Anda di halaman 1dari 14

JPSD Vol. 3 No.

2, September 2017
ISSN 2540-9093

ANALISIS SITUASI PEMBELAJARAN MUSIK DI SEKOLAH DASAR DI


WILAYAH KABUPATEN SUMEDANG JAWA BARAT
Rony Hidayat Sutisna, Pupung Rahayu Novianti, Aulia Akbar
STKIP Sebelas April Sumedang
satyabuanapala.pgri2@yahoo.com

Abstrak Penelitian ini membahas tentang kondisi objektif proses pembelajaran musik di tingkat
Sekolah Dasar di wilayah Kabupaten Sumedang. Berdasarkan hasil analisis data, ditemukan
permasalahan yang terjadi pada proses pembelajaran musik di Sekolah Dasar khususnya yang ada
di Kabupaten Sumedang adalah kesulitan yang dialami oleh guru ketika mengajarkan musik. Hal
ini terjadi karena guru yang ada sebagian besar bukan lulusan kesenian, sehingga guru tidak paham
dengan materi yang harus diajarkan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan
kuantitatif dengan metode studi kasus terhadap proses pembelajaran musik di tingkatan Sekolah
Dasar di wilayah Kabupaten Sumedang. Data ini diperoleh dari hasil observasi dan wawancara
kepada Ketua KKKS (Kelompok Kerja Kepala Sekolah) di tiap kecamatan yang berada di wilayah
Kabupaten Sumedang. Data pendukung lainnya didapatkan dari Dinas Pendidikan Kabupaten
Sumedang dokumen yang berisi data guru SD keseluruhan yang berada di Kabupaten Sumedang,
baik negeri maupun swasta. Selanjutnya, data ini dianalisis untuk mengetahui jumlah guru seni
yang mempunyai latar belakang dari sekolah atau institusi seni (lulusan seni), dan bagaimana
kondisi sebenarnya mengenai pembelajaran seni musik yang dilaksanakan di SD-SD yang ada.

Kata Kunci : pembelajaran musik, guru, sekolah dasar

Abstract. This study discusses the objective condition of the learning process of music at
elementary school level in Sumedang regency. Based on the results of data analysis, found the
problems that occur in the process of learning music in elementary schools, especially in
Sumedang is the difficulty experienced by teachers when teaching music. This happens because
most of the teachers are not art graduates, so the teacher does not understand the material that
must be taught. This research uses qualitative and quantitative approach with case study method
to the learning process of music at elementary level in Sumedang regency. This data is obtained
from observations and interviews to the Head of KKKS (Working Group of Principals) in each
sub-district located in Sumedang Regency. Other supporting data are obtained from the Education
Office of Sumedang District documents containing the data of all elementary teachers in
Sumedang District, both public and private. Furthermore, this data is analyzed to determine the
number of art teachers who have backgrounds from schools or art institutions (art graduates), and
how the actual conditions about music art learning are implemented in existing SDs.

