.
Kekuatan-kekuatan Produktif merupakan elemen yang paling mobil dalam Corak Produksi; mereka
terus-menerus berubah, sebab manusia terus-menerus meningkatkan alat-alat kerja dan mengumpulkan
pengalaman-pengalaman dalam berproduksi. Sementara itu, Hubungan-hubungan Produksi berkembang
berdasarkan tingkat perkembangan Kekuatan-kekuatan Produktif.
Jika Hubungan-hubungan Produksi mengikuti tingkat Perkembangan Kekuatan-kekuatan Produktif,
maka ia berkembangan terus tanpa henti. Negara-negara Sosialis memberikan contoh mengenai ini, disana
produksi berkembang sangat cepat, tanpa ada krisis dan pengangguran, karena ia berbasis pada
kepemilikan sosial atas faktor-faktor Produksi.
Jika Hubungan-hubungan Produksi tidak mengikuti tingkat perkembangan Kekuatan-kekuatan Produktif,
maka ia akan menghancurkan produksi. Contohnya adalah di negara-negara kapitalis, produksi berkembang
lebih lambat, dan jika terjadi krisis ekonomi maka akan mendorongnya mundur menjadi terbelakang, dimana
jutaan orang di-PHK dan melahirkan ledakan pengangguran. Ini terjadi karena adanya kepemilikan pribadi atas
faktor-faktor produksi dan si kapitalis menghindari adanya perkembangan Kekuatan-kekuatan Produktif lebih
maju lagi.
Hubungan-hubungan Produksi dihasilkan oleh karakter Kekuatan-kekuatan Produktifnya. Hukum
ini yang memberikan basis bagi adanya Revolusi Sosial. Di saat Hubungan-hubungan Produksi tertinggal di
belakang perkembangan Kekuatan-kekuatan Produktif, menjadi kadaluwarsa dan menghambat
perkembangannya, maka ia tak terhindarkan akan diganti dengan yang baru. Dalam masyarakat yang terbagi
kedalam kelas-kelas yang bermusuhan maka Hubungan Produksi yang lama akan diganti dengan Hubungan
Produksi yang baru melalui Revolusi Sosial.
Hanya dalam Masyarakat Sosialis, dimana tidak ada pertentangan Kelas, dimana Hubungan-hubungan
Produksi berkembang tidak melalui Revolusi Sosial, tetapi melalui rencana yang disesuaikan dengan
perkembangan-perkembangan Kekuatan-kekuatan Produktif.
Corak Produksi harus dibedakan dengan Basis Sosial. Basis Sosial merupakan total keseluruhan dari
Hubungan-hubungan Produksi dalam masyarakat tertentu, yang mana hubunganya tergantung pada level
Kekuatan-kekuatan Produktinya. Basis Sosial terdiri dari antagonistik dan non-antagonistik.
Basis tersebut menimbulkan adanya superstruktur dan menentukan perkembangannya. Superstruktur
tersebut antara lain : pandangan-pandangan masyarakat dan lembaga-lembaga politik, filsafat, peradilan, seni,
agama/kepercayaan, dll. Dalam sebuah kelas sosial superstruktur tersebut kehilangan watak kelasnya. Dalam
menyeragamkannya dengan ide-ide kelas penguasa membuat lembaga-lembaga untuk mempertahankan
kepentingannya.
Baik basis maupun superstruktur hanya ada pada periode waktu tertentu. Jika basisnya berubah, maka
superstruktur juga berubah. Hilangnya basis feodalisme dan digantikannya dengan kapitalisme, membawa
superstruktur feodalisme digantikan oleh superstruktur kapitalisme.Walaupun superstruktur secara keseluruhan
tergantung pada basis, beberapa elemen dari superstruktur baru bisa lahir dalam masyarakat lama. Misalnya,
dalam masyarakat kapitalis telah muncul idiologi proletariat.
Corak Produksi bersama-sama dengan Superstruktur membentuk formasi sosial-ekonomi. Formasi
Sosial-ekonomi yang ada yang kita ketahui dalam sejarah :
1. Kommunal-Primitif
2. Perbudakan
3. Feodalisme
4. Kapitalisme
5. Komunisme (Sosialisme adalah fase pertama dari Komunisme)
Tiap-tiap Formasi Sosial-ekonomi mempunyai ekonomi, pandangan-pandangan, ide-ide, dan lembaga-
lembaga yang berbeda-beda. Perkembangan Formasi Sosial-ekonomi ini meningkat dari yang paling rendah
(terbelakang) ke yang paling tinggi (maju). Lahir, berkembang dan hancurnya Formasi Sosial-ekonomi
merupakan subyek dari Hukum Perkembangan Sosial.