Keyword : music teaching, teacher, elementary school

157
A. Pendahuluan

Pendidikan seni berperan penting pendidikan seni yaitu meningkatkan


dalam pengembangan kecerdasan sensitivitas, kemampuan berekspresi
bangsa. Istilah pendidikan seni berarti dan kemampuan apresiasi, sehingga
pemanfaatan seni sebagai alat individu lebih memahami budaya
pendidikan untuk menyiapkan anak sebagai salah satu tujuan dari
menjadi seorang yang mandiri dalam pendidikan. Untuk mencapai tujuan
kehidupannya di masa yang akan pendidikan yang diharapkan, pendidik
datang. Jadi, pendidikan seni tidak harus kompeten dalam melaksanakan
semata-mata hanya mencetak anak agar perannya sebagai guru. Dalam proses
meraih nilai tinggi, tetapi merupakan pembelajaran diperlukan guru yang
pembentukan individu untuk mencapai memberikan keteladanan, membangun
kebahagian hidupnya di hari tua kemauan, serta mengembangkan
(Djohan, 2003). Selanjutnya, menurut potensi dan kreativitas peserta didik
Jajuli (dalam Arnita, 2017) pendidikan (Rusman 2010). Proses pembelajaran
seni merupakan upaya sadar untuk menurut Rusman (2010) berarti
menyiapkan siswa melalui kegiatan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh
pembelajaran agar siswa memiliki pengajar dalam menyampaikan
pengalaman dalam berapresiasi dan pengetahuan yang dimilikinya kepada
berkreasi seni. Tujuan pendidikan seni peserta didik. Pembelajaran
di sekolah umum adalah bukan berlangsung sebagai suatu proses yang
mewariskan keterampilan, melainkan saling mempengaruhi antara pengajar
memberikan pengalaman pada siswa dan peserta didik. Pembelajaran adalah
dalam rangka untuk membantu proses interaksi peserta didik dengan
pengembangan potensi yang pengajar dan sumber belajar pada suatu
dimilikinya terutama potensi perasaan lingkungan belajar. Pembelajaran
(kecerdasan emosional) agar seimbang diartikan juga usaha pengajar untuk
dengan kecerdasan intelektual. menciptakan suasana yang
Proses pendidikan seni di sekolah menyenangkan untuk belajar, yang
diarahkan untuk mencapai tujuan
JPSD Vol. 3 No. 2, September 2017 Rony, Pupung & Aulia
ISSN 2540-9093
158
memikat peserta didik merasa pembelajaran. Bloom dan Krathwohl
terpanggil untuk belajar. (Milyartini 2009) mengungkapkan
Pendidikan seni budaya dalam tentang pendidikan bahwa tujuan
Peraturan Pemerintah Republik pembelajaran diklasifikasikan menjadi
Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tiga ranah atau domain, yaitu: (1)
tentang Standar Nasional Pendidikan cognitive domain (aspek kognitif),
tidak hanya terdapat dalam satu mata yang berisi perilaku-perilaku yang
pelajaran karena budaya itu sendiri menekankan aspek intelektual, seperti
meliputi berbagai aspek kehidupan. pengetahuan, pemahaman, aplikasi,
Dalam mata pelajaran Seni Budaya, analisis, sintesis, dan evaluasi; (2)
aspek budaya tidak dibahas secara affective domain (aspek afektif) berisi
tersendiri tetapi tergabung dengan seni. perilaku-perilaku yang menekankan
Karena itu, mata pelajaran Seni Budaya aspek perasaan dan emosi, seperti
pada dasarnya merupakan pendidikan minat, sikap, apresiasi, dan cara
seni yang berbasis budaya. Pendidikan penyesuaian diri, serta memiliki lima
Seni Budaya diberikan di sekolah tingkatan dari rendah sampai tinggi,
karena keunikan, kebermaknaan, dan yaitu: penerimaan, responding,
kebermanfaatan terhadap kebutuhan penilaian, pengorganisasian, dan
perkembangan peserta didik, yang karakterisasi; dan (3) psychomotor
terletak pada pemberian pengalaman domain (aspek psikomotor) berisi
estetik dalam bentuk kegiatan perilaku-perilaku yang menekankan
berekspresi/berkreasi dan berapresiasi aspek keterampilan motorik atau
melalui pendekatan belajar dengan gerakan-gerakan fisik, seperti tulisan
seni, belajar melalui seni, dan belajar tangan, mengetik, berenang, seni
tentang seni. Peran ini tidak dapat (musik, rupa, tari), dan olahraga.
diberikan oleh mata pelajaran lain. Milyartini juga mengemukakan
Di dalam proses pembelajaran Pendidikan seni merupakan wahana hu
seni harus terlibat tiga aspek, yaitu: manisasi secara konstruktif karena
aspek psikomotorik, kognitif, dan melalui pendidikan seni manusia
afektif, karena ketiga aspek tersebut diarahkan untuk sensitif, komunikatif,
merupakan inti dari tujuan reflektif, dan kreatif. Sensitif yakni
JPSD Vol. 3 No. 2, September 2017 Rony, Pupung & Aulia
ISSN 2540-9093
159
peka terhadap ragam fenomena yang dilakukan oleh Bloom dan
kehidupan manusia maupun Krathwohl ini dimaksudkan untuk
lingkungan. Komunikatif yakni mengetahui perilaku ideal peserta didik
kemampuan mengungkapkan perasaan, dalam mengikuti proses pendidikan.
pikiran, dan gagasannya melalui ragam Salah satu manfaat klasifikasi ini
bahasa simbolik. Reflektif yakni adalah memberikan kejelasan arah bagi
mampu melihat kelebihan dan penilaian atau evaluasi pendidikan
kekurangan diri sendiri. Kreatif (Milyartini, 2009).
menunjuk pada pengertianmampu Pendidikan musik sebagai salah
mengolah ide dan gagasan imajinatif satu jenis pendidikan seni dapat
menjadi karya seni (Milyartini, 2016). mengembangkan anak dari berbagai
Aspek kognitif difasilitasi aspek perkembangan yang berfungsi
melalui aktivitas penalaran dengan sebagai pembangun kualitas estetis diri
tujuan terbentuknya penguasaan dalam bentuk kognitif, afektif, dan
intelektual atau pengetahuan. Aspek psikomotor. Seperti yang dikemukakan
afektif dilakukan lewat aktivitas oleh Ki Hajar Dewantara (1962) bahwa
pengenalan dan kepekaan lingkungan “pendidikan seni menyangkut tiga
dengan tujuan terbentuknya aspek yaitu: daya cipta (kognitif), daya
kematangan emosional. Sedangkan rasa (afektif) dan daya karsa (konatif)”.
aspek psikomotorik dapat difasilitasi Demikian pula apabila dikaitkan
lewat adanya praktikum-praktikum dengan pendidikan karakter adalah
dengan tujuan terbentuknya suatu usaha pengembangan dan
keterampilan praktis. Ketiga aspek mendidik karakter seseorang, yaitu
tersebut bila dapat dijalankan dengan kejiwaan, akhlak dan budi pekerti
baik akan membentuk kemampuan sehingga menjadi lebih baik.
berfikir kritis dan munculnya Pendidikan karakter adalah suatu
kreativitas. Dua kemampuan inilah sistem penanaman nilai-nilai karakter
yang mendasari kemampuan mengatasi kepada siswa yang meliputi komponen
masalah yang diharapkan terwujud pengetahuan, kesadaran atau kemauan,
dalam diri peserta didik. dan tindakan untuk melaksanakan nilai-
Pengklasifikasian tujuan pendidikan nilai tersebut (Dedi Rosala, 2016).
JPSD Vol. 3 No. 2, September 2017 Rony, Pupung & Aulia
ISSN 2540-9093
160
Demikian juga yang terjadi pada berdasarkan pada kompetensi inti dan
pembelajaran seni di tingkat Sekolah kompetensi guru mata pelajaran yang
Dasar (SD), ketiga ranah pendidikan ini dibuat oleh pemerintah, begitu
akan menjadi fondasi yang kuat untuk banyaknya kompetensi profesional
tercapainya tujuan pendidikan guru khususnya yang berkaitan dengan
mengingat bahwa anak usia Sekolah pembelajaran musik beserta materi
Dasar masih berada pada tahap yang harus disampaikan kepada peserta
pembentukan. Berdasarkan pada teori didik. Sementara itu, pendidikan musik
Freud, anak usia 7-13 tahun yang yang didapatkan oleh para guru musik
berada di tahapan pendidikan Sekolah di sekolah dasar, porsinya tidak sesuai
Dasar sedang berada tahapan belajar dengan tuntutan kompetensi
yang mengikuti pada prinsip realitas. profesional seperti yang termaktub
Di sinilah letak pentingnya dalam peraturan pemerintah.
pembelajaran seni yang berproses pada Kedudukan guru musik di sekolah
kreativitas, si anak akan mengikuti dasar saat ini merupakan guru kelas
realitas kehidupan pendidikannya yang mengintegrasikan beberapa mata
berpangkal pada proses kreatif. pelajaran sebagai keahliannya,
Dalam satu perspektif, termasuk keahlian dalam bermusik
pendidikan musik di sekolah dasar saat (Julia, 2013).
ini pada umumnya belum sampai pada Pengakuan guru sebagai profesi