1.3. Hukum Ekonomi atas Perkembangan Sosial


Hukum ekonomi membentuk basis perkembangan masyarakat. Hukum ini menentukan berbagai
macam hubungan sosial-ekonomi di antara orang-orang (hubungan dalam produksi, distribusi, pertukaran dan
konsumsi). Hukum alam dan Sosial merupakan gambaran umum yang obyektif, artinya: ia asli dan berjalan
terus baik kita suka maupun tidak. Artinya; orang tidak bisa merubah, mentransformasi ataupun menghentikan.

2. Corak Produksi Kapitalisme

2.1. Hukum Nilai --Hukum Ekonomi mengenai Produksi Komoditi Persaingan dan Anarkhisme
Produksi
Jika kepemilikan pribadi yang berlaku, maka produksi komoditas-komoditas dijalankan secara spontan.
Tidak ada lembaga yang berwenang untuk memberi indikasi bagi produser komoditi apa yang seharusnya
dihasilkan dan seberapa banyak. Antara wiraswasta dan petani tidak mengkoordinasikan produksi mereka
dengan para bisnisman yang lain atau dengan para konsumen. Yang terjadi adalah anarkhi, yakni : tanpa
perencanaan, penyakit dalam produksi.
Anarkhisme Produksi ditingkatkan oleh adanya persaingan, oleh perjuangan pahit di antara para
produser demi kondisi yang lebih baik bagi produksi dan penjualan, demi laba yang paling besar. Persaingan
dan Anarkhisme Produksi adalah merupkan hukum dari produksi komoditi yang berbasis pada
kepemilikan pribadi.

2.2. Modal dan Nilai Lebih

Upah dalam Sistem Kapitalisme


Kapitalisme = adalah nama dari sistem sosial dimana tanah, pabrik-pabrik, dan lain-lainnya dimiliki oleh
segelintir orang pemilik tanah dan kapitalis, sementara sebagian besar orang tidak memiliki kekayaan, atau
sangat sedikit kekeyaaannya, sehingga dengan sendirinya harus menjadi buruh”.

2.2.1. Akumulasi Kapital Primitif


Kondisi dasar yang menyebabkan lahirnya kapitalisme : (1) adanya orang-orang yang memiliki
kebebasan pribadi tetapi tidak punya faktor-faktor produksi atau alat lainnya, dan karenaya menjual tenaga kerja
mereka, dan (2) konsentrasi (pemusatan) faktor-faktor produksi dan sejumlah besar uang di tangan individu-
individu tertentu.
Munculnya kapitalisme didorong oleh akumulasi primitif. Akumulasi primitif tidak lain adalah proses
sejarah bercerainya produsen dari faktor-faktor produksi. Akumulasi primitif ini dapat kita lihat seperti apa yang
terjadi di Inggris, dimana para tuan tanah dengan paksa mengambil tanah umum milik petani bahkan sampai
mengusir mereka dari rumah-rumah mereka. Lahirnya borjuasi juga berlangsung dengan pengambilalihan
kekayaan negara dan gereja. Banyak orang menjadi gelandangan, pengemis dan preman.

2.2.2. Tenaga Buruh Sebagai Komoditi


Tenaga buruh adalah meliputi kemampuan fisik dan mental yang dimiliki seseorang, yang berguna
setiap ia memproduksi barang. Nilai tenaga buruh dihitung dalam bentuk uang, berupa upah.
Sebagai komoditi, tentunya nilai tenaga kerja juga mempunyai nilai guna, yang terdiri dalam kapasitas
buruh-upahan selama proses kerja untuk membuat nilai yang lebih besar dari pada nilai tenaga kerja dia.
Kepemilikan atas tenaga kerjalah yang merupakan sumber dari Nilai Lebih (surplus Value).