titik yang membanggakan, jika dimulai sejak ditetapkan Undangundang

dipandang dari ekses atau dampak Guru dan Dosen No 14 Tahun 2005. Sejak
ditetapkannya undang-undang tersebut,
pendidikan musik terhadap vokasi dan
maka ditetapkan pulaaturan turunannya
perilaku peserta didik. Setidaknya
termasuk standarkualifikasi akademik dan
disinyalir adanya akar masalah yang
kompetensi guru yang tertuang dalam
menyebabkan hal itu terjadi, antara lain
Permendiknas No 16 Tahun 2007. Bahwa
masalah yang mendasar terkait dengan standar kompetensi guru meliputi
sistem pendidikan guru musik dan kompetensi pedagogik, kompetensi
kompetensi profesional guru musik kepribadian, kompetensi sosial dan
sendiri. Jika melihat kompetensi yang kompetensi professional sebagai muara
diperlukan oleh seorang guru musik dari ketiga kompetensi sebelumnya.
JPSD Vol. 3 No. 2, September 2017 Rony, Pupung & Aulia
ISSN 2540-9093
161
Kompetensi professional tersusun oleh lulusan dari seni. Sehingga
subkompetensi-subkompetensi meliputi: pembelajaran musik yang dilaksanakan
(1) pemahaman terhadap materi cenderung bersifat apa adanya dan
pembelajaran; (2) pengembangan
terbatas pada kemampuan guru yang
kurikulum; (3) melakukan penelitian
pada umumnya bukan berlatar
tindakan; dan (4) pemanfaatan TIK dalam
belakang seni. Pada akhirnya
pembelajaran (T.S Susiani, 2017).
pembelajaran yang dilaksanakan dinilai
Menurut Deny (2011) Setiap
tidak efektif dan tidak sesuai dengan
individu yang bekerja pada suatu
kompetensi pencapaian kurikulum
organisasi diharapkan dapat mencapai
yang ada. Fenomena inilah yang
hasil kerja yang terbaik. Hasil kerja
menjadi latar belakang dalam
yang terbaik ini dinamakan kinerja.
penelitian ini.
Kinerja guru didukung oleh kompetensi
Berdasarkan uraian di atas,
profesionalisme seorang guru. Guru
dipandang perlu dilakukan penelitian
yang berkompeten mampu
bagaimana kondisi objektif proses
menghasilkan kinerja yang berkualitas.
pembelajaran musik pada tingkatan
Akan tetapi, ada juga guru dengan
Sekolah Dasar di wilayah Kabupaten
tingkat kompetensi yang kurang
Sumedang. Adapun yang menjadi
memadai dapat menghasilkan kinerja
fokus pada penelitian ini adalah;
yang berkualitas. Kemudian fakta juga
bagaimana kondisi objektif proses
menyatakan ada juga guru dengan
pembelajaran musik pada tingkatan
tingkat kompetensi yang tinggi,kurang
Sekolah Dasar di wilayah Kabupaten
mampu menghasilkan kinerja yang
Sumedang? bagaimanakah kondisi
berkualitas. Namun kenyataan yang
objektif guru-guru yang mengajar
ada, berdasarkan pada observasi awal,
musik pada tingkatan Sekolah Dasar di
guru yang bersangkutan tidak
wilayah Kabupaten Sumedang?
memahami keahlian dalam bidang
musik karena pada umumnya bukan

JPSD Vol. 3 No. 2, September 2017 Rony, Pupung & Aulia


ISSN 2540-9093
162
B. Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan verbal ihwal manusia, objek,


pendekatan kualitatif dan kuantitatif penampilan, pemandangan, atau
dengan metode studi kasus terhadap kejadian.
proses pembelajaran musik di tingkatan Demikian pula yang
Sekolah Dasar di wilayah Kabupaten dikemukakan oleh Koentjaraningrat
Sumedang. Metode penelitian ini (1983) bahwa penelitian yang bersifat
adalah studi kasus atau sebuah studi deskriptif, memberi gambaran yang
terhadap peristiwa yang melibatkan secermat mungkin mengenai suatu
pelaku dalam adegan (setting) dengan individu, keadaan, gejala atau
memusatkan perhatian pada suatu kelompok tertentu.
kasus secara intensif dan rinci dalam Di dalam penelitian ini,
pengumpulan dan analisis data. dideskripsikan atau digambarkan
Studi kasus yang dikemukakan fenomena yang terjadi dan mengkaji
oleh Sukmadinata (2010) adalah suatu bentuk, aktivitas, karakteristik,
penelitian yang diarahkan untuk perubahan, hubungan, kesamaan dan
menghimpun data, mengambil makna, perbedaannya dengan fenomena lain
memperoleh pemahaman dari kasus berdasarkan kasus yang terjadi pada
tersebut. Kasus dapat satu orang, satu pembelajaran musik pada tingkat
kelas, satu sekolah, beberapa sekolah Sekolah Dasar di wilayah Kabupaten
tetapi dalam satu lingkungan Sumedang.
masyarakat tertentu. Lokasi penelitian yaitu seluruh
Penelitian kualitatif adalah Sekolah Dasar sekabupaten Sumedang.
penelitian yang menghasilkan dan Adapun subjek penelitian dalam
mengolah data yang sifatnya deskriptif, penelitian ini adalah guru-guru Sekolah
seperti transkripsi, wawancara, catatan Dasar yang berada di wilayah
lapangan, gambar, foto, rekaman video Kabupaten Sumedang. Data utama
dan lain-lain. Seperti yang yang dikumpulkan dalam penelitian ini
dikemukakan oleh Alwasilah (2007). adalah data dari hasil studi dokumen
Penelitian deskripsi adalah gambaran yang diperoleh dari seluruh sekolah
JPSD Vol. 3 No. 2, September 2017 Rony, Pupung & Aulia
ISSN 2540-9093
163
yang ada di wilayah kabupaten Sumedang; (3) guru non kesenian yang
sumedang. Selain itu, data juga mengajar di tingkat Sekolah Dasar di
diperoleh dari beberapa sumber wilayah Kabupaten Sumedang; (4)
diantaranya hasil pelaksanaan siswa-siswi Sekolah Dasar yang berada
observasi, wawancara dan tes terhadap di wilayah Kabupaten Sumedang.
guru dan siswa sekolah dasar. Observasi adalah pengamatan
Penelitian ini dilaksanakan dan pencatatan secara sistimatik
dengan menggunakan metode kualitatif terhadap unsur-unsur yang tampak
dan kuantitatif. Pada tahap dalam suatu gejala atau gejala-gejala
pengumpulan data dibagi ke dalam tiga dalam objek penelitian. Observasi yang
bagian yaitu, studi pendahuluan, dilakukan adalah observasi terhadap
proses, dan evaluasi. Tahapan ini subjek, perilaku subjek selama di
adalah untuk menemukan data lapangan, interaksi subjek dengan
berdasarkan pada pendekatan studi peneliti dan hal-hal yang dianggap
kasus. Dalam memperolah data Observasi digunakan untuk melihat
tersebut dilaksanakan melalui lima cara kondisi yang sejelas-jelasnya mengenai
yaitu wawancara, observasi, studi keadaan dan kenyataan di lapangan,
dokumentasi, tes, dan partisipasi. Pada hasilnya kemudian diolah dan dianalisa
pelaksanaannya digunakan instrumen untuk mendapatkan data sejelas-
penelitian yang terdiri dari: (1) jelasnya.
pedoman wawancara; (2) pedoman Studi dokumentasi pada
observasi; (3) tes dan (3) studi penelitian ini berupa data keterangan
dokumentasi. sebaran guru beserta mata pelajaran
Teknik wawancara digunakan yang dipegang, RPP, jadwal pelajaran,
untuk mendapatkan informasi yang dan silabus mata pelajaran seni budaya
sejelas-jelasnya mengenai objek yang di Sekolah Dasar di wilayah Kabupaten
diteliti. Target wawancara antara lain Sumedang, selain itu, untuk
(1) Tokoh-tokoh pendidikan di melengkapi data penelitian hasil
Kabupaten Sumedang; (2) guru wawancara dan observasi.
kesenian yang mengajar di tingkat Tes dilaksanakan sebagai alat
Sekolah Dasar di wilayah Kabupaten pengukur ketercapaian kemampuan
JPSD Vol. 3 No. 2, September 2017 Rony, Pupung & Aulia
ISSN 2540-9093
164
peserta didik pada materi yang pelajari. Sementara itu data penelitian
Dalam hubungan ini tes berfungsi mengenai kondisi faktual pembelajaran
mengukur tingkat perkembangan atau seni musik di Sekolah Dasar
kemajuan yang telah dicapai oleh sekabupaten Sumedang akan disajikan
peserta didik setelah mereka secara kualitatif berdasarkan hasil
menempuh proses belajar mengajar wawancara dan dokumentasi. Analis
dalam jangka waktu tertentu (Sujiono, data dilakukan setelah pengumpulan
1996). Dalam hal ini tes dilaksanakan data.
untuk mengetahui perubahan proses Sedangkan analisis data hasil
pembelajaran musik yang penggunaan instrumen tes dilakukan
dilaksanakan. setelah semua data terkumpul, dalam
Analisis data yang dilakukan hal ini adalah data hasil tes penilaian
menggunakan metode perbandingan kerja. Analisis data kinerja dilakukan
tetap (constant comparative method) dengan berorientasi kepada masalah
karena dalam analisi data, secara tetap dan tujuan penelitian. Tujuan penelitian
membandingkan satu datum dengan pada dasarnya ingin mendeskripsikan
datum yang lainnya, kemudian secara atau mengungkapkan secara apa
tetap membandingkan kategori dengan adanya hasil tes kinerja siswa dalam
kategori lainnya (Moleong, 2007: 288). praktek seni musik dalam kelas di
Secara umum proses analisis data seluruh sekolah sekabupaten
tersebut mencakup: reduksi data, Sumedang.
kategorisasi data, sintesisasi, diakhiri
dengan hipotesis kerja.