2.2.3. Produksi Nilai Lebih. Penghisapan Kapitalis


Gambaran spesifik dari proses kerja dalam kapitalisme :
(1) Buruh bekerja dibawah kontrol kapitalis yang mana sebagai pemilik kerja. Kapitalis menentukan apa
yang harus diproduksi, berapa skalanya dan dengan cara bagaimana.
(2) Tidak hanya tenaga kerja buruh yang dikuasai oleh kapitalis, tetapi juga produk tenaganya.

Produksi kapitalis adalah kombinasi dari pembuatan nilai-guna dan proses pertumbuhan nilai. Sifat
tenaga kerja adalah mendua. Di satu sisi, ia merupakan tenaga kongkrit dan ia menghasilkan nilai-guna. Di
sisi lainnya, ia merupakan tenaga abstrak dan ia menghasilkan nilai komoditas. Bagi kapitalis, produksi nilai-
guna hanya berarti meraih tujuan dia. Tujuan dan motif penguasaan produksi kapitalis tersebut adalah
pembuatan nilai lebih.
Penghisapan Kapitalis = Pencurian Nilai Lebih. Jumlah nilai lebih langsung dimasukkan/digabungkan
dengan modal (akumulasi modal).

2.2.4. Dua Cara Peningkatan Penghisapan Terhadap Kelas Pekerja


(1) Dengan perpanjangan jam kerja
(2) Dengan pemotongan jam kerja, tapi dengan peningkatan produktifitas

3. Kontradiksi Dasar dalam Kapitalisme


Kontradiksi antara karakter sosial dalam produksi dan bentuk kepemilikan pribadi atas hasil
produksi. Kontradiksi dasar ini menggambarkan kontradiksi antara Kekuatan-kekuatan produktif dengan
hubungan produksi kapitalisme. Jika sosialisasi produksi terus berkembang, kapitalisme menjadi hancur. Untuk
menggantinya, kepemilikan kapitalis harus dihapuskan, diganti kepemilikan sosial.
4. Krisis Ekonomi
Sebab dasar krisis ekonomi adalah over-produksi, yang ditandai dengan lesunya perdagangan,
kelebihan komoditas di pasar, macetnya pabrik-pabrik, dan banyaknya PHK.. Apakah ini berarti kelebihan
barang, makanan, dan lain-lain? TIDAK! Over-produksi tersebut TIDAK ABSOLUT, tetapi RELATIF. Ini adalah
akibat dari komoditi yang hanya dibandingkan terhadap permintaan efektif tapi tidak dibandingkan dengan
permintaan aktual masyarakat.

Permintaan efektif = jumlah yang dibeli oleh masyarakat


Permintaan aktual = kebutuhan masyarakat terhadap suatu komoditas.

Permintaan (kebutuhan) masyarakat terhadap barang tidak menurun jika terjadi krisis, tetapi terjadi
penurunan secara tajam daya beli rakyat.
Over-produksi adalah kontradiksi mendasar kapitalisme --kontradiksi antara watak sosial produksi dan
bentuk kepemilikan pribadi oleh kapitalis terhadap hasil produksi.

5. Imperialisme
Imperialisme adalah bentuk tertinggi dari kapitalisme.
Gambaran umum imperialisme:
a. Konsentrasi produksi dan Monopoli
Terjadi konsentrasi di induk-induk imperialis dan adanya monopoli yang diakibatkan menangnya
persaingan modal besar terhadap modal kecil.
b. Modal Finasial dan Oligarkhi Financial
Uang telah menjadi komoditas dan lahirnya sekelompok kecil pemilik modal yang bisa mempunyai
kekuasaan penuh. Di Amerika dan Inggris, misalnya, pengusaha besar bisa mengatur negara. Di dunia :
IMF bisa mengatur kebijakan ekonomi hampir semua negara.
c. Ekspor Modal dan adanya teritori ekonomi yang membagi-bagi bumi
Dalam rangka persaingan, akhirnya harus ada perebutan wilayah. Dulu bentuknya dengan penjajahan-
penjajahan, sekerang bentuknya adalah blok-blok ekonomi seperti : Uni Eropa, AFTA, NAFTA, APEC,
dll.

Anda mungkin juga menyukai