C. Hasil Penelitian Dan Pembahasan

Data ini diperoleh dari hasil Sumedang. Data pendukung lainnya


observasi dan wawancara kepada Ketua didapatkan dari Dinas Pendidikan
KKKS (Kelompok Kerja Kepala Kabupaten Sumedang dokumen yang
Sekolah) di tiap kecamatan yang berisi data guru SD keseluruhan yang
berada di wilayah Kabupaten berada di Kabupaten Sumedang, baik
JPSD Vol. 3 No. 2, September 2017 Rony, Pupung & Aulia
ISSN 2540-9093
165
negeri maupun swasta. Selanjutnya SD yang ada. Banyaknya guru yang
data ini dianalisis untuk mengetahui berlatarbelakang seni akan disajikan
jumlah guru seni yang mempunyai latar dalam bentuk persentase (0,05%) dari
belakang dari sekolah atau institusi seni jumlah keseluruhan guru. Adapun
(lulusan seni), dan bagaimana kondisi jumlah guru yang berlatarbelakang seni
sebenarnya mengenai pembelajaran disajikan dalam tabel berikut:
seni musik yang dilaksanakan di SD-
Tabel 1. Jumlah guru SD yang berlatar belakang seni
Nama Nama Institusi Jenjang
No Nama SD
Kecamatan Guru Lulusan Lulusan
1 Kec. SDN Yanyan Jurusan Tari S1
Rancakalong Pasirbenteng II Mulyanti STSI
bandung
2 Kec. Jatinagor SDN Cibeusi Usep Diana Jurusan S1
Karawitan
STSI
Bandung
3 Kec. Cisarua SDN Tatang Jurusan D3
Cikurubuk Sutansyah Karawitan
Asti
Bandung
Tabel di atas menunjukkan masalah tersendiri bagi seorang guru
bahwa jumlah guru SD yang ketika harus mengajarkan musik, akan
mempunyai latar belakang seni atau tetapi kemampuan yang dimiliki tidak
lulusan dari institusi seni sangat sedikit disertai oleh keahlian dalam bidang
dibandingkan dengan jumlah seluruh musik. Hal ini dapat menunjukan
guru yang ada di Kabupaten bahwa pembelajaran musik yang
Sumedang. Artinya di setiap sekolah, didasari dari keahlian, bisa dianalisis
guru yang mengajar seni terutama seni sebagai proses pembelajaran yang
musik kebanyakan bukan berlatar kurang efektif.
belakang lulusan dari institusi Berdasarkan hasil penelitian di
musik.Sementara pada prosesnya, atas, terlihat jelas bahwa kompetensi
pembelajaran di SD, setiap guru akan guru sekolah dasar dalam mengajarkan
dituntut untuk bisa mengajarkan musik seni terutama seni musik, sebagian
kepada siswanya. tentu ini menjadi besar tidak didukung oleh dasar

JPSD Vol. 3 No. 2, September 2017 Rony, Pupung & Aulia


ISSN 2540-9093
166
keahlian yang jelas hanya berdasar salah satu faktor keberhasilan
pada pengalaman saja. Arnita (2017) pendidikan seni. Bidang kemampuan
dalam jurnalnya yang membahas dasar, dipersepsikan oleh guru untuk
tentang inovasi metode dan media meningkatkan kemampuan dan
dalam pembelajaran seni di sekolah kreativitas sesuai dengan tahap
mengungkapkan bahwa “Pendidikan perkembangan anak.
seni merupakan bagian integral dari Selanjutnya di halaman lainnya
pendidikan, artinya bahwa mata Hartono mengungkapkan bahwa
pelajaran seni merupakan salah satu “Pengembangan seni bertujuan agar
bagian penting yang tidak dapat anak dapat dan mampu menciptakan
dipisahkan dari sistem pendidikan sesuatu berdasarkan hasil imajinasinya,
nasional”. Hal ini tentu saja perlu kepekaan, kreativitas, dan dapat
disesuaikan dengan kompetensi guru menghargai hasil karya diri sendiri
yang mengajarkan seni. Bukan hanya maupun karya orang lain”. Hal ini
pengalaman saja yang dibutuhkan, tentunya membutuhkan juga
melainkan keahlian khusus juga sangat kompetensi guru agar bisa
dibutuhkan. mengarahkan secara jelas didasari oleh
Zulkifly (2007) dalam artikelnya keahlian seni terutama seni musik.
juga membahas berbagai permasalahan Penelitian lainnya tentang
mengenai pembelajaran seni. Salah kompetensi guru yang mendukung data
satunya adalah ketersediaan guru dan penelitian ini adalah penelitian tentang
kompetensi guru seni yang minim. strategi membangun kompetensi
Untuk itu zulkifly mempertegas dengan professional guru musik sekolah dasar
menyediakan metode pembelajaran yang dilakukan oleh Julia. Julia dalam
khusus yang membahas tentang seni. jurnalnya mengatakan bahwa salah satu
Kurikulum seni pun akan sangat permasalahan guru musik sekolah dasar
mempengaruhi proses pembelajaran yaitu pendidikan dan kompetensi
seni di sekolah-sekolah. Hartono akademik asal gurunya. Kemampuan
(2007) membahas dalam jurnalnya guru musik di bagi ke dalam 5 jenis
bahwa kemampuan guru dalam berdasarkan kemampuan akademiknya
memahami isi kurikulum juga menjadi yaitu: 1) guru asal dari seniman alam;
JPSD Vol. 3 No. 2, September 2017 Rony, Pupung & Aulia
ISSN 2540-9093
167
2) guru asal dari PGSD; 3) guru asal membawa suasana yang berbeda dalam
SMK Musik; 4) guru asal Sekolah pembelajaran musik. Di bawah ini
Tinggi Seni; 5) guru asal Pendidikan adalah perbandingan jumlah guru yang
Seni Musik. Masing-masing guru dan berlatar belakang seni dengan guru
kemampuan akademiknya akan yang bukan berlatar belakang seni.

Tabel 2. Perbandingan Jumlah Guru yang Berlatar Belakang Seni Musik


dan Tidak Berlatar Belakang Seni Musik
Jumlah Guru
Bukan
Jumlah Jumlah Berlatar
No berlatar Jumlah
Kecamatan Sekolah belakang
belakang
seni
seni
3 orang 6137 orang
1 26 609 6140 orang
(0.05 %) (99,95 %)

Berikut adalah diagram berlatar belakang seni di seluruh SD


perbandingan antara guru yang berlatar yang ada di Kabupaten Sumedang, baik
belakang seni dengan guru yang bukan negeri maupun swasta.

7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
jumlah guru SD se-kabupaten jumlah guru SD lulusan seni se-
sumedang kabupaten sumedang

Diagram 1. Perbandingan Guru Berlatar Belakang Pendidikan Musik


dengan Guru yang Tidak Berlatar Belakang Pendidikan Musik

JPSD Vol. 3 No. 2, September 2017 Rony, Pupung & Aulia


ISSN 2540-9093
168
D. Simpulan

Hasil yang didapatkan dari mengajarkan pembelajaran seni musik


penelitian ini adalah diketahuinya masuk dalam katagori rendah, hal ini
kondisi objektif tentang proses berkorelasi dengan kompetensi lulusan
pembelajaran musik di SD yang ada di yang mengajar tidak linear dengan
wilayah Kabupaten sumedang, disiplin ilmu yang dipelajarinya
permasalahan dan solusi bagaimana dibangku kuliah. Jadi dapat
mengatasi permasalahan yang ada. Dari disimpulkan bahwa mayoritas guru-
hasil analisis data dapat diketahui guru yang mengajarkan seni musik di
bahwa proses pembelajaran musik di sekolah dasar sekabupaten Sumedang
SD secara umum tidak efektif tidak mempunyai latar belakang
disebabkan karena latar belakang guru pendidikan seni sehingga kemampuan
bukan berasal dari institusi musik. Hal yang dimiliki guru tersebut kurang
ini berimbas pada keahlian guru dalam yang berakibat kompetensi guru
bermusik yang tentu mengakibatkan mempunyai kesulitan dalam
ketidakefektifan dalam pembelajaran mengajarkan kesenian terutama seni
musik. Data penelitian menyatakan musik.
bahwa kemampuan guru yang

Daftar Pustaka

Alwasilah, A. Chaedar. 2009. Dewantara, Ki Hajar. 1962.


Pokoknya Kualitatif. Bandung: Pendidikan. Jogyakarta: Majelis
Pustaka Jaya. Luhur Persatuan Taman Siswa.
Arnita. (2017). Inovasi Metode dalam Hartono. 2007. Pengembangan Model
Pembelajaran Seni di Sekolah. Pembelajaran Seni Berbasis
Jurnal Konseling dan Kompetensi Pada Anak Usia
Pendidikan, 5 (1). Dini. Harmonia Jurnal
Brannen, Julia. 2005. Memadu Metode Pengetahuan dan Pemikiran
Penelitian Kualitatif & Seni, Volume VIII (1).
Kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka Jajuli, M. (2001). Diktat Teori
Pelajar. Kebudayaan. Jurusan
Sendratasik Fakultas Bahasa

JPSD Vol. 3 No. 2, September 2017 Rony, Pupung & Aulia


ISSN 2540-9093
169
dan Seni.Universitas Negri Susiani, T.S. 2017. Penguatan
Semarang. Kompetensi Guru Dalam Bidang
-----------. 2008. Paradigma Pendidikan Seni Melalui Lesson
Kontekstual Pendidikan Seni. Study Berbasis Sekolah di SDIT
Surabaya: Penerbit Unesa Al-Madinah Kabupaten
University Press Surabaya. Kebumen. Jurnal Widya
Joyce, Bruce, Marsha Weill & Emily Laksana,Volume 6 (1).
Calhoun. 2009. Model Of Tilaar, H.A.R. 1999. Pendidikan,
Teaching(Model-model Kebudayaan, dan Masyarakat
Pengajaran). Edisi ke delapan. Madani Indonesia (Strategi
Yogyakarta: Pustaka Pelajar Reformasi Pendidikan
Julia. 2016. Strategi Membangun Indonesia). Jakarta: PT Remaja
Kompetensi Profesional Guru Rosdakarya.
Musik Sekolah Dasar. Journal, Zulkifly, M.Sn, Drs. 2007. Strategi
DOI:10.13140/RG.2.1.1874.0241 Pembelajaran Seni Budaya Di
Koentjaraningrat. 2000. Pengantar Sekolah (Seni Rupa dalam Materi
Ilmu Antropologi. Jakarta: Seni Budaya.
Rineka Cipta.
---------------------. 2007. Sejarah Teori
Antropologi I dan II. Jakarta: UI
Press.
Milyartini, Rita. 2009. Evaluasi
Pendidikan Musik. Bandung: CV
Bintang Warli Artika.
Milyartini, Rita. 2017. Studi Kasus
Pembelajaran Tari Untuk
Meningkatkan Kreativitas dan
Kemampuan Sosial Siswa Autis.
Jurnal, DOI: 10.21813.
Rosala, Dedi. 2016. Pembelajaran Seni
Budaya Berbasis Kearifan Lokal
Dalam Upaya Membangun
Pendidikan Karakter Siswa di
Sekolah Dasar. Jurnal Ritme,
Volume 2 (1).
Saputra, Deny Surya. 2011. Hubungan
Antara Profesionalisme Guru dan
Kinerja Guru di SMA XXX
Tangerang. Jurnal Psikologi, 9
(2).
Sukmadinanta, Nana Syaodih. 2005.
Metode Penelitian Pendidikan.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Suryabrata, Sumardi. 2003. Metodologi
Penelitian. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
JPSD Vol. 3 No. 2, September 2017 Rony, Pupung & Aulia
ISSN 2540-9093
170

Anda mungkin juga menyukai